A. Pengertian
Charles rycroft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu reaksi emosional kuat yang didatangkan
oleh ancaman, campur tangan, serangan kata-kata, penyerangan jelas, atau frustasi dan dicirikan
dengan reaksi gawat dari sistem syaraf yang bebas dengan balasa-balasan serangan atau tersembunyi.
Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri aktivitas sistem sistem
syaraf simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan adanya
kesalahan. Stuart dan sundeen (1987) memberikan pengertianmengenai marah adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Jadi, kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang kontruktif dapat membuat
perasaan lega.
Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah
atau tidak setuju tanpa menyakiti atau menyalahkan orang lain. Dengan perilaku ini dapat melegakan
perasaan pada individu. Frustasi merupakan respons yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Perilaku
Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yang
sedang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntutan nyata. Agresif merupakan perilaku
yang menyertai marah, merupakan dorongan mental untuk bertindak dan masih terkontrol. Individu
agresif tidak mempedulikan hak orang lain. Bagi individu ini hidup adalah medan peperangan. Biasanya
individu kurang percaya diri. Harga dirinya ditingkatkan dengan cara menguasai orang lain untuk
membuktikan kemampuan yang dimilikinya. Stres, cemas , harga diri rendah dan rasa bersalah dapat
menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan.
C. Ciri-ciri Marah
Aspek biologi,respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam bereaksi terhadap sekresi
epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takidarki ( frekuensi denyut jantung meningkat ) wajah
memerah, pupil membengkak, frekuensi pembuangan urin meningkat.
Aspek emosional, merasa tidak berdaya, putus asa, frustasi, ngamuk, ingin berkelahi, dendam,
bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Prilakunya selalu ingin menarik perhatian orang
lain, membuat kegaduhan, kebakaran,melarikan diri, mencuri dan penyimpangan seksual.
Aspek sosial, meliputi inter aksi sosial, budaya, konsep percaya dan ketergantungan, emosi marah akan
menimbulkan kemarahan orang lain serta penolakan dari orang lain.
Aspek spiritual, keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan lingkungan dengan tidak
mempedulikan moral. Hamzah (2001) juga menjabarkan terhadap ciri-ciri orang yang sedang marah,
yaitu:
a) Ciri pada wajah, berupa perubahan pada kulit menjadi warna kuning pucat, tubuh bergetar keras,
timbul buih pada sudut mulut, bola mata mmerah, hidung kembung kempis gerakan tidak terkendali.
b) Ciri pada lidah, meluncurnya makian, celaan, kata-kata yang menyakitakan, dn ucapan-ucapan
yang keji yang membuat orang yang berakal sehat merasa risih untuk mendengarkanya.
c) Ciri pada anggota tubuh. Timbulnya keinginan untuk memeukul, melukai, merobek, bahkan
membunuh.
d) Ciri pada hati, didalam hati akan timbul rasa kebencian, dendam, dan dengki, menyembunyikan
keburukan, merasa gembiradalam dukanya. Dan merasa sedih atas gembiranya, memutuskan hubungan
dan menjelek-jelekanya.
Nuh ( 1993 ) menjelaskan secara gamblang beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat apabila seseorang
marah, diantaranya:
D. Penyebab Marah
1. Faktor Fisik
b) Adanya zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah, seperti kurangnya zat asamdi otak.
c) Hormon kelamin, seperti pada waktu menstruasi pada wanita
2. Faktor psikis
a) Rendah hati, menilai dirinya selalu merasa dirinya rendah dari yang sebenarnya.
Menurut Nuh, Hamzah, Hawwa ( 1993) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
kemarahan yaitu :
1) Lingkungan,
1. Pendekatan Psikologi
Gie ( 1999 ) mengatakan bahwa “amarah merupakan suatu reaksi emosional yang terbiasakan dalam
kehidupan sehari-hari seseorang”. Sesungguhnya ragam emosi yang kasar dapat di singkirkan dan
sekurang-kurangnya dapat dikendalikan. Sehingga tidak dapat menimbulkan bahaya yang lebih parah
yang ditimbulkan dari amarah tersebut.
a) Bahaya fisiologi
Amarah dan kekecewaa yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Hal tersebut akan
menimbulkan hipertensi, stres, depresi, maag, gangguan pungsi jantung, insomnia kelelahan, bahkan
serangan jantung. Bahkan amarah seorang ibu yang sedang menyusui dapat mengakibatkan peracunan
yang berbahaya didalam air susunya.
