Anda di halaman 1dari 53

BUKU PENGAYAAN

BIMTEK GPK TAHAP


PENGUASAAN
KETERAMPILAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU


DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT GURU PENDIDIKAN MENENGAH
DAN PENDIDIKAN KHUSUS
2022
BUKU MATERI
BIMBINGAN TEKNIS
TAHAP PENGUASAAN KETERAMPILAN
GURU PEMBIMBING KHUSUS

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


DIREKTORAT GURU PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS
2022
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL GTK
PENGANTAR DIREKTUR GTK DIKMEN DAN DIKSUS
DAFTAR ISI
MATERI I IDENTIFIKASI
A. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
B. Konsep Identifikasi
C. Langkah-langkah Identifkasi
D. Format & Contoh Laporan Identifikasi

MATERI II ASESMEN
A. Konsep Asesmen
B. Langkah-langkah Asesmen
C. Menyusun Planning Matrix
D. Format & Contoh Instrumen, hasil Asesmen & Planning Matrix

MATERI III PROGAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)


A. Konsep Program Pembelajaran Individual
B. Menyusun PPI
C. Format & Contoh PPI

MATERI IV RANCANGAN PELAKSANAN PEMBELAJARAN (RPP) AKOMODATIF


A. Konsep RPP Akomodatif
B. Menyusun RPP Akomodatif

MATERI V BELAJAR DARI KASUS


MATERI I IDENTIFIKASI

A. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus (PDBK)


Anak-anak yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan istimewa serta
keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik sering disebut dengan Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK). Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus
adalah anak yang mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-
intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain
seusianya. Secara umum Anak Berkebutuhan Khusus, atau yang sering disingkat
sebagai ABK adalah suatu kondisi dimana anak memiliki karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya yaitu mengalami keterbatasan/keluarbiasaan
baik pada fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional.
Sebetulnya istilah anak berkebutuhan khusus (children with special needs)
memiliki cakupan yang sangat luas tidak hanya berbicara mengenai anak dengan
disabilitas. Disabilitas hanya satu dari sekian banyak penyebab munculnya kebutuhan
khusus, kebutuhan khusus bisa muncul juga pada anak dengan anak korban
peperangan, bencana, anak yang dipekerjakan atau kondisi lainnya yang kurang
beruntung. Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat
dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan
yang berbeda-beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memiliki
kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda beda pula, sehingga setiap
anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan
hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak. Anak berkebutuhan khusus
dapat diartikan sebagai children with SEN (Special Educational Needs) yaitu anak
dengan kebutuhan layanan pendidikan yang bersifat khusus, baik tempor maupun
permanen, yang munculnya kebutuhan khusus tersebut dikarenakan faktor individu,
faktor lingkungan atau keduaya.

B. Konsep Identifikasi PDBK


Identifikasi merupakan kegiatan paling awal untuk menemukenali peserta didik
dengan hambatan tertentu. Swassing (1985), identifikasi mempunyai dua konsep yaitu
konsep penyaringan (screening) dan identifikasi aktual (actual identification).
Identifikasi salah satu upaya dalam menemukenali peserta didik mana yang
membutuhkan layanan pendidikan yang bersifat khusus. Proses ini diawali dengan
mengenali atau menandai sesuatu, yang akan dimaknai sebagai proses penjaringan
atau proses menemukan kasus. Proses penemuan kasus tersebut akan berakhir pada
satu temuan tentang anak atau peserta didik dengan hambatan, kelainan atau masalah
yang dimiliki oleh peserta didik.
Identifikasi dan asesmen adalah dua istilah yang sangat berdekatan dan sulit
dipisahkan. Apabila seseorang akan melaksanakan asesmen, maka terlebih dahulu ia
harus melaksanakan identifikasi. Hal ini merujuk pada pendapat Lewis dan Doorlag
(dalam Azwandi, 2005) yang menyatakan bahwa identifikasi merupakan kegiatan awal
yang mendahului asesmen.
Menurut Wardani(1995) dalam Munawir Yusuf,M,Psi) , identifikasi merupakan
langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya kelainan atau kesulitan
pada anak berkebutuhan khusus. Istilah identifikasi anak dengan kebutuhan khusus
dimaksudkan sebagai usaha orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya
untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan
pertumbuhan/ perkembangan (phisik, intelektual, social, emosional/tingkah laku)
dibandingkan dengan anak normal seusianya.
Istilah identifikasi erat hubungannya dengan kata mengenali, menandai, dan
menemukan. Kegiatan mengidentifikasi adalah kegiatan untuk mengenal dan
menandai sesuatu. Dalam pendidikan khusus, identifikasi merupakan langkah awal
yang sangat penting untuk menandai anak-anak yang mengalami kebutuhan khusus.
Menemukan dan mengenali anak-anak berkebutuhan khusus sudah barang tentu
membutuhkan perhatian serius. Ada anak-anak yang dengan mudah dapat dikenali
sebagai anak berkebutuhan khusus, tetapi ada juga yang membutuhkan pendekatan
dan peralatan khusus untuk menentukan, bahwa anak tersebut tergolong anak
berkebutuhan khusus. Anak-anak yang mengalami gangguan/hambatan fisik misalnya,
dapat dikenali dengan keberadaan fisiknya, sebaliknya untuk anak-anak yang
mengalami hambatan dalam segi intelektual maupun emosional memerlukan
instrumen dan alasan yang rasional untuk dapat menentukan keberadaannya.
Pengamatan yang seksama mengenai kondisi dan perkembangan anak sangat
diperlukan dalam melakukan identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah
oleh guru, dan ini dapat dilakukan guru pada awal siswa masuk sekolah. Untuk dapat
memperoleh informasi yang lebih lengkap, maka usaha identifikasi perlu dilakukan
dengan berbagai cara, selain melakukan pengamatan secara seksama, perlu juga
dilakukan wawancara dengan orang tua ataupun keluarga lainnya. Informasi yang telah
diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk menemukenali dan menentukan anak-
anak mengalami kesulitan/hambatan yang dialami, sehingga dapat diketahui apakah
anak tergolong: (1) tunanetra, (2), tunarungu, (3) tunagrahita, (4) tunadaksa (5) anak
tunalaras, (6) anak dengan gangguan spektrum autistik, dan (7) anak berbakat (gifted
dan talented), atau anak dengan gangguan/hambatan lainnya.6
Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan
pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak termasuk berkebutuhan khusus.
Identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering bergaul) dengan anak,
seperti orang tuanya, pengasuh, guru dan pihak lain yang dekat dengannya. Langkah
selanjutnya, dapat dilakukan screening khusus secara lebih mendalam yang sering
disebut asesmen yang apabila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional,
seperti dokter, psikolog, orthopedagog, terapis, dan lain-lain (Gunwan, 2011).
Identifikasi dilakukan untuk menemukenali keberadaan anak-anak berkebutuhan
khusus, berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik ada pada seorang anak, yang
mencakup kondisi fisik, kemampuan intelektual, komunikasi, maupun sosial emosional
(Dudi Gunawan, 2011).
Kondisi fisik, mencakup keberadaan kondisi fisik secara umum (anggota tubuh)
dan kondisi indera seorang anak, baik secara organik maupun fungsional, dalam artian
apakah kondisi yang ada mempengaruhi fungsinya atau tidak, misalnya apakah ada
gangguan/hambatan mata yang mempengaruhi fungsi penglihatan.
Kemampuan intelektual, dalam konteks ini adalah kemampuan anak untuk
melaksanakan tugas-tugas akademik di sekolah. Kesanggupan mengikuti berbagai
pelajaran akademik yang diberikan guru.
Kemampuan komunikasi, kesanggupan seorang anak dalam memahami dan
mengekspresikan gagasannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya, baik
secara lisan/ucapan maupun tulisan.
Sosial emosional, mencakup aktivitas sosial yang dilakukan seorang anak dalam
kegiatan interaksinya dengan teman-teman ataupun dengan gurunya, serta perilaku
yang ditampilkan dalam pergaulan kesehariannya, baik di lingkungan sekolah maupun
di lingkungan lainnya.
Mengidentifikasi masalah memiliki arti mengenali suatu kondisi atau hal yang
dirasa kurang baik. Masalah pada anak ini diperoleh dari keluhan-keluhan orang tua
dan keluarganya, keluhan guru, dan bisa didapat dari pengalaman pengalaman
lapangan, Seperti dikatakan oleh Norman D.Sundberg (2002) dalam Tin Suharmini (
2005). ”Gathering information to be used for treatment (parents teachers,and
physician) provide data on the child's functioning”. Identifikasi dapat dilakukan oleh
orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang
tuanya, pengasuhnya, gurunya, dan pihak-pihak lain. Langkah berikutnya, adalah
asesmen, dan bila diperlukan, asesmen dapat dilakukan oleh tenaga profesional,
seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapist, dan lain-lain.
Identifikasi anak berkebutuhan khusus diperlukan agar keberadaan mereka
dapat diketahui sedini mungkin. Kegiatan berikutnya, dapat diberikan sebuah program
layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik penanganan medis, terapi, dan
pelayanan pendidikan untuk mengembangkan potensi mereka. Pada saat
mengidentifikasi PDBK, guru di sekolah inklusif memerlukan pengetahuan tentang
berbagai jenis dan tingkat kelainan anak, diantaranya adalah kelainan fisik, mental,
intelektual, sosial dan emosi. Selain jenis kelainan tersebut terdapat anak yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa atau sering disebut sebagai anak yang
memiliki kecerdasan dan bakat luar biasa.
Dalam konteks pendidikan inklusif, proses identifikasi anak berkebutuhan khusus
memiliki tujuan sebagai berikut: (1) penjaringan (screening); (2) pengalihtanganan
(referal); (3) klasifikasi; (4) perencanaan pembelajaran; dan (5) pemantauan kemajuan
belajar. Secara rinci, kelima hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Penjaringan (screening)
Proses penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas. Pada tahap ini,
identifikasi berfungsi untuk menandai anak-anak mana yang menunjukkan gejala-
gejala tertentu, lalu kemudian diambil kesimpulan mengenai anak mana yang
mengalami hambatan dan kebutuhan tertentu.
b. Pengalihtanganan (referal)
Setelah melalui proses penjaringan, maka diperoleh informasi mengenai
anak-anak mana yang tidak perlu dirujuk ke tenaga ahli lain sehingga dapat
ditangani sendiri oleh guru dengan memberikan layanan pembelajaran yang
sesuai, dan anak- anak mana yang perlu dirujuk atau dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada tenaga ahli yang profesional (psikolog, dokter, orthopedagog,
terapis), baru kemudian dapat ditangani guru. Proses perujukan inilah yang disebut
pengalihtanganan atau referal.
c. Klasifikasi
Proses berikutnya yaitu klasifikasi. Pada tahap ini dilihat apakah anak-anak
yang dirujuk ke tenaga profesional tadi memerlukan penanganan lebih lanjut atau
apakah mereka dapat langsung diserahkan kembali kepada guru untuk
mendapatkan layanan pendidikan khusus. Jika menurut hasil konsultasi dengan
tenaga ahli didapati bahwa anak perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut,
misalnya berupa pengobatan, terapi, latihan-latihan tertentu, maka guru
mengkomunikasikan hal tersebut kepada orangtua peserta didik yang
bersangkutan. Sebaliknya, apabila tidak ditemukan indikasi yang cukup kuat bahwa
anak tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut, maka anak dapat
dikembalikan ke kalas semula untuk mendapatkan layanan pendidikan khusus di
sekolah reguler. Peran guru di sini hanya memfasilitasi dan meneruskan informasi
kepada orang tua mengenai kondisi anak. Guru tidak memberikan pengobatan atau
melakukan terapi kepada anak. Tugas guru adalah memberikan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kondisi anak.
d. Perencanaan pembelajaran
Pada tahap perencanaan pembelajaran, identifikasi memiliki tujuan untuk
membantu penyusunan program pembelajaran yang diindividualisasikan.
Dasarnya adalah dari hasil klasifikasi. Setiap jenis dan tingkat (gradasi) hambatan
yang dialami anak harus diakomodasi oleh program pembelajaran yang berbeda
sesuai kebutuhan dan kemampuan anak.
e. Pemantauan kemajuan belajar
Pemantauan kemajuan belajar diperlukan untuk menentukan apakah
program pembelajaran yang diberikan kepada anak dapat dikatakan berhasil atau
tidak. Jika anak tidak mengalami kemajuan yang berarti dalam kurun waktu
tertentu, maka perlu ditinjau kembali apakah diagnosis awal sudah tepat dan
apakah program pembelajaran individual serta metode pembelajaran yang
diterapkan sudah sesuai. Demikian juga apabila pembelajaran yang dilakukan
menunjukkan kemajuan yang signifikan maka pemberian layanan atau program
pembelajaran tersebut dapat dilanjutkan dan dikembangkan.

