Oleh:
RADESA RANDA HERITA MARWANTO, S.H.
NIM. 180720201024
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
i
TESIS
Oleh
RADESA RANDA HERITA MARWANTO, S.H.
NIM. 180720201024
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
ii
TANGGUNG JAWAB NOTARIS ATAS AKTA PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YANG
DIBUAT BERDASARKAN KEPUTUSAN DI LUAR RAPAT UMUM
PEMEGANG SAHAM
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum
Pada Program Pascasarjana Universitas Jember
Oleh:
iii
PERSETUJUAN
TANGGAL....................
Oleh:
Dosen Pembimbing Utama
iv
PENGESAHAN
PEMEGANG SAHAM
Oleh:
Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H. Dr. A’an Efendi, S.H., M.H.
NIP. 197905142003121002 NIP. 198302032008121004
Mengesahkan,
Program Studi Magister Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Jember
Dekan,
v
NIP. 198206232005011002
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Ketua Sekretaris
ANGGOTA PENGUJI:
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
viii
8. Orang tua saya, semua keluarga dan kerabat atas do’a dan dukungan yang
telah diberikan dengan setulus hati;
9. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Jember angkatan tahun 2018 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukunngan dan bantuan baik
moril dan spirituil;
10. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan tesis hukum ini.
Penulis,
ix
MOTTO
x
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang:
Kumudasmoro Grafindo. 1994. QS. Al-Mudatsir – surah 74 ayat 38 [QS. 74:41-56]
RINGKASAN
Hasil Keputusan dari RUPS dalam prakteknya, dituangkan dalam suatu
akta otentik, yang dibuat di hadapan notaris dan atau dibuat dalam bentuk
notulensi rapat, yang berupa akta di bawah tangan dan kemudian akta tersebut
dituangkan dalam bentuk akta otentik, yang dalam praktek dikenal dengan sebutan
Akta Pernyataan Keputusan Rapat. Notaris, adalah pejabat umum yang
mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta
oleh para pihak yang membuat akta. Notaris selaku pejabat umum dalam setiap
pelaksanaan tugasnya, tidak boleh keluar dari “rambu-rambu” yang telah diatur
oleh perangkat hukum yang berlaku. Keberlakuan keputusan di luar RUPS yang
merupakan perubahan anggaran dasar yang tidak dituangkan dalam akta notaris
menurut UUPT tidak dapat berlaku. Perubahan anggaran dasar yang cukup
diberitahukan kepada Menteri berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat
penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri. Mengacu
pada peraturan yang ada di UUPT tersebut Notaris harus teliti dalam pemeriksaan
RUPS untuk nantinya dituangkan ke dalam berita acara dan pada prakteknya
Notaris tidak boleh merupah sedikitpun isi dari Keputusan Sirkuler dan tidak
berpihak pada siapaun pada pemegang saham serta Notaris wajib memberikan
kajian terkait keputusan sirkuler yang dibuat, apabila ada perubahan dan itu tanpa
sepengetahuan dari pihak pemegang saham maka Notaris dapat dikenai sanksi
sesuai dengan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya
disingkat UUJN). Dalam menjalankan jabatannya pada Pasal 16 ayat (1) huruf a
UUJN 2014 dimana Notaris harus bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri,
tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan
hukum. Dalam konteks ini, tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta
pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham perseroan terbatas perlu
dikaji lebih lanjut. Dari uraian diatas penulis mendapatkan Putusan pengadilan
dimana dalam perkara tersebut mempermasalahkan suatu keputusan diluar RUPS
(keputusan Sirkuler) kasus pada PUTUSAN NO.193/PDT.G/2014/PN.JKT.SEL
yang dipermasalahkan mengenai keberlakuan keputusan diluar RUPS mengenai
perubahan anggaran dasar yang tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan kasus
pada PUTUSAN NO:581/PDT/2017/PT.BDG terkait keputusan sirkuler yang
kemudian dilakukan peralihan jual beli saham oleh PT. Paramindo dengan PT.
Cikondang Kancana Prima. perkara-perkara tersebut akan menjadi bahan lainnya
dalam penulisan tersis ini karena telah terjadi sengketa terkait keputusan sirkuler
pada perusahaan, dimana fokus penulis dalam penelitian ini sangat relevan dengan
contoh perkara diatas, karena ada batasan-batasan mengenai apa saja keputusan
perusahaan yang diperbolehkan tanpa mekanisme RUPS dan ada pula yang tidak
boleh diambil keputusan apabila tidak melalui mekanisme pengambilan keputusan
melalui RUPS.
xi
Metode yang akan digunakan dalam penulisan adalah penelitian hukum
normatif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan hukum,
pendekatan konseptual (Conceptual Approach), dan pendekatan komparatif.
Bahan sumber hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan sekunder.
Hasil kajian yang diperoleh bahwa: Pertama, Notaris tidak bertanggung
jawab atas Akta PKR yang dibuat olehnya karena isi akta PKR tersebut
berdasarkan pada risalah rapat di bawah tangan dan isi dari risalah rapat tersebut
menjadi tanggung jawab para peserta yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk dari akta PKR.
Kedua, keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham yang berisi tentang
perubahan anggaran dasar perseroan. Setelah keputusan di luar Rapat Umum
Pemegang Saham ini dibuat, tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan juga tidak
dilaporkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Timbul
pertanyaan atas keberlakuan keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini.
Penelitian kualitatif terhadap hukum normatif yang memakai tipe penelitian
deskriptif analitis ini dilakukan dengan studi dokumen atau bahan pustaka.
Menurut Undang-Undang yang mengatur mengenai perubahan anggaran dasar
perseroan terbatas, keputusan sirkuler tentang perubahan anggaran dasar yang
tidak dinyatakan ke dalam akta notaris tidak dapat berlaku. Ketiga, Fungsi dari
pembuatan akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham (PKPS) adalah untuk
melindungi Notaris dari potensi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku
seperti penyertaan dokumen atau pernyataan tidak benar, dan lain sebagainya,
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Seringnya terjadi beberapa
kasus terkait pemalsuan isi dari keputusan sirkuler, membuat notaris harus
berhati-hati dalam membuatkan akta PKPS. Akta Pernyataaan Keputusan
Pemegang Saham merupakan partij akta, yakni akta yang dibuat di hadapan
Notaris memuat uraian dari apa yang diterangkan atau diceritakan oleh para pihak
yang menghadap kepada notaris, dan merupakan kehendak dari para pemegang
saham yang dinyatakan dalam keputusan sirkuler. Bentuk konkrit dari bentuk
penerapan prinsip kehati-hatian yaitu ditandai dengan adanya negosiasi yang
dilakukan pada saat pra kontrak, adanya kewajiban notaris untuk menjelaskan dan
memberitahukan tentang fakta material dari objek perjanjian, dan adanya
kewajiban notaris untuk meneliti terlebih dahulu objek perjanjian dan klausula
perjanjian sebelum melakukan kesepakatan dan mengikatkan diri dalam perjanjian
antara kedua belah pihak.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menawarkan saran, antara lain:
Pertama, Demi tercapainya prinsip kehati-hatian notaris dalam mengenal para
penghadap, jika terdapat keraguan dan kesalahan atas dokumen-dokumen para
penghadap notaris sebaiknya menolak untuk membuat akta autentik, untuk
tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal para penghadap dan tidak menjadi
sengketa dikemudian hari. Prinsip itikad baik juga berlaku dalam pembuatan akta
Pernyataan Keputusan Pemegang Saham (PKPS). Itikad baik tersebut tidak hanya
mengacu kepada itikad baik para pihak, tetapi harus pula mengacu kepada nilai-
nilai yang berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian
dari masyarakat. Kedua, Peraturan mengenai keputusan di luar RUPS perlu
diperjelas lagi seperti tata cara pembuatan, syarat sahnya, pembatalan dan apa saja
xii
yang bisa diatur dalam keputusan di luar RUPS, agar pembuatan keputusan di luar
RUPS tidak hanya bergantung pada pasal 91 UUPT saja. Ketiga, Kepada para
pihak yang membuat surat tersebut, sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan akibat-
akibat hukum dari akta tersebut. Mengingat dasar dari pembuatan akta pernyataan
keputusan rapat dari suatu perseroan terbatas tersebut, adalah suatu notulensi rapat
yang merupakan surat di bawah tangan, yang proses pembuatannya tidak dihadiri
oleh Notaris. Hal ini sangat berbeda dengan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Perseroan Terbatas yang dibuat secara notaril, dimana notaris wajib
menghadiri dan mengikuti proses pelaksanaannya untuk kemudian dituangkan ke
dalam suatu akta otentik. Hal ini mengandung aspek kepastian dan perlindungan
hukum bagi para pihak, termasuk di dalamnya notaris
xiii
SUMMARY
xiv
cannot be made decisions if they do not go through a decision-making mechanism
through the GMS.
The method used in writing is normative legal research. The approach to
the problem used is the legal approach, the conceptual approach (Conceptual
Approach), and the comparative approach. Legal source materials used are
primary and secondary legal materials.
The results of the study found that: First, the Notary is not responsible for
the PKR Deed made by him because the contents of the PKR deed are based on
the minutes of the meeting under hand and the contents of the minutes of the
meeting are the responsibility of the participants who attended the General
Meeting of Shareholders (GMS ). The notary is only responsible for the form of
the PKR deed. Second, decisions outside the General Meeting of Shareholders
which contain changes to the company's articles of association. After a decision
outside the General Meeting of Shareholders is made, it is not stated in the notary
deed nor is it reported to the Ministry of Law and Human Rights. Questions arise
regarding the validity of the decisions outside this General Meeting of
Shareholders. Qualitative research on normative law that uses this type of
analytical descriptive research is carried out by studying documents or library
materials. According to the law which regulates amendments to the articles of
association of a limited liability company, circular decisions regarding
amendments to the articles of association that are not stated in a notarial deed
cannot apply. . Third, the function of making a Shareholder Decision Deed
(PKPS) is to protect Notaries from potential violations of applicable regulations
such as submission of documents or false statements, etc., whether intentional or
unintentional. Often there are several cases related to falsification of the contents
of circular decisions, making notaries have to be careful in making PKPS deeds.
The Deed of Declaration of Shareholders' Decisions is partij deed, namely the
deed made before the Notary containing a description of what is explained or told
by the parties before the notary, and is the will of the shareholders stated in the
circular decision. The concrete form of the application of the precautionary
principle is marked by negotiations carried out during the pre-contract period,
the notary's obligation to explain and notify the material facts of the object of the
agreement, and the notary's obligation to examine the object of the agreement
and the clause of the agreement before committing to it. agreement and enter into
an agreement between the two parties.
Based on the results of the research, the authors offer suggestions, among
others: First, in order to achieve the principle of notary prudence in knowing the
parties, if there are doubts and errors on the documents, the notary appellants
should refuse to make an authentic deed, to achieve the precautionary principle
know the tappers and do not become a dispute in the future. The principle of good
faith also applies in the preparation of 81 deeds of Shareholder Decree (PKPS).
This good faith does not only refer to the good faith of the parties, but must also
refer to the values that develop in society, because good faith is part of society.
Second, the regulations regarding decisions outside the GMS need to be clarified
again, such as the procedure for making, legal requirements, cancellation and
anything that can be regulated in a decision outside the GMS, so that decision
xv
making outside the GMS does not only depend on Article 91 of the Company Law.
Third, to the parties making the letter, it is better if they first explain the legal
consequences of the deed. Considering that the basis of the deed of the meeting
decision statement of a limited liability company, is a meeting minutes which is an
underhand letter, the process of which is not attended by a notary public. This is
very different from the Minutes of the General Meeting of Shareholders of Limited
Liability Companies which are made notary, in which the notary is obliged to
attend and follow the implementation process to then be poured into an authentic
deed. This contains aspects of legal certainty and protection for the parties,
including notaries
xvi
Peraturan Perundang-Undangan:
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... v
HALAMAN MOTTO................................................................................... x
HALAMAN RINGKASAN........................................................................ xi
DAFTAR ISI.................................................................................................xviii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
xviii
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 6
Saham..................................................................................... 28
xix
1.6 Orisinalitas Penelitian............................................................................... 29
BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................. 39
.............................................................................................................39
2.2 Akibat Hukum Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran
.............................................................................................................60
.............................................................................................................83
BAB 3 : PENUTUP....................................................................................... 99
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 99
xx
3.2 Saran....................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
xxi
BAB 1
PENDAHULUAN
*
Kansil. Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
1996). hlm. 31.
1
2
†
Ibid. hlm 345.
‡
Muhibbuthabar. Dinamika dan Implementasi Hukum Organisasi Perusahaan Dalam
Sistem Hukum Indonesia. (Asy-Syari‘ah Vol. 17 No. 3, 2015). hlm 241.
