Anda di halaman 1dari 10

Iwan Kuswandi

PRODUKTIVITAS KIAI DAN


PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASAH DINIYAH

Iwan Kuswandi
STKIP PGRI Sumenep
Mahasiswa Doktoral Universitas Muhammadiyah Malang
Email: iwankus@stkippgrisumenep.ac.id

Abstrak
Tulisan ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan kurikulum serta peran kiai dalam
pengembangan kurikulum di madrasah diniyah takmiliyah yang didirikannya. Metode yang
digunakan dalam kajian ini adalah studi kasus, metode pengumpulan data: observasi,
wawancara dan dokumentasi, lalu dianalisa dengan analisa kualitatif. Hasil penelitian ditemukan
bahwa pelaksanaan kurikulum di madrasah diniyah yang didirikan oleh kiai, menggunakan
kitab-kitab karangan ulama Timur Tengah, namun ada beberapa materi yang menggunakan
kitab karangan kiai dari Indonesia, seperti kitab karangan Kiai Bashori Alawi, Kiai Idris Jauhari,
Kiai Jamaluddin Kafie dan Kiai Marzuqi Ma’ruf.

Kata Kunci: Kiai, Kurikulum dan Madrasah Diniyah

Abstract
This study described the implementation of curriculum in madrasa diniyah and the
contribution of the kiai in curriculum development in madrasa diniyah takmiliyah. This study is
a case study. Data was collected through observation, interview and documentation and analyzed
using qualitative analysis. The findings showed that the implementation of the madrasa diniyah
curriculum founded by kiai, using the book written by the kiai from the middle East, however
there are those written by kiai from Indonesia, for example made by Kiai Bashori Alawi, Kiai
Idris Jauhari, Kiai Jamaluddin Kafie and Kiai Marzuqi Ma’ruf.

Keywords: Kiai, curriculum, and madrasa diniyah.

