Anda di halaman 1dari 13

EUFONI – Vol. 3, No.

1 (2019)

DUNIA POSMODERN DALAM CERPEN “MENGENANG KOTA HILANG”


KARYA R. GIRYADI

Sri Saraswati
STBA LIA Yogyakarta
sarasvathi713@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep dunia posmodern dalam kerangka
teori fiksi posmodern Brian McHale pada cerpen "Mengenang Kota Hilang" karya R.
Giryadi. Seperti halnya judulnya, cerpen "Mengenang Kota Hilang" mengisahkan tentang
sebuah kota yang hilang dengan pendekatan permainan narasi fantasi. Rumusan masalah
dalam penelitian terkait dengan ciri-ciri dunia posmodern dalam fiksi, dalam hal ini yakni
cerpen "Mengenang Kota Hilang". Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori fiksi posmodern yang dikembangkan oleh Brian McHale. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat beberapa karakteristik dunia posmodern dalam cerpen
“Mengenang Kota Hilang” karya R. Giryadi. Ciri-ciri dunia posmodern dalam cerpen
“Mengenang Kota Hilang” dapat dilihat dari pembangunan zona melalui strategi
interpolation (penyisipan) dan misatribution (misatribusi), kebanalan (permainan narasi
fantasi), relasi historis, dan intertekstualitas.
Kata Kunci: Dunia Posmodern, Brian McHale, R.Giryadi, Puitika
Pascamodernisme.

1. PENDAHULUAN posmodernisme sendiri pertama kali


Istilah posmodernisme menjadi disebut oleh Federico de Onis dalam
istilah yang kontroversial setelah menuai bukunya Antologia de la Poesia
kecaman karena dianggap hanyalah Espanola e Hispanoamericana (1934)
merupakan tindakan yang berusaha untuk menunjukkan reaksi kecil terhadap
mengabadikan mode intelektual yang modernisme (McHale, 1986). De Onis
dangkal dan kosong belaka. memakainya untuk menggambarkan
Posmodernisme dianggap merupakan mengalirnya kembali pemikiran
pengganti modern yang hanya merujuk konservatif dalam modernisme itu
pada kesusateraan epigon yang telah sendiri.
meninggalkan standar-standar intelektual Kepopuleran istilah
yang keras pada modernisme. Dalam posmodernisme dapat dirunut dengan
memaknai istilah posmodernisme, penggunaan istilah tersebut dalam
Modernday Dictionary of Received Ideas berbagai bidang yang ternyata bukan saja
menyebutnya, “Kata itu tidak bermakna. bidang ilmu pengetahuan tetapi juga
Gunakanlah sesering mungkin”. Istilah bidang musik, arsitektur, antropologi,

53
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

sosiologi, seni dan budaya. kode-kode: parodi, pastische, ironi, serta


Posmodernisme sebenarnya masih permainan dan pemujaan budaya di kulit-
berpijak pada teori modernisme. Awalan kulit permukaan tanpa kedalaman;
‘pasca’ dalam istilah pascamodernisme merosotnya keaslian/ kejeniusan
sering dimaknai secara beragam: produsen kesenian dan dianutnya
kelanjutan dari, reaksi terhadap, kritik anggapan bahwa seni hanya bisa
terhadap, revolusi menentang, mengulang-ulang. (Lyotard dalam Sarup,
dekonstruksi dari, perpecahan dengan, 2003: 229). Dengan demikian,
keterputusan dari, atau persimpangan posmodernisme menawarkan
dengan modernisme (McHale, 1986). intertekstualitas dari sebuah karya yang
Jika istilah modern dianggap sebagai juga menyimpan pengaburan batas antara
zaman yang lebih maju, lebih baik dan berbagai dunia, baik dunia seni atau
lebih benar dari zaman kuno, maka kehidupan sehari-hari, dunia fiksi dan
posmodern menawarkan sebuah realita dan dunia budaya adiluhung serta
interpretasi baru bahwa apa yang terjadi populer.
di zaman sekarang sebenarnya Secara khusus, makalah ini ditulis
merupakan pengulangan terhadap untuk mencari karakteristik dunia
kejadian-kejadian di masa lampau. posmodern yang tertuang dalam sebuah
(Lyotard dalam Sarup, 2003: 229). Dalam karya sastra. Karya sastra tersebut berupa
karya sastra, misalnya, tidak ada sebuah cerpen berjudul Mengenang Kota Hilang
karya sastra yang bersumber dari karya R. Giryadi. Adapun teori
kekosongan, pasti ada bentuk posmodernisme fiksi McHale digunakan
intertekstualitas di dalamnya yang dalam analisis dunia posmodern di dalam
mengindikasikan adanya pengaruh dari cerpen tersebut. Dengan demikian,
karya sastra lain terhadap ciptaannya rumusan masalah dalam penelitian ini
tersebut. adalah: apa saja ciri-ciri dunia posmodern
Ciri-ciri utama posmodernisme yang terdapat dalam cerpen “Mengenang
adalah leburnya batas antara seni dan Kota Hilang” karya R. Giryadi?
kehidupan sehari-hari; runtuhnya jenjang
antara budaya adiluhung dan budaya 2. LANDASAN TEORI
massa (populer); pembolehan gaya yang Dalam dunia fiksi, Brian McHale
menyukai eklektisisme dan pencampuran menyatakan bahwa perubahan dari fiksi