C. Langkah-langkah Identifikasi

Ada beberapa langkah identifikasi anak berkebutuhan khusus. Untuk


identifikasi anak usia sekolah yang belum bersekolah atau drop out, maka sekolah yang
bersangkutan perlu melakukan pendataan di masyarakat kerjasama dengan Kepala
Desa/Lurah, RT, RW setempat dan posyandu Jika pendataan tersebut ditemukan
anak berkelainan, maka proses berikutnya dapat dilakukan pembicaraan dengan
orangtua, komite sekolah maupun perangkat desa setempat untuk mendapatkan
tindak lanjutnya. Berikut langkah-langkah identifikasi

Secara lebih terperinci, berikut langkah-langkah pelaksanaan identifikasi:


1. Tentukan kelas yang akan digunakan untuk melakukan identifikasi terhadap
peserta didik.
2. Pelajari instrumen identifikasi (inventory) dengan saksama.
3. Lakukan pengamatan terhadap satu peserta didik yang diduga mengalami
hambatan/kebutuhan khusus pada kelas yang sudah dipilih.
4. Gunakan format instrumen identifikasi yang tersedia. Fokuskan pelaksanaan
identifikasi kepada peserta didik yang menurut anda memiliki kecenderungan
berkebutuhan khusus dan tentukan hasilnya.
5. Susunlah laporan hasilnya sesuai dengan template Form Laporan Hasil Identifikasi.
a. Identitas diisi dengan nama, tempat/tgl lahir, dan kelas peserta didik yang telah
diidentifikasi.
b. Karakteristik unik diisi sesuai dengan hasil identifikasi peserta didik, yang
terdapat dalam sheet format identifikasi
c. Temuan lain Karakteristik unik yang ditemukan tidak tercantum dalam format
identifikasi diisi sesuai hasil temuan dilapangan namun tidak terdapat dalam
format identifikasi.
d. Dugaan sementara hambatan yang dimiliki peserta didik diisi dari format
identifikasi secara otomatis.
D. Format & Contoh Laporan Identifikasi
1. Format Laproran Identifikasi

LAPORAN HASIL IDENTIFIKASI

IDENTITAS PESERTA DIDIK


Nama : ________________________
Tempat/Tgl. Lahir : ________________________
Kelas : ________________________

NO. Hasil Identifikasi Uraian

1 Karakteristik unik sesuai form Identifikasi 1.


2.
3.

dst.
2 Temuan lain Karakteristik unik yang 1.
ditemukan tidak tercantum dalam form 2.
identifikasi 3.

