Anda di halaman 1dari 6

F.

Enam Pembunuhan Kejam (Sad Atatayi)


Keenam macam pembunuhan kejam atau Sad Atatayi itu adalah : 1. Agnida berarti suka membakar. 2. Wisada berarti suka meracun. 3. Atharwa berarti suka melakukan ilmu hitam. 4. Sastraghna berarti suka mengamuk. 5. Dratikrama berarti suka memperkosa. 6. Rajapisuna berarti suka memfitnah.

Itulah keenam sifat sangat terkutuk, yang merupakan semacam kelainan jiwa atau penyakit jiwa yang terdapat pada orang-orang tertentu. Penyakit jiwa seperti tersebut diatas sudah tentu amat menghambat perbuatan susila orang yang mengidap penyakit tersebut. Perlu kiranya sedini mungkin diusahakan pengobatannya pada seorang Psychiater. Untuk lebih memperdalam pengetahuan dan pemahaman terhadap perbuatan manusia yang digolongkan sebagai enam perbunuhan kejam marilah kita camkan satu persatu pengertian dari keenam pembunuh kejam yang dimaksudkan diatas. 1. Suka Membakar (Agnida) Agnida artinya membakar milik orang lain. Milik orang lain adalah bukan hak milik sendiri, milik orang lain merupakan hak milik orang, dan orang lain pulalah yang mempergunakan dan memeliharanya. Semua orang patut menghormati hak milik orang lain. Setiap orang hendaknya ikut berbahagia apabila orang lain dapat memmiliki sesuatu dan bersyukurlah bila orang lain memperoleh sesuatu . Demikianlah agama Hindu mengajarkan umatnya supaya selalu berbuat luhur dan baik. Tapi sering kali ajaran yang luhur itu dinodai orang karena perasaan iri hati, denki, sentimen pribadi dan macam-macam perasaan lainnya, menyebabkan orang yang demikian itu melakukan perbuatan yang terlarang seperti membakar milik orang. Perbuatan ini digolongkan dalam prilaku yang sangat kejam dianggap sebagai pembunuh. Karenanya kendalikanlah dan kontrollah perasaan serta hindarilah perbuatan-perbuatan yang terlarang ini. 2. Suka Meracun (Wisada) Wisada artinya meracun. Perbuatan meracun adalah suatu perbuatan jahat dan terkutuk, perbuatan ini disertai perencanaan untuk membunuh orang dengan mempergunakan alat berupa benda atau obat keras/cetik yang disebut racun. Orang melakukan hal ini disebabkan karena perasaan-perasaan dendam, benci menganggap orang lain itu musuh, penghalang dan lain-lain. Perbuatan ini

tergolong perbuatan kejam, tidak berperi kemanusiaan, karenanya dianggap melakukan pembunuhan kejam. Itulah sebabnya perbuatan ini sangant terlarang dan seharusnya tidak boleh dilakukan. 3. Melakukan Ilmu Hitam (Atharwa) Atharwa artinya melakukan ilmu hitam. Ilmu hitam (black magic) adalah suatu ilm yang dipergunakan untuk membuat orang lain menderita sakit, orang lain menjadi gila dan lain-lain. Ilmu hitam ini dilakukan oleh orang, karena ia merasa kecewa, merasa dihina, sakit hati, dendam putus asa dan lain sebagainya. Perbuatan dengan melakukan ilmu hitam ini sangant dilarang oleh ajaran agama, karenanya dianggap sebagai suatu pembunuhan sadis. Itulah sebabnya ilmu hitam ini seyogyanya dihindari karena akibatnya adalah akan menimbulkan suatu dosa bagi pelakunya. 4. Mengamuk (Sastraghna) Sastraghna artinya mengamuk. Mengamuk adalah perbuatan orang yang sedang bingung, putus asa, karena tidak dapat mencairkan suatu masalah yang menyebabkan buntunnya pikiran dan bilangnya kesadaran. Perbuatan mengamuk dapat meninmbulkan kepanikan bahkan pembunuhan. Orang mengamuk pada umumnya nekat. Tingkah laku yang demikian kadang-kadang timbul akibat pergaulan dari lingkungan jahat dan kurang terhormat. Oleh karena itu carilah pergaulan yang baik dari orang-orang yang berbudi luhur. 5. Suka Memperkosa (Dratikrama) Dratikrama artinya memperkosa. Memperkosa adalah perbuatan yang dilakukan tanpa adanya persetujuan antara kedua belah pihak. Perbuatan memperkosa sama dengan perbuatan binatang, karena binatang melakukan kehendaknya hanya berdasarkan nafsu jahatnya saja. Manusia yang terlibat dalam perbuatan itu, berarti kesadaran pikirannya sudah hilang karena pengaruh nafsu yang tak terkendalikan lagi. Ia lupa dengan rasa malu, harga diri, nama baik keluarganya, karena apa yang dikehendaki oleh nafsunya itulah yang ingin dilakssanakan. Perbuatan seemacam ini tdiak mungkin akan membahagiakan, bahkan sebaliknya seringkali menimbulkan kesengsaraan. Oleh sebab itu ajaran agama melarang untuk melakukan perbuatan dratikrama ini karena mengakibatkan kericuhan di kalangan masyarakat. 6. Suka Memfitna (Raja Pisuna) Rajapisuna artinya memfitnah. Memfitnah adalah suatu perbuatan yang paling tidak baik. Memfitnah berarti membunuh orang.