54
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

modern ke fiksi pascamodern adalah sebagai otherness, terpisah dari dunia


perubahan yang dominan dari dominan pengalaman nyata. Sementara itu, teori
epistemologis ke dominan ontologis Roman Ingarden menyatakan bahwa
(McHale, 1986: 10). Karya fiksi karya sastra secara ontologis bersifat
dikatakan memiliki sifat ontologis yang polifonik, tidak seragam atau monolitik.
dominan bila di dalamnya dikemukakan Teori dunia mungkin berpandangan
strategi-strategi formal yang secara bahwa karya fiksi adalah suatu mode
implisit mengangkat tema-tema mode keberadaan yang berada dalam
keberadaan dunia-dunia fiksional dan ketegangan antara keyakinan dan
sebagainya, dan/atau merefleksikan pada ketidakyakinan (McHale, 1986).
pluralitas dan diversitas dunia-dunia, Pernyataan tersebut mengandung arti
apakah “nyata”, mungkin, fiksional, atau bahwa saat membaca sebuah karya
yang lainnya. McHale menyatakan posmodernisme, pembaca meninggalkan
bahwa ontologis posmodernisme dunia aktual dan mengadopsi perspektif
merupakan sebuah deskripsi teoretis ontologis karya sastra; pembaca tidak
tentang sebuah semesta (a theoretical mengevaluasi kemungkinan logis dari
description of a universe). Dengan a proposisi yang ada dalam karya sastra.
universe (sebuah semesta)—bukan the Dari pernyataan di atas, dapat
universe (semesta besar)—dimungkinkan dipahami bahwa fokus posmodern dalam
untuk mendeskripsikan beberapa semesta kritik sastra adalah karya fiksi yang
(McHale, 1986). Hal itu berarti bahwa mengangkat tema-tema dunia fiksi atau
secara potensial terdapat pluralitas fantasi yang menghadirkan konsep
semesta. semesta yang berlapis-lapis. Dengan kata
Lebih lanjut, ontologi fiksi yang lain, yang menjadi fokus dalam kajian
dimaksud oleh McHale dieksplorasi dari posmodernisme bukanlah dunia aktual
teori-teori ontologi sastra. Teori-teori yang terdapat dalam suatu karya fiksi
ontology sastra itu meliputi: (a) puitika tetapi lebih kepada dunia mungkin.
renaisans, (b) romantika Jerman, (c) teori Namun demikian, karya sastra tidak
Roman Ingarden, (d) teori dunia pernah memiliki makna tunggal dan tidak
mungkin. Puitika Renaissans hadir dari kekosongan. Bahwa sastra,
memisahkan antara yang yang nyata memiliki sifat yang dinamis. Karena
dengan yang fiksi, dunia fiksi dianggap sastra, selalu berada dalam tegangan

55
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

antara yang konvensional dan inovasional juxtaposition (penjajaran), interpolation


