Anda di halaman 1dari 13

Kemarahan

Seorang yang pemarah adalah seorang bodoh.. Ada dalam Alkitab, “Janganlah lekas-lekas marah
dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh” (Pengkhotbah 7:9). “Orang
bijaksana dapat menahan kemarahannya. Ia terpuji karena tidak menghiraukan kesalahan orang
terhadapnya” (Amsal 19:11, BIS). “Tidak cepat marah lebih baik daripada mempunyai kuasa;
menguasai diri lebih baik daripada menaklukkan kota” (Amsal 16:32, BIS*):

Cepat selesaikan amarahmu. Ada dalam Alkitab,”Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu
berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri
kesempatan kepada Iblis” (Efesus 4:26-27). “Kalau kalian marah, janganlah membiarkan
kemarahan itu menyebabkan kalian berdosa. Janganlah marah sepanjang hari, supaya Iblis tidak
mendapat kesempatan” (Efesus 4:26-27, BIS*).

Jangan menyerang apabila dipersalahkan. Ada dalam Alkitab, “Janganlah membalas kejahatan
dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu
memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat” (1 Petrus 3:9).
“Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki; sebaliknya
balaslah dengan memohonkan berkat dari Allah. Sebab Allah memanggil kalian justru supaya
kalian menerima berkat daripada-Nya” ( 1 Petrus 3:9, BIS*).

Kemarahan menghasilkan pertikaian. Ada dalam Alkitab, “Karena air susu ditumbuk menjadi
mentega dan hidung ditumbuk keluar darah dan amarah digalakkan menjadikan perkelahian”
(Amsal 30:33, TL). “Sebab, kalau engkau mengocok susu, kau menghasilkan mentega. Kalau
engkau memukul hidung orang, keluarlah darah. Kalau engkau menimbulkan kemarahan, kau
terlibat dalam pertengkaran (Amsal 30:33, BIS*).

Kebenaran Alkitabiah Tentang Kemarahan


October 20, 2015 Eliyusu Zai Leave a comment

Alkitab sangat banyak berbicara tentang kemarahan. Tentu saja, bukan marah yang benar
melainkan teguran tentang kemarahan yang cenderung membawa kita kearah yang tidak benar
dan melangkah ke dalam kejahatan sehingga membuahkan dosa. Seringkali kita berusaha
“membenarkan” diri dalam kemarahan kita dan lebih sering menuduh hal-hal lain yang salah
yang membuat kita marah. Di sisi lain, kemarahan mengungkapkan  sikap hati nurani terhadap
keadilan yang dilanggar di hadapan kita. Namun, kemarahan sangat mudah untuk membuat kita
tergelincir ke jurang dosa kebencian, kedengkian dan dendam. Oleh sebab itu, berikut ini
beberapa prinsip-prinsip dan kebenaran Alkitabiah untuk mengenal dan mengendalikan
kemarahan kita.

Prinsip pertama; kemarahan bukanlah disebabkan karena orang lain atau keadaan di
sekeliling kita. Kemarahan biasanya berasal dari sikap hati kita
Matius 15:19  Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan,
percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat

Seharusnya, tidak ada seorangpun yang dapat membuat kita marah. Bahkan keadaanpun tidak
pernah menjadi penyebab timbulnya kemarahan. Kemarahan adalah keinginan daging yang
timbul dari hati kita. Marah atau tidak marah, sangat tergantung dari hati kita menyikapinya.

Seringkali, kita menuduh orang lain yang membuat kita marah bahkan kita juga menuduh
lingkungan kita, kita marah karena mereka mengolok-olok kita, marah karena mereka tidak
mendengarkan seruan kita dan aspek lainnya tanpa menyadari bahwa sumber kemarahan
sesungguhnya adalah hati kita. Bagaimanapun sikap lingkungan jikalau hati kita tidak marah
maka pengaruh lingkungan tersebut tidak berarti.

Prinsip kedua; kemarahan dikarenakan tidak terpenuhinya tujuan hati kita

Yakobus 4:1-2 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah
datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini
sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu
tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh
apa-apa, karena kamu tidak berdoa.