Memfitnah orang di saat-saat situasi gawat dan panik, dapat membuat hilangnya nyawa seseorang yang tidak bersalah karena ulah dari orang yang menaruh perasaan benci dan dendam pada seseorang. Memfitnah adalah suatu hal di mana orang menjelekjelekan orang lain demi keuntungan dirinya sendiri. Perbuatan semacam ini tidak dibernarkan, dan bertentangan dengan ajaran agama. Oleh karenanya jauhi dan hindarilah perbuatan Rajapisuna (memfitnah) itu.
Contoh-contoh perbuatan Sad Atatayi, 1. Membakar rumah, mobil serta barang-barang antara lain : milik orang lain. 2. Membunuh orang dengan jalan meracun (nyetik). 3. Menyakiti orang dengan ilmu sihir (ilmu hitam) 4. Merampok/mengamuk 5. Merusak kehormatan orang lain. 6. Memfitnah atau mengadu domba.

Perbuatan Sad Atatayi adalah sangat bertentangan dengan ajraran agama. Perbuatan tersebut termasuk perbuatan jahat (asubhakarma) dan pahalanya adalah neraka atau kesengsaraan. Dan penjelmaan roh (atma) yang pada waktu hidupnya selalu berbuat asubha karma adalah sangat nista sekali dan deajatnya pun semakin bertambah merosot. Di dalam Clokantara ada disebutkan :
Devanam narakan jantur jantunam narakam pacuh pucunam narakam nngo mrganam narakam khagah. Paksi namnarakam vyalo vylanam narakam damstri. Damstrinam narakam Visi visinam naramarane.

Artinya : 'Dewa neraka (menjelma) menjadi manusia. Manusia menjadi ternak. Ternak neraka menjadi binatang buas, binatang buas neraka menjadi burung, burung nerakan menjadi ular; dan ular yang neraka menjadi bisa (racun) yang dapat membahayakan manusia'. Jadi, sudah jelas pahala bagi seseorang yang berbuat jahat adalaah neraka (kesengsaraan). Sedangkan akibat yang ditimbulkan bagi lingkungan adalah keresahan dan ketidak tnetraman bagi masyarakat di sekitarnya. Disamping yang sudah diuraikan diatas tentang Sad Atatayi yang diartikan sebagai Enam Pembunuhan Kejam;

dalam Slokantara Sloka 25 juga diuraikan tentang Sad Atatayi yang diartikan sebagai Enam Penjahat. Inilah isi Slokantara Sloka 25 lengkap dengan uraian penjelasannya :
Angnido wisadatharwamu castr-ghno daratikramah, picunnasta-tra tadradjni sadate hyaata-yinah. Kalingayang, agnida nga-rayan-wwang aunmaninagara, Yandudu makarana ngprang, wwang anunwani umah sang dewa sang hyang, wwang anunmani umah sang pandita, yeki agnida castraghna ngaraya wwang angamuk. Drcatikrama ngaraya wwang angadoni tukar, makadi yang picunring sang ratu, sang mantri, magawening ujar sang-kaning deca ruga, salwiring ujar irsya, magawe kira-kiraning hala, tan tahu asing wuwusnya, nicunajuga, wisada ngaraya manupasi. Atharwa ngaraya meneluh, andesti, ame-mendem, anunibami hala-hala. Salwiranya akrya hala, yeka sadatayi ngaranya tan ulaha-ningjanma, kinela de bhatara-yama, innarwekam paranya, yan wuwus kinelaring kawah, sine-rataking bhumi kadi duk tinetek, pating samburat tamahnya. Nihun kadadining wwang mangkana.

