Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian


1.1.1 Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : Divisi Digital Service (DDS) P.T. Telkom Indonesia
Website Resmi : visit.ddstelkom.id dan indicar.id
Alamat Perusahaan : Lantai 2 Menara Bandung Digital Valley, Jl. Gegerkalong
Hilir No.47, Sukarasa, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40152
Bidang Usaha : Inovasi Produk Digital Startup
Nomor Telepon : 0812 2001 455 / 022 457 1253
Jam Kerja : Senin – Jumat, 08.00 – 16.00 WIB

Gambar 1.1 Lokasi Kerja Divisi Digital Service


Sumber: maps.google.com

1
1.1.2 Telkom Indonesia

Gambar 1.2 Kilas Balik Telkom Indonesia


Sumber: (Telkom Indonesia, 2018)

Kelahiran Telkom pada tahun 1965 didirikan oleh Pemerintah Indonesia


melalui Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1965 tentang Pendirian Perusahaan
Negara Telekomunikasi dan hingga kini, PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero)
Tbk, atau yang lebih dikenal dengan Telkom Indonesia atau Telkom dikalangan
masyarakat, merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang jasa layanan
telekomunikasi dan jaringan pada wilayah Indonesia. Pemegang saham mayoritas
Telkom adalah Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.09%, sedangkan 47.91%
sisanya dikuasai oleh publik. Saham Telkom diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dengan kode “TLKM” dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode
“TLK” (Telkom Indonesia, 2018).

2
Kegiatan usaha Telkom Indonesia bertumbuh dan berubah seiring dengan
perkembangan teknologi, informasi dan digitalisasi, namun masih dalam koridor
industri telekomunikasi dan informasi. Hal ini terlihat dari lini bisnis yang terus
berkembang melengkapi legacy yang sudah ada sebelumnya.
Telkom Indonesia mengelola 6 produk portofolio yang melayani empat
segmen pelanggan, yaitu korporat, perumahan, perorangan dan segmen pelanggan
lainnya. Berikut penjelasan portofolio bisnis Telkom Indonesia mengutip dalam
website resmi Telkom Indonesia:
1. Mobile
Portofolio ini menawarkan produk mobile voice, SMS dan value added service,
serta mobile broadband. Produk tersebut ditawarkan melalui entitas anak,
Telkomsel, dengan merk Kartu Halo untuk pasca bayar dan simPATI, Kartu As
dan Loop untuk pra bayar.
2. Fixed
Portofolio ini memberikan layanan fixed service, meliputi fixed voice, fixed
broadband, termasuk Wi-Fi dan emerging wireless technology lainnya, dengan
brand IndiHome.
3. Wholesale & International
Produk yang ditawarkan antara lain layanan interkoneksi, network service, Wi-Fi,
VAS, hubbing data center dan content platform, data dan internet, dan solution.
4. Network Infrastructure
Produk yang ditawarkan meliputi network service, satelit, infrastruktur dan tower.
5. Enterprise Digital
Terdiri dari layanan information and communication technology platform service
dan smart enabler platform service.
6. Consumer Digital
Terdiri dari media dan edutainment service, seperti e-commerce (blanja.com),
video/TV dan mobile based digital service. Selain itu, Telkom Indonesia juga
menawarkan digital life service seperti digital life style (Langit Musik dan
VideoMax), digital payment seperti TCASH, digital advertising and analytics
seperti bisnis digital advertising dan solusi mobile banking serta enterprise digital
service yang menawarkan layanan Internet of Things (IoT).

