Anda di halaman 1dari 22

HUBUNGAN ANTARA HARDINESS DENGAN ADAPTABILITAS KARIR

PADA SISWA SMK DI PEKANBARU

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan ke Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Politik Universitas Abdurrab

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi

OLEH :

AKUNDRA
1873201086

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2022
HUBUNGAN ANTARA HARDINESS DENGAN ADAPTABILITAS KARIR
PADA SISWA SMK DI PEKANBARU

Akundra1, Auliya Syaf2, Muhammad Fadhli3


Fakultas Psikosospol Universitas Abdurrab Pekanbaru
1
akundra@student.univrab.ac.id, 2auliya.syaf@univrab.ac.id,
3
muhammad.fadhli@univrab.ac.id

Abstrak

Adaptabilitas karir adalah sejauh mana seorang individu memiliki kesiapan dan
sumber daya untuk menangani transisi kerja, tugas-tugas perkembangan karir serta
trauma pribadi yang berkenaan dengan peran karir atau pekerjaan. Salah satu faktor
yang mempengaruhi adaptabilitas karir adalah hardiness. Hardiness merupakan
kumpulan dari karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber pertahanan
ketika menghadapi situasi hidup yang menekan. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat hubungan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di
Pekanbaru. Subjek pada penelitian ini berjumlah 200 siswa SMK (92 siswa laki-
laki dan 108 siswa perempuan) yang berasal dari berbagai sekolah SMK di
Pekanbaru. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental
sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui skala hardiness yang berisi 15
aitem dan skala adaptabilitas karir yang berisi 24 aitem. Analisis data dilakukan
dengan teknik statistik non parametrik Spearman Rank. Dari hasil analisis data
diperoleh nilai korelasi antara hardiness dengan adaptabilitas karir sebesar (r =
0,880, p = 0,000). Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru.

Kata Kunci: hardiness, adaptabilitas karir, siswa SMK

ii
RELATIONSHIP BETWEEN HARDINESS AND CAREER ADAPTABILITY
IN VOCATIONAL SCHOOL STUDENTS IN PEKANBARU
Akundra1, Auliya Syaf2, Muhammad Fadhli3
Faculty of Psychology and Socio-Political Science, University of Abdurrab
Pekanbaru
1
akundra@student.univrab.ac.id, 2auliya.syaf@univrab.ac.id,
3
muhammad.fadhli@univrab.ac.id

Abstract

Career adaptability is the extent to which an individual has the readiness and
resources to deal with work transitions, career development tasks and personal
trauma related to career or work roles. One of the factors that influence career
adaptability is hardiness. Hardiness is a collection of personality characteristics
that serve as a source of defense when facing stressful life situations. This study
aims to see the relationship between hardiness and career adaptability in SMK
students in Pekanbaru. The subjects in this study were 200 vocational students (92
male students and 108 female students) from various vocational schools in
Pekanbaru. The sampling method was carried out by the accidental sampling
technique. Data was collected through a hardiness scale containing 15 items and a
career adaptability scale containing 24 items. Data analysis was performed using
Spearman Rank non-parametric statistical technique. From the results of data
analysis, the correlation value between hardiness and career adaptability is (r =
0.880, p = 0.000). These results indicate that there is a significant relationship
between hardiness and career adaptability in SMK students in Pekanbaru.

Keyword: Hardiness, Career Adaptability, vocational high school students

iii
1

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan nasional sangat bergantung dengan kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki. Pemerintah telah berupaya mengoptimalkan

kapasitas sumber daya manusia Indonesia melalui sektor pendidikan, baik melalui

jalur pendidikan formal maupun nonformal (UU 29 Tahun 1990 pasal 1 ayat 3).

Pendidikan yang dilakukan sedapat mungkin mencerminkan proses

mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang

dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat (Amanudin, 2019).