Yakobus menulis tentang “keinginan” kita – nafsu dan tujuan- penyebab segala sengketa dan
pertengkaran. Kita mengingini sesuatu namun tidak bisa mewujudkannya, lalu kita membunuh,
bertengkar, dan bersengketa. Dengan kata lain, kita ingin sesuatu dan kita tidak memperolehnya;
lalu, kita marah. Seharusnya, ketika kita marah kita bertanya pada diri kita sendiri “adakah
sesuatu hal yang benar yang bisa kita dapatkan dari kemarahan itu? Tercapaikah tujuan kita
tersebut ketika kita marah? Sekali-kali tidak. Seharusnya, bukanlah alasan bagi kita bisa marah
jika tujuan kita tidak tercapai. Langkah yang lebih tepat adalah kita intropeksi diri dan bercermin
apa yang kurang di dalam diri kita.

Prinsip ketiga; kemarahan tidaklah mengerjakan sesuatu hal yang benar

Yakobus 1:19-21 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah
cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab
amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala
sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut
firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Seringkali kita berpikir bahwa dengan amarah mungkin orang lain akan melakukan hal yang
benar. Orangtua seringkali berpikir bahwa dengan mereka marah, anaknya akan melakukan hal
yang benar atau berlaku “benar”. Namun, sekali lagi Yakobus menuliskan bagi kita bahwa
amarah tidak mengerjakan kebenaran Allah. Intinya, amarah tidak menghasilkan yang baik.

Prinsip keempat; amarah membawa seseorang menjadi pendengki


Matius 5:21-22 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan
membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya:
Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan
ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Seringkali kita mengabaikan dampak yang serius dari kemarahan kita. Seringkali kita
menganggap “yang penting saya sudah melepaskan kemarahan saya” atau “ melepaskan energy
kemarahan”. Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa kemarahan adalah membunuh dalam hati dan
merupakan pelanggaran satu dari sepuluh hukum Tuhan. kemarahan bisa membentuk kita
menjadi api neraka.

Salah satu contoh yang saya alami yaitu seseorang yang marah kepada saya karena alasan yang
tidak masuk akal. Dan kemarahannya tersebut akhirnya membawanya kepada kebencian dan
dengki. Dan akhirnya dia menjadi “api neraka” bagi orang-orang di sekelilingnya.

Prinsip kelima; amarah membentuk sesuatu hal menjadi lebih buruk

Amsal 15:1 Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas
membangkitkan marah.
Amsal 15:18 Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan
perbantahan.

Tidak hanya gagal membuahkan kebenaran, kemarahan juga membuat sesuatu hal menjadi lebih
buruk. Marah bisa menular ke orang lain dan juga menambah perselisihan. Hal ini tentu saja
akan bertentangan dengan apa yang kita harapkan dari orang lain. Dari perkataan Tuhan Yesus
dalam Matius 7:12 yang menyatakan bahwa “segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” Mengindikasikan bahwa
sebenarnya semua manusia mengharapkan sesamanya berlaku baik kepadanya, tetapi kemarahan
sebaliknya bisa menghasilkan orang lain berlaku buruk terhadap kita.

Prinsip keenam; kemarahan membuka peluang bagi Setan

Efesus 4:26-27 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah
matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis

Ketika kita “menunggu matahari terbenam baru amarah kita reda” atau tidak sesegera mungkin
memperbaiki situasi “marah” tersebut maka kita telah membuka peluang bagi Setan untuk masuk
ke dalam kehidupan kita dengan menimbulkan kepahitan, balas dendam, fitnah, dan berbagai
bentuk dosa lainnya. Untuk itu, ketika kita dalam kondisi marah, sesegera mungkin
memperbaikinya dengan memberikan pengampunan, saling memaafkan dan kembali
membangun hubungan yang baik dengan yang lainnya.

Enam hal di atas sangatlah membantu kita untuk mengontrol kemarahan kita. Kita bukanlah
tidak mungkin tidak marah namun dengan prinsip-prinsip di atas, kita pasti membuat amarah kita
tidak akan membuahkan dosa. Dan tentu saja semua pengendalian diri harus didasari atas kasih
karunia Tuhan dan melepaskan keakuan yang ada dalam diri kita masing-masing

