Oleh:
RADESA RANDA HERITA MARWANTO, S.H.
NIM. 180720201024
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
i
TESIS
Oleh
RADESA RANDA HERITA MARWANTO, S.H.
NIM. 180720201024
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021
ii
TANGGUNG JAWAB NOTARIS ATAS AKTA PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA YANG
DIBUAT BERDASARKAN KEPUTUSAN DI LUAR RAPAT UMUM
PEMEGANG SAHAM
TESIS
Oleh:
iii
PERSETUJUAN
TANGGAL....................
Oleh:
Dosen Pembimbing Utama
iv
PENGESAHAN
PEMEGANG SAHAM
Oleh:
Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H. Dr. A’an Efendi, S.H., M.H.
NIP. 197905142003121002 NIP. 198302032008121004
Mengesahkan,
Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum
Universitas Jember
Dekan,
v
NIP. 198206232005011002
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Ketua Sekretaris
ANGGOTA PENGUJI:
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (Magister Kenotariatan), baik di Universitas Jember maupun di
perguruan tinggi lain. Tesis ini merupakan hasil dari gagasan, ide, pemikiran, dan
penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari Tim
Pembimbing. Dalam Tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah
ini dan disebutkan dalam sumber kutipan maupun daftar pustaka.
Apabila ternyata dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan adanya unsur-
unsur jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi akademik maupun sanksi
lainnya yang berlaku di lingkungan Universitas Jember
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
viii
8. Orang tua saya, semua keluarga dan kerabat atas do’a dan dukungan yang
telah diberikan dengan setulus hati;
9. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Jember angkatan tahun 2018 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukunngan dan bantuan baik
moril dan spirituil;
10. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan tesis hukum ini.
Penulis,
ix
MOTTO
i
RINGKASAN
Hasil Keputusan dari RUPS dalam prakteknya, dituangkan dalam suatu
akta otentik, yang dibuat di hadapan notaris dan atau dibuat dalam bentuk
notulensi rapat, yang berupa akta di bawah tangan dan kemudian akta tersebut
dituangkan dalam bentuk akta otentik, yang dalam praktek dikenal dengan sebutan
Akta Pernyataan Keputusan Rapat. Notaris, adalah pejabat umum yang
mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta
oleh para pihak yang membuat akta. Notaris selaku pejabat umum dalam setiap
pelaksanaan tugasnya, tidak boleh keluar dari “rambu-rambu” yang telah diatur
oleh perangkat hukum yang berlaku. Keberlakuan keputusan di luar RUPS yang
merupakan perubahan anggaran dasar yang tidak dituangkan dalam akta notaris
menurut UUPT tidak dapat berlaku. Perubahan anggaran dasar yang cukup
diberitahukan kepada Menteri berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat
penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar oleh Menteri. Mengacu
pada peraturan yang ada di UUPT tersebut Notaris harus teliti dalam pemeriksaan
RUPS untuk nantinya dituangkan ke dalam berita acara dan pada prakteknya
Notaris tidak boleh merubah sedikitpun isi dari Keputusan Sirkuler dan tidak
berpihak pada siapaun pada pemegang saham serta Notaris wajib memberikan
kajian terkait keputusan sirkuler yang dibuat, apabila ada perubahan dan itu tanpa
sepengetahuan dari pihak pemegang saham maka Notaris dapat dikenai sanksi
sesuai dengan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya
disingkat UUJN), dan dalam menjalankan jabatannya pada Pasal 16 ayat (1) huruf
a UUJN 2014 dimana Notaris harus bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri,
tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan
hukum. Tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta pernyataan keputusan
rapat umum pemegang saham perseroan terbatas perlu dikaji lebih lanjut. Dari
uraian diatas penulis mendapatkan Putusan pengadilan dimana dalam perkara
tersebut mempermasalahkan suatu keputusan diluar RUPS (keputusan Sirkuler)
kasus pada PUTUSAN NO.193/PDT.G/2014/PN.JKT.SEL yang
dipermasalahkan mengenai keberlakuan keputusan diluar RUPS mengenai
perubahan anggaran dasar yang tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan kasus
pada PUTUSAN NO:581/PDT/2017/PT.BDG terkait keputusan sirkuler yang
kemudian dilakukan peralihan jual beli saham oleh PT. Paramindo dengan PT.
Cikondang Kancana Prima. perkara-perkara tersebut akan menjadi bahan lainnya
dalam penulisan tersis ini karena telah terjadi sengketa terkait keputusan sirkuler
pada perusahaan, dimana fokus penulis dalam penelitian ini sangat relevan dengan
contoh perkara diatas, karena ada batasan-batasan mengenai apa saja keputusan
perusahaan yang diperbolehkan tanpa mekanisme RUPS dan ada pula yang tidak
boleh diambil keputusan apabila tidak melalui mekanisme pengambilan keputusan
melalui RUPS.
Metode yang akan digunakan dalam penulisan adalah penelitian hukum
normatif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan hukum,
pendekatan konseptual (Conceptual Approach), dan pendekatan komparatif.
Bahan sumber hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan sekunder.
i
Hasil kajian yang diperoleh bahwa: Pertama, Notaris tidak bertanggung
jawab atas Akta PKR yang dibuat olehnya karena isi akta PKR tersebut
berdasarkan pada risalah rapat di bawah tangan dan isi dari risalah rapat tersebut
menjadi tanggung jawab para peserta yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk dari akta PKR.
Kedua, keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham yang berisi tentang
perubahan anggaran dasar perseroan. Setelah keputusan di luar Rapat Umum
Pemegang Saham ini dibuat, tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan juga tidak
dilaporkan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Timbul
pertanyaan atas keberlakuan keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini.
Penelitian kualitatif terhadap hukum normatif yang memakai tipe penelitian
deskriptif analitis ini dilakukan dengan studi dokumen atau bahan pustaka.
Menurut Undang-Undang yang mengatur mengenai perubahan anggaran dasar
perseroan terbatas, keputusan sirkuler tentang perubahan anggaran dasar yang
tidak dinyatakan ke dalam akta notaris tidak dapat berlaku. Ketiga, Fungsi dari
pembuatan akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham (PKPS) adalah untuk
melindungi Notaris dari potensi pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku
seperti penyertaan dokumen atau pernyataan tidak benar, dan lain sebagainya,
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Seringnya terjadi beberapa
kasus terkait pemalsuan isi dari keputusan sirkuler, membuat notaris harus
berhati-hati dalam membuatkan akta PKPS. Akta Pernyataaan Keputusan
Pemegang Saham merupakan partij akta, yakni akta yang dibuat di hadapan
Notaris memuat uraian dari apa yang diterangkan atau diceritakan oleh para pihak
yang menghadap kepada notaris, dan merupakan kehendak dari para pemegang
saham yang dinyatakan dalam keputusan sirkuler. Bentuk konkrit dari bentuk
penerapan prinsip kehati-hatian yaitu ditandai dengan adanya negosiasi yang
dilakukan pada saat pra kontrak, adanya kewajiban notaris untuk menjelaskan dan
memberitahukan tentang fakta material dari objek perjanjian, dan adanya
kewajiban notaris untuk meneliti terlebih dahulu objek perjanjian dan klausula
perjanjian sebelum melakukan kesepakatan dan mengikatkan diri dalam perjanjian
antara kedua belah pihak.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menawarkan saran, antara lain:
Pertama, Demi tercapainya prinsip kehati-hatian notaris dalam mengenal para
penghadap, jika terdapat keraguan dan kesalahan atas dokumen-dokumen para
penghadap notaris sebaiknya menolak untuk membuat akta autentik, untuk
tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal para penghadap dan tidak menjadi
sengketa dikemudian hari. Prinsip itikad baik juga berlaku dalam pembuatan akta
Pernyataan Keputusan Pemegang Saham (PKPS). Itikad baik tersebut tidak hanya
mengacu kepada itikad baik para pihak, tetapi harus pula mengacu kepada nilai-
nilai yang berkembang dalam masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian
dari masyarakat. Kedua, Peraturan mengenai keputusan di luar RUPS perlu
diperjelas lagi seperti tata cara pembuatan, syarat sahnya, pembatalan dan apa saja
yang bisa diatur dalam keputusan di luar RUPS, agar pembuatan keputusan di luar
RUPS tidak hanya bergantung pada pasal 91 UUPT saja. Ketiga, Kepada para
pihak yang membuat akta tersebut, sebaiknya terlebih dahulu dijelaskan akibat-
akibat hukum dari akta tersebut. Mengingat dasar dari pembuatan akta pernyataan
ii
keputusan rapat dari suatu perseroan terbatas tersebut, adalah suatu notulensi rapat
yang merupakan akta di bawah tangan, yang proses pembuatannya tidak dihadiri
oleh Notaris. Hal ini sangat berbeda dengan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Perseroan Terbatas yang dibuat secara notaril, dimana notaris wajib
menghadiri dan mengikuti proses pelaksanaannya untuk kemudian dituangkan ke
dalam suatu akta otentik. Hal ini mengandung aspek kepastian dan perlindungan
hukum bagi para pihak, termasuk di dalamnya notaris.
iii
SUMMARY
i
The results of the study found that: First, the Notary is not responsible for
the PKR Deed made by him because the contents of the PKR deed are based on
the minutes of the meeting under hand and the contents of the minutes of the
meeting are the responsibility of the participants who attended the General
Meeting of Shareholders (GMS ). The notary is only responsible for the form of
the PKR deed. Second, decisions outside the General Meeting of Shareholders
which contain changes to the company's articles of association. After a decision
outside the General Meeting of Shareholders is made, it is not stated in the notary
deed nor is it reported to the Ministry of Law and Human Rights. Questions arise
regarding the validity of the decisions outside this General Meeting of
Shareholders. Qualitative research on normative law that uses this type of
analytical descriptive research is carried out by studying documents or library
materials. According to the law which regulates amendments to the articles of
association of a limited liability company, circular decisions regarding
amendments to the articles of association that are not stated in a notarial deed
cannot apply. . Third, the function of making a Shareholder Decision Deed
(PKPS) is to protect Notaries from potential violations of applicable regulations
such as submission of documents or false statements, etc., whether intentional or
unintentional. Often there are several cases related to falsification of the contents
of circular decisions, making notaries have to be careful in making PKPS deeds.
The Deed of Declaration of Shareholders' Decisions is partij deed, namely the
deed made before the Notary containing a description of what is explained or told
by the parties before the notary, and is the will of the shareholders stated in the
circular decision. The concrete form of the application of the precautionary
principle is marked by negotiations carried out during the pre-contract period,
the notary's obligation to explain and notify the material facts of the object of the
agreement, and the notary's obligation to examine the object of the agreement and
the clause of the agreement before committing to it. agreement and enter into an
agreement between the two parties.
Based on the results of the research, the authors offer suggestions, among
others: First, in order to achieve the principle of notary prudence in knowing the
parties, if there are doubts and errors on the documents, the notary appellants
should refuse to make an authentic deed, to achieve the precautionary principle
know the tappers and do not become a dispute in the future. The principle of good
faith also applies in the preparation of 81 deeds of Shareholder Decree (PKPS).
This good faith does not only refer to the good faith of the parties, but must also
refer to the values that develop in society, because good faith is part of society.
Second, the regulations regarding decisions outside the GMS need to be clarified
again, such as the procedure for making, legal requirements, cancellation and
anything that can be regulated in a decision outside the GMS, so that decision
making outside the GMS does not only depend on Article 91 of the Company Law.
Third, to the parties making the letter, it is better if they first explain the legal
consequences of the deed. Considering that the basis of the deed of the meeting
decision statement of a limited liability company, is a meeting minutes which is an
underhand letter, the process of which is not attended by a notary public. This is
very different from the Minutes of the General Meeting of Shareholders of Limited
ii
Liability Companies which are made notary, in which the notary is obliged to
attend and follow the implementation process to then be poured into an authentic
deed. This contains aspects of legal certainty and protection for the parties,
including notaries
iii
Peraturan Perundang-Undangan
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... v
HALAMAN MOTTO................................................................................... x
HALAMAN RINGKASAN........................................................................ xi
DAFTAR ISI.................................................................................................xviii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................... 1
i
1.5.3.1 Notaris ................................................................................... 11
Saham..................................................................................... 28
ii
1.7.5 Analisis Bahan Hukum................................................................ 35
BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................. 39
.............................................................................................................39
2.2 Akibat Hukum Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran
.............................................................................................................60
.............................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) merupakan badan usaha
dengan karakteristiknya yaitu terdapat pemisahan kekayaan pemilik dengan
kekayaan badan usaha, sehingga pemilik hanya bertanggung jawab sesuai jumlah
uang atau saham yang ditanamkannya dalamnya. Pengertian PT terdiri dari dua
kata, yakni “Perseroan” dan “Terbatas”. Perseroan merujuk kepada modal PT
yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham. Terbatas merujuk kepada pemegang
yang luas tanggung jawabnya hanya sebatas pada nilai nominal semua saham
yang dimilikinya. Untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional Indonesia di
bidang PT, yang dalam tatanan hukum Indonesia telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang telah dicabut dan
diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (selanjutnya disingkat dengan UUPT). Pengesahan UUPT merupakan
suatu tindakan pertama keluar dari lingkungan salah satu kodifikasi, yaitu:
Wetboek van Koophandel yang lazim dikenal dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD). Ketentuan tentang Perseroan Terbatas yang diatur
dalam KUHD, sudah tidak lagi dapat mengikuti dan memenuhi kebutuhan
perkembangan perekonomian dunia usaha yang sangat pesat. * UUPT membahas
juga Rancangan Perubahannya di lembaga legislatif.