(Teeuw dalam Liliani, 2005: 4). (penyisipan), superimposition
McHale menambahkan bahwa (penumpang tindihan), dan misatribution
dunia yang dibangun dalam sebuah teks (misatribusi) (McHale, 1986). Strategi
pada hakikatnya adalah sebuah penjajaran adalah strategi yang
intertekstualitas. Intertekstualitas itu digunakan oleh pengarang untuk
sendiri disebabkan karena adanya menampilkan secara bersamaan berbagai
perbedaan makna dan pengetahuan semesta berbeda yang secara aktual
(repertoar pengarang). Karenanya, teks mustahil digabungkan dalam sebuah
tidak mungkin hanya bermakna tunggal karya fiksi. Sementara strategi penyisipan
(Bressler dalam Liliani, 2005: 5), dapat dipahami sebagai strategi
melainkan memiliki kaitan pengarang untuk menyisipkan konsep
intertekstualitas dengan teks yang lain. ruang yang bersifat mustahil (alien
Makna teks sendiri hanya akan diperoleh space) ke dalam konsep ruang
jika melihat hubungan keterkaitan dengan sebenarnya atau dalam batas antara dua
teks lainnya. Maka dari penuturan area yang sebelumnya tidak ada. Strategi
McHale tersebut, intertekstualitas superimposition adalah suatu zona yang
merupakan salah satu karateristik dari dibangun dengan menyandingkan dua
fiksi posmodern. Lebih lanjut, McHale tempat yang sudah familiar. McHale
kemudian memberikan pemaparan mencontohkan William Blake yang
mengenai beberapa ciri lain dari fiksi menyandingkan Inggris dan Israel dalam
yang posmodernis. Beberapa ciri di satu tempat yang saling bertumpang
antaranya adalah kebanalan (permainan tindih dalam salah satu puisinya yang
narasi fantasi), relasi historis, konstruksi berjudul Jerusalem. Selanjutnya, strategi
dunia antara yang terjadi dan yang ada, pembangunan zona yang disebutkan
hipertropi dan alegori, heteroglosia dan McHale adalah misatribusi. Strategi ini
karnival (Mc Hale dalam Liliani, 2005: mengandung arti suatu parodi yang
5). dilakukan oleh pengarang secara satire.
Karakteristik dunia yang mungkin Ciri-ciri posmodern yang lain
dalam sebuah karya fiksi dapat dibangun yaitu kebanalan (permainan narasi
dengan memanfaatkan beberapa strategi. fantasi) Dalam kebanalannya ini,
Strategi-strategi tersebut adalah wacana-wacana posmodernis menyajikan

56
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

dunia-dunia yang bertabrakan –dunia adanya dua strategi yaitu interpolation


yang masuk akal bertabrakan dengan (penyisipan) dan misatribusi (parodi).
dunia yang secara paten tidak masuk akal, Ada pula karakteristik kebanalan (narasi
dunia yang penuh dengan magic realism fiksi fantasi) yang berupa relasi antara
(Liliani, 2005: 11). Kehadiran dunia- yang normal dan paranormal dan relasi
dunia yang bertabrakan ini dapat historis serta metode interteks.
menimbulkan keragu-raguan pembaca Selanjutnya, pembahasan
untuk membedakan mana yang realita mengenai masing-masing karakteristik
dan fantasi. Pola hubungan lain yang modern tersebut akan disampaikan dalam
tebentuk karena kebanalan ini adalah poin-poin berikut.
kebiasaan, dimana pembaca merasa 3.1 Cara pembangunan zona
bahwa semesta khayalan yang ada dalam posmodern
suatu karya fiksi adalah sesuatu yang 3.1.1 Strategi penyisipan
normal, dan sebaliknya sesuatu yang (interpolation)
dianggap normal dalam dunia nyata, Strategi penyisipan dimaknai
dianggap sebagai sesuatu hal yang sebagai strategi pengarang untuk
paranormal. menyisipkan konsep ruang yang bersifat
mustahil (alien space) ke dalam konsep
3. PEMBAHASAN ruang sebenarnya atau dalam batas antara
Seperti yang telah diungkap oleh dua area yang sebelumnya tidak ada.
McHale, kecenderungan karya sastra Dalam cerpen ini, R.Giryadi
posmodern adalah kaburnya batas antara menggunakan jalan sebagai konsep ruang
yang realita dan fiksi, dan di situ pula yang disisipi dengan fantasi. Secara
pengarang menciptakan dunia fantasi literal, jalan dalam cerpen ini merupakan
versinya sendiri. Dunia khayalan tersebut jalan biasa yang merupakan media
selanjutnya dapat disebut sebagai dunia penghubung antara kota ‘hilang’ dengan
mungkin atau dunia posmodern. Dunia kota-kota di sekitarnya.
posmodern dalam cerpen Mengenang Pemaknaan secara denotasi tentu
Kota Hilang karya R.Giryadi dibangun akan menghubungkan jalan ini dengan
dengan beberapa strategi yang kemudian segala sesuatu yang nyata pula seperti
menjadi ciri-ciri posmodern dari cerpen misalnya pepohonan di pinggir jalan,
tersebut. Dalam hal zona, ditemukan orang-orang dan kendaraan yang melintas