Salah satu lembaga pendidikan formal di Indonesia yang memberikan

lulusannya untuk siap memasuki dunia kerja, terlatih, cakap, kokoh dan berguna di

bidangnya, salah satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pasal 15

Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa sekolah menengah

kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik nya

untuk siap bekerja di bidang tertentu, dan salah satu tujuan khusus pendidikan

menengah kejuruan adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi individu yang

produktif yang bisa bekerja, serta bisa mengisi lowongan kerja tingkat menengah

yang ada berdasarkan kompetensi dalam program keterampilan yang mereka pilih

(Kemendikbud 2003).

Melansir dari data yang dicatat oleh Badan Pusat Data dan Teknologi

Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020), populasi siswa SMK

di Indonesia pada tahun 2020 berjumlah 5,2 juta siswa serta mengalami

peningkatan lebih dari 1 juta siswa dalam periode 5 tahun terakhir (BPS, 2020).

Meningkatnya minat siswa terhadap SMK, Pemerintah melalui program kampanye


2

“SMK Bisa!” mempromosikan SMK sebagai pencetak tenaga kerja yang siap

memasuki dan berpartisipasi dalam dunia kerja serta mampu bersaing di dunia

industri, lulusan SMK dengan masa studi selama 3-4 tahun diharapkan dapat

memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahlian selama sekolah (Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990). Sejalan dengan tujuan pendidikan kejuruan,

model pendidikan di SMK lebih mengedepankan praktek daripada teori, sehingga

diharapkan setelah lulus siswa lebih siap bekerja dan lebih mudah mendapatkan

pekerjaan (Rosulin & Paramita, 2016).

Siswa SMK merupakan pihak yang akan menghadapi masa transisi karir.

Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Koen dkk, (2012) bahwa lulusan baru adalah

pihak yang akan menghadapi transisi karir dari masa pendidikan menuju dunia kerja

(school to work transition). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keberhasilan individu dalam menghadapi masa transisi dari

lingkungan sekolah ke dunia kerja adalah dengan cara mempersiapkan karir secara

tepat. Persiapan yang tepat memungkinkan individu sukses dalam mencari dan

menemukan pekerjaan serta meningkatkan karir (Hirschi dkk, 2011).

Negru-Subtirica dkk, (2015) menjelaskan salah satu konstruk dalam ilmu

psikologi yang membahas dan memfasilitasi masa transisi dari sekolah ke dunia

kerja (school-to-work transition) disebut dengan konsep adaptabilitas karir.

Kemampuan adaptabilitas karir terutama pada siswa, menjadi penting dimiliki

untuk penyesuaian diri yang lebih baik di lingkungan sosial dan untuk kesejahteraan

hidupnya (Skorikov & Vondracek, 2007).


3

Adaptabilitas karir adalah konstruk psikososial yang menunjukkan kesiapan

individu dan sumber daya untuk menyesuaikan diri dengan tugas perkembangan

karir saat ini maupun yang akan datang, perpindahan kerja, dan trauma kerja

(Savickas, 2005). Adaptabilitas karir adalah sumber penyesuaian diri umum dan

strategi yang digunakan seseorang dalam proses konstruksi karir saat menghadapi

situasi kritis misalnya tugas perkembangan pada usia tertentu (Negru-Subtirica dkk,

2015).

Menurut Savickas dan Porfeli (2013) adaptabilitas karir memiliki empat

dimensi, yaitu orientasi masa depan (career concern), pengendalian diri (career

control), rasa ingin tahu (career curiosity), dan kepercayaan terhadap kemampuan

yang dimiliki (career confidence), keempat dimensi ini mempresentasikan sumber

daya adaptabilitas umum dan strategi yang digunakan oleh seseorang dalam

menghadapi tugas-tugas kritis, transisi, dan trauma selama membangun karir.

