Anda di halaman 1dari 8

Bab 8 TUJUAN INTRUKSIONAL

1. Bermacam-Macam Tujuan Pendidikan.

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pengembangan di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan diarahkan untuk
membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia
Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh
tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,
mencitai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan termaktub dalam UUD
1945.

Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan
memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu
syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai
pendidikan di tingkat Universitas.

2. Tujuan Instruksional(Intructional Objectives)

Suharsimi Arikunto menyatakan dalam tujuan instruksional umum menggunakan kata kerja yang masih
umum dan tidak dapat diukur, maka dibutuhkan tujuan instruksional khusus. Jadi ada 2 macam tujuan
instruksional:

ü tujuan instruksional umum ( TIU)

ü tujuan instruksional khusus (TIK)

Adapun manfaat tujuan instruksional adalah:


a. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur (metode)
mangajar,

b. Peserta didik mengetahui arah belajarnya,

c. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu bahan sehingga
diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup (overlap) antar pendidik,

d. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar peserta didik,

e. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker)


mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran.

3. Merumuskan Tujuan Intruksional.

Bagaimana cara merumuskan tujuan pembelajaran atau indikator hasil belajar itu?ada empat komponen
pokok yang harus nampak dalam rumusan indikator hasil belajar seperti yang digambarkan dalam
pertanyaan berikut:

a) Siapa yang belajar atau yang diharapkan dapat mencapai tujuan atau mencapai hasil belajar itu?

b) Tingkah laku atau hasil belajar yang bagaimana yang diharapkan dapat dicapai itu?.

c) Dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditampilkan?

d) Seberapa jauh hasil belajar itu bisa diperoleh.

4. Langkah-LangkahyangDilakukan dalam Merumuskan Tujuan Intruksioanal Khusus.


a. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi
yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984, TIU sudah ada tercantum dalam buku garis-
garis besar program pengajaran. Dalam merumuskan TIU digunakan kata kerja yang sifatnya masih
umum dan tidak dapat di ukur karena perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia.

b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat
dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.

Contoh-contoh rumusan untuk TIU:

Ø Memahami teori evaluasi.

Ø Mengetahui perbedaan antara skor dan nilai.

Ø Mengerti cara mencari validita.

Ø Menghayati perlunya penilaian yang tepat.

Ø Menyadari pentingnya mengikuti kuliah dengan teratur.

Ø Menghargai kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.

5. Tingkah Laku Akhir

Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik mengalami proses belajar.
Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam suatu perbuatan yang dapat diamati dan diukur
(observable and measurable).

Contoh:
ü Menuliskan kalimat perintah,

ü Mengalikan pecahan persepuluh,

ü Menggambarkan kurva normal,

ü Menyebutkan batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta,

ü Menceritakan kembali uraian guru,

Dan lain-lain yang berwujud kata kerja perbuatan/operasional (Action Verb) yang dapat diamati dan
diukur.

6. Kata-Kata operasioanal

a. Kognitif

ü Pengetahuan (knowledge). Kata-kata instruksional yang sering digunakan: Mendefinisikan,


mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (state),
mereproduksi.

ü Pemahaman (comprehension). Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mempertahankan,


membedakan, menduga (estimate), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,
memberikan, contoh, menuliskan kembali, menggunakan.

ü Aplikasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,


menemukan, memanipulasi, memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan,
menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.

ü Analisis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: memerinci, menyusun diagram, membedakan,
mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih,
memisahkan, membagi (subdivides).
ü Sintesis. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengategorikan, mengombinasikan,
mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan, mengorganisasikan,
menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, merekronstuksikan, menghubungkan,
mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, menceritakan.

ü Evaluasi. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menilai, membandingkan, menyimpulkan,


mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan,
menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).

b. Afektif

ü Reesiving. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menanyakan, memilih, mendeskripsikan,


mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab.

ü Responding. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menjawab, membantu, mendiskusikan,


menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih,
menceritakan, menulis.

ü Valuing. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: melengkapi, menggambarkan, membedakan,


menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca,
melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.

ü Organization. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah, mengatur, menggabungkan,


membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan,
mengidentifikasikan, mengintregasikan, memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan,
menghubungkan, mensistesiskan.

ü Characterization by value or value complex. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:


membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan,
memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, menggunakan.

c. Psikomotorik
ü Musclar or motor skills. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mempertontonkan gerak,
menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), melompat, menggerakkan, menampilkan.

ü Manipulation of materials or objects. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mereparasi,


menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.

ü Neuromusclar coordination. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengamati, menerapkan,


menghubungkan, menggandeng, memotong, menarik, memasang, menarik, menggunakan.

Kata-kata yang telah disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan
tujuan instruksional khusus bagi peserta didik yang belajar, sehingga rumusan seutuhnya menjadi
pernyataan-pernyataan, sebagai berikut:

1) Peserta didik dapat menghafal ibu kota negara bagian Jerman.

2) Peserta didik dapat menunjukkan letak ibu kota negara bagian Jerman.

3) Peserta didik dapat membuat kalimat dalam Bahasa Jerman.

7. Kondisi Demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau situasi yang dikenakan
kepadapeserta didik pada saat pendidik mendemonstrasikan tingkah laku akhir.

Standar keberhasilan adalah kelompok TIK yang menunjukkan seberapa jauh tingkat keberhasilan yang
di tuntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.

Tingkat keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun prsentase, misalnya:

a) Dengan 75% betul.


b) Sekurang-kurangnya 5 dari 10.

c) Tanpa kesalahan.

Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum di jelaskan bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar pendidik di
haruskan memperhatikan pula keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini di sebut dengan istilah
pendekatan keterampilan proses. Keterampilan-keterampilan di maksud meliputi keterampilan dalam
hal:

a) Mengamati.

b) Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan.

c) Merabalkan.

d) Menerapkan konsep.

e) Merencanakan penelitian.

f) Melaksanakan penelitian.

g) Mengkomunikasikan hasil penemuan.

Sesuai dengan tuntutan tersebut maka pendidik dalam merumuskan tujuan instruksional khusus harus
mengandung apa yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.

Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang menjelaskan:

a) Materi yang dipelajari.


b) Perilaku mengutarakan hasil.

c) Proses pencapaiannya

Anda mungkin juga menyukai