57
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

dan toko-toko atau bangunan di tepi jalan memilih jalan yang tepat. Bila
salah pilih, jangan harap kau bisa
tersebut. Apalagi, jika dicermati lebih
kembali menjadi manusia. Kau
jauh, yang dimaksud dengan kota hilang pasti akan menjadi lintah, atau
semacam belut yang hidup di
dalam cerpen ini adalah kota Sidoarjo
rawa-rawa, yang kini dikuasai
yang terendam lumpur Lapindo sehingga oleh monster-monster berwarna-
warni.
terbenam. Kota Sidoarjo adalah salah satu
kota di Jawa timur. Jika ditarik ke dalam Kutipan di atas menunjukkan
teori posmodern, maka kota Sidoarjo bagaimana Giryadi membentuk konsep
adalah dunia yang nyata, sesuai dengan jalan dalam versi fantasi ciptaannya
gambaran yang ada dalam peta. Maka, sendiri. Jalan yang ada dalam novel
jalan penghubung antara kota Sidoarjo merupakan ‘jalan maut’, karena saat
dan kota-kota lain pun nyata pula adanya. melewatinya tokoh ‘kau’ akan bertemu
Namun, jalan dalam cerpen tidak dengan berbagai makhluk fantasi yang
digambarkan sesuai dengan kenyataan berbahaya seperti monster kecil
dengan fakta-fakta yang telah disebutkan penghisap darah, pohon penjerat, dan
di atas. Ada unsur-unsur fantasi yang orang-orang jahat. Selain itu, Giryadi
disisipkan Giryadi ke dalam menggambarkan jalan penghubung kota
penggambaran konsep jalan itu: ‘hilang’ dan kota lain berupa labirin.
Di jalan itu akan kau jumpai Orang tidak akan mudah melewati jalan
monster-monster kecil penghisap
tersebut. Alih-alih sampai ke tujuan, bisa
darah. Di jalan kau akan jumpai
pohon-pohon hidup, yang bisa saja ada kutukan monster yang bisa
menjerat lehermu hingga putus.
mengubah manusia menjadi hewan. Jalan
Jebakan demi jebakan harus kau
waspadai. Orang-orang yang yang berbentuk labirin dan kutukan
berniat baik bisa berbalik menjadi
monster tentu bukan merupakan hal yang
perampok yang ganas. Di setiap
tikungan, kau harus waspada, normal dalam dunia aktual. Ada konsep
karena di situ banyak pengemis
paranormal yang disisipkan Giryadi
bersenjata tajam akan
menghunuskan arit ke lehermu dalam jalan yang biasa saja dalam dunia
bila kau tidak memberi uang
nyata. Maka, apa yang dilakukan oleh
barang satu perak pun.
Giryadi merupakan bentuk strategi
Bila kau lolos di jalan maut, kau
penyisipan unsur fantasi ke dalam sebuah
tak perlu bergembira. Karena
setelah itu kau akan menemukan konsep aktual. Artinya ada dunia
jalan yang bercabang-cabang,
khayalan yang disisipkan oleh Giryadi
mirip labirin. Kau harus pandai

58
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

dalam cerpennya sehingga pembaca


“Kini semuanya telah ditelan
disodorkan dengan sajian dua semesta
waktu. Kotaku hilang tak terkenang!”
berbeda, yang normal dan yang
Tak ada yang tahu. Kotaku telah
paranormal.
hilang dalam peta. Barangkali,
3.1.2 Strategi misatribusi kotaku telah berada dalam perut
paus atau terkubur dalam perut
(misatribution)
bumi, atau masih dalam
Strategi misatribusi merupakan genggaman monster warna-warni,
juga tak ada yang tahu.
suatu parodi yang dilakukan oleh
pengarang secara satire. Maka parodi ini Dalam kutipan di atas, Giryadi
bersifat sindiran terhadap tatanan sosial menekankan bagaimana kotaku
masyarakat. Yang diparodikan oleh (Sidoarjo) telah hampir terlupakan dan
Giryadi dalam cerpen kota ‘hilang’ tidak mempunyai harapan untuk dapat
adalah citra kota Sidoarjo semakin lama diselamatkan lagi. Parodi kota Sidoarjo
semakin pudar. Giryadi mengatributkan sebagai kota hilang ini disampaikan
kota Sidoarjo sebagai kota yang ‘hilang’. Giryadi untuk menyindir pihak penguasa,
Kata ‘hilang’ di sini bukan merupakan yaitu pemilik PT Lapindo, pemerintah
makna literal seperti penghapusan kota pusat, daerah dan lembaga-lembaga
Sidoarjo dari peta Indonesia, lalu dunia. masyarakat lain yang tak lagi peduli
Kota Sidoarjo sebagai kota yang ‘hilang’ dengan nasib kota yang telah terendam
lebih merujuk pada kenyataan bahwa lumpur sekian lama. Ketidakpedulian
tidak ada pihak yang bertanggungjawab jajaran pihak-pihak yang berkuasa itu
terhadap bencana lumpur yang merendam seakan telah menumpulkan harapan
kota tersebut sehingga derita warga kota penduduk kota seperti yang diwakili oleh
Sidoarjo yang kotanya terendam lumpur ‘aku’. Giryadi menulis,
hampir terlupakan. Bagi kami, jalan kota kami telah
tertutup rapat dari dunia. Tak ada
Bertapalah di gunung batinmu.
jalan lain, selain jalan ke langit.
Jangan datang ke kotaku. Kotaku,
Tak ada kata-kata, selain doa. Tak
kini hilang. Kini yang tertinggal
ada harapan, selain harapan untuk
hanya kenangan dan harapan-
mati.
harapan. Tak ada yang tersisa,
selain kata sesal. Dan sepucuk
Maka keseluruhan narasi
atap rumah yang gentingnya
menyumbul di antara hamparan mengenai kota ‘hilang’ ini merupakan
lumpur kering dan pucuk-pucuk
bentuk kegelisahan Giryadi terhadap
pohon yang meranggas. Tak ada
yang tersisa. nasib kota Sidoarjo yang semakin