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi memiliki tugas
utama menjalankan dan melaksanakan pengurusan (Beheer, Administration or
Management) perseroan atau dapat dikatakan bahwa perseroan diurus, dikelola
dan dimanage oleh Direksi.†
*
Kansil. Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
1996). hlm. 31.
†
Ibid. hlm 345.
1
2
juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS dengan syarat semua
pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan
menandatangani usul yang bersangkutan. Dijelaskan dalam penjelasannya, yang
dimaksud dengan “pengambilan keputusan di luar RUPS” dalam praktik dikenal
dengan usul keputusan yang diedarkan (keputusan sirkuler/circular resolution).
Keputusan sirkuler adalah salah satu cara untuk merubah anggaran dasar
perseroan. Perubahan anggaran dasar adalah salah satu kewenangan RUPS
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPT. Lalu, keputusan sirkuler
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 91 UUPT yang menyebutkan bahwa
pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS
dengan syarat semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara
tertulis dengan menandatangani usul yang bersangkutan. Jadi, perubahan
anggaran dasar selain dengan RUPS secara fisik, dapat juga diputuskan dengan
keputusan sirkuler. Diatur dalam Bagian Kedua Paragraf 2 Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang UUPT. Untuk mengubah anggaran dasar suatu
perusahaan yang berbentuk PT, Anda dapat mengadakan RUPS. Hal ini diatur di
Pasal 19 UUPT. Jika RUPS sudah dilaksanakan, disetujui, dan memenuhi
persyaratan kuorum, persetujuan itu akan dituangkan dalam berita acara rapat
yang dibuat oleh notaris dan selanjutnya dibuat dalam bentuk akta perubahan
anggaran dasar oleh notaris.
Mengadakan RUPS secara fisik sulit untuk diselenggarakan misalnya
karena satu atau beberapa pemegang saham sedang berada di luar kota atau luar
negeri, maka untuk merubah anggaran dasar dapat dilakukan melalui penerbitan
sirkuler. Penggunaan sirkuler dimungkinkan dalam Pasal 21 ayat (5) UUPT. Jadi,
jika tidak ada berita acara rapat, maka anda dapat membuat sirkuler yang harus
ditandatangani oleh seluruh pemegang saham PT. Keputusan Sirkuler itulah yang
kemudian dijadikan bentuk akta perubahan anggaran dasar oleh notaris. Namun
perlu anda ketahui, untuk menuangkan sirkuler dalam bentuk akta harus dilakukan
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) hari sejak tanggal
keputusan RUPS atau tanggal ditandatanganinya sirkuler dimaksud. Lewat dari 30
hari maka sirkuler tersebut tidak berlaku lagi dan harus dibuatkan yang baru.
4
Pasal 85 ayat (1) UUPT menyatakan bahwa pemegang saham baik sendiri
maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPS dan
menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.
Kewenangan menghadiri RUPS dan menggunakan hak suara sesuai dengan
jumlah saham yang dimiliki tidak berlaku bagi pemegang saham dengan saham
tanpa hak suara. Berarti hanya pemegang saham yang memiliki saham dengan hak
suara yang dapat hadir dalam RUPS dan menggunakan hak suaranya. Pada saat
pemungutan suara, anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan karyawan
Perseroan yang bersangkutan dilarang untuk bertindak sebagai kuasa dari
pemegang saham yang memberikan kuasanya. Apabila ada pemegang saham yang
memberikan kuasa untuk hadir dalam suatu RUPS akan tetapi kemudian
pemegang saham tersebut hadir sendiri dalam RUPS maka surat kuasa yang telah
diberikan tidak berlaku untuk rapat tersebut. Ketua rapat akan menentukan siapa
yang berhak hadir dalam RUPS dengan memperhatikan ketentuan UUPT dan
anggaran dasar Perseroan.†† Dalam pemungutan suara, suara yang dikeluarkan
oleh pemegang saham berlaku untuk seluruh saham yang dimilikinya dan
pemegang saham tidak berhak memberikan kuasa kepadalebih dari seorang kuasa
untuk sebagian dari jumlah saham yang dimilikinya dengan suara yang berbeda.
Ini artinya UUPT melarang voting yang terbelah. Juga apabila pemegang saham
memberikan kuasanya untuk hadir dalam RUPS kepada anggota Direksi, anggota
Dewan Komisaris, dan karyawan Perseroan maka yang diberi kuasa tidak dapat
bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham pada saat pemungutan suara.
RUPS dalam prakteknya, dituangkan dalam suatu akta otentik, yang dibuat
di hadapan notaris dan atau dibuat dalam bentuk notulensi rapat, yang berupa akta
di bawah tangan dan kemudian akta tersebut dituangkan dalam bentuk akta
otentik, yang dalam praktek dikenal dengan sebutan Akta Pernyataan Keputusan
Rapat. Notaris, adalah pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat
akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang
††
Akibat Hukum Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris (Studi Kasus Putusan Majelis
Pengawas Wilayah Notaris DKI Jakarta Nomor 10/Pts/Mj.Pwn.Prov. Dkijakarta/X/2018). Master
of Notarial Law. Faculty of Law. Universitas Indonesia. 2018.
5
diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat
akta.‡‡ Notaris selaku pejabat umum dalam setiap pelaksanaan tugasnya, tidak
boleh keluar dari “rambu-rambu” yang telah diatur oleh perangkat hukum yang
berlaku. Keberlakuan keputusan di luar RUPS yang merupakan perubahan
anggaran dasar yang tidak dituangkan dalam akta notaris menurut UUPT tidak
dapat berlaku. Perubahan anggaran dasar yang cukup diberitahukan kepada
Menteri berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan
perubahan anggaran dasar oleh Menteri.§§ Mengacu pada peraturan yang ada di
UUPT tersebut Notaris harus teliti dalam pemeriksaan RUPS untuk nantinya
dituangkan ke dalam berita acara dan pada prakteknya Notaris tidak boleh
merupah sedikitpun isi dari Keputusan Sirkuler dan tidak berpihak pada siapaun
pada pemegang saham serta Notaris wajib memberikan kajian terkait keputusan
sirkuler yang dibuat, apabila ada perubahan dan itu tanpa sepengetahuan dari
pihak pemegang saham maka Notaris dapat dikenai sanksi sesuai dengan Undang
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disingkat UUJN), dan dalam
menjalankan jabatannya pada Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN 2014 dimana
Notaris harus bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Tanggung
jawab notaris dalam pembuatan akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang
saham perseroan terbatas perlu dikaji lebih lanjut. Dari uraian diatas penulis
mendapatkan Putusan pengadilan dimana dalam perkara tersebut
mempermasalahkan suatu keputusan diluar RUPS (keputusan Sirkuler) kasus pada
PUTUSAN NO.193/PDT.G/2014/PN.JKT.SEL yang dipermasalahkan mengenai
keberlakuan keputusan diluar RUPS mengenai perubahan anggaran dasar yang
tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan kasus pada PUTUSAN
NO:581/PDT/2017/PT.BDG terkait keputusan sirkuler yang kemudian dilakukan
peralihan jual beli saham oleh PT. Paramindo dengan PT. Cikondang Kancana
Prima. perkara-perkara tersebut akan menjadi bahan lainnya dalam penulisan
‡‡
Sudikno Mertokusumo. Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris. (Majalah Renvoi. Nomor
12. tanggal 3 Mei 2004). hlm 49.
§§
Ibid.
6
tersis ini karena telah terjadi sengketa terkait keputusan sirkuler pada perusahaan,
dimana fokus penulis dalam penelitian ini sangat relevan dengan contoh perkara
diatas, karena ada batasan-batasan mengenai apa saja keputusan perusahaan yang
diperbolehkan tanpa mekanisme RUPS dan ada pula yang tidak boleh diambil
keputusan apabila tidak melalui mekanisme pengambilan keputusan melalui
RUPS.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis sangat tertarik
untuk meneliti bagaimana tanggung jawab notaris terhadap akta yang dibuat
diluar rapat umum pemegang saham (RUPS), apa akibat hukum atas akta yang
dibuat berdasarkan keputusan rapat sirkuler diluar rapat umum pemegang saham
(RUPS), serta bagaimana pengaturan kedepan untuk mengakomodir permasalahan
tersebut. Melihat uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam
lagi permasalahan diatas dengan penulisan tesis ini yang berjudul “Tanggung
Jawab Notaris Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah
Tangga Yang Dibuat Berdasarkan Keputusan Di Luar Rapat Umum
Pemegang Saham”
.
***
Anton M. Moeliono, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta. Balai Pustaka.
2008). hlm 1028.
8
†††
U Utrecht dan Moh. Saleh J Jindang. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. (Jakarta.
Iktiar baru dan sinar harapan, 1989). hlm. 388.
‡‡‡
Peter Mahmud Marzuk. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2008). hlm. 158.
§§§
Dominikus Rato. Filsafat Hukum Mencari dan Memahami Hukum. (Yogyakarta:
Laksbang Pressindo. 2010). hlm. 59.
****
Lili Rasjidi. Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya. (Bandung: Remaja Roesdakarya
Offset. 1994). hlm. 27.
9
††††
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta 2010). hlm
13.
‡‡‡‡
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien. (Jakarta:
Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
§§§§
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien. (Jakarta:
Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
10
perlindungan hukum dalam bidang hukum privat kepada warga negara yang telah
melimpahkan sebagaian wewenangnya kepada Notaris untuk membuat akta
otentik. Oleh karena itu, ketika menjalankan tugasnya, Notaris wajib diposisikan
sebagai pejabat umum yang mengemban tugas.‡‡‡‡‡
Kata Notaris berasal dari kata Notarius ialah nama yang pada zaman
Romawi, diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan menulis.
Nama Notarius ini lambat laun memiliki arti mereka yang mengadakan pencatatan
dengan tulisan cepat, seperti stenograaf sekarang.§§§§§ Menurut Pasal 1 ayat 1
UUJN, menyebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.
Notaris sebagai pejabat umum,****** merupakan terjemahan dari istilah
Openbare Ambtenare yang terdapat dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris
(PJN),†††††† dan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata).‡‡‡‡‡‡
Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris menyebutkan bahwa:
“Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh
yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta
otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan
memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang
pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan
‡‡‡‡‡
Dody Radjasa Waluyo. Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum. (Media Notariat
(Menor) Edisi Oktober-Desember. 2001). hlm 63.
§§§§§
R.Soegono Notodisoerjo. Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan. (Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 1993). hlm 13.
******
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam Putusan Nomor 009-014/PUU-
111/2005. tanggal 13 September 2005 mengistilahkan tentang Pejabat Umum sebagai Public
Official. Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 009-014/PUU-
111/2005. http://hukum.unsrat.ac.id/ mk/mk_9_14_2005.pdf, diakses pada tanggal 15 Februari
2021.
††††††
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Art. 1 dalam Reglement op Het
Notaris Ambt in Indonesie (Stb. 1860:3). diterjemahkan menjadi Pejabat Umum oleh G. H. S.
Lumban Tobing didalam kata pengantar bukunya. Lihat G. H. S. Lumban Tobing. Peraturan
Jabatan Notaris. Cetakan V. (Jakarta: Gelora Aksara Pratama. 1999). hlm. v.
‡‡‡‡‡‡
Istilah Openbare Ambtenaren yang terdapat dalam Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek
(BW) diterjemahkan menjadi Pejabat Umum oleh R.Soebekti dan R.Tjitrosudibio. Lihat Indonesia.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan oleh R. Soebekti dan
R. Tjitrosudibio. Cetakan XXV. (Jakarta: Pradnya Paramita. 1995). hlm. 397.
12
§§§§§§
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat. Cet. 28 (Jakarta:
PT Pradnya Paramita. 2008).
*******
Habib Adjie. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik. Cetakan 2. (Bandung: Refika Aditama, 2009). hlm. 27.
†††††††
Dody Radjasa Waluyo. Op.Cit. hlm. 63.
13
‡‡‡‡‡‡‡
Ibid, hlm. 63.
§§§§§§§
Habib Adjie. Op. Cit. Hlm. 28-29.
14
pemerintah.********
Pasal 1 huruf a disebutkan bahwa “Notaris: de ambtenaar,” Notaris tidak
lagi disebut sebagai Openbaar Ambtenaar sebagaimana tercantum dalam Pasal 1
Wet op het Notarisambt yang lama (diundangkan tanggal Juli 1842, Stb. 20).