Menurut Hirschi (2009) adaptabilitas karir merupakan hal penting yang

perlu dimiliki oleh siswa dalam mempersiapkan karir di masa depan. Adaptabilitas

karir yang tinggi akan membuat seseorang lebih memproyeksikan dirinya di masa

depan dan merasakan lebih sedikit hambatan karir serta mewujudkan tujuan karir

ke dalam perilaku (Soresi, Nota, & Ferrari, 2012). Sebaliknya, adaptabilitas karir

yang rendah bisa mendorong individu untuk keluar atau mengundurkan diri dari

sebuah organisasi (Chan & Xin Mai, 2015) dan berakhir dengan pekerjaan yang

kurang memuaskan (Koen, Klehe, Vianen, Zikic, & Nauta, 2010).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang mampu beradaptasi

dalam karir akan lebih mampu menemukan kesempatan kerja yang lebih baik,
4

sukses dalam menghadapi masa transisi, serta mendapatkan pekerjaan yang

berkualitas (Klehe, Zikic, van Vianen, Koen, & Buyken, 2012). Individu yang

memiliki adaptabilitas karir tinggi lebih sukses dalam menghadapi masa transisi,

beresiko lebih kecil menjadi penganggur dalam jangka waktu yang lama dan

membuat pilihan karir yang lebih baik (Creed, dkk., 2003; Gemerjis &

Verschueren, 2007, Koen dkk 2013).

Berdasarkan penjelasan di atas penting untuk siswa SMK memiliki

adaptabilitas karir yang tinggi namun penelitian yang dilakukan Negru-Subtririca,

dkk, (2015) pada siswa sekolah umum dan sekolah kejuruan menunjukkan hasil

yang sebaliknya. Adaptabilitas karir siswa sekolah kejuruan lebih rendah bila

dibandingkan dengan siswa sekolah umum. Siswa sekolah umum diketahui

memiliki perhatian terhadap masa depan (career concern), rasa ingin tahu (career

curiosity), dan kepercayaan terhadap kemampuan diri (career confidence), yang

lebih tinggi daripada siswa sekolah kejuruan. Seiring berjalannya waktu,

pengendalian diri (career control) juga menurun dengan tajam pada siswa sekolah

kejuruan. Hal ini dikarenakan siswa sekolah umum memiliki lebih banyak

kesempatan untuk perkembangan karir (Negru-Subtirica dkk, 2015).

Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa SMK yang berada di

Pekanbaru. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa

rata-rata siswa SMK belum memiliki pandangan yang nyata mengenai apa yang

akan dilakukan setelah lulus sekolah, siswa masih memiliki keraguan terhadap

pilihan yang akan dibuat setelah lulus nanti. Keterangan ini menunjukan bahwa
5

tujuan dari pendidikan kejuruan belum sepenuhnya tercapai dan bisa diasumsikan

adaptabilitas karir siswa SMK cenderung masih rendah.

Fenomena tersebut juga dibuktikan dalam data yang dipublikasikan oleh

BPS (Badan Pusat Statistik, 2020) yang mana dalam data tersebut angka tingkat

pengangguran di Indonesia didominasi oleh lulusan SMK. Jumlah pengangguran

terbuka mencapai 7,05 juta orang, terdapat peningkatan dari Agustus 2018 yang

hanya 7 juta orang. Berdasarkan penjabarannya, Kepala BPS Suhariyanto

menyatakan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terbesar ada pada lulusan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada Agustus 2019 sebesar 10,42%. (BPS,

2020). Hal serupa juga terjadi di provinsi Riau (Badan Pusat Statistik provinsi Riau,

2019) mencatat sampai Agustus 2019 angka pengangguran terbuka di Provinsi Riau

sebesar 190.140 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya, maka pengangguran

lulusan SMK lah yang terbesar dibandingkan tingkat pendidikan lainnya, dimana

pada Agustus 2019 pengangguran dengan tingkat pendidikan SMK sebesar 9,85

persen, dikatakan Kepala BPS Provinsi Riau, Misfaruddin di Pekanbaru (Antara

Riau, 2019).

