Anda di halaman 1dari 7

DIMENSI ETIKAL DAN LEGAL

Dimensi Etikal berkaitan dengan “kebaikan” atau “kebenaran” tingkah laku. Serta, Dimensi
Legal berkaitan dengan “syah” atau tepatnya tingkah laku. Dalam agama, kebaikan, kebenaran,
keabsyahan, dan ketepatan perilaku tersebut ditentukan oleh hukum-hukum agama. Serta,
disesuaikan dengan konteks zaman sekarang. Agama juga berurusan dengan tingkah laku manusia.
Berdasarkan ajaran agama hindu, terdapat sifat-sifat atau watak yang berkaitan dengan Dimensi
Etikal dan Dimensi Legal, yaitu Sad Ripu dan Tri Guna.
1. Sad Ripu
a) Pengertian Sad Ripu
Sad Ripu berasal dari kata Sad yang berarti enam dan Ripu yang berarti musuh.
Jadi secara harfiah, Sad Ripu memiliki arti enam musuh. Musuh yang dimaksud adalah
musuh yang berasal atau bersumber dari dalam diri manusia sendiri. Sebagaimana
tercantum dalam kekawin Ramayana, Bab I (Wirama Sronca), bait 4 sebagai berikut :

“Ragadi musuh mepareng


Rihati ya tongwanya tan madoh riawak
Yeka tan hana ri sira
Prawira wihikan sireng niti”

Artinya :

Keinginan (kama) dan semua jenis musuh yang terdekat yang ada di dalam hati (pikiran)
tempatnya tidak jauh dari badan sendiri. Yang semacam itu tidak ada dalam diri beliau
(Dasarata) sifat ksatria yang dimilikinya, serta pintar dalam menjalankan pemerintahan.

b) Bagian-Bagian Sad Ripu


Bagian-bagian dari Sad Ripu atau enam musuh yang ada dalam diri manusia, yaitu:
1) Kama
Kama artinya keinginan atau hawa nafsu. Kama sangat besar pengaruhnya dalam
kehidupan, kama dapat mempengaruhi pikiran. Rangsangan yang kuat akan menarik
kama dan mempengaruhi pikiran. Bila tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan
untuk mengatasinya, maka sifat-sifat buruk lah yang akan muncul yang berakibat
buruk pula terhadap diri sendiri. Kama yang tidak terkendali ini akan muncul sebagai
musuh. Namun sebaliknya, kama akan berfungsi sebagai sahabat apabila dapat
dikendalikan atau disalurkan kepada hal-hal yang bersifat dharma/kebenaran.
2) Lobha
Lobha berasal dari kata lubh yang berarti tamak, rakus. Rakus merupakan
sifat senang yang berlebihan dan tidak terkendali, sifat yang selalu ingin dipuaskan,
sifat yang ingin mementingkan diri sendiri. Sifat-sifat seperti ini dimiliki oleh setiap
orang, apabila kemunculan sifat ini tidak dikendalikan dengan pengetahuan dharma,
tidak memiliki rasa welas asih, tatwam asi, dan satya, maka lobha seperti ini akan
menjadi musuh. Ia akan mendatangkan rasa benci, rasa cemburu, rasa dendam,
sehingga menimbulkan rasa gelisah, kurang aman, dan was-was. Biasanya lobha
akan tumbuh dengan kuat akibat kama yang selalu terpenuhi.

3) Krodha
Krodha artinya marah. Krodha muncul diawali oleh ketidakpuasan, rasa
kecewa, rasa dendam, dan rasa terhina. Krodha sangat mempengaruhi konsentrasi,
rasa kesadaran, dan merusak keseimbangan serta kesucian bathin. Krodha yang tidak
terkendali dapat memacu denyut jantung, merusak kerja syaraf sehingga sulit
berpikir tenang dan rasional, membuat syaraf tegang. Apabila terus-menerus seperti
itu, syaraf-syaraf akan putus yang mengakibatkan stroke hingga kematian. Krodha
muncul bukan karena rangsangan dari luar, seperti kecewa, dendam dan sebagainya.
Tetapi kemunculannya akibat pengaruh yang dibuat dari dalam. Cara untuk
mengatasi Krodha adalah dengan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran diri.
Alihkan perasaan kecewa, dendam dan rasa tidak puas kepada rasa jengah untuk
memacu diri dalam meraih kesuksesan, tapi harus berlandaskan dengan dharma
(kebenaran).