Tidak dirumuskan lagi Notaris sebagai Openbaar Ambtenaar, sekarang ini tidak
dipersoalkan apakah Notaris sebagai pejabat umum atau bukan, dan perlu
diperhatikan bahwa istilah Openbaar Ambtenaar dalam konteks ini tidak
bermakna umum, tetapi bermakna publik. Ambt pada dasarnya adalah jabatan
publik, dengan demikian jabatan Notaris adalah jabatan publik tanpa perlu
atribut Openbaar.15 Penjelasan Pasal 1 huruf (a) tersebut di atas bahwa
penggunaan istilah Notaris sebagai Openbaar Ambtenaar sebagai
tautologie.††††††††
Ketentuan dalam Wet op het Notarisambt tersebut di atas dijadikan
rujukan untuk memberikan pengertian yang sama terhadap ketentuan Pasal 1
angka 1 UUJN yang menyebutkan Notaris adalah Pejabat Umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN. Maka Pejabat Umum yang
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 UUJN harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau
Notaris sebagai Pejabat Publik yang berwenang untuk membuat akta otentik
sesuai Pasal 15 ayat (1) UUJN dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN dan untuk melayani kepentingan
masyarakat.
1.5.3.2 Kewenangan dan Kewajiban Notaris
Notaris merupakan lembaga yang ada dalam masyarakat dan timbul karena
adanya kebutuhan anggota masyarakat yang melakukan suatu perbuatan hukum,
yang menghendaki adanya suatu alat bukti tertulis jika ada sengketa atau
permasalahan, agar dapat dijadikan bukti yang paling kuat dipengadilan. Untuk
alasan itulah, anggota masyarakat membutuhkan Notaris untuk membuat akta
********
Habib Adjie. Penggerogotan Wewenang Notaris Sebagai Pejabat Umum. (Renvoi.
Nomor 04. Tahun II. 3 September 2004). hlm. 32.
††††††††
Philipuss M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati. Argumentasi Hukum. (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 2005). hlm. 80.
15
otentik.‡‡‡‡‡‡‡‡ Contohnya adalah akta perjanjian jual beli, kredit, sewa menyewa,
perjanjian hibah, akta wasiat, akta kuasa, dan lain sebagainya.
Notaris kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud
untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis
yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang
dikehendaki oleh para pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik untuk
dijadikan sebagai alat bukti yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
bahwa tindakan hukum tertentu wajib dibuat dalam bentuk akta
otentik.§§§§§§§§Contohnya akta pendirian perseroan terbatas, maupun berita acara
rapat para pemegang saham dalam perseroan terbatas, akta pendirian Yayasan,
persekutuan komanditer (CV), dan lain sebagainya.
Herlien Budiono, dalam lalu lintas hubungan-hubungan hukum privat,
Notaris menikmati kewenangan eksklusif untuk membuat akta-akta otentik.
Terhadap akta otentik tersebut diberikan kekuatan bukti yang kuat dalam perkara-
perkara perdata, sehingga Notaris yang berwenang membuat akta-akta otentik
menempati kedudukan sangat penting dalam kehidupan hukum, dalam banyak hal
Notaris berkedudukan sebagai penasehat terpercaya dari orang-orang yang
memerlukan bantuan hukum, dan bagi klien dapat berperan sebagai penunjuk
arah.*********
Perkembangan jabatan Notaris di dalam masyarakat modern harus
menjalankan fungsi aktif dengan dilatarbelakangi kehendak agar para pihak
melaksanakan dan memenuhi kontrak sebagaimana sejak semula dimaksudkan
dan disepakati oleh para pihak. Van Mourik menyatakan bahwa “fungsi seorang
Notaris dalam masyarakat modern tidaklah mungkin seperti yang tidak pernah
terwujudkan, yakni sekedar penulis pasif yang tidak memiliki kehendak sendiri
‡‡‡‡‡‡‡‡
Liliana Tedjosaputro. Etika Profesi Notari. Dalam Penegakan Hukum Pidana.
(Yogyakarta: Bigraf Publishing. 1995). hlm. 84.
§§§§§§§§
Secara substantif akta Notaris dapat berupa: (1) suatu keadaan, peristiwa, atau
perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para pihak agar dituangkan dalam bentuk akta otentik
untuk dijadikan sebagai alat bukti, (2) berdasarkan peraturan perundang-undangan bahwa
tindakan hukum tertentu wajib dibuat dalam bentuk akta otentik. Lihat Habib Adji. Sekilas Dunia
Notaris dan PPAT Indonesia. Cetakan Pertama. (Bandung: Mandar Maju. 2009). hlm. 22.
*********
Herlien Budiono. Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesi.,
Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia (Bandung: Citra Aditya. 2006)
hlm. 257.
16
†††††††††
Van Mourik M. J. A. dalam Herlien Budiono. Ibid. hlm. 261.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm. 261-262.
§§§§§§§§§
Ibid. hlm. 261-256.
**********
Pasal 15 ayat 1 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.
17
Terkait pembukian akta dimana pada Pasal 164 HR, Pasal 283 Tbg, dan
Pasal 1865 KUH Perdata, maka jelas bahwa bukti tulisan ditempatkan paling atas
dari seluruh alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal-Pasal undang-undang
tersebut. Pada hakikatnya kekuatan pembuktian dari akta itu selalu dapat
dibedakan atas tiga, yaitu:***********
1) Kekuatan pembuktian lahir (Uitendige Bewijskracth)
Yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan
pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahir dari akta itu, maksudnya
bahwa suatu surat yang kelihatannya seperti akta, harus diperlakukan sebagai
akta, sampai dibuktikan sebaliknya.
2) Kekuatan pembuktian formil (Formil Bewijskracth)
Kekuatan pembuktian formal ini didasarkan atas benar tidaknya ada
pernyataan oleh yang bertanda tangan di bawah akta itu, dalam akta otentik
pejabat pembuat akta menyatakan dalam tulisan itu bahwa ada yang
dinyatakan dalam akta itu sebagaimana telah dicantumkan di
dalamnya.†††††††††††
3) Kekuatan pembuktian materil (Materiele Bewijskracth)
Kekuatan pembuktian materil ini menyangkut pembuktian tentang materi
suatu akta, memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para
pihak melakukan atau melaksanakan seperti apa yang diterangkan dalam akta
itu.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Akta pejabat sebagai akta otentik, tidak lain hanya membuktikan
§§§§§§§§§§
Habib Adjie. Sanksi Perdata dan Adminstrasi Terhadap Notaris Sebagai Pejabat
Publik. (Bandung: Refika Aditama. 2008). hlm 157. (selanjutnya disingkat Habib Adjie II)
***********
Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang. Gross Akta dalam
Pembuktian dan Eksekusi. (Jakarta: Rineka Cipta. 1993). hlm 37-38.
†††††††††††
Ibid. hlm 112.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm 113.
21
apa yang disaksikan, yakni yang dilihat, didengar dan juga dilakukan sendiri
oleh pejabat itu dalam menjalankan jabatannya.
§§§§§§§§§§§
Asril Sitompul. Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di
Cyberspace. (Bandung: Citra Aditya. 2001). hlm 42.
************
Edmon Makarim. Notaris & Transaksi Elektronik Kajian Hukum tentang
Cybernotary atau Electronic Notary. (Jakarta: Raja Grafindo. 2013). hlm 69.
22
††††††††††††
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Soedjono Dirjosisworo. “HukumPerusahaan Mengenai Bentuk-bentuk
Perusahaan badan usaha) di Indonesia”. ( Bandung: Mandar Maju. 1997). hlm 48.
§§§§§§§§§§§§
H.M.N. Purwosutjipto. “Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. (Jakarta:
Djambatan. 1979. hlm 85.
*************
Zaeni Asyhadie. Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005). hlm 41.
†††††††††††††
I.G. Rai Widjaya. Hukum Perusahaan dan Undang-Undang dan Peraturan
Pelaksanaan di Bidang Usaha. (Jakarta: KBI. 2000). hlm 127.
23
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
M. Hadi Subhan. Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan.
(Jakarta: Prenada Media Group. 2008). hlm 225.
§§§§§§§§§§§§§
Mustakim. Kedudukan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
sebagai akta otentik dalam kaitan dengan tanggung jawab notaris sebagai pejabat umum. Jurnal
ilmu hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala. Hlm. 160. Volume 18. Nomor 01. April
2016. ISSN : 2527-8428.
24
§§§§§§§§§§§§§§
I.G. Rai Widjaya(b). Hukum Perusahaan Dan Undang-Undang Dan
Peraturan Pelaksanaan Di Bidang Usaha. (Jakarta: Kesaint Blanc. 2005). hlm 257.
***************
C.S.T. Kansil. Pokok-pokok Hukum Perseroan Terbatas Tahun 1995.
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1996). hlm 66.
†††††††††††††††
Gatot Supramono. Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru. (Jakarta:
Djambatan. 2004). hlm 68.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm 68-69.
26
§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid. hlm 54.
28
****************
M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta: Sinar Grafika.
Cet. ke-3. 2011). hlm 339-340.
††††††††††††††††
R. Subekti. Hukum Pembuktia. (Jakarta : Pradnya Paramita. 1978). hal 7.
29
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 1867 KUHPerdata. berbunyi : “Pembuktian dengan tulisan dilakukan
dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisantulisan di bawah tangan”. Pokok-Pokok
Hukum Perdata. Jakarta : Pradnya Paramita. 1979. hal 397.
§§§§§§§§§§§§§§§§
Th. Kussunaryatun. Hukum Acara Perdata (Pemeriksaan Perkara Perdata.,
Surakarta: Univesitas Sebelas Maret. 1999). hlm 59.
30
akan menggambarkan apa yang berbeda dari penelitian kita dengan penelitian
orang lain tersebut meskipun judulnya hampir sama.
Adapun penelitian sebelumnya yang ada kemiripan dengan penelitian
Nama /
Metode Hasil Unsur
Instansi/ Judul
Penelitian Penelitian Kebaruan
Tahun
1. Roita Tanggung Jawab Yuridis 1. Kewenangan 1.Keberlakuan
Asma, SH / Notaris dalam Normatif dan keputusan di
Penelitian Pembuatan Akta tanggung luar RUPS
Tesis Pernyataan jawab yang
Program Keputusan Rapat Notaris merupakan
Pascasarjana Perseroan dalam perubahan
Program Terbatas pembuatan anggaran
Studi Di Jakarta Timur akta dasar yang
Magister pernyataan tidak
Kenotariatan keputusan dituangkan
Universitas rapat umum dalam akta
Diponegoro pemegang notaris.
Semarang / saham 2.Pengaturan
2008 perseroan Tanggung
terbatas. Jawab Notaris
2. Akibat kedepan
hukum dari terhadap Akta
pembuatan yang dibuat
akta berdasarkan
pernyataan Keputusan
keputusan Sirkuler
rapat umum Pemegang
pemegang Saham
saham
perseroan
terbatas.
2. Yasin Peran dan Empiris 1. Prosedur 1.Keberlakuan
Tanaka / Tanggung jawab Pembuatan keputusan di
Penelitian Notaris Dalam dan luar RUPS
Tesis Keputusan Pelaksanaan yang
Program Pemegang RUPS merupakan
Magister Saham Diluar Sirkuler. perubahan
Kenotariatan Rapat Umum 2. Peran dan anggaran dasar
Fakultas Pemegang Tanggungja yang tidak
31
*****************
Ronny Hanitijo Soemitro. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta:
Rinneka Cipta. 1988). Hlm.10
†††††††††††††††††
Johnny Ibrahim. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. 2d ed
(Malang: Banyumedia Publishing. 2006). Hlm.294
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi. Penelitian Hukum. (Jakarta: Sinar
Grafika. 2013). hlm. 11.
§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid. Hlm.133.
33
Saha dan Pengaturan Tanggung Jawab Notaris kedepan terhadap Akta yang dibuat
berdasarkan Keputusan Sirkuler Pemegang Saham.
Pendekatan Konseptual (conceptual approach), metode ini mengacu
tentang prinsip-prinsip hukum yang berasal dari pandangan atau yurisprudensi
para sarjana, dengan mempelajari pandangan dan doktrin yang terkandung dalam
yurisprudensi, para sarjana menemukan ide-ide yang melahirkan konsep-konsep
hukum, konsep-konsep hukum, dan prinsip-prinsip yang terkait dengan materi
pelajaran.****************** Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum dan
dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin penulis ingin
menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-
konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi.
Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan
sandaran penulis dalam membangun argumentasi hukum dalam memecahkan isu
yang dihadapi.
Pendekatan Kasus (Case Approach), metode pendekatan ini dilakukan
dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu
yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Kasus yang digunakan dalam penelitian tesis ini ialah
kasus pada PUTUSAN NO.193/PDT.G/2014/PN.JKT.SEL dan kasus pada
PUTUSAN NO:581/PDT/2017/PT.BDG. Kasus-kasus tersebut dipilih karena
telah terjadi sengketa terkait keputusan sirkuler pada perusahaan.
******************
Ibid. Hlm.135-136.
††††††††††††††††††
Ibid. Hlm.181
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid.
34
dan jurnal tentang topik hukum dalam tesis ini. Penelitian pada umumnya
dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari
bahan-bahan pustaka yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data
primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka
lazimnya dinamakan data sekunder. Data dalam penulisan ini adalah data
sekunder, yaitu bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-
buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel,
serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian dan penelusuran bahan
internet dengan cara memperoleh data baik literatur maupun akses internet,artikel
serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Oleh karena
itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah,
mencatat membuat ulasan bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan
Tanggung Jawab Notaris dan terkait Keputusan Sirkuler.