Menurut temuan Suyanto dan Ariadi (2013), adanya ketidaksesuaian

kualifikasi lulusan dengan yang dipersyaratkan oleh suatu perusahaan sebagai salah

satu yang menyebabkan pengangguran siswa SMK. Dr. Sri Gunani Pertiwi anggota

tim penyelaras dunia pendidikan dengan dunia kerja Institut Teknologi Sepuluh

November juga mengatakan bahwa penyebab dari lulusan SMK yang banyak

menganggur yaitu mental mereka yang masih kurang siap untuk memasuki dunia

kerja, sejak awal lulusan SMK didesain untuk mempunyai kesiapan bekerja yang
6

lebih, dimana hal tersebut dapat dijadikan hard skillnya, namun soft skill, attitude,

dan mentalnya tidak disiapkan untuk menghadapi dunia kerja (Triono, 2014).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan kerja

saat ini dan meningkatkan keberhasilan siswa dalam menghadapi masa transisi dari

lingkungan sekolah ke dunia kerja adalah dengan cara mempersiapkan karir secara

tepat. Persiapan yang tepat memungkinkan individu sukses dalam mencari dan

menemukan pekerjaan serta meningkatkan karir (Hirschi, 2011).

Adaptabilitas karir telah beberapa kali diteliti, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi adaptabilitas karir, diantaranya: faktor internal, eksternal, dan

lingkungan demografi. Coetzee dan Harry (2013) menjelaskan faktor internal yang

mempengaruhi adaptabilitas karir adalah hardiness.

Kobasa (1982) menjelaskan bahwa hardiness adalah kumpulan karakteristik

kepribadian yang memiliki fungsi untuk menekankan dalam diri individu untuk

dapat menyelesaikan permasalahan pada lingkungan barunya. Hardiness berfungsi

untuk menumbuhkan rasa motivasi dan kepercayaan yang tinggi dalam diri individu

dimana berguna untuk menjalankan interaksi pada dunia kerja untuk bekerja keras

demi mengubah situasi untuk membuat stress menjadi peluang atau kesempatan

(Maddi, 2002). Sebagai sumber pertahanan karakteristik, kepribadian hardiness

sangat dibutuhkan oleh seseorang terutama di dunia kerja karena situasinya penuh

tekanan apalagi di zaman yang penuh perubahan seperti sekarang ini (Rosulin &

Paramita, 2016).

Penelitian-penelitian yang sudah ada menunjukkan bahwa hardiness

memiliki dampak positif terhadap perkembangan karir seseorang, seperti:


7

meningkatkan career decision self efficacy (Huang, 2015), serta meningkatkan

kesiapan dan kepercayaan diri seseorang dalam memasuki dunia kerja (Greenleaf,

2011). Seseorang dengan tingginya tingkat hardiness akan cenderung mempunyai

sikap yang menjadikannya mampu melawan situasi yang sulit. Seseorang dengan

hardiness rendah cenderung melihat rendah kemampuan yang dimilikinya,

cenderung diatur oleh nasib dan tidak berdaya (Schultz, 2002).

Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian terdahulu yang telah

diuraikan, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penelitian adaptabilitas karir

pada siswa sekolah kejuruan karena selain merupakan salah satu tugas

perkembangan yang penting bagi siswa dalam menentukan karir di masa depan,

siswa juga memerlukan persiapan yang baik dalam menghadapi kesiapan langsung

memasuki dunia pekerjaan ketika lulus sekolah. Maka penulis melakukan sebuah

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Hardiness dengan Adaptabilitas

Karir pada Siswa SMK Di Pekanbaru”.


8

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menyebarkan skala

hardiness dan skala adaptabilitas karir. Subjek dalam penelitian ini merupakan

siswa SMK di Pekanbaru. Teknik pengambian sampel dilakukan menggunakan

teknik accidental sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 200 siswa SMK.

Data dikumpulkan dengan menggunakan alat ukur skala hardiness yang

disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek dari Kobasa (1979), meliputi:

kontrol (control), komitmen (commitment), dan tantangan (challenge). Skala dinilai

dengan menggunakan skala likert dengan 5 alternatif pilihan jawaban. Skor 1 dinilai

untuk “sangat tidak setuju”, 2 untuk “tidak setuju”, 3 untuk “netral”, 4 untuk

“setuju”, 5 untuk “sangat setuju”. Contoh pertanyaan “Saya percaya dapat

mengatasi tugas dengan baik”, dengan jumlah aitem yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 15 aitem dengan 12 aitem favorable dan 12 aitem

unfavorable dengan reliabilitas (α= 0,938). Skala adaptabilitas karir disusun sendiri

oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek menurut Savickas & Profeli (2012), yaitu:

kepedulian karir (career concern), pengendalian karir (career control),

keingintahuan karir (career curiosity), dan keyakinan karir (career confidence).