Pendahuluan
Keberadaan Madrasah Diniyah Arab, terus mengalami peningkatan
merupakan pendidikan yang mempunyai jumlahnya. Hal ini terbukti dengan
peran melengkapi dan menambah meningkatnya minat masyarakat terhadap
Pendidikan Agama bagi anak-anak yang lembaga pendidikan Islam tersebut.
bersekolah di sekolah-sekolah umum pada Walaupun tidak dapat dipungkiri
pagi hingga siang hari, kemudian pada bahwasanya di kalangan masyarakat ada
sore harinya mereka mengikuti pendidikan kesan yang mengidentikkan MDT dengan
agama di Madrasah Diniyah. Tumbuh model yang tradisional dan ketinggalan
kembangnya Madrasah Diniyah ini di zaman.
latarbelakangi oleh keresahan sebagian Perubahan paradigma penyelenggaraan
orang tua siswa, yang merasakan pendidikan dari sentralisasi ke
pendidikan agama di sekolah umum kurang desentralisasi memotivasi terjadinya
memadai untuk mengantarkan anaknya perubahan dan pembaharuan pada
untuk dapat melaksanakan ajaran Islam beberapa aspek pendidikan, termasuk
sesuai dengan yang diharapkan. berangkat kurikulum. Dalam kaitan ini kurikulum
dari kebutuhan masyarakat akan jenis pendidikan dasar Madrasah Diniyah
lembaga seperti inilah Madrasah Diniyah Takmiliyah pun menjadi perhatian dan
tetap dapat bertahan. Lembaga pendidikan pemikiran – pemikiran baru, sehingga
Madrasah Diniyah Takmiliyah (untuk mengalami perubahan – perubahan
selanjutnya akan disebut MDT) yang juga kebijakan.
dikenal dengan Sekolah Sore atau Sekolah
126 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.3, No.2, Juli 2019
ISSN 2548-9119
Di Indonesia istilah kurikulum terdapat Berangkat dari paradigma penelitian
pada pasal 13 peraturan pemerintah kualitatif, maka penelitian ini mencoba
Republik Indonesia No. 19 tahun 2005, memahami fenomena tentang apa yang
dimana pada pasal tersebut terdapat dialami oleh subjek penelitian, terutama
pengertian bahwa “ kurikulum adalah berkenaan dengan pengembangan
seperangkat rencana dan pengaturaan kurikulum madrasah diniyah yang dalam hal
mengenai tujuan, isi, dan bahan ini buku ajar yang digunaka. Lokasi
pembelajaran serta cara yang digunakan penelitian adalah di Kecamatan Pragaan
sebagai pedoman penyelenggaraan Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur.
kegiatan pembelajaran untuk mencapai Sumber data penelitian ini adalah beberapa
tujuan pendidikan tertentu. Dalam karya, serta observasi ke beberapa
pemakaian sehari-hari, kata kurikulum madrasah diniyah yang ada di kecamatan
memiliki tiga pengertian. Pertama, Pragaan. Selain itu, penelitian ini
kurikulum dalam arti sederet mata pelajaran menggunakan data sekunder berupa
pada suatu jenjang dan jenis sekolah. sumber lain yang dapat mendukung
Kedua, kurikulum dalam arti silabus. Ketiga, penelitian ini, seperti buku referensi, jurnal
kurikulum dalam arti program sekolah penelitian dan bacaan lainnya yang relevan
(Tafsir, 2006). dengan fokus pada penelitian ini. Prosedur
Di negeri ini, selalu terjadi perubahan pengumpulan data yang digunakan adalah
kurikulum, teranyar adalah pemberlakuan observasi, wawancara dan studi
Kurikulum 2013. Dengan berlakunya dokumentasi. Adapun analisa data yang
kurikulum 2013, para guru akan sangat digunakan adalah analisa kualitatif. Untuk
terbantu dalam penyiapan proses mengecek keabsahan data, peneliti
pembelajaran di sekolah. Pemerintah telah menggunakan triangulasi sumber, metode
menyiapkan banyak perangkat untuk dan waktu.
mendukung berjalannya kurikulum ini. Tetapi
ketimpangan pada sisi produktivitas para Pembahasan
guru atau perancang buku yang sudah Berawal dari rintisan Abdullah Ahmad
terbiasa memproduk baku teks. Kesannya dengan Madrasah Adabiyah-nya di
tidak ada lagi kebebasan untuk Padang Panjang tahun 1909 (Yunus, 1995),
menggunakan sembarang buku. Tentu hal sampai sekarang, madrasah telah
ini layak untuk dikaji lebih lanjut (Uce, 2016). menjalani polarisasi pengembangan seiring
Namun yang menarik, dari kurikulum dengan tuntutan zamannya. Madrasah telah
yang ada di Madrasah Diniyah Takmiliyah menjadi salah satu wujud entitas budaya
di Kecamatan Pragaan, Sumenep. Dari bangsa Indonesia yang telah menjalani
awal berdirinya sampai saat ini tidak proses sosialisasi yang relatif intensif, dan
pernah mengalami perubahan. Hal itu dalam waktu yang cukup panjang itu telah
terjadi karena kurikulum yang dilaksanakan memainkan peran tersendiri dalam
merupakan dari hasil ijtihad pendirinya, panggung pembentukan peradaban
sehingga untuk selanjutnya tidak dilakukan bangsa.
perubahan. Berangkat dari hal itu, tulisan Gambaran umum tentang madrasah