§
Mishardi Wilamarta. “Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate
Governance” (Tesis Magister Universitas Indonesia. Jakarta. 2002). hlm 54.
**
Ibid.
3
††
Akibat Hukum Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris (Studi Kasus Putusan Majelis
Pengawas Wilayah Notaris DKI Jakarta Nomor 10/Pts/Mj.Pwn.Prov. Dkijakarta/X/2018). Master
of Notarial Law. Faculty of Law. Universitas Indonesia. 2018.
5
otentik, yang dalam praktek dikenal dengan sebutan Akta Pernyataan Keputusan
Rapat. Notaris, adalah pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat
akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang
diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat
akta.‡‡ Notaris selaku pejabat umum dalam setiap pelaksanaan tugasnya, tidak
boleh keluar dari “rambu-rambu” yang telah diatur oleh perangkat hukum yang
berlaku. Keberlakuan keputusan di luar RUPS yang merupakan perubahan
anggaran dasar yang tidak dituangkan dalam akta notaris menurut UUPT tidak
dapat berlaku. Perubahan anggaran dasar yang cukup diberitahukan kepada
Menteri berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan
perubahan anggaran dasar oleh Menteri.§§ Mengacu pada peraturan yang ada di
UUPT tersebut Notaris harus teliti dalam pemeriksaan RUPS untuk nantinya
dituangkan ke dalam berita acara dan pada prakteknya Notaris tidak boleh
merupah sedikitpun isi dari Keputusan Sirkuler dan tidak berpihak pada siapaun
pada pemegang saham serta Notaris wajib memberikan kajian terkait keputusan
sirkuler yang dibuat, apabila ada perubahan dan itu tanpa sepengetahuan dari
pihak pemegang saham maka Notaris dapat dikenai sanksi sesuai dengan Undang
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disingkat UUJN). Dalam
menjalankan jabatannya pada Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN 2014 dimana
Notaris harus bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Dalam konteks
ini, tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta pernyataan keputusan rapat
umum pemegang saham perseroan terbatas perlu dikaji lebih lanjut. Dari uraian
diatas penulis mendapatkan Putusan pengadilan dimana dalam perkara tersebut
mempermasalahkan suatu keputusan diluar RUPS (keputusan Sirkuler) kasus pada
PUTUSAN NO.193/PDT.G/2014/PN.JKT.SEL yang dipermasalahkan mengenai
keberlakuan keputusan diluar RUPS mengenai perubahan anggaran dasar yang
tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan kasus pada PUTUSAN
‡‡
Sudikno Mertokusumo. Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris. Majalah Renvoi. Nomor
12. tanggal 3 Mei 2004. hlm 49.
§§
Ibid.
6
kewajiban setiap warga negara “.*** Kepastian hukum secara historis muncul sejak
ada gagasan pemisahan kekuasaan yang dinyatakan oleh montesquieu, yakni
bahwa dengan adanya pemisahan kekuasaan, maka tugas penciptaan undang-
undang itu berada ditangan pembentuk undang-undang itu sendiri, sedangkan
hakim (peradilan) hanya bertugas menyuarakan isi daripada undang-undang saja.
Argumen ini muncul karena adannya kesewenang-wenangan kaum monarki
dimana kepala kerajaan amat menentukan sistem hukum. Peradilan pada masa itu
hanya menjadi pelayanan monarki.††† pendapat dari Peter Mahmud Marzuki‡‡‡
menyatakan Bahwa kepastian hukum memiliki dua pengertian, yakni: pertama
adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang
bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang oleh dibebankan atau
dilakukan oleh negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa
Pasal-Pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam
putusan hakim antara putusan yang satu dengan putusan lainnya untuk kasus
serupa yang telah diputuskan.
Berbicara mengenai suatu kepastian, maka tidak terlepas dari suatu
keadaan yang pasti, secara prinsipil hukum yang ada haruslah mengandung unsur
sebuah kepastian. Pasti sebagai bentuk pedoman berperilaku bagi
masyarakat,untuk mencari suatu kepastian dalam konteks negara hukum, maka
kepastian itu didapatkan secara normatif, bukan sosiologis. §§§ Kepastian hukum
secara normatif adalah tatkala sesuatu diatur dalam hukum formal negara/hukum
positif yang memiliki tujuan agar segala sesuatu perbuatan yang diatur dalam
ketentuan formal/hukum positif tersebut memiliki daya pembuktian yang kuat dan
memberikan perlindungan hukum terhadap orang-orang yang melakukan
***
Anton M. Moeliono, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
2008). hlm 1028.
†††
U Utrecht dan Moh. Saleh J Jindang. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta.
Iktiar baru dan sinar harapan, 1989). hlm. 388.
‡‡‡
Peter Mahmud Marzuk. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2008). hlm. 158.
§§§
Dominikus Rato. Filsafat Hukum Mencari dan Memahami Hukum. (Yogyakarta:
Laksbang Pressindo. 2010). hlm. 59.
9
perbuatan hukum yang telah diatur dalam hukum formal/hukum positif tersebut.
Lili Rasjidi,**** kepastian hukum merupakan Nilai kepastian hukum
merupakan nilai yang pada prinsipnya memberikan perlindungan hukum bagi
setiap warga negara dari kekuasaan yang bertindak sewenang-wenang, sehingga
hukum memberikan tanggung jawab pada negara untuk menjalankannya. Nilai itu
mempunyai relasi yang erat dengan instrumen hukum positif dan peranan negara
dalam mengaktualisasikannya dalam hukum positif. Dalam hal ini kepastian
hukum berkedudukan sebagai nilai yang harus ada dalam setiap hukum yang
dibuat dan diterapkan. Sehingga hukum itu dapat memberikan rasa keadilan dan
dapat mewujudkan adanya ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Lili Rasjidi karena
sejatinya kepastian hukum memiliki kedudukan sebagai nilai yang harus ada atau
wajib ada dalam setiap hukum yang dibuat dan diterapkan. Sehingga hukum itu
dapat memberikan rasa keadilan dan dapat mewujudkan adanya ketertiban dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apabila hukum itu sendiri
masih belum memberikan rasa keadilan dan tidak dapat mewujudkan ketertiban
dan ketentraman dalam masyarakat, maka hukum perlu dilakukan perbaikan
sampai dengan dapat mengakomodir rasa keadilan didalam setiap warga negara.
****
Lili Rasjidi. Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya. (Bandung: Remaja Roesdakarya
Offset. 1994). hlm. 27.
††††
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta 2010). hlm
13.
‡‡‡‡
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien. (Jakarta:
Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
10
perlindungan hukum dalam bidang hukum privat kepada warga negara yang telah
melimpahkan sebagaian wewenangnya kepada Notaris untuk membuat akta
otentik. Oleh karena itu, ketika menjalankan tugasnya, Notaris wajib diposisikan
sebagai pejabat umum yang mengemban tugas.†††††
Kata Notaris berasal dari kata Notarius ialah nama yang pada zaman
Romawi, diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan menulis.
Nama Notarius ini lambat laun memiliki arti mereka yang mengadakan pencatatan
dengan tulisan cepat, seperti stenograaf sekarang.‡‡‡‡‡ Menurut Pasal 1 ayat 1
UUJN, menyebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.
Notaris sebagai pejabat umum,§§§§§ merupakan terjemahan dari istilah
Openbare Ambtenare yang terdapat dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris
(PJN),****** dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata).††††††
Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan bahwa:
Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang
diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian
tanggalnya, menyimpan aktanya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya,
semuanya sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
†††††
Dody Radjasa Waluyo. Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum. (Media Notariat
(Menor) Edisi Oktober-Desember. 2001). hlm 63.
‡‡‡‡‡
R.Soegono Notodisoerjo. Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 1993). hlm 13.
§§§§§
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam Putusan Nomor 009-014/PUU-
111/2005, tanggal 13 September 2005 mengistilahkan tentang Pejabat Umum sebagai Public
Official. Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 009-014/PUU-
111/2005,. http://hukum.unsrat.ac.id/ mk/mk_9_14_2005.pdf, diakses pada tanggal 15 Februari
2021.
******
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Art. 1 dalam Reglement op Het
Notaris Ambt in Indonesie (Stb. 1860:3), diterjemahkan menjadi Pejabat Umum oleh G. H. S.
Lumban Tobing didalam kata pengantar bukunya. Lihat G. H. S. Lumban Tobing, Peraturan
Jabatan Notaris, Cetakan V, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 1999), hlm. v.
††††††
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek
(BW) diterjemahkan menjadi Pejabat Umum oleh R.Soebekti dan R.Tjitrosudibio. Lihat Indonesia,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Diterjemahkan oleh R. Soebekti dan
R. Tjitrosudibio, Cetakan XXV, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), hlm. 397.
12
‡‡‡‡‡‡
Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik, Cetakan 2, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 27.
§§§§§§
Dody Radjasa Waluyo, Op.Cit. hlm. 63.
13
‡‡‡‡‡‡‡
Habib Adjie, Penggerogotan Wewenang Notaris Sebagai Pejabat Umum, Renvoi.
Nomor 04. Tahun II, 3 September 2004, hlm. 32.
§§§§§§§
Philipuss M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 80.
15
otentik.******** Contohnya adalah akta perjanjian jual beli, kredit, sewa menyewa,
perjanjian hibah, akta wasiat, akta kuasa, dan lain sebagainya.
Notaris kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud
untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis
yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang
dikehendaki oleh para pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik untuk
dijadikan sebagai alat bukti yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
bahwa tindakan hukum tertentu wajib dibuat dalam bentuk akta
otentik.††††††††Contohnya akta pendirian perseroan terbatas, maupun berita acara
rapat para pemegang saham dalam perseroan terbatas, akta pendirian Yayasan,
persekutuan komanditer (CV), dan lain sebagainya.
Menurut Herlien Budiono, dalam lalu lintas hubungan-hubungan hukum
privat, Notaris menikmati kewenangan eksklusif untuk membuat akta-akta
otentik. Terhadap akta otentik tersebut diberikan kekuatan bukti yang kuat dalam
perkara-perkara perdata, sehingga Notaris yang berwenang membuat akta-akta
otentik menempati kedudukan sangat penting dalam kehidupan hukum. Dalam
banyak hal Notaris berkedudukan sebagai penasehat terpercaya dari orang-orang
yang memerlukan bantuan hukum, dan bagi klien dapat berperan sebagai
penunjuk arah.‡‡‡‡‡‡‡‡
Perkembangan jabatan Notaris di dalam masyarakat modern tidaklah
mungkin diwujudkan sekedar selaku Notaris yang apatis, namun harus
menjalankan fungsi aktif dengan dilatarbelakangi kehendak agar para pihak
melaksanakan dan memenuhi kontrak sebagaimana sejak semula dimaksudkan
dan disepakati oleh para pihak. Van Mourik menyatakan bahwa “fungsi seorang
********
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris: Dalam Penegakan Hukum Pidana,
(Yogyakarta: Bigraf Publishing, 1995), hlm. 84.
††††††††
Secara substantif akta Notaris dapat berupa: (1) suatu keadaan, peristiwa, atau
perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik
untuk dijadikan sebagai alat bukti, (2) berdasarkan peraturan perundang-undangan bahwa
tindakan hukum tertentu wajib dibuat dalam bentuk akta otentik. Lihat Habib Adji, Sekilas
Dunia Notaris dan PPAT Indonesia, Cetakan Pertama, (Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm. 22.
‡‡‡‡‡‡‡‡
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia,
Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2006), hlm. 257.
16
Notaris dalam masyarakat modern tidaklah mungkin seperti yang tidak pernah
terwujudkan, yakni sekedar penulis pasif yang tidak memiliki kehendak sendiri
dan dalam kedudukan demikian membiarkan terjadinya pemerkosaan hukum serta
ketidakadilan.”§§§§§§§§ Pengembangan praktik Notariat dalam kehidupan di
Indonesia sudah selayaknya mengembangkan diri dan melakukan pendalaman,
khususnya berkenaan dengan hukum dan sekaligus ditujukan dalam upaya
mencegah timbulnya sengketa di antara para pihak yang terkait.*********
Notaris sangat berperan dalam persentuhan antara perundang-undangan
dan dunia hukum, sosial, dan ekonomi praktikal. Notaris sebagai pejabat umum
(openbaar ambtenaar) bertanggungjawab untuk membuat surat keterangan
tertulis yang dimaksudkan sebagai bukti dari perbuatan-perbuatan hukum.†††††††††
Tugas dan wewenang Notaris diatur dalam Pasal 1 angka 1 UUJN, yaitu
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
UUJN. Kewenangan lain sebagaimana dimaksud dalam UUJN merujuk kepada
Pasal 15 ayat (1), (2) dan ayat (3) UUJN. Kewenangan Notaris dalam Pasal 15
ayat (1) UUJN, yaitu:
“Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundangundangan dan/ atau dikehendaki oleh yang
berkepentingan supaya dinyatakan dalam suatu akta otentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang.”
