Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya.
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan gambaran singkat hasil
kegiatan sharing Pengembangan Profesi Berkelanjutan di Sekolah Indonesia Bangkok, yang berisi
berbagai karya guru dengan buktu-bukti fisik, antara lain: jurnal, karya ilmiah, makalah, video
pembelajaran, buku, artikel, ppt, mindmap, wordwall, dan panduan.
Hasil laporan ini berguna untuk memberikan gambaran kegiatan guru sebagai tindak lanjut dari
evaluasi dan pengembangan profesi berkelanjutan, terutama dalam menciptakan pembelajaran yang
lebih berkualitas serta upaya yang terus-menerus dalam melakukan pelayanan Pendidikan yang
maksimal, dan dalam menghadapi tantangan Pendidikan yang berbeda-beda, apalagi di masa pandemi
ini.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh warga Sekolah Indonesia
Bangkok dan para pemangku kepentingan yang telah berkontribusi serta berperan aktif dalam
penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk terhadap segala upaya
yang kita lakukan untuk mewujudkan visi dan misi Sekolah Indonesia Bangkok.
Mengetahui
Kepala SD 89/X Tanjung Solok
Rosilawati, S.Pd.SD
Nama : Sunartin, S.Pd.
Guru Mapel : Bahasa Indonesia
Setelah mengikuti berbagai kegiatan dan pelatihan, berikut Hasil karya inovatif yang mulai
dikembangkan :
1. E-MODUL INTERAKTIF
Digunakan dalam kegiatan emebalajran daring, integrasi, book creator, googlesite, dan e-learning SIB
disatukan dalam bentuk e-modul.
Karya Inovatif bentuk APK dan Keterlibatan dalam Pembinaan dan pelatihan
No Nama Isi Tahun Dokumen
1. Karya Ilmiah berjudul “Drama Berbahasa Inggris: Ajang Praktik Bahasa Inggris yang Efektif
dan Menyenangkan untuk Siswa Sekolah Dasar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) adalah salah satu dari 14 Sekolah Indonesia Luar Negeri
(SILN) yang ada. Salah satu keunikan dari SIB, dan juga sebagian besar SILN, adalah tidak adanya
seleksi masuk sekolah, sehingga semua siswa yang mendaftar, apabila memenuhi ketentuan usia dan
persyaratan administrasi, diterima sebagai siswa SIB. Dampaknya, dalam satu kelas, siswa memiliki
kemampuan yang berbeda-beda.
Kemampuan yang berbeda-beda ini tampak sekali terutama dalam kemampuan berbahasa
Inggris, karena ada anak yang telah mahir berbahasa Inggris karena ada anak yang telah tinggal di
negara dengan bahasa pengantar sehari-hari bahasa Inggris, atau anak yang berasal dari sekolah
internasional, dan ada pula anak yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris terbatas. Hal ini dapat
dilihat dari kemampuan sehari-hari, ada siswa yang sehari-hari berbahasa Inggris, baik di dalam
maupun di luar kelas, ada juga siswa yang tidak berani berbahasa Inggris, baik di dalam apalagi di
luar kelas.
Sebagai guru Bahasa Inggris, penulis termotivasi untuk bisa mendorong dan memberikan
wadah bagi semua anak untuk bisa melakukan percakapan dalam bahasa Inggris dengan penuh
percaya diri. Untuk tujuan di atas, penulis membuat sebuah naskah drama berbahasa Inggris untuk
anak, dengan mengambil inspirasi tema cerita rakyat daerah yang terkenal dan memadukan dengan
konten pembelajaran bahasa Inggris.
Atas dasar pemikiran di atas, penulis membuat sebuah naskah drama yang berjudul “The
Mouse Deer and the Crocodiles,” mempraktikannya dalam pembelajaran dan mementaskan drama
tersebut dalam sebuah pentas seni, sehingga semua siswa dapat mempraktikkan kemampuan
berbicara dalam bahasa Inggris sesuai dengan peran dan naskah yang disesuaikan dengan karakter
dan kemampuan siswa.
B. Rancangan Inovasi
1. Jenis inovasi pembelajaran yang dirancang:
Inovasi yang penulis rancang adalah pembuatan naskah dan pementasan drama
berbahasa Inggris dengan judul “The Mouse Deer and the Crocodiles,” dimana tema cerita,
nilai yang terkandung dalam cerita, dan bahasa yang digunakan disesuaikan dengan materi
pembelajaran kelas 1, 2, dan 3.