4) Mada
Mada artinya mabuk/kemabukan, kemabukan dapat muncul dari dalam diri
sendiri. Kama (keinginan) yang selalu terpenuhi menyebabkan lobha tak terkendali,
hal ini dapat memunculkan mada dengan jenis yang beraneka ragam seperti berikut :
 Merasa diri paling rupawan (cantik/ganteng) karena mabuk akan kerupawanan
wajahnya (surupa) ia seringkali menghina atau melecehkan orang lain.
 Merasa diri kaya raya karena banyak memiliki harta benda dan uang. Ia selalu
menggunakan uang dan harta sekehendak hatinya untuk menghina, mengejek, dan
menghancurkan orang lain. Karena memiliki banyak harta, ia merasa paling
mampu dan lupa bahwa semua harta hanyalah titipan sementara.
 Merasa diri paling pintar (guna), selalu menganggap orang lain bodoh dan tidak
mampu. Mereka yang merasa pintar biasanya akan menjadi sombong.
 Merasa diri punya jabatan atau merasa diri seorang bangsawan sehingga membuat
dirinya menjadi sombong, seolah-olah dialah yang dapat mengatur segala-
segalanya. Karena kemabukan ia menjadi lupa bahwa ia sesungguhnya berasal
dari rakyat biasa, jabatan itu sifatnya sementara dan kebangsawanan tiada arti
tanpa orang lain yang menghormati kebangsawanan seseorang.
 Merasa diri muda/remaja dengan tenaga yang kuat (yowana). Ia lupa bahwa sastra
agama menyebutkan “masa kecil akan menunggu masa remaja, dan remaja, tua
lah yang dinanti. Sedangkan masa tua hanya kematian lah yang menunggu. Maka
dari itu janganlah mabuk masa remaja, manfaatkanlah keremajaan untuk mengisi
diri mempersiapkan masa tua dengan sebaik-baiknya berdasarkan dharma.
 Merasa diri selalu menang dan berani. Sering kali mereka yang menang dalam
sesuatu peristiwa merasa sombong, mabuk akan kemenangan dan keberanian.

5) Matsarya
Matsarya artinya iri hati. Iri hati, cemburu, seringkali muncul akibat dari
kekecewaan, ketidakpuasan, ketidakadilan, dan kegagalan dalam menghadapi suatu
peristiwa. Di satu pihak ada yang berhasil dengan mudah, sedangkan di pihak lain
mengalami kegagalan dan hambatan. Sehingga pihak yang gagal merasa kecewa.
Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakadilan akan menimbulkan perasaan iri hati.
Iri hati merupakan akumulasi dari krodha, bila berkelanjutan akan menimbulkan rasa
dendam, benci, dan permusuhan. Matsarya dapat diredam dengan kesabaran dan
kepasrahan. Bahwa hidup ini adalah cobaan dan takdir.

6) Moha
Moha artinya bingung. Kebingungan tidak dapat menentukan sikap, karena
kebuntuan otak dalam berpikir, kecerdasan hilang, orang tak tahu arah, tak tahu
mana yang benar dan salah, tak tahu mana yang baik mana yang buruk, tak tahu
mana yang berguna dan yang tidak berguna, kebingungan menghambat segala-
galanya. Ada beberapa sumber penyebab timbulnya kebingungan antara lain sebagai
berikut :
 Akibat kemabukan, misalnya karena keberhasilan yang berlebihan.
 Akibat kegagalan/kekecewaan yang bertubi-tubi secara silih berganti.
c) Contoh Perilaku yang Berkaitan dengan Sad Ripu
Di bawah ini adalah contoh-contoh yang berhubungan atau berkaitan dengan Sad Ripu,
yaitu :
1) Kama
Kama dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut :
a) Kama yang berlebihan dan tak terkendali, dapat menyebabkan mendatangkan
musuh, baik dalam diri sendiri maupun dari luar, seperti :
 Dari dalam : keinginan untuk memiliki motor baru tapi tidak mampu, orang
tua hanya buruh harian yang gajinya sangat kecil, sedangkan dia sendiri
hidupnya masih tergantung orang tua, keinginan yang besar tersebut tidak
kesampaian, membuatnya menjadi stress, sakit, pusing, dan tak ada gairah
hidup.
 Dari luar : keinginannya yang besar dan tak terkendali, membuat ia berani
mengambil barang milik orang lain, akhirnya ia dibenci, dicemooh bahkan
dijauhi teman-teman, bila sampai tingkat kriminal ia pun dapat dipenjara.