§§§§§§§§
Van Mourik M. J. A, dalam Herlien Budiono, Ibid, hlm. 261.
*********
Ibid, hlm. 261-262.
†††††††††
Ibid, hlm. 261-256.
17
pelaksanaan jabatan saya”, dan Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN, bahwa Notaris
berkewajiban “merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan
segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan
sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain”. Secara umum
Notaris wajib merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
pembuatan akta Notaris, kecuali diperintahkan oleh undang-undang bahwa
Notaris tidak wajib merahasiakan dan memberikan keterangan yang diperlukan
yang berkaitan dengan akta tersebut, dengan demikian batasannya hanya undang-
undang saja yang dapat memerintahkan Notaris untuk membuka rahasia isi akta
dan keterangan/pernyataan yang diketahui Notaris yang berkaitan dengan
pembuatan akta yang dimaksud.
Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan undang- undang.
Wewenang utama Notaris adalah membuat akta otentik, tapi tidak semua
pembuatan akta otentik menjadi wewenang Notaris. Akta yang dibuat oleh pejabat
lain, bukan merupakan wewenang Notaris, seperti akta kelahiran, pernikahan, dan
perceraian dibuat oleh pejabat selain Notaris. Akta yang dibuat Notaris tersebut
hanya akan menjadi akta otentik, apabila Notaris mempunyai wewenang yang
meliputi empat (4) hal, yaitu:‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuat itu;
Tidak semua pejabat umum dapat membuat semua akta, akan tetapi
seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu, yakni
yang ditugaskan atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa
kewenangan Notaris yaitu membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
‡‡‡‡‡‡‡‡‡
G. H. S. Lumban Tobing, Op. Cit, hlm. 49.
18
keluarga sendiri”. Apabila seorang Notaris melanggar Pasal 52 ayat (1) tersebut
diatasberdasarkan Pasal 52 ayat (3) maka Notaris tersebut dikenakan sanksi
perdata yaitu dengan “membayar biaya, ganti rugi dan bunga kepada para
penghadap dan konsekuensinya adalah akta yang dibuat hanya memiliki kekuatan
pembuktian sebagai akta dibawah tangan”. Notaris dalam keadaan tertentu tidak
berwenang dalam membuat akta karena alasan-alasan yang berkaitan dengan
tugas jabatan Notaris, seperti:**********
1. Sebelum Notaris mengangkat sumpah (Pasal 4 UUJN).
2. Selama Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya (Pasal 9 UUJN).
3. Diluar wilayah jabatannya (Pasal 17 huruf a dan Pasal 18 ayat (2) UUJN.
4. Selama Notaris cuti (Pasal 25 UUJN).
Terkait pembukian akta dimana pada Pasal 164 HR, Pasal 283 Tbg, dan
Pasal 1865 KUH Perdata, maka jelas bahwa bukti tulisan ditempatkan paling atas
dari seluruh alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal-Pasal undang-undang
tersebut. Pada hakikatnya kekuatan pembuktian dari akta itu selalu dapat
dibedakan atas tiga, yaitu:††††††††††
1) Kekuatan pembuktian lahir (Uitendige Bewijskracth)
Yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan
pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahir dari akta itu, maksudnya
bahwa suatu surat yang kelihatannya seperti akta, harus diperlakukan sebagai
akta, sampai dibuktikan sebaliknya.
2) Kekuatan pembuktian formil (Formil Bewijskracth)
Kekuatan pembuktian formal ini didasarkan atas benar tidaknya ada
pernyataan oleh yang bertanda tangan di bawah akta itu. Dalam akta otentik,
pejabat pembuat akta menyatakan dalam tulisan itu bahwa ada yang
dinyatakan dalam akta itu sebagaimana telah dicantumkan di
dalamnya.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
3) Kekuatan pembuktian materil (Materiele Bewijskracth)
**********
Habib Adjie. Sanksi Perdata dan Adminstrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik. (Bandung: Refika Aditama. 2008). hlm 157. (selanjutnya disingkat Habib Adjie II)
††††††††††
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang. Gross Akta dalam
Pembuktian dan Eksekusi. (Jakarta: Rineka Cipta. 1993). hlm 37-38.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm 112.
21
§§§§§§§§§§
Ibid. hlm 113.
***********
Asril Sitompul. Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di
Cyberspace. (Bandung: Citra Aditya. 2001). hlm 42.
22
†††††††††††
Edmon Makarim. Notaris & Transaksi Elektronik Kajian Hukum tentang
Cybernotary atau Electronic Notary. (Jakarta: Raja Grafindo. 2013). hlm 69.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
§§§§§§§§§§§
Soedjono Dirjosisworo. “HukumPerusahaan Mengenai Bentuk-bentuk
Perusahaan badan usaha) di Indonesia”. ( Bandung: Mandar Maju. 1997). hlm 48.
************
H.M.N. Purwosutjipto. “Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. (Jakarta:
Djambatan. 1979. hlm 85.
††††††††††††
Zaeni Asyhadie. “Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia”.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005). hlm 41.
23
modal saham yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini disertakan serta peraturan
pelaksanaannya.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Maka dapat disimpulkan Perseoan Terbatas adalah
bentuk usaha yang berbadan hukum dan didirikan bersama oleh beberapa orang,
dengan modal tertentuyang terbagi atas saham-saham, yang para anggotanya
dapat memiliki satu atau lebih saham dan bertanggung jawab terbatas sampai
jumlah saham yang dimilikinya.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
I.G. Rai Widjaya. “Hukum Perusahaan dan Undang-Undang dan Peraturan
Pelaksanaan di Bidang Usaha”. (Jakarta: KBI. 2000). hlm 127.
§§§§§§§§§§§§
M. Hadi Subhan. Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan.
(Jakarta: Prenada Media Group. 2008). hlm 225.
*************
Mustakim. Kedudukan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
sebagai akta otentik dalam kaitan dengan tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum. Jurnal
ilmu hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala. Hlm. 160. Volume 18. Nomor 01. April
2016. ISSN : 2527-8428.
24
†††††††††††††
Badriyah Rifai. Peran Komisaris Independen Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum. Universitas Hasanuddin Sulawesi
Selatan. hlm 400. Volume 16. Nomor 3. 2009. ISSN: 2527-502X.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dedi Irawan. Pengelolaan Keuangan Negara Yang Dipisahkan Oleh Badan
Hukum. Jurnal Nestor Magister Ilmu Hukum. Universitas Tanjungpura. volume 3. Nomor 5.
2013. ISSN : 0216-2091.
25
dicatat dalam RUPS yang kemudian dituangkan kedalam akta notaris. §§§§§§§§§§§§§
Rapat Umum Pemegang Saham adalah rapat yang diselenggarakan oleh direksi
perseroan setiap tahun dan setiap waktu berdasarkan kepentingan perseroan,
ataupun atas permintaan pemegang saham sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar**************. Kehendak pemegang saham secara bersama-sama dituangkan
dalam suatu keputusan yang dianggap sebagai kehendak perseroan, yang tak dapat
ditentang oleh siapapun dalam perseroan, kecuali jika keputusan itu bertentangan
dengan maksud dan tujuan perseroan.†††††††††††††† Selain RUPS dapat diadakan
rapat setiap kali bila dianggap perlu oleh pengurus, komisaris atau pemegang-
pemegang saham, Dalam Akta Pendirian dapat ditentukan secara bebas siapa-
siapa yang berhak memanggil RUPS. Jika hal ini tidak ditentukan dalam akta,
maka pada umumnya baik Pengurus maupun Komisaris berhak memanggil rapat
tersebut.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pengertian Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menurut Pasal 1 angka
(4) UUPT adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam UU ini dan/atau anggaran dasar.
1.5.7.2 Jenis-Jenis Rapat Umum Pemegang Saham
Ada dua macam RUPS sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 65 ayat
(1) UUPT, yaitu RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS tahunan diadakan
setiap tahun untuk membahas laporan tahunan yang diajukan Direksi. UU
menentukan paling lambat laporan tahunan diselenggarakan enam bulan sesudah
tahun buku. Dengan demikian RUPS tahunan dilakukan sebelum tanggal satu Juli
setiap tahunnya. Dalam RUPS ini diharapkan semua dokumen perseroan yang
berhubungan dengan laporan tahunan harus diajukan. Karena itu Direksi perlu
§§§§§§§§§§§§§
Mustakim. Kedudukan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
sebagai akta otentik dalam kaitan dengan tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum. Jurnal
ilmu hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala. Hlm. 160. Volume 18. Nomor 01. April
2016. ISSN : 2527-8428.
**************
I.G. Rai Widjaya(b). Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan
Peraturan Pelaksanaan Di Bidang Usaha. (Jakarta: Kesaint Blanc. 2005). hlm 257.
††††††††††††††
C.S.T. Kansil. Pokok-pokok Hukum Perseroan Terbatas Tahun 1995.
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996). hlm 66.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Gatot Supramono. Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru. (Jakarta:
Djambatan. 2004). hlm 68.
26
§§§§§§§§§§§§§§
Gatot Supramono. Ibid., hlm 68-69.
27
bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap, artinya adalah bahwa
penetapan tersebut tidak dapat diajukan banding, kasasi, atau peninjauan kembali.
Ketua pengadilan negeri menolak permohonan dalam hal pemohon tidak dapat
membuktikan secara sumir bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon
mempunyai kepentingan yang wajar untuk diselenggarakannya RUPS. Dalam hal
penetapan ketua pengadilan negeri menolak permohonan, upaya hukum yang
dapat diajukan hanya kasasi.***************
***************
Ibid. hlm 54.
28
§§§§§§§§§§§§§§§
Pasal 1867 KUHPerdata. berbunyi : “Pembuktian dengan tulisan dilakukan
dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisantulisan di bawah tangan”. Pokok-Pokok
Hukum Perdata. Jakarta : Pradnya Paramita. 1979. hal 397.
****************
Th. Kussunaryatun. Hukum Acara Perdata (Pemeriksaan Perkara Perdata.,
Surakarta: Univesitas Sebelas Maret. 1999). hlm 59.
30
akan menggambarkan apa yang berbeda dari penelitian kita dengan penelitian
orang lain tersebut meskipun judulnya hampir sama.
Adapun penelitian sebelumnya yang ada kemiripan dengan penelitian
Nama /
Metode Hasil Unsur
Instansi/ Judul
Penelitian Penelitian Kebaruan
Tahun
1. Roita Tanggung Jawab Yuridis 1. Kewenangan 1.Keberlakuan
Asma, SH / Notaris dalam Normatif dan keputusan di
Penelitian Pembuatan Akta tanggung luar RUPS
Tesis Pernyataan jawab yang
Program Keputusan Rapat Notaris merupakan
Pascasarjana Perseroan dalam perubahan
Program Terbatas pembuatan anggaran
Studi Di Jakarta Timur akta dasar yang
Magister pernyataan tidak
Kenotariatan keputusan dituangkan
Universitas rapat umum dalam akta
Diponegoro pemegang notaris.
Semarang / saham 2.Pengaturan
2008 perseroan Tanggung
terbatas. Jawab Notaris
2. Akibat kedepan
hukum dari terhadap Akta
pembuatan yang dibuat
akta berdasarkan
pernyataan Keputusan
keputusan Sirkuler
rapat umum Pemegang
pemegang Saham
saham
perseroan
terbatas.
††††††††††††††††
Ronny Hanitijo Soemitro. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta:
Rinneka Cipta. 1988). Hlm.10
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Johnny Ibrahim. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. 2d ed
(Malang: Banyumedia Publishing. 2006). Hlm.294
§§§§§§§§§§§§§§§§
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi. Penelitian Hukum. (Jakarta: Sinar
Grafika. 2013). hlm. 11.
*****************
Ibid. Hlm.133.
33
Saha dan Pengaturan Tanggung Jawab Notaris kedepan terhadap Akta yang dibuat
berdasarkan Keputusan Sirkuler Pemegang Saham.
Pendekatan Konseptual (conceptual approach), metode ini mengacu
tentang prinsip-prinsip hukum yang berasal dari pandangan atau yurisprudensi
para sarjana, dengan mempelajari pandangan dan doktrin yang terkandung dalam
yurisprudensi, para sarjana menemukan ide-ide yang melahirkan konsep-konsep
hukum, konsep-konsep hukum, dan prinsip-prinsip yang terkait dengan materi
pelajaran.††††††††††††††††† Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan
dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin penulis ingin menemukan ide-ide yang
melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas
hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran penulis dalam
membangun argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.
