Anda di halaman 1dari 87

TUGAS AKHIR

ANALISIS RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA


PEMBANGUNAN KONSTRUKSI TOWER BESI BAJA
(SUTET)
(STUDI KASUS : PEMBANGUNAN JARINGAN TRANSMISI TEGANGAN
EKSTRA TINGGI Grati-TX Kalanganyar, Kota Surabaya, Jawa Timur)

Disusun oleh :

ALFANDI ARIFUDDIN

45 17 041 027

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2022
ABSTRAK
“ANALISIS RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI TOWER BESI BAJA (SUTET) PADA PEMBANGUNAN
JARINGAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500kV GRATI-
TX KALANGANYAR, KOTA SURABAYA, JAWA TIMUR”

Alfandi Arifuddin1
Prof. Dr. Ir. M. Natsir Abduh, M.si2, Dr. Ir. Hj. Hijriah, ST. MT3
Dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi berpotensi menimbulkan bahaya
atau risiko yang bisa menimbulkan kerugian yang bisa dikatakan banyak
perihal waktu, material, dan biaya. Di tiap lokasi kerja mempunyai risiko
kecelakaan kerja yang bisa mengganggu kegiatan pekerjaan dalam
sebuah kegiatan kerja. Hal-hal yang menimbulkan munculnya kecelakaan
kerja ialah minimnya pengetahuan akan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang baik dan juga minimnya pelaksanaan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Pekerjaan konstruksi tower
transmisi adalah sebagian pekerjaan infrastruktur yang mempunyai tingkat
risiko yang cukup tinggi di dunia konstruksi disebabkan minimnya
kesadaran tenaga kerja untuk memakai APD dan terbebas dari aspek
mesin kerja dan peralatan. Penelitian ini bermaksud guna memahami
risiko K3 dan pengukuran tingkat risiko. Jenis penelitian ialah penelitian
kuantitatif dengan method yang dipakai dalam penilaian risiko pada
penelitian ini adalah AS/NZS4360. Data diperoleh dari teknik kuesioner
yang disebarkan kepada responden, adapun responden yang ditujukan
ialah bagian kontraktor yang mempunyai pengetahuan akan K3.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh potensi risiko yang bisa terjadi di
pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV Grati-
TX Kalanganyar, Kota Surabaya antara lain : Risiko Terbakar (X1), Risiko
Kerusakan Peralatan (X2), Risiko Pekerja Terjatuh (X3), Risiko Akibat
Cuaca (X4), Risiko Tersandung (X5), Risiko Tertusuk/Tergores (X6),
Risiko Kejatuhan benda (X7). Dari hasil penelitian diperoleh potensi risiko
kejatuhan benda paling banyak terjadi dengan persentase sebesar 32%
dan potensi risiko pekerja terjatuh yang mempunyai potensi risiko yang
paling tinggi (High Risk).

Kata kunci: AS/NZS4360, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Tower Transmisi.

ABSTRACT
“WORK ACCIDENT RISK ANALYSIS ON THE DEVELOPMENT OF
STEEL IRON TOWER (SUTET) CONSTRUCTION IN THE
CONSTRUCTION OF A 500kV EXTRA HIGH VOLTAGE
TRANSMISSION NETWORK GRATI-TX KALANGANYAR, SURABAYA
CITY, EAST JAVA”

Alfandi Arifuddin1
Prof. Dr. Ir. M. Natsir Abduh, M.si2, Dr. Ir. Hj. Hijriah, ST. MT3
The implementation of construction activities has the potential to cause
hazards or risks that can cause losses that can be said to be a lot in terms
of time, material, and cost. At each work location there is a risk of work
accidents that can interfere with work activities in a work activity. Things
that cause work accidents are the lack of knowledge of good Occupational
Safety and Health (K3) and also the lack of implementation of the
Occupational Health and Safety Management System (SMK3).
Transmission tower construction work is part of infrastructure work that
has a fairly high level of risk in the construction world due to the lack of
awareness of the workforce to use PPE and are free from aspects of work
machines and equipment. This study intends to understand the OHS risk
and measure the level of risk. The type of research is quantitative
research with the method used in risk assessment in this study is
AS/NZS4360. The data was obtained from a questionnaire technique
distributed to respondents, while the intended respondents were
contractors who had knowledge of K3. Based on the research results, it is
obtained that the potential risks that can occur in the construction of the
500 kV Extra High Voltage Transmission Network of Grati-TX
Kalanganyar, Surabaya City include: Burning Risk (X1), Equipment
Damage Risk (X2), Falling Worker Risk (X3), Consequence Risk Weather
(X4), Risk of Tripping (X5), Risk of Stab/Scratched (X6), Risk of falling
objects (X7). From the results of the study, it was found that the most
potential risk of falling objects occurred with a percentage of 32% and the
potential risk of falling workers had the highest potential risk (High Risk).

Keywords: AS/NZS 4360, Occupational Safety and Health, Occupational


Health and Safety Management System, and Transmission Tower.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pasokan listrik untuk

kebutuhan masyarakat Indonesia di berbagai pusat beban seperti

kawasan industri dan permukiman khususnya yang ada di Kota

Surabaya, maka diperlukan sarana yang mampu menyalurkan tenaga

listrik. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah pembangunan

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Tanpa SUTET atau

jaringan transmisi lainnya, listrik tidak mungkin menjangkau titik – titik

penggunanya/konsumen (Deputi Bidang Tata Lingkungan, Kementrian

Negara Lingkungan Hidup RI, 2007).

Pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

500 kV Grati TX – Kalanganyar merupakan pembangunan saluran

transmisi dengan tegangan 500 kiloVolt yang menghubungkan antara

Gardu Induk yang ada di Grati ke Gardu Induk Kalanganyar, Kota

Surabaya.

Keselamatan pada hakikatnya ialah kebutuhan tiap manusia dan

dijadikan naluri dari tiap makhluk hidup. Sejak manusia hidup pada

permukaan bumi,secara tak sadar bagian keselamatan guna

mengantisipasi berbagai macam bahaya di lingkungan hidupnya telah

dikenal oleh mereka. Pada masa itu, tantangan bahaya yang dihadapi

I-1
lebih bersifat natural seperti kondisi alam, cuaca, binatang buas dan

bahaya dari lingkungan hidup lainnya (Soehatman Ramli, 2010:6).

Pada penerapan pembangunan konstruksi kerap ada potensi

risiko/bahaya yang bisa menimbulkan kerugian. Menurut Redja (2008),

risiko bisa di definisikan bagai ketidakpastian terikat dengan timbulnya

satu kerugian. Risiko dapat berpengaruh pada lingkungan kerja dan

juga para pekerja di lokasi kerja.

Konstruksi tower transmisi merupakan salah satu dari bangunan

infrastruktur yang ada di Indonesia. Pekerjaan konstruksi tower

transmisi merupakan pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan yang

tinggi dikarenakan pekerjaan tersebut berada pada ketinggian. Dalam

pengerjaannya, ada beberpa risiko yang dapat terjadi pada konstruksi

tower transmisi, misalnya terjatuh dari ketinggian yang menyebabkan

cidera hingga meninggal dunia, dijatuhi material baut atau besi, dan

terbentur material.

Berdasarkan Asosiasi Ropes Access Indonesia (2009) bekerja

pada ketinggian (work at height) ialah bentuk pekerjaan yang memiliki

potensi bahaya jatuh (dan tentunya ada bahaya-bahaya lainnya).

Berdasarkan Rope and Work Corporation yang dimaksud pekerjaan

pada ketinggian ialah pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi (high risk

activity) yang membutuhkan pemahaman dan ketrampilan khusus

guna melakukan pekerjaan yang sebenarnya.

I-2
Melakukan pekerjaan pada ketinggian menunjuk pada

pekerjaan di suatu lokasi yang jika seorang tidak menuruti peringatan

(precaution) yang ada maka bisa menimbulkan terjatuh dan berakibat

cidera. Jatuh dari ketinggian ialah penyumbang terbesar pada kasus

fatality accident pada dunia konstruksi. Dalam melaksanakan

pekerjaan pada ketinggan dapat berpotensi muncul kecelakaan kerja

(HSE UK 2005).

Tiap pekerjaan konstruksi bangunan patut meminimalisir

timbulnya kecelakaan atau sakit akibat kerja untuk para tenaga kerja.

Langkah pencegahan harus dilaksanakan guna menjamin bahwa

peralatan perancah, alat-alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda

lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan ke bawah dari

tempat yang tinggi hingga bisa menimbulkan kecelakaan (Peraturan

Menaker dan Transmigrasi No.Per.01/Men/1980)

Mengingat hazard terdapat hampir disemua lokasi kerja, maka

usaha guna mencegah dan meminimalisir risiko yang bisa muncul

dikarenakan proses pekerjaan mesti kunjung dilaksanakan. Dengan

risk management process, risiko yang dapat muncul bisa di identifikasi,

dinilai dan dikendalikan segera mungkin dengan pendekatan preventif,

inovatif dan parsitisipatif (Tarwaka, 2014:264).

Sebagai usaha pengendalian risiko kecelakaan kerja, butuh

diidentifikasi asal bahaya yang ada di lokasi kerja dan dievaluasi

tingkat risikonya juga dilaksanakan pengendalian yang mencukupi

I-3
(Syukri Sahab, 1997:102). Identifikasi bahaya ialah landasan dari

program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa

mengetahui bahaya, maka risiko tak dapat ditentukan, sehingga usaha

pencegahan dan pengendalian risiko tak dapat dilakukan (Soehatman

Ramli, 2010:54).

Beberapa peristiwa kecelakaan kerja pada pekerja di ketinggian

terjadi dibeberapa daerah. Pada proyek pembangunan Paragon City di

kawasan Kota Semarang, terjadi kecelakaan hingga sejumlah pekerja

sempat menghentikan aktifitasnya. Pekerja tewas jatuh dari lantai 4

bangunan proyek saat sedang memasang saluran udara, disalah satu

ruangan yang diproyeksikan untuk gedung cinema. Pekerja tidak

menggunakan sabuk pengaman ketika bekerja, pekerja terpeleset dan

langsung jatuh. Akibatnya pekerja terluka dibagian kepala, serta kaki

dan tangannya patah. Sebelumnya juga pernah terjadi kecelakaan

kerja hingga mengakibatkan tewasnya 3 pekerja kuli bangunan

(Hermanto, 2010).

Kasus kecelakaan serupa juga terjadi pada pihak PT Wijaya

Kusuma Contractors (WKC) salah 1 pekerja proyek pembangunan

Hotel Alila di Jl. Slamet Riyadi Solo jatuh dari lantai 22 , pekerja

tersebut tewas. Kejadian itu bermula ketika Ia tergelincir hingga

akhirnya terjatuh ke celah. Tubuhnya jatuh di lantai 16. Kecelakaan ini

terjadi akibat pekerja kuli sama sekali tidak menggunakan alat

I-4
pelindung diri seperti safety helmet, full body harness, dan safety

shoes (Suara Merdeka, 2014).

BPJS Ketenagakerjaan mengatakan bahwa di tahun 2020

tercatat sebanyak 177.000 kasus kecelakaan kerja (Laporan BPJS

Ketenagakerjaan 2020). Faktor tersebut berkembang dari tahun

sebelumnya, yaitu sebanyak 114.000 kasus kecelakaan kerja (Laporan

BPJS Ketenagakerjaan 2019). Dari data tersebut jelas bahwa

keselamatan dan kesehatan kerja belum dilaksanakan dengan baik.

Pada tiap lokasi kerja selalu mempunyai risiko kecelakaan kerja

yang bisa mengganggu kegiatan pekerjaan di proses pembangunan.

Maka dari itu dibutuhkan sistem K3 untuk mengurangi timbulnya

kecelakaan kerja. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia

Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja bahwa “tiap tenaga kerja

memiliki hak memperoleh lindungan atas keselamatan dalam

melaksanakan pekerjaan guna kesejahteraan dan meningkatkan

produksi dan produktivitas nasional”.

Mengutip pertimbangan pada pasal 1 Peraturan Menaker

Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2016 mengenai K3 di Pekerjaan

pada Ketinggian mengatakan bahwa “Bekerja di ketinggian ialah

aktivitas pekerjaan yang dilaksanakan para tenaga kerja pada lokasi

kerja di permukaan tanah atau perairan yang memiliki perbedaan

ketinggian dan mempunyai potensi jatuh yang menimbulkan tenaga

I-5
kerja atau orang lain yang berada di lokasi kerja cedera atau

meninggal dunia atau menimbulkan kerusakan harta benda”.

