KAMAR JENAZAH
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah
di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas ini dapat diselesaikan. Kami sampaikan juga
terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Unit Pemulasaraan Jenazah, serta semua pihak
dari berbagai latar belakang keahlian yang telah berkontribusi aktif dalam proses penyusunan
Pedoman ini.
Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah ini merupakan salah satu faktor
pendukung yang sangat penting dalam pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Pemulasaraan Jenazah
Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
Semoga Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
SK PEDOMAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
SK KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II STANDAR KETENAGAAN…........................................................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS…..............................................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN….............................................................................9
BAB V LOGISTIK…...................................................................................................................10
BAB VI KESELAMATAN PASIEN…........................................................................................11
BAB VII KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA….....................................................14
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..........................................................................................17
BAB IX PENUTUP…..................................................................................................................18
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
Jl. Yos Sudarso No.13 Telp. (0733) 321013 Fax: (0733) 324973 Lubuklinggau Kode Pos 31611
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS
Menimbang : 1. Bahwa Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan yang berlaku.
2. Bahwa pelayanan usaha pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu dioptimalkan dan terus ditingkatkan sebagai upaya
pelayanan sosial untuk memberikan kepuasan pada masyarakat.
3. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan professional khususnya
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas perlu dibuat Kebijakan
Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
4. Bahwa Kebijakan Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di
Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas seperti
dimaksud butir (3) di atas, perlu diatur dan ditetapkan melalui
keputusan
Direktur Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH DI
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR
1. Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah selalu berorientasi pada keselamatan pasien dan
petugas dan pencegahan pengendalian infeksi
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
3. Petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
4. Kegiatan memandikan dan mengkafankan jenazah bekerja sama dengan pihak luar
5. Monitoring dan evaluasi pendistribusian dan penggunaan kamar jenazah
6. Semua petugas Unit Pemulasaraan Jenazah wajib melakukan cuci tangan 6 langkah
7. Semua petugas Unit Pemulasaraan Jenazah wajib memakai APD saat melakukan kegiatan
8. Pembersihan Unit Pemulasaraan Jenazah area harus dilakukan setiap waktu saat ada
pemakaian dan setiap 1 minggu sekali
9. Pemindahan jenazah dari ruang perawatan menuju Unit Pemulasaraan Jenazah dengan
menggunakan brankart dan mobil jenazah diantar oleh petugas kamar jenazah dan
perawat
10. Pelayanan di Unit Pemulasaraan Jenazah meliputi :
a. Memandikan dan mengkafankan jenazah
b. Penitipan jenazah dengan waktu terbatas (kecuali bila jenazah diformalin)
c. Pengawetan Jenazah dengan menggunakan formalin
d. Transportasi ke pemakaman / tempat kremasi
Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH
DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS
Menimbang : 1. Bahwa Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan yang berlaku.
2. Bahwa pelayanan usaha pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu dioptimalkan dan terus ditingkatkan sebagai upaya
pelayanan sosial untuk memberikan kepuasan pada masyarakat.
3. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan professional khususnya
kegiatan Pelayanan Jenazah di Rumah Sakit dr. Sobirin
Kabupaten Musi Rawas perlu dibuat Pedoman Pelayanan Unit
Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten
Musi Rawas.
4. Bahwa Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah
Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas seperti dimaksud butir
(3) di atas, perlu diatur dan ditetapkan melalui keputusan Direktur
Rumah Sakit dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
7
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
Menkes/SK/III/2007 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
12. Standar Kamar Jenazah Departemen Kesehatan Tahun 2004
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PEDOMAN PELAYANAN UNIT PEMULASARAAN JENAZAH DI
RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS.
KEDUA : Pedoman Pelayanan Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit dr.
Sobirin Kabupaten Musi Rawas sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : 09 Agustus 2017
DIREKTUR
8
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS
TANGGAL : 09 AGUSTUS 2017
NOMOR : 01 /KPTS/RS.DS.I.10 /VIII/2017
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN UNIT
PEMULASARAAN JENAZAH DI
RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS
BAB I
PENDAHULUA
N
I. LATAR BELAKANG
Secara khusus penanganan jenazah sangat penting guna mengurangi risiko
infeksi. Proses penanganan di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas hanya
meliputi penempatan sementara sampai diperlihatkan ke pasien. Penyimpanan jenazah
harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan sebagai penghormatan kepada
korban. Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh Rumah Sakit Dr. Sobirin
Kabupaten Musi Rawas meliputi penempatan sementara jenazah pasien sampai jenazah
dibawa pulang ke rumah ataupun, pemulasaran jenazah, dan pengawetan jenazah.
Di RS Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas, Unit Pemulasaraan Jenazah berada di
bagian belakang sebelah laboratorium dan UTDRS dimana alur untuk penanganan
pelayanan Pemulasaraan Jenazah sudah diatur. Kamar jenazah di unit Pemulasaraan
Jenazah tidak bisa dilalui oleh orang yang tidak berkepentingan. Lalu lintas hanya bisa
dilalui oleh petugas Unit Pemulasaraan Jenazah.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di rumah sakit.
Infeksi ini telah dikenal sejak lama. Permasalahan yang terjadi akibat infeksi nosokomial
sangatlah kompleks dan dapat menyebabkan kerugian bagi pasien maupun bagi rumah
sakit. Mengingat bahwa penularan penyakit dapat melalui udara, percikan dan kontak,
sehingga indicator kejadian infeksi nosokomial menjadi penting untuk diperhatikan.
Selanjutnya salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan
melakukan standar kamar jenazah yang baik. Selain itu pengetahuan dan perilaku petugas
kesehatan juga mernpunyai peran yang sangat penting.
II. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi Manajemen Rumah Sakit Dr. Soborin untuk dapat
melaksanakan pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah
9
sakit.