†††††††††††††††††††
Dyah Ochtorina Susanti, A’an Efendi, dan Rahmadi Indra Tektona.
Penelitian Hukum Doktrina. (Yogyakarta: LaksBang Justitia. 2019). hlm. 89.
36
yang ada dalam undang-undang tidak jelas dan makna tersebut juga tidak
ditemukan dalam putusan pengadilan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid, hlm.90.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Herowati Poesoko. Modul Mata Kuliah: Metode Penulisan dan Penelitian
Hukum Pada Program Pascasarjana magister Kenotariatan. (Jember: Fakultas Hukum
Universitas Jember. 2014). hlm 28.
37
LEGAL ISSUE
Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
dalam Pasal 91 Tidak Mengatur Prosedur Maupun Mekanisme dari
Pelaksanaan dan Proses tentang Pengambilan Keputusan diluar Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
3
Apa bentuk tanggung Apa akibat hukum atas Bagaimana pengaturan
4 jawab notaris atas akta akta perubahan anggaran kedepan tentang
perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tanggung jawab notaris
5 dasar dan anggaran tangga yang dibuat atas akta yang dibuat
berdasarkan keputusan
6 rumah tangga yang sirkuler di luar RUPS ?
berdasarkan keputusan
dibuat di luar RUPS ? sirkuler pemegang
7 saham ?
8
9
- Pendekatan - Pendekatan - Pendekatan
10Perundang- Perundang- Perundang-
Undangan Undangan Undangan
11
- Pendekatan - Pendekatan - Pendekatan
Konseptual 12
Konseptual Konseptual
- Pendekatan Kasus - Pendekatan Kasus - Pendekatan Kasus
13
********************
G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris (Notaris Reglement).
(Penerbit Jakarta: Erlangga. 1999). Hlm 55.
††††††††††††††††††††
Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta.
2010). hlm. 13.
39
Triwulan pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang
menyebabkan
40
41
timbulnya hak hukum bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa
hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi
pertanggungjawabannya.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Teori Tanggung Jawab Hukum Menurut
Abdulkadir Muhammad teori tanggung jawab dalam perbuatan melanggar hukum
(tort liability) dibagi menjadi beberapa teori, yaitu:§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
dengan sengaja (intertional tort liability), tergugat harus sudah melakukan
perbuatan sedemikian rupa sehingga merugikan penggugat atau
mengetahui bahwa apa yang dilakukan tergugat akan mengakibatkan
kerugian.
2. Tanggung jawab akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
karena kelalaian (negligence tort lilability), didasarkan pada konsep
kesalahan (concept of fault) yang berkaitan dengan moral dan hukum yang
sudah bercampur baur (interminglend).
Tanggung jawab mutlak akibat perbuatan melanggar hukum tanpa
mempersoalkan kesalahan (stirck liability),didasarkan pada perbuatannya baik
secara sengaja maupun tidak sengaja, artinya meskipun bukan kesalahannya tetap
bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat perbuatannyaSelanjutnya
dinyatakan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yang
dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada
dasarnya tetap harus disertai dengan pertanggungjawaban, demikian pula dengan
pelaksanaan kekuasaan.********************* Tanggungjawab Notaris mempunyai
pengertian:†††††††††††††††††††††
1. Notaris membuat akta dengan baik dan benar, artinya yang memenuhi
kehendak hukum dan permintaan pihak yang berkepentingan;
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Titik Triwulan dan Shinta Febrian. Perlindungan Hukum bagi Pasien.
(Jakarta: Prestasi Pustaka. 2010). hlm 48.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. (Citra Aditya
Bakti. 2010). hlm. 503.
*********************
M. Luthfan Hadi Darus. Hukum Notariat dan Tanggung Jawab Jabatan
Notaris. cet. 1. (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. 2017). hlm. 48.
†††††††††††††††††††††
Freddy Harris dan Leny Helena. Notaris Indonesia. cet. 2. (Jakarta: PT.
Lintas Cetak Djaja. 2017). hlm. 65-66.
42
2. Akta Notaris tersebut bermutu, yaitu sesuai dengan aturan hukum dan
kehendak pihak yang berkepentingan dalam arti sebenarnya. Notaris juga
menjelaskan kepada para pihak yang berkepentingan kebenaran isi dan
prosedur akta yang dibuatnya itu;
3. Akta tersebut berdampak positif, yaitu siapa pun akar mengakui akta
Notaris tersebut mempunyai kekuatan bukti sempurna
Keputusan sirkuler merupakan salah satu mekanisme pengambilan
keputusan oleh Pemegang Saham selain melalui daripada RUPS Keputusan
sirkuler dijelaskan dalam Pasal 91 UUPT, namun mekanisme maupun prosedur
pelaksanaannya tidak diatur secara jelas dalam UUPT. Keputusan Sirkuler
dianggap merupakan suatu cara yang lebih sederhana dalam mengambil
keputusan. Keputusan sirkuler memberikan efisiensi waktu dan tempat sehingga
para Pemegang Saham lebih dimudahkan dalam mengambil keputusan tanpa
dibatasi oleh tempat dan waktu.
Mekanisme pembuatan keputusan sirkuler berawal dari adanya usulan baik
usulan yang berasal dari direksi ataupun dari pemegang saham. Pasal 91 UUPT
tidak dijelaskan dengan terperinci mengenai hal apa saja yang dapat menjadi
objek dari keputusan sirkuler. Sehingga mengakibatkan tidak adanya batasan yang
lengkap dan detail terkait hal-hal apa saja yang dapat menjadi kewenangan
Pemegang Saham yang tidak dapat dibuatkan keputusan sirkuler. Pada dasarnya
Keputusan Sirkuler ini diperuntukkan untuk menggantikan keputusan yang lahir
melalui RUPS Luar Biasa (RUPSLB).‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Berdasarkan keadaan dan
kebutuhan serta kepentingan yang mendesak, maka sewaktu-waktu perseroan
dapat meminta persetujuan Pemegang Saham melalui Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB). Namun, apabila RUPSLB tidak dimungkinkan
untuk diadakan, maka keputusan sirkuler dapat dibuat. Keputusan sirkuler
seharusnya diperuntukkan terhadap hal-hal yang bersifat mendesak yang
membutuhkan persetujuan RUPS dalam jangka waktu yang relatif singkat,
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Yasin Tanaka. Peran Dan Tanggungjawab Notaris Dalam Keputusa
Pemegang Saham Diluar Rapat Umum Pemegang Saham (Rups) Berdasar Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Jurnal Repertorium Volume IV No. 1
Januari-Juni 2017. Hlm 115.
43
misalnya dalam hal perseroan mendapat pinjaman dari bank yang mana menjadi
jaminan atas agunannya adalah aset perseroan yang nilainya lebih dari 50% (lima
puluh persen) dari total keseluruhan aset perseroan. Maka mengacu kepada
ketentuan tersebut haruslah memerlukan persetujuan para pemegang saham.
Pembuatan keputusan sirkuler sebelumnya ada beberapa tahapan yang
harus dipersiapkan, yang diantaranya adalah:§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a. Mengumpulkan usulan-usulan dari para pemegang saham mengenai apa
saja yang dikehendaki oleh para Pemegang Saham;
b. Melakukan konfirmasi ulang kepada para Pemegang Saham mengenai hal-
hal yang dikehendaki;
c. Menghubungi Notaris untuk membuat keputusan sirkuler;
d. Menghadap ke Notaris untuk menuangkan keputusan sirkuler ke dalam
akta otentik;
Pembuatan keputusan sirkuler dilakukan dengan mekanisme pengiriman
untuk memperoleh persetujuan dari para Pemegang Saham, maka hal tersebut
mengindikasikan bahwa keputusan sirkuler tidak dapat dibuat secara otentik.
Secara teknis mekanisme ini ditempuh karena sulitnya para Pemegang Saham
untuk berkumpul dalam satu waktu dan tempat untuk memberikan persetujuan
tertulis dihadapan notaris sebagai pejabat yang diberi kewenangan membuat akta
otentik.********************** Mekanisme yang dijalankan RUPS yang tidak
menghadirkan langsung Notaris untuk membuat Berita Acara Rapat, maka
diwajibkan untuk membuat risalah RUPS. Hal tersebut berlaku sama terhadap
keputusan Pemegang Saham yang diputuskan tanpa melalui rapat. Keputusan
sirkuler adalah risalah dari keputusan Pemegang Saham yang dibuat diluar rapat
tersebut, yang mempunyai kekuatan mengikat seperti RUPS, dan dengan
demikian konsekuensi dari hal tersebut memberikan keputusan sirkuler untuk
dapat menggantikan RUPSLB. Pada dasarnya penuangan keputusan sirkuler ke
dalam akta otentik sama dengan penuangan risalah RUPS ke dalam akta
Pernyataan Keputusan Rapat (PKR), yaitu sebagai berikut:††††††††††††††††††††††
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid
**********************
Yasin Tanaka. Ibid. Hlm 116.
††††††††††††††††††††††
Ibid
44
tidak serta merta dapat diterapkan begitu saja, akan tetapi ada syarat yang
mengikuti.
Meskipun tidak ada pemanggilan secara resmi, apabila seluruh pemegang
saham telah hadir, maka dapat dipastikan bahwa hak pemegang saham untuk
mengetahui dan bersuara dalam memutuskan sesuatu telah terlindungi. Pasal 82
Ayat 5 UUPT hanya mengatur bahwa dalam hal pemanggilan RUPS tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dan 2, serta Ayat 3 Pasal 82
tersebut, keputusan RUPS tetap sah selama seluruh pemegang saham hadir dalam
rapat dan menyetujui dengan suara bulat. Kata “Pemanggilan” dalam kalimat:
“dalam hal pemanggilan RUPS tidak sesuai” yang merupakan redaksi dari Pasal
82 Ayat 5 UUPT secara jelas dan tegas menyatakan bahwa meskipun seluruh
pemegang saham hadir dan keputusan diambil dengan suara bulat, Pasal 82 Ayat
5 UUPT tetap mensyaratkan adanya pemanggilan RUPS.
Pasal 82 Ayat 5 UUPT hanya mengatur bahwa dalam hal semua pemegang
saham hadir dan keputusan diambil dengan suara bulat, maka keputusan dianggap
sah, meskipun pelaksanaan pemanggilan menyimpang dari ketentuan Ayat 1
mengenai jangka waktu pemanggilan, Ayat 2 mengenai cara pemanggilan yaitu
dengan surat tercatat atau iklan, dan Ayat 3 mengenai waktu, tempat serta mata
acara rapat. Jadi Ayat 5 Pasal 82 UUPT tidak mengatur mengenai penyimpangan
terhadap keharusan pemanggilan RUPS yang termaktub dalam Pasal 79 Ayat 1,
Pasal 80 dan Pasal 81 UUPT, atau dengan kata lain Pasal 82 Ayat 5 UUPT sama
sekali tidak mengatur bahwa bila seluruh pemegang saham hadir dan keputusan
diambil dengan suata bulat, keputusan RUPS dapat dikatakan sah meskipun tidak
diadakan pemanggilan. Apabila aturan tersebut dibenturkan dengan aturan dalam
Pasal 76 Ayat 4 dan 5 UUPT yang berbunyi:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
“(4) Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang
saham dan semua pemegang saham menyetujui diadakan RUPS
dengan agenda tertentu, RUPS dapat diadakan dimanapun dengan
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5)
RUPS sebagaiman dimaksud pada ayat (4) dapat mengambil
keputusan jika keputusan tersebut disetujui dengan suara bulat.”
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 76 ayat 4-5 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
46
2. Akta harus ditandatangani dan sampai saat ini belum ada peraturan yang
secara eksplisit dan bersifat lex specialis menyatakan bahwa Digital
Signature boleh digunakan untuk menandatangani akta otentik.
3. Pembuatan akta dan penandatanganan harus dihadiri dan disaksikan oleh
Notaris dan para saksi dan sampai saat ini belum ada peraturan yang
menyatakan bahwa Notaris boleh menyaksikan panandatanganan melalui
misalnya teleconferensi.
Pandangan Brian Prasetyo sejalan dengan ketentuan ketentuan Pasal 5
ayat (4) UU No. 11 Tahun 2008 bahwa ketentuan mengenai Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektonik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk:
1. Surat yang menurut UU harus dibuat dalam bentuk tertulis.
2. Surat beserta dokumennya yang menurut UU harus dibuat dalam
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Alat bukti elektronik tidak berlaku terhadap surat-surat yang harus dibuat
dalam bentuk surat tertulis atau dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat
pejabat pembuat akta. Ketentuan tersebut mengandung arti bahwa alat bukti
elektronik dalam bentuk Dokumen Elektronik tidak berlaku dan tidak dapat
dipersamakan dengan suatu akta otentik /akta notaril yang bentuknya tertulis dan
mempunyai minuta akta (asli akta Notaris).
Alasan Notaris meragukan risalah RUPS melalui media elektronik juga
adalah belum adanya badan CA (Certificate Authority) yang dapat membantu
Notaris dalam hal sebagai pihak ketiga yang dipercaya menyediakan sertifikasi
elektronik yang juga memiliki wewenang sebagai lembaga resmi dalam
menyimpan alat-alat bukti dalam bentuk elektronik dan dalam pelaksanaan tanda
tangan digital.