dst

3 Dugaaan sementara hambatan yang dimiliki


peserta didik.
MATERI II ASEMNEN
A. Konsep Asesmen
Beberapa ahli mengemukakan pengertian asesmen seperti berikut ini: Lerner
(Mulyono, 2001) asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi selengkap-
lengkapnya mengenai individu yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan
dan keputusan yang berhubungan dengan individu tersebut. Selanjutnya Ainscow
(Munawir Yusuf, 2007) menjelaskan bahwa asesmen dilakukan berkenaan dengan
pemberian informasi kepada sejawat (teman guru), pencatatan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh anak didik, pemberian bantuan pada guru untuk merencanakan
pembelajaran pada anak, pengenalan terhadap kekuatan dan kekurangan pada anak
dan pemberian informasi kepada pihak-pihak terkait (seperti orang tua, psikolog, dan
para ahli lain) yang membutuhkan informasi tersebut.
Sementara itu secara khusus Mcloughlin dan lewis (Sunardi dan Sunaryo, 2007)
menjelaskan bahwa asesmen pendidikan anak berkelainan adalah proses
pengumpulan informasi yang relevan dengan kepentingan anak, yang dilakukan secara
sistematis dalam rangka pembuatan keputusan pengajaran atau layanan khusus.
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa asesmen anak berkebutuhan khusus
adalah suatu proses pengumpulan informasi tentang anak secara menyeluruh yang
berkenaan dengan kondisi dan karakteristik kelainan, kelebihan dan kekurangan
sebagai dasar dalam penyusunan program pembelajaran dan program kebutuhan
khusus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
Identifikasi dan asesmen merupakan tahapan atau rangkaian kegiatan dari suatu
proses pelayanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Identifikasi sering
disebut sebagai kegiatan penjaringan, sedangkan asesmen disebut penyaringan
(Direktorat PSLB, 2007).
1. Jenis Asesmen
a. Asesmen akademik
Asesmen akademik adalah suatu proses untuk mengetahui
kondisi/kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) dalam bidang
akademik. Bagi PDBK pada jenjang preschool, kemampuan akademik yang
perlu digali terkait dengan kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Sedangkan bagi PDBK pada jenjang pendidikan dasar dan selanjutnya,
kemampuan akademik yang perlu digali adalah terkait dengan semua bidang
studi/mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah tersebut.
b. Asesmen non akademik (Kekhususan)
Asesmen kekhususan dalam pendidikan khusus adalah suatu proses
untuk mengetahui kondisi PDBK yang berkaitan dengan jenis hambatan yang
disandangnya secara mendalam komprehensif dan akurat. (Akan dipelajari
dalam materi ke 5 pada pertemuan ke 6 tentang pengenalan program
kebutuhan khusus).
c. Asesmen Perkembangan
Asesmen non akademik atau perkembangan, adalah suatu proses untuk
mengetahui kondisi perkembangan PDBK yang terkait dengan kemampuan
intelektual, emosi, perilaku, komunikasi yang sangat bermanfaat dalam
mempertimbangkan penggunaan metode, strategi maupun pemilihan alat
bantu yang tepat baik dalam penyusunan perencanaan pembelajaran
(akademik) maupun dalam penyusunan program kebutuhan khusus.
2. Tujuan, fungsi dan sasaran asesmen
Tujuan utama kegiatan asesmen adalah memperoleh informasi tentang
kondisi anak, baik yang berkaitan dengan kemampuan akademik, nonakademik
dan kekhususan secara lengkap, akurat dan objektif. Sedangkan fungsi asesmen
dalam konteks ini adalah, untuk membantu guru dan terapis dalam menyusun
perencanaan pembelajaran dan program layanan kebutuhan khusus yang tepat.
Hasil asesmen dapat difungsikan sebagai kondisi kemampuan awal (baseline) anak
sebelum diberikan layanan baik akademik maupun program kebutuhan khusus.
Sejalan dengan tujuan dan fungsi asesmen seperti diuraikan di atas, maka sasaran
asesmen adalah semua peserta didik yang pada fase identifikasi telah ditetapkan
sebagai peserta didik berkebutuhan khusus.

B. Langkah-langkah Asesmen

Secara umum terdapat 4 langkah utama dalam pelaksanaan asesmen, baik


asesmen akademik, asesmen perkembangan dan asesmen kekhususan. Namun, dalam
bimtek ini baru dipelajari mengenai asesmen akademik saja. Adapun langkah-langkah
spesifiknya adalah sebagai berikut:
1. Menyusun Kisi-Kisi dan Instrumen
a. Tentukan kompetensi dasar/kemampuan akademik yang akan diasesmen
semisal membaca, menulis dan lain-lain.
b. Pada bagian indikator uraikan secara spesifik kemampuan yang akan diasesmen
dan hanya mengandung satu kata kerja operasional sebagai contoh: menulis
huruf a, menunjuk benda yang diminta oleh guru.
c. Pada bagian teknik pengumpulan data pilih minimal dua teknik pengumpulan
data yang meliputi wawancara, observasi, tes dan dokumentasi.
2. Menyusun instrumen asesmen
a. Petakan kompetensi dasar dan indikator dalam tabel
b. Tuliskan bagaimana cara kita dalam mengukur indikator yang telah ditetapkan
sesuai teknik pengumpulan data yang sudah kita pilih
c. Tentukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam mengukur indikator
tersebut (misal: mampu/tidak mampu, skala 1, 2, 3, dsb.)
3. Melaksanakan asesmen
a. Tentukan tanggal, waktu dan tempat asesmen
b. Komunikasikan waktu pelaksanaan asesmen terhadap orang tua, dan guru
terkait agar dapat dilakukan pengkondisian terhadap PDBK
c. Siapkan instrument dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan asesmen
d. Kondisikan anak agar merasa nyaman selama pelaksanaan asesmen
e. Lakukan penilaian terhadap kondisi objektif anak saat dilakukan asesmen
f. Buat catatan mengenai berbagai kondisi dalam pelaksanaan asesmen (contoh:
perilaku anak, gesture, respon anak, dsb.)
4. Menyusun laporan hasil asesmen

C. Menyusun Planning Matrix

Program layanan kebutuhan khusus didasarkan pada simpulan hasil asesmen


secara langsung. Hal ini tidak salah namun materi yang dipergunakan sebagai dasar
penyusunan program masih berupa potongan simpulan atas hasil asesmen yang telah
dilakukan. Quentin Iskov, Project Officer: Disabilities Department of Education and
Children’s Services (2012) menambahkan satu tahapan lagi sebelum menyusun
program intervensi, yaitu penyusunan planning matrix. Planning matrix adalah
mapping deskripsi tentang kondisi ABK secara individu yang menggambarkan tentang
kondisi aktual hambatan karakteristiknya, dampak, strategi layanan dan media yang
diperlukan dalam intervensi. Deskripsi mapping karakteristik kebutuhan khusus
tersebut selanjutnya disusun skala prioritas yang menggambarkan urutan urgensi
masalah yang perlu segera ditangani. Oleh sebab itu dengan adanya planning matrix
ini, guru pendidikan khusus menjadi sangat terbantu, karena untuk menetapkan
program layanan kebutuhan khusus, tinggal menyusun program layanan kebutuhan
khusus tersebut sesuai dengan skala prioritas yang telah diperoleh. Pada awalnya
planning matrix ini dibuat untuk anak autis spectrum disorder, namun dalam
perkembangannya, ABK dengan hambatan lainnya juga menjadi sangat terbantu
dengan planning matrix ini. Jenis hambatan/kelainan pada ABK yang selanjutnya dapat
dirumuskan.
1. Tujuan Planning Matrix
a. Memetakan kondisi aktual akademik maupun kekhususan ABK berdasarkan
hasil asesmen yang telah dilakukan.
b. Menganalisis dampak dari masing-masing aspek kondisi aktual ABK baik
akademik maupun kekhususannya.
c. Menganalisis strategi layanan yang tepat pada ABK sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan khusus ABK baik akademik maupun kekhususannya.
2. Fungsi Planning Matrix
a. Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan kondisi awal aktual (baseline)
ABK baik aspek akademik maupun kekhususan.
b. Membantu guru/terapis dalam membuat mapping kondisi ABK secara
komprehensif.
c. Memudahkan guru/terapis dalam menetapkan skala prioritas layanan
kekhususan yang harus segera dilakukan.
3. Langkah Penyusunan Planning Matrix
a. Petakan kondisi aktual akademik maupun kekhususan ABK berdasarkan hasil
asesmen yang telah dilakukan.
b. Analisis dampak dari masing-masing aspek kondisi aktual ABK baik akademik
maupun kekhususannya.
c. Tentukan strategi layanan yang tepat pada ABK sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan khusus ABK baik akademik maupun kekhususannya.
D. Format & Contoh Instrumen Asesmen, hasil Asesmen & Planing Matrix

INSTRUMEN ASESMEN

IDENTITAS PESERTA DIDIK


Nama : RAHASIA
Tanggal Lahir :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Mata Pelajaran :
Tanggal Asesmen :
Nama Asesor :
Penilaian
Kompetensi Dasar yang Indikator pencapaian Pertanyaan/pernyataan
No. Mampu Mampu dengan Belum Keterangan
Diukur* kompetensi bantuan mampu
1.

2.

3.
LAPORAN HASIL ASESMEN

IDENTITAS
Nama : RAHASIA
Tanggal Lahir :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Mata Pelajaran :
Tanggal Asesmen :
Nama Asesor :

Deskripsi kemampuan peserta didik Keterangan


No. Kompetensi yang Diukur*
Kekuatan Kelemahan Kebutuhan **
1.

