Oleh:
RADESA RANDA HERITA MARWANTO, S.H.
NIM. 180720201024
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
i
TESIS
Oleh
RADESA RANDA HERITA MARWANTO, S.H.
NIM. 180720201024
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
ii
TANGGUNG JAWAB NOTARIS ATAS AKTA PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YANG
DIBUAT BERDASARKAN KEPUTUSAN DI LUAR RAPAT UMUM
PEMEGANG SAHAM
TESIS
Oleh:
iii
PERSETUJUAN
TANGGAL....................
Oleh:
Dosen Pembimbing Utama
iv
PENGESAHAN
PEMEGANG SAHAM
Oleh:
Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H. Dr. A’an Efendi, S.H., M.H.
NIP. 197905142003121002 NIP. 198302032008121004
Mengesahkan,
Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum
Universitas Jember
Dekan,
v
NIP. 198206232005011002
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Ketua Sekretaris
ANGGOTA PENGUJI:
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (Magister Kenotariatan), baik di Universitas Jember maupun di
perguruan tinggi lain. Tesis ini merupakan hasil dari gagasan, ide, pemikiran, dan
penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim
Pembimbing. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah
ini dan disebutkan dalam sumber kutipan maupun daftar pustaka.
Apabila ternyata dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan adanya unsur-
unsur jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi akademik maupun sanksi
lainnya yang berlaku di lingkungan Universitas Jember
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
viii
8. Orang tua saya, semua keluarga dan kerabat atas do’a dan dukungan yang
telah diberikan dengan setulus hati;
9. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Jember angkatan tahun 2018 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukunngan dan bantuan baik
moril dan spirituil;
10. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan tesis hukum ini.
Penulis,
ix
MOTTO
i
RINGKASAN
Notaris selaku pejabat umum dalam setiap pelaksanaan tugasnya, tidak
boleh keluar dari “rambu-rambu” yang telah diatur oleh perangkat hukum yang
berlaku. Keberlakuan keputusan di luar RUPS yang merupakan perubahan
anggaran dasar yang tidak dituangkan dalam akta notaris menurut UUPT tidak
dapat berlaku. Perubahan anggaran dasar yang cukup diberitahukan kepada
Menteri berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan
perubahan anggaran dasar oleh Menteri. Mengacu pada peraturan yang ada di
UUPT tersebut Notaris harus teliti dalam pemeriksaan RUPS untuk nantinya
dituangkan ke dalam berita acara dan pada prakteknya Notaris tidak boleh
merubah sedikitpun isi dari Keputusan Sirkuler dan tidak berpihak pada siapaun
serta Notaris wajib memberikan kajian terkait keputusan sirkuler yang dibuat,
apabila ada perubahan dan itu tanpa sepengetahuan dari pihak pemegang saham
maka Notaris dapat dikenai sanksi sesuai dengan Undang Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris (selanjutnya disingkat UUJN), dan dalam menjalankan jabatannya
pada Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN 2014 dimana Notaris harus bertindak
amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak
yang terkait dalam perbuatan hukum. Tanggung jawab notaris dalam pembuatan
akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham perseroan terbatas perlu
dikaji lebih lanjut. Dari uraian diatas penulis mendapatkan Putusan pengadilan
dimana dalam perkara tersebut mempermasalahkan suatu keputusan diluar RUPS
(keputusan Sirkuler) kasus pada PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG Nomor
1320 K/Pdt/2016 yang dipermasalahkan mengenai keberlakuan keputusan diluar
RUPS mengenai perubahan anggaran dasar yang tidak dinyatakan ke dalam akta
notaris dan kasus pada PUTUSAN NO:581/PDT/2017/PT.BDG terkait keputusan
sirkuler yang kemudian dilakukan peralihan jual beli saham oleh PT. Paramindo
dengan PT. Cikondang Kancana Prima. perkara-perkara tersebut akan menjadi
bahan lainnya dalam penulisan tersis ini karena telah terjadi sengketa terkait
keputusan sirkuler pada perusahaan, dimana fokus penulis dalam penelitian ini
sangat relevan dengan contoh perkara diatas, karena ada batasan-batasan
mengenai apa saja keputusan perusahaan yang diperbolehkan tanpa mekanisme
RUPS dan ada pula yang tidak boleh diambil keputusan apabila tidak melalui
mekanisme pengambilan keputusan melalui RUPS. Metode yang akan digunakan
dalam penulisan adalah penelitian hukum normatif. Pendekatan masalah yang
digunakan adalah pendekatan hukum, pendekatan konseptual (Conceptual
Approach), dan pendekatan komparatif. Bahan sumber hukum yang digunakan
adalah bahan hukum primer dan sekunder.
Hasil kajian yang diperoleh bahwa: Pertama, Notaris tidak bertanggung
jawab atas Akta PKR yang dibuat olehnya karena isi akta PKR tersebut
berdasarkan pada risalah rapat di bawah tangan dan isi dari risalah rapat tersebut
menjadi tanggung jawab para peserta yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk dari akta PKR.
Kedua, keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham yang berisi tentang
perubahan anggaran dasar perseroan. Setelah keputusan di luar Rapat Umum
Pemegang Saham ini dibuat, tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan juga tidak
i
dilaporkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Timbul
pertanyaan atas keberlakuan keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini.
Penelitian kualitatif terhadap hukum normatif yang memakai tipe penelitian
deskriptif analitis ini dilakukan dengan studi dokumen atau bahan pustaka.
Menurut Undang-Undang yang mengatur mengenai perubahan anggaran dasar
perseroan terbatas, keputusan sirkuler tentang perubahan anggaran dasar yang
tidak dinyatakan ke dalam akta notaris tidak dapat berlaku. Ketiga, Fungsi dari
pembuatan akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham (PKPS) adalah untuk
melindungi Notaris dari potensi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku
seperti penyertaan dokumen atau pernyataan tidak benar, dan lain sebagainya,
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Seringnya terjadi beberapa
kasus terkait pemalsuan isi dari keputusan sirkuler, membuat notaris harus
berhati-hati dalam membuatkan akta PKPS. Akta Pernyataaan Keputusan
Pemegang Saham merupakan partij akta, yakni akta yang dibuat di hadapan
Notaris memuat uraian dari apa yang diterangkan atau diceritakan oleh para pihak
yang menghadap kepada notaris, dan merupakan kehendak dari para pemegang
saham yang dinyatakan dalam keputusan sirkuler. Bentuk konkrit dari bentuk
penerapan prinsip kehati-hatian yaitu ditandai dengan adanya negosiasi yang
dilakukan pada saat pra kontrak, adanya kewajiban notaris untuk menjelaskan dan
memberitahukan tentang fakta material dari objek perjanjian, dan adanya
kewajiban notaris untuk meneliti terlebih dahulu objek perjanjian dan klausula
perjanjian sebelum melakukan kesepakatan dan mengikatkan diri dalam perjanjian
antara kedua belah pihak.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menawarkan saran, antara lain:
Pertama, Demi tercapainya prinsip kehati-hatian notaris dalam mengenal para
penghadap, jika terdapat keraguan dan kesalahan atas dokumen-dokumen para
penghadap notaris sebaiknya menolak untuk membuat akta autentik, untuk
tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal para penghadap dan tidak menjadi
sengketa dikemudian hari. Prinsip itikad baik juga berlaku dalam pembuatan akta
Pernyataan Keputusan Pemegang Saham (PKPS). Itikad baik tersebut tidak hanya
mengacu kepada itikad baik para pihak, tetapi harus pula mengacu kepada nilai-
nilai yang berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian
dari masyarakat. Kedua, Peraturan mengenai keputusan di luar RUPS perlu
diperjelas lagi seperti tata cara pembuatan, syarat sahnya, pembatalan dan apa saja
yang bisa diatur dalam keputusan di luar RUPS, agar pembuatan keputusan di luar
RUPS tidak hanya bergantung pada pasal 91 UUPT saja. Ketiga, Kepada para
pihak yang membuat akta tersebut, sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan akibat-
akibat hukum dari akta tersebut. Mengingat dasar dari pembuatan akta pernyataan
keputusan rapat dari suatu perseroan terbatas tersebut, adalah suatu notulensi rapat
yang merupakan akta di bawah tangan, yang proses pembuatannya tidak dihadiri
oleh Notaris. Hal ini sangat berbeda dengan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Perseroan Terbatas yang dibuat secara notaril, dimana notaris wajib
menghadiri dan mengikuti proses pelaksanaannya untuk kemudian dituangkan ke
dalam suatu akta otentik. Hal ini mengandung aspek kepastian dan perlindungan
hukum bagi para pihak, termasuk di dalamnya notaris.
ii
SUMMARY
i
General Meeting of Shareholders is made, it is not stated in a notarial deed nor is
it stated in the notarial deed reported to the Ministry of Law and Human Rights.
Questions arise about the applicability of decisions outside this General Meeting
of Shareholders. Qualitative research on normative law that uses this type of
analytical descriptive research is carried out by studying documents or library
materials. According to the law governing changes to the articles of association
of a limited liability company, circular decisions regarding amendments to the
articles of association that are not stated in a notarial deed cannot be valid.
Third, the function of making a deed of Shareholder Decision Statement (PKPS) is
to protect the Notary from potential violations of applicable regulations such as
the inclusion of documents or statements that are not true, and so on, both
intentional and unintentional. There are often cases related to the falsification of
the contents of circular decisions, making the notary must be careful in making
the PKPS deed. The Deed of Statement of Shareholders' Decisions is a partij
deed, namely the deed made before a Notary containing a description of what is
explained or told by the parties who appear before the Notary, and is the will of
the shareholders stated in a circular decision. The concrete form of the
application of the precautionary principle is marked by the existence of
negotiations carried out at the time of the pre-contract, the obligation of the
notary to explain and notify the material facts of the object of the agreement, and
the obligation of the notary to first examine the object of the agreement and the
clauses of the agreement before committing. agreement and enter into an
agreement between the two parties.
Based on the results of the study, the authors offer suggestions, including:
First, In order to achieve the principle of prudence of a notary in recognizing the
appearers, if there are doubts and errors in the documents of the notary
appearers should refuse to make an authentic deed, in order to achieve the
principle of prudence know the presenters and not be a dispute in the future. The
principle of good faith also applies in the making of the deed of the Statement of
Shareholders' Decisions (PKPS). The good faith does not only refer to the good
faith of the parties, but must also refer to the values that develop in society,
because good faith is part of society. Second, the regulations regarding decisions
outside the GMS need to be clarified again, such as the procedure for making,
legal requirements, cancellations and anything that can be regulated in decisions
outside the GMS, so that decision making outside the GMS does not only depend
on Article 91 of the Company Law. Third, to the parties who made the deed, it is
better to first explain the legal consequences of the deed. Considering that the
basis for making a deed of statement of meeting resolutions from a limited
liability company, is a meeting minutes which is a private deed, the process of
which is not attended by a Notary. This is very different from the Minutes of the
General Meeting of Shareholders of a Limited Liability Company which is made
notarial, where the notary is obliged to attend and follow the implementation
process to then be poured into an authentic deed. This contains aspects of legal
certainty and protection for the parties, including notaries
ii
Peraturan Perundang-Undangan
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... v
HALAMAN MOTTO................................................................................... x
HALAMAN RINGKASAN........................................................................ xi
DAFTAR ISI.................................................................................................xviii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
i
1.6.3 Sumber Bahan Hukum................................................................. 11
ii
2.8 Tinjauan Umum Kekuatan Pembuktian Akta Pernyataan
BAB 3 : PEMBAHASAN............................................................................. 39
..............................................................................................................39
3.2 Akibat Hukum Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran
..............................................................................................................60
..............................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) merupakan badan usaha
dengan karakteristiknya yaitu terdapat pemisahan kekayaan pemilik dengan
kekayaan badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggung jawab sesuai jumlah
uang atau saham yang ditanamkannya dalamnya. Pengertian PT terdiri dari dua
kata, yakni “Perseroan” dan “Terbatas”. Perseroan merujuk kepada modal PT
yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Terbatas merujuk kepada pemegang
yang luas tanggung jawabnya hanya sebatas pada nilai nominal semua saham
yang dimilikinya. Untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional Indonesia di
bidang PT, yang dalam tatanan hukum Indonesia telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah dicabut dan
diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disingkat dengan UUPT). Pengesahan UUPT merupakan
suatu tindakan pertama keluar dari lingkungan salah satu kodifikasi, yaitu:
Wetboek van Koophandel yang lazim dikenal dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Ketentuan tentang Perseroan Terbatas yang diatur
dalam KUHD, sudah tidak lagi dapat mengikuti dan memenuhi kebutuhan
perkembangan perekonomian dunia usaha yang sangat pesat. * UUPT membahas
juga Rancangan Perubahannya di lembaga legislatif.
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi memiliki tugas
utama menjalankan dan melaksanakan pengurusan (Beheer, Administration or
Management) perseroan atau dapat dikatakan bahwa perseroan diurus, dikelola
dan dimanage oleh Direksi.†
*
Kansil. Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
1996). hlm. 31.
†
Ibid. hlm 345.
1
2
juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua
pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan
menandatangani usul yang bersangkutan. Dijelaskan dalam penjelasannya, yang
dimaksud dengan “pengambilan keputusan di luar RUPS” dalam praktik dikenal
dengan usul keputusan yang diedarkan (keputusan sirkuler/circular resolution).