Contoh pertanyaan “Saya mempersiapkan diri untuk masa depan karir saya” dengan

jumlah aitem yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 aitem dengan 13

aitem favorable dan 11 aitem unfavorable dengan reliabilitas (α= 0,911).


9

HASIL

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Subjek Persentase (%)


Laki-laki 92 46,0%
Perempuan 108 54,0%
Total 200 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian ini subjek

dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 92 orang (46,0%) dan perempuan

berjumlah 108 orang (54,0%).

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia


Usia (tahun) Jumlah Subjek Persentase (%)
16 6 3,0%
17 95 47,5%
18 99 49,5%
Total 200 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini

berjumlah 200 siswa SMK dengan usia 16 tahun sebanyak 6 siswa, usia 17 tahun

sebanyak 92 siswa, dan usia 18 tahun sebanyak 99 siswa.

Tabel 3. Deskripsi Statistik Variabel Hardiness dan Adaptabilitas Karir


Variabel Empirik Hipotetik
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD
Hardiness 27 75 59,08 12,943 75 15 45 10
Adaptabilitas 65 120 99,97 16,436 120 24 72 16
Karir

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai mean empirik pada skala

hardiness lebih tinggi dibandingkan mean hipotetik (59,08 > 45), bisa diartikan

bahwa tingkat hardiness yang dimiliki subjek cenderung tinggi. Sedangkan untuk
10

skala adaptabilitas karir skor nilai mean empirik pada adaptabilitas karir lebih tinggi

dibandingkan mean hipotetik (99,7 > 72), dapat dikatakan bahwa adaptabilitas karir

yang dimiliki subjek cenderung tinggi.

UJI ASUMSI

Dari hasil uji normalitas menggunakan teknik uji Test of Normality

Kolmogorov-Smirnov, hasil analisa menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel

hardiness dan adaptabilitas karir diperoleh p = 0.030 < 0.05 hal ini menunjukkan

bahwa data variabel hardiness dan adaptabilitas karir pada penelitian ini

berdistribusi tidak normal. hasil Analisa pada uji linearitas pada penelitian ini

menunjukkan bahwa linearity variabel hardiness dengan adaptabilitas karir 0,000.

Artinya sesuai dengan kaidah yang digunakan jika p < 0,05, berarti antara variabel

hardiness dengan adaptabilitas karir pada penelitian ini memiliki hubungan yang

linear.

UJI HIPOTESIS

Penelitian ini mendapatkan hasil signifikan antara variabel hardiness

dengan adaptabilitas karir nilai sigifikansi p = 0,000, artinya, ada hubungan yang

signifikan antara kesepian dengan problematic internet use. Korelasi antara

hardiness dengan adaptabilitas karir dengan niai koefisien alpha r = 0,880, maka

tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel hardiness dengan

adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru adalah sangat kuat dengan berada

di interval 0,80-1,000. Artinya bahwa terdapat hubungan yang positif antara


11

hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru. Semakin tinggi

hardiness, maka semakin tinggi adaptabilitas karir dan sebaliknya semakin rendah

hardiness, maka semakin rendah adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru.

UJI BEDA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Berdasarkan uji beda jenis kelamin menggunakan independent t-test

diperoleh taraf signifikansi dari variabel hardiness dan adaptabilitas karir sebesar

0,000 hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hardiness dan adaptabilitas karir pada siswa

SMK laki-laki dan perempuan di Pekanbaru. Siswa berjenis kelamin laki-laki pada

variabel hardiness (M = 63,99) sedangkan siswa berjenis kelamin perempuan (M =

54,90). Pada variabel adaptabilitas karir siswa jenis kelamin laki-laki (M = 106,22)

dan siswa jenis kelamin perempuan (M = 94,66).