2. Desain dan konsep dasar inovasi yang dirancang:
Desain dan konsep dasar inovasi pembelajaran bahasa Inggris untuk anak SD kelas 1,
2, dan 3 adalah sebagai berikut:
Tahap I : Pembuatan naskan drama berbahasa Inggris
Tahap 2: Latihan (dialog dan acting)
Tahap 3: Pembuatan peralatan
Tahap 4: Pentas
Tahap 5: Evaluasi
C. Tujuan
Tujuan diciptakannya inovasi pembelajaran ini adalah:
1. meningkatkan ketrampilan berbicara dalam bahasa Inggris bagi siswa SD kelas 1, 2 dan 3
khususnya, dan untuk anak SD pada umumnya.
2. meningkatkan kepercayaan diri siswa, baik dalam berbicara dalam bahasa Inggris, maupun
dalam tampil di depan umum
3. mempelajari nilai sosial yang terkandung dalam cerita rakyat
4. siswa dapat belajar dengan hati senang
D. Manfaat
Manfaat inovasi pembelajaran dalam bentuk drama berbahasa Inggris ini adalah:
1. Siswa memiliki wadah untuk praktik berbicara dalam bahasa Inggris sesuai dengan
kemampuan dan karakter siswa.
2. Siswa memiliki pengalaman tampil di depan umum sehingga lebih percaya diri dan lebih
termotivasi dalam belajar.
3. Frekuensi pertemuan dan ekspresi yang ditunjukkan ketika berlatih membuat siswa lebih
dekat satu sama lain.
4. Hasil rekaman drama dalam bentuk video dapat dijadikan evaluasi, referensi atau media
pembelajaran bagi guru.
BAB II
LANDASAN TEORI
Brown G., Malmkjaer K., dan Williams J. dalam Performance and Competence in Second
Language Acquisition menyampaikan bahwa Chomsky membedakan kemampuan berbahasa menjadi
kompetensi dan performansi atau ketrampilan. Kompetensi bahasa antara lain meliputi fonologi,
morfologi, sintaks, dan semantik. Ketrampilan berbahasa terdiri dari mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis. Singkatnya kompetensi adalah pengetahuannya, sedangkan performansi adalah praktiknya.
Meskipun menurut Chomsky setiap anak memiliki bekal kompetensi sejak lahir, kompetensi ini
memerlukan penguatan dan pembinaan sehingga ketrampilan berbahasa anak akan terasah.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru untuk mengasah kemampuan berbahasa anak melalui
pembelajan. Ricardo Schutz dalam artikelnya yang berjudul Stephen Krashen’s Theory of Second
Language Acquisition menyebutkan bahwa Stephen Krashen, ahli linguistik yang memfokuskan pada
teori pemerolehan bahasa, menekankan bahwa Pemerolehan bahasa tersebut dicapai melalui 5 prinsip
berikut ini:
• the Acquisition-Learning hypothesis;
• the Monitor hypothesis;
• the Natural Order hypothesis;
• the Input hypothesis;
• and the Affective Filter hypothesis.
Kashen membedakan acquisition (penguasaan) dan learning (belajar). Penguasaan mengacu pada
proses bawah sadar seperti pada penguasaan bahasa pertama, yang memerlukan interaksi yang bermakna
dalam bahasa target – komunikasi yang natural – dimana penutur tidak berfokus pada bentuk bunyi tapi
lebih kepada arti atau pesan yang disampaikan dan dipahami. Sedangkan belajar merupakan produk dari
pengajaran formal yang berasal dari proses yang disengaja yang menghasilkan pengetahuan ‘tentang’
bahasa, misalnya tata bahasa.
Pada hipotesis monitor, Krashen menghubungkan antara penguasaan dan belajar. Penguasaan
berperan mengawali adanya tindak bahasa, sedangkan belajar berfungsi sebagai ‘monitor,’ yang
merencanakan, mengedit, dan mengoreksi performansi. Selanjutnya ada individu yang selalu
menggunakan monitor (over users), ada yang memilih untuk tidak menggunakannya under-users), ada
yang menggunakannya secara tepat (optimal users), tergantung dari karakter individu yang bisa dilihat
secara psikologis.
Menurut Krashen, penguasaan tata bahasa melalui proses yang natural. Ada tata bahasa yang
dikuasai lebih awal, ada yang penguasaannya kemudian. Hipotesis pemerolehan (the Input hypothesis)
berhubungan dengan penguasaan saja, dimana anak mengalami kemajuan menurut urutan natural, dimana
anak akan memiliki kemampuan linguistik lebih apabila dihadapkan pada pengetahuan yang sedikit di
atas kemampuan linguistiknya yang sekarang. Sedangkan hipotesis filter afektif (the Affective Filter
hypothesis) berarti bahwa tingkat penguasaan anak tergantung pada motivasi, kepercayaan diri, dan
kecemasan. Motivasi yang rendah, kepercayaan diri yang kurang dan naiknya tingkat kecemasan akan
menjadi ‘mental block’ yang menghambat dipakainya comprehensible input untuk penguasaan.
Banyak diantara model-model pembelajaran bahasa yang menyatakan bahwa lingkungan yang
paling mendukung pembelajaran adalah: adanya aktivasi pengetahuan sebelumnya
1. adanya demonstrasi ketrampilan berbahasa
2. adanya aplikasi ketrampilan berbahasa, dan
3. adanya integrasi ketrampilan berbahasa dalam kehidupan nyata
Merril menyajikan model pembelajaran yang disebut First Principles of Instructions sebagai
berikut:
1. Belajar akan terjadi ada kaitannya dengan penyelesaian masalah di kehidupan nyata.
2. Belajar akan terjadi jika pengetahuan sebelumnya diaktifkan sebagai dasar untuk mempelajari
pengetahuan baru.
3. Pengetahuan baru akan dipelajari apabila didemonstrasikan kepada anak.
4. Pengetahuan baru akan dipelajari apabila diaplikasikan oleh anak.
5. Pengetahuan baru akan dipelajari apabila diintegrasikan dalam kehidupan anak.
Apa relevansi drama dalam pengajara bahasa Inggris di kelas?
Menurut Tom Godfrey, drama adalah pada pembelajaran bahasa Inggris didefinisikan sebagai
aktivitas yang mencakup orang-orang dalam suatu konteks dan tentu saja ada komunikasi dalam situasi
sosial yang melibatkan juga gestur, sikap tubuh dan intonasi. Drama merupakan pendekatan aktif dimana
anak dihadapkan pada peran dan suasana yang dapat membuat anak bereksplorasi dan memahami
kehidupan nyata. Dengan berpartisipasi pada sebuah drama, anak akan mengalami momen kebersamaan
yang intensitas yang mencakup perasaan, ekspresi wajah, gestur, gerak dan kesadaran akan keberadaan
orang lain, yang mungkin tidak ada diluar drama.
Dan apa manfaat drama bagi pembelajarab bahasa Inggris di SD?
Chris Boudreult dalam jurnalnya yang berjudul The Benefits of Using Drama in the ESL/EFL
Classroom menuliskan beberapa manfaat drama pada pengajaran bahasa di kelas, yaitu:
1. penguasaan yang bermakna dan interaksi yang datang dalam bahasa target
2. penyatuan ucapan dengan tekanan dan intonasi dalam suasana dengan cara yang kontekstual
dan interakti
3. Penguasaan kosakata dan tata bahasa yang sepenuhnya kontekstual
4. Bertambahnya tingkat kepercayaam diri anak dalam mempelajari target bahasa yang baru.
Goerge Belliveai dan Won Kim dalam risetnya Drama in L2 Learning: A research synthesis
menyatakan bahwa meskipun ada ketertarikan pedagogis dan pengakuan ilmiah bahwa drama di kelas L2
memberikan konsep pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua/asing dalam suasana yang
kontekstual, aktif, mengandung unsur linguistik yang variatif yang memperkuat pengalaman akan L2,
masih sedikit fakta empiris yang menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi di kelas L2 dan reaksi anak
ketika drama diperkenalkan.
BAB III
KARYA INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
Karya inovasi pembelajaran bahasa Inggris yang berjudul “Drama Berbahasa Inggris Ajang
Praktik Bahasa Inggris yang Efektif dan Menyenangkan untuk anak Sekolah Dasar” merupakan ide
pementasan drama yang terdiri dari siswa dari kelas 1 sampai dengan kelas 3 SD, yang dimulai dari
pembuatan naskah, latihan, dan pentas.
Berikut adalah uraian ide dasar, alat dan bahan, proses pembuatan, penggunaan dalam
pembelajaran, dan analisis data/informasi hasil penggunaan dalam pembelajaran.
A. Ide Dasar
Pembuatan naskah drama, latihan dan pementasannya berawal dari perbedaan kemampuan
pada anak dalam berbahasa Inggris; ada anak yang kemampuannya sangat bagus ada yang kurang.
Sebagai guru bahasa Inggris kelas 1, 2, dan 3, penulis ingin memberikan wadah kepada semua siswa
yang beragam kemampuannya untuk dapat mempraktikkan bahasa Inggris, mengenalkan cerita
rakyat, dan mengajarkan berbagai nilai sosial yang terintegrasi dalam satu wadah. Selain itu, Sekolah
Indonesia Bangkok juga akan mengadakan ekspo yang menampilkan berbagai produk kegiatan, baik
intrakuruler maupun ekstrakurikuler. Berawal dari ide dasar di atas penulis berinisitif menulis naskah
drama yang berjudul “The Mouse Deer and the Crocodiles” dalam bahasa Inggris, dengan
memodifikasi kontennya dengan isi pelajaran kelas 1, 2, dan 3. Kemudian lahirlah karya inovasi
yang memadukan kemampuan berbahasa Inggris, pelestarian budaya daerah dengan mengambil
cerita rakyat, dan pembelajaran nilai yang terintegrasi dalam karya inovasi yang berjudul “Drama
Berbahasa Inggris Ajang Praktik Bahasa Inggris yang Efektif dan Menyenangkan untuk anak
Sekolah Dasar.”
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipakai pada karya inovasi pembelajaran “Drama Berbahasa Inggris
Ajang Praktik Bahasa Inggris yang Efektif dan Menyenangkan untuk anak Sekolah Dasar” adalah
sebagai berikut:
1. Komputer untuk mengetik naskah drama
2. Naskah drama
3. Kostum
4. Cat wajah
C. Proses Pembuatan
Dengan ketertarikan penulis terhadap cerita rakyat dan profesi penulis sebagai guru bahasa
Inggris, penulis menawarkan kepada siswa kelas 1, 2, dan 3 untk bermain drama berbahasa Inggris.
Penulis menunjukka beberapa cerita melalui media youtube untuk memilih cerita yang disukai.
Akhirnya kelas sepakat untuk membuat drama dengan judul “The Mouse Deer and the Crocodiles.”
Penulis kemudian menulis naskah drama, dengan menyesuaikan isi drama dengan materi pelajaran di
kelas 1, 2 dan 3.
Setelah naskah selesai, siswa berlatih di dalam dan di luar kelas selama kurang lebih 3
minggu, dan bersama-sama turut membuat kostum buaya yang dipakai dalam pementasan.
D. Penggunaan dalam Pembelajaran
Pada saat berlatih, siswa membaca naskah dan praktik di kelas pada saat jam pelajaran, pada
beberapa kali pertemuan. Dalam latihan ini, siswa membaca, saling mengoreksi, mempraktikkan dan
dan mengintegrasikan diri ke dalam persiapan pementasan drama tersebut.
Nilai yang terkandung dalam cerita “The Mouse Deer and the Crocodiles” adalah kita harus
pintar agar tidak tertipu dapat terserap secara langsung maupun tidak langsung. Artinya, melalui
cerita yang diperagakan, siswa dapat mengingat bahwa supaya tidak ditipu harus pintar. Bisa juga
melalui guru dengan menanyakan kepada siswa mengenai nilai dalam cerita. Hal ini telah terbukti
dapat memotivasi siswa dan isi dari cerita ini pun sebenarnya dapat disesuaikan dengan tujuan dari
guru yang menggunakannya.
E. Analisis Data/Informasi Hasil Penggunaan dalam Pembelajaran
Pada awal pementasan, tidak semua siswa tertarik untuk mengikuti pementasan drama ini.
Penulis sebagai guru tidak memaksa anak untuk mengikuti, namun memotivasi anak untuk mencoba
terlebih dahulu. Setelah mengikuti latihan, semua siswa dengan antusias berlatih dan pementasan pun
terlaksanan dengan sukses.
Dari observasi dan interview siswa, berikut adalah hasil penggunaan karya inovatif berupa
naskah dan pementasan drama berbahasa Inggris yang berjudul : “The Mouse Deer and the
Crocodiles,” dilihat dari konten pembelajaran dalam naskah drama, proses pembelajaran dan
dampak psikologis yang diuraikan sebagai berikut:
Pada cerita aslinya, tidak semua materi pembelajaran tersebut ada dalam cerita, namun
karena penulis membuat naskah drama ini untuk pembelajaran kelas 1, 2, dan 3, maka materi-materi
tersebut dimasukkan. Tanpa disadari, ketika melakukan dialog, siswa mempelajari tidak hanya
kosakata tapi juga pola kalimat, intonasi, ekspresi, penggunaan gesture, mimik, dan pantomimic.
Satu penemuan yang mengagetkan penulis adalah, karena seringnya dialog diulang, anak
tidak hanya hafal dialognya sendiri, tapi hafal sebagian atau bahkan seluruh dialog dalam
naskah drama tersebut. Namun demikian setelah lewat hitungan bulan, siswa tidak lagi hafal
seluruh naskah, untuk itu perlu adanya latihan yang berulang, artinya penerapan drama di kelas perlu
dilakukan secara terus-menerus untuk memberikan hasil yang maksimal dan sebagai penguatan.
2. Proses pembelajaran
Dari keseluruhan desain dan kegiatan pembelajaran, yaitu, pembuatan naskah drama, latihan,
dan pementasan, penulis dapat dilihat proses pembelajaran yang berlangsung sebagai berikut:
a. Sejalan dengan pendapat Chomsky, pada pementasan drama berbahasa Inggris, anak
belajar kompetensi (kosakata, tata bahasa) dan performasi (berbicara, mendengarkan dan
membaca) tanpa disadari anak. Bahkan, sebagaimana disampaikan Tom Gofrey, dalam
pentas drama ini siswa berkomunikasi dalam situasi sosial yang melibatkan juga gestur,
sikap tubuh dan intonasi.
b. Dengan interaksi yang bermakna dalam bahasa target dan komunikasi yang natural pada
saat berlatih, siswa tanpa sadar mencapai tahap ‘penguasaan,’ dan anak pun belajar pada
saat berlatih dengan menggunakan ‘monitor’ dengan cara mengulang dialog yang belum
betul. Pemerolehan (input) dapat terjadi karena materi yang disesuaikan dengan pelajaran
(i) dan tata bahasa (+1) dapat dipraktikkan tanpa harus dipelajari polanya terlebih dahulu.
Ini terlihat dari kamampuan siswa mempraktikkan dialog dengan benar.
c. Pementasan drama anak SD kela s1, 2, dan 3 dengan konten yang disesuaikan dengan
materi pelajaran berarti mengaktifkan pengetahuan dasar, melalui demonstrasi guru saat
berlatih, siswa mengaplikasikan pengetahuannnya dan diintegrasikan ke dalam diri saat
pentas. Proses yang terjadi ini memungkinkan pembelajaran seperti pada prinsip-prinsip
First Principles of Instruction.
3. Dampak psikologis
Pada pementasan drama ini, naskah yang dibuat disesuaikan dengan karakter dan
kemampuan siswa, sehingga siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda dapat mengikuti
kegiatan pementasan drama ini. Jadi, tidak ada siswa yang tidak bisa, yang ada adalah peran
yang dimainkan adalah peran yang bisa dilakukan dan diminati anak. Apabila dalam proses ada
peran yang kurang sesuai, maka baik peran ataupun kata-kata yang diucapkan diganti
disesuaikan dengan karakter dan kemampuan anak tersebut. Dampak psikologis yang terlihat
adalah siswa semakin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kepercayaan diri siswa
bertambah dan siswa merasa bangga. Hal ini dapat dilihat dari siswa-siswa tersebut yang masih
saling bersautan mengucapkan dialog dalam drama tersebut di sela-sela kegiatan belajar sehari-
hari. Bahkan salah satu siswa yang pada awalnya enggan mengikuti drama berkata, “Bu, saya
mau latihan drama bahasa Inggris lagi setelah ini.”
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Penulis merasa bangga dapat menghasilkan karya berupa naskah drama berbahasa Inggris untuk
anak sekolah dasar dan sekaligus mengaplikasikannya di kelas 1, 2, dan 3. Hal ini karena drama dapat
benar-benar menjadi wadah bagi anak untuk mempelajari dan mempraktikkan langsung kemampuan
berbahasa Inggris, memupuk rasa percaya diri, dan memotivasi siswa untuk belajar dengan rasa riang
tanpa adanya beban harus membahas pola-pola tata bahasa. Tanpa disadari, siswa juga telah belajar
berekspresi, tolerensi, dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan teman-temannya, baik teman
sekelas maupun dari kelas lain. Sebagai guru, penulis dapat mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
siswa, dan memilih strategi pembelajaran yang tepat bagi siswanya.
B. Saran
Hasil yang positif di atas tidak cukup dilakukan hanya sekali dan perlu terus diulang sehingga ada
penguatan dan hasil yang maksimal. Meskipun menunjukkan kemajuan yang signifikasi, pembuatan
naskah drama dan persiapan pentas drama bukanlah pekerjaan yang simpel. Guru perlu membagi waktu
dengan cermat dan melihat kemampuan anak satu per satu, sehingga peran yang diberikan sesuai dengan
kemampuan dan karakter anak. Semoga karya ini bermanfaat dan dapat ditingkatkan lagi di masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Belliveau, G., Won, K. (2003). Drama in L2 learning: A research synthesis. Scenario ISSN 1649-8526
VOLUME VII Issue 2
Boudreault, C. (2010). The Benefits of Using Drama in the ESL/EFL Classroom. The Internet TESL
Journal, Vol. XVI, No. 1
Brown, G., Malmkjaer, K., Williams, J. (2002) Performance and Competence in Second Language
Acquisition. United Kingdom. Cambridge University Press
Merril, M. D. (2002) First Principles of Instruction. ETR&D, Vol. 50, No. 3, pp. 43–59 ISSN
1042–1629
Mukarto. (2007). Grow with English Book 1. Jakarta: Erlangga
Mukarto. (2007). Grow with English Book 2. Jakarta: Erlangga
Mukarto. (2007). Grow with English Book 3. Jakarta: Erlangga
Sam, W.Y. (1990). Drama in Teaching English as a second Language – A Communicative Approach.
The English Teacher, Vol XIX
Schutz, R. (2014) Stephen Krashen’s Theory of Second Language Acquisition.
Tom, G. (2010). Drama in ELT: A whole-person Learning Approach. DELTA and news from ITI’s global
community
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1:
a. Foto-foto kegiatan Pengembangan Kegiatan Pembelajaran
4. PPT
5. Mindmap, quizziz and wordwall
Scratches
Goresan Pena dari Negeri Sawasdee
Resensi:
Scratches adalah judul buku sekaligus salah satu judul puisi berbahasa Inggris pada kumpulan
puisi ini, yang merupakan tulisan pertama yang digoreskan pengarang. Scratches juga
menggambarkan isi buku yang terdiri dari 23 judul yang menandai 23 tahun penulis tinggal di
negeri Sawasdee. Scratches, seperti maknanya, buku ini berisi goresan-goresaan lara dan
beragam peristiwa yang dialami penulis, bahkan seperti biografi rasa yang tertambat dari masa
ke masa. Bila ditelusuri lebih dalam, pembaca dibawa pada sebuah gambaran kehidupan
pengembara dan lingkungan berdiamnya, yang memberikan wawasan, nilai dan sensasi
kehidupan pada tiap goresannya.
Scratches
Scratches
Written from the sky
Sent to the universe
To be shared to value
Those in aware of the significance of pathways
So be brave of scratches
You face or see, or those coming without notice
But learn from the scratches you have
Not to leave similar or wider scars
Setelah mengikuti berbagai kegiatan dan pelatihan, berikut hasil karya inovatif yang mulai
dikembangkan :
No Keterangan Dokumentasi
Membuat aplikasi musik digital (Gamelan,
1. Gitar, Drum, dll)
Jadwal Diseminasi
Jadwal Diseminasi
Undangan Diseminasi Daring SIB
FOTO KEGIATAN
2. Sosialisasi ANBK 18 Agustus
2021
Undangan
PPT Materi
LAPORAN DISEMINASI GURU
Jadwal Diseminasi
Undangan Diseminasi Virtual
FOTO/VIDEO KEGIATAN
https://www.youtube.com/watch
?v=u4ZWqd2VA50&t=490s
LAPORAN DISEMINASI GURU
Nama : Subroto,S.Pd
Guru Mapel : Sejarah Indonesia, Sejarah Minat, Penjaskes, Seni Budaya dan Kesenian
Jadwal Diseminasi
Undangan
PPT Materi