b) Kama yang dapat diredam/dikendalikan (bersifat positif), yaitu dengan kesadaran


bahwa keinginan sesungguhnya memperbudak pikiran, agar tidak diperbudak dan
dapat diarahkan pada hal yang positif, antara lain :
 Sadari kemampuan diri sendiri atau keluarga.
 Sesuaikan keperluan dan kebutuhan.
 Perhitungkan untung, rugi, dan manfaat.
 Kenali diri sendiri secara utuh.

2) Lobha
Lobha atau rakus yaitu ingin memuaskan diri sendiri, tanpa menghiraukan hak-hak dan
kepentingan orang lain. Biasanya lobha akan terus berlanjut atau bertambah kuat jika
kita tidak mampu menghalangi atau menghentikannya. Perilaku seperti ini dapat
dijumpai pada mereka yang sering melakukan seperti korupsi dan percaloan, mereka
yang demikian tidak akan mau mengerti dan memiliki rasa iba terhadap penderitaan
orang lain. Perilaku lobha seseorang akan dapat dikurangi dengan hal berikut, yaitu :
 Menumbuhkan kesadaran yang mendalam dari dalam dirinya.
 Menyaksikan keluarga sendiri atau bahkan merasakan secara langsung penderitaan
akibat diperlakukan oleh tindakan lobha.
 Memahami dengan penuh keyakinan tentang hukum karma.
3) Krodha
Krodha merupakan perilaku negatif yang paling cepat mendatangkan musuh. Mereka
yang dikuasai krodha sangat sulit menenangkan diri, menstabilkan pikiran, dan bahkan
sulit mengontrol diri sendiri. Orang yang berbeda pandangan, berbeda pendapat, dan
berbeda kepentingan akan dianggap musuh. Beberapa perilaku yang dapat memancing
krodha adalah sebagai berikut :
 Bersumber dari ucapan : seperti ejekan, hinaan, cemoohan, olokan dan gertakan.
 Bersumber dari mimik : seperti mencibir dan membuat bentuk mulut yang dapat
mengundang krodha.
 Dengan tatapan mata, misalnya mata merah dengan muka masam dan mata
melotot disertai muka merah.

4) Mada
Mada artinya mabuk atau membanggakan diri, seperti :
 Merasa diri ganteng atau cantik, sehingga timbul perilaku sombong.
 Merasa diri selalu beruntung dan hidup kaya raya.
 Merasa diri pintar, otak cerdas, berpendidikan tinggi, dan banyak memiliki
pengetahuan serta pengalaman.
 Merasa diri sebagai orang ningrat, keturunan bangsawan, punya jabatan tinggi,
sehingga mereka selalu ingin dihargai dan dihormati tanpa menghormati orang
lain karena merasa kedudukan mereka lebih tinggi.
 Merasa diri selagi muda, masih remaja, disayang dan dimanja orang tua.

5) Moha
Moha memiliki arti kebingungan. Kebingungan dapat disebabkan oleh bermacam-
macam hal, seperti:
 Karena mendapatkan masalah yang berat sehingga menyebabkan kebingungan.
 Kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai/disayang yang menyebabkan
kebingungan bahkan kehilangan arah.

6) Matsarya
Matsarya memiliki arti iri hati. Iri hati akan menyiksa diri sendiri dan dapat merugikan
orang lain. Orang yang matsarya merasa hidupnya susah, miskin, bernasib sial,
sehingga akan menyiksa batinnya sendiri. Selain itu, apabila iri terhadap kepunyaan
orang lain maka akan menimbulkan rasa ingin memusuhi, berniat jahat, melawan dan
bertengkar, menyakiti, sehingga akan merugikan orang lain. Matsarya timbul karena
berbagai hal, seperti:
 Merasa diri paling mampu atau pintar dibanding dengan orang lain. Namun,
apabila orang tersebut lebih sukses atau berhasil akan menimbulkan rasa iri hati.
 Merasa hidup orang lain lebih beruntung daripada diri sendiri, sehingga
menimbulkan rasa iri hati.

d) Dampak yang Ditimbulkan oleh Sad Ripu


Sad Ripu dapat berakibat buruk bagi diri sendiri, berbahaya bagi keselamatan,
ketenangan, ketentraman, kesehatan, kebahagiaan, dan kecerdasan. Umat Hindu memiliki
cara tersendiri untuk mengatasi Sad Ripu, antara lain sebagai berikut :
 Upacara Agama Manusa Yadnya, yaitu upacara potong gigi, sebagai simbol untuk
mengingat bahwa musuh itu bersumber dari diri sendiri dan harus diatasi dan
dilemahkan agar tidak menguasai diri sendiri.
 Melalui cerita-cerita, seperti cerita Mahabharata dan Ramayana.

2. Tri Guna
Tri Guna terdiri dari dua kata yakni Tri yang artinya tiga dan guna yang artinya sifat.
Jadi, Tri Guna berarti tiga sifat yang mempengaruhi manusia. Ketiga sifat ini saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan membentuk watak seseorang. Apabila ketiga
sifat tersebut dapan berjalan dengan harmonis, maka seseorang akan dapat mengendalikan
pikirannya dengan baik. Tetapi, apabila ketiga sifat itu terus bergerak seperti roda kereta
yang sedang berputar silih berganti (saling ingin menguasai), maka kehidupan seseorang
akan kurang tenteram dan damai. Maka dari itu, dari ketiga sifat tersebut perlu dikendalikan.
Adapun ketiga sifat tersebut, antara lain:
a) Sattwam
Sifat Sattwam yakni sifat tenang, suci, bijaksana, cerdas dan sifat-sifat baik lainnya.
Orang yang dikuasai sifat Sattwam biasanya berwatak tenang, waspada dan berhati
damai dan welas asih. Kalau mengambil tindakan akan ditimbang/dipikirkan dulu
secara matang, kemudian dilaksanakan. Semua pikiran perkataan dan perilakunya
mencerminkan kebaikan.
b) Rajas
Sifat Rajas yakni sifat lincah, gesit, tergesa-gesa, bimbang, iri hati, angkuh dan
bernafsu. Orang yang dikuasai sifat Rajas biasanya selalu gelisah, keinginannya
bergerak cepat, mudah marah, senang terhadap yang memujinya dan benci dengan
orang yang merendahkannya. Hal yang baik pada sifat ini adalah giat bekerja dan
disiplin. Maka dari itu, agar sifat ini dapat dikendalikan, maka perlu dilatih dengan
kesabaran dan ketenangan sehingga terbebas dari hal yang buruk.
c) Tamas
Sifat Tamas yakni sifat tamak, paling malas, kumal, rakus dan suka berbohong. Orang
yang dikuasai sifat Tamas, biasanya berpikir, berkata, dan berbuat sangat lamban.
Kadang-kadang malas, suka tidur, rakus, dungu, dan keras keinginannya. Orang yang
dikuasai sifat Tamas akan jauh dari sifat susila (kabajikan/kebaikan), karena
perbuatannya hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mempunyai rasa kasih
sayang terhadap orang lain di sekitarnya.

Dengan demikian, hendaknya sifat Sattwam selalu dilatih untuk menguasai sifat-sifat
Rajas dan Tamas agar hidup kita selamat, baik pada waktu hidup di dunia mauapun akhirat.

Anda mungkin juga menyukai