Pendekatan Kasus (Case Approach), metode pendekatan ini dilakukan
dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu
yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Kasus yang digunakan dalam penelitian tesis ini ialah
kasus pada PUTUSAN NO.193/PDT.G/2014/PN.JKT.SEL dan kasus pada
PUTUSAN NO:581/PDT/2017/PT.BDG. Kasus-kasus tersebut dipilih karena
telah terjadi sengketa terkait keputusan sirkuler pada perusahaan.
†††††††††††††††††
Ibid. Hlm.135-136.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. Hlm.181
§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid.
34
dan jurnal tentang topik hukum dalam tesis ini. Dalam penelitian pada umumnya
dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari
bahan-bahan pustaka. Yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data
primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
lazimnya dinamakan data sekunder. Data dalam penulisan ini adalah data
sekunder, yaitu bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-
buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel,
serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian. Dan Penelusuran bahan
internet dengan cara memperoleh data baik literatur maupun akses internet,artikel
serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Oleh karena
itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah,
mencatat membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan
Tanggung Jawab Notaris dan terkait Keputusan Sirkuler.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dyah Ochtorina Susanti, A’an Efendi, dan Rahmadi Indra Tektona,,
Penelitian Hukum Doktrinal, (Yogyakarta: LaksBang Justitia, 2019), hlm. 89.
36
yang ada dalam undang-undang tidak jelas dan makna tersebut juga tidak
ditemukan dalam putusan pengadilan.§§§§§§§§§§§§§§§§§§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid, hlm.90.
*******************
Herowati Poesoko. Modul Mata Kuliah: Metode Penulisan dan Penelitian
Hukum Pada Program Pascasarjana magister Kenotariatan. (Jember: Fakultas Hukum
Universitas Jember. 2014). hlm 28.
37
LEGAL ISSUE
Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
dalam Pasal 91 Tidak Mengatur Prosedur Maupun Mekanisme dari
Pelaksanaan dan Proses tentang Pengambilan Keputusan diluar Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
3
Apa bentuk tanggung Apa akibat hukum atas Bagaimana pengaturan
4 jawab notaris atas akta akta perubahan anggaran kedepan tentang
perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tanggung jawab notaris
5 dasar dan anggaran tangga yang dibuat atas akta yang dibuat
berdasarkan keputusan
6 rumah tangga yang sirkuler diluar rapat umum
berdasarkan keputusan
dibuat diluar rapat pemegang saham sirkuler pemegang
7umum pemegang saham (RUPS) ? saham ?
(RUPS) ?
8
9
- Pendekatan - Pendekatan - Pendekatan
10Perundang- Perundang- Perundang-
Undangan Undangan Undangan
11
- Pendekatan - Pendekatan - Pendekatan
Konseptual 12
Konseptual Konseptual
- Pendekatan Kasus - Pendekatan Kasus - Pendekatan Kasus
13
†††††††††††††††††††
G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement).
(Penerbit Jakarta: Erlangga. 1999). Hlm 55.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta.
2010). hlm. 13.
39
Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang
menyebabkan
40
41
timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa
hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi
pertanggungjawabannya.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Teori Tanggung Jawab Hukum Menurut
Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan melanggar hukum
(tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu:********************
1. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan dengan
sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan perbuatan
sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau mengetahui bahwa apa
yang dilakukan tergugat akan mengakibatkan kerugian.
2. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan karena
kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep kesalahan
(concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang sudah
bercampur baur (interminglend).
Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa
mempersoalkan kesalahan (stirck liability),didasarkan pada perbuatannya baik
secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya meskipun bukan kesalahannya tetap
bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannyaSelanjutnya
dinyatakan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yang
dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada
dasarnya tetap harus disertai dengan pertanggungjawaban, demikian pula dengan
pelaksanaan kekuasaan.†††††††††††††††††††† Tanggungjawab Notaris mempunyai
pengertian:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
1. Notaris membuat akta dengan baik dan benar, artinya yang memenuhi
kehendak hukum dan permintaan pihak yang berkepentingan;
2. Akta Notaris tersebut bermutu, yaitu sesuai dengan aturan hukum dan
kehendak pihak yang berkepentingan dalam arti sebenarnya. Notaris juga
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien.
(Jakarta: Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
********************
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. (Citra Aditya
Bakti. 2010). hlm. 503.
††††††††††††††††††††
M. Luthfan Hadi Darus. Hukum Notariat dan Tanggung Jawab Jabatan
Notaris. cet. 1. (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. 2017). hlm. 48.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Freddy Harris dan Leny Helena. Notaris Indonesia. cet. 2. (Jakarta: PT.
Lintas Cetak Djaja. 2017). hlm. 65-66.
42
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Yasin Tanaka. Peran Dan Tanggungjawab Notaris Dalam Keputusa
Pemegang Saham Diluar Rapat Umum Pemegang Saham (Rups) Berdasar Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jurnal Repertorium Volume IV No. 1
Januari-Juni 2017. Hlm 115.
43
50% (lima puluh persen) dari total keseluruhan aset perseroan. Maka mengacu
kepada ketentuan tersebut haruslah memerlukan persetujuan para pemegang
saham.
Dalam pembuatan keputusan sirkuler sebelumnya ada beberapa tahapan
yang harus dipersiapkan, yang diantaranya adalah:*********************
a. Mengumpulkan usulan-usulan dari para pemegang saham mengenai apa saja
yang dikehendaki oleh para Pemegang Saham;
b. Melakukan konfirmasi ulang kepada para Pemegang Saham mengenai hal-hal
yang dikehendaki;
c. Menghubungi Notaris untuk membuat keputusan sirkuler;
d. Menghadap ke Notaris untuk menuangkan keputusan sirkuler ke dalam akta
otentik
Pembuatan keputusan sirkuler dilakukan dengan mekanisme pengiriman
untuk memperoleh persetujuan dari para Pemegang Saham, maka hal tersebut
mengindikasikan bahwa keputusan sirkuler tidak dapat dibuat secara otentik.
Secara teknis mekanisme ini ditempuh karena sulitnya para Pemegang Saham
untuk berkumpul dalam satu waktu dan tempat untuk memberikan persetujuan
tertulis dihadapan notaris sebagai pejabat yang diberi kewenangan membuat akta
otentik.††††††††††††††††††††† Mekanisme yang dijalankan RUPS yang tidak
menghadirkan langsung Notaris untuk membuat Berita Acara Rapat, maka
diwajibkan untuk membuat risalah RUPS. Hal tersebut berlaku sama terhadap
keputusan Pemegang Saham yang diputuskan tanpa melalui rapat. Keputusan
sirkuler adalah risalah dari keputusan Pemegang Saham yang dibuat diluar rapat
tersebut, yang mempunyai kekuatan mengikat seperti RUPS. Dengan demikian
konsekuensi dari hal tersebut memberikan keputusan sirkuler untuk dapat
menggantikan RUPSLB. Pada dasarnya penuangan keputusan sirkuler ke dalam
akta otentik sama dengan penuangan risalah RUPS ke dalam akta Pernyataan
Keputusan Rapat (PKR), yaitu sebagai berikut:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
*********************
Ibid
†††††††††††††††††††††
Yasin Tanaka. Ibid. Hlm 116.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid
44
tidak serta merta dapat diterapkan begitu saja, akan tetapi ada syarat yang
mengikuti.
Meskipun tidak ada pemanggilan secara resmi, apabila seluruh pemegang
saham telah hadir, maka dapat dipastikan bahwa hak pemegang saham untuk
mengetahui dan bersuara dalam memutuskan sesuatu telah terlindungi. Dalam
Pasal 82 Ayat 5 UUPT hanya mengatur bahwa dalam hal pemanggilan RUPS
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dan 2, serta
Ayat 3 Pasal 82 tersebut, keputusan RUPS tetap sah selama seluruh pemegang
saham hadir dalam rapat dan menyetujui dengan suara bulat. Kata “Pemanggilan”
dalam kalimat: “dalam hal pemanggilan RUPS tidak sesuai” yang merupakan
redaksi dari Pasal 82 Ayat 5 UUPT secara jelas dan tegas menyatakan bahwa
meskipun seluruh pemegang saham hadir dan keputusan diambil dengan suara
bulat, Pasal 82 Ayat 5 UUPT tetap mensyaratkan adanya pemanggilan RUPS.
Pasal 82 Ayat 5 UUPT hanya mengatur bahwa dalam hal semua pemegang
saham hadir dan keputusan diambil dengan suara bulat, maka keputusan dianggap
sah, meskipun pelaksanaan pemanggilan menyimpang dari ketentuan Ayat 1
mengenai jangka waktu pemanggilan, Ayat 2 mengenai cara pemanggilan yaitu
dengan surat tercatat atau iklan, dan Ayat 3 mengenai waktu, tempat serta mata
acara rapat. Jadi Ayat 5 Pasal 82 UUPT tidak mengatur mengenai penyimpangan
terhadap keharusan pemanggilan RUPS yang termaktub dalam Pasal 79 Ayat 1,
Pasal 80 dan Pasal 81 UUPT, atau dengan kata lain Pasal 82 Ayat 5 UUPT sama
sekali tidak mengatur bahwa bila seluruh pemegang saham hadir dan keputusan
diambil dengan suata bulat, keputusan RUPS dapat dikatakan sah meskipun tidak
diadakan pemanggilan. Apabila aturan tersebut dibenturkan dengan aturan dalam
Pasal 76 Ayat 4 dan 5 UUPT yang berbunyi:
“(4) Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang saham dan
semua pemegang saham menyetujui diadakan RUPS dengan agenda tertentu,
RUPS dapat diadakan dimanapun dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) RUPS sebagaiman dimaksud pada
ayat (4) dapat mengambil keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan
suara bulat.”
46
Alat bukti elektronik tidak berlaku terhadap surat-surat yang harus dibuat dalam
bentuk surat tertulis atau dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat pejabat
pembuat akta. Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa alat bukti elektronik
dalam bentuk Dokumen Elektronik tidak berlaku dan tidak dapat dipersamakan
dengan suatu akta otentik /akta notaril yang bentuknya tertulis dan mempunyai
minuta akta (asli akta Notaris).
Alasan Notaris meragukan risalah RUPS melalui media elektronik juga
adalah belum adanya badan CA (Certificate Authority) yang dapat membantu
Notaris dalam hal sebagai pihak ketiga yang dipercaya menyediakan sertifikasi
elektronik yang juga memiliki wewenang sebagai lembaga resmi dalam
menyimpan alat-alat bukti dalam bentuk elektronik dan dalam pelaksanaan tanda
tangan digital.
Selain itu, alasan Notaris meragukannya adalah kurangnya kekuatan
hukum, apabila pemegang saham yang diberi kuasa untuk membuat akta risalah
rapat mengirimkan risalah dalam bentuk video RUPS, yang dimana Notaris juga
tidak dapat menentukan keaslian dari video tersebut, karena Notaris bukanlah
ahli telematika. Disini Notaris mengalami kesulitan dalam menentukan keaslian
video tersebut karena Notaris sendiri tidak hadir dalam RUPS tersebut.
Pengesahan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Melalui Media Elektronik
Hambatan yang dijumpai Notaris dalam pengesahan Risalah RUPS melalui
49
††††††††††††††††††††††
G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement).
(Jakarta: Erlangga. 2017). Hlm 55.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Abdul Ghofur. Lembaga Kenotariatan Indonesia: perspektif hukum dan
Etika. (Yogyakarta: UII Press. 2009). hlm 34.
53
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Nico. Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum.(Yogyakarta:
Center For Documentaion and Studies of Business Law, 2003). hlm. 21.
54
***********************
Yasin Tanaka. Op.Cit. Hlm 118.
55
tergantung dari para pihak. Berbeda dengan ranah hukum pidana yang mencari
kebenaran materiil. Hakim yang tergantung kepada apa yang dikemukakan oleh
Jaksa Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum terdakwa. Hakim bersifat aktif
mencari kebenaran yang menurut yang sebenarnya, bukan menurut apa yang
dikemukakan oleh jaksa penuntut umum maupun penasihat hukum terdakwa.
Apabila Notaris membuat akta sesuai dengan keterangan-keterangan dari
penghadap tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan keterangan tersebut yang
diberikan, maka Notaris tidak dapat dituntut secara pidana maupun perdata untuk
bertanggung jawab atas akta yang dibuatnya, karena akta tersebut dibuat
berdasarkan keterangan atau kehendak para penghadap. Tanggungjawab Notaris
secara perdata memiliki keterkaitan dengan adanya unsur
kerugian.††††††††††††††††††††††† Dalam hal akta yang dibuat oleh Notaris cacat hukum
ataupun mendatangkan kerugian bagi pihak lain, yang dalam hal ini bisa jadi
adalah klien atau penghadap dari Notaris yang meminta dibuatkan akta tersebut
maka Notaris harus bertanggung jawab dengan memberikan ganti kerugian.