3
1.1.3 Divisi Digital Service (DDS)
Globalisasi melahirkan dinamika kompetisi pada banyak industri dan berbagai
dinamika ketidakpastian yang ekstrim dalam melakukan kebijakan bisnis. Agar dapat
bertahan dalam kompetisi, perusahaan maupun startup harus mampu untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif mereka dengan selalu melakukan inovasi dalam
tubuh organisasinya. Kompetisi yang berkembang pada dunia bisnis memunculkan
perusahaan rintisan baru yang disebut Startup.
Startup menjadi fenomena baru sekaligus berkembang secara signifikan
diberbagai belahan negara khususnya di Indonesia. Namun demikian, jumlah startup
yang banyak diberbagai negara ternyata menunjukkan tingkat kegagalan yang juga
tinggi. Sebuah penelitian di publish Wall Street Journal oleh peneliti senior Universitas
Harvard (Ghost, 2012) menunujukkan angka yang menarik. 75% startup yang sedang
berkembang mengalami kegagalan dalam perkembangan organisasinya. Penelitian
dilakukan di Amerika terhadap 2.000 startup pada tahun 2004 hingga 2010. Penelitian
menyatakan kegagalan 75% startup dikarenakan pengelolaan produk perusahaan
kepada konsumen sehingga startup tidak mendapatkan siklus perputaran uang yang
baik, bahkan tidak memperoleh revenue yang memadai dalam awal tahun
keberjalanannya (Colis, 2016)
Berbagai fenomena tersebut dirasakan juga oleh Telkom Indonesia. Kini,
lanskap kompetisi yang tengah dihadapi, diharapkan semakin maju. Telkom Indonesia
mulai melakukan inovasi strategis pada organisasinya dengan membentuk Divisi
Digital Service (DDS) yang berfokus pada pembinaan startup untuk menjawab
berbagai tantangan yang ada.
DDS kini menjalankan organisasi startup dan bergerak dibidang pengelolaan
fungsi coherent strategy, in house innovation, open innovation, research-
standardization-quality assurance dan big data analytics.

4
Kantor Divisi Digital Service memiliki 5 bidang, yaitu Business Research
(BRE), Open API Management (OAM), Ecosystem Mobile Experience (MXP),
Infrasructure Research and Standardization (IRS), Product and Infrastructure
Assurance (IAS) dan General Affairs (GEA).

Gambar 1.3 Logo Divisi Digital Service


Sumber: Arsip perusahaan

1.1.4 Struktur Organisasi Divisi Digital Service (DDS)


Setiap badan usaha didirikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang ingin
dicapai, termasuk koperasi. Tujuan tersebut akan menentukan luasnya pekerjaan yang
akan dilakukan, maka dari itu dibutuhkan suatu struktur organisasi yang akan membagi
antara wewenang dan tanggung jawab setiap posisi di dalam organisasi tersebut.
Adapun struktur organisasi Startup Divisi Digital Service (DDS) adalah sebagai
berikut:

5
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Divisi Digital Service (DDS)
Sumber: Arsip Perusahaan

6
1.1.4 IndiCar

Gambar 1.5 Logo IndiCar


sumber: Arsip Perusahaan

Indicar sejak 2016 menjadi proyek Startup DDS dan dikerjakan oleh bagian
MGR Innovations Ecosystem Mobile. Dikutip dalam website resmi PT Telkom,
Indicar adalah layanan yang menyediakan koneksi pita lebar di dalam kendaraan untuk
mendukung kemudahan, keamanan dan kenyamanan dalam berkendaraan.
Dijelaskan dalam arsip resmi DDS bahwa produk Indicar hadir karena
masyarakat dunia sedang gencar ber-transformasi menuju digital untuk memperoleh
berbagai nilai keunggulan yang hanya bisa diberikan oleh sistem digital. Tidak
terkecuali dalam dunia kendaraan, kendaraan digital diharapkan dapat memberikan
nilai unggul seperti driving assistance, safety, connectivity, rich car entertainment, car
diagnostic, dan emergency aid. Bahkan saat ini Internet of Thinks (IoT) dianggap
paling potensial diimplementasikan pada bidang otomotif.
Atmosfer kompetitif berbagai perusahaan otomotif dalam menciptakan
connected car dan autonomous driving untuk memperoleh berbagai nilai keunggulan
digital. Namun disayangkan, perusahaan otomotif hanya bisa menciptakan kendaraan
digital baru tanpa bisa meng-upgrade kendaraan lama. Sementara itu jumlah
kendaraan konvensional sangat besar dan masih dapat beroperasi selama sepuluh
tahun sehingga akan ada sepuluh kali lipat kendaraan yang membutuhkan bantuan
transformasi untuk menikmati keunggulan digital.
IndiCar menjadi platform kendaraan yang terhubung secara digital, untuk
menghadirkan keunggulan fungsi digital dalam ekosistem kendaraan, sehingga dapat
7
memberikan pengalaman berkendara yang aman, nyaman, dan mudah; bagi
pengendara, penumpang, pemilik dan kendaraan. Dibutuhkan inovasi komprehensif
yang melibatkan cross industry. DDS dan startup-nya dalam hal ini terpanggil untuk
berinisiatif melakukan inovasi connected car dan membantu kendaraan konvensional
agar dapat menikmati nilai keunggulan digital kendaraan melalui program IndiCar –
Indonesia Digital Car.

