Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN PELAYANAN UNIT

KAMAR JENAZAH

RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN


KABUPATEN MUSI RAWAS
Jl. Yos Sudarso No.13 Telp. (0733) 321013
Lubuklinggau Kode Pos 31611
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah
di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas ini dapat diselesaikan. Kami sampaikan juga
terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Unit Pemulasaraan Jenazah, serta semua pihak
dari berbagai latar belakang keahlian yang telah berkontribusi aktif dalam proses penyusunan
Pedoman ini.
Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah ini merupakan salah satu faktor
pendukung yang sangat penting dalam pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Pemulasaraan Jenazah
Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
Semoga Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

Lubuklinggau, Agustus 2017


DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19601130198801 1 001
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
SK PEDOMAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
SK KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II STANDAR KETENAGAAN…........................................................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS…..............................................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN….............................................................................9
BAB V LOGISTIK…...................................................................................................................10
BAB VI KESELAMATAN PASIEN…........................................................................................11
BAB VII KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA….....................................................14
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..........................................................................................17
BAB IX PENUTUP…..................................................................................................................18
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
Jl. Yos Sudarso No.13 Telp. (0733) 321013 Fax: (0733) 324973 Lubuklinggau Kode Pos 31611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN


NOMOR : 03/KPTS/RS.DS.I.10 /VIII//2017

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

Menimbang : 1. Bahwa Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan yang berlaku.
2. Bahwa pelayanan usaha pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu dioptimalkan dan terus ditingkatkan sebagai upaya
pelayanan sosial untuk memberikan kepuasan pada masyarakat.
3. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan professional khususnya
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas perlu dibuat Kebijakan
Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
4. Bahwa Kebijakan Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di
Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas seperti
dimaksud butir (3) di atas, perlu diatur dan ditetapkan melalui
keputusan
Direktur Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/
Menkes/Per/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
di Lingkungan Departemen Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
Menkes/SK/III/2007 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
12. Standar Kamar Jenazah Departemen Kesehatan Tahun 2004

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH DI
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19671130 1988 01 1001
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS
TANGGAL : 09 AGUSTUS 2017
NOMOR : 03/KPTS/RS.DS.I.10/VIII/2017
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT
PEMULASARAAN JENAZAH DI
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS.
KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

1. Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan
petugas dan pencegahan pengendalian infeksi
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
3. Petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
4. Kegiatan memandikan dan mengkafankan jenazah bekerja sama dengan pihak luar
5. Monitoring dan evaluasi pendistribusian dan penggunaan kamar jenazah
6. Semua petugas Unit Pemulasaraan Jenazah wajib melakukan cuci tangan 6 langkah
7. Semua petugas Unit Pemulasaraan Jenazah wajib memakai APD saat melakukan kegiatan
8. Pembersihan Unit Pemulasaraan Jenazah area harus dilakukan setiap waktu saat ada
pemakaian dan setiap 1 minggu sekali
9. Pemindahan jenazah dari ruang perawatan menuju Unit Pemulasaraan Jenazah dengan
menggunakan brankart dan mobil jenazah diantar oleh petugas kamar jenazah dan
perawat
10. Pelayanan di Unit Pemulasaraan Jenazah meliputi :
a. Memandikan dan mengkafankan jenazah
b. Penitipan jenazah dengan waktu terbatas (kecuali bila jenazah diformalin)
c. Pengawetan Jenazah dengan menggunakan formalin
d. Transportasi ke pemakaman / tempat kremasi

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19671130 1988 01 1001
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
Jl. Yos Sudarso No.13 Telp. (0733) 321013 Fax: (0733) 324973 Lubuklinggau Kode Pos 31611

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN


NOMOR : 01/KPTS/RS.DS.I.10 /VIII//2017

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

Menimbang : 1. Bahwa Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan yang berlaku.
2. Bahwa pelayanan usaha pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu dioptimalkan dan terus ditingkatkan sebagai upaya
pelayanan sosial untuk memberikan kepuasan pada masyarakat.
3. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan professional khususnya
kegiatan Pelayanan Jenazah di Rumah Sakit dr. Sobirin
Kabupaten Musi Rawas perlu dibuat Pedoman Pelayanan Unit
Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten
Musi Rawas.
4. Bahwa Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas seperti dimaksud butir
(3) di atas, perlu diatur dan ditetapkan melalui keputusan Direktur
Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/
Menkes/Per/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
di Lingkungan Departemen Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 tentang
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

7
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
Menkes/SK/III/2007 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
12. Standar Kamar Jenazah Departemen Kesehatan Tahun 2004

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PEDOMAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH DI
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS.
KEDUA : Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19601130 1988 01 1001