59
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

terbenam dalam oleh lumpur. Giryadi Karakter tersebut misalnya adalah


mencoba menyuarakan pendapatnya monster, pohon penjerat dan manusia
bahwa jika pihak yang bertanggungjawab yang menjelma menjadi hewan seperti
tidak segera melakukan sesuatu untuk ikan dan lintah. Ada pula penggambaran
memperbaiki kota, Sidoarjo terancam tokoh antagonis yang berbentuk gurita
benar-benar menjadi kota yang hilang, dan ubur-ubur.
terhapus dari peta Indonesia dan juga Kau harus pandai memilih jalan
yang tepat. Bila salah pilih,
dunia.
jangan harap kau bisa kembali
3.2 Kebanalan (permainan narasi menjadi manusia. Kau pasti akan
menjadi lintah, atau semacam
fantasi)
belut yang hidup di rawa-rawa,
Karakteristik posmodern yang yang kini dikuasai oleh monster-
monster berwarna-warni.
ada dalam cerpen ini selanjutnya adalah
permainan narasi fantasi. Yang dimaksud Dan kau tahu, orang-orang di
kotaku telah banyak yang menjadi
dengan permainan narasi fantasi adalah
lintah, belut, dan bahkan ubur-
bagaimana pengarang menyajikan relasi ubur, karena salah melangkah.
Atau memang mereka ingin
antara yang normal dan paranormal atau
menjadi monster jalan labirin
dunia aktual dengan dunia fantasi. Pola daripada hidup dalam kubangan
lumpur.
hubungan yang terbangun dapat saja
berupa keragu-raguan dalam pikiran Dalam gelap pekat itu muncul
sekelompok ikan dengan gigi dan
pembaca mengenai batas antara yang
sisik tajam, yang dipimpin ikan
nyata dan yang fiksi. Selain keragu- berkepala besar berbelalai
banyak. Ikan yang kami sebut
raguan, permainan narasi fantasi dalam
sebagai gurita itu, belalainya
cerpen pun dapat saja menimbulkan ide begitu terampil menangkapi ikan-
ikan kecil untuk dijadikan
mengenai kebiasaan yaitu bahwa segala
makanannya
hal yang berbau fantasi adalah sesuatu
Dari kutipan di atas dapat terlihat
yang dianggap normal, sementara hal lain
bahwa kota ‘hilang’ yang diceritakan
yang normal dalam dunia nyata, dianggap
oleh pengarang adalah sekumpulan dunia
aneh dalam dunia mungkin itu.
fantasi dengan segala hal ajaib yang ada
Giryadi membangun narasi
di dalamnya. Dari apa yang dituturkan
fantasi ini dengan cara menciptakan
oleh pengarang tersebut, timbul keragu-
karakter-karakter yang hanya bisa
raguan dalam benak pembaca mengenai
ditemui dalam dunia paranormal.
apakah segala hal yang bersifat fantasi itu