2.

3.

*Dapat berupa Kompetensi Dasar dan/atau Kompetensi Aspek Perkembangan


** Diisi deskripsi ketidakmampuan peserta didik.
MATERI III PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)
A. Konsep Program Pembelajaran Individual
Anak berkebutuhan khusus adalah setiap anak yang membutuhkan layanan
pendidikan yang bersifat khusus. Munculnya kebutuhan khusus tersebut dapat
dikarenakan faktor individu atau faktor lingkungan. Kebutuhan khusus ini biasanya
muncul dikarenakan adanya kesenjangan antara kondisi objek saat ini dengan harapan
lingkungan terkait kemampuan yang harus dikuasai oleh anak-anak lain di usianya.
Oleh karena itu, kebutuhan khusus tidak hanya dihadapi oleh anak penyandang
disabilitas, namun juga anak berbakat, anak jalanan dan anak pekerja, anak dari
penduduk terpencil ataupun pengembara, anak dari kelompok linguistik, etnik
ataupun kebudayaan minoritas, serta anak dari daerah atau kelompok lain yang kurang
beruntung.
Berkembangnya pendidikan inklusif menjadikan sekolah dihadapkan dengan
peserta didik yang beragam, termasuk didalamnya peserta didik berkebutuhan khusus
(PDBK). Dengan keunikan setiap peserta didik mulai dari potensi, hambatan, minat,
dan bakat berbeda, pada kondisi yang sangat ektrim baik kemampuannya yang berada
di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata menjadikan mereka membutuhkan
program yang disesuaikan dengan kebutuhan belajarnya
Ketika kemampuan PDBK berada jauh di atas atau di bawah rata-rata, maka
kebutuhan belajar mereka tidak terakomodasi jika menggunakan indikator pencapaian
pembelajaran yang sama dengan peserta didik reguler yang termuat di kurikulum.
Untuk itulah, Program Pembelajaran Individual (PPI) menjadi hal yang penting dibuat
oleh guru guna memastikan PDBK mendapatkan program yang sesuai dengan kondisi
objektifnya.
1. Apa itu Program Pembelajaran Individual (PPI)?
Individualized Education Program (IEP) atau yang diterjemahkan secara
bebas sebagai Program Pembelajaran Individual (PPI) adalah sebuah tulisan dari
rencana pembelajaran yang didesain untuk memenuhi kebutuhan belajar anak
(IDEA, Tahun 1990). PPI merupakan bukti keterlibatan orang tua dalam mengambil
keputusan pendidikan bagi anak mereka (Strickland dan Turnbull 1993). PPI
menjadi dokumen yang sangat penting karena tidak hanya bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap PDBK mendapatkan program yang sesuai dengan
karakteristik unik mereka. Tetapi juga ketika guru dihadapkan pada orang tua yang
memiliki ekspektasi yang tidak sesuai dengan kondisi anak, maka PPI dapat menjadi
dokumen yang membantu guru dalam penyamaan persepsi bagi orang tua
terhadap kemampuan anak saat ini dan target pembelajaran mereka. Secara
sederhana PPI dapat diartikan:
a. PPI merupakan sarana untuk memastikan bahwa PDBK mendapatkan program
yang sesuai kebutuhan dan dievaluasi secara berkala (Bateman 2011)
b. PPI adalah adalah asumsi guru terhadap kemampuan yang mungkin dapat
dikuasai oleh PDBK dalam periode waktu tertentu melalui pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan belajar, potensi, hambatan, dan karakteristik
unik PDBK.
c. PPI adalah rencana guru untuk membelajarkan PDBK.
d. PPI adalah rencana tertulis untuk penyediaan layanan bagi PDBK yang
dikembangkan dan dilaksanakan dengan melibatkan orang tua, guru dan ahli
dari interdisipliner yang didasarkan pada kondisi objektif anak (kebutuhan
belajar, potensi, hambatan dan karakteristik unik PDBK) yang dirancang
sehingga memungkinkan PDBK untuk berkembang optimal sesuai kapasitas dan
potensinya.
2. Siapa yang perlu dilibatkan dalam menyusun PPI?
Guna membuat PPI yang baik diperlukan IEP team members, yang idealnya
terdiri guru pembimbing khusus (GPK), guru kelas/ mapel, orang tua, kepala
sekolah, orthopedagog, dan ahli lainnya seperti dokter tumbuh kembang, psikolog
anak atau terapis. Semakin banyak yang terlibat diharapkan potensi dan berbagai
hambatan yang dimiliki anak dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga
dapat disusun program yang komprehensif. Namun untuk mengumpulkan team
penyusun PPI yang lengkap tentu saja membutuhkan waktu dan dana yang tidak
sedikit, dan ketersediaan tenaga ahli di daerah yang masih jarang. Dalam kondisi
ini setidaknya PPI dapat disusun oleh guru pembimbing khusus (GPK) dengan
melibatkan guru kelas/ mapel dan orang tua.
Guna membuat PPI yang baik diperlukan IEP team members, yang idealnya
terdiri guru pembimbing khusus (GPK), guru kelas/ mapel, orang tua, kepala
sekolah, orthopedagog, dan ahli lainnya seperti dokter tumbuh kembang, psikolog
anak atau terapis. Semakin banyak yang terlibat diharapkan potensi dan berbagai
hambatan yang dimiliki anak dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga
dapat disusun program yang komprehensif. Namun untuk mengumpulkan team
penyusun PPI yang lengkap tentu saja membutuhkan waktu dan dana yang tidak
sedikit, dan ketersediaan tenaga ahli di daerah yang masih jarang. Dalam kondisi
ini setidaknya PPI dapat disusun oleh guru pembimbing khusus (GPK) dengan
melibatkan guru kelas/matpel dan orang tua.
Orthopedagog

Orangtua GPK

Guru Matpel
IEP Team Guru Kelas

Members
Terapis/ dan
Psikolog Anak
ahli lainnya

Dokter tumbuh
kembang

Namun, apabila dengan berbagai kondisi tidak dimungkinkan melibatkan semua


tim, setidaknya penyusunan PPI harus melibatkan guru (GPK, wali kelas, guru mata
pelajaran) dan orang tua, hal ini dikarenakan PPI adalah bukti keterlibatan orang
tua dalam meningkatkan hasil akademik dan sosial PDBK (Strickland dan Turnbull
1993).

B. Menyusun Program Pembelajaran Individual

Hasil asesmen merupakan dasar dalam penyusunan PPI. Data yang lengkap
dan pengetahuan guru yang mendalam mengenai potensi, hambatan,
karakteristik unik dari PDBK serta kemampuan saat ini dalam semua aspek baik
perkembangan, akademik maupun non-akademik menjadi penentu awal, tepat
atau tidak tepatnya PPI yang disusun. Sehingga kemampuan guru dalam
menganalisis hasil asesmen dan penyusunan planning matrix menjadi sangat
penting. PPI yang baik setidaknya memiliki karakteristik “SMART” yaitu:
▪ Specific, PPI harus memiliki tujuan dan indikator pembelajaran yang jelas dan
tidak terlalu umum.
▪ Measurable, PPI harus dapat diukur ketercapaiannya, sehingga dalam
menuliskan tujuan pembelajaran harus menggunakan bahasa operasional.
▪ Achievable, Setiap progam yang kita tulis di PPI haruslah sesuatu yang yakin
dapat dicapai oleh PDBK sesuai dengan kondisi anak saat ini.
▪ Relevant, PPI harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan mengarah ke
tujuan jangka panjang atau merupakan tahap selanjutnya dalam
pengembangan bidang-bidang utama pada aspek kemandirian, komunikasi,
perilaku, atau keterampilan ademik fungsional.
▪ Time limited, PPI harus memiliki target waktu yang direncanakan untuk dapat
dicapai PDBK dalam waktu yang relatif singkat, beberapa hari, minggu atau
bulan. Target yang terlalu lama untuk dicapai dapat menyebabkan PDBK
kehilangan motivasi dan menyerah.