A.    Pengertian Marah


    Marah adalah perbuatan yang terjadi pada waktu mendidihnya darah di dalam hati
untuk memperoleh kepuasan apa yang terdapat didalam dada. (Al-jurjani 2001 dalam Yadi
dan rachmat, 2006: 6)
MenurutStuart dan sundeen (1987), dalam Yadi dan rachmat,(2006: 7), memberi
pengertian bahwa marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai perasaan jengkel yang
timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Marah adalah suatu reaksi terhadap frustasi yang terlatih dimana seseorang berbuat
dengan cara-cara yang sesungguhnya ia tidak menginginkannya. Seseorang yang sangat marah
tidak dapat mengendalikan perbuatannya. Orang yang tidak dapat mengontrol perbuatannya
adalah orang yang menderita sakit kejiwaan atau mengalami kegilaan.
(Wayne M. Dyer (1977) dalam Irawati,(2006: 57)
Berdasarkan teori-teori para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemarahan
adalah suatu reaksi emosional yang terlatih atau terbiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka
sebenarnya ragam emosi yang kasar itu dapat disingkirkan atau sekurang-kurangnya dapat
dikendalikan sehingga tidak menimbulkan berbagai akibat atau bahaya yang fatal, yang akan
disesali sepanjang hidupnya.

B.     Ciri-Ciri Marah


MenurutHamzah (2001) dalam Yadi dan rachmat, (2006: 15) ciri-ciri yang dapat dilihat
bila seseorang marah yaitu :
1.      Ciri pada wajah, yaitu berupa perubahan warna kulit menjadi kuning pucat, tubuh terutama pada
ujung-ujung jari bergetar keras, timbul buih pada sudut mulut, bola mata memerah, hidung
berkembang kempis, gerakan menjadi tidak terkendali serta terjadi perubahan-perubahan lain
pada fisik.
2.      Ciri pada lidah, dengan meluncurkan makian, celaan, kata-kata yang menyakitkan, dan ucapan-
ucapan keji yang membuat orang berakal sehat merasa rishi untuk mendengarkannya.
3.      Ciri pada anggota tubuh, seperti terkadang menimbulkan keinginan untuk melukai , memukul,
merobek bahkan membunuh. Jika amarahnya itu tidak terlampiaskan pada orang yang
dimarahinya, kesalahan akan berbalik kepada dirinya sendiri. Ia akan merobek pakaiannya,
memukul tubuhnya atau barangkali ia akan jatuh pingsan karena saking kesalnya. Kalaupun
tidak demikian, besar kemungkinan ia akan cari sasaran lain, seperti melempar piring, mencaci
maki sebagaimana orang yang tidak waras.
4.      Ciri pada hati, di dalam hatinya akan timbul rasa benci, dendam dan dengki (hasud),
menyembunyikan keburukan merasa gembira dalam dukanya dan merasa sedih dalam
kegembiraanya

Dari pernyataan di atas, ciri-ciri dari marah dapat dilihat dari wajah, lidah,
anggota tubuh, dan hati. Dimana disetiap ciri-ciri yang dapat dilihat memiliki karakteristik
masing-masing yang menunjukkan bahwa seseorang sedang marah.

C.    Macam-macam marah


Gymnastiar (2002) menjelaskan lebih lanjut tentang macam-macam marah yang disebut
al-ghazali, menurutnya jika ditimbang dari sudut kemarahan, ternyata orang itu dapat
dikelompokkan dalam empat golongan sebagai berikut :
a.       Orang yang lambat marah, lambat reda dan lama bermusuhannya
Jenis ini sungguh jelek. Bagaimana tidak, seseorang yang sedang marah dan durasi
kemarahannya sangat lama, akan kesulitan saat ia harus mengambil keputusan yang tepat. Selain
itu, akibat kemarahannya juga, orang lain akan menjauhi karena takut terjerumus dalam bara
permusuhan
b.      Cepat marah dan lambat redanya
Jenis kedua ini sungguh lebih jelek yang pertama, sebab apapun yang terjadi akan
disikapi dengan kemarahan. Orang seperti itu dapat dengan tiba-tiba menjadi marah dan
menumbuhkan waktu lama untuk menurunkan kemarahannya itu.
c.       Cepat marah dan cepat redanya
Seseorang yang memiliki sifar ini kondisinya cenderung turun naik, ia dapat marah
secara tiba-tiba dan sedetik kembali kepada kondisi yang semula, seolah tidak
pernah terjadi apa-apa.
d.      Lambat marah dan cepat redanya
Orang yang memiliki sifat seperti ini sangat sulit tersinggung walau di depan matanya
terjadi sesuatu yang benar-benar salah. Ia akan mencari seribu satu alasan untuk memaklumi
kesalahan orang, memaafkan lalu melupakannya. Namun sekali saja ia marah, ia akan cepat
sekal memaafkan kesalahan orang lain.