Selain itu, alasan Notaris meragukannya adalah kurangnya kekuatan
hukum, apabila pemegang saham yang diberi kuasa untuk membuat akta risalah
rapat mengirimkan risalah dalam bentuk video RUPS, yang dimana Notaris juga
tidak dapat menentukan keaslian dari video tersebut, karena Notaris bukanlah
49
4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan
ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris.
Dewasa ini, Notaris dituntut untuk dapat menjadi Cyber Notary, karena
kebutuhan manusia yang semakin maju seiring semakin majuna teknologi yang
memungkinkan semua dilakukan secara online dan elektronik. Profesor
Hikmahanto Juwana menyatakan bahwa istilah Cyber Notary muncul pada tahun
1994 yang dikeluarkan oleh The Information Security Committee of the
American bar Association, komite ini menggambarkan bahwa ada suatu profesi
yang mirip dengan notary public, akan tetapi dokumen yang dibuat dan yang ada
pada profesi tersebut berbasis elektronik, hal mana profesi tersebut mempunyai
fungsi untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dokumen yang dibuat tersebut.
Cyber Notary mempunyai peran untuk mengotentifikasi dokumen yang berbasis
elektronik, yang mana dari otentifikasi dokumen tersebut dapat di print out di
manapun berada dan kapan saja. Cyber Notary juga mempunyai peran untuk
memberikan kepastian kepada pihak-pihak yang berada di lain negara apakah di
saat melakukan transaksi di suatu negara benar-benar atas kesadaran sendiri dan
tanpa ada paksaan maupun ancaman agar menandatangani dokumen yang
berbasis elektronik tersebut.
Pasal ini menjelaskan bahwa Notaris dapat menjalankan fungsinya
sebagai Cyber Notary dengan mensertifikasi transaksi yang dilakukan secara
elektronik, tidak terkecuali akta relaas RUPS yang sudah dibenarkan menurut
pasal 77 UUPT dan dalam pasal 16 ayat 1 (satu) huruf (m)
menjelaskan:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
“Membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh
paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus
untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani
pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;”
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
G.H.S Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notaris (Notaris
Reglement). (Jakarta: Erlangga. 2017). Hlm 55.
53
************************
Abdul Ghofur. Lembaga Kenotariatan Indonesia: perspektif hukum dan
Etika. (Yogyakarta: UII Press. 2009). hlm 34.
††††††††††††††††††††††††
Nico. Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum.(Yogyakarta:
Center For Documentaion and Studies of Business Law, 2003). hlm. 21.
54
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Yasin Tanaka. Op.Cit. Hlm 118.
55
mencari kebenaran yang menurut yang sebenarnya, bukan menurut apa yang
dikemukakan oleh jaksa penuntut umum maupun penasihat hukum terdakwa.
Notaris membuat akta sesuai dengan keterangan-keterangan dari
penghadap tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan keterangan tersebut yang
diberikan, maka Notaris tidak dapat dituntut secara pidana maupun perdata untuk
bertanggung jawab atas akta yang dibuatnya, karena akta tersebut dibuat
berdasarkan keterangan atau kehendak para penghadap. Tanggungjawab Notaris
secara perdata memiliki keterkaitan dengan adanya unsur
kerugian.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Dalam hal akta yang dibuat oleh Notaris cacat hukum
ataupun mendatangkan kerugian bagi pihak lain, yang dalam hal ini bisa jadi
adalah klien atau penghadap dari Notaris yang meminta dibuatkan akta tersebut
maka Notaris harus bertanggung jawab dengan memberikan ganti kerugian.
Tuntutan terhadap Notaris dalam bentuk penggantian biaya, ganti rugi dan bunga
sebagai akibat akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta
dibawah tangan atau batal demi hukum, adalah didasarkan atas
adanya:*************************
1. Hubungan hukum yang khas antara Notaris dengan para
penghadap dengan bentuk sebagai perbuatan melawan hukum;
2. Ketidakcermatan, ketidaktelitian dan ketidaktepatan dalam hal:
a. Teknik administratif membuat akta berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
b. Penerapan berbagai aturan hukum yang tertuang dalam akta
yang bersangkutan untuk para penghadap, yang tidak
didasarkan pada kemampuan menguasai keilmuan bidang
Notaris secara khusus dan hukum pada umumnya.
Terkait tanggung jawab secara pidana terhadap kebenaran materiil akta
yang dibuat oleh Notaris, yang membedakannya dengan tanggung jawab secara
perdata adalah, “melawan hukum” dalam konteks hukum pidana dengan dalam
konteks hukum perdata adalah lebih dititikberatkan pada perbedaan sifat hukum
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Sari Haryadi. Winanto Wiryomartani, dan Widodo Suryandono.
Akibat Hukum Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris. Jurnal Master of Notarial Law. Faculty
of Law. Universitas Indonesia. 2019. hlm 16.
*************************
Habib Adjie. Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia. (Bandung:
CV. Mandar Maju. 2009). hlm. 20.
56
pidana yang bersifat publik dan hukum perdata yang bersifat privat. Segala hal
yang dilakukan oleh setiap individu yang merupakan bagian dalam suatu tatanan
masyarakat sosial, siapa dan di mana saja keberadaannya baik yang akan, sedang
maupun telah dilakukan tidak lepas dari tanggung jawab. Pada hal setiap yang
dikerjakan oleh seseorang, baik disengaja atau tanpa sengaja harus dapat
dimintakan pertanggungjawabannya, terlebih lagi yang berkaitan dengan etika
profesi dari profesi hukum. Didalam kaitannya dengan pertanggungjawaban
seorang notaris khususnya dalam rangka suatu pembuatan akta, perlu kiranya
ditinjau terlebih dahulu hubungan notaris dengan kliennya untuk mengetahui
kapan dan dalam hal mana terjadi suatu tuntutan terhadap seorang notaris karena
suatu perbuatan atau kelalaian. Tanggung jawab yang melekat pada notaris lahir
dari undang-undang. Sehubungan dengan kedudukan notaris sebagai pejabat
umum yang melaksanakan tugas publik. Artinya, memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum dalam bidang hukum perdata dan notaris juga memberikan
nasehat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang serta akibat hukum
kepada pihak-pihak yang akan membuat akta atau meminta bantuan pembuatan
suatu akta notaris. Oleh karena itu perlu dipahami oleh para notaris dengan
sebaik-baiknya dalam upaya peningkatan profesionalisme, ialah mengenai
tanggung jawab notaris. Hal ini sangat penting, karena adanya pemahaman yang
mendalam mengenai tanggung jawab diharapkan seorang notaris akan
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Hermien Hadiati Koeswadji tanggung jawab seorang notaris dapat dilihat
dari segi yuridis dan dari segi etis. Tanggung jawab dari segi yuridis dapat dibagi
dari segi hukum perdata dan hukum pidana. Masalah tanggung jawab dari segi
hukum perdata ini timbul, karena adanya perjanjian pekerjaan antara notaris dan
klien, seperti disebutkan dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
yang secara khusus pelaksanaannya diatur dalam Pasal 1 angka 1 dan Pasal 15
ayat (1) UUJN serta Pasal 1909 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Keterkaitan tanggung jawab pidana, pelanggaran secara formil peraturan hukum
pidana saja tidak cukup untuk dijadikan alasan menjatuhkan pidana. Pelanggar
tersebut juga harus dalam keadaan mampu bertanggung jawab atau mempunyai
57
kesalahan. Sedangkan tanggung jawab notaris dari segi etis meliputi ketaatan
terhadap sumpah jabatan notaris dan hal ini merupakan landasan bagi Kode Etik
Profesi. Perbuatan hukum yang tertuang dalam suatu akta notaris merupakan
perbuatan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak yang meminta kepada notaris
untuk menuangkan dalam akta perbuatan mereka tersebut, jadi pihak-pihak yang
ada dalam akta tersebut yang terikat dengan isi dari akta tersebut. Jika terjadi
sengketa di antara para pihak tersebut yang berkaitan dengan pelaksanaan
terhadap akta yang telah dibuat oleh notaris, maka notaris tidak terlibat sama
sekali dalam pelaksanaan kewajiban atau dalam hal menuntut suatu hak, notaris
berada di luar hukum pihak-pihak.
Notaris adalah pejabat umum, akan tetapi akta notaris berbeda dengan
keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat konkrit, individual dan final,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 3 butir 3 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Sehingga terhadap
akta notaris tidak dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara apabila terjadi
sengketa. Seorang notaris dapat dimintai pertanggungjawaban atas akta yang
dibuatnya, yaitu pertanggungjawaban secara perdata dan pidana. Secara perdata,
apabila dalam pembuatan akta menimbulkan kerugian bagi para pihak yang
termuat di dalam akta maupun pihak ketiga yang berkepentingan dengan akta
tersebut. Secara pidana, apabila akta yang dibuatnya dinyatakan palsu atau
dinyatakan bahwa apa yang diterangkan dalam akta tersebut adalah tidak benar.
Namun dalam kasus tersebut perlu dipertanyakan apakah di dalam perbuatan yang
dapat dihukum itu notaris mempunyai peran serta, jika ada sampai seberapa jauh
keterlibatan notaris dalam hal tersebut.
Sanksi dalam UUJN itu sendiri berlaku dalam hal terjadinya pelanggaran-
pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal yang bersangkutan.
Namun demikian tidak berarti bahwa dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal lainnya yang tidak memuat sanksi notaris
tidak akan dihukum karena pelanggaran itu. Pada hakekatnya seluruh pasal-pasal
yang ada dalam UUJN mengandung sanksi dengan adanya ketentuan dalam Pasal
84 dan Pasal 85 UUJN yang menyatakan bagi para pihak yang menderita kerugian
58
dapat untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris dan
selanjutnya notaris yang bersangkutan dapat dikenai sanksi
berupa :†††††††††††††††††††††††††
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pemberhentian sementara;
d. Pemberhentian dengan hormat atau;
e. Pemberhentian dengan tidak hormat.
Kerugian yang diderita itu harus sebagai akibat dari perbuatan atau
kelalaian notaris tersebut. Syarat lainnya, bahwa perbuatan atau kelalaian itu
disebabkan kesalahan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada notaris dalam
arti yang luas, yaitu meliputi unsur kesengajaan dan kesalahan (dolus dan
culpa).‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Kesengajaan (dolus) tidak begitu menimbulkan
kesulitan, karena pada hakekatnya seorang notaris yang benar-benar dengan
sengaja, direncanakan terlebih dahulu, artinya secara insyaf dan sadar merugikan
kliennya adalah merupakan sesuatu yang sangat jarang sekali terjadi. Sepanjang
mengenai kesalahan yang sebenarnya (culpa) di dalam hal ini harus dianut
pendirian, bahwa bukanlah keadaan subyektif dari notaris yang bersangkutan
menentukan sampai seberapa jauh tanggung jawabnya, akan tetapi harus
berdasarkan suatu pertimbangan obyektif. Artinya seorang notaris yang normal
dan baik seharusnya dapat mengetahui akibat yang tidak dikehendaki itu, jika
notaris tersebut mengetahui, maka dalam hal ini terdapat kesalahan dan jika tidak,
maka notaris yang bersangkutan tidak dapat dipersalahkan.
Akta yang dibuat oleh notaris telah memenuhi ketentuan-ketentuan tentang
pembuatan akta, dimana syarat formalitas terpenuhi, isinya tidak bertentangan
dengan ketentuan hukum yang berlaku, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum serta dapat memenuhi rasa keadilan para pihak atau mereka yang
memperoleh hak daripadanya, maka notaris tidak dapat diminta
pertanggungjawabannya terhadap akta yang telah dibuatnya. Notaris hanya
†††††††††††††††††††††††††
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.
(Jakarta: Mitra Darmawan. 2004. cet.1). Hlm. 85.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Liliana Tedjosaputro. “Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana”.
(Semarang: CV. Agung. 1991). hlm. 44.
59
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat. Cet.
28 (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2008).
60
dokumen yang disampaikan oleh penghadap yang akan membuat akta PKR
dengan berdasarkan pada kuasa yang diberikan kepadanya. Seorang notaris
sebelum membuat Akta PKR harus memeriksa/meneliti identitas yang
dilampirkan, daftar hadir dari para pemegang saham atau kuasanya yang hadir
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), isi risalah rapat yang dibuat di
bawah tangan dan bentuk atau keaslian tanda tangan para peserta rapat, meskipun
kebenaran dokumen dan tanda tangan tersebut menjadi tanggung jawab
penghadap sendiri.
Demikian, dari apa yang telah dibahas di atas, dapat ditarik suatu
pengertian bahwa notaris tidak bertanggung jawab atas Akta PKR yang dibuat
olehnya karena isi akta PKR tersebut berdasarkan pada risalah rapat di bawah
tangan dan isi dari risalah rapat tersebut menjadi tanggung jawab para peserta
yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Notaris hanya
bertanggung jawab terhadap bentuk dari akta PKR.