ini medeskripsikan tentang bagaimana tidak akan bisa lepas dari telaah
pelaksanaan kurikulum serta bagaimana pertumbuhan dan perkembangan
peran kiai dalam pengembangan kurikulum madrasah di Indonesia. Fase madrasah di
di madrasah diniyah takmiliyah yang Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase.
didirikannya. Fase pertama, sejak mulai tumbuhnya
pendidikan Islam pada awal masuknya
Metode Penelitian Islam ke Indonesia sampai munculnya
Pendekatan penelitian ini menggunakan zaman pembaharuan di Indonesia. Fase
kualitatif lapangan dengan jenis studi kasus. Kedua, sejak masuknya ide-ide
Produktivitas Kiai dan Pengembangan Kurikulum Madrasah.......... 127
Iwan Kuswandi
pembaharuan pendidikan Islam di Pembaharuan pendidikan Islam di
Indonesia, dan Fase Ketiga, sejak Indonesia dalam bentuk madrasah, dilatar
diundangkannya Undang-Undang Sistem belakangi oleh dua faktor penting. a) faktor
Pendidikan Nasional atau UU No. 2 Tahun intern, yakni kondisi masyarakat muslim
1989 dan dilanjutkan dengan UU No. 20 Indonesia yang terjajah dan terbelakang
Tahun 2003 (Ahid, 2009). dalam dunia pendidikan mendorong
Fase Pertama adalah fase awal semangat beberapa orang pemuka-
munculnya pendidikan informal yang di pemuka masyarakat Indonesia untuk
pentingkan pada tahap awal yaitu memulai gerakan pembaharuan
pengenalan nilai-nilai Islami, selanjutnya pendidikan tersebut. b) faktor ekstern yakni
baru muncul lembaga-lembaga pendidikan sekembalinya pelajar dan mahasiswa
Islam yang di awali dengan munculnya Indonesia yang menuntut ilmu agama ke
masjid-masjid dan pesantren-pesantren. Timur Tengah, dan setelah mereka kembali
Ciri yang paling menonjol pada fase ini ke Indonesia mereka memulai gerakan-
adalah: a) materi pelajaran terkonsentrasi gerakan pembaharuan dalam bidang
kepada pengembangan dan pendalaman pendidikan (Maksum, 1999).
ilmu-ilmu agama seperti tauhid, fiqh, Gerakan pembaharuan yang pendidikan
tasawuf, akhlak, tafsir, hadits dan lain-lain tersebut mengiringi kehadiran lembaga-
yang sejenis itu pelajaran terkonsentrasi lembaga pendidikan Barat dalam bentuk
pada pembahasan kitab-kitab klasik yang sekolah sekuler yang dikembangkan oleh
berbahasa arab, b) metode sorogan, penjajah di akhir abad 19. Sebagaimana
wetonan dan mudzakarah, dan c) sistem pernyataan Steenbrink, Pada masa
non klasikal yakni dengan sistem halaqah. penjajahan Belanda, pendidikan kemudian
Output-nya akan menjadi ulama’, kiyai, dibagi ke dalam dua kutub yang berbeda,
ustadz, guru agama, dan juga menduduki yaitu; pendidikan kolonial dan pendidikan
jabatan-jabatan penting keagamaan dari Islam Indonesia yang tradisional.
tingkat yang paling tinggi seperti mufti Pendidikan kolonial ini sangat berbeda
sampai tingkat pengurusan soal-soal yang dengan pendidikan Islam Indonesia yang
berkenaan dengan fardhu kifayah ketika tradisional, bukan saja dari segi metode,
seorang meninggal dunia, di masyarakat tapi lebih khusus dari segi isi dan tujuannya.
Jawa dikenal peristilahan “modin”. Pendidikan yang dikelola oleh pemerintah
Fase Kedua adalah ketika masuknya kolonial ini khususnya berpusat pada
ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke pengetahuan dan keterampilan duniawi
Indonesia. Sejak abad ke 19 M telah muncul yaitu pengetahuan umum. Sedangkan
ide-ide pembaharuan pemikiran Islam ke lembaga pendidikan Islam lebih ditekankan
seluruh dunia Islam, dimulai dari gerakan pada pengetahuan dan keterampilan
pembaharuan di Mesir, Turki, Saudi berguna bagi penghayatan agama
Arabiyah dan juga Indonesia. Khusus untuk (Steenbrink, 1984). Dari upaya dan usaha
gerakan pembaharuan Islam ada beberapa kolonial Belanda inilah, kemudian beredar
nama tokoh yang terkenal diantaranya: pemahaman di kalangan masyarakat
Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh tentang adanya dualisme pendidikan, yaitu
di Mesir, Sultan Mahmud 2 di Turki, Said lembaga pendidikan yang disebut sekolah
Akhmad Khan di India, Abdullah Ahmad di umum dan lembaga pendidikan yang
Indonesia. dan Inti dari gerakan disebut madrasah atau perguruan agama,
pembaharuan itu adalah berupaya termasuk di dalam kelompok perguruan
mengadopsi pemikiran pendidikan modern agama adalah pondok pesantren (Nasir,
yang berkembang di dunia timur tengah 2005).
dikembangkan di Indonesia, berupa Usaha memadukan kedua sistem
madrasah (Ahid, 2009). warisan budaya bangsa yang bersifat
dualistis tersebut menjadi satu sistem
128 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.3, No.2, Juli 2019
ISSN 2548-9119
pendidikan yang bersifat nasional terus Menurut SKB tahun 1975, madrasah
