Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

BISITOPENIA

A. PENGERTIAN
Bisitopenia adalah penurunan dua dari tiga komponen sel darah (eritrosit, leukosit, dan
trombosit

B. ETIOLOGI
Penurunan dua komponen sel darah tersebut dapat terjadi jika terdapat kelainan
hematologi maupun kelainan organ yang berhubungan dengan sel darah. Bisitopenia dapat
menggambarkan suatu proses yang dilalui sebelum terjadinya pansitopenia.

C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui tiga faktor berikut ini :
1. Kerusakan sel hematopoetik(seed theory)
2. Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang(soil theory)
3. Proses imunologik yang menekan hematopoesis
Keberadaan sel induk hematopoeitik dapat diketahui dengan petanda sel yaitu
CD34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan sel induk hematopoetik
dikenal sebagai longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture
(LTMC), jumlah sel induk/CD34 sangat menurun hingga 1-10% dari normal. Demikian
juga pengamatan pada cobblestone area forming cells jumlah sel induk sangat menurun.
Bukti klinis yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan
transplantasi sumsum tulang pada 60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa dengan
pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada pasien
anemia aplastik (Sukman T. P., 2006).
Kerusakan sel induk telah dapat dibuktikan secara tidak langsung melalui
keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada penderita anemia aplastik, yang berarti
bahwa pengantian sel induk dapat memperbaiki proses patologik yang terjadi. Teori
kerusakan lingkungan mikro dibuktikan melalui tikus percobaan yang diberikan radiasi,
sedangkan teori imunologik ini dibuktikan secara tidak langsung melalui keberhasilan
pengobatan imunosupresif. Pemakaian gangguan sel induk dengan siklosporin atau
metilprednisolon memberi kesembuhan sekitar 75%, dengan ketahanan hidup jangka
panjang menyamai hasil transplantasi sumsum tulang. Kelainan imunologik
diperkirakan menjadi penyebab dasar dari kerusakan sel induk atau lingkungan mikro
sumsum tulang
Karena terjadinya penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi sumsum
tulang sering hanya menghasilkan beberapa tes darah. Maka perlu dilakukan biopsi
untuk menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan pergantian oleh
lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, prekusor granulosit, eritrosit, dan
trombosit akibatnya terjadi pansitopenia.
Bisitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
Penurunan sel darah merah (anemia) ditandai dengan menurunnya tingkat hemoglobin
dan hematokrit. Penurunan hemoglobin menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang
dikirim ke jaringan, biasanya ditandai dengan kelemahan, kelelahan, takikardia,
ekstermitas dingin atau pucat.
Kelainan kedua adalah leukopenia atau menurunnya jumlah sel darah putih atau
leukosit kurang dari 4.500-10.000/mm3 , penurunan sel darah putih ini akan
menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi. Respon
inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan sistem imunitas fisis
mekanik dimana dapat menyerang selaput lendir, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila
selaput lendirnya yang terkena maka akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut
serta faring, sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan penurunan
masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga adalah trombositopenia, trombositopenia didefinisikan jumlah
trombosit di bawah 100.000/mm3 . Akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis,
petekie, epistaksis, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan perdarahan
saluran cerna. Gejala dari perdarahan saluran cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi,
atau diare dan stomatitis (sariawan pada lidah dan mulut), perdarahan saluran cerna
dapat menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan trombositopenia mengakibatkan
aliran darah ke jaringan menurun.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Penurunan Kadar Eritrosit :
- Kelelahan
- Kelemahan
- Pusing
- Penurunan kinerja fisik
2. Penurunan Kadar Leukosit :
- Rentan mengalami infeksi
3. Penurunan Kadar Trombosit :
- Risiko perdarahan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Jika penyebab dicurigai berasal dari keganasan dapat dilakukan BMA (Bone Marrow
Aspiration)

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ditujukan untuk mencari penyebab:
1. Transplantasi sel darah
2. Pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi
3. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder (penurunan
kadar hemoglobin dan leucopenia)
3. Risiko perdarahan dengan faktor risiko

INTERVENSI
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC NIC

Intoleransi aktivitas Activity Tolerance Energy Management


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan penyebab dari
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam intoleransi aktivitas yang
antara suplai dan pasien akan dialami pasien apakah penyebab
kebutuhan oksigen Kriteria hasil: berasal dari faktor fisik,
1. Berpartisipasi dalam psikologis, atau motivasi.
aktivitas fisik tanpa disertai 2. Observasi adanya pembatasan
peningkatan tekanan darah, pasien dalam melakukan
nadi, dan RR aktivitas.
2. Mampu melakukan 3. Monitor nutrisi dan sumber
aktivitas sehari-hari secara yang adekuat.
mandiri 4. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan.
5. Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, dispnea, diaphoresis,
pucat, atau perubahan
hemodinamik).
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan.
7. Bantu pasien untuk
mendapatkan alat bantu
aktivitas yang sesuai seperti
kursi roda, krek.
Risiko infeksi Risk Control Infection Control
dengan faktor risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kondisi kulit pasien
ketidakadekuatan keperawatan selama 3x7 jam meliputi warna, kelembaban,
pertahanan sekunder pasien akan: tekstur, dan turgor kulit.
(penurunan kadar Kriteria hasil: 2. Lakukan tindakan pencegahan
hemoglobin dan 1. Bebas dari tandatanda standar pada semua pasien dan
leucopenia) infeksi gunakan sarung tangan jika
2. Mendemonstrasikan melakukan kontak dengan
tindakan yang dapat darah, membran mukosa, kulit
dilakukan untuk mencegah yang tidak utuh, atau cairan
infeksi tubuh lainnya kecuali keringat.
3. Gunakan teknik steril untuk
merawat pasien yang
mengalami kerusakan
integritas kulit.
4. Pastikan pasien melakukan
tindakan pencegahan infeksi
yang sesuai, seperti mencuci
tangan, mandi, perawatan
mulut, perawatan rambut, dan
perawatan perineal.
5. Observasi dan laporkan tanda-
tanda infeksi seperti
kemerahan, discharge, dan
peningkatan suhu tubuh.
6. Catat dan laporkan hasil
laboratorium (seperti sel darah
putih dan diferensialnya,
protein serum, albumin serum,
dan kultur).
Risiko perdarahan Circulation Status Hemorrhage Control
dengan faktor risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji riwayat penyakit pasien
keperawatan selama 3x7 jam untuk menentukan risiko
pasien akan: mengalami peningkatan
Kriteria hasil: perdarahan.
1. Menunjukkan tandatanda 2. Monitor tanda-tanda
vital stabil dengan perdarahan pada urin, feses,
kehilangan darah yang sputum, atau muntah. Kaji
minimal terhadap adanya petekie,
purpura, atau ekimosis.
3. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium yang
mengindikasikan perdarahan
meliputi hemoglobin,
hematokrit, dan PT
(prothrombin time).
4. Periksa tanda-tanda vital.
5. Monitor obat-obatan yang
dapat menyebabkan
peningkatan perdarahan
misalnya aspirin.
6. Berikan vitamin K secara oral
atau intravena jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ & Ladwig GB. (2011). Nursing diagnosis handbook ninth edition: an evidence-based
guide to planning care. Mosby Elsevier.

Blackwell W. (2014). Nursing diagnoses: Definitions and classification 2015-2017.

Tim Editor. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai