Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK PENGEMBANGAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN KEMARAHAN

Oleh: Kelompok 3 (Ib)

A. Pengertian

Charles rycroft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu reaksi emosional kuat yang didatangkan
oleh ancaman, campur tangan, serangan kata-kata, penyerangan jelas, atau frustasi dan dicirikan
dengan reaksi gawat dari sistem syaraf yang bebas dengan balasa-balasan serangan atau tersembunyi.

Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri aktivitas sistem sistem
syaraf simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat disebabkan adanya
kesalahan. Stuart dan sundeen (1987) memberikan pengertianmengenai marah adalah perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.

Jadi, kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang
meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang kontruktif dapat membuat
perasaan lega.

B. Rentang Respon Marah

Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah
atau tidak setuju tanpa menyakiti atau menyalahkan orang lain. Dengan perilaku ini dapat melegakan
perasaan pada individu. Frustasi merupakan respons yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Perilaku
Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yang
sedang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntutan nyata. Agresif merupakan perilaku
yang menyertai marah, merupakan dorongan mental untuk bertindak dan masih terkontrol. Individu
agresif tidak mempedulikan hak orang lain. Bagi individu ini hidup adalah medan peperangan. Biasanya
individu kurang percaya diri. Harga dirinya ditingkatkan dengan cara menguasai orang lain untuk
membuktikan kemampuan yang dimilikinya. Stres, cemas , harga diri rendah dan rasa bersalah dapat
menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan.

C. Ciri-ciri Marah

Aspek biologi,respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam bereaksi terhadap sekresi
epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takidarki ( frekuensi denyut jantung meningkat ) wajah
memerah, pupil membengkak, frekuensi pembuangan urin meningkat.
Aspek emosional, merasa tidak berdaya, putus asa, frustasi, ngamuk, ingin berkelahi, dendam,
bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Prilakunya selalu ingin menarik perhatian orang
lain, membuat kegaduhan, kebakaran,melarikan diri, mencuri dan penyimpangan seksual.

Aspek intelektual, akan terus mencair penyebab kemarahannya

Aspek sosial, meliputi inter aksi sosial, budaya, konsep percaya dan ketergantungan, emosi marah akan
menimbulkan kemarahan orang lain serta penolakan dari orang lain.

Aspek spiritual, keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan lingkungan dengan tidak
mempedulikan moral. Hamzah (2001) juga menjabarkan terhadap ciri-ciri orang yang sedang marah,
yaitu:

a) Ciri pada wajah, berupa perubahan pada kulit menjadi warna kuning pucat, tubuh bergetar keras,
timbul buih pada sudut mulut, bola mata mmerah, hidung kembung kempis gerakan tidak terkendali.

b) Ciri pada lidah, meluncurnya makian, celaan, kata-kata yang menyakitakan, dn ucapan-ucapan
yang keji yang membuat orang yang berakal sehat merasa risih untuk mendengarkanya.

c) Ciri pada anggota tubuh. Timbulnya keinginan untuk memeukul, melukai, merobek, bahkan
membunuh.

d) Ciri pada hati, didalam hati akan timbul rasa kebencian, dendam, dan dengki, menyembunyikan
keburukan, merasa gembiradalam dukanya. Dan merasa sedih atas gembiranya, memutuskan hubungan
dan menjelek-jelekanya.

Nuh ( 1993 ) menjelaskan secara gamblang beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat apabila seseorang
marah, diantaranya:

1) Membesarnya pembuluh darah urat leher serta memerahnya wajah .

2) Merengut dan mengerutkan wajah

3) Permusuhan kepihak lain

4) Membalas permusuhan orang lain

D. Penyebab Marah

Ada beberapa penyebab dari kemarahan yaitu :

1. Faktor Fisik

a) Kelelahan yang berlebihan

b) Adanya zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah, seperti kurangnya zat asamdi otak.
c) Hormon kelamin, seperti pada waktu menstruasi pada wanita

2. Faktor psikis

a) Rendah hati, menilai dirinya selalu merasa dirinya rendah dari yang sebenarnya.

b) Sombong, menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya

c) Egoistis, akan selalu mementingkan diri sendiri

Menurut Nuh, Hamzah, Hawwa ( 1993) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
kemarahan yaitu :

1) Lingkungan,

2) Pertengkaran dan perdebatan

3) Senda gurau dengan cara yang batil

4) Memusuhi orang lain dengan segala cara

5) Congkak dan sombong di muka bumi yanpa hak

6) Lupa mengendalikan diri

7) Orang lain tidak melaksanakan kewajibannya kepada sipemarah

8) Penjelasan orang lain terhadap aibnya

9) Mengingat permusuhan dan dendam lama

10) Lalai terhadap akibat ditimbulkan oleh marah.

E. Akibat yang Timbulkan

1. Pendekatan Psikologi

Gie ( 1999 ) mengatakan bahwa “amarah merupakan suatu reaksi emosional yang terbiasakan dalam
kehidupan sehari-hari seseorang”. Sesungguhnya ragam emosi yang kasar dapat di singkirkan dan
sekurang-kurangnya dapat dikendalikan. Sehingga tidak dapat menimbulkan bahaya yang lebih parah
yang ditimbulkan dari amarah tersebut.

a) Bahaya fisiologi
Amarah dan kekecewaa yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Hal tersebut akan
menimbulkan hipertensi, stres, depresi, maag, gangguan pungsi jantung, insomnia kelelahan, bahkan
serangan jantung. Bahkan amarah seorang ibu yang sedang menyusui dapat mengakibatkan peracunan
yang berbahaya didalam air susunya.

Mardin ( 1990 ) mereka yang memiliki mental lemah harus menyadari bahwa beberpa kekecewaan
dapat mengorbankan hidupnya. Mereka mungkin tidak mengetahui, ternyata banyak manusia akibat
dari marah yang berlebihan sehingga ia mati karena serangan jantung. Amarah juga bisa menyababkan
berkurangnya nafsu makan, serta terganggunya otot dan saraf selam berjam-jam bahkan berhari-hari.

b) Bahaya psikologi

Secara psikologis amarah dapat membahayakan terhadap manusia kareana akan berimfikasi negatif,
amarah juga bisa merusak pola pemikiran menjadi lebih pendek, bahkan dengan marah bisa
memutuskan cinta kasih seseorang.

c) Bahaya sosial

Watak pemarah akan mengakibatkan terjadinya disharmonis, seperti putusnya jalinan cinta kasih,
putusnya persahabatan, kehilangan pekerjaan, terkena hukuman pedana, bahkan dengan permusuhan
bisa menimbulkan penganiayaan dan pembunuhan.

F. Terapi Marah

Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang respon marah. Spielberger (Yulianti,
2007 : 29) menyatakan bahwa secara instinktif, cara alami untuk mengekspresikan kemarahan adalah
merespon secara agresif. Spielberger mengemukakan tiga pendekatan utama yang dilakukan orang
untuk menangani perasaan marahnya baik secara sadar ataupun tidak sadar yaitu :

a. Kemarahan diekspresikan, secara asertif bukan agresif, cara yang paling sehat dalam
mengekspresikan kemarahan.

b. Kemarahan dapat ditekan, kemudian diganti atau dialihkan. Hal ini terjadi ketika kemarahan
ditahan, berhenti memikirkannya, dan fokus pada sesuatu yang positif. Tujuannya adalah untuk
menghalangi atau menekan kemarahan dan diganti dengan perilaku yang lebih konstruktif. Bahaya dari
jenis ekspresi kemarahan ini adalah jika kemarahan tidak diekspresikan keluar, maka kemarahan akan
berbalik ke dalam diri sendiri. Kemarahan yang berbalik pada diri sendiri akan mengakibatkan hipertensi,
tekanan darah tinggi atau depresi. Kemarahan yang tidak dikeluarkan dapat menciptakan masalah lain
yaitu mengarah pada ekspresi marah yang patologi, seperti perilaku pasif-agresif (melawan orang secara
tidak langsung dibandingkan secara langsung, tanpa memberitahu alasannya) atau suatu kepribadian
yang nampak terus menerus bermusuhan atau sinis.
c. Kemarahan dapat diredakan di dalam, artinya tidak hanya mengontrol perilaku luar tetapi juga
mengontrol respon internal, mengambil langkah untuk memperlambat detak jantung, menenangkan
diri, dan membiarkan perasaan itu surut.

Banyak terapi yang disuguhkan oleh para ahli psikologi yang berkenaan untuk menanggulangi
kemarahan yang diantaranya dikemukakan oleh ahli psikosibernetika Maxwell maltz ( 1980 )
menyarankan tiga langkah untuk menceah kemarahan

1) Pandanglah cermin lihat wajah sendiri yang sedang marah dan eksperikan bagai mana kelihatanya.

2) Hilangkan energi yang meledak itu dalam suatu aktifitas

3) Menulisnya surat yang keji denga kata-kata kasar sebagaimana layaknya kita marah.

Wayne Dyer ( 1977 ) mengemukakan sejumlah strategi untuk mengatasi kemarahan pada berbagai
situasi yang mencakup 18 cara, yaitu;

1. Selalu mengingatkan diri bahwa tidak perlu marah.

2. Berusaha menunda kemarahan selama 15 detik 30 detik dan seterusnya

3. Apabila sedang mengajari anak diperlukan kemarahan yang berpura-pura

4. Tidak perlu marah terhadap yang tidak disukai

5. Kita harus sadar bahwa orang lain berhak apa yang disukainya, dan kita tak perlu memarahinya

6. Selalu meminta orang lain untuk selalu menasihati kita.

7. Mempunyai buku catatan kemarahan.

8. Mau mengumumkan bahwa anda telah marah.

9. Untuk menetrralisir dekatkanlah diri anda dengan yang dicintai

10. Apabila setelah tenang bicarakan dengan orang yang anda marahi

11. Gemboskan kemarahan anda pada detik pertama kemarahaan anda.

12. Anda perlu ingat bahwa 50% orang tidak akan suka terhadap keputusan anda, jadi anda tidak perlu
marah

13. Mau menceritakan kemarahanya kepada orang lain

14. Singkirkan pengharapan-pengaharapan kepada orang lain yang anda miliki


15. Ingatkanlah diri anda bahwa anak-anak akan selalu aktif dan berisik jadi tidak perlu marah karena
itu.

16. Cintilah diri anda sendiri

17. Dalam kemacetan lalulintas anda selalu mengecek seberapa lama anda tiidak marah.

18. Daripada anda menjadi budak emosional lebih baik anda berpikir untuk membuatnya sebagai
suatu tantangan untuk merubahnya.

Terafi relaksasi

Burn dalam Utami :2002 mengatakan beberapa hasil dari reelaksasi diantaranya:

1. Dengan relaksasi anda akan terhindar dari reaksi yang berlebihan karena adanya stress.

2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan stress seperti, hipertensi, sakit kepala, imsomnia, dapat
dikurangi dengan cara rileksasi.

3. Dapat mengurangi tingkat kecemasan.

4. Mengurangi gangguan yang bergubungan dengan stress

5. Penelitian menunjukan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering selama periode stress.

Macam-macam relaksasi

a) Relaksasi otot

- Relaxation via tension- relakation

- Relaxation via letting go

- Differential relaxation

b) Relaksasi kesadaran indra

c) Relaksasi melalui hipnose, yoga dan meditasi

- Mengendorkan urat leher

- Mengendorkan urat lengan

- Memejamkan mata

- Menyibukan diri
- Memeriksa kepalan tangan

- Melatih pernafasan

- Berbicaa dengan tenang

- Berusaha terbuka dengan teman yang amanah

G. Tindakan Keperawatan

Tabel 2-17 Rencana pendidikan kesehatan untuk mengekspresikan marah secara tepat

Isi

Kegiatan

Evaluasi

Bantu Klien mengindetifikasi marahnya

Fokuskan pada perilaku non verbal

Mengekspresikan marah secara non verbal melalui role play

Klien mendemostrasikan sikap tubuh dan ekspresi wajah pada saat marah.

Berikan kesempatan mengekspresikan marah

Gambarkan situasi yang biasanya dapat menimbulkan rasa marah yang tepat

Klien dapat menggambarkan situasi marah dengan respon yang sesuai.

Latihan ekspresi marah

Bermain peran dengan membayangkan respon yang sesuai terhadap marah.

Klien ikut serta dalam bermain peran dan mengidentifikasi perilaku yang sesuai untuk ekspresi marah.