Menurut hasil wawancara pada observasi awal di tanggal 10

Desember 2021 dengan pihak ahli K3, manager dan pengawas proyek

pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi Grati-TX

Kalanganyar, proyek yang terdiri dari 140 titik dengan ketinggian tower

rata-rata 71,5m ini mempunyai bahaya dan risiko kecelakaan kerja

yang cukup tinggi. Bahaya yang ada pada proyek ini adalah potensi

bahaya mekanik dan fisik. Biarpun pada proyek ini belum pernah

timbul kecelakaan kerja yang hingga menimbulkan kecacatan dan

kematian seperti terjatuh dari lantai atas. Pada proyek pembangunan

ini belum ada data kecelakaan kerja dikarenakan hanya kecelakaan

ringan yang timbul pada para pekerja.

Pada penelitian ini variabel yang di teliti diambil dari 7 item

potensi risiko pekerjaan, yaitu Risiko kerusakan peralatan (X1) yaitu

kerusakan yang terjadi pada alat yang ada pada lokasi kerja yang

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu operator yang tidak dilatih

dengan baik, mengabaikan tanda-tanda peringatan, mengabaikan

pemeliharaan alat yang bersifat pencegahan (Preventative

Maintanance), melupakan penggunaan buku panduan serta

melampaui batas kerja alat. Risiko terbakar (X2) yaitu risiko yang

disebabkan pada saat proses pengelasan. Risiko tersandung (X3)

yaitu risiko yang disebabkan oleh material yang melintang di area

I-6
kerja, seperti kabel, selang, kawat, atau benda lain, pencahayaan yang

buruk, permukaan lantai kerja tidak rata, dan tangga yang rusak atau

ketinggian anak tangga yang tidak sama. Risiko tertusuk atau tergores

(X4) yaitu risiko yang disebabkan oleh bagian mesin atau peralatan

atau bahkan perlengkapan yang bergerak dengan ujung yang tajam.

Risiko pekerja terjatuh (X5) yaitu risiko yang disebabkan oleh tersengat

listrik di saat bekerja pada ujung bangunan, terjadi ledakan atau

kebakaran pada ketinggian tertentu dan kurang penerangan membuat

pekerja tidak bisa jelas melihat lubang atau tidak hati-hati ketika

menaiki tangga. Risiko akibat cuaca (X6) yaitu risiko yang disebabkan

oleh perubahan cuaca yang tidak bersifat bencana alam (non-

catatstrophic) seperti suhu udara, kelembaban, curah hujan, salju, petir

atau kecepatan angin. Risiko kejatuhan benda (X7) yaitu risiko yang

disebabkan oleh Kesalahan dalam membuang benda dari tempat yang

tinggi, Penyimpanan/peletakan benda atau peralatan yang tidak pada

tempatnya, memasang material/peralatan yang kurang baik dan tidak

pada tempatnya, tidak adanya pengamanan terhadap benda/peralatan

yang jatuh, kesalahan dalam mengangkat material/peralatan ke tempat

yang tinggi, mengangkat material/peralatan dengan muatan berlebihan

serta pekerja tidak mengenakan topi pelindung/safety helmet.

Permasalahan yang terjadi pada pembangunan konstruksi

tower besi baja yaitu terlihatnya potensi kecelakaan yang cukup besar

dikarenakan pembangunan kontruksi yang berskala besar, seperti

I-7
pemasangan besi atau rangka baja pada ketinggian, penggunaan alat

berat, dan pekerjaan lainnya. Maka dari itu potensi kecelakaan kerja

pada pembangunan tersebut sangat besar dan banyak. Tentunya

potensi bahaya yang terjadi saat bekerja dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja bahkan sampai kematian meskipun sebenarnya

sampai saat ini tidak ada, akan tetapi kecelakaan itu masih dalam

tahap diterima. Terlebih lagi pelaksanaan pembangunan dilakukan

pada saat terjadinya pandemi covid-19, jadi perusahaan yang terlibat

harus menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar.

Alasan penelitian di pembangunan konstruksi tower besi baja

GRATI-TX Kalanganyar, Kota Surabaya yaitu ingin menganalisis risiko

yang dapat terjadi pada pembangunan konstruksi tower besi baja dan

mengetahui besar nilai risiko. Maka dari itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul:

ANALISIS RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA

PEMBANGUNAN KONSTRUKSI TOWER BESI BAJA

(SUTET) (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN JARINGAN TRANSMISI

TEGANGAN EKSTRA TINGGI Grati-TX Kalanganyar, Kota Surabaya, Jawa

Timur).

I-8
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka ditemukan

rumusan masalah yang ada. Adapun rumusan masalah yang penulis

ambil adalah sebagai berikut :

a. Risiko apakah yang dapat terjadi pada pembangunan konstruksi

tower besi baja SUTET Grati-TX Kalanganyar di Kota Surabaya?

b. Risiko apakah yang paling besar terjadi pada pembangunan

konstruksi tower besi baja SUTET Grati-TX Kalanganyar di Kota

Surabaya?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui risiko yang dapat terjadi pada pembangunan

konstruksi tower besi baja SUTET Grati-TX Kalanganyar di Kota

Surabaya.

b. Untuk Mengetahui besar nilai risiko pada pembangunan

konstruksi tower besi baja SUTET Grati-TX Kalanganyar di Kota

Surabaya.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat manfaat bagi penulis dan pelaku

konstruksi. Adapun manfaatnya adalah :

a. Bagi penulis, dapat mengetahui risiko-risiko yang dapat terjadi

pada pembangunan konstruksi tower besi baja.

I-9
b. Bagi akademisi, dapat menjadi bahan bacaan dan referensi

untuk penulisan karya ilmiah yang berhubungan dengan

pengendalian risiko untuk pembangunan tower transmisi.

c. Bagi pelaku konstruksi, dapat menjadi bahan bacaan dan

masukan dalam mengendalikan risiko yang dapat terjadi guna

mencapai zeroaccident.

d. Bagi Masyarakat sebagai bahan bacaan dan sumber informasi

bagi masyarakat agar tumbuh kesadaran akan artipentingnya

peranan kesehatan dan keselamatan kerja.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini diambil batasan masalah sebagai berikut :

a. Responden penelitian ini adalah pihak kontraktor pada

Pembangunan Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi Grati-

TX Kalanganyar, Kota Surabaya, Jawa Timur.

b. Risiko yang ditinjau ialah risiko mengenai K3.

c. Pekerjaan yang ditinjau adalah pekerjaan pemasangan body tower

(legtower, common body, dan cross arm) dan penarikan kabel

transmisi.

d. Penelitian ini tidak memperhitungkan biaya.

e. Dasar penilaian tingkat risiko yang dipakai adalah AS/NZS

4360:2004.

I-10
1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1.5.1 BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan.

1.5.2 BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi dasar-dasar teori mengenai K3, kecelakaan kerja dan

metode yang digunakan untuk menjadi landasan pendukung

penelitian.

1.5.3 BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang penjabaran keseluruhan proses yang

dilakukan mulai dari teknik pengumpulan data primer dengan

observasi dan wawancara serta data sekunder.

1.5.4 BAB IV Analisa dan Pembahasan

Bab ini menyajikan tentang pengolahan dan analisa data-data yang

telah dikumpulkan mengenai risiko K3 pada pembangunan

konstruksi tower transmisi.

1.5.5 BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta

saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian

I-11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan ialah peristiwa yang tidak diharapkan dan tidak

terduga. Kecelakaan akibat kerja ialah kecelakaan berhubung dengan

hubungan kerja pada perusahaan, dalam artian kecelakaan timbul

disebabkan oleh pekerjaan atau di waktu melakukan pekerjaan

(Suma’mur,1995). Sedangkan berdasarkan Permenaker nomor 3

Tahun 1994 mengenai Penyelenggaraan Program Jamsos Tenaga

Kerja bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Tenaga Kerja Borongan dan

Tenaga Kerja Kontrak, kecelakaan kerja ialah kecelakaan yang timbul

berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang terjadi

dikarenakan hubungan kerja, dan juga kecelakaan yang timbul pada

perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke

rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian, yaitu:

1. Kerusakan.

2. Kekacauan organisasi.

3. Keluhan dan kesedihan.

4. Kelainan dan cacat.

5. Kematian.

II-1
2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Di dalam OHSAS 18001:2007 menerangkan bahwa

keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi dan faktor yang

berdampak pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja

lain (termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor, atau orang

lain di tempat kerja).

2.2.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja ialah keselamatan yang berkaitan dengan

mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya,

lingkungan kerja serta prosedur atau langkah kerja

(Suma’mur,1995). Keselamatan kerja menyangkut segenap proses

produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu hal

penting sasaran keselamatan kerja mengingat risiko bahayanya

ialah penerapan teknologi terutama teknologi yang lebih unggul.

Keselamatan kerja ialah tugas semua pekerja yang bekerja pada

perusahaan. Keselamatan kerja ialah dari, oleh, dan buat tiap

tenaga kerja dan orang lainnya serta masayarakat pada umumnya.

Tujuan dari keselamatan kerja ialah sebagai berikut

(Suma’mur, 1995) :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya pada

melakukan pekerjaan guna kesejahteraan hidup dan

meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.

II-2
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang ada di lokasi kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan

efisien.

2.2.2 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja ialah penjurusan kesehatan atau penjurusan

pada bidang kedokteran dengan prakteknya yang memiliki tujuan

guna tenaga kerja atau pekerja mendapatkan derajat kesehatan

sebaik-baiknya, baik fisik, mental, emosional, maupun sosial dengan

usaha - usaha pencegahan terhadap penyakit - penyakit atau

gangguan – gangguan kesehatan yang disebabkan faktor - faktor

pekerjaan dan lingkungan kerja, juga terhadap penyakit pada

umumnya. Ada dua kategori penyakit yang umum diderita oleh

tenaga kerja yaitu:

a. Penyakit umum

Penyakit yang bisa diderita oleh semua orang baik yang

bekerja, yang masih sekolah atau menganggur.

Penanggulangan penyakit ini merupakan tanggung jawab

seluruh anggota masyarakat.

b. Penyakit akibat kerja

Penyakit ini bisa terjadi pada saat seseorang melaksanakan

pekerjaannya. Penanggulangan dapat dilakukan dengan

pengendalian dengan teliti mungkin pada potensi bahaya

kecelakaan kerja yang dapat timbul pada saat melaksanakan

II-3
pekerjaan seperti memperioritaskan prosedur kerja, kondisi

lingkungan kerja, dan menuruti aturan - aturan yang berlaku

seperti memakai alat pelindung diri di saat melaksanakan

pekerjaan.

2.3 Risiko

Arti risiko berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

ialah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,

membahayakan) dari satu perbuatan atau tindakan. Sedangkan

berdasarkan AS/NZS4360:2004, risiko ialah kemungkinan terjadinya

suatu yang dapat memiliki dampak pada sasaran, diukur

menggunakan hukum sebab akibat. Risiko diukur menurut nilai

likelihood dan consequence. Konsekuensi atau dampak hanya dapat

timbul jika ada bahaya dan kontak antara manusia dan peralatan

maupun material yang ikut serta pada suatu interaksi. Formula yang

secara umum dipakai pada melaksanakan perhitungan risiko ialah:

Risk = Likelihood x Consequence

Catatan :

Likelihood = Kemungkinan

Consequence = Dampak

Pada aspek K3 risiko pada umumnya bersifat negatif layaknya

cedera, kerusakan atau gangguan operasi. Risiko yang bersifat

negatif harus diminimalisir seminimal mungkin (Ramli, 2010).