Gambar 1.6 Indicar Service Platform dan Konfigurasi


sumber: Arsip Perusahaan

8
Model bisnis yang direncanakan oleh Startup DDS terhadap produk Indicar
menggunakan konsep Business to Business (B2B) sekaligus Business to Customer
(B2C). Indicar memiliki target pelanggan yang dinamakan Home Family Car yaitu
langsung kepada konsumen yang memiliki mobil pribadi serta kepada perusahaan
Travel, Taxi Online, Transportasi Publik, dan Rental. Sebuah Layanan dibuat Indicar
untuk menyesuaikan target pelanggannya menyediakan 4 fitur yaitu mobile hostspot,
tracking, monitoring dan fleet management. 4 fitur yang disediakan Indicar nantinya
akan menjadi layanan yang dinikmati pengendara secara pribadi dan berbasis armada.
Sektor armada dibagi menjadi 4; Travel, Taxi Online, Transportasi Publik, dan Rental.

9
1.2 Latar Belakang Penelitian
Studi akademik oleh Ipsos Business Consulting berjudul Conneceted Car
(2016) menyebutkan akan ada 69 juta mobil yang terhubung secara digital di jalanan
pada tahun 2020, atau setara dengan 75% dari semua mobil yang diproduksi secara
global. Connected Car memberikan kemitraan dan asosiasi terbuka yang kolaboratif
antara pembuat mobil, produsen peralatan asli, perusahaan teknologi dan bisnis lain di
luar bidang industri kendaraan tradisional. Connecter car merupakan platform dalam
kendaraan yang mengintegrasikan antara content provider, software atau application,
OS Platform, HW Auto Parts, Telecommunication, dan system integrator.

Gambar 1.7 Connected Car Platform


sumber: Arsip Perusahaan

Studi tersebut juga menyebutkan terdapat peluang yang semakin


menguntungkan ketika fenomena Connected Car muncul serta berkembang karena
berhasil memenuhi kebutuhan konsumen, terjadinya transformasi secara natural yang
menghadirkan kenyamanan, dan menjadi hiburan tersendiri dalam kendaraan dengan
model baru.

