ABSTRAK
COVID-19 menimpa berbagai kalangan termasuk juga dosen, tenaga kependidikan serta mahasiswa
di Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Bandung. Berdasarkan data dari tim Satgas COVID-19 Unisa
Bandung jumlah yang terkena COVID-19 dari bulan Maret 2020 sampai dengan bulan Maret
2021 sejumlah 9 orang, terdiri dari 2 orang dosen, 1 orang tenaga kependidikan serta 6 orang
Mahasiswa. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis gambaran pengalaman mantan
pasien selama menjalani pengobatan penyakit COVID-19. Tujuan khusus penelitian ini adalah
untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang riwayat mantan pasien terkena penyakit COVID-19,
pengalaman berobat mantan pasien COVID- 19, pengalaman isolasi mandiri, serta dukungan
keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Populasi pada penelitian ini adalah mantan pasien COVID-19 yang telah dinyatakan sembuh
di Unisa Bandung dari unsur dosen, tenaga kependidikan dan Mahasiswa. Kegiatan penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus 2021. Hasil penelitian didapatkan 5 tema yaitu riwayat
mengidap penyakit, gejala penyakit, pengalaman isolasi mandiri, pengalaman terkena penyakit,
faktor pendukung kesembuhan. Saran bagi pihak Pemerintah sebaiknya membuat kebijakan yang
terintegrasi untuk penanganan penyakit COVID-19 mulai tingkat pemerintah pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa, Rukun Warga dan Rukun Tetangga.
Abstract
Lecturers, education personnel, and students of the 'Aisyiyah University (Unisa) Bandung have
all been affected by the COVID-19. Based on data from the Unisa Bandung COVID-19 Task
Force, the number of people affected by COVID-19 from March 2020 to March 2021 was nine,
consisting of 2 lecturers, one education staff, and six students. The overall goal of this study was
to look at how past patients described their experiences while receiving COVID-19 therapy. This
study aims to investigate the history of former COVID-19 disease patients, treatment experiences,
self-isolation experiences, and family support. This research takes a phenomenological approach
and a qualitative method. The population in this study is former COVID-19 patients who have
been declared cured at Unisa Bandung of elements of lecturers, education staff, and students.
Research activities were carried out in August 2021. The study's results obtained five themes:
history of illness, symptoms of illness, the experience of self-isolation, the experience of getting
infected, and supporting factors for healing. The suggestions are that the government should
make integrated policies in handling COVID-19, starting at the central, provincial, district/city,
sub-district, village levels, and pillars of residents and neighbors.
33
34 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
Karakteristik P1 P2 P3
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Laki-Laki
Usia 34 Tahun 38 Tahun 20 Tahun
Profesi Dosen Tenaga Kependidikan Mahasiswa
seperti diungkapkan partisipan berikut ini : bernapas. Penularan penyakit COVID-19 juga terjadi
“….yang jelas stress, ada juga rasa ketika seseorang menyentuh permukaan benda-benda
penyesalan mengapa saya lupa menerapkan yang terkontaminasi virus COVID-19 melalui mata,
prokes sampai tidak membawa Hand Sanitizer hidung dan mulut, sehingga upaya pencegahannya
ketika di luar rumah…(P1) harus mencuci tangan dengan air dan sabun atau
“….Sedih, karena biasanya saya menggunakan Hand Sanitizer (Lotfi et al, 2020).
banyak kegiatan di luar tapi saat COVID, saya
hanya diam di rumah, lebih kurang 1 bulan… 2. Gejala Penyakit
(P3) Gejala yang hampir dirasakan oleh semua
yang terkena penyakit COVID-19 rata-rata yaitu
e. Faktor pendukung kesembuhan
demam tinggi di atas 38 derajat celcius, batuk,
Para partisipan menyatakan banyak pilek, sakit kepala (Kementrian Kesehatan Republik
sekali aspek-aspek yang ikut mendukung Indonesia, 2020). Di samping gejala tersebut ada
keberhasilan pengobatan, diantaranya dari juga gejala tambahan seperti lemah, letih, lesu, tidak
motivasi diri pribadi dan dukungan keluarga. nafsu makan dan yang khas yaitu hilangnya indra
Hal ini seperti dinyatakan oleh partisipan penciuman/anosmia (Nour & Riska, 2021). Secara
berikut ini : umum gejala pasien COVID-19 yaitu mengalami
“….Saya harus kuat supaya bisa kerja gangguan pernapasan, tidak enak badan, pegal-pegal,
normal lagi,…support yang paling penting mual serta muntah (Zhang et al., 2020).
