Catur Asrama adalah empat tingkatan kehidupan atas dasar keharmonisan hidup dalam ajaran
Hindu. Setiap tingkatan kehidupan manusia di bedakan berdasarkan atas tugas dan kewajiban
manusia dalam menjalani kehidupannya, namun terikat dalam satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Sebagai contohnya, perbedaan kewajiban antara orang tua dan anak.
Brahmacari Asrama
Adalah tingkat masa menuntut ilmu. Masa Brahmacari diawali dengan upacara Upanayana dan
diakhiri dengan pengakuan dan pemberian Samawartana (Ijazah).
Grhasta Asrama
Adalah tingkat kehidupan berumahtangga. Masa Grehasta Asrama ini adalah merupakan
tingkatan kedua setelah Brahmacari Asrama. Dalam memasuki masa Grehasta diawali dengan
suatu upacara yang disebut Wiwaha Samskara (Perkawinan) yang bermakna sebagai pengesahan
secara agama dalam rangka kehidupan berumahtangga (melanjutkan keturunan, melaksanakan
yadnya dan kehidupan sosial lainnya).
Wanaprastha Asrama
Merupakan tingkat kehidupan ketiga. Dimana berkewajiban untuk menjauhkan diri dari nafsu
keduniawian. Pada masa ini hidupnya diabdikan kepada pengamalan ajaran Dharma. Dalam
masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti
hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh kelepasan/moksa dipraktekkannya dalam
kehidupan sehari- hari.
Merupakan tingkat terakhir dari catur asrama, di mana pengaruh dunia sama sekali lepas.
Mengabdikan diri pada nilai-nilai dari keutamaan Dharma dan hakekat hidup yang benar. Pada
tingkatan ini, ini banyak dilakukan kunjungan (Dharma yatra, Tirtha yatra) ke tempat suci, di
mana seluruh sisa hidupnya hanya diserahkan kepada Sang Pencipta untuk mencapai Moksa.
Tri Mala adalah tiga bentuk prilaku yang bertentangan dengan Tri Kaya Parisudha yang meliputi
:
2.Lobha
Lobha berasal dari kata lubh yang berarti tamak, rakus.
Rakus merupakan sifat senang yang berlebihan dan tidak terkendali, sifat yang selalu ingin
dipuaskan, sifat yang ingin mementingkan diri sendiri.
Manusia kama = lobha
3.Krodha
Krodha artinya marah. Krodha muncul diawali oleh ketidakpuasan, rasa kecewa, rasa dendam,
dan rasa terhina. Krodha sangat mempengaruhi konsentrasi, rasa kesadaran, dan merusak
keseimbangan serta kesucian bathin. Krodha yang tidak terkendali dapat memacu denyut
jantung,
4. Mada
Mada artinya mabuk/kemabukan, kemabukan dapat muncul dari dalam diri sendiri. Kama
(keinginan) yang selalu terpenuhi menyebabkan lobha tak terkendali.
5. Matsarya
Matsarya artinya iri hati. Iri hati, cemburu, seringkali muncul akibat dari kekecewaan,
ketidakpuasan, ketidakadilan, dan kegagalan dalam menghadapi suatu peristiwa. Di satu pihak
ada yang berhasil dengan mudah, sedangkan di pihak lain mengalami kegagalan dan hambatan.
Sesshingga pihak yang gagal merasa kecewa.
6.Moha
Moha artinya bingung. Kebingungan tidak dapat menentukan sikap, karena kebuntuan otak
dalam berpikir, kecerdasan hilang, orang tak tahu arah, tak tahu mana yang benar dan salah, tak
tahu mana yang baik mana yang buruk, tak tahu mana yang berguna dan yang tidak berguna,
kebingungan menghambat segala-galanya.
c.Sadatatayi, merupakan bahagian dari ajaran moral-etika (susila) kita, yaitu perbuatan yang
amat buruk serta harus dijauhkan dari pelaksanaan, perkataan dan bahkan pemikiran
sekalipun. Ada enam macam kejahatan yang sangat keji, (sad = enam; atatayi = tiran,
pembunuh keji) yaitu terdiri dari:
3. Atharva Melakukan praktek ilmu- hitam, klenik, sihir, santet, teluh, dan sejenisnya.
1. Tandri, artinya orang yang malas, suka makan, dan tidur saja. Tidak tulus hanya
ingin melakukan kejahatan.
2. Kleda, artinya berputus asa, suka menunda dan tidak mau memahami maksud
orang lain.
3. Leja, artinya berpikir gelap, bernafsu besar, dan gembira melakukan kejahatan.
6. Metraya, artinya berkata menyakiti hati, sombong, iri, dan suka menggoda istri
orang.
9. Bhaksa Bhuana, artinya suka menyakiti orang lain, penipu dan hidup berfoya-
foya melewati batas.
10. Kimburu, artinya penipu dan pencuri terhadap siapa saja tak pandang bulu,
pendengki dan irihati.