1.2 Akibat Hukum Atas Akta Perubahan Anggaran Dasar Dan Anggaran
Rumah Tangga Yang Dibuat Berdasarkan Keputusan Sirkuler Diluar
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Perkembangan globalisasi semakin mengaitkan perekonomian Indonesia
dengan perekonomian dunia, sehingga perekonomian Indonesia tidak dapat
menutup diri terhadap pengaruh dan tuntutan globalisasi. Maka diperlukan
berbagai sarana penunjang antara lain tatanan hukum yang mendorong,
menggerakkan, dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang
perekonomian nasional. Salah satu materi hukum yang diperlukan dalam
menunjang pembangunan ekonomi nasional Indonesia adalah ketentuan-ketentuan
di bidang Perseroan Terbatas yang dalam tatanan hukum Indonesia telah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut dengan UU PT. Pengesahan UU PT
salah satu kodifikasi, yaitu: Wetboek van Koophandel yang lazim dikenal dengan
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Ketentuan tentang Perseroan
Terbatas yang diatur dalam KUHD, sudah tidak lagi dapat mengikuti dan
62
††††††††††††††††††††††††††
C.S.T Kansil. Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. 2006). Hlm. 96.
63
Persetujuan itu harus bebas tidak ada paksaan, kekhilafan, atau penipuan.
Dikatakan tidak ada paksaan apabila orang yang melakukan perbuatan itu tidak
berada di bawah ancaman, baik kekerasan jasmani maupun dengan upaya yang
bersifat menakut- nakuti (Pasal 1324 KUHPerdata). Tidak ada kekhilafan apabila
salah satu pihak tidak khilaf tentang hal pokok yang diperjanjikan atau tentang
sifat-sifat penting barang yang menjadi objek perjanjian, atau mengenai orang
dengan siapa perjanjian itu diadakan (Pasal 1322 KUHPerdata). Tidak ada
penipuan apabila tidak ada tindakan menipu menurut undang-undang. yaitu
dengan sengaja melakukan tipu muslihat dengan memberikan keterangan palsu
atau tidak benar untuk membujuk pihak lawannya supaya menyetujui (Pasal 1328
KUHPerdata).
Orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada
dasarnya orang yang telah dewasa dan sehat pikirannya cakap untuk melakukan
perbuatan hukum. Pasal 1330 KUHPerdata disebutkan orang-orang yang tidak
cakap membuat perjanjian, yaitu :§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1. Orang-orang yang belum dewasa;
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
3. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
Undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa
Undang-undang telah melarang membuat perjanjian- perjanjian
tertentu.
Suatu hal tertentu yang diperjanjikan, artinya apa yang diperjanjikan hak-
haknya dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat.
Cet. 28 (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2008).
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid.
64
perselisihan. Barang yang dimaksudkan perjanjian disini adalah suatu barang yang
paling sedikit dapat ditentukan jenisnya. Perlu diperhatikan bahwa barang itu
harus merupakan objek perdagangan, artinya benda-benda diluar perdagangan
seperti badan milik tidak boleh menjadi objek perjanjian (Pasal 1332 dan Pasal
1333 KUHPerdata). Adapun mengenai apakah barang tersebut telah ada atau telah
berada ditangan debitur pada saat perjanjian dibuat tidak diharuskan oleh undang-
undang. Demikian juga mengenai jumlah barangnya pun tidak harus disebutkan
asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan.
Sebab yang halal, maksudnya adalah isi perjanjian itu sendiri yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak. Pengertian sebab yang
halal dapat diketahui dalam Pasal 1337 KUHPerdata, yaitu : Suatu sebab adalah
terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum. Jadi suatu sebab yang memenuhi tiga hal
tersebut adalah batal, kebatalan ini bersifat mutlak. Jika syarat subjektif yang
meliputi kesepakatan dan kecakapan tidak dipenuhi, maka perjanjian itu dapat
dibatalkan. Pihak yang dapat membatalkan perjanjian adalah salah satu pihak
yang tidak cakap atau pihak yang memberi sepakatnya secara tidak bebas. Jadi
perjanjian yang telah dibuat itu tetap mengikat selama tidak dibatalkan oleh hakim
atas permintaan pihak yang berhak minta pembatalan itu. Batas pembatalan itu
ditentukan oleh undang- undang selama masa 5 (lima) tahun (Pasal 1454
KUHPerdata). Jika syarat objektif, yaitu mengenai suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum. Jadi tidak ada
dasar untuk menuntut pemenuhan perjanjian itu dimuka hakim karena sejak
semula dianggap tidak pernah ada perjanjian.
Isi suatu perjanjian dalam hukum perjanjian dikenal asas kebebasan
berkontrak, maksudnya adalah setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian
berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu ditujukan.
Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
berbunyi :***************************
***************************
Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdat. Cet.
28 (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2008).
65
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
68
“Pasal 18 :§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
****************************
Ibid.
69
tersebut, maka notaris cukup memberi keterangan bahwa “para pihak yang hadir
telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani akta itu dan dalam hal ini akta
itu tetap merupakan akta otentik”.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Akta autentik yang dibuat oleh Notaris tidak jarang yang dipermasalahkan
oleh salah satu pihak atau oleh pihak lain karena dianggap merugikan
kepentingannya, baik itu dengan pengingkaran akan isi akta, tandatangan maupun
kehadiran pihak di hadapan Notaris, bahkan adanya dugaan dalam akta autentik
tersebut ditemukan keterangan palsu. Perbuatan Notaris yang diduga telah
memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akta autentik dapat dikenakan
sanksi pidana sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (selanjutnya disebut KUHP).§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Hal ini dimungkinkan
dengan begitu banyaknya jenis akta autentik yang dapat dibuat oleh Notaris, dan
atas dasar tersebut dibutuhkan suatu perlindungan hukum terhadap Notaris dalam
menjalankan jabatannya selaku Pejabat Umum
Risalah para pemegang saham juga diatur pada Pasal 90 UU PT yang
menyebutkan sebagai berikut :*****************************
1. Setiap Penyelenggaraan RUPS, risalah RUPS wajib dibuat dan
ditandatangani oleh ketua rapat dan paling sedikit 1 (satu) orang
pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.
2. Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diisyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan akta
Notaris.
Ayat (1) diatas adalah penandatanganan oleh ketua rapat dan paling sedikit
1 (satu) orang pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS
dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan kebenaran isi risalah RUPS tersebut.
Menurut pasal 1, akta di bawah tangan bagi Hakim merupakan "Bukti Bebas"
(VRU Bewijs) karena akta di bawah tangan ini baru mempunyai kekuatan bukti
materil setelah dibuktikan kekuatan formilnya. Sedang kekuatan pembuktian
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
G.H.S. Lumban Tobing. Peraturan Jabatan Notari. (Jakarta:
Penerbit Erlangga. 1999).hlm 55.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Sjaifurracman. Aspek Pertanggung Jawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta. (Bandung: Mandar Maju. 2011). Hlm. 11.
*****************************
Pasal 90 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
72
Akta di bawah tangan berlainan dengan akta otentik, sebab bilamana satu
akta di bawah tangan dinyatakan palsu, maka yang menggunakan akta di bawah
tangan itu sebagai bukti haruslah membuktikan bahwa akta itu tidak palsu. Namun
demikian akta otentik maupun akta yang dibuat di bawah tangan tetap merupakan
suatu perjanjian, sebagaimana dimaksud dalam KUHPerdata, sehingga dapat
mengikat para pihak yang membuatnya sepanjang memenuhi syarat sah suatu
perjanjian.
Suatu perjanjian adalah sah apabila telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan undang-undang, sehingga keberadaan perjanjian tersebut diakui
oleh hukum. Syarat sahnya perjanjian dapat kita lihat dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yaitu :‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.
†††††††††††††††††††††††††††††
Subekti dan R.Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek). (Jakarta: Pradnya Paramita. 2008).
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Subekti dan Tjitrosudibio. Op.Cit.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ella Agustin, M. Khoidin, Firman Floranta Adonara. Tanggung
Gugat Notaris Dalam Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
(Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013). hlm 3.
73
******************************
Pasal 21 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
††††††††††††††††††††††††††††††
Anshoruddin. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam
dan Hukum Positi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004). hlm. 60.
74
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Sudikno Mertokusumo. Hukum Acara Perdata Indonesia.
(Yogyakarta: Liberty. 1998).hlm. 109.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso. Hukum Acara Perdata dan
Perkembangannya di Indonesia. (Yogyakarta: Gama Media. 2007). hlm. 124.
*******************************
Bambang Sutiyoso. Aktualita Hukum dalam Era Reformas.
(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004). hlm. 193.
75
merupakan akta dan surat-surat lainnya yang bukan akta. Akta dapat diartikan
sebagai tulisan-tulisan yang memiliki nilai pembuktian, atau sejak awal dibuat
untuk pembuktian oleh pihak-pihak yang membuatnya.
Akta memiliki dua bentuk, yaitu akta autentik dan akta dibawah
tangan.††††††††††††††††††††††††††††††† Menurut Pasal 1868 KUHPerdata akta autentik
adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu ditempat
mana akta itu dibuatnya. Akta dibawah tangan menurut Pasal 1874 KUHPerdata
adalah tulisantulisan yang dibuat dalam bentuk yang tidak ditentukan oleh
undang-undang, ditandatangani oleh para pihak yang membuatnya tanpa perantara
pejabat umum yang berwenang. Perbedaan penting diantaranya adalah dalam nilai
pembuktiannya, akta autentik memiliki nilai pembuktian yang sempurna,
sedangkan akta dibawah tangan mimiliki nilai pembuktian sepanjang akta tersebut
diakui oleh para pihak yang membuatnya (yang bertandatangan didalam akta).
Suatu akta dapat dikatakan autentik dan memenuhi kekuatan pembuktian yang
sempurna apabila akta tersebut sah secara formalitas pada saat pembuatannya,
bentuknya, maupun materiil isi dari akta tersebut tidak menyebabkan suatu akta
kehilangan autentisitasnya, dan dengan hilangnya sifat autentik dari suatu akta,
maka akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian seperti akta di bawah
tangan.
Akta autentik apabila digunakan dimuka pengadilan, adalah cukup dan
hakim tidak diperkenankan untuk meminta tanda pembuktian lainnya yang
dinamakan vrije bewijsheorie, yang berarti bahwa kesaksian para saksi, misalnya
tidak mengikat hakim pada alat bukti itu, akan tetapi dengan akta autentik dimana
undang-undang mengikat Hakim pada alat bukti tersebut. Risalah RUPS dibawah
tangan yang dinyatakan dihadapan notaris merupakan keterangan penghadap
berdasarkan notulen atau berita acara rapat yang dibuat dibawah tangan. Risalah
RUPS dibawah tangan ini dibawa dihadapan notaris berdasarkan kuasa dari
RUPS, biasanya kuasa tersebut diberikan kepada Direksi, kuasa diberikan kepada
direksi untuk dan atas nama Perseroan yang mewakili forum RUPS. Risalah
†††††††††††††††††††††††††††††††
Habib Adji. Op. Cit.. hlm. 48.
76
tersebut merupakan hasil keputusan rapat yang telah disetujui dan ditanda tangani
oleh ketua rapat, dan dengan adanya risalah rapat tanpa dihadiri oleh Notaris
berarti akan melahirkan akta para pihak (partij akten) Notaris kemudian membuat
risalah keputusan RUPS di bawah tangan tersebut menjadi Akta Pernyataan
Keputusan Rapat.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Akta Pernyataan Keputusan Rapat
tersebut merupakan akta autentik, karena telah memenuhi ketentuan Undang-
undang sebagai akta autentik meskipun isi dari akta tersebut merupakan risalah
rapat yang dibuat dibawah tangan. Pada dasarnya meskipun Akta Pernyataan
Keputusan Rapat berbentuk akta notarial, tetapi isi dari Akta tersebut tetap
merupakan Risalah rapat di bawah tangan.
Akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham perseroan
terbatas, merupakan suatu akta Notariil yang dibutuhkan dalam dunia praktek.
Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat akta pernyataan
keputusan RUPS di Notaris, seperti notulen RUPS, salinan akta pendirian
perseroan terbatas, NPWP perseroan dan lain-lain. Hal ini untuk membuktikan
bahwa perseroan terbatas tersebut telah sah memiliki status sebagai badan hukum.
Penerapan syaratsyarat pembuatan akta pernyataan keputusan rapat umum
pemegang saham kepada Notaris harus diberlakuakan, untuk mencegah terjadinya
suatu kesalahan yang akan dilimpahkan kepada Notaris karena ketidakhati-
hatiannya.
Keberlakuan suatu keputusan di luar rapat umum pemegang saham yang
tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dimana adanya suatu Studi Kasus :
1. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor
193/PDT.G/2014/PN.JKT.SEL:
Merujuk pada ringkasan tahap-tahap untuk mendapatkan surat keputusan
persetujuan dan surat penerimaan perubahan anggaran dasar oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia tersebut di atas, disebutkan perubahan anggaran dasar
yang diputuskan di luar RUPS harus dinyatakan dalam akta Notaris dalam jangka
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan seluruh
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Tan Tong Kie. Studi Notariat, Serba-serbi Praktek Notaris
Buku.(Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve. 2000). Hlm. 268.