10
Tujuan Khusus :
1. Sebagai pedoman pelaksanaan pelayananan di Unit Pemulasaraan Jenazah yang
merupakan salah satu upaya rumah sakit dalam mencegah infeksi
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien, keluarga dan masyarakat.
3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah sebelum ditunjukkan
dan dibawa pulang oleh keluarga.
4. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan untuk terjadinya infeksi silang.
b. Tujuan Pelayanan
Pencegahan Penularan Penyakit akibat jenazah
c. Penegakan Hukum
Sesuai dengan peraturan /perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1981 (KUHAP), setiap dokter baik umum, ahli Kedokteran
Kehakiman (Dokter Spesialis Forensik), maupun dokter spesialis klinik lain wajib
memberi bantuan kepada yang berwajib untuk kepentingan peradilan, bila diminta
oleh petugas kepolisian / pihak penyidik yang berwenang.
11
IV. BATASAN OPERASIONAL
Sebagai acuan Rumah Sakit Dr. Sobirin dalam memberikan mutu pelayanan yang
baik bagi keluarga pasien. Jenazah secara etis diperlakukan penghormatan sebagaimana
manusia, karena ia adalah manusia. Martabat kemanusiaan ini adalah perawatan
kebersihan sebagaimana kepercayaan agama/adatnya. Perlakuan sopan dan tidak merusak
badan, termasuk kerahasiannya. Oleh karena itu kamar jenazah harus bersih dan bebas
dari kontaminasi khususnya hal yang membahayakan petugas, aman bagi petugas yang
bekerja, termasuk terhadap resiko penularan jenazah terinfeksi karena penyakit
mematikan.
V. LANDASAN HUKUM
1. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/ 2006
Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/III/ 2007
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungaan Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Standar Pelayanan Kamar Jenazah tahun 2004.
12
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
I. KUALIFIKASI
SDM Status
kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit Dr. Sobirin
dianjurkan untuk :
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk TBC paling
sedikit 1 kali dalam setahun
2. Status imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typhoid fever
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di instalasi kamar jenazah
seperti ISPA, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, dll.
Petugas Instalasi kamar jenazah antara lain :
1. Kepala Unit Pemulasaraan
Jenazah Kualifikasi tenaga
a. Pendidikan terakhir SMA
b. Sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan
kamar jenazah
2. Staff Unit Pemulasaraan Jenazah
a. Mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan kamar
jenazah.
b. Mengetahui alur dan penanganan kamar jenazah.
c. Cekatan, tanggap dan disiplin.
14
BAB III
STANDAR FASILITAS
Gudang
BET MAN BET MAN BET MAN
DI DI DI
Kamar Mandi
Pintu
Toilet
Pintu
Lemari Pendingin
R. APB
Bangunan
Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah sakit dengan 156 TT dan angka kematian
yang hanya 1,8%. Luas bangunan kamar jenazah sebesar 16m2.
Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada efisiensi kerja dan
meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara meminimalkan terjadinya kontaminasi.
Area tertutup tidak dapat diakses oleh orang yang tidak berkepentingan.
15
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan jadwal pembersihan
Unit Pemulasaraan Jenazah
16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Pasien dari instalasi lain yang sudah dinyatakan meninggal (jenazah) dikirim ke Unit
Pemulasaraan Jenazah
2. Di Unit Pemulasaraan Jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada keluarga.
Di kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi tali kassa sampai mulut
jenazah tertutup. Tangan diposisikan diatas perut kemudian pergelangan tangan ditali.
Kemudian diantara jempol kaki diselipkan kassa dan ditali kembali. Setelah posisi dan
keadaan jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk melihat keadaan keluarganya
yang meninggal.
3. Setelah dilakukan perawatan di Unit Pemulasaraan Jenazah petugas kamar jenazah
memberikan surat kematian.
4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi rumah sakit untuk
mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit. Setelah surat kematian dan biaya
administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada petugas instalasi kamar jenazah.
5. Setelah ditunggu 2 jam jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan menggunakan
kereta/brankar khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah rumah sakit.
17
BAB V
LOGISTIK
Unit Pemulasaraan Jenazah di Rumah Sakit Dr. Sobirin sebagai salah satu bagian
penting rumah sakit untuk mencegah resiko infeksi dan menunjang pelayanan medis baik untuk
petugas, pasien dan pengunjung. Apabila alat dan bahan habis maka petugas atau staf menulis
permintaan barang kepada Unit Sanitasi, Farmasi dan Perlengkapan.
Untuk pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang Unit Pemulasaraan
Jenazah selama satu bulan dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun berjalan. Setiap
anggaran yang dibuat diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam tahun berjalan.
18
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian,
dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi. (KKP-RS)
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar
terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan. (KKP-RS)
20
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan.
Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan
pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan
pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.
21
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
22
Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya gejala
pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan tidak
boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari area umum.
Segera lapor kepada Komite PPI, Unit K3 dan dokter poliklinik Rumah
Sakit, adanya kemungkinan terinfeksi penyakit menular yang sedang
ditangani.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara)
sesuai dengan penyebaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di unit perawatan
intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan pernapasan
dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara,
maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan pernapasan
tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan yang dialami
segera kepada Tim Dalin.
Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan pernapasan
setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas diinstruksikan untuk
mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn dan atau peradangan
konjungtiva selama 10 hari setelah terpajan dengan penyakit menular melalui
udara.
23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan.
Adapun pengendalian mutu Instalasi kamar jenazah harus sesuai dengan protap yang
telah ditentukan. Setiap proses pelayanan jenazah berjalan petugas selalu mengenakan APD,
sehingga tidak ada kejadian infeksi yang akan terjadi.
24
BAB IX
PENUTUP
25
26