Tuntutan terhadap Notaris dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi dan bunga
sebagai akibat akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
dibawah tangan atau batal demi hukum, adalah didasarkan atas
adanya:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a. Hubungan hukum yang khas antara Notaris dengan para penghadap dengan
bentuk sebagai perbuatan melawan hukum;
†††††††††††††††††††††††
Sari Haryadi. Winanto Wiryomartani. dan Widodo Suryandono.
Akibat Hukum Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris. Jurnal Master of Notarial Law. Faculty
of Law. Universitas Indonesia. 2019. hlm 16.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Habib Adjie. Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia. (Bandung:
CV. Mandar Maju. 2009). hlm. 20.
56
dan klien, seperti disebutkan dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang secara khusus pelaksanaannya diatur dalam Pasal 1 angka 1 dan
Pasal 15 ayat (1) UUJN serta Pasal 1909 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Dalam kaitannya tanggung jawab pidana, pelanggaran secara formil
peraturan hukum pidana saja tidak cukup untuk dijadikan alasan menjatuhkan
pidana. Pelanggar tersebut juga harus dalam keadaan mampu bertanggung jawab
atau mempunyai kesalahan. Sedangkan tanggung jawab notaris dari segi etis
meliputi ketaatan terhadap sumpah jabatan notaris dan hal ini merupakan landasan
bagi Kode Etik Profesi. Perbuatan hukum yang tertuang dalam suatu akta notaris
merupakan perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang meminta
kepada notaris untuk menuangkan dalam akta perbuatan mereka tersebut, jadi
pihak-pihak yang ada dalam akta tersebut yang terikat dengan isi dari akta
tersebut. Jika terjadi sengketa di antara para pihak tersebut yang berkaitan dengan
pelaksanaan terhadap akta yang telah dibuat oleh notaris, maka notaris tidak
terlibat sama sekali dalam pelaksanaan kewajiban atau dalam hal menuntut suatu
hak, notaris berada di luar hukum pihak-pihak.
Notaris adalah pejabat umum, akan tetapi akta notaris berbeda dengan
keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat konkrit, individual dan final,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 butir 3 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Sehingga terhadap
akta notaris tidak dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara apabila terjadi
sengketa. Seorang notaris dapat dimintai pertanggungjawaban atas akta yang
dibuatnya, yaitu pertanggungjawaban secara perdata dan pidana. Secara perdata,
apabila dalam pembuatan akta menimbulkan kerugian bagi para pihak yang
termuat di dalam akta maupun pihak ketiga yang berkepentingan dengan akta
tersebut. Secara pidana, apabila akta yang dibuatnya dinyatakan palsu atau
dinyatakan bahwa apa yang diterangkan dalam akta tersebut adalah tidak benar.
Namun dalam kasus tersebut perlu dipertanyakan apakah di dalam perbuatan yang
dapat dihukum itu notaris mempunyai peran serta, jika ada sampai seberapa jauh
keterlibatan notaris dalam hal tersebut.
58
Sanksi dalam UUJN itu sendiri berlaku dalam hal terjadinya pelanggaran-
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal yang bersangkutan.
Namun demikian tidak berarti bahwa dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal lainnya yang tidak memuat sanksi notaris
tidak akan dihukum karena pelanggaran itu. Pada hakekatnya seluruh pasal-pasal
yang ada dalam UUJN mengandung sanksi dengan adanya ketentuan dalam Pasal
84 dan Pasal 85 UUJN yang menyatakan bagi para pihak yang menderita kerugian
dapat untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris dan
selanjutnya notaris yang bersangkutan dapat dikenai sanksi
berupa :§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
b. Teguran lisan ;
c. Teguran tertulis ;
d. Pemberhentian sementara:
e. Pemberhentian dengan hormat atau ;
f. Pemberhentian dengan tidak hormat.
Kerugian yang diderita itu harus sebagai akibat dari perbuatan atau
kelalaian notaris tersebut. Syarat lainnya, bahwa perbuatan atau kelalaian itu
disebabkan kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada notaris dalam
arti yang luas, yaitu meliputi unsur kesengajaan dan kesalahan (dolus dan
culpa).************************ Kesengajaan (dolus) tidak begitu menimbulkan kesulitan,
karena pada hakekatnya seorang notaris yang benar-benar dengan sengaja,
direncanakan terlebih dahulu, artinya secara insyaf dan sadar merugikan kliennya
adalah merupakan sesuatu yang sangat jarang sekali terjadi. Sepanjang mengenai
kesalahan yang sebenarnya (culpa) di dalam hal ini harus dianut pendirian, bahwa
bukanlah keadaan subyektif dari notaris yang bersangkutan menentukan sampai
seberapa jauh tanggung jawabnya, akan tetapi harus berdasarkan suatu
pertimbangan obyektif. Artinya seorang notaris yang normal dan baik seharusnya
dapat mengetahui akibat yang tidak dikehendaki itu, jika notaris tersebut
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
(Jakarta: Mitra Darmawan. 2004. cet.1). Hlm. 85.
************************
Liliana Tedjosaputro. “Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana”.
(Semarang: CV. Agung. 1991). hlm. 44.
59
mengetahui, maka dalam hal ini terdapat kesalahan dan jika tidak, maka notaris
yang bersangkutan tidak dapat dipersalahkan.
Apabila akta yang dibuat oleh notaris telah memenuhi ketentuan-ketentuan
tentang pembuatan akta, dimana syarat formalitas terpenuhi, isinya tidak
bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku, tidak bertentangan dengan
kesusilaan dan ketertiban umum serta dapat memenuhi rasa keadilan para pihak
atau mereka yang memperoleh hak daripadanya, maka notaris tidak dapat diminta
pertanggungjawabannya terhadap akta yang telah dibuatnya. Notaris hanya
bertanggung jawab terhadap bentuk akta yang dibuatnya. Apabila pengadilan
ternyata membatalkan suatu akta notaris, yang disebabkan karena ketidaksesuaian
bentuk akta yang dibuat oleh notaris, maka notaris dapat dimintai
pertanggungjawabannya. Kesalahan pembuatan akta ini dapat dianggap sebagai
suatu perbuatan melawan hukum, apabila dibatalkannya akta tersebut
menimbulkan kerugian bagi para pihak dalam akta ataupun pihak ketiga yang
berkepentingan. Kesalahan ini dapat disebabkan karena kelalaian atau kurang
hatihatinya notaris dalam membuat akta sehingga kesalahan ini menimbulkan
kerugian. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1366 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, yang berbunyi :
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hati”
menjadi semakin luas seiring dengan situasi dan kondisi perkembangan yang ada
di masyarakat.
Dalam setiap tindakan hukum yang akan mempengaruhi setiap harta dan
kekayaan perusahaan perlu mendapatkan apa yang disebut dengan persetujuan
Pemegang Saham atau dalam bahasa bisnis sehari-hari sering disebut dengan
Shareholder Approval atau SH Approval. Berdasarkan Pasal 102 UUPT, pada
dasarnya Direksi wajib mendapatkan persetujuan pemegang saham dalam hal:
1. Mengalihkan kekayaan Perseroan;
2. Menjadikan jaminan hutang kekayaan Perseroan yang merupakan lebih dari
50% (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam satu
transaksi atau lebih.
2.2 Akibat Hukum Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran
Rumah Tangga Yang Dibuat Berdasarkan Keputusan Sirkuler Diluar
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Perkembangan globalisasi semakin mengaitkan perekonomian Indonesia
dengan perekonomian dunia, sehingga perekonomian Indonesia tidak dapat
menutup diri terhadap pengaruh dan tuntutan globalisasi. Maka diperlukan
berbagai sarana penunjang antara lain tatanan hukum yang mendorong,
menggerakkan, dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang
perekonomian nasional. Salah satu materi hukum yang diperlukan dalam
menunjang pembangunan ekonomi nasional Indonesia adalah ketentuan-ketentuan
di bidang Perseroan Terbatas yang dalam tatanan hukum Indonesia telah diatur
62
††††††††††††††††††††††††
C.S.T Kansil. Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2006). Hlm. 96.
63
akta di bawah tangan itu sebagai bukti haruslah membuktikan bahwa akta itu tidak
palsu. Namun demikian akta otentik maupun akta yang dibuat di bawah tangan
tetap merupakan suatu perjanjian, sebagaimana dimaksud dalam KUH Perdata,
sehingga dapat mengikat para pihak yang membuatnya sepanjang memenuhi
syarat sah suatu perjanjian.
Suatu perjanjian adalah sah apabila telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan undang-undang, sehingga keberadaan perjanjian tersebut diakui
oleh hukum. Syarat sahnya perjanjian dapat kita lihat dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu :
a. Ada sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,
b. Ada kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
c. Ada sesuatu hal tertentu,
d. Ada sesuatu sebab yang halal.
Persetujuan itu harus bebas tidak ada paksaan, kekhilafan, atau penipuan.
Dikatakan tidak ada paksaan apabila orang yang melakukan perbuatan itu tidak
berada di bawah ancaman, baik kekerasan jasmani maupun dengan upaya yang
bersifat menakut- nakuti (Pasal 1324 KUHPerdata). Tidak ada kekhilafan apabila
salah satu pihak tidak khilaf tentang hal pokok yang diperjanjikan atau tentang
sifat-sifat penting barang yang menjadi objek perjanjian, atau mengenai orang
dengan siapa perjanjian itu diadakan (Pasal 1322 KUHPerdata). Tidak ada
penipuan apabila tidak ada tindakan menipu menurut undang-undang. yaitu
dengan sengaja melakukan tipu muslihat dengan memberikan keterangan palsu
atau tidak benar untuk membujuk pihak lawannya supaya menyetujui (Pasal 1328
KUHPerdata).
Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada
dasarnya orang yang telah dewasa dan sehat pikirannya cakap untuk melakukan
perbuatan hukum. Dalam Pasal 1330 KUHPerdata disebutkan orang-orang yang
tidak cakap membuat perjanjian, yaitu :
1) Orang-orang yang belum dewasa;
2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan,
3) Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-
undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa Undang-undang
telah melarang membuat perjanjian- perjanjian tertentu.
64
Suatu hal tertentu yang diperjanjikan, artinya apa yang diperjanjikan hak-
haknya dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
perselisihan. Barang yang dimaksudkan perjanjian disini adalah suatu barang yang
paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. Perlu diperhatikan bahwa barang itu
harus merupakan objek perdagangan, artinya benda-benda diluar perdagangan
seperti badan milik tidak boleh menjadi objek perjanjian (Pasal 1332 dan Pasal
1333 KUHPerdata). Adapun mengenai apakah barang tersebut telah ada atau telah
berada ditangan debitur pada saat perjanjian dibuat tidak diharuskan oleh undang-
undang. Demikian juga mengenai jumlah barangnya pun tidak harus disebutkan
asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan.
Sebab yang halal, maksudnya adalah isi perjanjian itu sendiri yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak. Pengertian sebab yang
halal dapat diketahui dalam Pasal 1337 KUHPerdata, yaitu : Suatu sebab adalah
terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum. Jadi suatu sebab yang memenuhi tiga hal
tersebut adalah batal, kebatalan ini bersifat mutlak. Jika syarat subjektif yang
meliputi kesepakatan dan kecakapan tidak dipenuhi, maka perjanjian itu dapat
dibatalkan. Pihak yang dapat membatalkan perjanjian adalah salah satu pihak
yang tidak cakap atau pihak yang memberi sepakatnya secara tidak bebas. Jadi
perjanjian yang telah dibuat itu tetap mengikat selama tidak dibatalkan oleh hakim
atas permintaan pihak yang berhak minta pembatalan itu. Batas pembatalan itu
ditentukan oleh undang- undang selama masa 5 (lima) tahun (Pasal 1454
KUHPerdata). Jika syarat objektif, yaitu mengenai suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum. Jadi tidak ada
dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian itu dimuka hakim karena sejak
semula dianggap tidak pernah ada perjanjian.
Isi suatu perjanjian dalam hukum perjanjian dikenal asas kebebasan
berkontrak, maksudnya adalah setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian
berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan.
Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi :
65
"Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi
mereka yang membuatnya".
Tujuan dari pasal di atas bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu dapat
dibuat secara bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas untuk
mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan bentuknya
maupun syarat-syarat, dan bebas untuk menentukan bentuknya, yaitu tertulis atau
tidak tertulis dan seterusnya.