8
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS
TANGGAL : 09 AGUSTUS 2017
NOMOR : 01 /KPTS/RS.DS.I.10 /VIII/2017
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN UNIT
PEMULASARAAN JENAZAH DI
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I
PENDAHULUA
N

I. LATAR BELAKANG
Secara khusus penanganan jenazah sangat penting guna mengurangi risiko
infeksi. Proses penanganan di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas hanya
meliputi penempatan sementara sampai diperlihatkan ke pasien. Penyimpanan jenazah
harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan sebagai penghormatan kepada
korban. Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh Rumah Sakit Dr. Sobirin
Kabupaten Musi Rawas meliputi penempatan sementara jenazah pasien sampai jenazah
dibawa pulang ke rumah ataupun, pemulasaran jenazah, dan pengawetan jenazah.
Di RS Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas, Unit Pemulasaraan Jenazah berada di
bagian belakang sebelah laboratorium dan UTDRS dimana alur untuk penanganan
pelayanan Pemulasaraan Jenazah sudah diatur. Kamar jenazah di unit Pemulasaraan
Jenazah tidak bisa dilalui oleh orang yang tidak berkepentingan. Lalu lintas hanya bisa
dilalui oleh petugas Unit Pemulasaraan Jenazah.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di rumah sakit.
Infeksi ini telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang terjadi akibat infeksi nosokomial
sangatlah kompleks dan dapat menyebabkan kerugian bagi pasien maupun bagi rumah
sakit. Mengingat bahwa penularan penyakit dapat melalui udara, percikan dan kontak,
sehingga indicator kejadian infeksi nosokomial menjadi penting untuk diperhatikan.
Selanjutnya salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melakukan standar kamar jenazah yang baik. Selain itu pengetahuan dan perilaku petugas
kesehatan juga mernpunyai peran yang sangat penting.
II. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Dr. Soborin untuk dapat
melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah
9
sakit.

10
Tujuan Khusus :
1. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayananan di Unit Pemulasaraan Jenazah yang
merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien, keluarga dan masyarakat.
3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah sebelum ditunjukkan
dan dibawa pulang oleh keluarga.
4. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.

III. RUANG LINGKUP


Penggunaan pedoman ini diterapkan kepada petugas Unit Pemulasaraan Jenazah.
Yang diharapkan menerapkan pelayanan jenazah sesuai prosedur. Sehingga dapat
meningkatan mutu pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah dan menghindari adanya
infeksi silang.
a. Jenis Pelayanan terkait Unit Pemulasaraan Jenazah
Pelayanan jasa (services) yang terkait dengan kamar jenazah dapat dikelompok ke
dalam 4 kategori yakni :
1. Pelayanan Jenazah purna-pasien atau “mayat dalam” : Cakupan pelayanan ini
adalah berasal dari bagian akhir pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah
sakit, setelah pasien dinyatakan meninggal, sebelum jenazahnya diserahkan ke
pihak keluarga atau pihak berkepentingan lainnya.
2. Pelayanan kedokteran forensik terhadap korban-mati atau “mayat luar”.
Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas merupakan sarana bagi
dibawanya jenazah atau mayat tidak dikenal yang memerlukan pemeriksaan
forensik, jenis pemeriksaan forensik yang dilayani hanya visum luar
(pemeriksaan luar). Pemeriksaan luar dilakukan di Kamar Jenazah.
3. Pelayanan campuran (korban mati yang pernah di rawat).
4. Pelayanan bencana atau peristiwa dengan korban mati massal.

b. Tujuan Pelayanan
Pencegahan Penularan Penyakit akibat jenazah

c. Penegakan Hukum
Sesuai dengan peraturan /perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1981 (KUHAP), setiap dokter baik umum, ahli Kedokteran
Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik), maupun dokter spesialis klinik lain wajib
memberi bantuan kepada yang berwajib untuk kepentingan peradilan, bila diminta
oleh petugas kepolisian / pihak penyidik yang berwenang.

11
IV. BATASAN OPERASIONAL
Sebagai acuan Rumah Sakit Dr. Sobirin dalam memberikan mutu pelayanan yang
baik bagi keluarga pasien. Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana
manusia, karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini adalah perawatan
kebersihan sebagaimana kepercayaan agama/adatnya. Perlakuan sopan dan tidak merusak
badan, termasuk kerahasiannya. Oleh karena itu kamar jenazah harus bersih dan bebas
dari kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas, aman bagi petugas yang
bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit
mematikan.

V. LANDASAN HUKUM
1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/ 2006
Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/III/ 2007
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungaan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Standar Pelayanan Kamar Jenazah tahun 2004.