Jika anda akan membuat PPI, maka dapat dilakukan langkah-langkah


berikut ini:
1. Pelajarilah hasil asesmen peserta didik yang meliputi kemajuan peserta didik,
dan masalah kontekstual yang ada di lingkungan rumah, dan sekolah
2. Identifikasi potensi dan hambatan peserta didik saat ini
3. Tetapkan tujuan jangka panjang bagi PDBK yang bersangkutan
4. Identifikasi dan prioritaskan hasil pembelajaran yang diharapkan dicapai pada
akhir periode PPI
5. Identifikasi tujuan spesifik, dapat dicapai, dan terukur yang dibangun di atas
kekuatan saat ini dan mencerminkan langkah-langkah pembelajaran
selanjutnya untuk mengatasi area yang membutuhkan pengembangan
6. Identifikasi kriteria keberhasilan spesifik untuk setiap tujuan
7. Susun rencana berkelanjutan untuk mendukung pencapaian tujuan, misalnya
adaptasi lingkungan kelas, bahan ajar, dan strategi pengajaran serta
pembedaan isi bahan ajar dan tanggapan yang diharapkan dari peserta didik
8. Identifikasi strategi untuk mengatasi hambatan apa pun untuk mencapai
tujuan
9. Memperjelas peran dan tanggung jawab untuk memastikan implementasi
penuh dari PPI
10. Mengevaluasi efektivitas PPI dan meninjau kemajuan sebelum PPI berikutnya.
C. Format & Contoh Program Pembelajaran Individual

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI) Format PPI-1

Nama :
Kelas/Semester :
Tanggal Lahir :
Tahun Ajaran :
Jenis Kebutuhan :
Orang Tua/Wali :

Tujuan
Deskripsi Jangka Panjang Jangka Pendek
Kompetensi Indikator Materi*) Strategi*) Media*)
(Kemampuan saat ini)
MATERI IV RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKOMODATIF
A. Konsep RPP Akomodatif
RPP Akomodatif merupakan rencana pembelajaran yang dapat mengakomodasi
keberagaman seluruh peserta didik dengan melakukan penyesuaian sesuai dengan
kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Untuk dapat membuat sebuah rancangan
pembelajaran yang dapat mengakomodasi keragaman peserta didik diperlukan sebuah
akomodasi kurikulum. Akomodasi kurikulum tersebut dituangkan dalam rancangan
pembelajaran. Langkah dalam menyusun RPP akomodatif dimulai dari mengenali dan
menetapkan dasar ketrampilan berpikir yang ingin dicapai berdasarkan profil kemampuan
peserta didik tersebut. Bentuk Adaptasi Kurikulum dapat berupa:
1. Modifikasi
Modifikasi berarti cara pengembangan kurikulum dimana kurikulum umum yang
diberlakukan bagi peserta didik regular dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan dan kemampuan PDBK. Modifikasi terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Simplikasi berarti penyederhanaan materi dalam kurikulum regular digunakan
untuk PDBK dengan hambatan intelektual.
b. Eskalasi berarti penambahan kompleksitas dan tingkat kesukaran materi yang
digunakan untuk PD dengan gifted dan talented.
2. Duplikasi
Duplikasi berarti meniru atau menggandakan dan ini artinya membuat sesuatu
menjadi sama atau serupa. Dalam kaitan dengan model kurikulum, duplikasi berarti
mengembangkan dan atau memberlakukan kurikulum untuk PDBK (Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus) secara sama atau serupa dengan kurikulum yang digunakan
untuk peserta didik pada umumnya (regular). Jadi, model duplikasi adalah cara dalam
pengembangan kurikulum, dimana peserta didik berkebutuhan khusus menggunakan
kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh anak-anak pada umumnya. Model
duplikasi dapat diterapkan pada empat komponen utama kurikulum yaitu tujuan, isi,
proses dan evaluasi.
3. Subtitusi
Substitusi berarti mengganti,dalam kaitan dengan model kurikulum, maka
substitusi berarti mengganti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu
yang lain. Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin diberlakukan
kepada peserta didik berkebutuhan khusus, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain
yang kurang lebih sepadan (memiliki nilai yang kurang lebih sama). Model penggantian
(substitusi) bisa terjadi dalam hal tujuan pembelajaran, materi, proses atau evaluasi.
4. Omisi
Omisi berarti menghilangkan, dalam kaitan dengan model kurikulum, omisi
berarti upaya untuk menghilangkan sesuatu (bagian atau keseluruhan) dari kurikulum
umum, karena hal tersebut tidak mungkin diberikan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus. Dengan kata lain, omisi berarti sesuatu yang ada dalam
kurikulum umum tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus karena sifatnya terlalu sulit atau tidak sesuai dengan kondisi
anak berkebutuhan khusus. Bedanya dengan substitusi adalah jika dalam substitusi
ada materi pengganti yang sepadan, sedangkan dalam model omisi tidak ada materi
pengganti