Mardin ( 1990 ) mereka yang memiliki mental lemah harus menyadari bahwa beberpa kekecewaan
dapat mengorbankan hidupnya. Mereka mungkin tidak mengetahui, ternyata banyak manusia akibat
dari marah yang berlebihan sehingga ia mati karena serangan jantung. Amarah juga bisa menyababkan
berkurangnya nafsu makan, serta terganggunya otot dan saraf selam berjam-jam bahkan berhari-hari.
b) Bahaya psikologi
Secara psikologis amarah dapat membahayakan terhadap manusia kareana akan berimfikasi negatif,
amarah juga bisa merusak pola pemikiran menjadi lebih pendek, bahkan dengan marah bisa
memutuskan cinta kasih seseorang.
c) Bahaya sosial
Watak pemarah akan mengakibatkan terjadinya disharmonis, seperti putusnya jalinan cinta kasih,
putusnya persahabatan, kehilangan pekerjaan, terkena hukuman pedana, bahkan dengan permusuhan
bisa menimbulkan penganiayaan dan pembunuhan.
F. Terapi Marah
Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang respon marah. Spielberger (Yulianti,
2007 : 29) menyatakan bahwa secara instinktif, cara alami untuk mengekspresikan kemarahan adalah
merespon secara agresif. Spielberger mengemukakan tiga pendekatan utama yang dilakukan orang
untuk menangani perasaan marahnya baik secara sadar ataupun tidak sadar yaitu :
a. Kemarahan diekspresikan, secara asertif bukan agresif, cara yang paling sehat dalam
mengekspresikan kemarahan.
b. Kemarahan dapat ditekan, kemudian diganti atau dialihkan. Hal ini terjadi ketika kemarahan
ditahan, berhenti memikirkannya, dan fokus pada sesuatu yang positif. Tujuannya adalah untuk
menghalangi atau menekan kemarahan dan diganti dengan perilaku yang lebih konstruktif. Bahaya dari
jenis ekspresi kemarahan ini adalah jika kemarahan tidak diekspresikan keluar, maka kemarahan akan
berbalik ke dalam diri sendiri. Kemarahan yang berbalik pada diri sendiri akan mengakibatkan hipertensi,
tekanan darah tinggi atau depresi. Kemarahan yang tidak dikeluarkan dapat menciptakan masalah lain
yaitu mengarah pada ekspresi marah yang patologi, seperti perilaku pasif-agresif (melawan orang secara
tidak langsung dibandingkan secara langsung, tanpa memberitahu alasannya) atau suatu kepribadian
yang nampak terus menerus bermusuhan atau sinis.
c. Kemarahan dapat diredakan di dalam, artinya tidak hanya mengontrol perilaku luar tetapi juga
mengontrol respon internal, mengambil langkah untuk memperlambat detak jantung, menenangkan
diri, dan membiarkan perasaan itu surut.
Banyak terapi yang disuguhkan oleh para ahli psikologi yang berkenaan untuk menanggulangi
kemarahan yang diantaranya dikemukakan oleh ahli psikosibernetika Maxwell maltz ( 1980 )
menyarankan tiga langkah untuk menceah kemarahan
1) Pandanglah cermin lihat wajah sendiri yang sedang marah dan eksperikan bagai mana kelihatanya.
3) Menulisnya surat yang keji denga kata-kata kasar sebagaimana layaknya kita marah.
Wayne Dyer ( 1977 ) mengemukakan sejumlah strategi untuk mengatasi kemarahan pada berbagai
situasi yang mencakup 18 cara, yaitu;
5. Kita harus sadar bahwa orang lain berhak apa yang disukainya, dan kita tak perlu memarahinya
10. Apabila setelah tenang bicarakan dengan orang yang anda marahi
12. Anda perlu ingat bahwa 50% orang tidak akan suka terhadap keputusan anda, jadi anda tidak perlu
marah
17. Dalam kemacetan lalulintas anda selalu mengecek seberapa lama anda tiidak marah.
18. Daripada anda menjadi budak emosional lebih baik anda berpikir untuk membuatnya sebagai
suatu tantangan untuk merubahnya.
Terafi relaksasi
Burn dalam Utami :2002 mengatakan beberapa hasil dari reelaksasi diantaranya:
1. Dengan relaksasi anda akan terhindar dari reaksi yang berlebihan karena adanya stress.
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan stress seperti, hipertensi, sakit kepala, imsomnia, dapat
dikurangi dengan cara rileksasi.