12
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

I. KUALIFIKASI
SDM Status
kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit Dr. Sobirin
dianjurkan untuk :
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk TBC paling
sedikit 1 kali dalam setahun
2. Status imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typhoid fever
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di instalasi kamar jenazah
seperti ISPA, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, dll.
Petugas Instalasi kamar jenazah antara lain :
1. Kepala Unit Pemulasaraan
Jenazah Kualifikasi tenaga
a. Pendidikan terakhir SMA
b. Sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan
kamar jenazah
2. Staff Unit Pemulasaraan Jenazah
a. Mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan kamar
jenazah.
b. Mengetahui alur dan penanganan kamar jenazah.
c. Cekatan, tanggap dan disiplin.

II. DISTRIBUSI KETENAGAAN


1. Kepala Unit Pemulasaraan Jenazah
a. Memimpin Unit Pemulasaraan Jenazah untuk pencapaian Visi dan Misi RS Dr.
Sobirin
b. Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Pemulasaraan Jenazah
c. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala manajemen
dan administrasi Unit Pemulasaraan Jenazah
d. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pemulasaraan Jenazah
e. Memberikan usulan program kerja dan anggaran Unit Pemulasaraan Jenazah
f. Mengembangkan kemampuan SDM Unit Pemulasaraan Jenazah
g. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan dinas kerja staf bawahannya
h. Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi semua alat alat
inventaris dan barang barang kebutuhan Unit Pemulasaraan Jenazah
13
i. Menjalin komunikasi dan kerjasama secara aktif dengan instalasi-instalasi kerja
yang terkait sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien
j. Melaksanakan tugas-tugas lain dari atasan
2. Staf Unit Pemulasaraan Jenazah
a. Bertanggungjawab kepada kepala Unit Pemulasaraan Jenazah
b. Mengarahkan semua aktifitas staff yang barkaitan dengan suplai alat steril bagi
perawatan pasien di rumah sakit
c. Menjaga kebersihan diri dan ruangan, karena hal tersebut merupakan cerminan dari
kebersihan linen
d. Menjaga inventaris yang dimiliki Unit Pemulasaraan Jenazah
III. PENGATURAN JAGA
Kepala Unit Pemulasaraan Jenazah bekerja mulai jam 08.00 WIB – 14.00 WIB
Staf Unit Pemulasaraan Jenazah bekerja mulai jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
Diluar jam kerja (21.00 – 07.00) bisa dipanggil on call

14
BAB III
STANDAR FASILITAS

I. SKEMA UNIT PEMULASARAAN JENAZAH

Gudang
BET MAN BET MAN BET MAN
DI DI DI

Kamar Mandi

Pintu
Toilet
Pintu
Lemari Pendingin
R. APB

II. STANDAR FASILITAS


Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisien kerja dan pelayanan Unit
Pemulasaraan Jenazah. Mengingat tugas pokok Unit Pemulasaraan Jenazah adalah melayani
pasien yang sudah meninggal dengan atau tanpa penyakit menular, maka diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai guna mencegah infeksi silang.

Bangunan
 Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah sakit dengan 156 TT dan angka kematian
yang hanya 1,8%. Luas bangunan kamar jenazah sebesar 16m2.

Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara meminimalkan terjadinya kontaminasi.
Area tertutup tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.

Syarat Unit Pemulasaraan Jenazah


Pada prinsipnya Unit Pemulasaraan Jenazah berada di tempat yang jauh dari lalu lintas
perawatan pasien untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan sesuai dengan alur kerja.
Kebersihan ruangan
1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan
2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan

15
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan jadwal pembersihan
Unit Pemulasaraan Jenazah

Sarana fisik dan peralatan Unit Pemulasaraan Jenazah


Di Unit Pemulasaraan Jenazah tempat tidur untuk perawatan pasien sebelum ditunjukkan
kepada keluarga. Terdapat troli untuk menempatkan alat–alat yang dibutuhkan untuk pelayanan
jenazah. Terdapat brankar untuk memindahkan jenazah dari rumah sakit ke mobil jenazah. Di
dalam Unit Pemulasaraan Jenazah terdapat lemari penyimpanan APD. Dan keranjang atau box
untuk meletakkan APD yang telah dipakai untuk perawatan jenazah. Yang nantinya akan dibawa
ke ruang laundry. Terdapat washtafel dan antiseptic serta handwash untuk petugas mencuci
tangan setelah menyiapkan jenazah. Peralatan yang diperlukan di Unit Pemulasaraan Jenazah
antara lain
:
1. Peralatan pengukuran tinggi badan
2. Googles
3. Sepatu Boot
4. Sarung tangan panjang
5. Apron plastic
6. Masker
7. Tutup kepala
8. Handuk
9. Kapas
10. Desinfektan/ Clorin
11. Detergen
12. Senter