D.    Penyebab Marah


Kita menjadi marah kalau kita telah diperlakukan secara tidak adil, disakiti tanpa sebab,
atau dicegah untuk mendapatkan sesuatu yang kita harapkan akan kita capai atau peroleh.
Perhatikan penekanan pada keadilan, alasan tindakan, dan harapan. Bukanlah semata-mata
cedera atau rasa sakit yang membuat kita marah melainkan pelanggaran terhadap peraturan dan
pengharapan. (Dennis G. and Cristine A.P. terjemahan Yosep B.M. : 2004: 229)
Yadi dan rachmat (2006 : 18-19) Penyebab orang marah sebenarnya dapat datang dari
luar, maupun dari dalam diri orang tersebut. Sehingga secara garis besar sebab yang
menimbulkan marah itu terdiri dari faktor fisik dan psikis.
1.      Faktor fisik
Sebab-sebab yang mempengaruhi faktor fisik antara lain:
a)      Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang terlalu lelah karena kerja keras, akan lebih mudah
marah dan mudah sekali tersinggung.
b)      Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika otak kurang mendapat zat asam,
orang itu lebih mudah marah
c)      Hormon kelamin dapat mempengaruhi kemarahan seseorang. Kita dapat melihat dan
membuktikan sendiri pada sebagian wanita yang sedang menstruasi, rasa marah merupakan ciri
khas yang utama.
2.      Faktor psikis
Faktor psikis yang menimbulkan marah adalah erat kaitannya dengan kepribadian
seseorang. Terutama sekali yang menyangkut apa yang disebut “self concept yang salah” yaitu
anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri yang salah. Self concept yang salah menghasilkan
pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang. Karena seseorang akan menilai dirinya sangat
berlainan sekali dengan kenyataan yang ada.
Beberapa self concept yang salah dapat di bagi yaitu :
a)      Rasa rendah diri yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenarnya. Orang ini akan
mudah sekali tersinggung karena segala sesuatu dinilai sebagai yang merendahkannya, akibatnya
wajar ia mudah marah.
b)      Sombong yaitu menilai dirinya sendiri lebih dari kenyataan yang sebenarnya. Orang yang
sombong sangat menuntut banyak pujian bagi dirinya. Jika yang diharapkan tidak terpenuhi, ia
wajar sekali marah.
c)      Egoistis atau terlalu mementingkan dirinya sendiri, yang menilai dirinya lebih penting melebihi
kenyataan. Orang yang bersifat demikian akan mudah marah karena selalu terbentur pada
pergaulan sosial yang bersifat apatis (masa bodoh), sehingga orang yang egoistis tersebut merasa
tidak diperlakukan dengan semestinya dalam pergaulan sosial. Mereka biasanya diselimuti rasa
marah yang berkepanjangan.

Paul Ekman (2010: 195-196), Perumpamaan untuk salah satu penyebab kemarahan yang
paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa adalah ketika ada orang yang
mengganggu apa yang ingin kita lakukan. Apabila kita menganggap gangguan tersebut disegaja,
bukan tidak sengaja atau diminta, jika kelihatannya orang yang menganggu itu memilih
menganggu kita, maka kemarahan kita mungkin lebih besar.
Ketika ada orang yang mencoba menyakiti kita secara fisik, maka kemungkinan yang
keluar adalah kemarahan. Jika ada orang yang mencoba menyakiti kita secara psikologis,
menyinggung perasaan kita, mencemooh penampilan atau gaya kitakemungkinan juga
menimbulkan kemarahan.
Kekecewaan terhadap perbuatan orang lain juga dapat menyebabkan kita marah,
khususnya apabila orang tersebut adalah orang yang sangat kita pedulikan. Mungkin terkesan
aneh bahwa kita bisa menjadi paling marah kepada orang yang paling kita cintai, tetapi orang ini
adalah orang yang bisa menyakiti dan mengecewakan kita paling bera