II-4
2.3.1 Jenis – Jenis Risiko

Berdasarkan Ramli Soehatman (2010) risiko yang dihadapi oleh

suatu organisasi atau perusahaan diakibatkan oleh banyak faktor

baik dari dalam serta dari luar. Risiko pada organisasi amat

beragam sesuai dengan sifat lingkup, skala, dan jenis kegiatannya

antara lain :

1) Risiko Finansial

2) Risiko Operasional

3) Risiko Alam

4) Risiko Pasar

5) Risiko Sosial

6) Risiko Keamanan

2.4 Analisis Risiko

Analisis risiko ditujukan guna mendefenisikan besarnya suatu

risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan timbulnya dan besar

akibat yang ditimbulkannya. Menurut hasil analisa bisa ditentukan

peringkat risiko sehingga bisa dilaksanakan pemilahan risiko yang

mempunyai dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang

ringan atau mampu diabaikan. Hasil analisa risiko dievaluasi dan

dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditetapkan atau standar

dan norma yang ada guna menentukan dimana risiko tersebut bisa

diterima ataupun tidak. Apabila risiko dinilai tak bisa diterima harus

dikelola atau ditangani dengan baik (Ramli, 2010:80).

II-5
Analisis risiko merupakan kegiatan menganalisa suatu risiko

dengan menentukan besarnya kemungkinan terjadi dan tingkat dari

penerimaan akibat suatu risiko. Tujuannya adalah untuk

membedakan antara risiko kecil, risiko sedang, dengan risiko besar

dan menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penanganan

risiko (AZ/NZS 4360).

Faktor yang mempengaruhi dalam analisis risiko adalah :

a. Sumber risiko

Sumber risiko merupakan asal atau timbulnya risiko yang dapat

berupa material, yang digunakan dalam proses kerja, peralatan

kerja, kondisi area kerja dan perilaku dari pekerja.

b. Likelihood

Likelihood merupakan besaran kemungkinan timbulnya risiko.

Ditentukan dengan menganalisis frekuensi bahaya terhadap

para pekerja, jumlah dan karakteristik bahaya yang terpapar

pada pekerja, jumlah dan karakteristik pekerja yang terkena

dampak bahaya, kondisi area kerja, kondisi peralatan kerja,

serta efektifitas tindakan pengendalian bahaya yang telah

dilakukan sebelumnya. Faktor kemungkinan juga berkaitan

dengan faktor perilaku pekerja dikarenakan kurangnya

pengetahuan dan kesadaran terhadap bahaya dan sumber

risiko yang ada dalam proses kerja dan di tempat kerjanya atau

II-6
stres yang dialami pekerja yang berpengaruh dalam penurunan

konsentrasi pekerja.

c. Konsekuensi

Konsekuensi merupakan besaran dampak yang ditimbulkan dari

risiko. Ditentukan dengan analisis atau kalkulasi statistik

berdasarkan datadata yang terkait atau melakukan estimasi

subjektif berdasarkan pengalaman terdahulu.

Berdasarkan standar AS/NZS:4360, kemungkinan atau

likelihood dikasih rentang dengan risiko yang jarang terjadi (rare)

sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat (almost certain).

Sedangkan untuk dampak atau consequence dikategorikan dengan

kejadian yang tak menyebabkan cedera maupun kerugian kecil

hingga dampak yang paling parah yaitu menyebabkan kejadian fatal

(meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan.

Akan halnya analisis yang digunakan ialah analisis risiko

kuantitatif. Method Kuantitatif sepeti biasanya dilaksanakan dengan

memakai serangkaian instrumen penelitian seperti tes/kuesioner.

Data yang terkumpul kemudian dikonversikan menggunakan

kategori/kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Berikut merupakan tabel konsekuensi dan kemungkinan

menurut standar AS/NZS 4360.

II-7
Tabel 2.1 Ukuran dari Dampak (Consequence)

Tingkatan Kriteria Penjelasan


1 Insignificant Tidak terjadi cedera, kerugian
finansial sedikit.
2 Minor Cedera ringan, memerlukan
perawatan, kerugian finansial
sedang
3 Moderate/Sedang Cedera sedang, perlu
penanganan medis, kerugian
finansial besar.
4 Mayor Cedera berat, kerugian
besar, gangguan produksi
5 Catastrophic/Bencana Fatal, menyebabkan
kematian, keracunan,
kerugian sangat besar,
terhentinya kegiatan.
(Sumber: AS/NZS 4360:2004)

Tabel 2.2 Ukuran dari Kemungkinan (Likelihood)

Level Kriteria Penjelasan


5 Almost certain Terjadi hampir di semua keadaan
4 Likely Sangat mungkin terjadi hampir di
semua keadaan
3 Possible Dapat terjadi sewaktu-waktu
2 Unlikely Kemungkinan terjadi jarang
1 Rare Hampir tidak pernah, sangat
jarang terjadi

(Sumber: AS/NZS 4360:2004)

Pada penilaian risiko dimana risiko diformulasikan menjadi

fungsi dari kemungkinan terjadi (Likelihood) dan dampak

II-8
(Consequences), atau indeks risiko sama seperti perkalian

kemungkinan dengan dampak (AS/NZS4360:2004 Risk

Management).

Indeks risiko (risk) = Likelihood x Consequence

Sesudah nilai indeks risiko didapatkan, lalu langkah berikutnya

ialah mengelompokkan level risiko berlandaskan tabel matriks

sehingga bisa diketahui risiko tersebut tergolong kategori Very High

(VH), High (H), Moderate (M), ataupun Low (L). Tingkat atau level dari

risiko merupakan alat yang sangat penting pada manajemen pada

saat mengambil keputusan, dikarenakan lewat peringkat risiko pihak

manajemen mampu menentukan prioritas dan penanganan pada saat

risiko itu timbul.

Tabel 2.3 Matriks Analisa Risiko(Level) menurut AS/NZS4360:2004


Nilai Risiko Kategori Risiko Keterangan
1-3 L Low
4-9 M Moderate
10-16 H High
17-25 VH Very High
(Sumber : AS/NZS 4360:2004)

Ket :

VH : Very High Risk = Sangat berisiko atau tak dapat di toleransi

sehingga butuh penanganan dengan segera.

H : High Risk = Berisiko besar, butuh perhatian khusus dari

pihak manajemen.

M : Moderate Risk = Risiko sedang, membutuhkan tanggung jawab

yang jelas dari manajemen.

II-9
L : Low Risk = Risiko rendah, ditangani dengan prosedur

yang rutin.

2.4.1 Evaluasi Risiko

Evaluasi risiko ialah guna menilai risiko tersebut dapat

diterima atau tidak, dengan membandingkan dengan standar yang

berlaku, atau kemampuan organisasi demi menghadapi suatu

risiko. Evaluasi risiko memiliki tujuan guna membantu pada saat

membuat keputusan dan untuk menentukan apakah risiko yang

sudah dianalisis bisa diterima atau tidak dengan membandingkan

tingkat risiko yang sudah dihitung pada tahap analisis risiko dengan

kriteria standar yang dipakai (Ramli, 2010:82). Tingkat risiko amat

penting untuk alat manajemen dalam pengambilan keputusan.

Lewat peringkat risiko manajemen bisa mengetahui skala prioritas

pada penanganannya. Manajemen bisa juga mengalokasikan

sumber daya yang serasi terhadap masing - masing risiko yang

sinkron terhadap tingkat prioritasnya. (Ramli, 2010:98).

2.4.2 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko adalah langkah penting dan

menentukan dalam keseluruhan manajemen risko. Pengendalian

risiko dilaksanakan pada semua bahaya yang didapatkan pada

proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko

guna menentukan prioritas dan bagaimana pengendaliannya.

II-10
Berdasarkan standar AS/NZS4360, pengendalian risiko

secara ginerik dilaksanakan dengan pendekatan antara lain:

 Jauhkan risiko dengan menarik keputusan guna menghentikan

aktifitas atau pemakaian proses, bahan, alat yang berbahaya.

 Meminimalisir kemungkinan timbul.

 Meminimalisir konsekuensi kejadian.

 Pengendalian risiko untuk pihak lain.

 Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tak

mungkin menjamin risiko atau bahaya lenyak seutuhnya,

sehingga tetap ada sisa risiko yang perlu ditanggung

perusahaan.

Strategi pengendalian risiko ialah : menekan likelihood,

menekan consequence, dan pengalihan risiko.

2.4.2.1 Menekan Likelihood

Meminimalisir kemungkinan ini bisa dilaksanakan dengan

banyak pendekatan antara lain secara teknis, administratif dan

pendekatan manusia.

1) Pendekatan Teknis

a) Eliminasi

Risiko bisa dihindari dengan cara menghilangkan sumbernya.

Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul

dapat dihindarkan. Beberapa contoh teknik eliminasi antara

lain:

II-11
 Mesin yang bisa dimatikan atau dihentikan sehingga

tempatk erja bebas dari kebisingan.

 Lubang bekas galian di tengah jalan ditutup dan ditimbun.

 Penggunaan bahan kimia berbahaya dihentikan.

b) Substitusi

Teknik subtitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja

dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan kerja

dapat ditekan.

c) Pengendalian jarak

Kemungkinan kecelakaan atau risiko dapat dikurangi dengan

melakukan pengendalian jarak antara sumber bahaya dengan

penerima.

2) Pendekatan Administratif

Pendekatan ini dilakukan untuk mengurangi kontak antara

penerima dengan sumber bahaya.

3) Pendekatan Manusia

Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja yang

aman, budaya keselamatan dan prosedur keselamatan.

2.4.2.2 Menekan Consequence

Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan

menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkannya. Berbagai

II-12
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsekuensi antara

lain:

1) Tanggap darurat

Keparahan suatu kejadian dapat ditekan jika perusahaan

memiliki sistem tanggap darurat yang baik dan terencana.

2) Penyediaan alat pelindung diri

Penggunaan APD bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi

untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari suatu kejadian.

3) Sistem pelindung

Dengan memasang sistem pelindung, dampak kejadian dapat

ditekan. Misalnya dengan memasang tanggul sekeliling tangki,

jika ada kebocoran atau tumpahan, maka cairan tidak akan

menyebar ke daerah sekitarnya sehingga dampak kejadian

dapatdikurangi.

2.4.2.3 Pengalihan Risiko

Hal ini bisa dilaksanakan dengan beberapa cara misalnya:

1) Kontraktual, yang mengalihkan tanggungjawab K3 terhadap

pihak lain, seperti pemasok atau pihak ketiga.

2) Asuransi, dengan menutup asuransi guna melindungi potensi

risiko yang ada pada perusahaan.

2.4.2.4 Komunikasi dan Konsultasi

II-13
Hasil manajemen risiko perlu dikomunikasikan dan diketahui

oleh semua pihak yang memiliki kepentingan agar dapat memberikan

manfaat dan keuntungan untuk semua pihak. Pihak manajemen

harus medapatkan informasi yang jelas tentang semua risiko yang

timbul dibawah kendalinya. Serta juga dengan pekerja harus diberi

informasi tentang semua potensi bahaya yang ada pada lokasi

kerjanya hingga mereka dapat melaksanakan pekerjaan atau

kegiatan dengan aman. Pihak lain juga seperti pemasok, kontraktor

dan masyarakat sekitar aktivitas perusahaan juga harus memperoleh

informasi yang jelas mengenai aktifitas perusahaan dan potensi

terhadap bahaya yang dapat terjadi dan akan menimbulkan

pengaruh pada keselamatan dan kesehatannya. Jika mengetahui

dan memahami semua risiko yang ada pada lingkungannya, semua

pihak akan bisa bertindak dengan hati-hati (Ramli, 2010).

2.5 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program

pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal

bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya

pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat dijalankan.

Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :

a. Mengurangi peluang kecelakaan

Identifikasi bahaya bisa meminimalisir potensi timbulnya

kecelakaan, dikarenakan identifikasi bahaya berhubungan

II-14
dengan aspek penyebab kecelakaan. Dengan melaksanakan

identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya yang

merupakan pemicu kecelakaan bisa dikenali dan setelah itu

dihilangkan hingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.

b. Untuk memberi pengetahuan untuk semua pihak tentang

penyebab bahaya dari kegiatan perusahaan hingga mampu

meningkatkan kewaspadaan dalam melaksanakan operasi

perusahaan.

c. Untuk landasan maupun masukan guna menentukan strategi

pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi tentang sumber

bahaya pada perusahaan kepada semua pihak khususnya

pemangku kepentingan.

Beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam identifikasi bahaya

antara lain yaitu :

1) Menyusun daftar risiko secara komprehensif dari kejadian-

kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan.

2) Pencatatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko

yang ada secara rinci sehingga menggambarkan proses yang

terjadi.

3) Menyusun skenario proses kejadian yang akan menimbulkan

risiko berdasarkan informasi gambaran hasil identifikasi

masalah/bahaya.