16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah sebelum


diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada pasien
meninggal, maka diperlukan alur penanganan jenazah yang jelas. Tersedianya kamar jenazah
yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kamar jenazah dalam memberikan mutu
pelayanan yang baik bagi keluaga pasien.
ALUR PENANGANAN JENAZAH DI UNIT PEMULASARAAN
JENAZAH RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS

JENAZAH DARI INSTALASI MASUK UNIT SURAT KETERANGAN


LAIN Pemulasaraan Jenazah KEMATIAN

PENGAMBILAN JENAZAH OLEH KELUARGA (MENGGUNAKAN PEMBAYARAN DI KASIR RS


KERETA JENAZAH DAN MOBIL JENAZAH

1. Pasien dari instalasi lain yang sudah dinyatakan meninggal (jenazah) dikirim ke Unit
Pemulasaraan Jenazah
2. Di Unit Pemulasaraan Jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada keluarga.
Di kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi tali kassa sampai mulut
jenazah tertutup. Tangan diposisikan diatas perut kemudian pergelangan tangan ditali.
Kemudian diantara jempol kaki diselipkan kassa dan ditali kembali. Setelah posisi dan
keadaan jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk melihat keadaan keluarganya
yang meninggal.
3. Setelah dilakukan perawatan di Unit Pemulasaraan Jenazah petugas kamar jenazah
memberikan surat kematian.
4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi rumah sakit untuk
mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit. Setelah surat kematian dan biaya
administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada petugas instalasi kamar jenazah.
5. Setelah ditunggu 2 jam jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan menggunakan
kereta/brankar khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah rumah sakit.

17
BAB V
LOGISTIK

Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit Dr. Sobirin sebagai salah satu bagian
penting rumah sakit untuk mencegah resiko infeksi dan menunjang pelayanan medis baik untuk
petugas, pasien dan pengunjung. Apabila alat dan bahan habis maka petugas atau staf menulis
permintaan barang kepada Unit Sanitasi, Farmasi dan Perlengkapan.
Untuk pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang Unit Pemulasaraan
Jenazah selama satu bulan dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun berjalan. Setiap
anggaran yang dibuat diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam tahun berjalan.

18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian,
dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. (KKP-RS)

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan. (KKP-RS)

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Mencipatakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat
dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan system dan proses
pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar denngan mudah
dapat melaporkan kejadian / insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
KKP-PS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian
19
itu timbul.

20
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan.
Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.

21
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya


kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang
termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar
rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal
ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini tim PPK dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah
bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan
produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang No.1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada
tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
terlalu dingin;
- Tidak tersedia alat-alat pengaman;
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan

22
 Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya gejala
pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan tidak
boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari area umum.
Segera lapor kepada Komite PPI, Unit K3 dan dokter poliklinik Rumah
Sakit, adanya kemungkinan terinfeksi penyakit menular yang sedang
ditangani.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit perawatan
intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
 Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan pernapasan
dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara,
maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
 Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan pernapasan
tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan yang dialami
segera kepada Tim Dalin.
 Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan pernapasan
setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas diinstruksikan untuk
mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn dan atau peradangan
konjungtiva selama 10 hari setelah terpajan dengan penyakit menular melalui
udara.

23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan.
Adapun pengendalian mutu Instalasi kamar jenazah harus sesuai dengan protap yang
telah ditentukan. Setiap proses pelayanan jenazah berjalan petugas selalu mengenakan APD,
sehingga tidak ada kejadian infeksi yang akan terjadi.

24
BAB IX
PENUTUP

Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menjadi tantangan


yang harus diantisipasi oleh para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu juga dituntut
memberikan pelayanan yang professional dengan diberlakukannya undang -undang tentang
praktek kedokteran yang ditujukan kepa da kepastian hukum baik bagi penerima pelayanan
kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat di rumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit, infeksi nosokomial merupakan masalah serius
yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian namun
menyebabkan hari perawatan menjadi lebih lama di rumah sakit. Ini berarti pasien membayar
lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping pihak rumah sakit juga akan
mengeluarkan biaya yang lebih besar. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
merupakan kegiatan yang sangat penting dan salah satu factor yang mendukung untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu
pencegahan dan pengendalian infeksi rumh sakit harus diperhatikan.
Salah satu kegiatan untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melaksanakan pelayanan instalasi kamar jenazah yang baik. Tanggung jawab untuk
melaksanakan semua kegiatan secara aman dilingkungan pusat sterilisasi menjadi
tanggungjawab petugas instalasi kamar jenazah. Pada dasarnya kecelakaan kerja di lingkungan
pusat sterilisasi dapat dihindari dengan cara megetahui potensi bahaya yang dapat timbul.
Dengan cara memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman
maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan
Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR

Dr. H. RM. NAWAWI


PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19601130 1988 01 1001

25
26

Anda mungkin juga menyukai