B. Menyusun RPP Akomodatif


Berikut adalah langkah-Langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun RPP
Akomodatif :
1. Menganalisis PPI
a. Tentukan kompetensi mana yang akan diintegrasikan ke dalam RPP akomodatif
b. Uraikan tujuan jangka pendek yang ada dalam PPI menjadi IPK sesuai kebutuhan
peserta didik
2. Menguraikan indikator pencapaian kompetensi yang ada di dalam PPI
Uraikan IPK yang ada dalam PPI menjadi IPK setiap pertemuan dengan menyesuaikan
mapel, materi, tema atau pokok bahasan yang dipelajari dalam RPP.
3. Menentukan area yang akan dimodifikasi
a. Tujuan
Modifikasi tujuan, berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam
kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik
berkebutuhan khusus. Sebagai konsekuensi dari modifikasi tujuan, maka peserta
didik berkebutuhan khusus akan memiliki rumusan kompetensi sendiri yang
berbeda dengan peserta didik regular, baik berkaitan dengan standar kompetensi
lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), kompetensi dasar (KD) maupun indikator.
Dalam menyusun tujuan pembelajaran yang memenuhi unsur ABCD akan
memberikan petunjuk yang jelas bagi guru untuk menerapkan strategi
pembelajaran yang baik, serta menjadi petunjuk yang baik bagi penyusun tes yang
benar-benar mengukur perilaku peserta didik. Unsur-unsur ABCD yang berasal dari
empat kata sebagai berikut:
▪ A: Audience adalah peserta didik yang akan belaja
▪ B: Behavior adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh peserta
didik setelah selesai memperoleh pengalaman belajar dalam pelajaran
tersebut. Misalnya : peserta didik mampu menghitung volume kubus.
▪ C: Condition adalah kondisi, yang berarti batasan yang dikenakan kepada
peserta didik atau alat/peralatan yang digunakan peserta didik pada saat
dilakukan penilaian. Kondisi itu bukan keadaan pada saat peserta didik belajar.
Misalnya : Dengan menggunakan kalkulator.
▪ D: Degree adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai perilaku
tersebut. Misalnya : dengan benar, dengan baik. Contoh tujuan yang sesuai
dengan unsur ABCD adalah Melalui menyimak video pembelajaran, peserta
didik mampu menghitung volume kubus dengan benar.
b. Isi
Modifikasi isi, berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk
peserta didik regular dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik
berkebutuhan khusus. Modifikasi materi bisa berkaitan dengan keluasan,
kedalaman dan atau tingkat kesulitan. Artinya, peserta didik berkebutuhan khusus
mendapatkan materi pelajaran yang tingkat kedalaman, keluasan dan kesulitannya
berbeda (lebih rendah) daripada materi yang diberikan kepada peserta didik
regular.
c. Proses
Modifikasi proses, berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang
dijalani oleh peserta didik berkebutuhan khusus dengan yang dialami oleh
peserta didik pada umumnya. Metode atau strategi pembelajaran umum yang
diberlakukan untuk peserta didik-peserta didik regular tidak diterapkan untuk
peserta didik berkebutuhan khusus. Jadi, mereka memperoleh strategi
pembelajaran khusus yang sesuai dengan kemampuannya. Modifikasi proses atau
kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan metode mengajar,
lingkungan/seting belajar, waktu belajar, media belajar, sumber belajar dan lain-
lain.
d. Evaluasi
Modifikasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam system penilaian untuk
disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan kata lain,
peserta didik berkebutuhan khusus menjalani sistem evaluasi yang berbeda
dengan peserta didik peserta didik lainnya. Perubahan tersebut bisa berkaitan
dengan perubahan dalam soal-soal ujian, perubahan dalam waktu evaluasi,
teknik/cara evaluasi, atau tempat evaluasi dan lain-lain. Termasuk juga bagian dari
modifikasi evaluasi adalah perubahan dalam criteria kelulusan, system kenaikan
kelas, bentuk raport, ijazah dan lain-lain.
4. Mengintegrasikan hasil adaptasi ke dalam RPP yang tersedia
a. Komponen RPP
Bentuk RPP pada dasarnya bebas, tetapi harus memuat komponen yang
tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 :
1) Menentukan satu orang peserta didik berkebutuhan khusus pada kelas/mata
pelajaran yang diampu untuk dibuatkan RPP akomodatif.
2) Menuliskan identitas RPP
3) Menuliskan nama PDBK serta kemampuan awal (baseline) berdasar asesmen
dan planning matrix
4) Merumuskan tujuan pembelajaran akomodatif
5) Menentukan KI dan KD yang akomodatif sesuai dengan hambatan dan
kebutuhan PDBK
6) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) akomodatif
7) Menentukan materi pembelajaran akomodatif
8) Menetapkan metode pembelajaran akomodatif
9) Menentukan media pembelajaran akomodatif
10) Menentukan sumber belajar akomodatif
11) Menyusun tahapan/sintaks pembelajaran akomodatif
12) Merancang penilaian hasil pembelajaran akomodatif
MATERI V BELAJAR DARI KASUS
A. Kasus
Seorang Murid Hebat, adalah seorang anak laki-laki lahir di Kudus, pada tanggal 29 Mei
2013, pendiam, dan pemalu serta lebih suka menarik diri. Murid Hebat berasal dari keluarga
sederhana. Murid Hebat adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Ia memiliki kakak yang saat ini
duduk di kelas 6 SD dan adik yang berusia 8 tahun.
Sekarang Muird Hebat duduk di kelas 3 SD Harapan VII. Setiap pagi Murid Hebat pergi
ke sekolah dengan berjalan kaki diantar oleh kakaknya. Muird hebat ini rajin membantu ibunya
namun terkadang ketika melakukan yang berkenaan dengan koordinasi masih perlu dibantu
misal dalam menyapu lantai. Kemampuan mengurus diri masih sulit berkoordiansi seperti
mengenakan baju masih harus dibantu.
Murid Hebat memiliki kemampuan membaca namun memiliki kesulitan dalam
memahami bacaan. Murid Hebat ini, memiliki nilai rata- rata yang rendah dibandingkan dengan
teman-temannya satu kelas. Murid Hebat senang dalam mata pelajaran prakarya walaupun
dalam kenyataanya masih harus terus dibantu.
Selain itu, Murid Hebat masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika
terlebih soal cerita, begitu juga pada mata pelajaran lain. Murid Hebat jika diberi tugas oleh
gurunya anak hebat ini selalu paling terakhir, atau lambat dari teman- teman yang lainnya. Hal
itulah yang membuat Murid Hebat tidak percaya diri dan pemalu. Dalam pembelajaran guru
harus menerangkan secara berulang-ulang dan menjelaskannya dengan bahasa yang sederhana
agar dapat dimengerti oleh Muird Hebat. Daya ingat Murid hebat ini memadai namun lambat
dalam mengingat sesuatu.
Anak Hebat memiliki teman sebangku yang sangat baik dan termasuk anak yang memiliki
prestasi di kelasnya. Apabila Murid Hebat mengalami kendala dalam mengerjakan tugas, teman
sebangkunyalah yang selalu membantu. Murid Hebat untuk menyelesaikan tugas dengan
menerangkan beberapa kali sehingga Anak Hebat mengerti. Murid Hebat juga sering
menyendiri dan tidak mau ditemani temannya. Selain itu anak hebat ini sering ragu dalam
menjawab pertanyaan dari siapa pun, ingin memastikan apakah jawaban yang ia sebutkan
benar, kepada orang terdekatnya dengan berkata “Gini, Bu?/ Betul Bu?”
FORMAT IDENTIFIKASI
LAPORAN HASIL IDENTIFIKASI
IDENTITAS PESERTA DIDIK
Nama : Murid Hebat
Tanggal Lahir : Kudus, 29 Mei 2013
Kelas : III

No Hasil Identifikasi Uraian

1 Karakteristik unik sesuai 1. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat


form Identifikasi 2. Sering lambat dalam menyelesaikan
tugas-tugas akdemik
3. Rata-rata prestasi belajar selalu rendah
4. Memiliki daya ingat yang memadai,
namun lambat dalam mengingat.
5. Menguasai suatu keterampilan dengan
lambat, dan untuk beberapa kemampuan
bahkan tidak dapat dikuasai.
6. Menguasai suatu keterampilan dengan
lambat, dan untuk beberapa kemampuan
bahkan tidak dapat dikuasai

2 Temuan lain Karakteristik unik 1. Murid Hebat adalah anak yang pemalu
yang ditemukan tidak 2. Ketika mengerjakan atau menjawab
tercantumdalam form pertanyaan seringkali terlihat ragu-ragu dan
identifikasi ingin memastikan apakah jawaban yang ia
sebutkan benar, kepada orang terdekatnya
dengan berkata “Gini, Bu?/ Betul Bu?”
3. Anak mampu membaca tapi sulit memahami
isi bacaan.
4. Rajin membantu pekerjaan rumah.
3 Dugaaan sementara Slowleaner
hambatan yang dimiliki
peserta didik.
RAHASIA

INSTRUMEN ASESMEN
IDENTITAS PESERTA DIDIK
Nama : Murid Hebat
Tempat, Tgl Lahir : Kudus, 29 Mei 2013
Kelas : III
JenisKelamin : Laki - Laki
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Hambatan anak : Slowleaner
Tanggal Asesmen : 19 Februari 2022
Nama Asesor : Guru Hebat

Penilaian
Kompetensi Dasar Indikator pencapaian Pertanyaan/pernyataan Mampu Mampu Belum
No. kompetensi Keterangan
yang Diukur* dengan mampu
bantuan
1. 3.1 Menggali 3.1.1. Peserta didik 1. Tentukan periatiwa perubahan √ Anak mampu
informasi perihal mampu wujud! menjawab
konsep perubahan mengidentifkasi 2. Tentukan contoh peristiwa √ pertanyaan dari
wujud benda dalam peristiwa perubahan perubahan wujud dalam kehidupan sajian video dan
kehidupan sehari-hari wujud dalam sehari-hari! ekplorasi lingkungan
yang disajikan dalam kehidupan sehari-hari, 3. Tentukan langkah-langkah peristiwa √
bentuk lisan, tulis, yang disajikan dalam perubahan wujud mencair.
visual, dan/atau bentuk lisan, tulis, 4. Tentukan langkah-langkah peristiwa √
eksplorasi lingkungan visual, dan/atau perubahan wujud membeku.
eksplorasi lingkungan. 5. Tentukan langkah-langkah peristiwa √
perubahan wujud menguap.
6. Tentukan langkah-langkah peristiwa √
perubahan wujud menyublin.
Penilaian
Kompetensi Dasar Indikator pencapaian Pertanyaan/pernyataan Mampu Mampu Belum
No. kompetensi Keterangan
yang Diukur* dengan mampu
bantuan
7. Tentukan langkah-langkah peristiwa √
perubahan wujud megkrital.
8. Tentukan langkah-langkah peristiwa
perubahan wujud mengembun. √
3.1.2 Peserta didik 1. Apakah perbedaan perubahan
mampu membedakan wujud mencair dengan √
peristiwa perubahan mengembun?
wujud dalam 2. Apakah perbedaan perubahan
kehidupan sehari-hari. wujud menyublin dan menguap? √
3. Apakah perbedaan perubahan
wujud mengkrital dengan
membeku? √

2. 4.1 Menyajikan hasil 4.1.1.Peserta didik mampu 1. Disajikan gambar tentang peristiwa √ Anak mampu
informasi tentang konsep menunjukan gambar yang
perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari- menjawab
perubahan wujud benda diminta tentang
hari. pertanyaan dari
dalam kehidupan sehari- perubahan wujud benda
hari dalam bentuk lisan, dalam kehidupan sehari- sajian video dan
tulis, dan visual hari. ekplorasi lingkungan
menggunakan kosakata
baku dan kalimat efektif.
Penilaian
Kompetensi Dasar Indikator pencapaian Pertanyaan/pernyataan Mampu Mampu Belum
No. kompetensi Keterangan
yang Diukur* dengan mampu
bantuan

2. Lengkapi bagan ini


4.1.2 Peserta didik mampu √
melengkapi bagan
CAIR
perubahan wujud benda
melalui pias kata

GAS PADAT

Menguap Mencair

Menyublim Mengembun

Mengkristal Membeku

1. Ceritakan langkah-langkah peristiwa


4.1.3 Peserta didik mampu perubahan wujud mencair! √
menceritakan secara lisan
Penilaian
Kompetensi Dasar Indikator pencapaian Pertanyaan/pernyataan Mampu Mampu Belum
No. kompetensi Keterangan
yang Diukur* dengan mampu
bantuan
tentang perubahan wujud 2. Ceritakan langkah-langkah peristiwa √
dalam kehidupan sehari- perubahan wujud membeku!
hari.
3. Ceritakan langkah-langkah peristiwa √
perubahan wujud menguap!
4. Ceritakan langkah-langkah peristiwa √
perubahan wujud menyublin!
5. Ceritakan langkah-langkah peristiwa √
perubahan wujud megkrital! √
6. Ceritakan langkah-langkah peristiwa
perubahan wujud mengembun!