DISKUSI

Berdasarkan hasil Analisa penelitian yang dilakukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara hardiness dengan adaptabilitas karir, yang artinya

hardiness secara keseluruhan berhubungan dengan adaptabilitas karir. Hasil ini

sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara hardiness dengan adaptabilitas karir (Rosulin & Paramita,

2016).

Menurut Maddi (2004) hardiness merupakan keberanian eksistensial yang

dapat membantu seseorang dalam menghadapi situasi sulit dalam hidupnya.


12

Greenleaf (2011) menyatakan individu yang memiliki keberanian eksistensial yang

tinggi akan melihat kesulitan hidup sebagai peluang untuk tumbuh, mereka tidak

takut terhadap perubahan tetapi melihat perubahan tersebut sebagai peluang untuk

tumbuh. Schultz (2010) menjelaskan bahwa individu dengan hardiness yang tinggi

percaya bahwa hal yang terjadi dalam hidupnya dapat dikontrol oleh diri sendiri

dan memandang perubahan sebagai sesuatu yang menarik dan menantang, bukan

sebagai sesuatu yang mengancam.

Sebagai sebuah konstruk eksistensial, hardiness merupakan kombinasi dari

kesiapan, kognisi adaptif dan emosi yang ditujukan untuk pengayaan hidup melalui

perkembangan, adaptasi, dan usaha bertahan hidup (Coetzee & Harry, 2015). Lebih

lanjut Tolentino dkk, (2014) menjelaskan bahwa kesiapan adaptif pada individu

dapat meningkatkan kemauan mereka untuk mengembangkan kapasitas karir

esensial dalam bentuk kapasitas karir. Greenleaf (2011) menyatakan bahwa

individu yang memiliki hardiness tinggi adalah yang paling siap menghadapi

transisi karir karena mereka melihat transisi yang akan mereka lalui sebagai

kesempatan untuk perkembangan mereka.

Savickas dan Profeli (2012) menyatakan bahwa adaptabilitas karir

merupakan sumber daya yang didorong oleh kemauan yang menunjukkan kesiapan

untuk merespon perubahan kondisi dan tugas perkembangan karir. Adaptabilitas

karir berperan penting dalam perencanaan karir individu. Jika adaptabilitas karir

individu cenderung rendah maka individu tidak mempunyai perencanaan karir yang

jelas. Individu seperti itu cenderung memiliki gangguan emosi dan kepribadian

seperti pesimistis, gangguan kecemasan (anxiety), konsep diri negatif, dan self
13

esteem yang rendah (Saka, Gati, & Kelly, 2008). Adaptabilitas karir yang tinggi

membuat seseorang lebih banyak memproyeksikan diri pada masa depan,

merasakan lebih sedikit hambatan karir, lebih mampu mewujudkan tujuan karir

kedalam perilaku (Negru-Subtirica, Pop, & Crocetti, 2015).

Berdasarkan analisis data sebaran variabel hardiness berdasarkan jenis

kelamin tampak bahwa siswa laki-laki lebih tinggi skornya daripada siswa

perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Arishanti & Juniarly (2019) yang

menunjukkan bahwa perbedaan gender yang signifikan terjadi pada hardiness,

dijelaskan bahwa laki-laki memiliki kontrol yang lebih besar pada diri mereka

sehingga mereka cenderung menerima tantangan yang lebih tinggi daripada wanita.

Kemudian pada variabel adaptabilitas karir hasil uji beda yang dilakukan

menunjukkan bahwa siswa laki-laki memiliki skor adaptabilitas karir cenderung

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan yang cenderung memiliki skor

adaptabilitas karir yang rendah. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Cizel (2018) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki

adaptabilitas karir yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki hal ini karena

perempuan memiliki regulasi emosi yang baik, sehingga perempuan lebih mampu

untuk menghadapi tantangan karir yang ada. Mardiyati dan Yuniawati (2015)

menjelaskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki pola yang berbeda terkait

komponen pembentukan identitas. Perempuan membentuk identitas mereka dengan

cara menjalin hubungan dengan orang lain, sedangkan laki-laki membentuk

identitas mereka dengan menetapkan kemandiriannya (Seligman 1994).