Keputusan sirkuler adalah salah satu cara untuk merubah anggaran dasar
perseroan. Perubahan anggaran dasar adalah salah satu kewenangan RUPS
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPT. Lalu, keputusan sirkuler
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 91 UUPT yang menyebutkan bahwa
pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS
dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara
tertulis dengan menandatangani usul yang bersangkutan. Jadi, perubahan
anggaran dasar selain dengan RUPS secara fisik, dapat juga diputuskan dengan
keputusan sirkuler. Diatur dalam Bagian Kedua Paragraf 2 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang UUPT. Untuk mengubah anggaran dasar suatu
perusahaan yang berbentuk PT, Anda dapat mengadakan RUPS. Hal ini diatur di
Pasal 19 UUPT. Jika RUPS sudah dilaksanakan, disetujui, dan memenuhi
persyaratan kuorum, persetujuan itu akan dituangkan dalam berita acara rapat
yang dibuat oleh notaris dan selanjutnya dibuat dalam bentuk akta perubahan
anggaran dasar oleh notaris.
Mengadakan RUPS secara fisik sulit untuk diselenggarakan misalnya
karena satu atau beberapa pemegang saham sedang berada di luar kota atau luar
negeri, maka untuk merubah anggaran dasar dapat dilakukan melalui penerbitan
sirkuler. Penggunaan sirkuler dimungkinkan dalam Pasal 21 ayat (5) UUPT. Jadi,
jika tidak ada berita acara rapat, maka anda dapat membuat sirkuler yang harus
ditandatangani oleh seluruh pemegang saham PT. Keputusan Sirkuler itulah yang
kemudian dijadikan bentuk akta perubahan anggaran dasar oleh notaris. Namun
perlu anda ketahui, untuk menuangkan sirkuler dalam bentuk akta harus dilakukan
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) hari sejak tanggal
keputusan RUPS atau tanggal ditandatanganinya sirkuler dimaksud. Lewat dari 30
hari maka sirkuler tersebut tidak berlaku lagi dan harus dibuatkan yang baru.
4
Pasal 85 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa pemegang saham baik sendiri
maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPS dan
menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.
Kewenangan menghadiri RUPS dan menggunakan hak suara sesuai dengan
jumlah saham yang dimiliki tidak berlaku bagi pemegang saham dengan saham
tanpa hak suara. Berarti hanya pemegang saham yang memiliki saham dengan hak
suara yang dapat hadir dalam RUPS dan menggunakan hak suaranya. Pada saat
pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan
Perseroan yang bersangkutan dilarang untuk bertindak sebagai kuasa dari
pemegang saham yang memberikan kuasanya. Apabila ada pemegang saham yang
memberikan kuasa untuk hadir dalam suatu RUPS akan tetapi kemudian
pemegang saham tersebut hadir sendiri dalam RUPS maka surat kuasa yang telah
diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut. Ketua rapat akan menentukan siapa
yang berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan UUPT dan
anggaran dasar Perseroan.†† Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan
oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan
pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepadalebih dari seorang kuasa
untuk sebagian dari jumlah saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda.
Ini artinya UUPT melarang voting yang terbelah. Juga apabila pemegang saham
memberikan kuasanya untuk hadir dalam RUPS kepada anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan maka yang diberi kuasa tidak dapat
bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham pada saat pemungutan suara.
RUPS dalam prakteknya, dituangkan dalam suatu akta otentik, yang dibuat
di hadapan notaris dan atau dibuat dalam bentuk notulensi rapat, yang berupa akta
di bawah tangan dan kemudian akta tersebut dituangkan dalam bentuk akta
otentik, yang dalam praktek dikenal dengan sebutan Akta Pernyataan Keputusan
Rapat. Notaris, adalah pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat
akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang
††
Akibat Hukum Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris (Studi Kasus Putusan Majelis
Pengawas Wilayah Notaris DKI Jakarta Nomor 10/Pts/Mj.Pwn.Prov. Dkijakarta/X/2018). Master
of Notarial Law. Faculty of Law. Universitas Indonesia. 2018.
5
diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat
akta.‡‡ Notaris selaku pejabat umum dalam setiap pelaksanaan tugasnya, tidak
boleh keluar dari “rambu-rambu” yang telah diatur oleh perangkat hukum yang
berlaku. Keberlakuan keputusan di luar RUPS yang merupakan perubahan
anggaran dasar yang tidak dituangkan dalam akta notaris menurut UUPT tidak
dapat berlaku. Perubahan anggaran dasar yang cukup diberitahukan kepada
Menteri berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan
perubahan anggaran dasar oleh Menteri.§§ Mengacu pada peraturan yang ada di
UUPT tersebut Notaris harus teliti dalam pemeriksaan RUPS untuk nantinya
dituangkan ke dalam berita acara dan pada prakteknya Notaris tidak boleh
merupah sedikitpun isi dari Keputusan Sirkuler dan tidak berpihak pada siapaun
pada pemegang saham serta Notaris wajib memberikan kajian terkait keputusan
sirkuler yang dibuat, apabila ada perubahan dan itu tanpa sepengetahuan dari
pihak pemegang saham maka Notaris dapat dikenai sanksi sesuai dengan Undang
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disingkat UUJN), dan dalam
menjalankan jabatannya pada Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN 2014 dimana
Notaris harus bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Tanggung
jawab notaris dalam pembuatan akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang
saham perseroan terbatas perlu dikaji lebih lanjut. Dari uraian diatas penulis
mendapatkan Putusan pengadilan dimana dalam perkara tersebut
mempermasalahkan suatu keputusan diluar RUPS (keputusan Sirkuler) kasus pada
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG Nomor 1320 K/Pdt/2016 yang
dipermasalahkan mengenai keberlakuan keputusan diluar RUPS mengenai
perubahan anggaran dasar yang tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan kasus
pada PUTUSAN NO:581/PDT/2017/PT.BDG terkait keputusan sirkuler yang
kemudian dilakukan peralihan jual beli saham oleh PT. Paramindo dengan PT.
Cikondang Kancana Prima. perkara-perkara tersebut akan menjadi bahan lainnya
‡‡
Sudikno Mertokusumo. Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris. (Majalah Renvoi. Nomor
12. tanggal 3 Mei 2004). hlm 49.
§§
Ibid.
6
dalam penulisan tersis ini karena telah terjadi sengketa terkait keputusan sirkuler
pada perusahaan, dimana fokus penulis dalam penelitian ini sangat relevan dengan
contoh perkara diatas, karena ada batasan-batasan mengenai apa saja keputusan
perusahaan yang diperbolehkan tanpa mekanisme RUPS dan ada pula yang tidak
boleh diambil keputusan apabila tidak melalui mekanisme pengambilan keputusan
melalui RUPS.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis sangat tertarik
untuk meneliti bagaimana tanggung jawab notaris terhadap akta yang dibuat
diluar rapat umum pemegang saham (RUPS), apa akibat hukum atas akta yang
dibuat berdasarkan keputusan rapat sirkuler diluar rapat umum pemegang saham
(RUPS), serta bagaimana pengaturan kedepan untuk mengakomodir permasalahan
tersebut. Melihat uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam
lagi permasalahan diatas dengan penulisan tesis ini yang berjudul “Tanggung
Jawab Notaris Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah
Tangga Yang Dibuat Berdasarkan Keputusan Di Luar Rapat Umum
Pemegang Saham”
.
ini kita akan membandingkan tesis ini dengan tesis yang judulnya agak mirip
dengan yang penulis teliti, entah itu sama dalam subjeknya maupun objeknya,
yang jelas mirip-mirip, selain itu dengan adanya orisinalitas penelitian ini, penulis
akan menggambarkan apa yang berbeda dari penelitian kita dengan penelitian
orang lain tersebut meskipun judulnya hampir sama.
Adapun penelitian sebelumnya yang ada kemiripan dengan penelitian
Nama /
Metode Hasil Unsur
Instansi/ Judul
Penelitian Penelitian Kebaruan
Tahun
1. Roita Tanggung Jawab Yuridis 1. Kewenangan 1.Keberlakuan
Asma, SH / Notaris dalam Normatif dan keputusan di
Penelitian Pembuatan Akta tanggung luar RUPS
Tesis Pernyataan jawab yang
Program Keputusan Rapat Notaris merupakan
Pascasarjana Perseroan dalam perubahan
Program Terbatas pembuatan anggaran
Studi Di Jakarta Timur akta dasar yang
Magister pernyataan tidak
Kenotariatan keputusan dituangkan
Universitas rapat umum dalam akta
Diponegoro pemegang notaris.
Semarang / saham 2.Pengaturan
2008 perseroan Tanggung
terbatas. Jawab Notaris
2. Akibat kedepan
hukum dari terhadap Akta
pembuatan yang dibuat
akta berdasarkan
pernyataan Keputusan
keputusan Sirkuler
rapat umum Pemegang
pemegang Saham
saham
perseroan
terbatas.
2. Yasin Peran dan Empiris 1. Prosedur 1.Keberlakuan
Tanaka / Tanggung jawab Pembuatan keputusan di
Penelitian Notaris Dalam dan luar RUPS
9
hukum yang penulis teliti mengenai prinsip Kepastian Hukum Tanggung Jawab
Notaris dalam Pembuatan Akta Keputusan Sirkuler Pemegang Saha dan
Pengaturan Tanggung Jawab Notaris kedepan terhadap Akta yang dibuat
berdasarkan Keputusan Sirkuler Pemegang Saham.
Pendekatan Konseptual (conceptual approach), metode ini mengacu
tentang prinsip-prinsip hukum yang berasal dari pandangan atau yurisprudensi
para sarjana, dengan mempelajari pandangan dan doktrin yang terkandung dalam
yurisprudensi, para sarjana menemukan ide-ide yang melahirkan konsep-konsep
hukum, konsep-konsep hukum, dan prinsip-prinsip yang terkait dengan materi
pelajaran.**** Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum dan dengan mempelajari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin penulis ingin menemukan ide-ide yang
melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas
hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran penulis dalam
membangun argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.
Pendekatan Kasus (Case Approach), metode pendekatan ini dilakukan
dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu
yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Kasus yang digunakan dalam penelitian tesis ini ialah
kasus pada PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG Nomor 1320 K/Pdt/2016 dan
kasus pada PUTUSAN NO:581/PDT/2017/PT.BDG. Kasus-kasus tersebut dipilih
karena telah terjadi sengketa terkait keputusan sirkuler pada perusahaan.
****
Ibid. Hlm.135-136.
††††
Ibid. Hlm.181
‡‡‡‡
Ibid.
12
dan jurnal tentang topik hukum dalam tesis ini. Penelitian pada umumnya
dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari
bahan-bahan pustaka yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data
primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
lazimnya dinamakan data sekunder. Data dalam penulisan ini adalah data
sekunder, yaitu bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-
buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel,
serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian dan penelusuran bahan
internet dengan cara memperoleh data baik literatur maupun akses internet,artikel
serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Oleh karena
itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah,
mencatat membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan
Tanggung Jawab Notaris dan terkait Keputusan Sirkuler.
§§§§§
Herowati Poesoko. Modul Mata Kuliah: Metode Penulisan dan Penelitian Hukum
Pada Program Pascasarjana magister Kenotariatan. (Jember: Fakultas Hukum Universitas
Jember. 2014). hlm 28.
15
LEGAL ISSUE
Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
dalam Pasal 91 Tidak Mengatur Prosedur Maupun Mekanisme dari
Pelaksanaan dan Proses tentang Pengambilan Keputusan diluar Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
3
Apa Bentuk Tanggung Apa Akibat Hukum Atas Bagaimana Pengaturan
4 Jawab Notaris Atas Akta Akta Perubahan Anggaran Kedepan Tentang
Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran Tanggung Jawab Notaris
5 Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Yang Atas Akta Yang Dibuat
Rumah Tangga Yang Dibuat Berdasarkan Berdasarkan Keputusan
6 Dibuat berdasakan Keputusan Diluar Rapat Keputusan Diluar Rapat
Keputusan Di Luar Rapat Umum Pemegang Saham Umum Pemegang Saham
7Umum Pemegang Saham (RUPS) ? (RUPS) ?
8 (RUPS) ?
9
- Pendekatan - Pendekatan - Pendekatan
10Perundang- Perundang- Perundang-
Undangan Undangan Undangan
11
- Pendekatan - Pendekatan - Pendekatan
Konseptual 12
Konseptual Konseptual
- Pendekatan Kasus - Pendekatan Kasus - Pendekatan Kasus
13
TINJAUAN PUSTAKA
******
Anton M. Moeliono, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta. Balai Pustaka.
2008). hlm 1028.
††††††
U Utrecht dan Moh. Saleh J Jindang. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta.
Iktiar baru dan sinar harapan, 1989). hlm. 388.
‡‡‡‡‡‡
Peter Mahmud Marzuk. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2008). hlm. 158.
17
18
§§§§§§
Dominikus Rato. Filsafat Hukum Mencari dan Memahami Hukum. (Yogyakarta:
Laksbang Pressindo. 2010). hlm. 59.
*******
Lili Rasjidi. Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya. (Bandung: Remaja
Roesdakarya Offset. 1994). hlm. 27.
19
†††††††
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta 2010).
hlm 13.
‡‡‡‡‡‡‡
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien. (Jakarta:
Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
§§§§§§§
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien. (Jakarta:
Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
********
Ibid. hlm. 49.
20
††††††††
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. (Bandung: Citra Aditya
Bakti. 2010). hlm. 503.
‡‡‡‡‡‡‡‡
Dody Radjasa Waluyo. Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum. (Media
Notariat (Menor) Edisi Oktober-Desember. 2001). hlm 63.
§§§§§§§§
R.Soegono Notodisoerjo. Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1993). hlm 13.
*********
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam Putusan Nomor 009-014/PUU-
111/2005. tanggal 13 September 2005 mengistilahkan tentang Pejabat Umum sebagai Public
Official. Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 009-014/PUU-
111/2005. http://hukum.unsrat.ac.id/ mk/mk_9_14_2005.pdf, diakses pada tanggal 15 Februari
2021.
21
†††††††††
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Art. 1 dalam Reglement op
Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb. 1860:3). diterjemahkan menjadi Pejabat Umum oleh G. H.
S. Lumban Tobing didalam kata pengantar bukunya. Lihat G. H. S. Lumban Tobing. Peraturan
Jabatan Notaris. Cetakan V. (Jakarta: Gelora Aksara Pratama. 1999). hlm. v.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek
(BW) diterjemahkan menjadi Pejabat Umum oleh R.Soebekti dan R.Tjitrosudibio. Lihat Indonesia.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan oleh R. Soebekti dan
R. Tjitrosudibio. Cetakan XXV. (Jakarta: Pradnya Paramita. 1995). hlm. 397.
§§§§§§§§§
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat. Cet. 28 (Jakarta:
PT Pradnya Paramita. 2008).
**********
Habib Adjie. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik. Cetakan 2. (Bandung: Refika Aditama, 2009). hlm. 27.
22
Notaris tidak memberikan batasan atau definisi mengenai pejabat umum, karena
sekarang ini yang diberi kualifikasi sebagai Pejabat Umum bukan hanya Notaris
saja, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) juga diberi kualifikasi sebagai Pejabat
Umum, Pejabat Lelang. Pemberian kualifikasi sebagai Pejabat Umum kepada
pejabat lain selain Pejabat Umum, bertolak belakang dengan makna dari Pejabat
Umum itu sendiri, karena seperti PPAT hanya membuat akta-akta tertentu saja
yang berkaitan dengan pertanahan dengan jenis akta yang sudah ditentukan, dan
Pejabat Lelang hanya untuk lelang saja.†††††††††† Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal
1868 KUH Perdata yang menyatakan bahwa akta otentik dibuat oleh atau di
hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu. Pegawai-pegawai
umum yang berkuasa tersebut diantaranya adalah PPAT, Pejabat Lelang, Pejabat
KUA, Pejabat Dinas Kependudukan dan termasuk Notaris yang berkuasa
mengeluarkan akta otentik sesuai kewenangannya masing-masing yang telah
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pemberian kualifikasi Notaris sebagai Pejabat Umum berkaitan dengan
wewenang Notaris. Menurut Pasal 15 ayat (1) UUJN bahwa Notaris berwenang
membuat akta otentik, sepanjang pembuatan akta-akta tersebut tidak ditugaskan
atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain. Pemberian wewenang kepada
pejabat atau instansi lain, seperti Kantor Catatan Sipil, tidak berarti memberikan
kualifikasi sebagai Pejabat Umum tapi hanya menjalankan fungsi sebagai Pejabat
Umum saja ketika membuat akta-akta yang ditentukan oleh aturan hukum, dan
kedudukan mereka tetap dalam jabatannya seperti semula sebagai Pegawai
Negeri. Misalnya akta-akta, yang dibuat oleh Kantor Catatan Sipil juga termasuk
akta otentik. Kepala Kantor Catatan Sipil yang membuat dan menandatanganinya
tetap berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.§§§§§§§§§§
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa Notaris berwenang membuat akta
sepanjang dikehendaki oleh para pihak atau menurut aturan hukum wajib dibuat
dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta tersebut harus berdasarkan aturan
††††††††††
Dody Radjasa Waluyo. Op.Cit. hlm. 63.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid, hlm. 63.
§§§§§§§§§§
Habib Adjie. Op. Cit. Hlm. 28-29.
23
***********
Habib Adjie. Penggerogotan Wewenang Notaris Sebagai Pejabat Umum.
(Renvoi. Nomor 04. Tahun II. 3 September 2004). hlm. 32.
†††††††††††
Philipuss M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati. Argumentasi Hukum.
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005). hlm. 80.
24
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN. Maka Pejabat Umum yang
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 UUJN harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau
Notaris sebagai Pejabat Publik yang berwenang untuk membuat akta otentik
sesuai Pasal 15 ayat (1) UUJN dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN dan untuk melayani kepentingan
masyarakat.
pembuatan akta otentik menjadi wewenang Notaris. Akta yang dibuat oleh pejabat
lain, bukan merupakan wewenang Notaris, seperti akta kelahiran, pernikahan, dan
perceraian dibuat oleh pejabat selain Notaris. Akta yang dibuat Notaris tersebut
hanya akan menjadi akta otentik, apabila Notaris mempunyai wewenang yang
meliputi empat (4) hal, yaitu:†††††††††††††
a. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat
itu; Tidak semua pejabat umum dapat membuat semua akta, akan
tetapi seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta
tertentu, yakni yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 ayat (1) UUJN
menyatakan bahwa kewenangan Notaris yaitu membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta
otentik.
b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang untuk
kepentingan siapa akta itu dibuat;
Notaris tidak berwenang untuk membuat akta untuk kepentingan
setiap orang. Pasal 52 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa Notaris
tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, isteri/suami,
atau orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan Notaris baik
karena perkawinan maupun hubungan darah dalam garis lurus ke
bawah dan/atau keatas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis
kesamping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk
diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan
perantara kuasa. Maksud dan tujuan dari ketentuan ini ialah untuk
mencegah terjadinya tindakan memihak dan penyalahgunaan
jabatan.
c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta
itu dibuat; Bagi setiap Notaris ditentukan daerah hukumnya (daerah
jabatannya) dan hanya di dalam daerah yang ditentukan baginya ia
berwenang untuk membuat akta otentik. Pasal 18 UUJN menyatakan
bahwa Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah
kabupaten/kota. Wilayah jabatan Notaris meliputi seluruh wilayah
propinsi dari tempat kedudukannya. Akta yang dibuat diluar daerah
jabatannya adalah tidak sah.
d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan
akta itu; keadaan dimana Notaris tidak berwenang (onbevoegd)
untuk membuat akta otentik, yaitu:
1. Sebelum Notaris mengangkat sumpah (Pasal 7 UUJN);
(Notaris tidak berwenang membuat akta otentik sebelum
mengangkat sumpah di hadapan pejabat yang berwenang yang
†††††††††††††
G. H. S. Lumban Tobing, Op. Cit, hlm. 49.
28
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3199 K/Pdt/1994.
tanggal 27 Oktober 1994. menegaskan bahwa akta otentik menurut ketentuan ex Pasal 165 HIR Jo.
Pasal 285 Rbg Jo. Pasal 1868 KUH Perdata merupkan bukti yang sempurna bagi kedua belah
pihak dan para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak darinya. Lihat M. Ali Boediarto.
Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung, Hukum Acara Perdata Setengah Abad.
(Jakarta: Swa Justitia. 2005). hlm. 150.
29
Notaris sendiri atas permintaan para pihak, agar tindakan dan perbuatan para
pihak yang dilakukan dituangkan ke dalam bentuk akta Notaris. Akta yang dibuat
dihadapan (ten overstaan) Notaris, dalam praktek Notaris disebut Akta Pihak
(Akta Partij), yang berisi uraian atau keterangan, pernyataan para pihak yang
diberikan atau yang diceritakan dihadapan Notaris. Para Pihak berkeinginan agar
uraian atau keterangannya dituangkan ke dalam bentuk akta Notaris.
Larangan bagi Notaris diatur dalam Pasal 17 ayat (1) UUJN. Berdasarkan
Pasal 52 ayat (1) UUJN, “Notaris dilarang untuk membuat akta dalam suatu
keadaan tertentu seperti membuat akta untuk diri sendiri maupun keluarga
sendiri”. Apabila seorang Notaris melanggar Pasal 52 ayat (1) tersebut
diatasberdasarkan Pasal 52 ayat (3) maka Notaris tersebut dikenakan sanksi
perdata yaitu dengan “membayar biaya, ganti rugi dan bunga kepada para
penghadap dan konsekuensinya adalah akta yang dibuat hanya memiliki kekuatan
pembuktian sebagai akta dibawah tangan”. Notaris dalam keadaan tertentu tidak
berwenang dalam membuat akta karena alasan-alasan yang berkaitan dengan
tugas jabatan Notaris, seperti:§§§§§§§§§§§§§
1. Sebelum Notaris mengangkat sumpah (Pasal 4 UUJN).
2. Selama Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya (Pasal 9
UUJN).
3. Diluar wilayah jabatannya (Pasal 17 huruf a dan Pasal 18 ayat (2)
UUJN.
4. Selama Notaris cuti (Pasal 25 UUJN).
Terkait pembukian akta dimana pada Pasal 164 HR, Pasal 283 Tbg, dan
Pasal 1865 KUH Perdata, maka jelas bahwa bukti tulisan ditempatkan paling atas
dari seluruh alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal-Pasal undang-undang
tersebut. Pada hakikatnya kekuatan pembuktian dari akta itu selalu dapat
dibedakan atas tiga, yaitu:**************
1) Kekuatan pembuktian lahir (Uitendige Bewijskracth)
Yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan
pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahir dari akta itu, maksudnya
§§§§§§§§§§§§§
Habib Adjie. Sanksi Perdata dan Adminstrasi Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik. (Bandung: Refika Aditama. 2008). hlm 157. (selanjutnya disingkat Habib Adjie II)
**************
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang. Gross Akta dalam
Pembuktian dan Eksekusi. (Jakarta: Rineka Cipta. 1993). hlm 37-38.
30
bahwa suatu surat yang kelihatannya seperti akta, harus diperlakukan sebagai
akta, sampai dibuktikan sebaliknya.
2) Kekuatan pembuktian formil (Formil Bewijskracth)
Kekuatan pembuktian formal ini didasarkan atas benar tidaknya ada
pernyataan oleh yang bertanda tangan di bawah akta itu, dalam akta otentik
pejabat pembuat akta menyatakan dalam tulisan itu bahwa ada yang
dinyatakan dalam akta itu sebagaimana telah dicantumkan di
dalamnya.††††††††††††††
3) Kekuatan pembuktian materil (Materiele Bewijskracth)
Kekuatan pembuktian materil ini menyangkut pembuktian tentang materi
suatu akta, memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para
pihak melakukan atau melaksanakan seperti apa yang diterangkan dalam akta
itu.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Akta pejabat sebagai akta otentik, tidak lain hanya
membuktikan apa yang disaksikan, yakni yang dilihat, didengar dan juga
dilakukan sendiri oleh pejabat itu dalam menjalankan jabatannya.
††††††††††††††
Ibid. hlm 112.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm 113.
§§§§§§§§§§§§§§
Asril Sitompul. Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di
Cyberspace. (Bandung: Citra Aditya. 2001). hlm 42.
31
***************
Edmon Makarim. Notaris & Transaksi Elektronik Kajian Hukum tentang
Cybernotary atau Electronic Notary. (Jakarta: Raja Grafindo. 2013). hlm 69.
†††††††††††††††
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Soedjono Dirjosisworo. “HukumPerusahaan Mengenai Bentuk-bentuk
Perusahaan badan usaha) di Indonesia”. ( Bandung: Mandar Maju. 1997). hlm 48.
32
“persekutuan”, tetapi “perseroan”, sebab modal badan hukum itu terdiri dari sero-
sero atau saham yang dimilikinya.§§§§§§§§§§§§§§§ Zaeni Asyhadie Perseroan Terbatas
adalah suatu bentuk usaha yang berbadan hukum, yang pada awalnya dikenal
dengan nama Naamloze Vennootschap (NV). Istilah “Terbatas” di dalam PT
tertuju pada tanggung jawab pemegang saham yang hanya terbatas pada nominal
dari semua saham yang dimilikinya. **************** Perseroan Terbatas adalah badan
hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal saham yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini disertakan serta peraturan
pelaksanaannya.†††††††††††††††† Maka dapat disimpulkan Perseoan Terbatas adalah
bentuk usaha yang berbadan hukum dan didirikan bersama oleh beberapa orang,
dengan modal tertentuyang terbagi atas saham-saham, yang para anggotanya
dapat memiliki satu atau lebih saham dan bertanggung jawab terbatas sampai
jumlah saham yang dimilikinya.
*****************
Badriyah Rifai. Peran Komisaris Independen Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum. Universitas Hasanuddin Sulawesi
Selatan. hlm 400. Volume 16. Nomor 3. 2009. ISSN: 2527-502X.
†††††††††††††††††
Dedi Irawan. Pengelolaan Keuangan Negara Yang Dipisahkan Oleh Badan
Hukum. Jurnal Nestor Magister Ilmu Hukum. Universitas Tanjungpura. volume 3. Nomor 5.