Keputusan sirkuler adalah salah satu cara untuk merubah anggaran dasar
perseroan. Perubahan anggaran dasar adalah salah satu kewenangan RUPS
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPT. Lalu, keputusan sirkuler
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 91 UUPT yang menyebutkan bahwa
pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS
dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara
tertulis dengan menandatangani usul yang bersangkutan. Jadi, perubahan
anggaran dasar selain dengan RUPS secara fisik, dapat juga diputuskan dengan
keputusan sirkuler.
UUPT mengatur tentang perubahan Anggaran Dasar Perseroan dan
membagi jenis perubahan Anggaran Dasar menjadi dua, yaitu perubahan
Anggaran Dasar yang perlu dimintakan persetujuan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia dan perubahan Anggaran Dasar yang cukup diberitahukan saja
kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Peraturan mengenai keduanya
ini tidak hanya diatur dalam UUPT saja, namun diatur juga dalam Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Diantaranya sebagai berikut:
a. Perubahan Anggaran Dasar yang Membutuhkan Persetujuan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia
Perubahan Anggaran Dasar yang membutuhkan persetujuan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia diatur ketentuannya dalam pasal 21 ayat (1) dan
ayat (2) UUPT. Disebutkan dalam pasal 21 ayat (2) UUPT, perubahan-perubahan
yang harus dimintakan persetujuan kepada Menteri adalah sebagai berikut:
a. Nama Perseroan dan/atau tempat kedudukan Perseroan;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
c. Jangka waktu berdirinya Perseroan;
66
“Pasal 18
5. Perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan dalam akta Notaris setelah
lewat jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
6. Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada Menteri, dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat
perubahan anggaran dasar.
7. Apabila jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) telah lewat, permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar tidak
dapat diajukan kepada Menteri.”
“Pasal 19
perubahan data perseroan antara lain tentang pemindahan hak atas saham,
Selain itu, diatur juga dalam Permenkumham Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata
Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas serta perubahannya yaitu
perseroan diatur dalam pasal 27 ayat (3) Permenkumham No 4 Tahun 2016 yaitu
sebagai berikut:
sebagainya. Jika akta tersebut dibuat oleh atau dihadapan Notaris, maka disebut
dengan akta Notaris yang sesuai dengan bunyi Pasal 1 ayat (7) UUJN bahwa “akta
otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini”, sehingga akta Notaris merupakan
alat bukti yang sempurna.
Berkaitan dengan akta yang dibuat “oleh” Notaris dinamakan dengan “akta
relaas” atau “akta (ambetelijke akten)”, akta ini merupakan suatu akta yang
memuat "relaas" atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang
dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu,
yaitu Notaris sendiri, didalam menjalankan jabatannya sebagai Notaris. Akta yang
dibuat sedemikian dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan
serta dialaminya itu. Termasuk di dalam akta “relaas” ini antara lain berita acara
rapat atau risalah para pemegang saham dalam Perseroan Terbatas. Akta pejabat
“relaas” menerangkan bahwa para pihak tidak diharuskan menandatangani akta
tersebut. Apabila dalam berita acara rapat para pemegang saham orang-orang
yang hadir telah meninggalkan rapat dan tidak sempat menadatangani akta
tersebut, maka notaris cukup memberi keterangan bahwa “para pihak yang hadir
telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu dan dalam hal ini akta
itu tetap merupakan akta otentik”.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Akta autentik yang dibuat oleh Notaris tidak jarang yang dipermasalahkan
oleh salah satu pihak atau oleh pihak lain karena dianggap merugikan
kepentingannya, baik itu dengan pengingkaran akan isi akta, tandatangan maupun
kehadiran pihak di hadapan Notaris, bahkan adanya dugaan dalam akta autentik
tersebut ditemukan keterangan palsu. Perbuatan Notaris yang diduga telah
memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akta autentik dapat dikenakan
sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (selanjutnya disebut KUHP).************************* Hal ini dimungkinkan
dengan begitu banyaknya jenis akta autentik yang dapat dibuat oleh Notaris, dan
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
G.H.S. Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notari. (Jakarta: Penerbit
Erlangga. 1999).hlm 55.
*************************
Sjaifurracman. Aspek Pertanggung Jawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta. (Bandung: Mandar Maju. 2011). Hlm. 11.
71
atas dasar tersebut dibutuhkan suatu perlindungan hukum terhadap Notaris dalam
menjalankan jabatannya selaku Pejabat Umum
Risalah para pemegang saham juga diatur pada Pasal 90 UU PT yang
menyebutkan sebagai berikut :
(1) Setiap Penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan
ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang pemegang
saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
(2) Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diisyaratkan apabila
risalah RUPS tersebut dibuat dengan akta Notaris.
Pada ayat (1) diatas adalah penandatanganan oleh ketua rapat dan paling
sedikit 1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS
dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan kebenaran isi risalah RUPS tersebut.
Menurut pasal 1, akta di bawah tangan bagi Hakim merupakan "Bukti Bebas"
(VRU Bewijs) karena akta di bawah tangan ini baru mempunyai kekuatan bukti
materil setelah dibuktikan kekuatan formilnya. Sedang kekuatan pembuktian
formilnya baru terjadi, bila pihak-pihak yang bersangkutan mengakui akan
kebenaran isi dan cara pembuatan akta itu. Hal ini juga dijelaskan pada pasal 1875
KUHPerdata yang berisi bahwa akta di bawah tangan juga memerlukan
pengakuan agar dapat dianggap sebagai bukti yang sempurna, isi dari pasal 1875
KUHPerdata adalah sebagai berikut :
“Suatu tulisan di bawah tangan yang diakui oleh orang terhadap siapa
tulisan itu hendak dipakai, atau yang dengan cara menurut undang-
undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap orang-orang yang
menandatanganinya serta para ahli warisnya dan orang-orang yang
mendapat hak dari pada mereka, bukti yang sempurna seperti suatu akta
otentik, dan demikian pula berlakulah ketentuan pasal 1871
KUHPerdata."
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Anshoruddin. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam dan
Hukum Positi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004). hlm. 60.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Sudikno Mertokusumo. Hukum Acara Perdata Indonesia.
(Yogyakarta: Liberty. 1998).hlm. 109.
**************************
Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso. Hukum Acara Perdata dan
Perkembangannya di Indonesia. (Yogyakarta: Gama Media. 2007). hlm. 124.
74
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Tan Tong Kie. Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris Buku.
(Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve. 2000). Hlm. 268.
76
kegiatan perseroan berjalan dengan lancar dengan kuorum kehadiran 1/2. Namun,
PT Duta Jakarta Sejahtera tidak setuju dengan hal ini.
PT Duta Jakarta Sejahtera merubah kuorum kehadiran RUPS dari 1/2
menjadi 2/3 karena ingin selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam
RUPS yang dilaksanakan oleh perseroan. Walaupun PT Duta Jakarta Sejahtera
tidak dapat disebut sebagai pemegang saham minoritas dimana ia memegang
39,525% saham dalam perseroan, kuorum kehadiran RUPS 1/2 itu dapat
merugikan PT Duta Jakarta Sejahtera. Sebagaimana diketahui juga, PT Intitacon
Lestari dan Djajang Tanuwidjaja merupakan pemegang saham yang terafiliasi
dimana Djajang Tanuwidjaja yang juga merupakan pemegang saham dalam
perseroan, ia juga merupakan Direktur PT Intitacon Lestari yang selalu mewakili
PT Intitacon Lestari dalam RUPS yang dilaksanakan perseroan.
Saham Djajang Tanuwidjaja dan PT Intitacon Lestari dalam perseroan jika
ditotal yaitu sejumlah 60,475% telah memenuhi persyaratan kuorum kehadiran
RUPS yang diatur dalam anggaran dasar sebelumnya yaitu 1/2 atau 50% total
saham yang dikeluarkan perseroan. Dalam hal ini, RUPS dapat dilaksanakan
dengan kehadiran Djajang Tanuwidjaja dan PT Intitacon Lestari saja tanpa
dihadiri PT Duta Jakarta Sejahtera dan RUPS dapat mengambil keputusan yang
sah pula asalkan telah dilakukan pemanggilan RUPS kepada seluruh pemegang
saham sesuai dengan yang diatur dalam perundang-undangan dan anggaran dasar
perseroan.
Putusan hakim yang menyatakan Keputusan Sirkuler Maret 2009 tetap sah
dan mengikat kepada pemegang saham, mengakibatkan berlakunya anggaran
dasar yang telah diubah dengan Keputusan Sirkuler Maret 2009 termasuk tentang
kuorum kehadiran RUPS 2/3. Putusan hakim yang membatalkan seluruh
keputusan yang diambil dalam RUPS yang tidak memenuhi persyaratan kuorum
kehadiran 2/3, beserta seluruh akta-akta notaris terkait RUPS tersebut
mengakibatkan keadaan perseroan dikembalikan seperti semula yaitu sebelum
Keputusan Sirkuler Maret 2009 dicabut secara sepihak oleh PT.
Putusan hakim ini telah dengan sedemikian mungkin menjaga kepentingan
PT Duta Jakarta Sejahtera sebagai pemegang saham yang merasa dirugikan atas
79
atau dokumen yang tidak benar atau tidak sesuai. Beberapa hal yang
memungkinkan untuk dimasukan secara tidak benar tersebut yaitu terkait
kedudukan pemegang saham, tanda tangan persetujuan pemegang saham, dan lain
sebagainya. Hal ini sebagaimana contoh kasus yang terdapat dalam kasus-kasus
diatas.
Kasus seperti di atas menjelaskan bahwa masih adanya notaris yang tidak
teliti dalam membuat akta. Notaris hendaknya mengecek dengan teliti anggaran
dasar Perseroan Terbatas (PT) pada saat hendak membuat sebuah akta Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham (PKPS) atas adanya keputusan sirkuler yang dibuat
oleh suatu perusahaan.12
Sebagai solusi untuk meminimalisir kasus-kasus seperti di atas, notaris
harus memiliki ilmu agama yang baik, berilmu berwawasan yang luas, memiliki
integritas dan profesional. Notaris harus mengetahui dengan jelas semua
perbuatan hukum yang diinginkan oleh para penghadap. Notaris harus memiliki
kemampuan dan ilmu dalam bidang hukum serta memperbaharui ilmu-ilmu
tersebut melalui seminar maupun pelatihan yang diadakan perkumpulan, ketika
notaris tidak memahami perbuatan hukum yang akan diinginkan para penghadap,
maka notaris tersebut tidak paham akan keilmuan yang harus dimilikinya. Apabila
notaris memiliki kemampuan dalam hal perbuatan hukum yang diinginkan para
penghadap, memperkecil risiko kerugian dan sengketa yang akan dialami para
penghadap atau Notaris sendiri.
Dalam ruang lingkup tugas pelaksanaan jabatan notaris, yaitu membuat
alat bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu,
dan notaris membuat akta karena ada permintaan dari para pihak yang
menghadap, tanpa ada permintaan dari para pihak, notaris tidak akan membuat
akta apapun, dan notaris membuatkan akta yang dimaksud berdasarkan alat bukti
atau keterangan atau pernyataan para pihak yang dinyatakan atau diterangkan atau
diperlihatkan kepada atau di hadapan notaris, dan selanjutnya notaris
membingkainya secara lahiriah (kekuatan pembuktian keluar), formil dan materil
dalam bentuk akta notaris, dengan tetap berpijak pada aturan hukum atau tata cara
atau prosedur pembuatan akta dan aturan hukum yang berkaitan dengan tindakan
82
hukum yang bersangkutan yang dituangkan dalam akta. Peran notaris dalam hal
ini juga untuk memberikan nasihat hukum yang sesuai dengan permasalahan yang
ada.*************************** Apapun nasehat hukum yang diberikan kepada para pihak
dan kemudian dituangkan dalam akta yang bersangkutan tetap sebagai keinginan
atau keterangan para pihak yang bersangkutan, tidak atau bukan sebagai
keterangan atau pernyataan notaris.