disosialisasikan dengan jalan: adalah lembaga pendidikan yang
mensosialisasikan sekolah-sekolah menjadikan mata pelajaran agama Islam
modern warisan Belanda dengan berusaha sebagai mata pelajaran dasar yang
memasukkan materi agama, demikian juga diberikan sekurang-kurangnya 30% di
berusaha memberikan bantuan dan samping mata pelajaran umum. Selain itu,
tuntunan kepada pesantren dan madrasah dari segi jenisnya, madrasah dibagi menjadi
agar meningkatkan mutu pendidikannya tiga, yaitu; Madrasah Diniyah, Madrasah
dan peranannya sebagai alat dan sumber SKB 3 Menteri, dan Madrasah Pesantren
pendidikan kecerdasan bangsa. Oleh (Nasir, 2005).
sebab itu madrasah harus diselenggarakan Madrasah Diniyah adalah suatu bentuk
secara modern setaraf dengan sekolah- madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-
sekolah umum. ilmu agama (diniyah). Madrasah ini terbagi
Upaya untuk menyatukan kedua sistem kepada tiga jenjang pendidikan: Madrasah
pendidikan dan menghilangkan dualisme Diniyah Awaliyah untuk siswa-siswi
sistem pendidikan tersebut, bukanlah Sekolah Dasar 4 tahun, Madrasah Diniyah
merupakan hal yang mudah, usaha integrasi Wustho untuk siswa-siswi Sekolah Lanjutan
tersebut memerlukan waktu yang cukup Pertama 3 tahun, dan Madrasah Diniyah
panjang serta hambatan dan tantangan ‘Ulya untuk siswa-siswi Sekolah Lanjutan
terutama dari kelompok sekuler dan anti Atas 3 tahun.
agama serta umat Islam sendiri yang Madrasah SKB 3 Menteri adalah
cenderung bersikap tradisional. Namun madrasah yang dimaksudkan untuk
setelah disadari akan pentingnya meningkatkan mutu pendidikan pada
kedudukan dan fungsi agama sebagai madrasah setara dan sama dengan sekolah
pembangunan dan pembinaan kepribadian umum dalam bidang pelajaran. Untuk itu,
bangsa, maka diaturlah penyelengggaraan ijazah dan lulusan madrasah mempunyai
satu sistem pendidikan dan pengajaran nilai dan kedudukan yang sama dengan
nasional. sekolah umum, serta siswa madrasah
Fase Ketiga, adalah fase masuknya dapat berpindah ke sekolah umum yang
madrasah dalam sistem pendidikan setingkat. Hal itu karena materi umum di
nasional, dimana madrasah menjadi bagian Madrasah Ibtidaiyah sama dengan materi
pendidikan pendidikan nasional, sehingga umum di Sekolah Dasar, materi umum di
pemerintah ikut memperhatikan tumbuh Madrasah Tsanawiyah sama dengan materi
kembangnya madrasah di Indonesia. umum di Sekolah Menengah Pertama, dan
Sehingga keberadaan madrasah semakin Materi umum di Madrasah Aliyah sama
jelas dan mendapatkan statusnya sampai dengan di Sekolah Menengah Atas.
sekarang ini, diawali dengan momentum Sedangkan Madrasah Pesantren,
diterbitkannya Surat Keputusan Bersama madrasah ini adalah madrasah yang
(SKB) tiga menteri, yaitu; Menteri Agama, memakai sistem pondok pesantren, di
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan mana siswa tinggal bersama kyai di
Menteri Dalam Negeri pada tanggal 24 pondok, hidup dalam suasana belajar
maret 1975 yang menegaskan bahwa selama 24 jam sehari semalam. Unsur-
kedudukan madrasah adalah sama dan unsur pesantren seperti kyai, santri, pondok,
sejajar dengan sekolah formal lain. Dengan masjid dan pengajaran ilmu-ilmu agama
demikian siswa lulusan madrasah dapat diutamakan. Bila ditinjau dari segi
memasuki jenjang sekolah umum lain yang kurikulumnya, madrasah pesantren ini
lebih tinggi, atau bisa pindah ke sekolah dapat dibagi menjadi dua macam:
umum dan begitu juga sebaliknya (Nasir, Pertama, seluruh kurikulumnya
2005). diprogramkan dan diatur oleh pondok
pesantren sendiri, seperti di Pondok
Produktivitas Kiai dan Pengembangan Kurikulum Madrasah.......... 129
Iwan Kuswandi
Modern Gontor. Kedua, mata pelajaran Takmiliyah mengambil peran sebagai
umum sesuai dengan kurikulum madrasah lembaga pendidikan yang berupaya untuk
SKB 3 Menteri, sedangkan mata pelajaran melengkapi materi pendidikan agama Islam
agama diprogramkan dan diatur oleh yang dirasa kurang pada sekolah-sekolah
pondok, dengan tetap memperhatikan umum. Karena itu, berdasarkan perannya,
kurikulum madrasah SKB 3 Menteri. Karena Diniyah Takmiliyah dikenal sebagai
itu mereka diikutkan Ujian Negara, seperti lembaga yang mampu memperkuat serta
pondok pesantren Tebuireng (Nasir, 2005). memperkaya pendidikan Agama Islam bagi
Dalam UU SISDIKNAS No 20 Tahun usia sekolah (7-15 tahun) sehingga anak
2003, bahwasanya madrasah diniyah didik pada kategori usia emas ini
diklasifikasi kepada dua bagian. Pertama, memperoleh bekal pengetahuan, sikap
Madrasah Diniyah dalam bentuk serta pemahaman yang memadai terhadap
pendidikan formal seperti pendidikan dasar nilai-nilai dasar ajaran Islam. Hanya