2013. ISSN : 0216-2091.
34
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm 68-69.
36
§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid. hlm 54.
37
dianggap tidak pernah ada sehingga akibatnya hal-hal yang diputuskan dan
ditetapkan dalam RUPS tidak dapat dilaksanakan. Risalah RUPS yang kemudian
dituangkan dalam bentuk akta notaris itu dapat pula dilakukan dengan cara notaris
turut menghadiri kegiatan RUPS tersebut. Sehingga notaris dalam hal ini
menyaksikan dan mendengar sendiri proses berjalannya RUPS, sehingga pada
saat ia membuat akta, akta tersebut adalah termasuk akta otentik.
†††††††††††††††††††
R. Subekti. Hukum Pembuktia. (Jakarta : Pradnya Paramita. 1978). hal 7.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 1867 KUHPerdata. berbunyi : “Pembuktian dengan tulisan dilakukan
dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisantulisan di bawah tangan”. Pokok-Pokok
Hukum Perdata. Jakarta : Pradnya Paramita. 1979. hal 397.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Th. Kussunaryatun. Hukum Acara Perdata (Pemeriksaan Perkara
Perdata., Surakarta: Univesitas Sebelas Maret. 1999). hlm 59.
39
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Bentuk Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar
Dan Anggaran Rumah Tangga Yang Dibuat Diluar Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
Peranan notaris sangatlah penting dalam membantu menciptakan kepastian
dan pelindungan hukum bagi masyarakat, karena Notaris sebagai pejabat umum
berwenang untuk membuat akta otentik. Sejauh pembuatan akta otentik tersebut
tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Kepastian dan perlindungan
hukum itu tampak melalui akta otentik yang dibuatnya sebagai alat bukti yang
sempurna di muka pengadilan. Alat bukti sempurna dikarenakan akta otentik
memiliki tiga kekuatan pembuktian yaitu kekuatan pembuktian lahiriah
(uitwendige bewijsracht), kekuatan pembuktian formal (formele bewijsracht) dan
kekuatan pembuktian material.******************** Berkenaan dengan hal tersebut
maka notaris memiliki kewajiban yang harus dipenuhi dimana Kewajiban-
kewajiban Notaris yang berkaitan dengan kasus ini, antara lain berdasarkan:
1. Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN, dalam menjalankan jabatannya, Notaris
wajib bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;
2. Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia, Banten
tertanggal 29-30 Mei 2015 khususnya Pasal 3 huruf d, seorang
Notarisdalam menjalankan jabatannya harus berperilaku jujur, mandiri,
tidak berpihak, amanah, seksama, penuh rasa tanggung jawab, berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris.
Menurut hukum tanggung jawab adalah suatu akibat atas konsekuensi
kebebasan seorang tentang perbuatannya yang berkaitan dengan etika atau moral
dalam melakukan suatu perbuatan.†††††††††††††††††††† Selanjutnya menurut Titik
********************
G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement).
(Penerbit Jakarta: Erlangga. 1999). Hlm 55.
††††††††††††††††††††
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta.
2010). hlm. 13.
40
Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang
menyebabkan
41
42
timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa
hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi
pertanggungjawabannya.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Teori Tanggung Jawab Hukum Menurut
Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan melanggar hukum
(tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu:§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan
perbuatan sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau
mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat akan mengakibatkan
kerugian.
2. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
karena kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep
kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang
sudah bercampur baur (interminglend).
Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa
mempersoalkan kesalahan (stirck liability),didasarkan pada perbuatannya baik
secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya meskipun bukan kesalahannya tetap
bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannyaSelanjutnya
dinyatakan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yang
dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada
dasarnya tetap harus disertai dengan pertanggungjawaban, demikian pula dengan
pelaksanaan kekuasaan.********************* Tanggungjawab Notaris mempunyai
pengertian:†††††††††††††††††††††
1. Notaris membuat akta dengan baik dan benar, artinya yang memenuhi
kehendak hukum dan permintaan pihak yang berkepentingan;
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien.
(Jakarta: Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. (Citra Aditya
Bakti. 2010). hlm. 503.
*********************
M. Luthfan Hadi Darus. Hukum Notariat dan Tanggung Jawab Jabatan
Notaris. cet. 1. (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. 2017). hlm. 48.
†††††††††††††††††††††
Freddy Harris dan Leny Helena. Notaris Indonesia. cet. 2. (Jakarta: PT.
Lintas Cetak Djaja. 2017). hlm. 65-66.
43
2. Akta Notaris tersebut bermutu, yaitu sesuai dengan aturan hukum dan
kehendak pihak yang berkepentingan dalam arti sebenarnya. Notaris juga
menjelaskan kepada para pihak yang berkepentingan kebenaran isi dan
prosedur akta yang dibuatnya itu;
3. Akta tersebut berdampak positif, yaitu siapa pun akar mengakui akta
Notaris tersebut mempunyai kekuatan bukti sempurna
Keputusan sirkuler merupakan salah satu mekanisme pengambilan
keputusan oleh Pemegang Saham selain melalui daripada RUPS Keputusan
sirkuler dijelaskan dalam Pasal 91 UUPT, namun mekanisme maupun prosedur
pelaksanaannya tidak diatur secara jelas dalam UUPT. Keputusan Sirkuler
dianggap merupakan suatu cara yang lebih sederhana dalam mengambil
keputusan. Keputusan sirkuler memberikan efisiensi waktu dan tempat sehingga
para Pemegang Saham lebih dimudahkan dalam mengambil keputusan tanpa
dibatasi oleh tempat dan waktu.
Mekanisme pembuatan keputusan sirkuler berawal dari adanya usulan baik
usulan yang berasal dari direksi ataupun dari pemegang saham. Pasal 91 UUPT
tidak dijelaskan dengan terperinci mengenai hal apa saja yang dapat menjadi
objek dari keputusan sirkuler. Sehingga mengakibatkan tidak adanya batasan yang
lengkap dan detail terkait hal-hal apa saja yang dapat menjadi kewenangan
Pemegang Saham yang tidak dapat dibuatkan keputusan sirkuler. Pada dasarnya
Keputusan Sirkuler ini diperuntukkan untuk menggantikan keputusan yang lahir
melalui RUPS Luar Biasa (RUPSLB).‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Berdasarkan keadaan dan
kebutuhan serta kepentingan yang mendesak, maka sewaktu-waktu perseroan
dapat meminta persetujuan Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB). Namun, apabila RUPSLB tidak dimungkinkan
untuk diadakan, maka keputusan sirkuler dapat dibuat. Keputusan sirkuler
seharusnya diperuntukkan terhadap hal-hal yang bersifat mendesak yang
membutuhkan persetujuan RUPS dalam jangka waktu yang relatif singkat,
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Yasin Tanaka. Peran Dan Tanggungjawab Notaris Dalam Keputusa
Pemegang Saham Diluar Rapat Umum Pemegang Saham (Rups) Berdasar Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jurnal Repertorium Volume IV No. 1
Januari-Juni 2017. Hlm 115.
44
misalnya dalam hal perseroan mendapat pinjaman dari bank yang mana menjadi
jaminan atas agunannya adalah aset perseroan yang nilainya lebih dari 50% (lima
puluh persen) dari total keseluruhan aset perseroan. Maka mengacu kepada
ketentuan tersebut haruslah memerlukan persetujuan para pemegang saham.
Pembuatan keputusan sirkuler sebelumnya ada beberapa tahapan yang
harus dipersiapkan, yang diantaranya adalah:§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a. Mengumpulkan usulan-usulan dari para pemegang saham mengenai apa
saja yang dikehendaki oleh para Pemegang Saham;
b. Melakukan konfirmasi ulang kepada para Pemegang Saham mengenai hal-
hal yang dikehendaki;
c. Menghubungi Notaris untuk membuat keputusan sirkuler;
d. Menghadap ke Notaris untuk menuangkan keputusan sirkuler ke dalam
akta otentik;
Pembuatan keputusan sirkuler dilakukan dengan mekanisme pengiriman
untuk memperoleh persetujuan dari para Pemegang Saham, maka hal tersebut
mengindikasikan bahwa keputusan sirkuler tidak dapat dibuat secara otentik.
Secara teknis mekanisme ini ditempuh karena sulitnya para Pemegang Saham
untuk berkumpul dalam satu waktu dan tempat untuk memberikan persetujuan
tertulis dihadapan notaris sebagai pejabat yang diberi kewenangan membuat akta
otentik.********************** Mekanisme yang dijalankan RUPS yang tidak
menghadirkan langsung Notaris untuk membuat Berita Acara Rapat, maka
diwajibkan untuk membuat risalah RUPS. Hal tersebut berlaku sama terhadap
keputusan Pemegang Saham yang diputuskan tanpa melalui rapat. Keputusan
sirkuler adalah risalah dari keputusan Pemegang Saham yang dibuat diluar rapat
tersebut, yang mempunyai kekuatan mengikat seperti RUPS, dan dengan
demikian konsekuensi dari hal tersebut memberikan keputusan sirkuler untuk
dapat menggantikan RUPSLB. Pada dasarnya penuangan keputusan sirkuler ke
dalam akta otentik sama dengan penuangan risalah RUPS ke dalam akta
Pernyataan Keputusan Rapat (PKR), yaitu sebagai berikut:††††††††††††††††††††††
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid
**********************
Yasin Tanaka. Ibid. Hlm 116.
††††††††††††††††††††††
Ibid
45
tidak serta merta dapat diterapkan begitu saja, akan tetapi ada syarat yang
mengikuti.
Meskipun tidak ada pemanggilan secara resmi, apabila seluruh pemegang
saham telah hadir, maka dapat dipastikan bahwa hak pemegang saham untuk
mengetahui dan bersuara dalam memutuskan sesuatu telah terlindungi. Pasal 82
Ayat 5 UUPT hanya mengatur bahwa dalam hal pemanggilan RUPS tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dan 2, serta Ayat 3 Pasal 82
tersebut, keputusan RUPS tetap sah selama seluruh pemegang saham hadir dalam
rapat dan menyetujui dengan suara bulat. Kata “Pemanggilan” dalam kalimat:
“dalam hal pemanggilan RUPS tidak sesuai” yang merupakan redaksi dari Pasal
82 Ayat 5 UUPT secara jelas dan tegas menyatakan bahwa meskipun seluruh
pemegang saham hadir dan keputusan diambil dengan suara bulat, Pasal 82 Ayat
5 UUPT tetap mensyaratkan adanya pemanggilan RUPS.
Pasal 82 Ayat 5 UUPT hanya mengatur bahwa dalam hal semua pemegang
saham hadir dan keputusan diambil dengan suara bulat, maka keputusan dianggap
sah, meskipun pelaksanaan pemanggilan menyimpang dari ketentuan Ayat 1
mengenai jangka waktu pemanggilan, Ayat 2 mengenai cara pemanggilan yaitu
dengan surat tercatat atau iklan, dan Ayat 3 mengenai waktu, tempat serta mata
acara rapat. Jadi Ayat 5 Pasal 82 UUPT tidak mengatur mengenai penyimpangan
terhadap keharusan pemanggilan RUPS yang termaktub dalam Pasal 79 Ayat 1,
Pasal 80 dan Pasal 81 UUPT, atau dengan kata lain Pasal 82 Ayat 5 UUPT sama
sekali tidak mengatur bahwa bila seluruh pemegang saham hadir dan keputusan
diambil dengan suata bulat, keputusan RUPS dapat dikatakan sah meskipun tidak
diadakan pemanggilan. Apabila aturan tersebut dibenturkan dengan aturan dalam
Pasal 76 Ayat 4 dan 5 UUPT yang berbunyi:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
“(4) Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang
saham dan semua pemegang saham menyetujui diadakan RUPS
dengan agenda tertentu, RUPS dapat diadakan dimanapun dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5)
RUPS sebagaiman dimaksud pada ayat (4) dapat mengambil
keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.”
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 76 ayat 4-5 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
47
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Rudhi Prasetyo. Hand Out Mata Kuliah Hukum Perusahaan pada
Fakultas Hukum. Program Magister Kenotariatan. (Universitas Airlangga. Surabaya. 2011).
Hlm. 15.
***********************
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat. Cet.
28 (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2008).
48
“Suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat
umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat.”
“Suatu akta yang tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik,
baik karena tidak berwenang atau tidak cakapnya pejabat umum
yang bersangkutan maupun karena cacat dalam bentuknya,
mempunyai kekuatan sebagai tulisan di bawah tangan bila
ditandatangani oleh para pihak.”
†††††††††††††††††††††††
Sjaifurrachma. Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam pembuatan
Akta. (Bandung: Mandar Maju. 2011). hlm 5.
49
Alat bukti elektronik tidak berlaku terhadap surat-surat yang harus dibuat
dalam bentuk surat tertulis atau dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat
pejabat pembuat akta. Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa alat bukti
elektronik dalam bentuk Dokumen Elektronik tidak berlaku dan tidak dapat
dipersamakan dengan suatu akta otentik /akta notaril yang bentuknya tertulis dan
mempunyai minuta akta (asli akta Notaris). Alasan Notaris meragukan risalah
RUPS melalui media elektronik juga adalah belum adanya badan CA (Certificate
Authority) yang dapat membantu Notaris dalam hal sebagai pihak ketiga yang
dipercaya menyediakan sertifikasi elektronik yang juga memiliki wewenang
sebagai lembaga resmi dalam menyimpan alat-alat bukti dalam bentuk elektronik
dan dalam pelaksanaan tanda tangan digital.