77
pemegang saham. Karena dalam kasus ini tidak diketahui secara persis tanggal
Keputusan Sirkuler Maret 2009 tersebut, maka seharusnya Keputusan Sirkuler
Maret 2009 maksimal harus dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat
sebelum berakhir bulan April 2009. Keputusan untuk merubah anggaran dasar
dalam Keputusan Sirkuler Maret 2009 sesuai dengan yang diatur dalam UUPT
dan Permenkumham nomor 4 tahun 2014 dan perubahannya yaitu
Permenkumham nomor 1 tahun 2016 tidak dapat dinyatakan dalam akta notaris
karena telah melewati jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut.
Keputusan Sirkuler Maret 2009 tersebut berhasil dituangkan dalam akta
notaris sebelum bulan April 2009 berakhir, permohonan persetujuan perubahan
anggaran dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar harus diajukan kepada
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat perubahan anggaran
dasar yaitu paling lambat sebelum bulan Mei 2009 berakhir. Jika telah lewat
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut, permohonan persetujuan dan/atau
pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Namun dikarenakan Keputusan Sirkuler Maret
2009 tersebut tidak berhasil dinyatakan ke dalam akta notaris, maka Keputusan
Sirkuler Maret 2009 tersebut tidak dapat melanjutkan ke tahap pengajuan
permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar maupun pemberitahuan
perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Tahap-tahap yang diatur dalam UUPT dan Permenkumham nomor 4 tahun
2014 dan perubahannya yaitu Permenkumham nomor 1 tahun 2016 tidak
terpenuhi karena keputusan tentang perubahan anggaran dasar dan perubahan data
perseroan dalam Keputusan Sirkuler Maret 2009 tidak dinyatakan ke dalam akta
notaris, maka Perseroan tidak dapat mendapatkan surat keputusan persetujuan dan
surat penerimaan perubahan anggaran dasar oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Hal ini mengakibatkan keputusan dalam Keputusan Sirkuler Maret 2009
tersebut tidak dapat diberlakukan.
Kasus ini, pada tahun 2014 yang telah lewat empat tahun sejak dibuatnya
Keputusan Sirkuler Maret 2009 tersebut, majelis hakim memutuskan bahwa
78
RUPS yang diatur dalam anggaran dasar sebelumnya yaitu 1/2 atau 50% total
saham yang dikeluarkan perseroan. RUPS dapat dilaksanakan dengan kehadiran
Djajang Tanuwidjaja dan PT Intitacon Lestari saja tanpa dihadiri PT Duta Jakarta
Sejahtera dan RUPS dapat mengambil keputusan yang sah pula asalkan telah
dilakukan pemanggilan RUPS kepada seluruh pemegang saham sesuai dengan
yang diatur dalam perundang-undangan dan anggaran dasar perseroan.
Putusan hakim yang menyatakan Keputusan Sirkuler Maret 2009 tetap sah
dan mengikat kepada pemegang saham, mengakibatkan berlakunya anggaran
dasar yang telah diubah dengan Keputusan Sirkuler Maret 2009 termasuk tentang
kuorum kehadiran RUPS 2/3. Putusan hakim yang membatalkan seluruh
keputusan yang diambil dalam RUPS yang tidak memenuhi persyaratan kuorum
kehadiran 2/3, beserta seluruh akta-akta notaris terkait RUPS tersebut
mengakibatkan keadaan perseroan dikembalikan seperti semula yaitu sebelum
Keputusan Sirkuler Maret 2009 dicabut secara sepihak oleh PT.
Putusan hakim ini telah dengan sedemikian mungkin menjaga kepentingan
PT Duta Jakarta Sejahtera sebagai pemegang saham yang merasa dirugikan atas
perbuatan kedua pemegang saham lainnya yang membatalkan Keputusan Sirkuler
Maret 2009 secara sepihak dan juga menjaga agar dikemudian hari PT Duta
Jakara Sejahtera tetap selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
dilakukan dalam RUPS perseroan.
2. Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung Nomor
581/PDT/2017/PT.BDG:
Sengketa yang terjadi dalam proses pelaksanaan jual beli saham antara PT.
Cikondang dengan PT. Paramindo menyetujui untuk menjual dan mengalihkan
proyek-proyek pertambangan berdasarkan IUP Nomor 503/Tmb.839/PSDAP
kepada Penggugat melalui proses pembelian saham yang dijual berdasarkan
syarat-syarat dalam Sales Purchase Agreement (SPA) tanggal 1 Februari 2012 ;
hal mana selanjutnya apabila memperhatikan kepada Pernyataan Keputusan
Sirkuler Pemegang Saham PT. CKP dengan Akta Nomor 06 tanggal 27 Maret
2012 yang dibuat dihadapan Notaris Yulius Anwar, SH. Menyetujui perubahan
status perseroan dari suatu PT biasa menjadi PT. Penanaman Modal Asing atau
80
PT. PMA sebagai konsekwensi dari penjualan dan peralihan saham dari
pemegang saham kepada PT. Paramindo. Diketahui dalam hal Jual Beli Saham
antara PT. Paramindo dengan PT. Cikondang Kancana Prima banyak terdapat
kejanggalan-kejanggalan yang merugikan ini terbukti dengan tidak adanya
peralihan (levering) dalam Jual beli Saham antara PT. Paramindo dengan PT.
Cikondang Kancana Prima, Sdr. Mufti Habriansyah, S.H., melakukan transaksi
Jual Beli dengan PT. Cikondang Kancana Prima di mana PT. Paramindo telah
membeli sebesar 85 % (delapan puiuh lima persen) saham PT. Cikondang
Kancana Prima Semestinya harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah
dilakukannya yaitu melakukan pembelian Saham PT. Bahwa Pengugat telah
mengeluarkan uang ternyata mengkhianati penggugat dikarenakan PT. Paramindo
milik penggugat tidak di daftar di Kementrian Hukum dan HAM untuk
mendapatkan pengesahan di dimana ternyata PT. Makuta Rajni Pradipa dan PT.
Sinergi Pratama Mulya yang didaftarkan di kementrian hukum dan HAM.
Mendaftarkan kedua Perusahaan tersebut adalah Notaris Sri Rahayu, S.H. Notaris
di Kota Bandung dengan Akta Nomor 12, tanggai 21 Oktober 2015, dalam pokok
perkara yang diajukan penggugat yakni SK Nomor AHU- 19263.AH.01.02 Tahun
2012 dan SP data Perseroan Nomor : AHU- AH.01.03-0973792 serta NPWP
Perseroan Nomor : 02.567.624.8-428.000 atas nama PT. Makuta Rajni Pradipa
dan PT. Sinergi Pratama Mulia tidak sah dan tidak mengikat secara hukum.
Putusan hakim yang menolak terkait permasalahan saham yang timbul dari
penggugat dengan adanya Keputusan Sirkuler tersebut ditolak. Memang
seharusnya pada kasus yang terjadi dalam hal Jual Beli Saham antara PT.
Paramindo dengan PT. Cikondang Kancana Prima karena secara prosedur hukum
sudah sangat sah dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang sudah
tertuang terkait permasalahan S.K AHU atas nama PT. Makuta Rajni Pradipa dan
PT. Sinergi Pratama Mulia
Adanya kasus-kasus tersebut bahwa Keputusan di luar Rapat Umum
Pemegang Saham adalah pengambilan keputusan yang dilakukan tanpa diadakan
Rapat Umum Pemegang Saham secara fisik, tetapi keputusan diambil dengan cara
mengirimkan secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua pemegang
81
saham dan usul tersebut disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham.
Keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini merupakan suatu
kemudahan yang diberikan oleh Undang-Undang, namun kerap ditemukan
permasalahan pembuatan dan keberlakukan atas keputusan di luar Rapat Umum
Pemegang Saham ini. Salah satunya adalah suatu permasalahan terkait keputusan
di luar Rapat Umum Pemegang Saham yang berisi tentang perubahan anggaran
dasar perseroan. Setelah keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini
dibuat, tidak dinyatakan ke dalam akta notaris dan juga tidak dilaporkan kepada
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Timbul pertanyaan atas
keberlakuan keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini. Penelitian
kualitatif terhadap hukum normatif yang memakai tipe penelitian deskriptif
analitis ini dilakukan dengan studi dokumen atau bahan pustaka. Menurut
Undang-Undang yang mengatur mengenai perubahan anggaran dasar perseroan
terbatas, keputusan sirkuler tentang perubahan anggaran dasar yang tidak
dinyatakan ke dalam akta notaris tidak dapat berlaku. Pada prakteknya, dalam
pembuatan pernyataan keputusan sirkuler masih terjadi beberapa penggunaan data
atau dokumen yang tidak benar atau tidak sesuai. Beberapa hal yang
memungkinkan untuk dimasukan secara tidak benar tersebut yaitu terkait
kedudukan pemegang saham, tanda tangan persetujuan pemegang saham, dan lain
sebagainya. Hal ini sebagaimana contoh kasus yang terdapat dalam kasus-kasus
diatas.
Kasus seperti di atas menjelaskan bahwa masih adanya notaris yang tidak
teliti dalam membuat akta. Notaris hendaknya mengecek dengan teliti anggaran
dasar Perseroan Terbatas (PT) pada saat hendak membuat sebuah akta Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham (PKPS) atas adanya keputusan sirkuler yang dibuat
oleh suatu perusahaan.12
Solusi untuk meminimalisir kasus-kasus seperti di atas, notaris harus
memiliki ilmu agama yang baik, berilmu berwawasan yang luas, memiliki
integritas dan profesional. Notaris harus mengetahui dengan jelas semua
perbuatan hukum yang diinginkan oleh para penghadap. Notaris harus memiliki
kemampuan dan ilmu dalam bidang hukum serta memperbaharui ilmu-ilmu
82
********************************
Fikri Ariesta. Prinsip Kehati-Hatian Notaris dalam Mengenal
Penghadap. Tesis Magister Kenotariatan. (Yogyakarta: UII. 2018). hlm. 69.
††††††††††††††††††††††††††††††††
Sjaifurracman. Aspek Pertanggung Jawaban Notaris dalam
Pembuatan Akta. (Bandung: Mandar Maju. 2011). Hlm. 11.
84
sebuah perjanjian, hal ini bukan lagi hanya sekedar wacana, akan tetapi, sudah
menjadi kebutuhan praktek, dan pada saat ini telah diikuti oleh sebagaian negara-
negara yang menganut civil law system maupun yang common law system. Hal ini
dapat dibuktikan dengan diaturnya prinsip itikad baik, meskipun belum cukup
memadai, di dalam peraturan perundang-undangan negara yang menganut civil
law system maupun yang common law system tersebut, meskipun tidak semua
negara mengadopsi konsep itikad baik.
1.3 Pengaturan Kedepan Tentang Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Yang
Dibuat Berdasarkan Keputusan Sirkuler Pemegang Saham
Indonesia adalah negara hukum yang memiliki corak yang khas yang
membedakannya dengan negara-negara lain. Sebagai negara hukum, Indonesia
memiliki karakter yang unik dalam melindungi hak-hak asasi manusia, yaitu lebih
mengutamakan keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat. Philipus M.
Hadjon mengungkapkan ciri khas Indonesia sebagai negara hukum adalah
melindungi hak-hak asasi manusia dengan mengedepankan asas kerukunan dalam
hubungan antara pemerintah dan rakyat. Berdasarkan asas ini akan berkembang
elemen lain dari konsep negara hukum berdasarkan Pancasila, yaitu terjalinnya
hubungan fungsional dan proporsional antara kekuasaankekuasaan negara,
penyelesaian sengketa secara musyawarah sedangkan peradilan merupakan sarana
terakhir dan tentang hakhak asasi manusia tidaklah hanya menekankan hak atau
kewajiban, tetapi terjalinnya suatu keseimbangan antara hak dan
kewajiban.†††††††††††††††††††††††††††††††††† Hal ini berbeda dengan konsep rule of law
dalam melindungi hak-hak asasi manusia yang lebih mengedepankan prinsip
equality before the law sedangkan konsep rechtstaat dalam melindungi hak asasi
manusia mengedepankan prinsip wetmattigheid, yaitu pemerintah mendasarkan
tindakan pada undang-undang.
††††††††††††††††††††††††††††††††††
Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di
Indonesia: Edisi Khusus. (Yogyakarta: Peradaban. 2007). hlm 20-21.
87
Akta yang dibuat adalah akta para pihak (partij akte) dimana sebenarnya
Notaris hanya menuangkan atau menformulasikan kehendak dari para penghadap
dalam akta Notaris sehingga dengan demikian sebenarnya isi akta tersebut bukan
kehendak Notaris tetapi penyidik sering berpendapat dan kemudian menuduh
Notaris bahwa Notaris telah menyuruh klien atau penghadap untuk memasukan
keterangan palsu ke dalam akta autentik (akta Notariil). Padahal Notaris sama
sekali tidak punya kapasitas/wewenang untuk menyuruh klien/penghadap untuk
melakukan apapun ketika menghadap Notaris. Lebih-lebih kalau Notaris
†††††††††††††††††††††††††††††††††††
Mulyoto. Kriminalisasi Notaris Dalam Pembuatan Akta
Perseroan Terbatas. (Yogyakarta: Cakrawala Media. 2010). hlm. 46.