5. Penelitian menunjukan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering selama periode stress.
Macam-macam relaksasi
a) Relaksasi otot
- Differential relaxation
- Memejamkan mata
- Menyibukan diri
- Memeriksa kepalan tangan
- Melatih pernafasan
G. Tindakan Keperawatan
Tabel 2-17 Rencana pendidikan kesehatan untuk mengekspresikan marah secara tepat
Isi
Kegiatan
Evaluasi
Klien mendemostrasikan sikap tubuh dan ekspresi wajah pada saat marah.
Gambarkan situasi yang biasanya dapat menimbulkan rasa marah yang tepat
Klien ikut serta dalam bermain peran dan mengidentifikasi perilaku yang sesuai untuk ekspresi marah.
Bantu klien mengidentifikasi situasi nyata yang membuat ia marah. Bermain peran dengan menghadapi
objek yang menimbulkan marah.
Hadapi klien dengan berperan sebagai orang yang menjadi sumber marah
Klien mengindentifikasi perasaan marahnya dan dapat menghadapi objek yang membuatnya marah
dengan cara yang positif atau sesuai.
Tabel 2-18 Tindakan keperawatan pada klien yang mengalami kesulitan untuk mengekpresikan rasa
marah
Prinsip Umum
Tindakan Keperawatan
Rasional
Perilaku agresif juga menyebabkan rasa tidak aman dan harga diri rendah.
Perilaku asertif akan menghasilkan harga diri tinggi dan dapat menghindarkan diri melakukan tindakan
kekerasan kepada orang lain.
Memberikan batasan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima akan meningkatkan
sosialisasinya.
Ekspresikan perasaan adalah suatu proses yang membantu klien untuk saling menghargai orang lain
dengan perilaku positif.
Marah dapat dipelajari klien dan lebih efektif daripada mekanisme koping.
Perilaku kekerasann mempunyai resiko tinggi untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.
Perasaan bersalah akan menimbulkan tekanan npsikologis apabila tidak dapat mengontrolnya, individu
dapat melukai orang lain.
Respon
Ciri Utama
Bertahan
Membalas dendam
Merendahkan
Menghindari
Kemarahan klien diinterprestasikan sebagai penyerangan dengan menjelaskan bahwa situasi menyerang
itu tidak adil atau pengecut.
Menempatkan diri pada status yang tinggi dengan harapan depat menghukum orang lain den
mengekspresikan kemarahan.
Menduga bahwa dengan bersikap sombong atau menempatkan diri pada posisi yang lebih tinggi dapat
menurunkan emosi klien.
Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan
(Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi..
1. Fase Prainteraksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien.
Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada
ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat
rencana interaksi dengan klien.
a. Evaluasi diri
1) Apa pengetahuan yang saya miliki tentang teknik komunikasi pada klien dengan kemarahan?
c. Rencana interaksi
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta
pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.Dalam membina hubungan,
tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka
dan perumusan kontak dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat klien dapat
optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu,
misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang
kontrak jika kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai hubungan
baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar
menerima dan terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan
perasaan tanpa dikritik atau dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah,
serta merumuskan tujuan bersama klien.
e) Tujuan hubungan
f) Tempat pertemuan
g) Waktu pertemuan
h) Situasi terminasi
i) Kerahasiaan
1) Memberi salam
Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan
mengulurkan tangan untuk jabat tangan.
4) Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
5) Menhadapi kontrak
“saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.”
“dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.”
Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda (sebutkan
nama pasien) hadapi.”
Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian
dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format
pengkajian proses keperawatan.
“Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?”
Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan
keluhan utama.
Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan
nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.” (10 menit).
8) Mengakhiri perkenalan
a) Memberi salam
c) Mengingatkan kontrak
“Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji).
“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara
berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)
3. Fase Kerja
Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat
membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaftif menjadi adaftif
merupakan fokus fase ini.
Contoh :
4. Fase Terminasi
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan
hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang
dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui
dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat
akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk
perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari
manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak
menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau
perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri
hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.
a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan
bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
2) Tindak lanjut
b. Terminasi akhir
Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?”
2) Tindak lanjut
I. Daftar Pustaka
Adwinta.2012.”Pengertian Marah”,http://adwintaactivity.blogspot.com/2012/04/pengertian-
marah.html, diakses 18 Mei 2012