Selain itu, alasan Notaris meragukannya adalah kurangnya kekuatan
hukum, apabila pemegang saham yang diberi kuasa untuk membuat akta risalah
rapat mengirimkan risalah dalam bentuk video RUPS, yang dimana Notaris juga
tidak dapat menentukan keaslian dari video tersebut, karena Notaris bukanlah
ahli telematika. Disini Notaris mengalami kesulitan dalam menentukan keaslian
video tersebut karena Notaris sendiri tidak hadir dalam RUPS
tersebut.Pengesahan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Melalui Media
50
kebutuhan manusia yang semakin maju seiring semakin majuna teknologi yang
memungkinkan semua dilakukan secara online dan elektronik. Profesor
Hikmahanto Juwana menyatakan bahwa istilah Cyber Notary muncul pada tahun
1994 yang dikeluarkan oleh The Information Security Committee of the
American bar Association, komite ini menggambarkan bahwa ada suatu profesi
yang mirip dengan notary public, akan tetapi dokumen yang dibuat dan yang ada
pada profesi tersebut berbasis elektronik, hal mana profesi tersebut mempunyai
fungsi untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dokumen yang dibuat tersebut.
Cyber Notary mempunyai peran untuk mengotentifikasi dokumen yang berbasis
elektronik, yang mana dari otentifikasi dokumen tersebut dapat di print out di
manapun berada dan kapan saja. Cyber Notary juga mempunyai peran untuk
memberikan kepastian kepada pihak-pihak yang berada di lain negara apakah di
saat melakukan transaksi di suatu negara benar-benar atas kesadaran sendiri dan
tanpa ada paksaan maupun ancaman agar menandatangani dokumen yang
berbasis elektronik tersebut.
Pasal ini menjelaskan bahwa Notaris dapat menjalankan fungsinya
sebagai Cyber Notary dengan mensertifikasi transaksi yang dilakukan secara
elektronik, tidak terkecuali akta relaas RUPS yang sudah dibenarkan menurut
pasal 77 UUPT dan dalam pasal 16 ayat 1 (satu) huruf (m)
menjelaskan:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
“Membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh
paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus
untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani
pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;”
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris (Notaris
Reglement). (Jakarta: Erlangga. 2017). Hlm 55.
************************
Abdul Ghofur. Lembaga Kenotariatan Indonesia: perspektif hukum dan
Etika. (Yogyakarta: UII Press. 2009). hlm 34.
54
diberikan, maka Notaris tidak dapat dituntut secara pidana maupun perdata untuk
bertanggung jawab atas akta yang dibuatnya, karena akta tersebut dibuat
berdasarkan keterangan atau kehendak para penghadap. Tanggungjawab Notaris
secara perdata memiliki keterkaitan dengan adanya unsur
kerugian.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Dalam hal akta yang dibuat oleh Notaris cacat hukum
ataupun mendatangkan kerugian bagi pihak lain, yang dalam hal ini bisa jadi
adalah klien atau penghadap dari Notaris yang meminta dibuatkan akta tersebut
maka Notaris harus bertanggung jawab dengan memberikan ganti kerugian.
Tuntutan terhadap Notaris dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi dan bunga
sebagai akibat akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
dibawah tangan atau batal demi hukum, adalah didasarkan atas
adanya:*************************
1. Hubungan hukum yang khas antara Notaris dengan para
penghadap dengan bentuk sebagai perbuatan melawan hukum;
2. Ketidakcermatan, ketidaktelitian dan ketidaktepatan dalam hal:
a. Teknik administratif membuat akta berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
b. Penerapan berbagai aturan hukum yang tertuang dalam akta
yang bersangkutan untuk para penghadap, yang tidak
didasarkan pada kemampuan menguasai keilmuan bidang
Notaris secara khusus dan hukum pada umumnya.
Terkait tanggung jawab secara pidana terhadap kebenaran materiil akta
yang dibuat oleh Notaris, yang membedakannya dengan tanggung jawab secara
perdata adalah, “melawan hukum” dalam konteks hukum pidana dengan dalam
konteks hukum perdata adalah lebih dititikberatkan pada perbedaan sifat hukum
pidana yang bersifat publik dan hukum perdata yang bersifat privat. Segala hal
yang dilakukan oleh setiap individu yang merupakan bagian dalam suatu tatanan
masyarakat sosial, siapa dan di mana saja keberadaannya baik yang akan, sedang
maupun telah dilakukan tidak lepas dari tanggung jawab. Pada hal setiap yang
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Sari Haryadi. Winanto Wiryomartani, dan Widodo Suryandono.
Akibat Hukum Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris. Jurnal Master of Notarial Law. Faculty
of Law. Universitas Indonesia. 2019. hlm 16.
*************************
Habib Adjie. Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia. (Bandung:
CV. Mandar Maju. 2009). hlm. 20.
57
dikerjakan oleh seseorang, baik disengaja atau tanpa sengaja harus dapat
dimintakan pertanggungjawabannya, terlebih lagi yang berkaitan dengan etika
profesi dari profesi hukum. Didalam kaitannya dengan pertanggungjawaban
seorang notaris khususnya dalam rangka suatu pembuatan akta, perlu kiranya
ditinjau terlebih dahulu hubungan notaris dengan kliennya untuk mengetahui
kapan dan dalam hal mana terjadi suatu tuntutan terhadap seorang notaris karena
suatu perbuatan atau kelalaian. Tanggung jawab yang melekat pada notaris lahir
dari undang-undang. Sehubungan dengan kedudukan notaris sebagai pejabat
umum yang melaksanakan tugas publik. Artinya, memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum dalam bidang hukum perdata dan notaris juga memberikan
nasehat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang serta akibat hukum
kepada pihak-pihak yang akan membuat akta atau meminta bantuan pembuatan
suatu akta notaris. Oleh karena itu perlu dipahami oleh para notaris dengan
sebaik-baiknya dalam upaya peningkatan profesionalisme, ialah mengenai
tanggung jawab notaris. Hal ini sangat penting, karena adanya pemahaman yang
mendalam mengenai tanggung jawab diharapkan seorang notaris akan
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Hermien Hadiati Koeswadji berpendapat tanggung jawab seorang notaris
dapat dilihat dari segi yuridis dan dari segi etis. Tanggung jawab dari segi yuridis
dapat dibagi dari segi hukum perdata dan hukum pidana. Masalah tanggung jawab
dari segi hukum perdata ini timbul, karena adanya perjanjian pekerjaan antara
notaris dan klien, seperti disebutkan dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang secara khusus pelaksanaannya diatur dalam Pasal 1 angka 1
dan Pasal 15 ayat (1) UUJN serta Pasal 1909 ayat 3 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Keterkaitan tanggung jawab pidana, pelanggaran secara formil
peraturan hukum pidana saja tidak cukup untuk dijadikan alasan menjatuhkan
pidana. Pelanggar tersebut juga harus dalam keadaan mampu bertanggung jawab
atau mempunyai kesalahan. Sedangkan tanggung jawab notaris dari segi etis
meliputi ketaatan terhadap sumpah jabatan notaris dan hal ini merupakan landasan
bagi Kode Etik Profesi. Perbuatan hukum yang tertuang dalam suatu akta notaris
merupakan perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang meminta
58
kepada notaris untuk menuangkan dalam akta perbuatan mereka tersebut, jadi
pihak-pihak yang ada dalam akta tersebut yang terikat dengan isi dari akta
tersebut. Jika terjadi sengketa di antara para pihak tersebut yang berkaitan dengan
pelaksanaan terhadap akta yang telah dibuat oleh notaris, maka notaris tidak
terlibat sama sekali dalam pelaksanaan kewajiban atau dalam hal menuntut suatu
hak, notaris berada di luar hukum pihak-pihak.
Notaris adalah pejabat umum, akan tetapi akta notaris berbeda dengan
keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat konkrit, individual dan final,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 butir 3 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Sehingga terhadap
akta notaris tidak dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara apabila terjadi
sengketa. Seorang notaris dapat dimintai pertanggungjawaban atas akta yang
dibuatnya, yaitu pertanggungjawaban secara perdata dan pidana. Secara perdata,
apabila dalam pembuatan akta menimbulkan kerugian bagi para pihak yang
termuat di dalam akta maupun pihak ketiga yang berkepentingan dengan akta
tersebut. Secara pidana, apabila akta yang dibuatnya dinyatakan palsu atau
dinyatakan bahwa apa yang diterangkan dalam akta tersebut adalah tidak benar.
Namun dalam kasus tersebut perlu dipertanyakan apakah di dalam perbuatan yang
dapat dihukum itu notaris mempunyai peran serta, jika ada sampai seberapa jauh
keterlibatan notaris dalam hal tersebut.
Sanksi dalam UUJN itu sendiri berlaku dalam hal terjadinya pelanggaran-
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal yang bersangkutan.
Namun demikian tidak berarti bahwa dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal lainnya yang tidak memuat sanksi notaris
tidak akan dihukum karena pelanggaran itu. Pada hakekatnya seluruh pasal-pasal
yang ada dalam UUJN mengandung sanksi dengan adanya ketentuan dalam Pasal
84 dan Pasal 85 UUJN yang menyatakan bagi para pihak yang menderita kerugian
dapat untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris dan
59
Kerugian yang diderita itu harus sebagai akibat dari perbuatan atau
kelalaian notaris tersebut. Syarat lainnya, bahwa perbuatan atau kelalaian itu
disebabkan kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada notaris dalam
arti yang luas, yaitu meliputi unsur kesengajaan dan kesalahan (dolus dan
culpa).‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Kesengajaan (dolus) tidak begitu menimbulkan
kesulitan, karena pada hakekatnya seorang notaris yang benar-benar dengan
sengaja, direncanakan terlebih dahulu, artinya secara insyaf dan sadar merugikan
kliennya adalah merupakan sesuatu yang sangat jarang sekali terjadi. Sepanjang
mengenai kesalahan yang sebenarnya (culpa) di dalam hal ini harus dianut
pendirian, bahwa bukanlah keadaan subyektif dari notaris yang bersangkutan
menentukan sampai seberapa jauh tanggung jawabnya, akan tetapi harus
berdasarkan suatu pertimbangan obyektif. Artinya seorang notaris yang normal
dan baik seharusnya dapat mengetahui akibat yang tidak dikehendaki itu, jika
notaris tersebut mengetahui, maka dalam hal ini terdapat kesalahan dan jika tidak,
maka notaris yang bersangkutan tidak dapat dipersalahkan.
Akta yang dibuat oleh notaris telah memenuhi ketentuan-ketentuan tentang
pembuatan akta, dimana syarat formalitas terpenuhi, isinya tidak bertentangan
dengan ketentuan hukum yang berlaku, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum serta dapat memenuhi rasa keadilan para pihak atau mereka yang
memperoleh hak daripadanya, maka notaris tidak dapat diminta
pertanggungjawabannya terhadap akta yang telah dibuatnya. Notaris hanya
bertanggung jawab terhadap bentuk akta yang dibuatnya. Apabila pengadilan
†††††††††††††††††††††††††
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
(Jakarta: Mitra Darmawan. 2004. cet.1). Hlm. 85.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Liliana Tedjosaputro. “Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana”.
(Semarang: CV. Agung. 1991). hlm. 44.
60
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat. Cet.
28 (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2008).
61
Kepastian hukum secara normatif adalah tatkala sesuatu diatur dalam hukum
formal negara/hukum positif yang memiliki tujuan agar segala sesuatu perbuatan
yang diatur dalam ketentuan formal/hukum positif tersebut memiliki daya
pembuktian yang kuat dan memberikan perlindungan hukum terhadap orang-
orang yang melakukan perbuatan hukum yang telah diatur dalam hukum
formal/hukum positif tersebut. Sehubungan dengan Akta PKR mengenai
perubahan anggaran dasar yang dibuat oleh notaris berdasarkan risalah rapat yang
dibuat di bawah tangan, maka notaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban
atas isi dari akta tersebut. Karena notaris tidak menghadiri rapat umum pemegang
saham yang diadakan untuk mengubah anggaran dasar. Notaris hanya
bertanggung jawab atas pernyataan dan dokumen yang disampaikan oleh
penghadap yang akan membuat akta PKR dengan berdasarkan pada kuasa yang
diberikan kepadanya. Seorang notaris sebelum membuat Akta PKR harus
memeriksa/meneliti identitas yang dilampirkan, daftar hadir dari para pemegang
saham atau kuasanya yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
isi risalah rapat yang dibuat di bawah tangan dan bentuk atau keaslian tanda
tangan para peserta rapat, meskipun kebenaran dokumen dan tanda tangan
tersebut menjadi tanggung jawab penghadap sendiri. Demikian, dari apa yang
telah dibahas di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa notaris tidak
bertanggung jawab atas Akta PKR yang dibuat olehnya karena isi akta PKR
tersebut berdasarkan pada risalah rapat di bawah tangan dan isi dari risalah rapat
tersebut menjadi tanggung jawab para peserta yang hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk dari
akta PKR.