60
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

bisa saja benar adanya. Dari istilah kota


‘hilang’ saja, akan timbul ide dalam
Kutipan diatas menyiratkan
benak pembaca bahwa kota Sidoarjo
bahwa sesuatu yang normal dalam
yang menjadi pusat cerita mungkin saja
kehidupan sehari-hari, seperti seseorang
memang telah hilang.
dengan pekerjaan guru bahasa, guru
Dampak lain dari penciptaan
spiritual, wartawan atau badut akan
dunia mungkin ini, hal-hal yang bersifat
menjadi sesuatu yang tidak biasa dan
fantasi yang diceritakan dalam cerpen itu
dianggap sebagai sesuatu yang bersifat
kemudian menjadi sesuatu yang biasa.
paranormal dalam dunia kota ‘hilang’.
Hal ini terjadi karena dunia kota ‘hilang’
Kedatangan orang itu ke dalam kota
kebih banyak menyiratkan hal-hal yang
dianggap sebagai lelucon, sesuatu yang di
ajaib dibanding dengan hal yang normal.
luar normal. Adapun alasan mengapa
Diceritakan bagaimana jalan-jalan kota
mereka dianggap sesuatu yang abnormal
dijaga oleh para monster. Dan bagi
adalah karena penghuni kota ‘hilang’
pengunjung kota yang tersesat, bentuk
telah sekian lama identik dengan para
ikan dan belut akan mengambil alih tubuh
tokoh khayal seperti monster, ikan
manusia mereka. Kebiasaan terhadap hal
jelmaan manusia dan pohon penjerat.
yang bersifat fantasi itu menjadikan hal-
Dari situ, kemudian timbul suatu
hal yang jamak dianggap normal dalam
kebiasaan yang membentuk sesuatu hal
dunia nyata berubah menjadi sesuatu
yang normal dalam dunia nyata berbalik
yang aneh dalam dunia kota ‘hilang’.
menjadi sesuatu yang paranormal dalam
Karena itu, aku tak ingin kau
dunia mungkin. Oleh karena itu, wacana
datang ke kotaku. Mata hatimu
mungkin akan lebih tajam melihat posmodern dapat dipahami sebagai
derita kami, daripada kau ingin
wacana yang menghadirkan dunia-dunia
bermetamorfosis menjadi guru
bahasa, guru pengocok moral atau yang bertabrakan antara semesta satu dan
menjadi pengabar yang sok
semesta lain, satu hal yang masuk akan
pintar.
dan hal lain yang mustahil sehingga
Atau kau bisa menjadi badut. Kau
pembaca kemudian menjadi ragu-ragu
akan mudah masuk dengan gaya
leluconmu. Kau akan dikerumuni dan bahkan terbiasa dengan narasi fantasi
anak-anak kecil yang haus
yang ditawarkan oleh pengarang.
hiburan. Mereka anak-anak yang
tak lagi mengenal masa depannya. 3.3 Relasi historis
Hanya dengan leluconlah kau
bakal hidup panjang.

61
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

Cerpen berjudul “Mengenang penanganan infrastruktur yang


rusak. (wikipedia)
Kota Hilang” karya Giryadi ini
terinspirasi dari tragedi Lapindo di kota Pihak PT Lapindo Brantas sendiri
Sidoarjo. Tragedi Lapindo adalah dikabarkan kurang bertanggungjawab
bencana terendamnya kota Sidoarjo ke terhadap kelalaian yang telah mereka
dalam lumpur karena kesalahan teknis lakukan. Media melacak bahwa PT
yang dilakukan oleh PT Lapindo. Tragedi Lapindo lebih sering mengingkari
tersebut diawali dengan menyemburnya perjanjian-perjanjian yang telah
lumpur panas dari lokasi pengeboran PT disepakati bersama dengan korban.
Lapindo di kota Sidoarjo sejak tanggal 29 Menurut sebagian media, padahal
Mei 2006. Lokasi persis dari bencana kenyataannya dari 12.883 buah dokumen
lumpur Lapindo itu terjadi di kecamatan Mei 2009 hanya tinggal 400 buah
Porong yang juga berbatasan dengan dokumen yang belum dibayarkan karena
kecamatan lain seperti Pasuruan dan status tanah yang belum jelas. Namun
Gempol.Masyarakat adalah pihak yang para warga korban banyak yang
paling dirugikan dalam tragedi tersebut. menerangkan kepada Komnas HAM
Kegiatan masyarakat, dari segi dalam penyelidikannya bahwa para
pendidikan, ekonomi dan sosial lumpuh korban sudah diminta menandatangani
akibat rendaman lumpur yang kuitansi lunas oleh Minarak Lapindo
menyebabkan mereka harus mengungsi. Jaya, padahal pembayarannya diangsur
Pihak pemerintah dinilai kurang belum lunas hingga sekarang (wikipedia).
memberikan perhatian terhadap tragedi Dari relasi historis yang telah
yang menimpa penduduk Sidoarjo. diterangkan di atas, maka tidak
Pemerintah hanya membebankan mengherankan bila Giryadi memberi
kepada Lapindo pembelian lahan
judul Mengenang kota hilang untuk
bersertifikat dengan harga
berlipat-lipat dari harga NJOP cerpennya. Kota Sidoarjo bisa saja hanya
yang rata-rata harga tanah
tinggal sejarah jika Pemerintah dan pihak
dibawah Rp. 100 ribu- dibeli oleh
Lapindo sebesar Rp 1 juta dan PT Lapindo tidak melakukan penanganan
bangunan Rp 1,5 juta masing-
yang efektif untuk menghentikan
masing permeter persegi. untuk 4
desa (Kedung Bendo, semburan lumpur. Maka Giryadi
Renokenongo, Siring, dan
mengatakan bahwa jalan ke kota ‘hilang’
jatirejo) sementara desa-desa
lainnya ditanggung APBN, juga telah tertutup, tidak ada orang luar yang