Ketika para Penghadap sudah memenuhi semua syarat formil, maka itu
cukup menjadi dasar notaris untuk melakukan perbuatan hukum yang diinginkan
para penghadap. Notaris tidak dibebani untuk mencari kebenaran secara materil,
tetapi ketika ada keraguan dan keanehan dari dokumen-dokumen yang menjadi
syarat untuk pembuatan akta para penghadap, maka hendaknya notaris mencari
kebenaran secara materiil atas dokumen tersebut. Demi tercapainya prinsip kehati-
hatian Notaris dalam mengenal para penghadap. Jika terdapat keraguan dan
kesalahan atas dokumen-dokumen para penghadap Notaris sebaiknya menolak
untuk membuat akta autentik, untuk tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal
para penghadap dan tidak menjadi sengketa dikemudian hari.†††††††††††††††††††††††††††
Dalam praktek, sering juga ditemukan adanya para pemegang saham yang
berada di luar negeri. Untuk para pemegang saham yang berada di luar negeri,
tentunya penandatangan dokumen tersebut harus mengikuti prosedur
penandatangan dokumen yang berlaku bagi dokumen-dokumen yang dibuat di
luar negeri yang hendak dipakai di Indonesia. Bagi Warga Negara Indonesia
(WNI) yang sedang berada di laur negeri maka penandatanganan tersebut
dilakukan dihadapan pejabat perwakilan RI di negara yang bersangkutan,
sedangkan bagi Warga Negara Asing (WNA) penandatanganan dilakukan di
hadapan atau dilegalisai oleh Notary Public dan kemudian tandatangan dari
Notary Public tersebut dilegalisai oleh Pejabat Perwakilan RI.26
Keberadaan akta autentik notaris akan memberikan jaminan kepastian
hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh. Seiring
***************************
Habib Adjie. Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), Cetakan Kedua. (Bandung:
Refika Aditama. 2009). hlm. 22.
†††††††††††††††††††††††††††
Fikri Ariesta. “Prinsip Kehati-Hatian Notaris dalam Mengenal
Penghadap”. Tesis Magister Kenotariatan. (Yogyakarta: UII. 2018). hlm. 69.
83
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Sjaifurracman. Aspek Pertanggung Jawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta. (Bandung: Mandar Maju. 2011). Hlm. 11.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid.
****************************
Ibid.
84
††††††††††††††††††††††††††††
Ibid.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ida Bagus Paramaningrat Manuaba, et.al., “Prinsip Kehati-Hatian
Notaris dalam Membuat Akta Autentik”. Tesis Magister Kenotariatan. (Denpasar: Udayana. 2018).
hlm. 1.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Rudyanti Dorotea Tobing. Aspek-Aspek Hukum Bisnis,
Pengertian, Asas, Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Lasbang Justia. 2012). Hlm. 6.
85
akta autentik serta mematuhi ketentuan hukum yang berlaku dan berlandaskan
pada moral dan etika.***************************** Notaris dalam menjalankan jabatannya
juga harus dapat menerapkan prinsip itikad baik. Itikad baik sudah harus ada sejak
fase pra kontrak dimana para pihak mulai melakukan negosiasi hingga mencapai
kesepakatan, dan fase pelaksanaan kontrak. Itikad baik seharusnya dimulai dari
itikad baik dalam fase pra kontrak kemudian dilanjutkan dengan itikad baik pada
saat pelaksanaan kontrak.
Itikad baik atau good faith dalam Black’s Law Dictionary disebutkan
sebagai suatu pernyataan dari pikiran yang mengadung kejujuran dalam
kepercayaan maupun tujuan, keterbukaan terhadap hak dan kewajiban
seseorang.††††††††††††††††††††††††††††† Prinsip itikad baik diprediksi secara lambat laun
akan dapat menggeser penggunaan prinsip kebebasan berkontrak dalam sebuah
perjanjian, hal ini bukan lagi hanya sekedar wacana, akan tetapi, sudah menjadi
kebutuhan praktek, dan pada saat ini telah diikuti oleh sebagaian negara-negara
yang menganut civil law system maupun yang common law system. Hal ini dapat
dibuktikan dengan diaturnya prinsip itikad baik, meskipun belum cukup memadai,
di dalam peraturan perundang-undangan negara yang menganut civil law system
maupun yang common law system tersebut, meskipun tidak semua negara
mengadopsi konsep itikad baik.
2.3 Pengaturan Kedepan Tentang Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Yang
Dibuat Berdasarkan Keputusan Sirkuler Pemegang Saham
Indonesia adalah negara hukum yang memiliki corak yang khas yang
membedakannya dengan negara-negara lain. Sebagai negara hukum, Indonesia
memiliki karakter yang unik dalam melindungi hak-hak asasi manusia, yaitu lebih
mengutamakan keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat. Dalam
konteks ini, Philipus M. Hadjon mengungkapkan ciri khas Indonesia sebagai
negara hukum adalah melindungi hak-hak asasi manusia dengan mengedepankan
*****************************
Fikri Ariesta. Op.Cit. Hlm. 66.
†††††††††††††††††††††††††††††
Bryan A. Garner. Black’s Law Dictionary. (USA : West
Publishing Co. 1999). Hlm. 713.
86
asas kerukunan dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat. Berdasarkan asas
ini akan berkembang elemen lain dari konsep negara hukum berdasarkan
Pancasila, yaitu terjalinnya hubungan fungsional dan proporsional antara
kekuasaankekuasaan negara, penyelesaian sengketa secara musyawarah
sedangkan peradilan merupakan sarana terakhir dan tentang hakhak asasi manusia
tidaklah hanya menekankan hak atau kewajiban, tetapi terjalinnya suatu
keseimbangan antara hak dan kewajiban.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Hal ini berbeda
dengan konsep rule of law dalam melindungi hak-hak asasi manusia yang lebih
mengedepankan prinsip equality before the law sedangkan konsep rechtstaat
dalam melindungi hak asasi manusia mengedepankan prinsip wetmattigheid, yaitu
pemerintah mendasarkan tindakan pada undang-undang.
dari Undang-Undang Prancis tentang Notariat, ialah yang dikenal dengan nama:
“Loi organique du notariat” atau “Ventose Wet”, maka nyatalah pula bahwa Pasal
1 dari “De Wet op het Notarisambt” itu, diambil dari Pasal 1 Ventose wet tersebut
dan sesungguhnya merupakan terjemahan dari pasal itu yang berasal dari Prancis,
tetapi ada beberapa ketentuan yang menyimpang dari
padanya.†††††††††††††††††††††††††††††† Setiap menjalankan tugas jabatannya dalam
membuat suatu akta, seorang Notaris memiliki tanggung jawab terhadap akta yang
dibuatnya sebagai suatu realisasi keinginan para pihak dalam bentuk akta autentik.
Tanggung jawab notaris, berkaitan erat dengan tugas dan kewenangan serta
moralitas baik sebagai pribadi maupun selaku pejabat umum. Notaris mungkin
saja melakukan kesalahan atau kekhilafan dalam pembuatan akta. Apabila ini
terbukti, akta kehilangan otentisitasnya dan batal demi hukum atau dapat
dibatalkan. Dalam hal ini apabila menimbulkan kerugian bagi pihak yang
berkepentingan dengan akta tersebut, Notaris dapat dituntut secara pidana atau
pun digugat secara perdata. Sanksi yang dikenakan secara pidana adalah
menjatuhkan hukuman pidana dan sanksi secara perdata adalah memberikan ganti
rugi kepada pihak yang berkepentingan tersebut.
Kalau akta yang dibuat adalah akta para pihak (partij akte) dimana
sebenarnya Notaris hanya menuangkan atau menformulasikan kehendak dari para
penghadap dalam akta Notaris sehingga dengan demikian sebenarnya isi akta
tersebut bukan kehendak Notaris tetapi penyidik sering berpendapat dan kemudian
menuduh Notaris bahwa Notaris telah menyuruh klien atau penghadap untuk
memasukan keterangan palsu ke dalam akta autentik (akta Notariil). Padahal
Notaris sama sekali tidak punya kapasitas/wewenang untuk menyuruh
klien/penghadap untuk melakukan apapun ketika menghadap Notaris. Lebih-lebih
kalau Notaris kemudian didakwa menyuruh klien atau penghadap untuk
memasukan keterangan palsu kedalam akta yang nota bene dibuat oleh Notaris itu
sendiri, apakah hal demikian bukan berarti Notaris telah melakukan bunuh diri,
karena patut diduga mendekati kepastian bahwa aktanya tersebut dikemudian hari
potensi bisa menyeret Notaris menjadi terdakwa dengan tuduhan telah
memasukan keterangan palsu ke dalam akta autentik atau memalsukan akta.
Mengenai ketentuan pidana tidak diatur di dalam UUJN namun tanggung jawab
Notaris secara pidana dikenakan apabila Notaris melakukan perbuatan
pidana.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ UUJN hanya mengatur sanksi atas pelanggaran yang
dilakukan oleh Notaris terhadap UUJN sanksi tersebut dapat berupa akta yang di
buat oleh Notaris tidak memiliki kekuatan autentik atau hanya mempunyai
kekuatan akta di bawah tangan. Terhadap Notarisnya sendiri dapat diberikan
sanksi yang berupa teguran hingga pemberhentian dengan tidak hormat.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Mulyoto. Kriminalisasi Notaris Dalam Pembuatan Akta Perseroan
Terbatas. (Yogyakarta: Cakrawala Media. 2010). hlm. 46.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Abdul Ghofur Anshori. Lembaga Kenotariatan Indonesia
Perspektif Hukum Dan Etika. (Yogyakarta: UII Press. 2009). hlm. 25.
89
Kaitan ini tidak berarti Notaris steril (bersih) dari hukum atau tidak dapat
dihukum atau kebal terhadap hukum.******************************* Notaris bisa saja
dihukum pidana, jika dapat dibuktikan di pengadilan, bahwa secara sengaja atau
tidak disengaja Notaris bersama-sama dengan para pihak/penghadap untuk
membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan pihak atau
penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap yang lain-lain. Jika hal ini
terbukti, maka Notaris tersebut wajib dihukum. Oleh karena itu, hanya Notaris
yang tidak profesional dalam menjalankan tugas jabatannya, ketika membuat akta
untuk kepentingan pihak tertentu dengan maksud untuk merugikan pihak tertentu
atau untuk melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum. Adanya tersangka
ataupun sanksi yang diberikan kepada Notaris menunjukkan bahwa Notaris bukan
sebagai subjek yang kebal terhadap hukum. Terhadap Notaris dapat dijatuhi
sanksi pidana jika memang terbukti melakukan suatu perbuatan tindak pidana,
seperti pemalsuan atau penggelapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah
banyak terjadi akta yang dibuat oleh Notaris sebagai alat bukti autentik
dipersoalkan di Pengadilan atau notarisnya langsung dipanggil untuk dijadikan
saksi bahkan seorang Notaris digugat atau dituntut di muka pengadilan. Penyebab
permasalahan, dapat timbul secara langsung akibat kelalaian Notaris, namun juga
bisa timbul secara tidak langsung dalam hal dilakukan oleh orang lain (klien).
Notaris selain memberikan jaminan, ketertiban dan perlindungan hukum kepada
masyarakat pengguna jasa notaris, juga perlu mendapat pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas notaris. Sisi lain dari pengawasan terhadap notaris adalah aspek
perlindungan hukum bagi notaris di dalam menjalankan tugas dan fungsi yang
oleh undang-undang diberikan dan dipercayakan kepadanya, sebagaimana
disebutkan dalam butir konsideran menimbang, yaitu notaris merupakan jabatan
tertentu yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat
yang perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian
hukum.
Segala hal yang dilakukan oleh setiap individu yang merupakan bagian
dalam suatu tatanan masyarakat sosial tidak akan lepas dari tanggung jawab.
*******************************
Habib Adjie. Op. Cit. hlm. 24.
90
Siapa pun dan dimana saja keberadaannya baik yang akan, sedang maupun telah
dilakukan tidak lepas dari suatu tanggung jawab. Pada dasarnya segala sesuatu
yang dikerjakan oleh seseroang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat
dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan dengan etika profesi
dari seorang profesional di bidang hukum. Tanggung jawab yang berat diletakkan
di atas bahu anggota profesi hukum, manakala menyangkut perlindungan nasib
seseorang. Hal ini tidak hanya menyangkut kepentingan pribadi, tetapi juga
kepentingan umum.
Tanggung jawab yang harus dibebankan kepada seorang profesi hukum
dalam menjalankan tugas dan jabatan profesinya tidaklah ringan. Oleh karena itu
terhadap tanggung jawab profesi hukum diperlukan ruang lingkup yang jelas, agar
segala perbuatan yang dilakukan karena jabatannya dapat
dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang biasanya
praktis baru ada arti, apabila orang itu melakukan perbuatan yang tidak
diperbolehkan oleh hukum dan sebagian besar dari perbuatan-perbuatan seperti ini
merupakan suatu perbuatan yang di dalam KUHPerdata dinamakan dengan
perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad).†††††††††††††††††††††††††††††††
Onrechtmatige daad atau perbuatan melawan hukum diatur dalam KUHPerdata
Buku III Bab III tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-
undang, Pasal 1365 sampai dengan Pasal 1380. Adapun bunyi dari Pasal 1365
KUHPerdata adalah “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada seorang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dikemukakan unsur-unsurnya yaitu
sebagai berikut :
1. Adanya suatu perbuatan;
2. Perbuatan tersebut melawan hukum;
3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku;
4. Adanya kerugian bagi korban;
†††††††††††††††††††††††††††††††
R. Wirjono Prodjodikoro. Asas-asas Hukum Perdata. Cetakan 9.
(Bandung: Sumur.1983) hlm. 80.