3.2 Akibat Hukum Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran
Rumah Tangga Yang Dibuat Berdasarkan Keputusan Sirkuler Diluar
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Perkembangan globalisasi semakin mengaitkan perekonomian Indonesia
dengan perekonomian dunia, sehingga perekonomian Indonesia tidak dapat
menutup diri terhadap pengaruh dan tuntutan globalisasi. Maka diperlukan
63
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
C.S.T Kansil. Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2006). Hlm. 96.
64
tangan ini baru mempunyai kekuatan bukti materil setelah dibuktikan kekuatan
formilnya. Sedang kekuatan pembuktian formilnya baru terjadi, bila pihak-pihak
yang bersangkutan mengakui akan kebenaran isi dan cara pembuatan akta itu, dan
dengan demikian, akta di bawah tangan berlainan dengan akta otentik, sebab
bilamana satu akta di bawah tangan dinyatakan palsu, maka yang menggunakan
akta di bawah tangan itu sebagai bukti haruslah membuktikan bahwa akta itu tidak
palsu. Namun demikian akta otentik maupun akta yang dibuat di bawah tangan
tetap merupakan suatu perjanjian, sebagaimana dimaksud dalam KUH Perdata,
sehingga dapat mengikat para pihak yang membuatnya sepanjang memenuhi
syarat sah suatu perjanjian.
Suatu perjanjian adalah sah apabila telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan undang-undang, sehingga keberadaan perjanjian tersebut diakui
oleh hukum. Syarat sahnya perjanjian dapat kita lihat dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu :§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a. Ada sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Ada kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Ada sesuatu hal tertentu;
d. Ada sesuatu sebab yang halal.
Persetujuan itu harus bebas tidak ada paksaan, kekhilafan, atau penipuan.
Dikatakan tidak ada paksaan apabila orang yang melakukan perbuatan itu tidak
berada di bawah ancaman, baik kekerasan jasmani maupun dengan upaya yang
bersifat menakut- nakuti (Pasal 1324 KUHPerdata). Tidak ada kekhilafan apabila
salah satu pihak tidak khilaf tentang hal pokok yang diperjanjikan atau tentang
sifat-sifat penting barang yang menjadi objek perjanjian, atau mengenai orang
dengan siapa perjanjian itu diadakan (Pasal 1322 KUHPerdata). Tidak ada
penipuan apabila tidak ada tindakan menipu menurut undang-undang. yaitu
dengan sengaja melakukan tipu muslihat dengan memberikan keterangan palsu
atau tidak benar untuk membujuk pihak lawannya supaya menyetujui (Pasal 1328
KUHPerdata).
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat.
Cet. 28 (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2008).
65
Suatu hal tertentu yang diperjanjikan, artinya apa yang diperjanjikan hak-
haknya dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
perselisihan. Barang yang dimaksudkan perjanjian disini adalah suatu barang yang
paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. Perlu diperhatikan bahwa barang itu
harus merupakan objek perdagangan, artinya benda-benda diluar perdagangan
seperti badan milik tidak boleh menjadi objek perjanjian (Pasal 1332 dan Pasal
1333 KUHPerdata). Adapun mengenai apakah barang tersebut telah ada atau telah
berada ditangan debitur pada saat perjanjian dibuat tidak diharuskan oleh undang-
undang. Demikian juga mengenai jumlah barangnya pun tidak harus disebutkan
asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan.
Sebab yang halal, maksudnya adalah isi perjanjian itu sendiri yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak. Pengertian sebab yang
halal dapat diketahui dalam Pasal 1337 KUHPerdata, yaitu : Suatu sebab adalah
terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum. Jadi suatu sebab yang memenuhi tiga hal
tersebut adalah batal, kebatalan ini bersifat mutlak. Jika syarat subjektif yang
meliputi kesepakatan dan kecakapan tidak dipenuhi, maka perjanjian itu dapat
dibatalkan. Pihak yang dapat membatalkan perjanjian adalah salah satu pihak
yang tidak cakap atau pihak yang memberi sepakatnya secara tidak bebas. Jadi
perjanjian yang telah dibuat itu tetap mengikat selama tidak dibatalkan oleh hakim
atas permintaan pihak yang berhak minta pembatalan itu. Batas pembatalan itu
***************************
Ibid.
66
ditentukan oleh undang- undang selama masa 5 (lima) tahun (Pasal 1454
KUHPerdata). Jika syarat objektif, yaitu mengenai suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum. Jadi tidak ada
dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian itu dimuka hakim karena sejak
semula dianggap tidak pernah ada perjanjian.
Isi suatu perjanjian dalam hukum perjanjian dikenal asas kebebasan
berkontrak, maksudnya adalah setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian
berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan.
Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
berbunyi :†††††††††††††††††††††††††††
"Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-
undang bagi mereka yang membuatnya".
Tujuan dari pasal di atas bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu dapat
dibuat secara bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas untuk
mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan bentuknya
maupun syarat-syarat, dan bebas untuk menentukan bentuknya, yaitu tertulis atau
tidak tertulis dan seterusnya. 5Keputusan sirkuler adalah salah satu cara untuk
merubah anggaran dasar perseroan. Perubahan anggaran dasar adalah salah satu
kewenangan RUPS sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPT. Lalu,
keputusan sirkuler sebagaimana yang diatur dalam Pasal 91 UUPT yang
menyebutkan bahwa pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang
mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara
menyetujui secara tertulis dengan menandatangani usul yang bersangkutan. Jadi,
perubahan anggaran dasar selain dengan RUPS secara fisik, dapat juga diputuskan
dengan keputusan sirkuler.
UUPT mengatur tentang perubahan Anggaran Dasar Perseroan dan
membagi jenis perubahan Anggaran Dasar menjadi dua, yaitu perubahan
Anggaran Dasar yang perlu dimintakan persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia dan perubahan Anggaran Dasar yang cukup diberitahukan saja
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Peraturan mengenai keduanya
†††††††††††††††††††††††††††
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat. Cet.
28 (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2008).
67
ini tidak hanya diatur dalam UUPT saja, namun diatur juga dalam Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Diantaranya sebagai berikut:
a. Perubahan Anggaran Dasar yang Membutuhkan Persetujuan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia
Perubahan Anggaran Dasar yang membutuhkan persetujuan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia diatur ketentuannya dalam pasal 21 ayat (1) dan
ayat (2) UUPT. Disebutkan dalam pasal 21 ayat (2) UUPT, perubahan-perubahan
yang harus dimintakan persetujuan kepada Menteri adalah sebagai
berikut:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a. Nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
d. Besarnya modal dasar;
e. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
f. Status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atau
sebaliknya.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 21 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
68
pasal 23 ayat (2) UUPT yang menyebutkan bahwa perubahan anggaran dasar yang
cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mulai
berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan
anggaran dasar oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Proses perubahan
anggaran dasar. selain diatur dalam UUPT, juga diatur dalam Permenkumham
nomor 4 tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan
Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan
Terbatas dan juga perubahannya yaitu Permenkumham Nomor 1 tahun 2016 yang
mengatur sebagai “Pasal 21 UUPT yang mengatur ketentuan tentang perubahan
anggaran dasar:§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1. Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan
Menteri.
2. Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. Nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
d. Besarnya modal dasar;
e. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor; dan/atau
status Perseroan yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka
atau sebaliknya
3. Perubahan anggaran dasar selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) cukup diberitahukan kepada Menteri.
4. Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam
bahasa Indonesia.
5. Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita
acara rapat yang dibuat notaris harus dinyatakan dalam akta
notaris paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
keputusan RUPS.
6. Perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam akta
notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana
dimaksud pada ayat (5).
7. Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Menteri, paling lambat
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta notaris yang
memuat perubahan anggaran dasar.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
69
“Pasal 18 :****************************
****************************
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
70
††††††††††††††††††††††††††††
Ibid.
71
sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan
oleh pembuat akta itu, yaitu Notaris sendiri, didalam menjalankan jabatannya
sebagai Notaris. Akta yang dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa
yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu. Termasuk di dalam akta “relaas”
ini antara lain berita acara rapat atau risalah para pemegang saham dalam
Perseroan Terbatas. Akta pejabat “relaas” menerangkan bahwa para pihak tidak
diharuskan menandatangani akta tersebut. Apabila dalam berita acara rapat para
pemegang saham orang-orang yang hadir telah meninggalkan rapat dan tidak
sempat menadatangani akta tersebut, maka notaris cukup memberi keterangan
bahwa “para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani
akta itu dan dalam hal ini akta itu tetap merupakan akta
otentik”.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Akta autentik yang dibuat oleh Notaris tidak jarang yang dipermasalahkan
oleh salah satu pihak atau oleh pihak lain karena dianggap merugikan
kepentingannya, baik itu dengan pengingkaran akan isi akta, tandatangan maupun
kehadiran pihak di hadapan Notaris, bahkan adanya dugaan dalam akta autentik
tersebut ditemukan keterangan palsu. Perbuatan Notaris yang diduga telah
memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akta autentik dapat dikenakan
sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (selanjutnya disebut KUHP).***************************** Hal ini dimungkinkan
dengan begitu banyaknya jenis akta autentik yang dapat dibuat oleh Notaris, dan
atas dasar tersebut dibutuhkan suatu perlindungan hukum terhadap Notaris dalam
menjalankan jabatannya selaku Pejabat Umum. Risalah para pemegang saham
juga diatur pada Pasal 90 UU PT yang menyebutkan sebagai
berikut :†††††††††††††††††††††††††††††
1. Setiap Penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan
ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang
pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
G.H.S. Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notari. (Jakarta:
Penerbit Erlangga. 1999).hlm 55.
*****************************
Sjaifurracman. Aspek Pertanggung Jawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta. (Bandung: Mandar Maju. 2011). Hlm. 11.
†††††††††††††††††††††††††††††
Pasal 90 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
73
Ayat (1) diatas adalah penandatanganan oleh ketua rapat dan paling sedikit
1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS
dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan kebenaran isi risalah RUPS tersebut.
Menurut pasal 1, akta di bawah tangan bagi Hakim merupakan "Bukti Bebas"
(VRU Bewijs) karena akta di bawah tangan ini baru mempunyai kekuatan bukti
materil setelah dibuktikan kekuatan formilnya. Sedang kekuatan pembuktian
formilnya baru terjadi, bila pihak-pihak yang bersangkutan mengakui akan
kebenaran isi dan cara pembuatan akta itu. Hal ini juga dijelaskan pada pasal 1875
KUHPerdata yang berisi bahwa akta di bawah tangan juga memerlukan
pengakuan agar dapat dianggap sebagai bukti yang sempurna, isi dari pasal 1875
KUHPerdata adalah sebagai berikut :‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
“Suatu tulisan di bawah tangan yang diakui oleh orang terhadap
siapa tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan cara menurut
undang-undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap
orang-orang yang menandatanganinya serta para ahli warisnya dan
orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka, bukti yang
sempurna seperti suatu akta otentik, dan demikian pula berlakulah
ketentuan pasal 1871 KUHPerdata."
Akta di bawah tangan berlainan dengan akta otentik, sebab bilamana satu
akta di bawah tangan dinyatakan palsu, maka yang menggunakan akta di bawah
tangan itu sebagai bukti haruslah membuktikan bahwa akta itu tidak palsu. Namun
demikian akta otentik maupun akta yang dibuat di bawah tangan tetap merupakan
suatu perjanjian, sebagaimana dimaksud dalam KUHPerdata, sehingga dapat
mengikat para pihak yang membuatnya sepanjang memenuhi syarat sah suatu
perjanjian. Suatu perjanjian adalah sah apabila telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan undang-undang, sehingga keberadaan perjanjian tersebut diakui
oleh hukum. Syarat sahnya perjanjian dapat kita lihat dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu :§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Subekti dan R.Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek). (Jakarta: Pradnya Paramita. 2008).
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Subekti dan Tjitrosudibio. Op.Cit.
74
******************************
Ella Agustin, M. Khoidin, Firman Floranta Adonara. Tanggung
Gugat Notaris Dalam Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
(Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013). hlm 3.
††††††††††††††††††††††††††††††
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
75
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Anshoruddin. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam
dan Hukum Positi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004). hlm. 60.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Sudikno Mertokusumo. Hukum Acara Perdata Indonesia.
(Yogyakarta: Liberty. 1998).hlm. 109.
*******************************
Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso. Hukum Acara Perdata dan
Perkembangannya di Indonesia. (Yogyakarta: Gama Media. 2007). hlm. 124.
76
kebebasannya dalam hal menilai alat bukti, yaitu berupa Akta Autentik (Pasal 165
HIR/ 285 Rbg/ 1870 BW), pengakuan (Pasal 174 HIR/ 311 Rbg/ 1925 BW),
sumpah pemutus atau decoir (Pasal 177 HIR/ 314 Rbg/ 1936 BW), keterangan
satu saksi (Pasal 169 HIR/ 306 Rbg/ 1905 BW), dan persangkaan menurut
undang-undang yang tidak dimungkinkan pembuktian lawan (Pasal 1921 ayat (2)
BW).††††††††††††††††††††††††††††††† Alat bukti tertulis dibagi menjadi dua yaitu surat yang
merupakan akta dan surat-surat lainnya yang bukan akta. Akta dapat diartikan
sebagai tulisan-tulisan yang memiliki nilai pembuktian, atau sejak awal dibuat
untuk pembuktian oleh pihak-pihak yang membuatnya.