Terapkan ekspresi marah pada situasi nyata

Bantu klien mengidentifikasi situasi nyata yang membuat ia marah. Bermain peran dengan menghadapi
objek yang menimbulkan marah.

Klien mengidentifikasi situasi nyata yang telah membuat ia marah

Klien mampu mengekspresikan marahnya melalui bermain peran


Berikan umpan balik apabila klien dapat mengekspresikan perasaanya.

Identifikasi alternatif yang digunakan untuk mengekspresikan marah

Buat daftar beberapa ekspresi marah tanpa konfrontasi langsung.

Diskusikan alternatif situasi yang akan digunkan

Klien ikut serta mengidentifikasi alternatif-alternatif yang akan digunakan.

Hadapi klien dengan berperan sebagai orang yang menjadi sumber marah

Berikan dukungan selama konfrontasi bila diperlukan.

Diskusikanlah pengalaman yang dirasakan

Klien mengindentifikasi perasaan marahnya dan dapat menghadapi objek yang membuatnya marah
dengan cara yang positif atau sesuai.

Tabel 2-18 Tindakan keperawatan pada klien yang mengalami kesulitan untuk mengekpresikan rasa
marah

Prinsip Umum

Tindakan Keperawatan

Rasional

Mengekspresikan marah secara asertif

Bina hubungan saling percaya

Bantu klien mengenali perasaan dna batasan marahnya

Perilaku pasif akan memperkuat harga diri rendah

Mengekspresikan perasaan secara asertif

Meningkatkan perhatian pada perilaku yang positif

Lindungi dari usaha melukai diri sendiri maupun orang lain.

Komunikasikan bahwa marah itu normal

Identifikasi mekanisme koping yang biasanya dilakukan

Berikan dukungan pada mekanisme koping yang kontruksif.


Eksplorasikan alternatif perilaku

Bantu klien untuk berlatih mengekspresikan perasaanya secara asertif.

Berikan umpan balik.

Informasikan batasan perilaku yang dapat diterima berikut alasannya.

Klasifikasikan kembali tanggungjawab klien terhadap prilakunya.

Berikan batasan konsekuensi untuk pelanggaran peraturan yang telah disepakati.

Tingkatan kesepakatan staf terhadap batas-batasan yang sesuai.

Konsistensi terhadap batasan-batasan yang telah ditetapkan bersama.

Berikan umpan balik positif apabila berhasil.

Hindari pertentangan dengan klien yang dapat merendahkan dirinya.

Pertahankan sikap maupun lingkungan dengan tenang.

Kontrol emosi dan tanda-tanda ketegangan.

Kemarahan yang ditetapkan dapat menyebabkan depresi.

Perilaku agresif juga menyebabkan rasa tidak aman dan harga diri rendah.

Perilaku asertif akan menghasilkan harga diri tinggi dan dapat menghindarkan diri melakukan tindakan
kekerasan kepada orang lain.

Memberikan batasan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima akan meningkatkan
sosialisasinya.

Ekspresikan perasaan adalah suatu proses yang membantu klien untuk saling menghargai orang lain
dengan perilaku positif.

Menetapkan batasan marah.

Marah dapat dipelajari klien dan lebih efektif daripada mekanisme koping.

Perilaku kekerasann mempunyai resiko tinggi untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.

Perasaan bersalah akan menimbulkan tekanan npsikologis apabila tidak dapat mengontrolnya, individu
dapat melukai orang lain.

Ciptakan rasa aman.


Tabel 2-19 Respons maladatif terhadap ekperesi marah

Respon

Ciri Utama

Bertahan

Membalas dendam

Merendahkan

Menghindari

Kemarahan klien diinterprestasikan sebagai penyerangan dengan menjelaskan bahwa situasi menyerang
itu tidak adil atau pengecut.

Menempatkan diri pada status yang tinggi dengan harapan depat menghukum orang lain den
mengekspresikan kemarahan.

Menduga bahwa dengan bersikap sombong atau menempatkan diri pada posisi yang lebih tinggi dapat
menurunkan emosi klien.

Tidak mengakui atau mengabaikan perasaan klien

H. Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien

Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan
(Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi..

1. Fase Prainteraksi

Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien.
Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada
ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat
rencana interaksi dengan klien.

a. Evaluasi diri

Coba jawab pertanyaan berikut :

1) Apa pengetahuan yang saya miliki tentang teknik komunikasi pada klien dengan kemarahan?

2) Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?


3) Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak,dan marah?

4) Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan?

5) Bagaimana tingkat kecemasan saya?

b. Penetapan tahapan hubungan

Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :

1) Apakah kontrak pertama?

2) Apakah kontrak lanjutan?

3) Apa tujuan pertemuan?

4) Apa tindakan yang akan saya lakukan?

5) Bagaimana cara melakukan?

c. Rencana interaksi

Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan!

1) Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai!

2) Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!

3) Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!

2. Fase Perkenalan (Orientasi)

Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta
pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.Dalam membina hubungan,
tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka
dan perumusan kontak dengan klien.

Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat klien dapat
optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu,
misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang
kontrak jika kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai hubungan
baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar
menerima dan terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan
perasaan tanpa dikritik atau dihukum.

Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah,
serta merumuskan tujuan bersama klien.

Elemen kontrak perawat-klien :

a) Nama individu (perawat dan lien)

b) Peran perawat dan klien

c) Tanggung jawab perawat dan klien

d) Harapan perawat dan klien

e) Tujuan hubungan

f) Tempat pertemuan

g) Waktu pertemuan

h) Situasi terminasi

i) Kerahasiaan

Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :

Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama

1) Memberi salam

Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan
mengulurkan tangan untuk jabat tangan.

2) Memperkenalkan diri perawat

“Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.”

3) Menanyakan nama pasien

“Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?”

4) Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”

“Dimana kita duduk”

Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya)

Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk

Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien.

5) Menhadapi kontrak

“saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.”

“dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.”

Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda (sebutkan
nama pasien) hadapi.”

“kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)”

6) Memulai percakapan awal

Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian
dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format
pengkajian proses keperawatan.

Contoh komunikasi menkaji keluhan utama

“Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?”

“Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari?”

“Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan?”

Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan
keluhan utama.

Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan
nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.

Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.” (10 menit).

7) Menyepakati masalah klien

Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :


“Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ……., (sesuaikan dengan kesimpulan
masalah), “Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) sungkan berhubungan dengan orang lain,
sering marah tak terkendali dirumah.

8) Mengakhiri perkenalan

Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara)

Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :

Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya.

a) Memberi salam

Sama pada perkenalan

b) Memvalidasi keadaan klien

“Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?”

“Coba ceritakan perasaannya hari ini?”

c) Mengingatkan kontrak

“Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji).

Jika klien ingat janjinya berikan pujian.

“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara
berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)

3. Fase Kerja

Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan
kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat
membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaftif menjadi adaftif
merupakan fokus fase ini.

Contoh :

“Apa yang menyebabkan ibu marah?”

Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?”


“Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.”

4. Fase Terminasi

Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan
hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.

Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.

Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang
dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui
dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.

Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat
akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk
perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari
manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak
menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.

Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau
perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri
hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.

a. Terminasi sementara

Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan
bertemu lagi dengan klien.

Isi percakapan :

1) Evaluasi

“Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”

2) Tindak lanjut

“Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?”

3) Kontrak yang akan datang

“Kapan kita bertemu lagi?”

Apa yang akan kita bicarakan?”

b. Terminasi akhir
Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit.

Isi percakapan :

1) Evaluasi

“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?”

2) Tindak lanjut

“Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?”

3) Kontrak yang akan dating

“Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?”

4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.

I. Daftar Pustaka

Sujono Riyadi dan Teguh Purwanto.2009.”Asuhan Keperawatan Jiwa”.Yogyakarta:Graha Ilmu

Budilisnt.2010.”Psikologi Marah”,http://budilisnt.wordpress.com/2010/03/30/psikologi-marah/, diakses


18 Mei 2012

Adwinta.2012.”Pengertian Marah”,http://adwintaactivity.blogspot.com/2012/04/pengertian-
marah.html, diakses 18 Mei 2012

Made Wirnata, 2012.Perilaku Kemarahan Pada Klien Gangguan Jiwa,http://wir-


nursing.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html, diakses 18 Mei 2012

http://texbuk.blogspot.com/2011/06/konsep-komunikasi-terapeutik-perawat.html, diakses 23 Mei 2012

Diposting 27th May 2012 oleh ama

Anda mungkin juga menyukai