sederajat MI/SD yang terdiri atas 6 (enam) sayangnya, peran DT yang begitu mulia
tingkat, pendidikan diniyah menengah tersebut tidak didukung dengan sarana
pertama sederajat MTs/SMP yang terdiri prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, dan
atas 3 (tiga) tingkat serta pendidikan diniyah sistem manajemen pengelolaannya sangat
menengah atas sederajat MA/SMA yang sederhana, kalau tidak dikatakan sangat
terdiri atas 3 (tiga) tingkat. Kedua, kurang memadai. Kenyataan tersebut
Madrasah Diniyah dalam bentuk tentunya harus menjadi fokus perhatian kita.
pendidikan Non-Formal/Informal seperti: Sebenarnya pendidikan Madrasah
pengajian kitab, majelis taklim, pendidikan Diniyah diharapkan bisa menjadi
Al-Qur’an dan diniyah takmiliyah. pendidikan suplemen sekaligus sebagai
Lembaga Pendidikan Islam yang dikenal pendidikan tambahan berjenjang bagi
dengan nama Madrasah Diniyah, yang murid-murid sekolah umum. Madrasah
berdasarkan PP 55 tahun 2007 kemudian diniyah itu diatur mengikuti tingkat-tingkat
berubah nama menjadi Diniyah Takmiliyah pendi-dikan sekolah umum, yaitu Madrasah
(DT), telah lama diselenggarakan di Diniyah Awwaliyah untuk murid Sekolah
Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah Dasar, Wustha untuk murid Sekolah
ada bersamaan dengan penyebaran Lanjutan Tingkat Pertama, dan Ulya untuk
agama Islam di Indonesia. Dimasa murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
pemerintahan Hindia Belanda, hampir di Madrasah diniyah dalam hal itu dipandang
semua desa di Indonesia yang penduduknya sebagai lembaga pendidikan keagamaan
mayoritas Islam terdapat madrasahdengan klasikal jalur luar sekolah bagi murid-murid
berbagai nama atau bentuk seperti, sekolah umum (Tim Direktorat Pendidikan
Pengajian Anak-anak, Sekolah Kitab, Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat
Sekolah Agama´ dan lain-lain. Pendidikan Islam, 2009). Dalam program
Penyelenggaraan Madrasah Diniyah pengajaran ada beberapa bidang studi
mempunyai ciri berbeda dan orientasi yang yang diajarkan seperti: Al-Qur’an Hadits,
beragam. perbedaaan tersebut disebabkan Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan
oleh faktor yang mempengaruhinya, seperti Islam, Bahasa Arab dan Praktek Ibadah.
latar belakang yayasan atau pendiri Dalam pelajaran Al-Qur’an-Hadits santri
Madrasah Diniyah, Budaya Masyarakat diarahkan kepada pemahaman dan
Setempat, Tingkat Kebutuhan Masyarakat penghayatan santri tentang isi yang
terhadap pendidikan agama dan kondisi terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits.
ekonomi masyarakat dan lain sebagainya Mata pelajaran aqidah akhlak berfungsi
Diniyah Takmiliyah adalah Lembaga untuk memberikan pengetahuan dan
Pendidikan Islam yang secara signifikan ikut bimbingan kepada santri agar meneladani
andil dalam mencerdaskan kehidupan kepribadian nabi Muhammad SAW,
bangsa. Sesuai dengan namanya, Diniyah sebagai Rasul dan hamba Allah, meyakini
130 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.3, No.2, Juli 2019
ISSN 2548-9119
dan menjadikan Rukun Iman sebagai Bermula dari cita cita dan hasrat yang kuat
pedoman berhubungan dengan Tuhannya, untuk mengembangkan di bidang
sesama manusia dengan alam sekitar. pendidikan agama dan mempersiapkan
Mata pelajaran Fiqih diarahkan untuk kader-kader ulama’ dan zu’ama, maka
mendorong, membimbing, pada tanggal 14 Juni 1951 M, Kiai Achmad
mengembangkan dan membina santri untuk Djauhari Chotib mendirikan madrasah yang
mengetahui memahami dan menghayati kemudian sampai sekarang dikenal dengan
syariat Islam. Sejarah Kebudayaan Islam sebutan TIBDA (Tarbiyatul Banat Diniyah Al-
merupakan mata pelajaran yang Amien). Madrasah ini adalah kelanjutan dari
diharapkan dapat memperkaya madrasah Nahdlotul Waidlin yang
pengalaman santri dengan keteladanan sebelumnya telah dirintis oleh Kiai Djauhari
dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat bersama Kiai Mukri (pendiri pondok
dan tokoh Islam. Bahasa Arab sangat pesantren Al-Mukri), hal itu terjadi sebelum
penting untuk penunjang pemahaman santri keberangkatan Kiai Djauhari ke tanah suci
terhadap ajaran agama Islam, Makkah Al-Mukarramah. Setelah perang
mengembangkan ilmu pengetahuan Islam kemerdekaan usai, TIBDA semakin
dan hubungan antar bangsa degan berkembang dengan membuka cabang di
pendekatan komunikatif. Dan praktek kampung-kampung dan desa-desa sekitar
ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan (Pao, Jaddung, Aneng Panas dan
syariat agama Islam. Karduluk). Dalam pembelajaran, beberapa