14

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan

antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru pada

interpretasi koefisien korelasi berada di tingkat hubungan yang sangat tinggi. siswa

SMK yang memiliki hardiness tinggi akan lebih siap dalam menghadapi transisi

dari sekolah ke dunia kerja. Mereka akan lebih memikirkan mengenai karirnya,

lebih mampu mengatur diri untuk meraih karir yang diinginkan, lebih banyak

mengeksplorasi dunia kerja, dan lebih percaya diri dalam membuat keputusan

karirnya. Perubahan situasi yang mereka alami akan mendorong mereka untuk

beradaptasi karena mereka melihat perubahan tersebut sebagai kesempatan untuk

berkembang bukan sebagai hambatan.


15

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara hardiness dengan adaptabilitas karir pada siswa SMK di

Pekanbaru dengan koefisien korelasi sangat kuat, artinya semakin tinggi hardiness,

maka semakin tinggi adaptabilitas karir dan sebaliknya semakin rendah hardiness,

maka semakin rendah adaptabilitas karir pada siswa SMK di Pekanbaru. Hasil ini

telah menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesis pada penelitan

ini.
16

DAFTAR PUSTAKA

Amanudin. 2019. Pengantar Ilmu Pendidikan. Banten : Unpam Press. Universitas


Pamulang.
Antaranews.com/berita/134891/bps-pengangguran-di-riau-didominasi-lulusan-
smk-kok-bisa. Diakses 21/12/2021.
Arishanti, N., & Juniarly, A. (2019). Hardiness, Penyesuaian Diri dan Stres pada
Siswa TAruna. Psikoislamedia Jurnal Psikologi, 4(2), 163–174.
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. (2019). Provinsi Riau Dalam Angka 2019.
Pekanbaru: Badan Pusat Statistik Provinsi Riau.
Badan Pusat Statistik. (2020). www.bps.go.id /press release
/2020/05/05/1672/februari2020-.
Chan, K.W. (2015). Perceived Risk of Relapse and Role of Medication:
Comparison Between Patients with Psychosis and Their Caregivers. Social
Psychiatry Psychiatr Epidemiol, 50, 307-315.Doi: 10.1007/S00127-014-
0930-0
Cizel, E. B. (2018). Gender and emotional intelligence as predictors of tourism
faculty students’ career adaptability. Advances in Hospitality and Tourism
Research, 6(2), 188-204.
Coetzee, M., & Harry, N. (2015). Gender and hardiness as predictors of career
adaptability: an exploratory study among black call centre agents. South
African Journal: -f Psychology, 81-92.
Creed, P. A., & Patton, W. (2003). Predicting two components of career maturity
in school based adolescents. Journal of Career Development, 29(4), 277-
290.
Garmeijs, V. & Verschueren, K. (2007). High School Students Career
DecisionMaking Process: Consequences for Choice Implementation in
Higher Education. Journal of Vocational Behavior. 70, 223-241.
Greenleaf, A. T. (2011). Human agency, hardiness, and proactive personality:
potential resources for emerging adults in the college-to-career transition.
17

Hirschi, A. (2011). Relation of vocational identity statuses to interest structure


among Swiss adolescents. Journal of Career Development, 38(5), 390 - 407.
Hirschi,. (2009). Career adaptability development in adolescence: Multiple
predictors and effect on sense of power and life satisfaction Hoboken, New
Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
Huang, J. T. (2015). Hardiness, perceived employability, and career decision self-
efficacy among Taiwanese college students. Journal of Career
Development, 42(4), 311-324.
Kemendikbud. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Klehe, U. C., Zikic, J., van Vianen, A. E., Koen, J., & Buyken, M. (2012). Coping
proactively with economic stress: Career adaptability in the face of job
insecurity, job loss, unemployment, and underemployment. In The role of
the economic crisis on occupational stress and well being (pp. 131- 176).
Emerald Group Publishing Limited.
Kobasa, S.C (1982). Hardiness and Health : A Prospective Study. Journal of
Personality and Social Psychology.42(1).168-177.
Kobasa, S.C. (1979). Stressful Life Event Personality and Health: An Inquiry Into
Hardiness. Journal of Personality and Social Psychology, 37, 1-11.
Koen, J., Klehe, U. C., & Van Vianen, A. E. (2013). Training career adaptability to
facilitate a successful school-to-work transition. Journal of Vocational
Behavior, 81(3), 395-408.
Koen, J., Klehe, U.-C. & Van Vianen, A.E.M. (2012). Employability Among the
Long-Term Unemployed: A Futile Quest or Worth the Effort?. Journal of
Vocational Behavior, Doi: 10.1016/j.jvb.2012.11.001
Koen, J., Klehe, U.C., Van Vianen, A. E., Zikic, J., & Nauta, A. (2010). Job-search
strategies and reemployment quality The impact of career adaptability.
Journal of Vocational Behaviour 77, 126-139. Doi:
10.1016/j.jvb.2010.02.004
18