10
Fenomena yang terjadi, menjadi peluang yang ditangkap oleh Divisi Digital
Service (DDS) sebagai salah satu divisi dibawah PT Telkom Indonesia. Tbk dalam
mengembangkan Indicar sebagai new product serta itikad baik berkolaborasi dalam
fenomena yang sedang berkembang. Indicar, merupakan new product yang
direncanakan launching pada bulan oktober 2018. Produk Indicar berbasis Connected
Car dikembangkan dihadirkan karena melihat fenomena masyarakat dunia yang
sedang gencar ber-transformasi menuju digital untuk memperoleh berbagai nilai
keunggulan yang hanya bisa diberikan oleh sistem digital itu sendiri. Tidak terkecuali,
dalam dunia kendaraan yang diharapkan dapat memberikan nilai unggul tersendiri
sehingga dapat diminati oleh konsumen.
Arsip resmi DDS (2017) dalam produksi Indicar sebagai new product
menyebutkan berbagai nilai keunggulan berupa driving assistance, safety,
connectivity, rich car entertainment, car diagnostic, dan emergency aid. Nilai
keunggulan sesuai dengan platform Connected Car dan menjadi modal produk Indicar
yang akan dilanjutkan dengan strategi pemasaran oleh DDS sehingga produk dapat
diminati oleh konsumen.
Dalam memasarkan produk Indicar, DDS meng-implementasi metodologi
inovasi pengembangan produk yang diciptakan oleh Eric Ries (2011) yaitu Lean
Startup. Lean Startup sendiri adalah metodologi yang dididalamnya terdapat variabel
fundamental untuk melakukan validasi terhadap pelanggan tentang suatu produk
bernama Customer Validation.
Customer validation merupakan salah satu proses dalam metodologi Lean
Startup. Customer Validation memandang, sebuah produk harus terbukti memiliki
pelanggan dan siap dikonsumsi serta dipasarkan kepada khalayak luas dengan
pengujian asumsi yang tervalidasi. Feedback pelanggan dibutuhkan dalam metodologi
Lean Startup untuk menggerakkan setiap iterasi yang memungkinkan untuk evolusi
lebih cepat dari pada proses metodologi inovasi produk secara tradisional atau
konvensional (Ries, 2011).
Secara sedehana, menurut Anastasia, pada dasarnya jika startup dapat
memvalidasi asumsi terkait pelanggan maka akan berpotensi menemukan pelanggan
yang berminat membeli produk (2016). Menjadi penting bagi DDS untuk memastikan
setiap produk yang dikembangkan khususnya Indicar dianggap valid telah diminati
oleh calon konsumen, sehingga dalam proses pengujian asumsi yang berlangsung,
11
produk yang dikembangkan diharapkan akan dikonsumsi dan dapat diterima langsung
oleh calon pelanggan yang telah ditetapkan setelah adanya pembelian.
Oleh karena nya, DDS perlu sebuah refleksi dari perilaku pembelian yang
nyata menggunakan Customer Validation sebelum pada akhirnya produk akan di
launching pada oktober 2018. Perihal ini diperkuat oleh Blackwell et al. (2012), yang
mendefinisikan minat beli adalah apa yang konsumen pikir mereka akan beli dan
menurut Kotler serta Keller (2012), minat beli merupakan perilaku yang muncul
sebagai respon terhadap obyek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk
melakukan pembelian.
Saat ini, telah berjalan proses Customer Validation terhadap produk Indicar,
sehingga waktu dan kesiapan yang sesuai antara penelitian dengan pengembangan
produk Indicar akan sangat relevan. Selain itu, produk Indicar juga telah melewati
berbagai tahapan dalam Customer Validation dan akan diuji oleh peneliti apakah
berpengaruh terhadap minat beli produk Indicar sebagai new product
Diharapkan penelitian ini menjadi sumbangsih besar bagi DDS dalam
mengelola strategi inovasi pengembangan produk pada kasus produk Indicar maupun
berbagai produk lainnya yang akan dikembangkan DDS. Studi Akademis tentang
Customer Validation terhadap minat beli juga diharapkan semakin berkembang karena
metodologi Lean Startup yang di implementasikan DDS memiliki tahapan proses yang
banyak.
Pada akhirnya, Berbagai hal diatas menjadi latar belakang peneliti untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Customer validation Terhadap
Minat beli Pada Produk Indicar Sebagai New Product”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan
masalah yang dilakukan peneliti dikarenakan terdapat pengaruh metode yang
digunakan Startup Divisi Digital Service (DDS) yaitu teori Lean Startup, pada variabel
customer validation terhadap minat beli pada produk Indicar sebagai new product.

1. Bagaimana customer validation di terapkan?


2. Bagaimana minat beli konsumen?
3. Bagaimana pengaruh customer validation terhadap minat beli?

12
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Penerapan Customer Validation.


2. Minat beli konsumen.
3. Pengaruh customer validation terhadap minat beli.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis


Secara teoritis, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat atas
perkembangan ilmu, memperkaya, dan melengkapi khazanah keilmuan manajemen
kewirausahaan khususnya pada metodologi inovasi produk dan bisnis. Berbagai
temuan yang terungkap dalam penelitian juga dapat dijadikan rujukan bagi penelitian
berikutnya.

1.5.2 Kegunaan Praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan, bahan
pertimbangan, ataupun referensi inovasi produk bagi startup agar lebih efektif dan
efisien.

13

Anda mungkin juga menyukai