Dalam penelitian ini, kriteria Madrasah bahan ajar yang diajarkan berupa kitab al-
Diniyah Takmiliyah yang dijadikan objek muthala’ah al-Arabiyah (karangan KH.
penelitian yaitu, Pertama adalah madrasah Marzuqi Ma’ruf), al-Mabadi’ al-Fiqhiyah,
yang sudah berdiri lebih dari sepuluh tahun. kumpulan tata cara beribadah (Kiai Idris
Hal ini karena madrasah yang mampu Jauhari), serta menggunakan al-Qur’an
bertahan pada kurun waktu tersebut, yang dikeluarkan oleh Departemen Agama,
menjadi bukti bahwa lembaga pendidikan bulughul Maram, muqorror at-Tauhid (KH.
madrasah tersebut eksistensinya masih Idris Jauhari), Al-Akhlak (Kiai Idris Jauhari),
mendapat kepercayaan masyarakat. Sullamut Tauhid juz Tsani (Ibn Abi ‘Abd.
Kedua, madrasah yang memiliki santri lebih Hamid).
dari 120 orang, hal ini karena untuk Kedua, Madrasah Diniyah Islamiyah Al-
mengukur kemajuan dan kepercayaan Muqri (MADINA) Prenduan. Madrasah
masyarakat terhadap lembaga pendidikan Diniyah ini berdiri pada tahun 1974 di
madrasah tersebut. bawah naungan Yayasan Pesantren Al-
Adapun Madrasah Diniyah Takmiliyah Muqri. Didirikan oleh seorang ulama
yang menjadi objek penelitian ini terdiri dari kharismatik di desa Prenduan, yaitu KH.
tujuh madrasah, yaitu; Madrasah Diniyah Abdullah Hammam Alie. Awalnya madrasah
Tarbiyatul Banat Diniyah Al-Amien (TIBDA) diniyah ini hanya berbentuk pengajian ala
Prenduan, Madrasah Diniyah Islamiyah Al- pesantren salaf. Namun karena
Muqri (MADINA) Prenduan, Madrasah perkembangan zaman yang menuntut agar
Diniyah Ad-Dzikir Prenduan, Madrasah terurs berkembang, akhirnya beliau
Diniyah Darul Ulum Pao Prenduan, berinisiatif untuk membuka pendidikan
Madrasah Diniyah Mambaul Ihsan diniyah untuk umum, selain pendidikan
Prenduan, Madrasah Diniyah An-Najah II formal yang telah lama berdiri, mulai tingkat
Karduluk, dan Madrasah Diniyah Miftahul RA, MTs hingga SMA. Hal ini ditujukan agar
Huda Larangan Perreng. Sebagai rincian santri atau siswa tidak hanya mengenyam
dari temuan penelitian ini maka akan pendidikan formal saja, akan tetapi agar
diuraikan sebagai berikut: lebih menguasai pendidikan keagamaan
Pertama, Madrasah Diniyah Tarbiyatul berdasarkan metode pesantren. Atas
Banat Diniyah Al-Amien (TIBDA) Prenduan. inisiatif tersebut KH. Abdullah Hammam Ali
Produktivitas Kiai dan Pengembangan Kurikulum Madrasah.......... 131
Iwan Kuswandi
mendapatkan banyak dukungan dari Keempat, Madrasah Diniyah Darul Ulum
berbagai pihak, diantaranya para tokoh, Pao Prenduan. Madrasah Diniyah adalah
para guru, para pejabat di lingkungan sebuah lembaga pendidikan agama Islam
sekitar serta masyarakat di pedesaan. Dan yang memberikan pendidikan sekaligus
setelah melalui perjalanan panjang, pengajaran secara klasikal dalam
madrasah diniyah ini berstatus terdaftar di pengetahuan agama Islam kepada para
Kementerian Agama Kabupaten Sumenep pendidiknya atau pelajar berusia 6-15
pada tanggal 27 September 2002 dengan tahun. Pada dasarnya madrasah ini berdiri
nama Madrasah Diniyah Islamiyah Al-Muqri, atas tuntutan masyarakat sekitar, guna
yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan membantu anak-anak sekitar untuk memiliki
nama MADINA. Nama ini diberikan oleh pengetahuan. Sebab selain pendidikan
KH. Zainurrahman, S. Ag putra dari KH. formal para murid juga membutuhkan ilmu
Abdullah Hammam Ali, dengan harapan yang berkenaan dengan agama Islam dan
semoga madrasah diniyah ini menjadi pintu juga sebagai penambah ilmu yang selain
ilmu dan barokah bagi santri atau siswa belajar formal pagi. Kemudian, untuk
yang belajar di lembaga tersebut. Beberapa memudahkan segala urusan, dibuatlah
kitab yang diajarkan di madrasah ini adalah kesepakatan bersama antara kyai, guru
durusul akhlak, al-Jurmiah, Nadham dan para santrinya tentang berbagai hal
Maqshud, Imrithi, Kailani, al-Qawa’id, yang berhubungan dengan proses
taqrib, safinah an-najah dan al-fiqh al- pengajaran, pendidikan dan tata cara
wadhih. aturan yang berlaku dalam menjalani
Ketiga, Madrasah Diniyah Ad-Dzikir pembelajaran di madrasah diniyah ini.
Prenduan. Berawal dari keinginan K.H. Bermodal dari bantuan masyarakat sekitar
Jamaluddin Kafie untuk memberikan yang selalu simpati, memberi dukungan dan
pendidikan agama Islam kepada anak usia lain-lain, itulah sebabnya kemudian
dini dan keprihatinannya melihat kondisi didirikanlah Madrasah Diniyah Darul Ulum
masyarakat sekitar serta dukungan dari pada tanggal 15 Mei 1998 yang memang
beberapa lapisan masyarakat, sejak tempat proses pembelajarannya berpusat
tanggal 28 Juli 1997 Madrasah Diniyah Ad- di tempat sekolah formal para santri.