91
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Munir Fuady. Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan
Kontemporer). (Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2002). hlm. 10.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, Cet. 28,(Jakarta: PT Pradnya Paramita. 1961) hlm. 346.
********************************
Mariam Darus Badrulzaman. KUHPerdata – Buku III, Hukum
Perikatan dengan Penjelasan. (Bandung: Alumni. 1983. hlm. 146.
92
telah “melawan” tanpa harus menggerakkan badannya. Inilah sifat pasif dari
istilah “melawan”.††††††††††††††††††††††††††††††††
††††††††††††††††††††††††††††††††
M.A. Moegni Djojodirdjo. Perbuatan Melawan Hukum.
(Jakarta. Pradnya Paramita. 1979). hlm. 13.
93
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid, hlm. 102.
94
maka akan diusahakan pengembalian secara nyata yang kiranya lebih sesuai
daripada pembayaran ganti kerugian dalam bentuk uang, karena pembayaran
dalam bentuk uang hanyalah nilai yang ekuivalen saja.
Notaris-Notaris sekarang mayoritas masih memutuskan untuk tidak
memilih Rapat Umum Pemegang Saham dengan media elektronik sebagai solusi
jalannya Rapat Umum Pemegang Saham yang dimana para pemegang saham
berada di lokasi yang berbeda-beda, seperti di luar kota ataupun di luar negeri,
karena para Notaris masih merasakan kurang aman dalam pelaksanaannya.
Adapun alternatif lain yang digunakan Notaris dalam pengambilan
keputusan RUPS selain RUPS yang sesuai dengan Pasal 76 Undang-Undang
nomor 40 tahun 2007 adalah berupa Circular Resolution (Rapat Sirkuler). Untuk
mengatisipasi tidak bisa dilakukannya RUPS secara langsung, maka para
pemegang saham dapat memilih opsi untuk mengambil keputusan secara sirkuler
(Circular Resolution). Namun perlu diperhatikan, bahwa dalam pelaksanaan rapat
sirkuler ini, seluruh pemegang saham harus menyetujui keputusan rapat, dan
menandatangani hasil keputusan secara “diedarkan”. Apabila terdapat satu saja
pemegang saham tidak setuju, maka rapat sirkuler ini tidak
berlaku.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Pada prinsipnya Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan secara fisik,
yaitu dihadiri melalui tatap muka langsung oleh para pemegang saham di suatu
tempat tertentu pada waktu tertentu menurut Pasal 75 Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT), RUPS itu diadakan di tempat kedudukan Perseroan (atau di
tempat kegiatan utama perseroan). Khusus Perseroan Terbuka (Tbk), RUPS dapat
diadakan di tempat kedudukan bursa di mana saham perseroan dicatatkan. Tempat
terlaksananya RUPS harus terletak di wilayah Negara Republik Indonesia.
Faktanya, dalam mengumpulkan para pemegang saham di suatu tempat
dan waktu tertentu sering mengalami hambatan. Para pemegang yang pada
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Dadang Sukandar, RUPS Sirkuler (Circular Resolution)
http://www.legalakses.com/rups-sirkuler-circular-resolution/ pada tanggal 21 Februari 2021
pukul 13.52 WIB
95
umumnya pelaku bisnis, memiliki aktivitas bisnis yang sangat padat, sehingga
seringkali menghambat penyelanggaraan RUPS secara fisik, atau bisa juga
misalnya karena halangan geografis dan jarak. Di sisi lain, RUPS terutama RUPS
tahunan harus diselenggarakan oleh Perseroan. Untuk menanggulangi hal tersebut,
Undang-Undang telah menentukan bahwa RUPS dapat dilaksanakan tanpa perlu
adanya rapat secara fisik melalui keputusan sirkuler (circular resolution).
Mengenai keputusan sirkuler, ditentukan dalam Pasal 91 Undang-Undang
nomor 40 tahun 2007. Menurut ketentuan tersebut, pemegang saham dapat
mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS (diluar rapat fisik) namun
masih memiliki kekuatan hukum yang sama dengan pelaksanaan RUPS biasa
secara fisik. Keputusan tersebut hanya dapat diambil dengan syarat semua
pemegang saham yang mempunyai hak suara menyetujuinya secara tertulis.
Dalam prakteknya, sebelum dilaksanakan pembuatan keputusan sirkuler,
para pemegang saham biasanya telah melakukan komunikasi intensif perihal apa
saja yang perlu diputuskan. Hasil komunikasi dan keputusan yang telah dibuat
kemudian dituangkan dalam “Keputusan Para Pemegang Saham“. Keputusan Para
Pemegang Saham tersebut kemudian wajib ditandatangani oleh para pemegang
saham. Dalam prakteknya, Keputusan Sirkuler Para Pemegang Saham itu
dilakukan dibawah tangan, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Akta
Pertanyaan Keputusan Rapat.*********************************
Persetujuan dari seluruh pemegang saham, merupakan syarat mutlak
keabsahan keputusan di luar RUPS. tidak boleh satu pemegang sahampun yang
tidak setuju. Jika terjadi hal yang seperti itu, mengakibatkan circulation
resolution tersebut tidak sah. (onwettig, unlawful) Keputusan di luar RUPS yang
disetujui oleh seluruh pemegang saham, merupakan keputusan yang “mengikat”.
Maksudnya keputusan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
keputusan RUPS yang dilakukan secara fisik, dan konvensional.
Dalam UUPT 1995, keputusan diluar RUPS diatur pada Pasal 78 ayat (1)
yang diberi sebutan keputusan RUPS diambil dengan cara lain dari rapat. Pada
Penjelasan Pasal ini dikatakan pengambilan keputusan RUPS dengan cara lain
*********************************
Ibid.
96
adalah keputusan yang diambil dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang
akan diputuskan kepada semua pemegang saham dan keputusan hanya sah apabila
semua pemegang saham menyetujui secara tertulis. Selanjutnya ditegaskan, cara
lain ini tidak berlaku bagi Perseruan yang mengeluarkan saham atas tunjuk.
Pada dasarnya ketentuan Pasal 78 ayat (1) UUPT 1995, tidak berbeda
dengan ketentuan Pasal 91 UUPT 2007. Adapun ketentuan cara lain itu tidak
berlaku bagi Perseroan yang mengeluarkan saham atas tunjuk, tidak perlu diatur
dalam Pasal 91 UUPT 2007. Sebab sesuai dengan ketentuan Pasal 48 ayat (1)
UUPT 2007, hanya memperbolehkan Perseroan mengeluarkan saham atas nama
pemiliknya, dan tidak diperkenankan mengeluarkan saham atas
tunjuk.†††††††††††††††††††††††††††††††††
Sebagai sebuah badan hukum, PT mempunyai organ-organ yang memiliki
fungsi masing-masing. Organ perseroan tersebut terdiri dari Rapat Umum
Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris (Pasal 1 ayat (2) UUPT).
Ketiga organ perseroan inilah yang menjadikan PT dapat melakukan tindakan dan
perbuatan hukum dengan pihak lain. Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ
perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang dan/atau
anggaran dasar (pasal 1 ayat (4) UUPT). RUPS adalah organ perseroan yang
mewakili kepentingan seluruh pemegang saham dalam PT tersebut.
Pada korporasi dikenal adanya keputusan pemegang saham yang setingkat
atau sama dengan keputusan RUPS, tetapi tidak harus pemegang sahamnya hadir
dan bertemu, yang lazim dikenal dengan istilah Circular Resolution (kurang lebih
bermakna Keputusan Sirkuler). Circular Resolution ini dibentuk, karena perseroan
terbatas tidak mudah mengumpulkan pemegang saham dalam suatu tempat dan
waktu tertentu yang sama, sementara kewajiban melakukan RUPS, terutamanya
RUPS Tahunan, harus tetap diselenggarakan, sehingga untuk menanggulangi hal
ini, maka UUPT menentukan bahwa RUPS dapat dilakukan dengan tanpa harus
hadirnya pemegang saham secara fisik melalui Circular Resolution. Hasil dari
keputusan sirkuler merupakan akta di bawah tangan yang pada prakteknya biasa
†††††††††††††††††††††††††††††††††
M Yahya Harahap, Op Cit, hlm.92.
97
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar
Grafika. 2016). Hlm. 341.
98
sebagai saksi atau penengah dari transaksi yang dilakukan. Notaris dalam
menjalankan jabatannya sebagai seorang yang profesional berkewajiban untuk
bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga
kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Selain itu, sebagai salah
satu upaya lain yang dapat dilakukan notaris untuk menjaga keamanan diri
notaris, hendaknya notaris dalam menjalankan jabatannya selalu mengedapankan
prinsip kehati-hatian.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam bab pembahasan terhadap rumusan masalah
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk Tanggung Jawab Notaris hanya terletak pada Akta PKR yang dibuat
olehnya karena isi akta PKR tersebut berdasarkan pada risalah rapat di bawah
tangan dan isi dari risalah rapat tersebut menjadi tanggung jawab para peserta
yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Akibat Hukum terkait Keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham
tentang perubahan anggaran dasar yang tidak dinyatakan ke dalam akta notaris
tidak sah. Karena keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini dibuat
dan tidak dinyatakan ke dalam akta notaris serta tidak dilaporkan kepada
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
3. Pengaturan kedepan perlunya untuk mengubah terkait UUJN dimana perlu
ditekankan nantinya untuk mendapatkan jaminan, ketertiban dan perlindungan
hukum kepada masyarakat pengguna jasa notaris agar mendapat pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas notaris terkait pembuatan Akta Notariil. Serta
penguatan kepada notaris yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum
kepada masyarakat yang perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi
tercapainya kepastian hukum.
3.2 Saran
Bertitik tolak pada permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan
kesimpulan di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Demi tercapainya prinsip kehati-hatian notaris dalam mengenal para
penghadap, jika terdapat keraguan dan kesalahan atas dokumen-dokumen para
penghadap notaris sebaiknya menolak untuk membuat akta autentik, untuk
tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal para penghadap dan tidak menjadi
101
sengketa dikemudian hari. Serta perlunya jaminan, ketertiban dan perlindungan
hukum
102
103
Buku:
Jurnal:
Badriyah Rifai. Peran Komisaris Independen Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum.
Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan. Volume 16. Nomor 3.
2009. ISSN: 2527-502X.
Dedi Irawan. Pengelolaan Keuangan Negara Yang Dipisahkan Oleh Badan
Hukum. Jurnal Nestor Magister Ilmu Hukum. Universitas
Tanjungpura. volume 3. Nomor 5. 2013. ISSN : 0216-2091.
Dody Radjasa Waluyo. Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum. Media
Notariat (Menor) Edisi Oktober-Desember 2001.
Ella Agustin. M. Khoidin. Firman Floranta Adonara. Tanggung Gugat Notaris
Dalam Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013
Muhibbuthabary. Dinamika dan Implementasi Hukum Organisasi Perusahaan
Dalam Sistem Hukum Indonesia. Asy-Syari‘ah Vol. 17 No. 3.
Desember 2015.
Mustakim. Kedudukan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai
akta otentik dalam kaitan dengan tanggung jawab notaris sebagai
pejabat umum. Jurnal ilmu hukum. Fakultas Hukum Universitas
Syiah Kuala. Hlm. 160. Volume 18. Nomor 01. April 2016. ISSN :
2527-8428.
Makalah Seminar Nasional Tentang Kejahatan di Lingkungan Profesi yang
diadakan Oleh Program S2 Universitas Diponegoro. Semarang.
tanggal 13 Ferbruari 1992.
Mishardi Wilamarta. Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good
Corporate Governance. Tesis Magister Universitas Indonesia.
Jakarta. 2002.
Nindyo Pramono. 2007. Tanggung Jawab Dan Kewajiban Pengurus PT (Bank
Menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Buletin Hukum dan Kebanksentralan. 5(2).
Sari Haryadi, Winanto Wiryomartani, dan Widodo Suryandono. Akibat Hukum
Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris.
Jurnal Master of Notarial Law. Faculty of Law. Universitas
Indonesia. 2019.
Yasin Tanaka. Peran Dan Tanggungjawab Notaris Dalam Keputusa Pemegang
Saham Diluar Rapat Umum Pemegang Saham (Rups) Berdasar Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jurnal
Repertorium Volume IV No. 1 Januari-Juni 2017.