juga dari keluarga, saling menguatkan dan
3. Pengalaman Isolasi Mandiri
memotivasi supaya cepet sembuh, itu yang
Pada masa awal pandemi COVID-19,
paling berharga….(P2)
pasien yang mengidap penyakit COVID-19 rata-rata
disarankan untuk melakukan perawatan di Rumah
PEMBAHASAN Sakit (Ekawaty, 2021). Hal ini mengingat masih
sedikitnya jumlah pasien yang dirawat serta supaya
1. Riwayat Mengidap Penyakit pengobatannya lebih intensif dipantau oleh pihak
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, tenaga kesehatan. Selama Isolasi di Rumah Sakit,
rata-rata partisipan menyatakan bahwa latar belakang pasien yang positif COVID-19 merasakan masih
pertama terkena COVID-19 terdapat dari beberapa belum optimalnya sarana atau fasilitas penanganan
kemungkinan. Penyakit COVID-19 tersebut bisa penyakit COVID-19 termasuk ketersediaan obat-
jadi karena ditularkan dari anggota keluarga yang obatan dan pemeriksaan laboratorium (Syuhudi,
berasal dari klaster keluarga, bisa juga dari interaksi 2020). Hal ini bisa disebabkan belum siapnya pihak
dengan komunitas di luar karena mengikuti suatu Rumah Sakit dalam penyediaan berbagai sarana
kegiatan atau dari sumber lain yang tidak diketahui penunjang dalam penanganan COVID-19 (Diana
oleh partisipan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ekawaty, 2021). Hal ini juga sejalan dengan hasil
(Siregar, 2021) yang menyimpulkan bahwa rata-rata penelitian Giusman & Nurwahyuni (2021) yang
responden yang terkena penyakit COVID-19 di Kota menjelaskan bahwa pasien yang dirawat di Rumah
Medan Sumatera Utara tidak mengetahui sumber Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Jakarta
terpaparnya penyakit COVID-19. Menurut Ega mengalami kendala untuk pemeriksaan tes swab
(2020) penularan penyakit COVID-19 terjadi karena yang lama. Akan tetapi, seiring dengan semakin
seseorang menghirup percikan-percikan dari hidung betambahnya pasien COVID-19, maka Pasien yang
atau mulut penderita COVID-19 ketika batuk atau positif COVID-19 disarankan isolasi mandiri di rumah
masing-masing mengingat kapasitas Rumah sakit Faktor internal diantaranya dari motivasi pasien
yang terbatas untuk menangani pasien COVID-19 atau penderita COVID-19 yang ingin cepat sembuh
serta supaya didukung juga perawatannya oleh pihak dan ingin beraktivitas normal kembali serta adanya
keluarga masing-masing. Isolasi mandiri di rumah keikhlasan dan kepasrahan diri secara total kepada
tidak menjadi kendala untuk pemulihan pengobatan sang khalik. Wujud totalitas atau kepasrahan kepada
pasien COVID-19. Isolasi mandiri di rumah bukan Allah SWT. menjadi motivasi intrinsik yang kuat
sesuatu pengalaman yang negatif atau buruk akan untuk dapat segera sembuh (Ekawaty, 2021). Para
tetapi kegiatan yang tidak bisa dihindari, akan tetapi pasien COVID-19 meyakini bahwa kekuatan spiritual
upaya pemulihan pengobatan bisa memanfaatkan dan menjadi faktor yang penting sebagai bagian dari
menggunakan teknologi komunikasi (Venturas et al., upaya pengobatan dan sangat yakin bahwa Tuhan
2021). akan membantu menolong mereka (Susilo & Ervin
Dyah Ayu Masita Dewi, 2021). Faktor eksternal
4. Pengalaman Terkena Penyakit
yang berpengaruh terhadap kesembuhan pasien
Pasien COVID-19 rata-rata mengalami
COVID-19 yaitu adanya dukungan dari pihak lain
tekanan psikologis seperti kecemasan berlebihan,
seperti keluarga. Para anggota keluarga memberikan
ketakutan, stress, sedih, murung, merasa terisolasi
dukungan yang optimal untuk membantu proses
dari keluarga dan lingkungan (Kow & Hasan, 2020).
pengobatan dan kesembuhan pasien COVID-19
Di samping itu karena banyaknya informasi dan
(Kining et al., 2021). Peran dan dukungan keluarga
berita dari media massa dan media sosial, para pasien
sangat penting dalam pemulihan kesehatan pasien
ada juga yang pesimis untuk terus hidup. Hal ini
COVID-19. Para anggota keluarga memberikan
karena banyaknya media yang menginformasikan
dukungan moral berupa nasehat dan motivasi serta
banyak kasus kematian akibat penyakit COVID-19,
memberikan dukungan material seperti dukungan
kasusnya yang terus meningkat serta belum ada
dana, makanan, suplemen vitamin serta obat-obatan.
obat atau Vaksin COVID-19 tersebut (Henriksen et
Dukungan keluarga menjadi sumber motivasi terbaik
al., 2020)many teacher educators have sought out
dalam mengatasi penyakit bagi Pasien COVID-19
video conference technologies (such as Zoom. Hal
(Ernawati et al., 2022).
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Gunawan,
et al (2021) yang mengemukakan bahwa pasien SIMPULAN DAN SARAN
COVID-19 selama karantina atau isolasi merasakan
Penelitian ini mendapatkan 5 tema yaitu
hidup terasing, merasa cemas, merasa bosan, depresi,
riwayat mengidap penyakit, gejala penyakit,
lalai, stress dan ingin bunuh diri. Pasien COVID-19
pengalaman isolasi mandiri, pengalaman terkena
juga merasakan ada perlakuan yang tidak adil
penyakit, Faktor pendukung kesembuhan.
dari lingkungan sekitar sehingga terdapat stigma
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka pihak
negatif, paranoid dan diskriminasi terhadap pasien
Pemerintah sebaiknya membuat kebijakan yang
COVID-19. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
terintegrasi untuk penanganan penyakit COVID-19
Gunawan, et al (2020) yang mengemukakan bahwa
mulai tingkat pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten/
stigma dan diskriminasi dapat meningkatkan upaya
Kota, Kecamatan, Desa sampai Rukun Warga dan
untuk melakukan bunuh diri dari pasien COVID-19.
Rukun Tetangga serta penderita COVID-19 perlu
5. Faktor Pendukung Kesembuhan dukungan dari teman, keluarga dan lingkungan
Banyak faktor yang ikut mendukung sekitar sehingga dapat menguatkan secara psikologis
keberhasilan kesembuhan pasien COVID-19. Faktor agar dapat cepat sembuh dari penyakitnya.
tersebut bisa dari faktor internal dan faktor eksternal.