Akta memiliki dua bentuk, yaitu akta autentik dan akta dibawah
tangan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Menurut Pasal 1868 KUHPerdata akta autentik
adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat
mana akta itu dibuatnya. Akta dibawah tangan menurut Pasal 1874 KUHPerdata
adalah tulisan-tulisan yang dibuat dalam bentuk yang tidak ditentukan oleh
undang-undang, ditandatangani oleh para pihak yang membuatnya tanpa perantara
pejabat umum yang berwenang. Perbedaan penting diantaranya adalah dalam nilai
pembuktiannya, akta autentik memiliki nilai pembuktian yang sempurna,
sedangkan akta dibawah tangan mimiliki nilai pembuktian sepanjang akta tersebut
diakui oleh para pihak yang membuatnya (yang bertandatangan didalam akta).
Suatu akta dapat dikatakan autentik dan memenuhi kekuatan pembuktian yang
sempurna apabila akta tersebut sah secara formalitas pada saat pembuatannya,
bentuknya, maupun materiil isi dari akta tersebut tidak menyebabkan suatu akta
kehilangan autentisitasnya, dan dengan hilangnya sifat autentik dari suatu akta,
maka akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta di bawah
tangan.
Akta autentik apabila digunakan dimuka pengadilan, adalah cukup dan
hakim tidak diperkenankan untuk meminta tanda pembuktian lainnya yang
dinamakan vrije bewijsheorie, yang berarti bahwa kesaksian para saksi, misalnya
†††††††††††††††††††††††††††††††
Bambang Sutiyoso. Aktualita Hukum dalam Era Reformas.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004). hlm. 193.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Habib Adji. Op. Cit.. hlm. 48.
77
tidak mengikat hakim pada alat bukti itu, akan tetapi dengan akta autentik dimana
undang-undang mengikat Hakim pada alat bukti tersebut. Risalah RUPS dibawah
tangan yang dinyatakan dihadapan notaris merupakan keterangan penghadap
berdasarkan notulen atau berita acara rapat yang dibuat dibawah tangan. Risalah
RUPS dibawah tangan ini dibawa dihadapan notaris berdasarkan kuasa dari
RUPS, biasanya kuasa tersebut diberikan kepada Direksi, kuasa diberikan kepada
direksi untuk dan atas nama Perseroan yang mewakili forum RUPS. Risalah
tersebut merupakan hasil keputusan rapat yang telah disetujui dan ditanda tangani
oleh ketua rapat, dan dengan adanya risalah rapat tanpa dihadiri oleh Notaris
berarti akan melahirkan akta para pihak (partij akten) Notaris kemudian membuat
risalah keputusan RUPS di bawah tangan tersebut menjadi Akta Pernyataan
Keputusan Rapat.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Akta Pernyataan Keputusan Rapat
tersebut merupakan akta autentik, karena telah memenuhi ketentuan Undang-
undang sebagai akta autentik meskipun isi dari akta tersebut merupakan risalah
rapat yang dibuat dibawah tangan. Pada dasarnya meskipun Akta Pernyataan
Keputusan Rapat berbentuk akta notarial, tetapi isi dari Akta tersebut tetap
merupakan Risalah rapat di bawah tangan.
Akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham perseroan
terbatas, merupakan suatu akta Notariil yang dibutuhkan dalam dunia praktek.
Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat akta pernyataan
keputusan RUPS di Notaris, seperti notulen RUPS, salinan akta pendirian
perseroan terbatas, NPWP perseroan dan lain-lain. Hal ini untuk membuktikan
bahwa perseroan terbatas tersebut telah sah memiliki status sebagai badan hukum.
Penerapan syaratsyarat pembuatan akta pernyataan keputusan rapat umum
pemegang saham kepada Notaris harus diberlakuakan, untuk mencegah terjadinya
suatu kesalahan yang akan dilimpahkan kepada Notaris karena ketidakhati-
hatiannya.
Keberlakuan suatu keputusan di luar rapat umum pemegang saham yang
tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dimana adanya suatu Studi Kasus :
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Tan Tong Kie. Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris
Buku.(Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve. 2000). Hlm. 268.
78
notaris, maka Perseroan tidak dapat mendapatkan surat keputusan persetujuan dan
surat penerimaan perubahan anggaran dasar oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Hal ini mengakibatkan keputusan dalam Keputusan Sirkuler Maret 2009
tersebut tidak dapat diberlakukan.
Kasus ini, pada tahun 2014 yang telah lewat empat tahun sejak dibuatnya
Keputusan Sirkuler Maret 2009 tersebut, majelis hakim memutuskan bahwa
sirkuler tersebut dapat dituangkan ke dalam akta notariil. Majelis hakim
berpendapat bahwa Keputusan Sirkuler Maret 2009 tersebut walaupun tidak
dinyatakan ke dalam akta notaris dan tidak dilaporkan kepada kemenkumham, isi
dari Keputusan Sirkuler Maret 2009 tersebut berlaku kepada para pemegang
saham. Namun tidak berlaku kepada pihak ketiga. Jika Keputusan Sirkuler Maret
2009 tersebut dilaporkan kepada kemenkumham, isi dari Keputusan Sirkuler
Maret 2009 tersebut berlaku juga kepada pihak ketiga.
Memang apa yang telah dituangkan pada putusan hakim yang membuat
Keputusan Sirkuler Maret 2009 tetap berlaku kepada para pemegang saham
walaupun tidak dituangkan ke dalam akta notaris dan tidak dilaporkan kepada
Kemenkumham dalam kasus ini. Ditemukan fakta dalam persidangan bahwa para
pemegang saham yang membatalkan persetujuannya atas Keputusan Sirkuler
Maret 2009 adalah karena PT Duta Jakarta Sejahtera sebagai yang membuat dan
merancang perubahan anggaran dasar perseroan pada Keputusan Sirkuler Maret
2009 merubah kuorum kehadiran RUPS dari 1/2 menjadi 2/3. Kedua pemegang
saham lainnya tersebut yaitu PT Intitacon Lestari dan Djajang Tanuwidjaja tidak
menyetujui perubahan ini karena merasa bahwa selama ini kegiatan perseroan
berjalan dengan lancar dengan kuorum kehadiran 1/2. Namun, PT Duta Jakarta
Sejahtera tidak setuju dengan hal ini.
PT Duta Jakarta Sejahtera merubah kuorum kehadiran RUPS dari 1/2
menjadi 2/3 karena ingin selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam
RUPS yang dilaksanakan oleh perseroan. Walaupun PT Duta Jakarta Sejahtera
tidak dapat disebut sebagai pemegang saham minoritas dimana ia memegang
39,525% saham dalam perseroan, kuorum kehadiran RUPS 1/2 itu dapat
merugikan PT Duta Jakarta Sejahtera. Sebagaimana diketahui juga, PT Intitacon
80
tertuang terkait permasalahan S.K AHU atas nama PT. Makuta Rajni Pradipa dan
PT. Sinergi Pratama Mulia
Adanya kasus-kasus tersebut bahwa Keputusan di luar Rapat Umum
Pemegang Saham adalah pengambilan keputusan yang dilakukan tanpa diadakan
Rapat Umum Pemegang Saham secara fisik, tetapi keputusan diambil dengan cara
mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang
saham dan usul tersebut disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham.
Keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini merupakan suatu
kemudahan yang diberikan oleh Undang-Undang, namun kerap ditemukan
permasalahan pembuatan dan keberlakukan atas keputusan di luar Rapat Umum
Pemegang Saham ini. Salah satunya adalah suatu permasalahan terkait keputusan
di luar Rapat Umum Pemegang Saham yang berisi tentang perubahan anggaran
dasar perseroan. Setelah keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini
dibuat, tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan juga tidak dilaporkan kepada
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Timbul pertanyaan atas
keberlakuan keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini. Penelitian
kualitatif terhadap hukum normatif yang memakai tipe penelitian deskriptif
analitis ini dilakukan dengan studi dokumen atau bahan pustaka. Menurut
Undang-Undang yang mengatur mengenai perubahan anggaran dasar perseroan
terbatas, keputusan sirkuler tentang perubahan anggaran dasar yang tidak
dinyatakan ke dalam akta notaris tidak dapat berlaku. Pada prakteknya, dalam
pembuatan pernyataan keputusan sirkuler masih terjadi beberapa penggunaan data
atau dokumen yang tidak benar atau tidak sesuai. Beberapa hal yang
memungkinkan untuk dimasukan secara tidak benar tersebut yaitu terkait
kedudukan pemegang saham, tanda tangan persetujuan pemegang saham, dan lain
sebagainya. Hal ini sebagaimana contoh kasus yang terdapat dalam kasus-kasus
diatas.
Kasus seperti di atas menjelaskan bahwa masih adanya notaris yang tidak
teliti dalam membuat akta. Notaris hendaknya mengecek dengan teliti anggaran
dasar Perseroan Terbatas (PT) pada saat hendak membuat sebuah akta Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham (PKPS) atas adanya keputusan sirkuler yang dibuat
83
para penghadap. Notaris tidak dibebani untuk mencari kebenaran secara materil,
tetapi ketika ada keraguan dan keanehan dari dokumen-dokumen yang menjadi
syarat untuk pembuatan akta para penghadap, maka hendaknya notaris mencari
kebenaran secara materiil atas dokumen tersebut. Demi tercapainya prinsip kehati-
hatian Notaris dalam mengenal para penghadap. Jika terdapat keraguan dan
kesalahan atas dokumen-dokumen para penghadap Notaris sebaiknya menolak
untuk membuat akta autentik, untuk tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal
para penghadap dan tidak menjadi sengketa dikemudian
hari.††††††††††††††††††††††††††††††††
Prakteknya, sering juga ditemukan adanya para pemegang saham yang
berada di luar negeri. Untuk para pemegang saham yang berada di luar negeri,
tentunya penandatangan dokumen tersebut harus mengikuti prosedur
penandatangan dokumen yang berlaku bagi dokumen-dokumen yang dibuat di
luar negeri yang hendak dipakai di Indonesia. Bagi Warga Negara Indonesia
(WNI) yang sedang berada di laur negeri maka penandatanganan tersebut
dilakukan dihadapan pejabat perwakilan RI di negara yang bersangkutan,
sedangkan bagi Warga Negara Asing (WNA) penandatanganan dilakukan di
hadapan atau dilegalisai oleh Notary Public dan kemudian tandatangan dari
Notary Public tersebut dilegalisai oleh Pejabat Perwakilan RI.26
Keberadaan akta autentik notaris akan memberikan jaminan kepastian
hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh. Seiring
dengan semakin berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari perlunya
perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak dibuat secara autentik untuk
menjamin kepastian hukum dan sebagai alat bukti yang kuat dikemudian
hari.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa keberadaan
jabatan sebagai notaris sangat penting dan dibutuhkan masyarakat luas, mengingat
fungsi notaris adalah sebagai Pejabat Umum yang membuat alat bukti tertulis
berupa akta autentik. Pembuatan akta terjadi beberapa kesalahan maka notaris
††††††††††††††††††††††††††††††††
Fikri Ariesta. Prinsip Kehati-Hatian Notaris dalam Mengenal
Penghadap. Tesis Magister Kenotariatan. (Yogyakarta: UII. 2018). hlm. 69.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Sjaifurracman. Aspek Pertanggung Jawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta. (Bandung: Mandar Maju. 2011). Hlm. 11.
85
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, et.al., “Prinsip Kehati-Hatian
Notaris dalam Membuat Akta Autentik”. Tesis Magister Kenotariatan. (Denpasar: Udayana. 2018).
hlm. 1.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Rudyanti Dorotea Tobing. Aspek-Aspek Hukum Bisnis,
Pengertian, Asas, Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Lasbang Justia. 2012). Hlm. 6.
**********************************
Fikri Ariesta. Op.Cit. Hlm. 66.
87
††††††††††††††††††††††††††††††††††
Bryan A. Garner. Black’s Law Dictionary. (USA : West
Publishing Co. 1999). Hlm. 713.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dominikus Rato. Filsafat Hukum Mencari dan Memahami
Hukum. (Yogyakarta: Laksbang Pressindo. 2010). hlm. 59.
88
anggaran dasar yang cukup diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan
pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Proses perubahan anggaran dasar. Akibat Hukum terkait Keputusan di
luar Rapat Umum Pemegang Saham tentang perubahan anggaran dasar yang tidak
dinyatakan ke dalam akta notaris tidak sah. Karena keputusan di luar Rapat
Umum Pemegang Saham ini dibuat dan tidak dinyatakan ke dalam akta notaris
serta tidak dilaporkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
3.3 Pengaturan Kedepan Tentang Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Yang
Dibuat Berdasarkan Keputusan Sirkuler Pemegang Saham
Indonesia adalah negara hukum yang memiliki corak yang khas yang
membedakannya dengan negara-negara lain. Sebagai negara hukum, Indonesia
memiliki karakter yang unik dalam melindungi hak-hak asasi manusia, yaitu lebih
mengutamakan keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat. Philipus M.
