NASKAH PUBLIKASI
OLEH :
AKUNDRA
1873201086
Abstrak
Adaptabilitas karir adalah sejauh mana seorang individu memiliki kesiapan dan
sumber daya untuk menangani transisi kerja, tugas-tugas perkembangan karir serta
trauma pribadi yang berkenaan dengan peran karir atau pekerjaan. Salah satu faktor
yang mempengaruhi adaptabilitas karir adalah hardiness. Hardiness merupakan
kumpulan dari karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber pertahanan
ketika menghadapi situasi hidup yang menekan. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat hubungan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di
Pekanbaru. Subjek pada penelitian ini berjumlah 200 siswa SMK (92 siswa laki-
laki dan 108 siswa perempuan) yang berasal dari berbagai sekolah SMK di
Pekanbaru. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental
sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui skala hardiness yang berisi 15
aitem dan skala adaptabilitas karir yang berisi 24 aitem. Analisis data dilakukan
dengan teknik statistik non parametrik Spearman Rank. Dari hasil analisis data
diperoleh nilai korelasi antara hardiness dengan adaptabilitas karir sebesar (r =
0,880, p = 0,000). Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru.
ii
RELATIONSHIP BETWEEN HARDINESS AND CAREER ADAPTABILITY
IN VOCATIONAL SCHOOL STUDENTS IN PEKANBARU
Akundra1, Auliya Syaf2, Muhammad Fadhli3
Faculty of Psychology and Socio-Political Science, University of Abdurrab
Pekanbaru
1
akundra@student.univrab.ac.id, 2auliya.syaf@univrab.ac.id,
3
muhammad.fadhli@univrab.ac.id
Abstract
Career adaptability is the extent to which an individual has the readiness and
resources to deal with work transitions, career development tasks and personal
trauma related to career or work roles. One of the factors that influence career
adaptability is hardiness. Hardiness is a collection of personality characteristics
that serve as a source of defense when facing stressful life situations. This study
aims to see the relationship between hardiness and career adaptability in SMK
students in Pekanbaru. The subjects in this study were 200 vocational students (92
male students and 108 female students) from various vocational schools in
Pekanbaru. The sampling method was carried out by the accidental sampling
technique. Data was collected through a hardiness scale containing 15 items and a
career adaptability scale containing 24 items. Data analysis was performed using
Spearman Rank non-parametric statistical technique. From the results of data
analysis, the correlation value between hardiness and career adaptability is (r =
0.880, p = 0.000). These results indicate that there is a significant relationship
between hardiness and career adaptability in SMK students in Pekanbaru.
iii
1
PENDAHULUAN
kapasitas sumber daya manusia Indonesia melalui sektor pendidikan, baik melalui
jalur pendidikan formal maupun nonformal (UU 29 Tahun 1990 pasal 1 ayat 3).
lulusannya untuk siap memasuki dunia kerja, terlatih, cakap, kokoh dan berguna di
untuk siap bekerja di bidang tertentu, dan salah satu tujuan khusus pendidikan
produktif yang bisa bekerja, serta bisa mengisi lowongan kerja tingkat menengah
yang ada berdasarkan kompetensi dalam program keterampilan yang mereka pilih
(Kemendikbud 2003).
Melansir dari data yang dicatat oleh Badan Pusat Data dan Teknologi
di Indonesia pada tahun 2020 berjumlah 5,2 juta siswa serta mengalami
peningkatan lebih dari 1 juta siswa dalam periode 5 tahun terakhir (BPS, 2020).
“SMK Bisa!” mempromosikan SMK sebagai pencetak tenaga kerja yang siap
memasuki dan berpartisipasi dalam dunia kerja serta mampu bersaing di dunia
industri, lulusan SMK dengan masa studi selama 3-4 tahun diharapkan dapat
diharapkan setelah lulus siswa lebih siap bekerja dan lebih mudah mendapatkan
Siswa SMK merupakan pihak yang akan menghadapi masa transisi karir.
Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Koen dkk, (2012) bahwa lulusan baru adalah
pihak yang akan menghadapi transisi karir dari masa pendidikan menuju dunia kerja
(school to work transition). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
lingkungan sekolah ke dunia kerja adalah dengan cara mempersiapkan karir secara
tepat. Persiapan yang tepat memungkinkan individu sukses dalam mencari dan
psikologi yang membahas dan memfasilitasi masa transisi dari sekolah ke dunia
untuk penyesuaian diri yang lebih baik di lingkungan sosial dan untuk kesejahteraan
individu dan sumber daya untuk menyesuaikan diri dengan tugas perkembangan
karir saat ini maupun yang akan datang, perpindahan kerja, dan trauma kerja
(Savickas, 2005). Adaptabilitas karir adalah sumber penyesuaian diri umum dan
strategi yang digunakan seseorang dalam proses konstruksi karir saat menghadapi
situasi kritis misalnya tugas perkembangan pada usia tertentu (Negru-Subtirica dkk,
2015).
dimensi, yaitu orientasi masa depan (career concern), pengendalian diri (career
control), rasa ingin tahu (career curiosity), dan kepercayaan terhadap kemampuan
daya adaptabilitas umum dan strategi yang digunakan oleh seseorang dalam
perlu dimiliki oleh siswa dalam mempersiapkan karir di masa depan. Adaptabilitas
karir yang tinggi akan membuat seseorang lebih memproyeksikan dirinya di masa
depan dan merasakan lebih sedikit hambatan karir serta mewujudkan tujuan karir
ke dalam perilaku (Soresi, Nota, & Ferrari, 2012). Sebaliknya, adaptabilitas karir
yang rendah bisa mendorong individu untuk keluar atau mengundurkan diri dari
sebuah organisasi (Chan & Xin Mai, 2015) dan berakhir dengan pekerjaan yang
dalam karir akan lebih mampu menemukan kesempatan kerja yang lebih baik,
4
berkualitas (Klehe, Zikic, van Vianen, Koen, & Buyken, 2012). Individu yang
memiliki adaptabilitas karir tinggi lebih sukses dalam menghadapi masa transisi,
beresiko lebih kecil menjadi penganggur dalam jangka waktu yang lama dan
membuat pilihan karir yang lebih baik (Creed, dkk., 2003; Gemerjis &
dkk, (2015) pada siswa sekolah umum dan sekolah kejuruan menunjukkan hasil
yang sebaliknya. Adaptabilitas karir siswa sekolah kejuruan lebih rendah bila
memiliki perhatian terhadap masa depan (career concern), rasa ingin tahu (career
pengendalian diri (career control) juga menurun dengan tajam pada siswa sekolah
kejuruan. Hal ini dikarenakan siswa sekolah umum memiliki lebih banyak
rata-rata siswa SMK belum memiliki pandangan yang nyata mengenai apa yang
akan dilakukan setelah lulus sekolah, siswa masih memiliki keraguan terhadap
pilihan yang akan dibuat setelah lulus nanti. Keterangan ini menunjukan bahwa
5
tujuan dari pendidikan kejuruan belum sepenuhnya tercapai dan bisa diasumsikan
BPS (Badan Pusat Statistik, 2020) yang mana dalam data tersebut angka tingkat
terbuka mencapai 7,05 juta orang, terdapat peningkatan dari Agustus 2018 yang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Agustus 2019 sebesar 10,42%. (BPS,
2020). Hal serupa juga terjadi di provinsi Riau (Badan Pusat Statistik provinsi Riau,
2019) mencatat sampai Agustus 2019 angka pengangguran terbuka di Provinsi Riau
lulusan SMK lah yang terbesar dibandingkan tingkat pendidikan lainnya, dimana
pada Agustus 2019 pengangguran dengan tingkat pendidikan SMK sebesar 9,85
Riau, 2019).
kualifikasi lulusan dengan yang dipersyaratkan oleh suatu perusahaan sebagai salah
satu yang menyebabkan pengangguran siswa SMK. Dr. Sri Gunani Pertiwi anggota
tim penyelaras dunia pendidikan dengan dunia kerja Institut Teknologi Sepuluh
November juga mengatakan bahwa penyebab dari lulusan SMK yang banyak
menganggur yaitu mental mereka yang masih kurang siap untuk memasuki dunia
kerja, sejak awal lulusan SMK didesain untuk mempunyai kesiapan bekerja yang
6
lebih, dimana hal tersebut dapat dijadikan hard skillnya, namun soft skill, attitude,
dan mentalnya tidak disiapkan untuk menghadapi dunia kerja (Triono, 2014).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan kerja
saat ini dan meningkatkan keberhasilan siswa dalam menghadapi masa transisi dari
lingkungan sekolah ke dunia kerja adalah dengan cara mempersiapkan karir secara
tepat. Persiapan yang tepat memungkinkan individu sukses dalam mencari dan
Adaptabilitas karir telah beberapa kali diteliti, terdapat beberapa faktor yang
lingkungan demografi. Coetzee dan Harry (2013) menjelaskan faktor internal yang
kepribadian yang memiliki fungsi untuk menekankan dalam diri individu untuk
untuk menumbuhkan rasa motivasi dan kepercayaan yang tinggi dalam diri individu
dimana berguna untuk menjalankan interaksi pada dunia kerja untuk bekerja keras
demi mengubah situasi untuk membuat stress menjadi peluang atau kesempatan
sangat dibutuhkan oleh seseorang terutama di dunia kerja karena situasinya penuh
tekanan apalagi di zaman yang penuh perubahan seperti sekarang ini (Rosulin &
Paramita, 2016).