II-15
Metode dan teknik yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko

antara lain yaitu (Ramli, 2010) :

a. Data kecelakaan

Data kecelakaan ialah sebagian dari dasar informasi tentang

adanya bahaya di lokasi kerja dan sebagai sumber informasi yang

paling mendasar. Setiap kecelakaan yang timbul selalu memiliki

sumber yang didasari adanya keadaan tak aman yang

menyangkut manusia, peralatan atau lingkungan kerja. Karena itu

tiap kecelakaan, bagaimanapun kecilnya akan didapatkan adanya

sumber bahaya atau risiko.

b. Daftar periksa

Metode ini amat mudah dan sederhana untuk dilaksanakan ialah

dengan membuat daftar pemeriksaan bahaya dilokasi kerja. Pada

penerapan metode ini ada macam-macam hal yang harus

diperhatikan yaitu :

 Metode ini bersifat spesifik untuk peralatan atau lokasi kerja

tertentu. Seperti daftar periksa untuk gudang akan beda

dengan daftar periksa untuk unit proses.

 Daftar periksa perlu dikembangkan oleh orang yang

mengetahui atau mengenal lokasi kerja atau peralatan.

II-16
Dengan begitu daftar periksa bisa menggapai semua

kemungkinan bahaya yang ada.

 Daftar periksa harus dievaluasi secara berkala, terutama bila

didapati ada bahaya baru, atau penambahan dan perubahan

sarana produksi, sistem atau proses.

 Pemeriksaan bahaya dilaksanakan oleh orang yang

mengetahui secara baik kondisi lingkungan kerjanya. Makin

dalam pengetahuannya, maka makin detail identifikasi bahaya

yang dapat dilaksanakan. Maka dari itu, pengembangan daftar

periksa harus melibatkan para pekerja setempat.

c. Brainstorming

Sumber informasi mengenai bahaya didapatkan dari semua

pihak. Makin banyak sumber informasi yang dipakai maka makin

luas, dalam dan detail informasi yang akan didapatkan. Maka dari

itu, salah satu teknik yang sederhana yang mampu dipakai guna

mengidentifikasi bahaya ialah dengan teknik brainstorming.

Dengan diskusi dan pertemuan dari macam-macam pihak dan

individu yang beda guna menggali potensi bahaya yang ada, atau

diketahui oleh masing-masing anggota kelompok.

d. What-if

Teknik ini bersifat brainstorming, namun semua anggota tim

dipandu dengan kata “what-if”. Maksud dari teknik ini ialah guna

mengidentifikasi kemungkinan adanya kejadian yang tak

II-17
diinginkan dan menimbulkan satu konsekuensi yang serius.

Dengan teknik ini bisa dilaksanakan penilaian terhadap

kemungkinan timbulnya penyimpangan rancang bangun,

konstruksi atau modifikasi dari yang diinginkan.

e. HAZOPS

HAZOPS (Hazard and Operability Study) digunakan guna

mengidentifikasi bahaya yang ada pada proses operasional.

Teknik HAZOPS merupakan sistem yang sangat terstruktur dan

sistematis sehingga dapat mendapatkan kajian yang

komprehensif. Kajian HAZOPS juga bersifat multi disiplin

sehingga hasil kajian akan lebih mendalam dan rinci karena

sudah ditinjau dari berbagai latar belakang disiplin dan keahlian.

f. FMEA

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode

identifikasi risiko dengan menganalisis berbagai pertimbangan

dari kesalahan suatu sistem atau peralatan yang digunakan dan

kemudian mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut. FMEA

membantu memilih langkah perbaikan untuk mengurangi dampak

kumulatif dari konsekuensi (risk) dan kegagalan sistem (fault).

g. FTA

Fault Tree Analysis (FTA) menggunakan metode analisis yang

bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak

II-18
(top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau proses.

Selanjutnya semua kejadian yang dapat menimbulkan akibat dari

kejadian puncak tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon

logika.

h. JSA

Salah satu teknik analisa bahaya yang sangat populer dan

banyak digunakan di lingkungan kerja adalah Job Safety Analysis

(JSA). Teknik ini bermanfaat untuk mengidentifikasi dan

menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan (job) seperti

mengganti bola lampu, memasang AC, melepas saringan,

mengganti ban serep dan lainnya. Hal ini sejalan dengan

pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi

atau tindakan tidak aman saat melakukan suatu aktivitas. Karena

itu dengan melakukan identifikasi bahaya pada setiap jenis

pekerjaan dapat dilakukan langkah pencegahan yang tepat dan

efektif.

Proses identifikasi risiko yaitu sebagai berikut :

1) Tentukan pekerjaan yang akan identifikasi.

2) Pecahkan pekerjaan menjadi langkah-langkah kerja

Menetapkan langkah-langkah kerja sederhana yang akan

dilaksanakan.

II-19
3) Tentukan tahap kerja kritis

Tahap kerja kritis adalah tahap kerja dimana pada tahap tersebut

dinilai memiliki potensi bahaya yang berdampak pada

keselamatan dan kesehatan kerja.

4) Kenali sumber bahaya

Kemudian kenali sumber bahaya apa saja yang terkandung pada

setiap tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, mekanik,

peralatan yang digunakan, lingkungan kerja, dan cara kerja.

5) Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.

2.6 Bahaya

Menurut OHSAS 18001:2007 hazard (bahaya) ialah sumber,

situasi atau tindakan yang berpotensi menyebabkan kerugian pada hal

luka-luka atau penyakit pada manusia maupun campuran dari

semuanya. Bahaya ialah semua sesuatu termasuk situasi atau

tindakan yang berpotensi menciptakan kecelakaan atau cidera pada

manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Maka dari itu, dibutuhkan

pengendalian yang benar supaya bahaya tak menimbulkan dampak

yang merugikan. Bahaya adalah sifat yang melekat dan menjadi aspek

dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan.

2.6.1 Pengelompokan Bahaya

Bahaya keselamatan kerja adalah bahaya yang berdampak

pada terjadinya kecelakaan kerja yang bisa menimbulkan luka, cacat

II-20
sampai menimbulkan kematian dan kerusakaan properti. Jenis –

jenis bahaya dapat dikelompokkan menjadi (Ramli , 2010:66) :

a. Bahaya Mekanis

Asal bahaya yang berasal dari benda bergerak atau peralatan

mekanis baik secara manual maupun dengan penggerak. Bagian

yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan

mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk

gerakan lainnya. Gerakan ini bisa menyebabkan cidera atau

kerusakan seperti terpeleset, tersayat, terpotong, terjatuh dan

terjepit.

b. Bahaya Listrik

Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang bisa

menyebabkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan

hubungan singkat (short circuit).

c. Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung banyak potensi bahaya sesuai dengan

sifat dan kandungannya. Beberapa bahaya yang disebabkan oleh

bahan bahan kimia seperti keracunan, iritasi, kebakaran dan

peledakan, seta polusi dan pencemaran lingkungan.

d. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain kebisingan,

tekanan, getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau

penerangan, dan radiasi dari bahan radioaktif.

II-21
e. Bahaya Biologis

Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber

dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di

lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya

ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan

kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

2.7 Tower Transmisi

Tower Transmisi, atau yang lebih diketahui dengan Saluran

Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra

Tinggi (SUTET) ialah sarana yang terbentang di udara guna

menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke Gardu Induk (GI)

/ Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET)atau dari GI / GITET ke

GI /GITET lainnya yang disalurkan lewat konduktor yang direntangkan

pada tiap tiang-tiang (tower) melewati insulator-insulator dengan

sistem tegangan tinggi (30 kV, 70 k,150 kV) atau tegangan ekstra

tinggi (275 kV, 500 kV). Dalam pembangunan sebuah menara

transmisi SUTET / SUTT, secara umum ada beberapa tahapan yang

akan dilalui, meliputi:

2.7.1 Tahap Prakonstruksi .

a. Survei,

II-22
Meliputi pekerjaan survey di lapangan untuk menentukan posisi

titik tapak tower. Selain itu juga dilakukan survey lingkungan untuk

mengetahui tingkat kelayakan pembangunan tower transmisi ditinjau

dr sisi lingkungan. Juga ditinjau dampak-dampak yang mungkin terjadi

selama dan setelah beroperasinya tower tsb. Tinjaun lingkungan ini

meliputi studi AMDAL, UKL, UPL.

b. Perijinan,

Perijinan ini terdiri dari pengurusan Ijin prinsip, ijin lokasi, ijin

pemasangan dan ijin pengoperasian. Sebelum dimulainya pekerjaan

di lapangan ada baiknya direksi memastikan bahwa semua ijin ini

telah diajukan ke pemerintahan terkait. Hal ini untuk megantisipasi

terjadinya gangguan pekerjaan di saat pembangunan.

c. Pembebasan lahan,

Setelah menentukan lokasi tapak tower serta ijin telah diberikan

oleh pemda terkait, hal utama yang kemudian dilakukan adalah

pembebasan lahan. Dilakukan setelah sebelumnya dilakukan

sosialisasi pembangunan tower kepada para pemilik lahan. Negosiasi

dilakukan antara PLN dengan warga pemilik lahan dengan

musyawarah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Tahap ini biasanya akan memerlukan waktu yang cukup

lama, karena masalah di lapangan dalam hal pembebasan lahan

cukup kompleks.

2.7.2 Tahap Konstruksi.

II-23
Merupakan langkah pembangunan secara fisik seperti pondasi

tower dan erection serta penarikan kabel transmisi.

a. Mobilisasi tenaga kerja,

Tenaga kerja disini meliputi tenaga ahli dari berbagai disiplin

ilmu, tenaga pelaksana sekitar 50 orang serta tenaga pengawas.

Guna menjaga hubungan baik dengan warga sekitar lokasi

pembangunan tower, disarankan supaya pelaksana lapangan juga

melakukan perekrutan tenaga kerja kasar dr penduduk sekitar.

Tenaga kerja dari warga sekitar bisa diperbantukan sebagai helper

untuk melangsir material ke lokasi pembangunan tower (site).

b. Mobilisasi alat dan material,

Alat dan material yang digunakan dalam pembangunan tower

dibawa sampai ke lokasi yang terdekat dengan site. Selanjutnya, jika

tidak memungkinkan dapat diangkut dengan tenaga manusia.

c. Pematangan lahan,

Ada kalanya lokasi site pembangunan tower merupakan lahan

yanga masih alami ataupun merupakan lahan garapan warga. Lokasi

tersebut harus terlebih dahulu di”matangkan” sebelum dimulai

pekerjaan fisik. Hal ini meliputi land clearing berupa penebangan

pohon/tanaman yang ada di lokasi tapak tower, juga pekerjaan cut

and fill jika memang diperlukan. Untuk mempermudah transportasi,

juga harus dibuat temporary road untuk kelancaran angkutan material

ke lokasi.

II-24
d. Pondasi dan erection,

Setelah pekerjaan pematangan lahan selesai dilakukan,

selanjutnya dapat dilakukan pekerjaan galian tapak pondasi. Bagian

ini lebih terkonsentrasi pada pekerjaan sipil dimana seluruh

pekerjaaannya mengacu pada gambar kerja. Peralatan utama yang

digunakan disini adalah backhoe, alat pancang dan ready mix. Usai

pengecoran pondasi, maka erection tower dapat dilakukan minimal 14

hari setelah pengecoran (untuk mencapai kuat tekan beton). Erection

tower dilakukan potong demi potong perbagian tower dimulai dari

bawah ke atas, cross arm dimulai dr bagian atas ke bawah, dirangkai

dengan system baut dan dilakukan pengikatan dengan baut.

e. Penarikan konduktor / stringing,

Pekerjaan ini dilakukan setelah erection tower selesai dan

isolator selesai dipasang. Penarikan konduktor dan kawat tanah

dilakukan dari satu seksi ke seksi berikutnya secara berurutan dengan

desain dari tension menara ke tension menara lainnya. Lokasi tension

dipilih daerah terbuka dn cukup luas, karena lokasi tension ini

merupakan tempat drum konduktor (4 drum konduktor), tension meter

dan peralatan lainnya.

3. Tahap Operasi.

a. Operasi jaringan,

Tersedianya system jaringan yang disambung dengan system

distribusi pengguna tenaga listirik, maka pemenuhan kebutuhan daya

II-25
listrik untuk SUTET akan terpenuhi. Hal ini dapat memberikan

sumbangan yang cukup berarti bagi perekonomian. Selama tahap

operasi, transmisi akan menimbulkan medan listirik dan medan

magnet pada radius tertentu dari kawat penghantar. Persyaratan

teknis yang harus dipenuhi transmisi 500 kV, yakni kuat medan listrik

di bawah di bawah jaringan berada lebih kecil dari yang ditentukan

WHO yakni 0.1 mT untuk medan magnet dan 5 kV/m medan listrik.

b. Pemeliharaan jaringan,

Pemeliharaan SUTET/ SUTT berkaitan erat dengan

kelangsungan penyaluran tenaga listrik, kegiatan ini dilakukan

sepanjang SUTET/SUTT secara berkala, meliputi pemeliharaan

menara, penghantar ternasuk kelengkapannya dan ruang bebas

(clereance).

4. Tahap Pasca Operasi.

a. Uprating / Upgrading,

Tahap pasca operasi adalah tahap kegiatan dimana usia

ekonomis line transmisi telah tercapai, namun karena dilakukan

pemeliharaan secara periodik maka transmisi tersebut masih layak

operasi. Jika transmisi sudah tidak layak operasi baik karena factor

usia maupun karena peningkatan beban yang pesat walaupun usia

ekonomisnya belum tercapai, maka PLN akan melakukan uprating

II-26
atau pembenahan lain nya agar layak dioperasikan lagi, maka akan

dilakukan lagi tahap-tahap seperti yang telah diuraikan di atas.

b. Pembongkaran menara,

Pembongkaran menara dilakukan bila transmisi yang sudah ada

akan digunakan untuk kebutuhan lainnya yang memerlukan menara

yang lebih tinggi. Pembongkaran ini meliputi survey, pembongkaran

tower, erection dan kembali dilakukan penarikan konduktor.

II-27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif . Menurut

Sugiyono (2009: 14) penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi/sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan

secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2 Lokasi & Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah di lokasi pembangunan SUTET (Saluran Udara Tegangan

Ekstra Tinggi) 500 kV Grati-TX Kalanganyar, Kota Surabaya, Jawa

Timur. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Bungin (2000:40), populasi adalah keseluruhan dari

objek penelitian berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala,

nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek ini dapat

menjadi sumber data penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pekerja pada bagian pekerjaan pemasangan body tower

III-1
(legtower, common body, dan cross arm) dan penarikan kabel

transmisi pada pembangun SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra

Tinggi) 500 kV Grati-TX Kalanganyar yang berjumlah 20 orang

pekerja, Dikarenakan jumlah populasi tidak terlalu besar, maka

dalam penelitian ini, kuesioner akan diberikan kepada seluruh

pekerja yang berjumlah 20 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul – betul representatif

(Sugiyono, 2007).

Jika jumlah populasi kurang dari 100 orang, maka jumlah

sampel diambil secara keseluruhan, tetapi jika jumlah populasinya

lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil antara 10-25% atau

25-30% atau lebih tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari

segi waktu, tenaga dan dana seperti sempit luasnya wilayah dan

besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Dengan

pernyataan ini maka penulis mengambil sampel seluruhnya yaitu 20

orang (Arikunto 2002:112).

III-2
Tabel 3.1 Jumlah Sampel

NO. NAMA SAMPEL JUMLAH SAMPEL

1 KONSULTAN 2 Orang

2 KONTRAKTOR 2 Orang

3 SURVEYOR 2 Orang

4 ADMIN 3 Orang

5 PEKERJA 11 Orang

20 Orang
JUMLAH

3.4 Responden Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 20 responden yaitu dari

pihak kontraktor, konsultan dan pekerja. Rekapan dari jawaban

kuesioner terdapat pada Lampiran.

Di bawah ini ditampilkan karakteristik responden pada

penelitian berdasarkan jabatan dalam perusahaan, lama bekerja

dalam perusahaan, pendidikan terakhir, dan umur responden.

3.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan dalam


Perusahaan

Proyek konstruksi dikategorikan proyek yang kompleks dan

rumit karena item pekerjaannya cukup banyak sehingga dalam

operasionalnya membutuhkan banyak tenaga ahli. Dalam suatu

proyek akan ditemukan berbagai jabatan/posisi sesuai dengan

tanggungjawab pekerjaannya. Responden dalam penelitian ini

III-3
meliputi kontraktor, konsultan dan owner yang masing-masing

memiliki jabatan seperti tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

dalam Perusahaan

NO JABATAN DALAM JUMLAH PERSENTASE


PERUSAHAAN RESPONDEN (%)
1 KONTRAKTOR 2 10,00 %
2 PEKERJA 11 55,00 %
3 KONSULTAN 2 10,00 %
4 SURVEYOR 2 10,00 %
5 ADMINISTRASI 3 15,00 %
TOTAL 20 100%

III-4
Jabatan Dalam Perusahaan
ADMINISTRASI,
15% KONTRAKTOR, KONTRAKTOR
10%
SURVEYOR, 10% PEKERJA
KONSULTAN
KONSULTAN,
SURVEYOR
10%
PEKERJA, ADMINISTRASI
55%

Gambar 3.1 Diagram Karakteristik Responden berdasarkan


Jabatan dalam Perusahaan

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab pada

kuesioner berdaasarkan jabatan dalam pengawasan apangan didominasi oleh

Pekerja dengan presentase 55,00% kemudian disusul oleh administrasi 15,00%,

Kontraktor 10,00%, Konsultan 10,00 %, dan Surveyor 10,00 %.

3.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja dalam Perusahaan


Keakuratan jawaban seorang responden tergantung dari keahlian yang

dimiliki. Keahlian tersebut diperoleh dari pengalaman kerja di lapangan. Dapat

dikatakan bahwa semakin lama bekerja maka keahlian juga akan semakin tinggi.

Oleh karena itu peneliti mengelompokan responden berdasarkan lamanya bekerja

dalam suatu perusahaan seperti pada tabel berikut.

III-5
Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja dalam

perusahaan

NO LAMA BEKERJA DALAM JUMLAH PERSENTASE


PERUSAHAAN RESPONDEN (%)
1 1- 5 TAHUN 7 35,00 %

2 > 5 TAHUN 13 65,00 %

Total 20 100,00 %

Lama Bekerja Dalam Perusahaan


1-5 TAHUN
35%

1-5 TAHUN
>5 TAHUN >5 TAHUN
65%

Gambar 3.2 Diagram Karakteristik Responden


Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan tabel di atas dapat dicermati bahwa dari 20

responden terdapat sebanyak 65,00 % memiliki pengalaman >5

tahun bekerja. Dengan pengalaman tersebut diharapkan jawaban

yang diberikan oleh responden menjadi reliabel dan akurat

sehingga data yang diperoleh lebih dapat dipercaya.

III-6
3.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan responden sangat berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan. Banyak hal yang menjadi pertimbangan

dalam memutuskan suatu tindakan dan ini menjadi penilaian

terhadap kematangan emosional responden tersebut. Tingkat

pendidikan responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

NO PENDIDIKAN TERAKHIR JUMLAH PERSENTASE


RESPONDEN (%)

1 SEDERAJAT SMA 11 55,00 %

2 DIPLOMA 3 2 10,00 %

3 S1 4 20,00 %

4 S2 3 15,00 %

TOTAL 20 100%

III-7
PENDIDIKAN TERAKHIR
S1
S2
15 20%
% D3
10 SMA
% D3
S1
S2

SMA
55%

Gambar 3.3 Diagram Karakteristik Responden


Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan grafik di atas dilihat bahwa responden secara

keseluruhan berasal dari kalangan tingkat pendidikan S1 dengan

persentase mencapai 20,00 % dan disusul S2 dengan 15,00 %.

Melihat persentase tersebut bisa dikatakan bahwa tingkat

kematangan emosional responden dalam memutuskan suatu

tindakan yang harus dilakukan dalam suatu proyek akan lebih baik

bila dibandingkan dengan SMA sederajat.

3.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pengelompokan usia responden dimaksudkan untuk

mengetahui persebaran kelompok usia responden. Dalam

penelitian ini usia responden dikelompokan seperti tabel di bawah

ini.

III-8
Tabel 3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

NO USIA RESPONDEN JUMLAH PERSENTASE


RESPONDEN (%)

1 20-35 TAHUN 8 40,00 %

2 35-55 TAHUN 12 60,00 %

Total 20 100,00 %

USIA RESPONDEN

20-35 TAHUN,
40%

20-35 TAHUN
36-55
36-55 TAHU
TAHUN, N
60%

Gambar 3.4 Diagram Karakteristik Responden


Berdasarkan Usia Responden

III-9
Dari grafik di atas dilihat bahwa 60,00% responden

didominasi oleh kalangan responden dengan usia 35-55 tahun dan

responden dengan usia 20-35 tahun sebanyak 40,00%. Melihat

persentase tersebut menandakan bahwa responden tergolong ke

dalam usia produktif.

3.5 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas :

3.5.1 Data Primer

Menurut Sugiyono (2012:139) data primer adalah sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Contohnya itu seperti kuesioner dan observasi pada lokasi penelitian

3.5.2 Data Sekunder

Berdasarkan Sugiyono (2012) mengartikan data sekunder

ialah sumber data yang didapatkan dengan cara membaca,

mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber dari

literatur, buku - buku, serta dokumen perusahaan, serta sumber-

sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data sekunder didapatkan dari pihak kontraktor seperti

struktur organisasi, item pekerjaan, dan lain - lain. Selain itu

ditemukan juga dari penelitian terdahulu, buku, internet dan sumber -

sumber yang menunjang dalam penelitian. Data sekunder digunakan

guna melengkapi data penelitian. Seperti dokumentasi, struktur

organisasi dan SOP pada lokasi penelitian

III-10
3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer ialah data yang didapat langsung melalui

sumber utama (orang pertama) sedangkan data sekunder adalah data

yang didapat dari sumber kedua (bukan orang pertama).

Dalam hal ini data primer yang diperoleh adalah observasi

dan wawancara di lapangan serta menggunakan penyebaran

kuesioner yang diberikan kepada responden. Data sekunder yang

dipakai adalah data kajian studi literatur dan penelitian sejenis

sebelumnya.

Untuk mendapatkan data tersebut, peneliti memakai cara

sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara dilaksanakan kepada responden dengan cara

wawancara terbuka atau tidak terstruktur dengan tanya jawab

yang berkaitan dengan risiko K3.

b. Kuesioner

Kuesioner ialah suatu set pertanyaan yang secara logis

berkaitan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan

merupakan jawaban - jawaban yang memiliki makna. Desain

Kuesioner dibuat berlandaskan studi pustaka dan disesuaikan

dengan pengamatan di lokasi pekerjaan. Struktur kuesioner

terbagi dalam tiga bagian:

III-11
 Data profil responden Berisi mengenai informasi identitas

responden yaitu usia, pendidikan terakhir, pengalaman

bekerja di bidang konstruksi, dan jabatan (spesifikasi

pekerjaan).

 Petunjuk pengisian kuesioner

Di bagian ini, responden diberi arahan pengisian kuesioner,

supaya responden tak salah dalam pengisian jawaban

kuesioner.

 Variabel Pertanyaan

Pertanyaan yang dipakai adalah jenis pertanyaan tertutup

guna mempermudah responden menjawab pertanyaan dan

memfokuskan jawaban yang diharapkan oleh penulis.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Kuantitatif

Mengenai analisis yang digunakan ialah analisis risiko

kuantitatif. Metode Kuantitatif ini pada umumnya dilakukan dengan

menggunakan serangkaian instrumen penelitian berupa

wawancara/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian

dikonversikan menggunakan kategori/kriteria yang sudah

ditetapkan sebelumnya. Data yang ditemukan dari penyebaran

kuesioner dan wawancara selanjutnya diuji validitas dan

reliabilitasnya. Guna menentukan tingkat kevalidan data maka

dibutuhkan nilai r yang diperoleh dari banyaknya responden. Uji

III-12
validitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program

SPSS.

3.6.2 Analisis Matriks Risiko

Sesudah data kuesioner diuji validitas dan reliabilitas

kemudian data kuesioner diolah. Pengolahan data dilaksanakan

sesuai tabel yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner dengan

memakai bantuan software SPSS 22. Data – data yang diperoleh

selanjutnya dianalisis memakai matriks risiko. Penilaian risiko

dilaksanakan dengan menghitung nilai konsekuensi/dampak

(consequence) dan kemungkinan kejadian (likelihood).

Sehingga didapatkan nilai rata - rata kemungkinan dan dampak

dari tiap-tiap risiko. Selanjutnya nilai rata-rata kemungkinan dikali

dengan nilai rata-rata dampak hingga didapatkan nilai indeks risiko

(tingkat risiko).

Indeks risiko (risk) = Likelihood x Consequence

Sesudah nilai indeks risiko didapatkan, kemudian nilai risiko

dibandingkan dengan standar levelrisiko guna mengetahui

level/tingkatan risiko menurut standar AS/NZS4360:2004. Menurut

dari level/tingkatan risiko yang sudah diketahui selanjutnya dilakukan

strategi pengendalian terhadap risiko kecelakaan kerja.

III-13
3.7 Flowchart Penelitian

Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pada Pembangunan SUTET

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


- Observasi dan Wawancara - Struktur organisasi
di Lapangan - SOP (Standar
- Kuisioner Operasional Prosedur)

Pengolahan Data
- Uji validasi dan reablitas data

Analisis Data
Analisis tingkat risiko menggunakan matriks risiko

III-14
Kesimpulan dan Saran

III-15
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Proyek pembangunan SUTET 500kV Grati- TX Kalanganyar

merupakan proyek pembangunan strategis ketenagalistrikan yang

akan memperkuat subsistem kelistrikan Jawa-Bali dengan 140 titik

pembangunan tower. Saat ini proses pembangunan SUTET 500kV

Grati-TXKalanganyar dalam tahap konstruksi tower. Proyek

Pembangunan SUTET 500kV ini terdiri dari pekerjaan pondasi,

pekerjaan erection, pekerjaan pemasangan isolator dan pekerjaan

stringing. Proyek ini memiliki nilai proyek sebesar 346 milliar. Jika

nanti beroperasi SUTET ini akan menambah keandalan penyaluran

listrik di Jawa dan Bali sebanyak 500.000 volt.

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

IV-1
Tabel 4.1 Daftar Hasil Identifikasi Risiko

No. Kegiatan Variabel Potensi Risiko


Pekerjaan Erection
1 Box Crane manual terjatuh mengenai pekerja

2 Tali terputus mengenai pekerja


3 Material besi / baut terjatuh
4 Mata rusak saat pengelasan
Proses Pemasangan
X1 5 Pekerja terjatuh dari ketinggian
Leg Tower
Kulit terkena percikan api pada saat
6
pengelasan
Peralatan kerja terjatuh mengenai
7
pekerja
8 Kaki pekerja tersandung material besi
1 Box Crane manual terjatuh mengenai pekerja

2 Tali terputus mengenai pekerja


3 Material besi / baut terjatuh
Proses Pemasangan 4 Dehidrasi
X2
Common Body
5 Pekerja terjatuh dari ketinggian
Peralatan kerja terjatuh mengenai
6
pekerja
7 Kaki pekerja tersandung material besi
1 Box Crane manual terjatuh mengenai pekerja

2 Tali terputus mengenai pekerja


3 Material besi / baut terjatuh
4 Dehidrasi
Proses Pemasangan
X3 5 Pekerja terjatuh dari ketinggian
Cros Arm
6 Tersambar petir
Peralatan kerja terjatuh mengenai
7
pekerja
8 Kaki pekerja tersandung material besi

IV-2
No. Kegiatan Variabel Potensi Risiko
Pekerjaan Stringing
1 Pekerja terjatuh dari ketinggian
2 Dehidrasi
3 Tangan terluka terkena tali tambang
4 Kaki pekerja tersandung tali tambang
5 Kaki pekerja tersandung kawat konduktor

Proses Penarikan Tangan terluka terkena peralatan pada


X4 6
Kabel Transmisi saat pemotongan kawat konduktor
7 Kaki terluka terkena cangkul
Tangan tergores ujung kawat
8
konduktor
9 Tangan tertusuk kawat konduktor
10 Roller terjatuh mengenai pekerja
11 Isolator terjatuh menganai pekerja

Sesudah diperoleh variabel potensi risiko kecelakaan yang

ada pada proyek, dilaksanakan penyebaran kuesioner untuk

responden agar mengetahui kemungkinan dan dampak dari risiko

kecelakaan tersebut. Setelah itu dilaksanakan uji validitas dan

reliabilitas terhadap hasil jawaban kuesioner. Pengujian dibantu

dengan program SPSS 22.

4.2 HASIL PENELITIAN

Setelah menyebarkan kuesioner ke responden didapatkan

hasil yang dipilih oleh responden. Kemudian diolah ke dalam

tabulasi data, yang berfungsi untuk mempermudah pembacaan

hasil dari kuesioner. Kemudian tabulasi data tersebut dilakukan uji

validitas, uji korelasi dan uji Reliabilitas. Tabel dari tabulasi data

dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

IV-3
Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Kuisoner

Skala Yang Dipilih Responden


Variabel Indikator 1 2 3 4 5 N
K D K D K D K D K D K D

X1.1 Box Crane Manual Terjatuh 6  4 7  11 7  5 0  0 0  0 20 20


Mengenai Pekerja
X1.2 Tali terputus mengenai pekerja  5 7 8  6 7  7 0  0 0  0 20 20
X1.3 Material besi atau baut terjatuh  6 5 7  7 7  8 0  0 0  0 20 20
X1.4 Mata Rusak saat pengelasan  3 7 9  8 7 5 1  0 0  0 20 20
X1.5 Pekerja terjatuh dari ketinggian  3 0 10  0  7 4  0 6  0 10 20 20

X1.6 Kulit terkena percikan api pada 5 7 8  9 5  4 2  0 0  0 20 20


saat pengelasan

X1.7 Peralatan kerja terjatuh mengenai 3 5  9 8 7  7 1  0 0  0 20 20


pekerja

X1.8 Kaki pekerja tersandung material 3 5  8 9  7 5 2  1 0  0  20 20


besi

X2.1 Box Crane Manual Terjatuh 6 6 8  7 5  7 1  0 0  0 20 20


Mengeneai pekerja
X2.2 Tali terputus mengenai pekerja 4  7 9  9 7  4 0  0 0  0 20 20
X2.3 Material besi atau baut terjatuh 4 6 9  7 6  7 1  0 0  0 20 20
X2.4 Dehidrasi 2 7 11  10 7 3 0  0 0  0 20 20
1
X2.5 2  0  8 0 10  4 0  0  5 20 20
Pekerja terjatuh dari ketinggian 1

X2.6 Peralatan Kerja terjatuh mengenai 4 9 8  8 8  3 0  0 0  0 20 20


pekerja

X2.7 Kaki pekerja tersandung material 1  5 10  7 8  8 1  0 0  0 20 20


besi

X3.1 Box Crane Manual Terjatuh 2 3 13 14 5 3 0 0 0 0 20 20


Mengenai pekerja
X3.2 Tali terputus mengenai pekerja 5 7 6 8 9 5 0 0 0 0 20 20
Skala Yang Dipilih Responden
Variabel Indikator 1 2 3 4 5 N
K D K D K D K D K D K D
X3.3 Material besi atau baut terjatuh  4 8 10  7 6  5 0  0 0  0 20 20
X3.4 Dehidrasi  4 7  7 6 8  7 1  0  0 0 20 20
X3.5 Pekerja terjatuh dari ketinggian  1 0 13  0 6  2 0  9 0  9 20 20
X3.6 Tersambar petir  7 0  8 0 5  0  0 9  0 11 20 20

X3.7 Peralatan kerja terjatuh mengenai  5 6 8  9 7  5 0  0 0  0 20 20


pekerja

X3.8 Kaki pekerja tersandung material 2  7 8  6 8  7 2  0 0  0 20 20


besi
X4.1 Pekerja terjatuh dari ketinggian 3  0 8  0 9  6 0  7 0  7 20 20
X4.2 Dehidrasi 5  4 6  11 9  5 0  0 0  0 20 20

IV-4
X4.3 Tangan terluka terkena tali 1  7 11  2 8  11 0  0 0  0 20 20
tambang

X4.4 Kaki pekerja tersandung tali 5  5 10  7 5  8 0  0 0  0 20 20


tambang

X4.5 Kaki pekerja tersandung kawat 0 5 9  8 9 7 2 0 0  0 20 20


konduktor

Tangan terluka terkena peralatan


X4.6 pada saat pemtongan 7  3 6  11 7  6 0  0 0  0 20 20
kawatkonduktor
X4.7 Kaki terluka karena cangkul  5 3 10  10 5  7 0  0 0  0 20 20

X4.8 Tangan tergores ujung kawat  5 5 10  12 5  3 0  0 0  0 20 20


konduktor
X4.9 Tangan tertusuk kawat konduktor 7  5 7  7 6  8 0  0 0  0 20 20
X4.10 Roller terjatuh mengenai pekerja 5 4 9  14 6  2 0  0 0  0 20 20

X4.11  2 5 11  7  7 7 0  1 0  0 20 20
Isolator terjatuh mengenai pekerja

Keterangan:

X1.1 – X4.11 : Variabel risiko kecelakaan kerja

N : Jumlah total responden

K : Kemungkinan

D : Dampak

Dari tabel diatas dapat dilihat nilai yang dipilih responden

terhadap masing – masing pertanyaan. Dengan hasil tabulasi data

yang sudah dipilih oleh responden, akan dilanjutkan penilitian yaitu

pengujian data dengan menggunakan program SPSS 22. Uji yang

akan dilakukan adalah Uji Validitas, Uji Korelasi dan Uji Reliabilitas.

IV-5
4.3 ANALISIS DATA

4.3.1 Uji Validasi

Untuk mengetahui kevalidannya, dilakukan uji validasi terhadap

setiap faktor (Sub-variabel) dalam kelompok variabel dengan

menggunakan program SPSS versi 22. Hasil test validitas pada SPSS akan

menghasilkan nilai r hitung (terlampir) yang selanjutnya akan

dibandingkan dengan nilai r table pada Tabel 4.6 untuk mengetahui

kevalidan data yang di uji pada SPPS atau penelitian. Kriteria uji validitas

secara singkat adalah r hitung lebih besar dari r tabel 0,444, dimana

penentuan r tabel berdasarkan jumlah resoponden pada penelitian (20

orang). Jika korelasi sudah lebih dari 0,444 maka kuesioner/ pertanyaan

yang dibuat dikatakan sudah sahih/valid.

Untuk mengetahui hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat

pada Tabel 4.3

IV-6
Tabel 4.3 NIlai Korelasi (r tabel)

IV-7
Tabel 4.4 Nilai Uji Validitas

Corrected
Item-total
Kegiatan Pekerja Variabel Resiko r Tabel Keterangan
Correlation (r
hitung)

Box Crane manual terjatuh


1 0,675 0,444 Valid
mengenai pekerja
2 Tali terputus mengenai pekerja 0,593 0,444 Valid
3 Material besi / baut terjatuh 0,753 0,444 Valid
4 Mata rusak saat pengelasan 0,730 0,444 Valid
Proses
X1 Pemasangan 5 Pekerja terjatuh dari ketinggian 0,473 0,444 Valid
Leg Tower Kulit terkena percikan api pada
6 0,726 0,444 Valid
saat pengelasan
Peralatan kerja terjatuh
7 0,614 0,444 Valid
mengenai pekerja
Kaki pekerja tersandung material
8 0,568 0,444 Valid
besi
Box Crane manual terjatuh
1 0,484 0,444 Valid
mengenai pekerja
2 Tali terputus mengenai pekerja 0,553 0,444 Valid
3 Material besi / baut terjatuh 0,626 0,444 Valid
Proses
4 Dehidrasi 0,581 0,444 Valid
X2 Pemasangan
Body Tower 5 Pekerja terjatuh dari ketinggian 0,498 0,444 Valid
Tangan terluka terkena
6 peralatan pada saat 0,467 0,444 Valid
pemotongan kawat konduktor
7 Kaki terluka terkena cangkul 0,606 0,444 Valid
Box Crane manual terjatuh
1 0,482 0,444 Valid
mengenai pekerja
2 Tali terputus mengenai pekerja 0,601 0,444 Valid
3 Material besi / baut terjatuh 0,663 0,444 Valid
Proses 4 Dehidrasi 0,681 0,444 Valid
X3 Pemasangan 5 Pekerja terjatuh dari ketinggian 0,485 0,444 Valid
Cross Arm
6 Tersambar petir 0,514 0,444 Valid
Peralatan kerja terjatuh
7 0,819 0,444 Valid
mengenai pekerja
Kaki pekerja tersandung material
8 0,714 0,444 Valid
besi
Proses 1 Pekerja terjatuh dari ketinggian 0,585 0,444 Valid
Penarikan 2 Dehidrasi 0,504 0,444 Valid
X4
Kabel Tangan terluka terkena tali
Transmisi 3 0,726 0,444 Valid
tambang

IV-8
Corrected
Item-total
Kegiatan Pekerja Variabel Resiko r Tabel Keterangan
Correlation (r
hitung)

Kaki pekerja tersandung tali


4 0,670 0,444 Valid
tambang
Kaki pekerja tersandung kawat
5 0,559 0,444 Valid
konduktor
Tangan terluka terkena peralatan
Proses 6 pada saat pemotongan kawat 0,608 0,444 Valid
Pemasangan konduktor
X4 Penarikan 7 Kaki terluka terkena cangkul 0,646 0,444 Valid
Kabel
Tangan tergores ujung kawat
Transmisi 8 0,543 0,444 Valid
konduktor
9 Tangan tertusuk kawat konduktor 0,463 0,444 Valid
10 Roller terjatuh mengenai pekerja 0,553 0,444 Valid
Isolator terjatuh menganai
11 0,691 0,444 Valid
pekerja

Dari uji validitas terdapat 34 item yang dinyatakan valid, item

yang dinyatakan valid dilanjutkan untuk dilakukan uji relibialitas.

4.3.2Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan dengan tujuan untuk mengetahui sifat

dari alat ukur yang digunakan, dalam artian apakah alat ukur tersebut

akurat, stabil, dan konsisten. Item pertanyaan dikatakan andal (reliabel)

apabila memiliki cronbach’s alpha lebih dari 0,60. Hasil tes reliabilitas

menunjukan bahwa semua item sub variabel dinyatakan reliabel, seperti

yang terdapat pada Tabel 4.8

Tabel 4.5 Uji Reliabilitas


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.934 34
Sumber : Output SPSS 22, tahun 2021

IV-9
4.4 PENILAIAN RISIKO

Sesudah hasil kuesioner telah valid dan reliabel, dilakukan

penilaian risiko dengan parameter kemungkinan (Likelihood) dan

dampak (Consequences). Pengolahan data kuesioner

dilaksanakan dengan bantuan program Microsoft Excel guna

memperoleh nilai rata – rata kemungkinan dan dampak risiko pada

masing – masing item pekerjaan. Setelah itu nilai rata – rata

kemungkinan dan dampak dikalikan guna memperoleh indeks

risiko. Hasil pengisian kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 4.6 Hasil Pengisian Kuesioner

Kegiatan Pemasangan Leg Tower Bagian

Kemungkinan (Likelihood)

Kemungkinan
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 1 1 3 2 1 2 3
2 1 1 2 2 2 1 3 2
3 2 3 3 3 3 3 2 2
4 3 2 3 2 3 4 2 3
5 2 2 1 1 1 3 2 1
6 1 2 2 3 3 2 3 3
7 3 3 3 2 2 3 2 4
8 3 3 2 2 3 2 2 3
9 2 3 2 3 2 3 3 2
10 1 1 3 2 2 2 1 3
11 3 2 3 4 3 2 3 4
12 2 1 1 2 2 1 1 2
13 1 3 1 2 2 1 1 1
14 3 3 2 3 3 4 4 3
15 2 2 3 2 2 2 2 3
16 1 1 2 3 2 1 3 2

IV-10
17 2 2 2 3 1 2 3 1
18 1 3 1 2 3 3 2 2
19 3 2 3 1 2 2 2 2
20 2 2 1 1 1 2 3 2

Tabel 4.7 Hasil Pengisian

Kuesioner Kegiatan Pemasangan Body

Tower Bagian Kemungkinan (Likelihood)

Kemungkinan
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7
1 2 2 1 2 3 1 3
2 1 1 2 2 2 1 2
3 2 2 3 2 2 3 3
4 3 3 2 3 3 2 3
5 2 2 1 2 2 2 1
6 1 3 3 2 3 3 3
7 3 2 3 3 2 2 4
8 2 3 2 3 3 3 2
9 1 3 4 2 3 3 3
10 2 3 2 2 2 1 2
11 2 2 2 2 3 2 3
12 1 1 3 1 3 3 2
13 1 1 1 1 1 2 2
14 4 3 3 2 3 2 3
15 2 2 2 2 2 1 2
16 3 2 3 3 3 3 3
17 1 3 2 3 2 2 2
18 3 1 2 2 2 3 2
19 2 2 1 3 3 3 2
20 3 2 2 3 1 2 2

IV-11
Tabel 4.8 Hasil Pengisian Kuesioner

Kegiatan Pemasangan Cross Arm Bagian

Kemungkinan (Likelihood)

Kemungkinan
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 1 2 2 1 2 2 3
2 2 1 3 2 2 1 1 2
3 3 3 3 4 2 2 2 4
4 2 2 2 3 3 3 3 3
5 1 3 1 1 2 1 1 1
6 3 3 2 2 3 2 3 3
7 2 2 3 3 2 1 2 3
8 3 3 2 2 3 2 3 2
9 2 3 3 3 2 3 2 3
10 2 1 2 1 2 1 1 2
11 2 2 3 2 3 3 2 4
12 2 1 1 3 2 2 3 2
13 2 2 1 1 2 1 2 3
14 3 3 2 3 3 2 3 3
15 2 3 2 2 2 1 1 2
16 1 2 2 3 2 3 3 2
17 3 1 3 3 3 2 2 1
18 2 3 1 2 2 3 1 2
19 2 2 2 1 2 2 3 3
20 2 3 2 3 2 1 2 2

IV-12
Tabel 4.9 Hasil Pengisian Kuesioner

Kegiatan Penarikan Kabel Transmisi Bagian

Kemungkinan (Likelihood)

Kemungkinan
Pertanyaan
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 1 1 3 2 3 1 2 1 1 1 2
2 1 3 2 1 2 2 1 2 1 2 3
3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2
4 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 3
5 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1
6 2 3 2 3 3 1 1 2 3 2 2
7 3 3 2 2 3 2 1 2 3 3 3
8 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2
9 3 3 3 1 3 2 2 3 1 2 3
10 2 1 2 2 3 3 2 1 1 3 2
11 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2 3
12 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2
13 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2
14 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3
15 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2
16 2 3 3 2 3 2 3 1 3 1 2
17 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3
18 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1
19 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2
20 2 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2

IV-13
Tabel 4.10 Hasil Pengisian

Kuesioner Kegiatan Pemasangan Leg Tower

Bagian Dampak (Qonsequence)

Dampak
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 1 1 1 5 1 2 1
2 1 1 1 1 4 1 1 2
3 2 3 3 3 4 1 3 3
4 2 3 2 1 5 2 3 2
5 2 1 1 2 3 1 1 1
6 3 2 3 3 5 2 2 1
7 2 3 2 2 5 2 2 3
8 3 3 3 3 4 3 3 2
9 2 3 2 2 5 2 1 3
10 1 2 3 1 5 3 1 2
11 3 1 3 3 5 2 3 2
12 2 1 1 1 4 1 2 1
13 1 2 2 1 3 1 1 2
14 3 2 3 2 5 3 2 3
15 2 3 2 2 3 2 2 3
16 2 2 3 3 4 2 3 2
17 1 1 2 1 5 1 2 1
18 3 3 1 2 3 3 3 2
19 2 2 2 2 4 2 3 2
20 2 1 3 2 5 2 2 4

IV-14
Tabel 4.11 Hasil Pengisian

Kuesioner Kegiatan Pemasangan Body

Tower Bagian Dampak (Qonsequence)

Dampak
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7
1 1 2 1 2 4 1 2
2 1 1 1 1 3 1 1
3 2 2 2 2 4 2 3
4 2 3 3 2 5 2 3
5 1 1 1 2 3 1 1
6 2 2 2 1 4 2 2
7 3 2 3 3 4 2 3
8 3 3 3 2 4 3 1
9 3 3 2 2 4 1 2
10 1 1 3 1 5 1 3
11 2 2 2 3 5 3 3
12 1 1 1 1 4 1 1
13 3 1 1 1 4 1 2
14 3 2 2 2 5 1 3
15 2 2 2 3 4 2 2
16 2 2 3 2 3 2 3
17 1 1 2 2 5 3 1
18 3 3 1 1 4 1 2
19 2 2 3 2 4 2 3
20 3 1 3 1 3 2 2

IV-15
Tabel 4.12 Hasil Pengisian

Kuesioner Kegiatan Pemasangan Cross Arm

Bagian Dampak (Qonsequence)

Dampak
Pertanyaan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2 2 1 2 5 4 2 3
2 1 1 1 1 4 5 1 1
3 2 3 3 3 5 5 2 3
4 2 1 3 3 5 5 3 2
5 1 1 1 1 4 4 1 1
6 2 2 2 3 5 5 3 2
7 2 3 2 2 5 5 2 2
8 2 2 1 3 4 5 2 1
9 2 3 1 1 4 5 2 3
10 1 1 1 2 5 4 1 1
11 2 2 3 3 5 5 2 2
12 2 1 1 1 4 4 1 1
13 2 1 2 1 3 4 1 1
14 3 2 3 1 5 4 2 2
15 2 2 2 2 4 5 3 3
16 2 3 2 2 4 4 2 2
17 3 2 2 1 4 4 2 3
18 2 1 1 3 5 5 2 3
19 2 3 3 3 3 4 3 1
20 3 2 2 2 4 5 1 2

IV-16
Tabel 4.13 Hasil Pengisian

Kuesioner Kegiatan Penarikan Kabel

Transmisi Bagian Dampak (Qonsequence)

Dampak
Pertanyaan
RESPONDEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3 1 1 1 3 3 1 1 2 2 2
2 3 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1
3 4 2 3 1 2 3 2 2 3 2 3
4 5 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2
5 4 1 2 2 1 1 2 1 3 1 2
6 5 3 3 3 1 2 3 1 2 2 3
7 5 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2
8 5 2 1 2 3 2 2 2 3 3 1
9 5 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4
10 4 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1
11 5 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3
12 3 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1
13 4 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2
14 4 3 1 3 2 2 3 3 3 2 3
15 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3
16 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2
17 5 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2
18 4 1 2 3 2 2 3 2 2 1 1
19 3 3 3 1 2 2 2 1 1 2 3
20 4 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3

Di bawah ini adalah hasil perhitungan indeks risiko yang

didapat dari perkalian nilai rata – rata kemungkinan dan rata – rata

dampak pada masing – masing pertanyaan di setiap kegiatan

IV-17
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Indeks Risiko

Event Risiko Indeks


Nilai rata-
Nilai rata- Risiko
rata
No. rata (Kemungki
Pekerjaan Variabel Risiko kemungki
dampak nan x
nan
Dampak)
Pekerjaan Erection
Box Crane manual
terjatuh mengenai 2,05 2,05 4,20
pekerja
Tali terputus
2,1 2 4,20
mengenai pekerja
Material besi /
2,05 2,15 4,41
baut terjatuh
Mata rusak saat
2,3 1,9 4,37
pengelasan
Proses
Pekerja terjatuh
1 Pemasangan 2,4 4,4 10,12
dari ketinggian
Leg Tower
Kulit terkena
percikan api pada 2,2 1,85 4,07
saat pengelasan
Peralatan kerja
terjatuh mengenai 2,3 2,1 4,83
pekerja
Kaki pekerja
tersandung 2,4 2,1 5,04
material besi
2 Prosos Box Crane manual
Pemasangan terjatuh mengenai 2,05 2,05 4,20
Bady Tower pekerja
Tali terputus
2,15 1,85 3,98
mengenai pekerja
Material besi /
2,2 2,05 4,51
baut terjatuh
Dehidrasi 2,25 1,8 4,05
Pekerja terjatuh
2,45 4,06 10,15
dari ketinggian
Peralatan kerja
terjatuh mengenai 2,2 1,7 3,74
pekerja
Kaki pekerja 2,45 2,15 5,27

IV-18
tersandung
material besi
Box Crane manual
terjatuh mengenai 2,15 2 4,30
pekerja
Tali terputus
2,2 1,9 4,18
mengenai pekerja
Material besi /
2,1 1,85 3,88
baut terjatuh
Proses Dehidrasi 2,3 2 4,60
3 Pemasangan Pekerja terjatuh
2,3 4,35 10,00
Cross Arm dari ketinggian
Tersambar petir 1,9 4,55 8,64
Peralatan kerja
terjatuh mengenai 2,1 1,95 4,09
pekerja
Kaki pekerja
tersandung 2,5 2 5,00
material besi
Pekerja terjatuh
2,5 4,05 10,12
dari ketinggian
Dehidrasi 2.2 2,05 4,51
Tangan terluka
terkena tali 2,35 2,2 5,17
tambang
Kaki pekerja
Proses
tersandung tali 2 2,15 4,30
Penarikan
4 tambang
Kabel
Transmisi Kaki pekerja
tersandung kawat 2,65 2,1 5,56
konduktor
Tangan terluka
terkena peralatan
pada saat 2 2,15 4,30
pemotongan kawat
konduktor

IV-19
Kaki terluka terkena
2,00 2,2 4,40
cangkul
Tangan tergores
ujung kawat 2,00 1,9 3,80
Proses konduktor
Penarikan
4 Tangan tertusuk
Kabel 1,95 2,15 4,19
kawat konduktor
Transmisi
Roller terjatuh
2,05 1,9 3,89
mengenai pekerja
Isolator terjatuh
2,25 2,2 4,95
menganai pekerja

Berikutnya sesudah nilai indeks risiko diperoleh ialah

mengkelompokkan risiko menurut matriks risiko AS/NZS 4360:2004

yang bisa dilihat pada Lampiran, selanjutnya dilanjutkan dengan

pengelompokan terhadap potensi risiko yang mempunyai

kesamaan dari kegiatan yang berbeda. Berikut ini hasil

pengelompokan potensi risiko.

IV-20
Tabel 4.15 Hasil pengelompokan terhadap potensi risiko yang memiliki

kesamaan dari kegiatan yang berbeda

Nilai rata-
Indeks Risiko rata Kategori
NO Variabel Risiko (Kemungkinan x Indeks Risiko
Dampak) Risiko

Pekerja Terjatuh
dari ketinggian
(Proses 10,12
pemasangan leg
tower)
Pekerja Terjatuh
dari ketinggian
(Proses 10,15
Potensi Risiko pemasangan Body
1 Pekerja tower) H
Terjatuh Pekerja Terjatuh 10,09
dari ketinggian
(Proses 10,00
pemasangan Cross
Arm)
Pekerja Terjatuh
dari ketinggian
10,12
(Proses Penarikan
Kabel Transmisi)
Dehidrasi
(Proses
4,05
Pemasangan Body
Tower)
Dehidrasi
(Proses
4,60
Pemasangan Cross
Potensi Risiko
2 Arm) M
Akibat Cuaca 5,45
Tersambar Petir
(Proses
8,64
Pemasangan Cross
Arm)
Dehidrasi
(Proses Penarikan 4,51
Kabel Transmisi)

IV-21
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,04
(proses
pemasangan Leg
Tower)
Kaki pekerja
tersandung
material besi
5,27
(proses
pemasangan Body
Tower)
Kaki pekerja
Potensi Risiko
tersandung
3 Tertusuk/Tergo
material besi M
res 5,00 5,03
(proses
pemasangan Cross
Arm)
Kaki pekerja
tersandung tali
tambang (proses 4,30
penarikan kabel
Transmisi)
Kaki pekerja
tersandung kawat
konduktor (proses 5,56
Penarikan Kabel
Transmisi)
3 Potensi Risiko Tangan terluka M
Tertusuk/Terg terkena tali
ores tambang (Proses 5,17
penarikan kabel
transmisi)
Tangan terluka
terkena peralatan
pada saat 4,30
pemotongan kawat
konduktor 4,37
Kaki terkena
4,40
cangkul
Tangan tergores
ujung kawat 3,80
konduktor
Tangan tertusuk 4,19

IV-22
kawat konduktor
4 Potensi Risiko Box Crane terjatuh
Pekerja mengenai pekerja
Terjatuh (proses 4,20 M
pemasangan leg
tower)
Material besi/baut
terjatuh (proses
4,41
pemasangan leg
tower)
Peralatan kerja
terjatuh (proses
4,83
pemasangan leg
tower)
Box Crane terjatuh
mengenai pekerja
(proses 4,20
pemasangan Body
tower)
Material besi/baut
terjatuh (proses
4,51
pemasangan body
tower)
Peralatan kerja
terjatuh (proses
3,74
pemasangan body 4,27
tower)
Box Crane terjatuh
mengenai pekerja
(proses 4,30
pemasangan Cross
Arm)
Material besi/baut
terjatuh (proses
3,88
pemasangan cross
arm)
Peralatan kerja
terjatuh (proses
4,09
pemasangan Cross
Arm)
Roller Terjatuh 3,89
mengenai pekerja
(Proses penarikan
Kabel)

IV-23
Isolator terjatuh
mengenai pekerja
4,95
(Proses penarikan
kabel transmisi)
Mata Rusak saat
pengelasan (Proses
4,37
Pemasangan Leg
Tower)
Potensi Risiko Kulit Terkena
5 M
Terbakar percikan api pada 4,22
saat pengelasan
4,07
(Proses
pemasangan leg
tower)
Tali terputus
mengenai pekerja
(Proses 4,20
Pemasangan Leg
tower)
Tali terputus
Potensi Risiko mengenai pekerja
6 Kerusakan (Proses 4,18 4,12 M
Peralatan Pemasangan Cross
Arm)
Tali terputus
mengenai pekerja
(Proses 3,98
Pemasangan Body
Tower)

Keterangan :
H (High) : Risiko Tinggi
M (Medium) : Risiko Sedang
L (Low) : Risiko Rendah

Kemudian dilaksanakan pengelompokan pada potensi risiko

yang mempunyai kesamaan dari kegiatan yang berbeda. Dengan

melaksanakan pengelompokan ini, dapat diketahui nilai persentase

IV-24
dari tiap jenis potensi risiko terhadap seluruh potensi risiko yang

timbul. Berikut hasil pengelompokan terhadap potensi risiko yang

dijelaskan dalam tabel seperti pada Tabel 4.16 dibawah ini.

Tabel 4.16 Hasil Pengelompokan Potensi Risiko

Jumlah Item Persentase


No. Variabel Risiko
Risiko
(%)

1 Risiko Terbakar 2 6%

9%
2 Risiko Kerusakan Peralatan 3

3 Risiko Pekerja Terjatuh 4 12%

12%
4 Risiko Akibat Cuaca 4

5 Risiko Tertusuk/Tergores 10 29%

6 Risiko Kejatuhan Benda 11 32%

4.5 PEMBAHASAN

Dari hasil identifikasi risiko yang diteliti terdapat 34 variabel

risiko. Lalu dilakukan pengelompokan terhadap potensi risiko yang

IV-25
memiliki kesamaan dari kegiatan yang berbeda. Dengan

melakukan pengelompokan ini, maka akan diketahui nilai

persentase dari setiap jenis potensi risiko terhadap keseluruhan

potensi risiko yang terjadi. Berikut hasil pengelompokan terhadap

potensi risiko yang dijelaskan dalam bentuk diagram seperti pada

Gambar 4.2 dibawah ini.

Gambar 4.2 Diagram Pengelompokan Potensi Risiko

Dari hasil pengelompokan terhadap potensi risiko yang

memiliki kesamaan dari kegiatan yang berbeda diperoleh potensi

risiko kerusakan peralatan dengan persentase 9%, potensi risiko

terbakar dengan persentase 6%, potensi risiko tersandung 14,5%,

potensi risiko tertusuk/tergores dengan persentase 14,5%, potensi

risiko pekerja terjatuh dengan persentase 12%, potensi risiko akibat

cuaca dengan persentase 12% dan potensi risiko kejatuhan benda

dengan persentase sebesar 32%.

IV-26
4.6 PENGENDALIAN RISIKO

Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka diperoleh

alternatif pengendalian risiko terhadap risiko. Strategi pengendalian

risiko dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Menekan kemungkinan (likelihood) potensi risiko

Cara untuk melakukan penekanan angka likelihood

potensi risiko adalah dengan melakukan pencegahan

sedini mungkin terhaap setiap potensi risiko yang terjadi.

Berikut tindakan yang dapat dilakukan untuk menekan

likelihood potensi risiko :

a. Memasang rambu – rambu K3 yang bertujuan untuk

menunjukkan adanya potensi risiko sehingga para pekerja

selalu bekerja dengan waspada dan hati – hati.

b. Menggunakan work permit (izin kerja K3) pada setiap

kegiatan.

c. Melakukan Safety Briefing (Safety Talk) seminggu sekali,

misalnya sebelum dimulai semua aktivitas pada proyek, para

pekerja diingatkan pentingnya penggunaan APD dalam

bekerja.

d. Melakukan Safety Patrol K3 pada tiap pekerja secara rutin

yang bertujuan untuk mengawasi dan memberi tahu para

pekerja jika terdapat potensi bahaya yang mengancam pada

saat pekerjaan berlangsung.

2. Menekan dampak (consequence) potensi risiko Cara untuk

IV-27
menekan consequence potensi risiko adalah dengan melakukan

persiapan perlindungan diri jika sewaktu-waktu suatu potensi

risiko terjadi. Cara pengendalian terhadap consequence potensi

risiko adalah :

a. Selalu memakai alat pelindung diri (APD) dalam bekerja dan

penggunaan APD disesuaikan dengan jenis pekerjaan.

Contoh penggunaan APD pada pekerjaan di ketinggian

diwajibkan menggunakan full body harness ataupun safety

belt.

b. Menggunakan alat pelindung jatuh seperti safety net untuk

melindungi pekerja yang terjatuh dari ketinggian dan

menahan benda yang terjatuh.

c. Setelah pekerja selesai memakai peralatan, agar meletakkan

kembali pada tempat yang telah disediakan sebelumnya.

d. Membersihkan sisa – sisa potongan material yang

berserakan seperti kawat konduktor yang ada di lokasi

proyek.

3. Menghindari Risiko (Avoiding Risk) Mengganti peralatan kerja

dan APD yang tidak layak dipakai.

4. Pengalihan Risiko (Risk Transfer) Pengalihan risiko dapat

dilakukan dengan memberikan asuransi kepada para pekerja.

Dengan strategi pengendalian diatas, diharapkan dapat

mengurangi nilai risiko yang ada.

IV-28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab – bab

sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Diperoleh potensi risiko yang dapat terjadi pada pembangunan

Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV Grati-TX

Kalanganyar, Kota Surabaya antara lain :

 Risiko Terbakar

 Risiko Kerusakan Peralatan

 Risiko Pekerja Terjatuh

 Risiko Akibat Cuaca

 Risiko Tertusuk/Tergores

 Risiko Kejatuhan benda

2. Dari hasil penelitian diperoleh potensi risiko kejatuhan benda paling

banyak terjadi dengan persentase sebesar 32%.

V-1
5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang diberikan

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Besar harapan peneliti apabila penelitian ini bisa dijadikan

sebuah bahan pertimbangan bagi PT. BUKAKA TEKNIK

UTAMA untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan

Keselamatan Kerja yang menjadi tumpuan utama dalam dunia

lapangan proyek untuk keselamatan terhadap para pekerja.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan perspektif

lain dalam melihat faktor apa saja yang mempengaruhi

kecelakaan kerja dan dapat menggunakan metode penelitian

lainnya sehingga penelitian ini dapat beragam dalam melihat

suatu pengaruh terhadap kecelakan kerja. Peneliti

menyarankan kepada peneliti lanjutan untuk dapat lebih

mengembangkan kembali mengenai penelitian yang

bertemakan Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Pada

Pembangunan Konstruksi Tower Besi Baja. Pengembangan ini

dapat dilakukan dengan menambah periode penelitian, jumlah

sampel, mengganti objek penelitian pada lokasi proyek

tertentu, dan menambah faktor atau variabel penelitian yang

berhubungan mengenai aspek Keselamatan dan Kesehatan

Kerja K3 pada potensi terjadinya Kecelakaan Kerja, sehingga

dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada

penelitian ini

V-2

Anda mungkin juga menyukai