Hadjon mengungkapkan ciri khas Indonesia sebagai negara hukum adalah
melindungi hak-hak asasi manusia dengan mengedepankan asas kerukunan dalam
hubungan antara pemerintah dan rakyat. Berdasarkan asas ini akan berkembang
elemen lain dari konsep negara hukum berdasarkan Pancasila, yaitu terjalinnya
hubungan fungsional dan proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara,
penyelesaian sengketa secara musyawarah sedangkan peradilan merupakan sarana
terakhir dan tentang hakhak asasi manusia tidaklah hanya menekankan hak atau
kewajiban, tetapi terjalinnya suatu keseimbangan antara hak dan
kewajiban.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Hal ini berbeda dengan konsep rule of law
dalam melindungi hak-hak asasi manusia yang lebih mengedepankan prinsip
equality before the law sedangkan konsep rechtstaat dalam melindungi hak asasi
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di
Indonesia: Edisi Khusus. (Yogyakarta: Peradaban. 2007). hlm 20-21.
89
***********************************
Marthalena Pohan. Tanggung Gugat Advokat Dokter Dan
Notaris. (Surabaya: PT Bina Ilmu. 1985). hlm. 121.
†††††††††††††††††††††††††††††††††††
R.Soegondo Notodisoerjo. Hukum Notariat Di Indonesia Suatu
Penjelasan. (Jakarta: CV. Rajawali. 1982). hlm. 41.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm. 41.
90
moralitas baik sebagai pribadi maupun selaku pejabat umum. Notaris mungkin
saja melakukan kesalahan atau kekhilafan dalam pembuatan akta. Apabila ini
terbukti, akta kehilangan otentisitasnya dan batal demi hukum atau dapat
dibatalkan. Apabila menimbulkan kerugian bagi pihak yang berkepentingan
dengan akta tersebut, Notaris dapat dituntut secara pidana atau pun digugat secara
perdata. Sanksi yang dikenakan secara pidana adalah menjatuhkan hukuman
pidana dan sanksi secara perdata adalah memberikan ganti rugi kepada pihak yang
berkepentingan tersebut.
Akta yang dibuat adalah akta para pihak (partij akte) dimana sebenarnya
Notaris hanya menuangkan atau menformulasikan kehendak dari para penghadap
dalam akta Notaris sehingga dengan demikian sebenarnya isi akta tersebut bukan
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Mulyoto. Kriminalisasi Notaris Dalam Pembuatan Akta
Perseroan Terbatas. (Yogyakarta: Cakrawala Media. 2010). hlm. 46.
91
Kaitan ini tidak berarti Notaris steril (bersih) dari hukum atau tidak dapat
dihukum atau kebal terhadap hukum.†††††††††††††††††††††††††††††††††††† Notaris bisa saja
dihukum pidana, jika dapat dibuktikan di pengadilan, bahwa secara sengaja atau
tidak disengaja Notaris bersama-sama dengan para pihak/penghadap untuk
membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan pihak atau
penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap yang lain-lain. Jika hal ini
terbukti, maka Notaris tersebut wajib dihukum. Oleh karena itu, hanya Notaris
yang tidak profesional dalam menjalankan tugas jabatannya, ketika membuat akta
untuk kepentingan pihak tertentu dengan maksud untuk merugikan pihak tertentu
atau untuk melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum. Adanya tersangka
************************************
Abdul Ghofur Anshori. Lembaga Kenotariatan Indonesia
Perspektif Hukum Dan Etika. (Yogyakarta: UII Press. 2009). hlm. 25.
††††††††††††††††††††††††††††††††††††
Habib Adjie. Op. Cit. hlm. 24.
92
ataupun sanksi yang diberikan kepada Notaris menunjukkan bahwa Notaris bukan
sebagai subjek yang kebal terhadap hukum. Terhadap Notaris dapat dijatuhi
sanksi pidana jika memang terbukti melakukan suatu perbuatan tindak pidana,
seperti pemalsuan atau penggelapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah
banyak terjadi akta yang dibuat oleh Notaris sebagai alat bukti autentik
dipersoalkan di Pengadilan atau notarisnya langsung dipanggil untuk dijadikan
saksi bahkan seorang Notaris digugat atau dituntut di muka pengadilan. Penyebab
permasalahan, dapat timbul secara langsung akibat kelalaian Notaris, namun juga
bisa timbul secara tidak langsung dalam hal dilakukan oleh orang lain (klien).
Notaris selain memberikan jaminan, ketertiban dan perlindungan hukum kepada
masyarakat pengguna jasa notaris, juga perlu mendapat pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas notaris. Sisi lain dari pengawasan terhadap notaris adalah aspek
perlindungan hukum bagi notaris di dalam menjalankan tugas dan fungsi yang
oleh undang-undang diberikan dan dipercayakan kepadanya, sebagaimana
disebutkan dalam butir konsideran menimbang, yaitu notaris merupakan jabatan
tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat
yang perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian
hukum.
Segala hal yang dilakukan oleh setiap individu yang merupakan bagian
dalam suatu tatanan masyarakat sosial tidak akan lepas dari tanggung jawab.
Siapa pun dan dimana saja keberadaannya baik yang akan, sedang maupun telah
dilakukan tidak lepas dari suatu tanggung jawab. Pada dasarnya segala sesuatu
yang dikerjakan oleh seseroang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat
dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan dengan etika profesi
dari seorang profesional di bidang hukum. Tanggung jawab yang berat diletakkan
di atas bahu anggota profesi hukum, manakala menyangkut perlindungan nasib
seseorang. Hal ini tidak hanya menyangkut kepentingan pribadi, tetapi juga
kepentingan umum.
Tanggung jawab yang harus dibebankan kepada seorang profesi hukum
dalam menjalankan tugas dan jabatan profesinya tidaklah ringan. Oleh karena itu
terhadap tanggung jawab profesi hukum diperlukan ruang lingkup yang jelas, agar
93
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid, hlm. 102.
97
bisa dilakukannya RUPS secara langsung, maka para pemegang saham dapat
memilih opsi untuk mengambil keputusan secara sirkuler (Circular Resolution).
Namun perlu diperhatikan, bahwa dalam pelaksanaan rapat sirkuler ini, seluruh
pemegang saham harus menyetujui keputusan rapat, dan menandatangani hasil
keputusan secara “diedarkan”. Apabila terdapat satu saja pemegang saham tidak
setuju, maka rapat sirkuler ini tidak berlaku.**************************************
Prinsipnya Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan secara fisik, yaitu
dihadiri melalui tatap muka langsung oleh para pemegang saham di suatu tempat
tertentu pada waktu tertentu menurut Pasal 75 Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT), RUPS itu diadakan di tempat kedudukan Perseroan (atau di
tempat kegiatan utama perseroan). Khusus Perseroan Terbuka (Tbk), RUPS dapat
diadakan di tempat kedudukan bursa di mana saham perseroan dicatatkan. Tempat
terlaksananya RUPS harus terletak di wilayah Negara Republik Indonesia.
Faktanya, dalam mengumpulkan para pemegang saham di suatu tempat
dan waktu tertentu sering mengalami hambatan. Para pemegang yang pada
umumnya pelaku bisnis, memiliki aktivitas bisnis yang sangat padat, sehingga
seringkali menghambat penyelanggaraan RUPS secara fisik, atau bisa juga
misalnya karena halangan geografis dan jarak. Di sisi lain, RUPS terutama RUPS
tahunan harus diselenggarakan oleh Perseroan. Untuk menanggulangi hal tersebut,
Undang-Undang telah menentukan bahwa RUPS dapat dilaksanakan tanpa perlu
adanya rapat secara fisik melalui keputusan sirkuler (circular resolution).
Mengenai keputusan sirkuler, ditentukan dalam Pasal 91 Undang-Undang nomor
40 tahun 2007. Menurut ketentuan tersebut, pemegang saham dapat mengambil
keputusan yang mengikat di luar RUPS (diluar rapat fisik) namun masih memiliki
kekuatan hukum yang sama dengan pelaksanaan RUPS biasa secara fisik.
Keputusan tersebut hanya dapat diambil dengan syarat semua pemegang saham
yang mempunyai hak suara menyetujuinya secara tertulis.
**************************************
Dadang Sukandar. RUPS Sirkuler (Circular Resolution)
http://www.legalakses.com/rups-sirkuler-circular-resolution/ pada tanggal 21 Februari 2021
pukul 13.52 WIB
98
††††††††††††††††††††††††††††††††††††††
Ibid.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta:
Sinar Grafika. 2016). Hlm.92.
99
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta:
Sinar Grafika. 2016). Hlm. 341.
100
†††††††††††††††††††††††††††††††††††††††
Dominikus Rato. Filsafat Hukum Mencari dan Memahami
Hukum. (Yogyakarta: Laksbang Pressindo. 2010). hlm. 59.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Fikri Ariesta. Prinsip Kehati-Hatian Notaris dalam
Mengenal Penghadap. Tesis Magister Kenotariatan. (Yogyakarta: UII. 2018). Hlm. 69.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Rudyanti Dorotea Tobing. Aspek-Aspek Hukum Bisnis.
Pengertian, Asas, Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Lasbang Justia. 2012). Hlm. 6.
103
104
105
4.2 Saran
Bertitik tolak pada permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan
kesimpulan di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Demi tercapainya prinsip kehati-hatian notaris dalam mengenal para
penghadap, jika terdapat keraguan dan kesalahan atas dokumen-dokumen para
penghadap notaris sebaiknya menolak untuk membuat akta autentik, untuk
tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal para penghadap dan tidak menjadi
sengketa dikemudian hari. Serta perlunya jaminan, ketertiban dan perlindungan
hukum kepada masyarakat pengguna jasa notaris untuk mendapat pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas notaris terkait pembuatan Akta Notariil. Prinsip
itikad baik juga berlaku dalam pembuatan akta Pernyataan Keputusan
Pemegang Saham (PKPS). Itikad baik tersebut tidak hanya mengacu kepada
itikad baik para pihak, tetapi harus pula mengacu kepada nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian dari
masyarakat
2. Peraturan mengenai keputusan di luar RUPS perlu diperjelas lagi seperti tata
cara pembuatan, syarat sahnya, pembatalan dan apa saja yang bisa diatur dalam
keputusan di luar RUPS, agar pembuatan keputusan di luar RUPS nantinya
tidak menimbulkan sengketa kedepannya dimana keputusan di luar RUPS
harus dicantumkan ke Akta Notariil.
3. Kepada para pihak antara Notaris dan juga Pihak Perusahaan yakni khususnya
RUPS yang membuat akta tersebut, sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan
akibat-akibat hukum dari akta tersebut. Mengingat dasar dari pembuatan akta
pernyataan keputusan rapat dari suatu perseroan terbatas tersebut, adalah suatu
notulensi rapat yang merupakan akta di bawah tangan, yang proses
pembuatannya tidak dihadiri oleh Notaris. Hal ini sangat berbeda dengan
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas yang dibuat
secara notaril, dimana notaris wajib menghadiri dan mengikuti proses
pelaksanaannya untuk kemudian dituangkan ke dalam suatu akta otentik. Hal
ini mengandung aspek kepastian dan perlindungan hukum bagi para pihak,
termasuk di dalamnya notaris.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Jurnal:
Badriyah Rifai. Peran Komisaris Independen Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum.
Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan. Volume 16. Nomor 3.
2009. ISSN: 2527-502X.
Dedi Irawan. Pengelolaan Keuangan Negara Yang Dipisahkan Oleh Badan
Hukum. Jurnal Nestor Magister Ilmu Hukum. Universitas
Tanjungpura. volume 3. Nomor 5. 2013. ISSN : 0216-2091.
Dody Radjasa Waluyo. Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum. Media
Notariat (Menor) Edisi Oktober-Desember 2001.
Ella Agustin. M. Khoidin. Firman Floranta Adonara. Tanggung Gugat Notaris
Dalam Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013
Muhibbuthabary. Dinamika dan Implementasi Hukum Organisasi Perusahaan
Dalam Sistem Hukum Indonesia. Asy-Syari‘ah Vol. 17 No. 3.
Desember 2015.
Mustakim. Kedudukan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai
akta otentik dalam kaitan dengan tanggung jawab notaris sebagai
pejabat umum. Jurnal ilmu hukum. Fakultas Hukum Universitas
Syiah Kuala. Hlm. 160. Volume 18. Nomor 01. April 2016. ISSN :
2527-8428.
Makalah Seminar Nasional Tentang Kejahatan di Lingkungan Profesi yang
diadakan Oleh Program S2 Universitas Diponegoro. Semarang.
tanggal 13 Ferbruari 1992.
Mishardi Wilamarta. Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good
Corporate Governance. Tesis Magister Universitas Indonesia.
Jakarta. 2002.
Nindyo Pramono. 2007. Tanggung Jawab Dan Kewajiban Pengurus PT (Bank
Menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Buletin Hukum dan Kebanksentralan. 5(2).
Sari Haryadi, Winanto Wiryomartani, dan Widodo Suryandono. Akibat Hukum
Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris.
Jurnal Master of Notarial Law. Faculty of Law. Universitas
Indonesia. 2019.
Yasin Tanaka. Peran Dan Tanggungjawab Notaris Dalam Keputusa Pemegang
Saham Diluar Rapat Umum Pemegang Saham (Rups) Berdasar
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Jurnal Repertorium Volume IV No. 1 Januari-Juni 2017.