kesiapan dan kepercayaan diri seseorang dalam memasuki dunia kerja (Greenleaf,
sikap yang menjadikannya mampu melawan situasi yang sulit. Seseorang dengan
pada siswa sekolah kejuruan karena selain merupakan salah satu tugas
perkembangan yang penting bagi siswa dalam menentukan karir di masa depan,
siswa juga memerlukan persiapan yang baik dalam menghadapi kesiapan langsung
memasuki dunia pekerjaan ketika lulus sekolah. Maka penulis melakukan sebuah
METODE
hardiness dan skala adaptabilitas karir. Subjek dalam penelitian ini merupakan
teknik accidental sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 200 siswa SMK.
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dari Kobasa (1979), meliputi:
dengan menggunakan skala likert dengan 5 alternatif pilihan jawaban. Skor 1 dinilai
untuk “sangat tidak setuju”, 2 untuk “tidak setuju”, 3 untuk “netral”, 4 untuk
mengatasi tugas dengan baik”, dengan jumlah aitem yang digunakan dalam
unfavorable dengan reliabilitas (α= 0,938). Skala adaptabilitas karir disusun sendiri
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek menurut Savickas & Profeli (2012), yaitu:
Contoh pertanyaan “Saya mempersiapkan diri untuk masa depan karir saya” dengan
jumlah aitem yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 aitem dengan 13
HASIL
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian ini subjek
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini
berjumlah 200 siswa SMK dengan usia 16 tahun sebanyak 6 siswa, usia 17 tahun
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai mean empirik pada skala
hardiness lebih tinggi dibandingkan mean hipotetik (59,08 > 45), bisa diartikan
bahwa tingkat hardiness yang dimiliki subjek cenderung tinggi. Sedangkan untuk
10
skala adaptabilitas karir skor nilai mean empirik pada adaptabilitas karir lebih tinggi
dibandingkan mean hipotetik (99,7 > 72), dapat dikatakan bahwa adaptabilitas karir
UJI ASUMSI
hardiness dan adaptabilitas karir diperoleh p = 0.030 < 0.05 hal ini menunjukkan
bahwa data variabel hardiness dan adaptabilitas karir pada penelitian ini
berdistribusi tidak normal. hasil Analisa pada uji linearitas pada penelitian ini
Artinya sesuai dengan kaidah yang digunakan jika p < 0,05, berarti antara variabel
hardiness dengan adaptabilitas karir pada penelitian ini memiliki hubungan yang
linear.
UJI HIPOTESIS
dengan adaptabilitas karir nilai sigifikansi p = 0,000, artinya, ada hubungan yang
hardiness dengan adaptabilitas karir dengan niai koefisien alpha r = 0,880, maka
adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru adalah sangat kuat dengan berada
hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru. Semakin tinggi
hardiness, maka semakin tinggi adaptabilitas karir dan sebaliknya semakin rendah
hardiness, maka semakin rendah adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru.
diperoleh taraf signifikansi dari variabel hardiness dan adaptabilitas karir sebesar
0,000 hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hardiness dan adaptabilitas karir pada siswa
SMK laki-laki dan perempuan di Pekanbaru. Siswa berjenis kelamin laki-laki pada
54,90). Pada variabel adaptabilitas karir siswa jenis kelamin laki-laki (M = 106,22)
DISKUSI
hubungan yang signifikan antara hardiness dengan adaptabilitas karir, yang artinya
yang signifikan antara hardiness dengan adaptabilitas karir (Rosulin & Paramita,
2016).
