Anda di halaman 1dari 5

PENANGANAN AWAL EPISTAKSIS

:440/XX/
UKP/
No. Dokumen
35.07.103.106/
YYYY
SOP
No. Revisi : 00

Tanggal
:
Terbit

Halaman :1/5

UPT
drg. Dewi Aminah Yuni R
PUSKESMAS
NIP.19720607 200501 2 008
KROMENGAN

Pengertian Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir keluar dari hidung yang
berasal dari rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu
penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan.
Tujuan Untuk memahami dan melakukan tindakan dengan benar dan tepat
Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Kromengan Nomor
440/075/KEP/35.07.103.106/2016 tentang Kebijakan Layanan Klinis
Puskesmas Kromengan.
Referensi KMK RI Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Prosedur a. Peralatan dan Bahan Medis Habis Pakai
1) Lampu kepala
2) Spekulum hidung
3) Alat penghisap (suction)
4) Pinset bayonet
5) Tampon anterior, Tampon posterior
6) Kaca rinoskopi posterior
7) Kapas dan kain kassa
8) Lidi kapas
9) Nelaton kateter
10)Benang kasur
11)Larutan Adrenalin 1/1000
12)Larutan Pantokain 2% atau Lidokain 2%
13)Larutan Nitras Argenti 15 – 25%
14)Salep vaselin, Salep antibiotik
PENANGANAN AWAL EPISTAKSIS

:440/XX/
UKP/
No. Dokumen
35.07.103.106/
UPT
YYYY drg. Dewi Aminah Yuni R
PUSKESMAS
NIP.19720607 200501 2 008
SOP
KROMENGAN No. Revisi : 00

Tanggal
:
Terbit

Halaman :2/5

b. Langkah – Langkah
1) Melakukan Anamnesa terhadap pasien
2) Menanyakan Keluhan Pasien
a. Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari hidung.
b. Harus ditanyakan secara spesifik mengenai :
a) Lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung atau ke
tenggorok)
b) Banyaknya perdarahan
c) Frekuensi
d) Lamanya perdarahan
c. Melakukan Pemeriksaan Fisik
1) Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan secara berurutan dari anterior ke
posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan septum nasi, dinding
lateral hidung dan konka inferior harus diperiksa dengan cermat
untuk mengetahui sumber perdarahan.
2) Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting
pada pasien dengan epistaksis berulang untuk menyingkirkan
neoplasma.
3) Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan diagnosis
hipertensi, karena hipertensi dapat menyebabkan epistaksis
posterior yang hebat dan sering berulang.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis
PENANGANAN AWAL EPISTAKSIS

:440/XX/
UKP/
No. Dokumen
35.07.103.106/
UPT
YYYY drg. Dewi Aminah Yuni R
PUSKESMAS
NIP.19720607 200501 2 008
SOP
KROMENGAN No. Revisi : 00

Tanggal
:
Terbit

Halaman :3/5

Penatalaksanaan
1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi
duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok, pasien
bisa berbaring dengan kepala dimiringkan.
2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat
dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian
cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit (metode Trotter).
3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan dengan
alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik
cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku.
4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke
dalam hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan Lidokain
2% yang ditetesi 0,2 cc larutan Adrenalin 1/1000. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah
sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk mencari sumber
perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas dalam hidung
dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan
jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi larutan Nitras
Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%. Sesudahnya area
tersebut diberi salep antibiotik.
6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,
diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa
yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika. Dapat
juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai pita
dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar
sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus
PENANGANAN AWAL EPISTAKSIS

:440/XX/
UKP/
No. Dokumen
35.07.103.106/
UPT
YYYY drg. Dewi Aminah Yuni R
PUSKESMAS
NIP.19720607 200501 2 008
SOP
KROMENGAN No. Revisi : 00

Tanggal
:
Terbit

Halaman :4/5

menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x


24 jam. Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari
faktor penyebab

Rencana Tindak Lanjut


Setelah perdarahan dapat diatasi, langkah selanjutnya adalah mencari
sumber perdarahan atau penyebab epistaksis.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal ini merupakan gejala
suatu penyakit, sehingga dapat mencegah timbulnya kembali epistaksis.
2. Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan hipertensi.
3. Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu keras.
4. Menghindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari
sehingga dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada pasien anak.
5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan
perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen.

Pemeriksaan penunjang lanjutan


Pemeriksaan radiologi: Foto sinus paranasal bila dicurigai sinusitis.
Kriteria Rujukan
1. Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan modalitas yang tidak
tersedia di layanan Tingkat Pertama, misalnya naso-endoskopi.
2. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga hidung
atau nasofaring.
3. Epistaksis yang terus berulang atau masif
PENANGANAN AWAL EPISTAKSIS

:440/XX/
UKP/
No. Dokumen
35.07.103.106/
UPT
YYYY drg. Dewi Aminah Yuni R
PUSKESMAS
NIP.19720607 200501 2 008
SOP
KROMENGAN No. Revisi : 00

Tanggal
:
Terbit

Halaman :5/5

Diagram Alir -
Unit Terkait UGD

Rekaman Historis Perubahan


Tanggal Mulai
No Yang Dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai