BERHENTILAH MARAH
Kejadian 34:13-31
Anak-anak Yakub jelas sangat marah karena adiknya diperkosa, dan mereka tahu bahwa
perbuatan tidak senonoh itu tidak bisa dibiarkan. Akan tetapi, mereka berdosa karena membalas
dendam secara berlebihan, tidak adil, dan kejam.
Dalam Kej 34:25 Simeon dan Lewi bukan saja membunuh orang laki-laki dari kota itu, tetapi juga
merampas kota itu serta menawan wanita dan anak-anak dengan kekejaman yang semena-mena
(lih. Kej 49:5-7)
Marah dan sakit hati menguasai hati anak-anak lelaki Yakub terhadap Sikhem, anak Hemor, raja
setempat, Sekalipun Sikhem berniat baik untuk mengawini Dina, hal itu tetap tidak menyurutkan
amarah mereka, bahkan mereka membuat tipu muslihat untuk membalaskan dendam. Dengan
berpura-pura menyetujui, mereka mengajukan syarat, yakni setiap laki-laki diantara orang-orang
Sikhem harus disunat sama seperti mereka disunat. Usul itu mereka pandang baik, maka
merekapun disunat dan kesempatan saat mereka sedang kesakitan digunakan anak-anak Yakub
mengambil Dina dari rumah Sikhem dengan kekerasan, membunuh laki-laki yang bersunat yang
sedang kesakitan tersebut dan merampasi harta mereka.
Emosi dan kekerasan bukanlah jalan yang baik bagi penyelesaian suatu masalah sekalipun
karenanya kita yang dirugikan. Jangan turuti panas hati karena hal itu hanya akan membawa kita
pada masalah baru yang seharusnya tidak perlu terjadi. Bila panas hati yang menguasai, pikiran
negatiflah yang berperan sehingga niat baikpun akan ditanggapi sebagai ancaman sehingga diri
sendirilah yang rugi.
Panas hati dan amarah hanya membawa pada kejahatan demi kejahatan, maka adalah bijak bila
berhenti marah dan tinggalkan panas hati itu (Mazmur 37:8).
Biasanya, suami akan berbicara dengan keras dalam amarah dengan menunjukkan hasratnya
secara berlebihan dan tak sepantasnya. Ia melontarkan kata-kata kasar kepada isteri dan
anak-anaknya. Ia membanting pintu dan barang-barang dan terkadang bahkan berlaku kejam
terhadap keluarganya.
Di lain pihak, terkadang isteri yang berteriak-teriak. Ia tak henti-hentinya mengkritik semua
orang. Ia mengeluh mengenai pekerjaan yang harus dilakukannya dan mengomeli siapa saja
yang lewat. Ia menjadi orang yang berlawanan dari yang seharusnya - sumber kasih dan
kelemah-lembutan dan damai.
Kitab Suci mencatat ayat-ayat yang sangat menyentuh hati mengenai kemarahan.
Amsal 15:1 "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas
membangkitkan marah."
Amsal 29:11 "Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya
meredakannya."
Amsal 29:22 "Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan orang yang lekas gusar, banyak
pelanggarannya."
Pengkotbah 7:9 "Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada
orang bodoh."
Amsal 16:32 "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya,
melebihi orang yang merebut kota."
Titus 1:7 "Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak
angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah."
Efesus 4:26 "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari
terbenam, sebelum padam amarahmu"