tinggi akan melihat kesulitan hidup sebagai peluang untuk tumbuh, mereka tidak
takut terhadap perubahan tetapi melihat perubahan tersebut sebagai peluang untuk
tumbuh. Schultz (2010) menjelaskan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi
percaya bahwa hal yang terjadi dalam hidupnya dapat dikontrol oleh diri sendiri
dan memandang perubahan sebagai sesuatu yang menarik dan menantang, bukan
kesiapan, kognisi adaptif dan emosi yang ditujukan untuk pengayaan hidup melalui
perkembangan, adaptasi, dan usaha bertahan hidup (Coetzee & Harry, 2015). Lebih
lanjut Tolentino dkk, (2014) menjelaskan bahwa kesiapan adaptif pada individu
individu yang memiliki hardiness tinggi adalah yang paling siap menghadapi
transisi karir karena mereka melihat transisi yang akan mereka lalui sebagai
merupakan sumber daya yang didorong oleh kemauan yang menunjukkan kesiapan
karir berperan penting dalam perencanaan karir individu. Jika adaptabilitas karir
individu cenderung rendah maka individu tidak mempunyai perencanaan karir yang
jelas. Individu seperti itu cenderung memiliki gangguan emosi dan kepribadian
seperti pesimistis, gangguan kecemasan (anxiety), konsep diri negatif, dan self
13
esteem yang rendah (Saka, Gati, & Kelly, 2008). Adaptabilitas karir yang tinggi
merasakan lebih sedikit hambatan karir, lebih mampu mewujudkan tujuan karir
kelamin tampak bahwa siswa laki-laki lebih tinggi skornya daripada siswa
perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Arishanti & Juniarly (2019) yang
dijelaskan bahwa laki-laki memiliki kontrol yang lebih besar pada diri mereka
sehingga mereka cenderung menerima tantangan yang lebih tinggi daripada wanita.
Kemudian pada variabel adaptabilitas karir hasil uji beda yang dilakukan
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan yang cenderung memiliki skor
adaptabilitas karir yang rendah. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang
adaptabilitas karir yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki hal ini karena
perempuan memiliki regulasi emosi yang baik, sehingga perempuan lebih mampu
untuk menghadapi tantangan karir yang ada. Mardiyati dan Yuniawati (2015)
menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki pola yang berbeda terkait
antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru pada
interpretasi koefisien korelasi berada di tingkat hubungan yang sangat tinggi. siswa
SMK yang memiliki hardiness tinggi akan lebih siap dalam menghadapi transisi
dari sekolah ke dunia kerja. Mereka akan lebih memikirkan mengenai karirnya,
lebih mampu mengatur diri untuk meraih karir yang diinginkan, lebih banyak
mengeksplorasi dunia kerja, dan lebih percaya diri dalam membuat keputusan
karirnya. Perubahan situasi yang mereka alami akan mendorong mereka untuk
KESIMPULAN
terdapat hubungan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di
Pekanbaru dengan koefisien korelasi sangat kuat, artinya semakin tinggi hardiness,
maka semakin tinggi adaptabilitas karir dan sebaliknya semakin rendah hardiness,
maka semakin rendah adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru. Hasil ini
ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, D. (2002). Psychology and Work Today. Eight Edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Seligman, L. (1994). Developmental Career Counseling and Assessment, 2nd
Edition. Sage Publications, Inc
Skorkiov, V, B., & Vondacek, F.W. (2007). Vocational identity. In. V.
Skorikov&W, Patton (Eds.), career development in childhood and
adolescence (pp. 143-168). Rotterdam the Netherlands: sense publishers.
Soresi, S., Nota, L., & Ferrari, L. (2012). Career adapt-abilities scale-italian form:
Psychometric properties and relationships to breadth of interests, quality of
life, and perceived barriers. Journal of Vocational Behavior, 80, 705– 711.
Suyanto & Ariadi S. (2013). Penanganan pengangguran terdidik di Jawa Timur
Masyarakat. Kebudayaan dan Politik Vol. 26, No. 4.
Tolentino, L. R., Garcia, P. R. J. M., Lu, V. N., Restubog, S. L. D., Bordia, P., &
Plewa, C. (2014). Career adaptation: The relation of adaptability to goal
orientation, proactive personality, and career optimism. Journal of
VocationalBehavior.84(1), 39–48. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2013.11.00