Artinya : 'Orang yang membakar rumah, suka meracun, dukun jahat, pemerkosa, pembunuh, penghianat. Keenam ini dimasukkan dalam golongan atatayi. Agnida ialah orang yang membakar rumah atau kota tidak pada waktu perang. Orang yang membakar tempat-tempat persembahyangan, membakar rumah-rumah pendeta juga dinamai agnida. Castragna ialah orang yang membunuh. Dratikrama yaitu orang yang suka melakukan pemerkosaan sampai menusuk dengan keris. Raja pisuna yaitu yang suka mengadu dombakan orang lain untuk berkelahi. Yang nomor wahid dari golongan ini ialah orang yang berkhianat terhadap Raja dan mantrinya hingga katakatanya itu dikeluarkan karena iri hati. Ia melakukan kecurangan ini dengan maksud busuk, apa yang dikatannya dusta belaka. Dialah penghianat terbesar. Wisada artinya orang yang suka meracun orang lain. Atharwa yaitu orang yang suka melakukan ilmu sihir, memasang guna-guna, pasangan-pasangan (umpamanya memendem tulang manusia dan jika dilahgkahi atau diinjak menyebabkan sakit atau gila). Dan selalu menyakiti orang-orangyang tidak bersalah. Segala perbuatannya jahat. Keenam macam manusia ini di golongkan dalam enam atatayi'. Keenam macam pekerjaan ini harus dihindari oleh manusia waras, karena sudah pasti perbuatan itu akan menyeretnya kelembah neraka dan akan dianiyaya berat oleh Dewa Yama. Demikian kata kitab suci. Setelah mereka dimasak hidup-hidup dalam api neraka,

mereka akan disorakkan ke bumi ini sebagai menyorakkan serabut remuk. Dikatakan bahwa jiwa itu setelah menerima gambaran di neraka, diserahkan ke bumi ini sebagai menyerahkan ampas tebu saja. Pada buku Kuncara Karna (susunan DR. H. Korn) tertulis penjelasan begini: Bagaimanakah sifat-sifat orang candala? Beginilah sifat-sifat orang candala : "Ia dilahirkan di zaman Kali Yuga. Ia suka menjahati orangorang yang tak bersalah. Ia menuduh jahat orang-orang yang baik. Dan ia jahati orang-orang yang saleh. Ia mencuri, ia suka menganiaya, ia kasar dan pemarah, ia suka merampok, ia suka memenggal, ia membunuh, ia suka memancung, ia suka menikam dengan keris, ia pandai membuat racun dan meracuni diri sendiri, ia suka melakukan sihir, memasang guna-guna, suka memfitnah, dan menggunakan kata-kata kasar tak patut didengar telinga, selalu memasang mata kepada orang-orang kaya, dengki kepada orang-orang berbahagia, ingin pada milik orang lain, tidak ambil pusing kepada orang-orang melarat, sering menghina orang-orang pertapa serta menjelek-jelekkan dharma. Ia melakukan delapan macam perbuatan yang jahat, kedelapan macam pencurian, dan keenam macam penaniayaan, ia cendrung memmbunuh sapi, orang Brahmana, Sarjana, Rsi, pengikut Ciwa dan Budha. Ia juga tak segan membunuh guru dan orang tua, ia rusak kuil (pura) dan mengambil segala perhiasan arca-arca. Ia tak segan menganiaya guru serta siswa-siwanya. Laki perempuan melakukan perbuatan kelamin terlarang (homosexual). Ia melakukan perkosaan terhadap ibunya, memaksa anak putrinya, tidak ada raja, tidak ada pendeta, tidak ada tempat memuja leluhur (pemerajan), tidak ada pura untuk Tuhan. Inilah perbuatan pemusnah di zaman Kail Yuga. Tidak ada tinggi atau rendah. Di seluruh dunia mengamuk halilintar dan angin puyuh. Tanam-tanaman palawija hampa mati. Di seluruh negara peperangan, perang saudara, petani-petani dalam kesedihan. Adat dan agama selalu dirusak dan dilanggar. Kata-kata hancur, penyakit menular menjangkit. Di samping itu di mana-mana terjadi kebodohan. Kebanggaan anak-anak ialah dalam melanggar petunjuk-petunjuk orang tua. Tidak hormat ditujukan kepada orang tua, keluarga atau sanak saudara. Semuanya menggelisahkan dan membingungkan. Demikianklah pikiran manusia di zaman Kali Yuga yang sudah berlarut-larut dan bagi mereka yang berbudi luhur dan mempertahankan keluhuran dharma janganlah hendaknya bergaul dan berminat pada segala perbuatan jahat manusia di zaman Kali Yuga".

Anda mungkin juga menyukai