62
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

bisa masuk. Harapan terakhir penduduk leher dan sejak itu


menjadi bisu. Tapi telah ada hiu
pun hanyalah menunggu waktu hingga
besar yang diam-diam
kota Sidoarjo lenyap tertelan lumpur. mengancam di dasar lumpur. Tak
ada sekeping pun
Sementara tokoh-tokoh monster dan
sisa sisik dan seruas pun bekas
hewan-hewan jelmaan yang diciptakan tulang. Lalu sejak itu
muncullah sekelompok ubur-
oleh Giryadi mungkin merupakan
ubur sebesar kepingan uang
interpretasinya terhadap kekejaman dan recehan yang berbiak dan nyaris
memenuhi genangan.
keacuhan pihak-pihak yang berwenang
Dari puisi Hasan Aspari itu,
dalam menghadapi kasus lumpur
Giryadi menulis cerpen dalam bentuk
Lapindo.
dialogis. Cerpen yang ditulis Giryadi
3.4 Aspek Intertekstualitas dalam
serupa dengan balasan sebuah surat. Ia
Cerpen “Mengenang Kota Hilang”
menuliskan tokoh ‘aku’ dalam cerita
Cerpen “Mengenang Kota
yang bermonolog dan mengalamatkan
Hilang” merupakan karya sastra yang
narasinya pada seorang ‘kau’. Giryadi
terinspirasi oleh sebuah puisi yang ditulis
mengawali cerpennya dengan mengutip
oleh Hasan Aspahani (2006). Puisi Hasan
bait pertama puisi Hasan, sehingga
Aspahani itu berjudul “Kisah Kota
terlihat dengan jelas bahwa kata ‘kau’
Lumpur”. Dalam puisinya Hasan
ditujukan Giryadi pada Hasan.
bercerita mengenai penderitaan
penduduk kota Sidoarjo yang terendam
Maka lumpur pun datang
lumpur sehingga mereka harus membasuh wajah kota itu.
mengungsi dan kehilangan mata
(Hasan Aspahani, 2006)
pencaharian. Ia mengibaratkan penduduk
itulah bait pertama yang kau tulis
kota sebagai ikan yang berenang tak tentu
dengan tinta yang ragu-ragu
arah menghadapi kekejaman gurita dan keluar dari penanya, ketika
perlahan-lahan kotaku terendam
ubur-ubur yang kejam. Adapun
lumpur. Begitupun aku
perumpaan gurita dan ubur-ubur kejam menyambut gembira, atas
suratmu yang kau kirim melalui
itu bisa pula menyiratkan keacuhan para
denyut hati, karena kau tahu arti
penguasa dalam menghadapi tragedi penderitaan kami.
lumpur lapindo.
Aku mengerti perasaanmu. Begitu
SEMULA ada yang mengira bernafsukah kau ingin datang ke
mereka memilih jadi ikan, kotaku? Begitulah yang aku
memasang semacam insang di rasakan dalam setiap detak