5 Tingkatan Marah
Ketika mendengar kata emosi, kebanyakan orang akan berpikir tentang marah. Itu tidak salah
namun itu tidak sepenuhnya benar, pada dasarnya emosi ada bermacam-macam. Emosi sendiri
adalah reaksi tubuh terhadap sebuah situasi yang dihadapi, bisa berupa marah, malu, sedih,
bahagia dan takut.
Pernahkah anda merasakan emosi? seharusnya jawabannya YA. Jika tidak, anda perlu
memeriksakan diri ke dokter. Manusia tanpa emosi bagaikan sayur tanpa garam, malam tanpa
bintang, aku tanpa kamu. Rasanya hampa. Dalam tulisan ini saya akan membahas tentang salah
satu bentuk emosi yaitu marah.

Marah adalah emosi pada manusia yakni respons emosional yang kuat dan tidak menyenangkan,
terhadap suatu penyebab baik nyata ataupun yang dipersepsikan seseorang. Bisa dibilang bahwa
kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman atau kegagalan.

Marah sebagai suatu bentuk emosi berada dalam darah kita semua, maka wajarlah jika ada yang
bilang semua orang pernah marah, bahkan orang yang paling sabar sekalipun. Seperti Pak Sabar
guru saya dulu, meski namanya sabar ia juga sering marah-marah. Bagi yang belum tahu ternyata
marah punya tingkatan, dalam dunia psikiatrik (kejiwaan) disebut rentang respon marah.

Apa saja respon rentang marah itu? Silahkan disimak.

rentang respon marah

Assertif
Seorang mahasiswa kesal dan marah karena tidak mendapatkan nilai A dalam satu mata kuliah,
padahal ia sudah belajar keras untuk mata kuliah tersebut. Ia marah kepada dirinya sendiri,
kepada soal ujian yang sulit tapi tetap menerima keadaan tersebut. Maka mahasiswa tadi masuk
dalam fase assertif.

Fase ini bisa dibilang respon wajar dalam hal marah, karena merupakan ungkapan kekesalan,
atau tidak setuju akan suatu hal. Marah dalam fase assertif tidak merugikan orang lain, hanya
mengungkapkan perasaan dan menyatakan secara verbal, terkadang dalam bentuk non verbal.
Bahkan sikap assertif bisa membuat perasaan lega kepada orang yang melakukannya. Malah
terkadang setelah marah dalam fase ini, muncul motivasi sebagai respon dari kegagalan atau
ketidaksetujuan akan sesuatu.

Fase assertif adalah tingkatan marah (rentang respon marah) yang paling rendah, malah kadang
susah dibedakan antara dia marah atau sekedar bersedih.

Frustasi
Respon frustasi adalah respon marah selanjutnya, biasanya terjadi karena gagal dalam mencapai
tujuan dan tidak bisa menerima kenyataan. Bedanya dengan assertif, orang-orang yang
mengalami frustasi memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Nampak ketegangan dalam
dirinya dan sering menjauh dari keramaian. Kekecewaan yang dialami sangat membekas,
ditampakkan dari mengurangi interaksi dengan orang lain dan lebih sering menyendiri.

Pasif
Marah pasif adalah marah yang paling banyak dilakukan oleh perempuan, fase ini sangat berbeda
dengan fase sebelumnya yang menunjukkan marah dengan nyata. Ini adalah jenis marah yang
lebih banyak diam, tidak mengungkapkan amarah.

Itulah kenapa saya mengatakan bahwa jenis marah ini paling banyak dilakukan oleh perempuan,
suasana hati perempuan susah ditebak ketika diam, mereka marah tapi tidak ketahui alasannya
dan apa yang harus dilakukan. Hanya duduk termenung, dengan muka masam tanpa kata-kata
sedikitpun, laki-laki yang berada di posisi ini bingung harus bereaksi seperti apa. Kalau ada yang
tidak setuju, ditunggu di kolom komentar. Piss.

Meski tidak mengungkapkan perasaannya, orang-orang yang marahnya pasif tidak boleh
disepelekan. Perasaan marah yang dipendam bisa keluar kapan saja, bahkan bisa menjadi beban
pikiran jika dibiarkan berlarut-larut.

Maka sebaiknya marah itu diekspresikan, dikeluarkan dengan wajar, jangan disimpan agar tidak
menjadi penyakit hati. Sama halnya cinta, katakan bila memang suka, buang jauh-jauh jika
memang tidak ada perasaan. Eh.

Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol. Orang agresif biasanya tidak mau
tahu pendapat orang lain. Marah diekspresikan dengan fisik dan nyata namun masih terkontrol,
tapi mulai menggunakan kata-kata yang kasar bahkan hingga mengancam. Terkadang pada fase
ini sudah ada gerakan seperti akan memukul seseorang namun tidak dilakukan, masih sebatas
gertakan.

Meski belum sampai melukai orang lain, agresif sudah termasuk fase maladaptif (tidak bisa
beradaptasi terhadap keadaan) pada rentang respon marah.

Baca juga : Sebelum marah-marah di UGD, kamu harus tahu ini

Kekerasan/ Mengamuk
Rasa marah yang kuat disertai dengan kehilangan kontrol diri, inilah tingkatan marah yang
paling tinggi. Orang yang mengamuk tidak bisa lagi mengontrol emosi yang dia miliki,
sebaliknya emosilah yang mengendalikan dirinya. Mengamuk menjadi salah satu diagnosa dalam
ilmu kejiwaan, dimana orang yang marah hingga mengamuk tergolong sebagai gangguan
kejiwaan. Bahkan ada yang namanya kegawatdaruratan psikiatri (kejiwaan), ini dikarenakan
tindakan dilakukan bisa mengancam, menyakiti diri sendiri dan juga orang lain di sekitarnya.

Sebaiknya kalau marah jangan sampai mengamuk, dan kalau ada yang ngamuk sebaiknya jangan
didekati.

semoga kita semua diberi kesabaran ketika menghadapi sebuah masalah, ataupun mengalami
sebuah kegagalan. semoga jikapun marah, masih dalam tahap wajar tidak sampai mengamuk
seperti yang dijelaskan pada rentang respon marah tadi.

JENIS-JENIS MARAH

MARI KENALI SIFAT MARAH KITA


Kemarahan Berselindung
"Tidak sedar mereka sebenarnya marah dan menyembunyikan kemarahan
dengan cara menafikan dan meletak kemarahan kepada orang lain."

a) Anger Avoidance (Mengelak dari marah)


- takut & tidak suka fikir pada kemarahan
- marah merupakan satu perkara teruk, bahaya, buruk, hodoh & musuh yang perlu dijauhi.
- tidak bersifat asertif & membiarkan hak-hak mereka diketepikan.

b) Sneaky Anger
- marah tetapi tidak menunjukkan dengan jelas.
- akan melakukan perkara-perkara seperti tidak mematuhi arahan dan menangguhkan kerja.

c) Paranoid Anger
- Merasa orang lain sentiasa memperkata sesuatu yang tidak elok di belakang.
- Percaya bahawa orang lain sentiasa memarahinya.
- Disebabkan oleh perasaan cemburu buta, tidak selamat, posesif dan paranoid.
Kemarahan Meletup
"mudah marah, baran, kurang sabar, kuat melenting dan bertindak agresif"

a) Sudden Anger (Marah Mengejut)


- Tidak dapat mengawal diri, mudah hilang sabar, marah atasa perkara remeh dan disusuli
tindakan agresif.
- cepat reda dan menyesal.

b) Shame-based Anger
- Tidak dapat tahan marah bila dikritik, diperleceh atau diketepikan.
- Seorang yang sensitif

c) Deliberate Anger
- Suka memanipulasi, membuli & menguasai orang lain.
- Berpuas hati & megah sekiranya orang yang dimarahi berasa tersinggung & sedih.
- Percaya bahawa dengan menunjukkan kemarahan segala kemahuan dan kehendak akan
dipenuhi.

d) Addictive Anger (Ketagihan Marah)


- Ada kaitan dengan ketagihan arak & dadah.
- Menjadi ketagih untuk marah apabila berada dalam ketagihan & tidak dapat menahan
kemarahan.
Kemarahan Kronik
"Menjadikan kemarahan sebati dalam diri mereka dan merasa sudah terperangkap dan tidak
dapat melepaskan diri"

a) Habitual anger
- Menjadikan marah satu sikap yang berterusan & berasa selesa dengan sikap itu.
- Tidak berasa susah hati, terbeban dan tiada keinginan mengubah sikap marah tersebut

Anda mungkin juga menyukai