Dzikir resmi didirikan, walau hanya satu Beberapa kitab atau buku ajar yang
kelas. Dan menunjuk Drs. K. H. Amien digunakan di lembaga ini adalah safinah an-
Emzet sebagai penanggung jawab harian najah, hukum Islam jilid I, khulashoh bulughul
atas pelaksanaan pendidikan tersebut. maram, juz Amma dan at-Taqwa.
Lokasi Madrasah Diniyah Ad-Dzikir adalah Kelima, Madrasah Diniyah Mambaul
tanah milik pribadi K.H. Jamaluddin Kafie, Ihsan Prenduan. Berangkat dari
dengan suka rela dibangun sebuah lokal keprihatinan masyarakat terhadap anak-
pendidikan walau kondisinya sangat anak yang putus sekolah, ditambah lagi
sederhana. Berangkat dari kesederhanaan dengan minimnya pengetahuan mereka di
tersebut dan dukungan serta kepercayaan bidang ubudiyah dan tafaqquh fi addin.
masyarakat beliau merintis secara Maka pada 17 Agustus 1997, Kiai
perlahan sehingga terwujud sebuah Mohammad Ihsan dipercaya oleh
madrasah terdiri 6 ruang. Kurikulum yang masyarakat Ceccek Daja untuk membuka
diajarkan adalah susunan K.H. Jamaluddin lembaga pendidikan, yang dimulai dengan
Kafie sendiri, yang terinspirasi dari membuka pengajaran membaca dan
pendidikan pada masa beliau kecil, yang menulis arab dan latin dan dilengkapi
di dalamnya adalah pelajaran Aqidah, mater-materi yang lain seperti bidang fiqih,
Akhlaq, Ibadah, Al-Quran, Tafsier, Hadits, tauhed, akhlaq, dan pelajaran umum seperti
Bahasa Arab, Nahwu, Shorrof, Imla’ dan matematika dan bahasa Indonesia.
Mahfudhat. Walaupun pada awal dibukanya hanya 11
murid dengan 3 orang guru, namun
132 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.3, No.2, Juli 2019
ISSN 2548-9119
lembaga ini sekarang sudah mulai maju, niat yang luhur ini dan tekad yang kuat serta
para muridnya berasal dari kampung- pribadi yang shaleh dan alim, Almukarram
kampung sekitar. Buku ajar yang K. Muhammad Shaleh memulai langkahnya
digunakan, beberapa diantaranya safinah dengan mengajarkan dasar- dasar agama
an-Najah, ‘Ilmul Akhlaq Juz II (Yayasan Al- (Al-Qur’an, tata cara ibadah) di sebuah
Khairat), Ta’limul Muta’allim (Az-zarnuji), mushalla pribadi sebagai bentuk
Aqidatul Awam (Syekh Sayyid Ahmad manifestasi dari keinginan yang mulia
Marzuqi), Al-Jawaahirul Kalaamiyyatu tersebut. Lembaga ini bernama Miftahul
(Syekh Thahir bin Shalihil Jazairi), Tajwid Huda sesuai dengan pilihan beliau sendiri.
Praktis, Musykilat, Klolasoh Nurul Yaqin Juz Namun lembaga ini masih belum termasuk
I dan II (Umar Abdul Jabbar), Madarijul durus kategori lembaga formal yakni masih
al-arabiyah (K. Moh. Basori Alwi). berupa sistem nyolok dan sorogan.
Keenam, Madrasah Diniyah An-Najah II Dalam perkembangannya banyak santri-
Karduluk. Lembaga madrasah An-Najah II santri yang berdatangan untuk nyantri pada
merupakan lembaga pendidikan di bawah beliau. Sehingga mushalla itu tidak kuasa
naungan Yayasan Al-Hayyan. Usian Diniyah lagi membendung mereka yang datang dari
Takmiliyah usianya sama dengan Madrasah luar desa. Akhirya setelah bermusyawarah
Ibtidaiyah An-Najah II. Lembaga pendidikan dengan tokoh dan masyarakat sekitar
ini didirikan oleh Kiai Moh Ilyas. Semula dibangunlah gubuk- gubuk kecil dan tempat
Diniyah Takmiliyah ini berjalan tidak formal tinggal bagi santri yang ingin menetap
tapi sejak tahun 2000-2001, Diniyah ini (mondok/nyantri). Lembaga ini menjadi
mulai di kelola dengan baik. Siswa-siswinya sebuah yayasan resmi setelah mendapat
berasal dari kelas III s/d kelas VI Madrasah legitimasi masyarakat sehingga pada tahun
Ibtidaiyah untuk Diniyah Taqmiliyah 1993 diletakkanlah batu pertama sebagai
Awwaliyah dan siswa-siswinya kelas I s/d cikal- bakal. Beberapa kitab yang
kelas III Madrasah Tsanawiyah untuk Diniyah digunakan adalah al-Qur’an ar-rosm
Taqmiliyah Wustho. Proses belajar utsmani, ilmut tauhid, taysirul akhlak,
mengajar dilaksanakan sore hari dengan tsamrotul yaqin, tafsir jalalain, fathul Qarib,
materi pelajaran; Tafsir, Hadis, Fiqih, 101 Hadis Budi Luhur (Moh Said),
Tauhid, Akhlaq, Fiqih Faro’id dan Khottul Madaariju al-Taklimu Lughatul Arobiyah (III)
Jamil. Bahan ajar yang diajarkan di dan Kawakib Dhurriyyah (IV).
lembaga ini diantaranya Durusul Akhlaq Melihat dari beberapa buku ajar yang
(Min Ulamail Arham Syarifi), Taysirul Akhlaq diajarkan, ada beberapa madrasah yang
(Min Ulamail Azhari Syarifi), Al-Muhawaratul menggunakan dari karya kiai, baik kiai yang
Haditsatu Bil-Lughatil Arabiyah Juz I dan II mendirikan maupun kiai lain yang berasal
(As-Sayyid Hasan Bin Ahmad Baharun) dan dari Indonesia. Hal ini bukti bahwa
bulughul Maram. produktivitas kiai dalam berkarya,
Ketujuh, Madrasah Diniyah Miftahul Huda berdampak positif terutama dalam