Maddi, S. R. (2002). The Story of Hardiness: Twenty Years of Theorizing,


Research, and Practice. Consulting Psychology Journal: Practice and
Research, 54(3), 173 – 185
Maddi, S.R., (2004). Hardiness and Mental Health. Journal of Personality
Assessment. 63. 265-274.
Mardiyati, B. D. & Yuniawati, R. (2015). Perbedaan Adaptabilitas Karir Ditinjau
dari Jenis Sekolah, Jurnal Empathy, 3 (1), 31-41
Negru-Subtirica, O.Pop, E. I., & Crocetti, E. (2015). Developmental trajectories
and reciprocal associations between career adaptability and vocational
identity: A three-wave longitudinal study with adolescents. Journal of
Vocational Behavior, 88, 131-142. http://doi.org/5xm
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah
(Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3413).
Rosulin, R., & Paramita, R. R. (2016). Hubungan antara hardiness dengan
adaptabilitas karir pada siswa SMK kelas XII. Jurnal Psikologi Pendidikan
dan Perkembangan, 5 (1), 1-11.
Saka, N., Gati, I., & Kelly, K. R. ,2008. Emotional and personality-related aspects
of career decision-making difficulties. Journal of Career Assessment, 16,
403- 424.
Savickas & Porfeli, E.J. (2013). Career construction theory and practice. In R.W.
Lent, & S.D. Brown (Eds.), Career development and counseling: Putting
theory and research to work (pp. 147-183) (2nd ed.). Hoboken, New Jersey:
John Wiley & Sons.
Savickas, M. L. (2005). The theory and practice of career construction. Dalam S.
D. Brown, & R. W. Lent.
Savickas, M. L., & Porfeli, E. J. (2012). Career adapt-abilities scale: Construction,
reliability, and measure ment equivalence across 13 countries. Journal of
vocational behavior , 1-13.
Schultz, D. & Schultz, E. S. (2010). Psychology and work today (10 edition). New
York: Pearson
19

Schultz, D. (2002). Psychology and Work Today. Eight Edition. New Jersey:
Prentice Hall.
Seligman, L. (1994). Developmental Career Counseling and Assessment, 2nd
Edition. Sage Publications, Inc
Skorkiov, V, B., & Vondacek, F.W. (2007). Vocational identity. In. V.
Skorikov&W, Patton (Eds.), career development in childhood and
adolescence (pp. 143-168). Rotterdam the Netherlands: sense publishers.
Soresi, S., Nota, L., & Ferrari, L. (2012). Career adapt-abilities scale-italian form:
Psychometric properties and relationships to breadth of interests, quality of
life, and perceived barriers. Journal of Vocational Behavior, 80, 705– 711.
Suyanto & Ariadi S. (2013). Penanganan pengangguran terdidik di Jawa Timur
Masyarakat. Kebudayaan dan Politik Vol. 26, No. 4.
Tolentino, L. R., Garcia, P. R. J. M., Lu, V. N., Restubog, S. L. D., Bordia, P., &
Plewa, C. (2014). Career adaptation: The relation of adaptability to goal
orientation, proactive personality, and career optimism. Journal of
VocationalBehavior.84(1), 39–48. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2013.11.00

Anda mungkin juga menyukai