63
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

nadimu. Tetapi aku tahu, kau karakteristik dunia posmodern dalam


hanya ingin mengembara lepas
cerpen Mengenang Kota Hilang karya R.
dalam batin kami yang menderita.
Giryadi. Hasil penemuan karakteristik
Dari penuturan di atas, dapat
atau ciri-ciri dunia posmodern dalam
disimpulkan bahwa cerpen Mengenang
cerpen Mengenang Kota Hilang dapat
Kota Hilang karya Giryadi bersifat
dilihat dari pembangunan zona melalui
interteks dengan puisi Kisah Kota
strategi interpolation (penyisipan) dan
Lumpur karya Hasan Aspahani. Ada
misatribution (misatribusi), kebanalan
bentuk dialogis digunakan oleh Giryadi.
(permainan narasi fantasi), relasi historis
Ia seakan membalas puisi Hasan dengan
dan intertekstualitas.
menuliskan cerpennya. Ia bertindak
Pembangunan zona posmodern
sebagai bagian dari kota hilang yang
dalam cerpen mengenang kota yang
mengabarkan keadaannya pada tokoh
hilang, diawali dengan penggunaan
‘kau’, yaitu Hasan. Dengan demikian
strategi penyisipan. R.Giryadi
cerpen Giryadi dapat dipastikan
menggunakan konsep jalan di kota
mengambil tema yang sama dengan tema
Sidoarjo sebagai konsep aktual, suatu
dari puisi Hasan Aspahani. Namun, selain
tempat yang benar-benar ada dalam peta
tema yang sama, Giryadi pun meneruskan
dunia. Namun, jalan itu diciptakan
narasi Hasan Aspahani dengan tetap
berbeda dalam cerpennya, karena ada
mengandaikan penduduk kota dengan
penyisipan keadaan paranormal di antara
ikan dan pihak-pihak yang tidak
konsep jalan yang nyata tadi. Ada tokoh
bertanggungjawab dengan gurita dan
monster penjaga jalan, pohon penjerat
ubur-ubur. Bentuk dialogis antara cerpen
dan manusia yang menjelma menjadi
karya Giryadi dan puisi karya Hasan ini
hewan di sekitar jalan itu.Strategi ke dua
pun merupakan salah satu karakteristik
yang digunakan Giryadi dalam
karya fiksi posmodern seperti yang
membangun zona posmodern adalah
diungkapkan oleh McHale bahwa pada
dengan cara melakukan misatribusi yaitu
hakikatnya dunia yang dibangun di dalam
parodi kota Sidoarjo menjadi kota hilang
teks adalah sebuah intertekstualitas.
dengan segala carut-marut dan
penderitaan di dalamnya. Parodi ini
4 SIMPULAN
merupakan sindiran yang ditujukan
Dari pembahasan di atas dapat
Giryadi kepada keacuhan pihak-pihak
disimpulkan bahwa terdapat beberapa

64
EUFONI – Vol. 3, No. 1 (2019)

yang berwenang dan bertanggungjawab 2006. Tragedi tersebut belum sepenuhnya


atas tragedi lumpur Lapindo di kota terselesaikan hingga sekarang.
tersebut. Intertekstualitas teks pun dihadirkan
Karakteristik posmodern dalam ketika Giryadi menyatakan dengan jelas
cerpen Mengenang Kota Hilang juga bahwa cerpen Mengenang Kota Hilang
muncul dalam bentuk kebanalan terinspirasi oleh puisi yang ditulis oleh
(permainan narasi fantasi). Bentuk Hasan Aspahani dengan judul Kisah Kota
kebanalan ini diwujudkan dalam relasi Lumpur yang juga bercerita mengenai
antara yang normal dan paranormal yang tragedi lumpur lapindo di kota Sidoarjo.
mengalami pembalikan di kota hilang.
Pola hubungan yang tercipta kemudian DAFTAR PUSTAKA:
adalah keragu-raguan pembaca, dimana Aspahani, Hasan. 2006. Kisah Kota
Lumpur. Terbit dalam kumpulan
pembaca seakan-akan dibuat ragu
situs Klub sastra bentang.
mengenai apakah kota Sidoarjo memang
Giryadi, R. 2012. Mengenang Kota
sudah benar-benar hilang. Pola hubungan Hilang. Terbit di Kompas
yang tercipta selanjutnya adalah tanggal 13 Mei 2012.

kebiasaan akan situasi yang bersifat Liliani, Else. 2005. Melacak Jejak
Posmodernisme dalam
fantasi. Sebagai akibatnya pembaca Kumpulan Cerpen Jangan
mendapati bahwa apa yang dianggap Mainmain (dengan Kelaminmu)
Karya Djenar Maesa Ayu.
normal dalam dunia nyata seperti badut, Makalah yang tidak diterbitkan:
guru bahasa, guru spiritual dan wartawan UNY.

ternyata menjadi sesuatu yang abnormal McHale, Brian. 1986. Postmodernist


Fiction. London: Routledge.
di dalam kota hilang.
Sarup, Madan. 2003. Postrukturalisme
Sementara itu, relasi historis dan Posmodernisme, Sebuah
cerpen ini dengan repertoar pengarang Pengantar Kritis
(dialihbahasakan oleh Medhy
adalah bahwa cerpen tersebut ditulis oleh Aginta Hidayat). Yogyakarta:
Giryadi untuk menggambarkan tragedi Jendela.
terendamnya kota Sidoarjo oleh lumpur Banjir Lumpur Panas Sidoarjo
(http://id.wikipedia.org/wiki/B
yang berasal dari situs penggalian PT anjir_lumpur_panas_Sidoarjo)
Lapindo Brantas pada tanggal 26 Mei

65

Anda mungkin juga menyukai