Larangan Perreng. Madrasah Diniyah pengembangan kurikulum yang ada di
Takmiliyah (MDT) Miftahul Huda merupakan dalam pembelajaran Madrasah Diniyah.
salah satu madrasah diniyah yang ada di Tidak dapat dibantah kembali, bahwa kiai
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep. tidak hanya membangkitkan keilmuan Islam
tepatnya di desa Larangan Pereng- di ranah madrasah Diniyah, namun skala
Pragaan-Sumenep. Madrasah ini berada di yang lebih besar, produktivitas kiai
bawah naungan Yayasan Miftahul Huda mencerahkan keilmuan di pesantren.
yang didirikan oleh K. Muhammad Shaleh Dalam proses pembelajaran di
pada tahun 1952 M. Berangkat dari sebuah pesantren, ilmu-ilmu Islam menjadi prioritas
keinginan untuk menanamkan ruh-ruh Islam utama. Hal ini antara lain nampak dari
di dalam diri masyarakat Larangan Perreng, kurikulum yang diterapkan, dimana karya-
khususnya generasi muda. Maka dengan karya ke-Islam-an yang ditulis para ulama
Produktivitas Kiai dan Pengembangan Kurikulum Madrasah.......... 133
Iwan Kuswandi
di masa klasik Islam yang dikenal dengan kemudian didirikan oleh salah seorang kiai
sebutan “kitab kuning” menjadi bahan sebagai sosok yang dianggap memiliki
bacaan utama para santri yang belajar di kapasitas keilmuan dan kredibilitas sosial
pesantren. Namun kitab kuning yang ada di masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari
di pesantren, tidak hanya ditulis oleh ulama pendirian Madrasah Diniyah Takmiliyah
pada zaman Islam klasik, tidak sedikit karya TIBDA oleh Kiai Djauhari, Madrasah
kitab yang ditulis oleh ulama Madura, yang Diniyah Takmiliyah MADINA oleh Kiai Muqri,
kemudian digunakan sebagai buku ajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah Ad-Dzikir
dunia pesantrennya, terutama di lembaga oleh Kiai Jamaluddin Kafie, Madrasah
pendidikan yang diasuhnya. Akan tetapi, Diniyah Takmiliyah Darul Ulum oleh Kiai
ulama Madura tidak hanya menulis dalam As’ad, Madrasah Diniyah Takmiliyah
bentuk kitab, tidak sedikit dari mereka yang Mamba’ul Ihsan oleh Kiai Muhammad Ihsan,
produktif menulis buku dan menerjamah. Di Madrasah Diniyah Takmiliyah An-Najah oleh
antara para pengarang tersebut antara lain Kiai Moh Ilyas dan Madrasah Diniyah
adalah Kiai Abdul Madjid Tamim Takmiliyah Miftahul Huda oleh Kai
(Pamekasan), Kiai Umar Faruq Muhammad Sholeh. Bahan ajar yang
(Bangkalan), Kiai Muhammad Nur Muniri digunakan oleh Madrasah Diniyah
Isma’ili (Pamekasan), dan sebagainya. Takmiliyah mayoritas adalah kitab kuning
Untuk ulama pesantren dari Sumenep, yang dikarang oleh ulama Timur Tengah
salah seorang kiai yang dianggap produktif baik ulama klasik maupun modern, seperti
melakukan literasi adalah Kiai Habibullah kitab safinah an-Najah, Bulughul Maram,
Rais dari Kalabaan Guluk-guluk Sumenep Fath Al-Qarib, Durusul Akhlak, Ta’lim Al-
(Kuswandi, 2016). Mutaallim, Jurmiyah, Imrithi, tafsir Jalalain
dan lain sebagainya. Namun ada beberapa
Kesimpulan materi yang menggunakan kitab karangan
Penelitian ini hendak menunjukkan para kiainya sendiri atau kiai nusantara,
bahwa madrasah diniyah takmiliyah seperti kitab karangan Kiai Bashori Alawi,
merupakan lembaga pendidikan yang Kiai Idris Jauhari, Kiai Jamaluddin Kafie
didirikan atas permintaan masyarakat, yang dan Kiai Marzuqi Ma’ruf.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPDP sebagai penyandang dana/sponsor
sehingga tulisan ini bisa selesai dengan baik.

Daftar Pustaka

Ahid, N. (2009). Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia. Kediri: STAIN Kediri Press.

Kuswandi, I. (2016). Tradisi Literasi Ulama Madura Abad 19-21. Seminar Nasional Gender
Dan Budaya Madura III. Bangkalan: Puslit Gender dan Budaya Madura LPPM UTM.

Maksum. (1999). Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos.

Nasir, R. (2005). Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Steenbrink, K. A. (1984). Pesantren, Madrasah dan Sekolah: Pendidikan Islam dalam


kurun waktu Modern. Jakarta: LP3ES.

134 Autentik: Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol.3, No.2, Juli 2019
ISSN 2548-9119
Tafsir, A. (2006). Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Pendidikan Islam.
(2009). Pedoman Penyelenggaraan Diniyah Takmiliyah. Surabaya: Kanwil
Kemenag Jatim.

Uce, L. (2016). Realitas aktual praksis kurikulum: analisis terhadap KBK, KTSP dan
Kurikulum 2013. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 16(2), 216–229.

Yunus, M. (1995). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Produktivitas Kiai dan Pengembangan Kurikulum Madrasah.......... 135

Anda mungkin juga menyukai