89
Kaitan ini tidak berarti Notaris steril (bersih) dari hukum atau tidak dapat
dihukum atau kebal terhadap hukum.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Notaris bisa saja
dihukum pidana, jika dapat dibuktikan di pengadilan, bahwa secara sengaja atau
tidak disengaja Notaris bersama-sama dengan para pihak/penghadap untuk
membuat akta dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan pihak atau
penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap yang lain-lain. Jika hal ini
terbukti, maka Notaris tersebut wajib dihukum. Oleh karena itu, hanya Notaris
yang tidak profesional dalam menjalankan tugas jabatannya, ketika membuat akta
untuk kepentingan pihak tertentu dengan maksud untuk merugikan pihak tertentu
atau untuk melakukan suatu tindakan yang melanggar hukum. Adanya tersangka
ataupun sanksi yang diberikan kepada Notaris menunjukkan bahwa Notaris bukan
sebagai subjek yang kebal terhadap hukum. Terhadap Notaris dapat dijatuhi
sanksi pidana jika memang terbukti melakukan suatu perbuatan tindak pidana,
seperti pemalsuan atau penggelapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah
banyak terjadi akta yang dibuat oleh Notaris sebagai alat bukti autentik
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Abdul Ghofur Anshori. Lembaga Kenotariatan Indonesia
Perspektif Hukum Dan Etika. (Yogyakarta: UII Press. 2009). hlm. 25.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Habib Adjie. Op. Cit. hlm. 24.
90
†††††††††††††††††††††††††††††††††††††
Ibid, hlm. 102.
94
dapat batal demi hukum atau dapat dimintakan pembatalan. Notaris dapat
dimintakan pertanggungjawaban secara perdata dan tuntutan itu adalah
berdasarkan perbuatan melawan hukum. Artinya walaupun Notaris hanya
mengkonstantir keinginan dari para pihak yang menghadap, bukan berarti Notaris
tidak pernah atau tidak mungkin melakukan perbuatan yang bertentangan
ketentuan-ketentuan hukum, karena dalam praktiknya hal tersebut juga banyak
terjadi. Segala sesuatu yang dilakukan oleh setiap orang yang menimbulkan
kerugian terhadap orang lain, dapat diperkarakan di pengadilan. Suatu perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Notaris yang menimbulkan kerugian kepada
Clientnya, dapat dijerat berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata dan adapun tujuan
dari Pasal 1365 KUHPerdata ini, sebenarnya adalah untuk mengernbalikan
penderita yang dirugikan pada keadaan semula, setidak-tidaknya pada keadaan
yang mungkin dapat dicapai sekiranya tidak terjadi perbuatan melawan hukum,
maka akan diusahakan pengembalian secara nyata yang kiranya lebih sesuai
daripada pembayaran ganti kerugian dalam bentuk uang, karena pembayaran
dalam bentuk uang hanyalah nilai yang ekuivalen saja.
Notaris-Notaris sekarang mayoritas masih memutuskan untuk tidak
memilih Rapat Umum Pemegang Saham dengan media elektronik sebagai solusi
jalannya Rapat Umum Pemegang Saham yang dimana para pemegang saham
berada di lokasi yang berbeda-beda, seperti di luar kota ataupun di luar negeri,
karena para Notaris masih merasakan kurang aman dalam pelaksanaannya.
Alternatif lain yang digunakan Notaris dalam pengambilan keputusan
RUPS selain RUPS yang sesuai dengan Pasal 76 Undang-Undang nomor 40 tahun
2007 adalah berupa Circular Resolution (Rapat Sirkuler). Untuk mengatisipasi
tidak bisa dilakukannya RUPS secara langsung, maka para pemegang saham dapat
memilih opsi untuk mengambil keputusan secara sirkuler (Circular Resolution).
Namun perlu diperhatikan, bahwa dalam pelaksanaan rapat sirkuler ini, seluruh
pemegang saham harus menyetujui keputusan rapat, dan menandatangani hasil
95
keputusan secara “diedarkan”. Apabila terdapat satu saja pemegang saham tidak
setuju, maka rapat sirkuler ini tidak berlaku.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Prinsipnya Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan secara fisik, yaitu
dihadiri melalui tatap muka langsung oleh para pemegang saham di suatu tempat
tertentu pada waktu tertentu menurut Pasal 75 Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT), RUPS itu diadakan di tempat kedudukan Perseroan (atau di
tempat kegiatan utama perseroan). Khusus Perseroan Terbuka (Tbk), RUPS dapat
diadakan di tempat kedudukan bursa di mana saham perseroan dicatatkan. Tempat
terlaksananya RUPS harus terletak di wilayah Negara Republik Indonesia.
Faktanya, dalam mengumpulkan para pemegang saham di suatu tempat
dan waktu tertentu sering mengalami hambatan. Para pemegang yang pada
umumnya pelaku bisnis, memiliki aktivitas bisnis yang sangat padat, sehingga
seringkali menghambat penyelanggaraan RUPS secara fisik, atau bisa juga
misalnya karena halangan geografis dan jarak. Di sisi lain, RUPS terutama RUPS
tahunan harus diselenggarakan oleh Perseroan. Untuk menanggulangi hal tersebut,
Undang-Undang telah menentukan bahwa RUPS dapat dilaksanakan tanpa perlu
adanya rapat secara fisik melalui keputusan sirkuler (circular resolution).
Mengenai keputusan sirkuler, ditentukan dalam Pasal 91 Undang-Undang
nomor 40 tahun 2007. Menurut ketentuan tersebut, pemegang saham dapat
mengambil keputusan yang mengikat di luar RUPS (diluar rapat fisik) namun
masih memiliki kekuatan hukum yang sama dengan pelaksanaan RUPS biasa
secara fisik. Keputusan tersebut hanya dapat diambil dengan syarat semua
pemegang saham yang mempunyai hak suara menyetujuinya secara tertulis.
Prakteknya, sebelum dilaksanakan pembuatan keputusan sirkuler, para
pemegang saham biasanya telah melakukan komunikasi intensif perihal apa saja
yang perlu diputuskan. Hasil komunikasi dan keputusan yang telah dibuat
kemudian dituangkan dalam “Keputusan Para Pemegang Saham“. Keputusan Para
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dadang Sukandar. RUPS Sirkuler (Circular Resolution)
http://www.legalakses.com/rups-sirkuler-circular-resolution/ pada tanggal 21 Februari 2021
pukul 13.52 WIB
96
††††††††††††††††††††††††††††††††††††††
M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. (Jakarta:
Sinar Grafika. 2016). Hlm. 341.
98
yang tidak disengaja. Seringnya terjadi beberapa kasus terkait pernyataan tidak
benar dari keputusan sirkuler, membuat notaris harus berhati-hati dalam
membuatkan akta akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham (PKPS).
Ruang lingkup tugas pelaksanaan jabatan notaris, yaitu membuat alat bukti
yang diinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu, dan notaris
membuat akta karena ada permintaan dari para pihak yang menghadap, tanpa ada
permintaan dari para pihak, notaris tidak akan membuat akta apapun, dan notaris
membuatkan akta yang dimaksud berdasarkan alat bukti atau keterangan atau
pernyataan para pihak yang dinyatakan atau diterangkan atau diperlihatkan kepada
atau di hadapan notaris, dan selanjutnya notaris membingkainya secara lahiriah
(kekuatan pembuktian keluar), formil dan materil dalam bentuk akta notaris,
dengan tetap berpijak pada aturan hukum atau tata cara atau prosedur pembuatan
akta dan aturan hukum yang berkaitan dengan tindakan hukum yang bersangkutan
yang dituangkan dalam akta.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Peran notaris dalam hal
ini juga untuk memberikan nasihat hukum yang sesuai dengan permasalahan yang
ada. Apapun nasehat hukum yang diberikan kepada para pihak dan kemudian
dituangkan dalam akta yang bersangkutan tetap sebagai keinginan atau keterangan
para pihak yang bersangkutan, tidak atau bukan sebagai keterangan atau
pernyataan notaris.
Para Penghadap sudah memenuhi semua syarat formil, maka itu cukup
menjadi dasar notaris untuk melakukan perbuatan hukum yang diinginkan para
penghadap. Notaris tidak dibebani untuk mencari kebenaran secara materil, tetapi
ketika ada keraguan dan keanehan dari dokumen-dokumen yang menjadi syarat
untuk pembuatan akta para penghadap, maka hendaknya notaris mencari
kebenaran secara materiil atas dokumen tersebut. Demi tercapainya prinsip
kehatihatian Notaris dalam mengenal para penghadap.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Jika terdapat keraguan dan kesalahan atas dokumen-dokumen para penghadap
Notaris sebaiknya menolak untuk membuat akta autentik, untuk tercapainya
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Habib Adjie. Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik
Terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris). Cetakan Kedua.
(Bandung: Refika Aditama. 2009). Hlm. 22
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Fikri Ariesta. Prinsip Kehati-Hatian Notaris dalam Mengenal
Penghadap. Tesis Magister Kenotariatan. (Yogyakarta: UII. 2018). Hlm. 69.
100
***************************************
Rudyanti Dorotea Tobing. Aspek-Aspek Hukum Bisnis.
Pengertian, Asas, Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Lasbang Justia. 2012). Hlm. 6.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam bab pembahasan terhadap rumusan masalah
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk Tanggung Jawab Notaris hanya terletak pada Akta PKR yang dibuat
olehnya karena isi akta PKR tersebut berdasarkan pada risalah rapat di bawah
tangan dan isi dari risalah rapat tersebut menjadi tanggung jawab para peserta
yang hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Akibat Hukum terkait Keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham
tentang perubahan anggaran dasar yang tidak dinyatakan ke dalam akta notaris
tidak sah. Karena keputusan di luar Rapat Umum Pemegang Saham ini dibuat
dan tidak dinyatakan ke dalam akta notaris serta tidak dilaporkan kepada
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
3. Pengaturan kedepan perlunya untuk mengubah terkait UUJN dimana perlu
ditekankan nantinya untuk mendapatkan jaminan, ketertiban dan perlindungan
hukum kepada masyarakat pengguna jasa notaris agar mendapat pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas notaris terkait pembuatan Akta Notariil. Serta
penguatan kepada notaris yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum
kepada masyarakat yang perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi
tercapainya kepastian hukum.
3.2 Saran
Bertitik tolak pada permasalahan yang ada dan dikaitkan dengan
kesimpulan di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Demi tercapainya prinsip kehati-hatian notaris dalam mengenal para
penghadap, jika terdapat keraguan dan kesalahan atas dokumen-dokumen para
penghadap notaris sebaiknya menolak untuk membuat akta autentik, untuk
tercapainya prinsip kehati-hatian mengenal para penghadap dan tidak menjadi
sengketa dikemudian hari. Serta perlunya jaminan, ketertiban dan perlindungan
hukum
101
102
Buku:
Jurnal:
Badriyah Rifai. Peran Komisaris Independen Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum.
Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan. Volume 16. Nomor 3.
2009. ISSN: 2527-502X.
Dedi Irawan. Pengelolaan Keuangan Negara Yang Dipisahkan Oleh Badan
Hukum. Jurnal Nestor Magister Ilmu Hukum. Universitas
Tanjungpura. volume 3. Nomor 5. 2013. ISSN : 0216-2091.
Dody Radjasa Waluyo. Kewenangan Notaris Selaku Pejabat Umum. Media
Notariat (Menor) Edisi Oktober-Desember 2001.
Ella Agustin. M. Khoidin. Firman Floranta Adonara. Tanggung Gugat Notaris
Dalam Pembuatan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013
Muhibbuthabary. Dinamika dan Implementasi Hukum Organisasi Perusahaan
Dalam Sistem Hukum Indonesia. Asy-Syari‘ah Vol. 17 No. 3.
Desember 2015.
Mustakim. Kedudukan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai
akta otentik dalam kaitan dengan tanggung jawab notaris sebagai
pejabat umum. Jurnal ilmu hukum. Fakultas Hukum Universitas
Syiah Kuala. Hlm. 160. Volume 18. Nomor 01. April 2016. ISSN :
2527-8428.
Makalah Seminar Nasional Tentang Kejahatan di Lingkungan Profesi yang
diadakan Oleh Program S2 Universitas Diponegoro. Semarang.
tanggal 13 Ferbruari 1992.
Mishardi Wilamarta. Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good
Corporate Governance. Tesis Magister Universitas Indonesia.
Jakarta. 2002.
Nindyo Pramono. 2007. Tanggung Jawab Dan Kewajiban Pengurus PT (Bank
Menurut UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Buletin Hukum dan Kebanksentralan. 5(2).
Sari Haryadi, Winanto Wiryomartani, dan Widodo Suryandono. Akibat Hukum
Ketidaktelitian Notaris pada Pembuatan Akta Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang Dibuat Oleh Notaris.
Jurnal Master of Notarial Law. Faculty of Law. Universitas
Indonesia. 2019.
Yasin Tanaka. Peran Dan Tanggungjawab Notaris Dalam Keputusa Pemegang
Saham Diluar Rapat Umum Pemegang Saham (Rups) Berdasar
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Jurnal Repertorium Volume IV No. 1 Januari-Juni 2017.