4.1.4 Peserta didik mampu 1. Tuliskan dengan rinci peristiwa perubahan
menuliskan peristiwa wujud dari cair ke gas dalam kehidupan sehari-
perubahan wujud dalam
hari.
kehidupan sehari-hari.

4.1.5 Peserta didik mampu
1. Buatlah klipping peristiwa perubahan wujud
mengumpulkan gambar
contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
perubahan wujud dalam
kehidupan sehari-hari.
RAHASIA

LAPORAN HASIL ASESMEN


IDENTITAS PESERTA DIDIK
Nama : Murid Hebat
Tempat, Tgl Lahir : Kudus, 29 Mei 2013
Kelas : III
JenisKelamin : Laki - Laki
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Hambatan anak : Slowleaner
Tanggal Asesmen : 19 Februari 2022
Nama Asesor : Guru Hebat

Deskripsi kemampuan peserta didik


No. Kompetensi yang Diukur* Keterangan **
Kekuatan Kelemahan Kebutuhan

1. 3.1 Menggali informasi perihal Anak mampu Anak belum mampu Anak membutuhkan Anak mampu dengan
konsep perubahan wujud benda menentukan peristiwa langkah-langkah media pembelajaran bantuan mengumpulkan
dalam kehidupan sehari-hariyang perubahan wujud peristiwa perubahan visualisasi untuk gambar contoh peristiwa
disajikan dalam bentuk lisan, tulis, dalam kehidupan wujud mencair, membantu memahami perubahan wujud dalam
membeku, menyublin, bacaan. kehidupan sehari-hari.
visual, dan/atau eksplorasi sehari-hari dari sajian
lingkungan. video dan ekplorasi mengkrital, mnguap dan
lingkungan. mengembun.

Anak mampu contoh Anak belum mampu


peristiwa perubahan membedakan peristiwa
wujud dalam perubahan wujud dalam
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari.
dari sajian video dan
ekplorasi lingkungan
Deskripsi kemampuan peserta didik
No. Kompetensi yang Diukur* Keterangan **
Kekuatan Kelemahan Kebutuhan

2. 4.1 Menyajikan hasil informasi tentang Anak mampu menunjukan Anak belum mampu Anak membutuhkan Anak mampu dengan
konsep perubahan wujud benda dalam gambar yang diminta tentang melengkapi bagan bantuan visualisasi untuk bantuan mengumpulkan
kehidupan sehari-hari dalam bentuk lisan, perubahan wujud benda perubahan wujud benda menceritakan apa yang gambar contoh peristiwa
tulis, dan visual menggunakan kosakata ingin dia sampaikan.
dalam kehidupan sehari-hari. melalui pias kata. perubahan wujud dalam
baku dan kalimat efektif.
kehidupan sehari-hari.

Anak belum mampu


menceritakan secara lisan
tentang perubahan wujud
dalam kehidupan sehari-hari

Anak belum mampu


mengumpulkan gambar
contoh peristiwa perubahan
wujud dalam kehidupan
sehari-hari.

*Dapat berupa Kompetensi Dasar dan/atau Kompetensi Aspek Perkembangan

** Diisi deskripsi ketidakmampuan peserta didik


PLANNING MATRIX
IDENTITAS PESERTA DIDIK

Nama : Murid Hebat


Tempat, Tgl Lahir : Kudus, 29 Mei 2013
Kelas : III
JenisKelamin : Laki - Laki
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Hambatan anak : Slowleaner
Tanggal Asesmen : 19 Februari 2022
Nama Asesor : Guru Hebat

No. Kompetnsi/ Indikator Deskripsi Kondisi Saat Ini Dampak dari Kondisi Strategi Pelayanan

1. Menggali informasi dan


Anak mampu menggali Konsep disajikan dalam bentuk
menyajikan hasil informasi Anak baru mampu menggali informassi
informasi dan menyajikan hasil real ekplorasi lingkungan, audio
konsep yang disajikan dari sajian visual, berdampak pada
informasi perihal sebuah visual, gambar bersambung,
dalam bentuk lisan, tulis, terbatasnya kemampuan mengeksplor
konsep yang disajikan dalam gambar dan tulisan
pengetahuan.
visual, dan/atau eksplorasi
bentuk visual/ gambar.
lingkungan

Anak belum mampu menggali Anak sangat terbatas dalam


informasi dan menyajikan hasil pemahaman menggali dan menyajikan
informasi perihal sebuah hasil informasi perihal sebuah konsep
yang disajikan dalam bentuk lisan dan
konsep yang disajikan dalam
tulisan berdampak hambatan
bentuk lisan dan tulisan.
penguasaan seluruh mata pelajaran.
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI) Format PPI-1
IDENTITAS PESERTA DIDIK
Nama : Murid Hebat
Tempat, Tgl Lahir : Kudus, 29 Mei 2013
Kelas : III
JenisKelamin : Laki - Laki
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Hambatan anak : Slowleaner
Tanggal Asesmen : 19 Februari 2022
Nama Asesor : Guru Hebat

Deskripsi Tujuan
Kompetensi Indikator Materi*) Strategi*) Media*)
(Kemampuan saat ini) Jangka Panjang Jangka Pendek

Menggali Anak mampu 1. Menentukan Materi yang Konsep Gambar,


Anak mampu menggali menggali cara disajikan
informasi dan ada dalam Video, Pias
menyajikan informasi dan menyajikan informasi dan menjodohkan mapel, dalam bentuk kata,
hasil informasi hasil informasi perihal menyajikan hasil gambar dengan karena real ekplorasi
informasi perihal tulisan. lingkungan,
konsep yang sebuah konsep yang Bahasa
2.menjodohkan audio visual,
disajikan dalam disajikan dalam bentuk sebuah konsep Indonesia
gambar dengan gambar
bentuk lisan, visual/ gambar. yang disajikan penghubung
tulisan. bersambung,
tulis, visual, dalam bentuk 3. Menentukan setiap mapel, gambar dan
dan/atau lisan dan tulisan cara menyusun Contoh tulisan
eksplorasi gambar menjadi peritiwa
lingkungan cara atau sebuah perubahan
konsep. wujud.
4. Menyusun
gambar menjadi
sebuah peristiwa
Konsep.
Deskripsi Tujuan
Kompetensi Indikator Materi*) Strategi*) Media*)
(Kemampuan saat ini) Jangka Panjang Jangka Pendek

5.Menyimak
video peristiwa
atau konsep.

6. Menceritakan
kembali peristiwa
disajikan dalam
bentuk video.
7.Membaca
peristiwa/konsep
yang diselingi
gambar.
8. Menjawab
pertanyaan dari
bacaan peristiwa
atau konsep yang
diselingi gambar.
9. Membaca
peristiwa
sederhana.
10. Melingkari
kata atau kalimat
yang diminta.
11. Menceritakan
kembali peristiwa
atau konsep
dalam bentuk
tulisan.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan: SDN HARAPAN 7


Kelas / Semester : III (Tiga) / 1
Tema 3 : Benda di Sekitarku
Sub Tema 3 : Perubahan Wujud Benda
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 35 X 2 JP

Kemampuan Awal Peserta Didik:


Peserta didik mampu menggali informasi dan menyajikan hasil informasi perihal
sebuah konsep yang disajikan dalam bentuk visual/gambar, namun mengalami
kesulitan ketika disajikan dalam bentuk lisan atau tulisan.

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca dan menanya ) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak beriman dan berakhlak
mulia
Bahasa Indonesia

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR


1 3.1 Menggali informasi tentang konsep perubahan 1.1.1 Membaca wacana tentang
wujud benda dalam kehidupan sehari-hari perubahan wujud benda
yang disajikan dalam bentuk lisan, tulis, mencair
visual, dan/atau eksplorasi lingkungan. 1.1.2 Membaca wacana tentang
perubahan wujud benda
mencair dengan bantuan media
berupa gambar/visual dan
audio visual.
1.1.3 Mengidentifikasi informasi yang
terkait dengan
perubahan wujud mencair.
1.1.4 Mengidentifikasi informasi yang
terkait dengan
perubahan wujud mencair
dengan bantuan media berupa
gambar/visual dan audio visual.
2 4.1 Menyajikan hasil informasi tentang konsep 4.1.1 Melakukan percobaan
perubahan wujud benda dalam kehidupan 4.1.2 Menuliskan informasi perubahan
sehari-hari dalam bentuk lisan, tulis, dan wujud sesuai dengan hasil
visual menggunakan percobaan.
kosakata baku dan kalimat efektif.
Matematika
NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR
1 3.7 Mendeskripsikan dan menentukan 3.7.1 Mengidentifikasi satuan berat baku
hubungan antar satuan baku yang digunakan.
untuk panjang, berat, dan waktu 3.72. Menemkan satuan berat
yang digunakan dalam kehidupan Buku yang digunakan
sehari-hari
4.7 Menyelesaikan masalah yang berkaitan 4.7.1 Menyelesaikan masalah sehari-hari
2
dengan hubungan antarsatuan baku yang berkaitan dengan berat.
untuk panjang, berat, dan waktu yang
umumnya digunakan dalam
kehidupan
sehari-hari.

SBDP

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR


1 3.1 Mengetahui unsur-unsur rupa dalam 1.1.1 Mengamati jenis garis dan warna
karya dekoratif. dari gambar.
1.1.2 Mengidentifikasi jenis garis dan
warna
sebagai unsur dekoratif.

2 4.1 Membuat karya dekoratif. 4.1.1 Menggambar seni dekoratif.


4.1.2 Menggunakan garis dan warna
untuk membuat karya dekoratif.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan membaca wacana tentang perubahan wujud benda
mencair, siswa dapat mengidentifikasi informasi yang terkait dengan
perubahan wujud mencair dengan tepat.

2. Dengan membaca wacana tentang perubahan wujud benda


mencair dibantu dengan menggunakan media berupa gambar/visual dan audio
visual siswa dapat mengidentifikasi informasi yang terkait dengan perubahan
wujud mencair dengan tepat
3. Dengan melakukan percobaan, siswa dapat menuliskan informasi perubahan
wujud sesuai dengan hasil percobaan.
4. Dengan mengamati resep, siswa dapat mengidentifikasi satuan berat baku yang
digunakan.
5. Dengan menyelesaikan soal latihan di Buku Siswa, siswa dapat menyelesaikan
masalah sehari-hari yang berkaitan dengan berat.
6. Dengan mengamati jenis garis dan warna dari gambar, siswa dapat
mengidentifikasi jenis garis dan warna sebagai unsur dekoratif dengan benar.
7. Dengan menggambar seni dekoratif, siswa dapat menggunakan garis dan warna
untuk membuat karya dekoratif dengan tepat.

C. MATERI PEMBELAJARAN
 Wacana perubahan wujud mencair.
 Percobaan tentang perubahan wujud mencair.
 Satuan baku
 Unsur garis dan warna pada karya seni.

C. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Scientific TPACK
Model : Discovery learning
Metode : Pengamatan, Penugasan
D. MEDIA/ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN
Media/Alat :
 Laptop
 HP
 Benda-benda di sekitar lingkungan kelas.
 Gelas plastik bekas minuman mineral 4 buah.
 Es Batu, cokelat, kapur dan mentega.

Sumber belajar : - Kusuma, Sari, dkk. 2013. Buku Guru Kelas 3 Tema 3 Benda di
Sekitarku. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. - Kusuma, Sari,
dkk. 2013. Buku Siswa Kelas 3 Tematik.

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar, 3 menit
dan mengecek kehadiran siswa melalui grup
whatsapp.
Siswa diajak berdoa.
Siswa ditanya kondisi kesehatan dan
kesiapannya dalam melaukan pembelajaran.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang
pentingnya sikap disiplin dan teliti yang akan
dikembangkan dalam pembelajaran.
Siswa diberi kesempatan merespon
informasi/penjelasan awal yang disampaikan guru.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Inti  Siswa membaca wacana tentang perubahan 8 menit
wujud benda mencair di Buku Siswa.
 Siswa membaca wacana tentang
perubahan wujud benda mencair dibantu dengan
media berupa gambar/visual dan audio visual yang
sudah disiapkan oleh guru.
 Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya.
Communication
 Siswa menjawab pertanyaan yang ada di Buku Siswa
Selanjutnya siswa menyimak pertanyan guru, apakah
semua benda padat akan mencair? Apakah semua
benda padat mencair pada suhu yang sama? Bagimana
membuktikannya?
 Siswa melakukan percobaan yang ada di Buku Siswa.
Creativity and Innovation
 Sebelumnya siswa ditugaskan untuk membawa benda-
benda yang digunakan pada percobaan.

 Siswa mengikuti instruksi di buku, biarkan


siswa melakukan pengamatan.
 Setelah itu siswa menuliskan hasil pengamatan di Buku
Siswa.
 Siswa menyampaikan hasil percobaan lewat video di
grup WA
 Siswa membaca informasi di Buku Siswa
tentang perbedaan titik leleh setiap benda.
 Siswa menghubungkan informasi yang diperoleh
dengan hasil percobaannya.
 Siswa mengamati ukuran berat yang tertera di bungkus
makanan. Critical Thinking and Problem Solving
 Guru meminta siswa mengamati resep kue yang ada
di buku siswa halaman 125 melalui voice note di
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
grup whatsapp
 Guru menjelaskan tentang satuan baku dan ada juga
satuan yang tidak baku.
 Siswa mengerjakan LKPD tentang besaran baku
dan tidak baku (LKPD 1).
 Siswa dengan bantuan orangtua, mengirim foto
hasil pekerjaan ke whatsapp guru kelas.
 Siswa mengamati gambar yang ada di Buku Siswa.
 Siswa menjelaskan unsur apa saja yang ada di gambar.

Setelah itu, siswa menyimak penjelasaan guru.

 tentang unsur garis dan warna pada gambar dekoratif.

 Setelah mendapatkan penjelasan, kembali


siswa
mengamati gambar yang ada dan mengidentifikasi garis,
bentuk, dan warna yang ada pada gambar.
Siswa menuliskan di Buku Siswa.
 Siswa menggambar dan memberi warna pada kotak
yang disediakan.
 Siswa dengan bantuan orang tua, mengirim foto hasil
pekerjaan ke whatsapp guru kelas.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Penutup Kegiatan diakhiri dengan mencatat apa yang
dibutuhkan untuk keesokan harinya. Tugas
pembelajaran 2 adalah membawa bahan dan alat
untuk membuat es krim yang akan dipraktikkan di
pembelajaran dua melalui WAG
 Kegiatan ditutup dengan membaca doa penutup sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
melalui WAG Religius

Catatan :
Jika ada siswa yang tidak memungkinkan melakukan pembelajaran secara
daring melalui grup whatsapp atau media lainnya, maka LKPD bisa diambil dan
dikumpulkan ke sekolah. Waktu pengumpulan sesuai kesepakatan bersama
antara guru dan orang tua dengan memenuhi protokol kesehatan.

F. PENILAIAN
a. Penilaian sikap : Observasi
b. Penilaian pengetahuan: Tes Tulis
: Tes tulis diberikan waktu yang lebih lama
daripada peserta didik tipikal
: Tes tulis disajikan dengan dilengkapi dengan
media gambar yang sesuai dengan soal yang
disajikan
c. Penilaian keterampilan : Praktik/Unjuk Kerja

Mengetahui, Kudus, Agustus 2022


Kepala SD Harapan VII, Guru Kelas,

KEPALA SEKOLAH HEBAT GURU HEBAT


SALAM
INKLUSI DAN
SUKSES GPK

Anda mungkin juga menyukai