| 55
Abdul Jalil
STAI Hasan Jufri Bawean
E-mail: jalilibnazhari93@gmail.com
Abstrak
Perbedaan adalah fitrah setiap manusia. Konflik dalam keluarga timbul karena adanya
berbedaan antara suami istri yang dibiarkan dan tidak dikelola serta diselesaikan dengan
baik. Jika sebuah konflik tidak dimanej dengan baik maka berakibat terjadinya
kekerasan rumah tangga dan berujung penceraian. Artikel ini mendeskripsikan tentang
sebab dan timbulnya konflik dalam keluarga, membahas bagaimana manajemen konflik
dalam keluarga dalam membentukan keluarga sakinah, bagaimana Islam memberikan
panduan cara mengelola permasalahan atau perselisihan suami istri dalam sebuah rumah
tangga, membahas bagaimana strategi yang dapat digunakan dalam manajeman konflik
keluarga. Artikel ini bertujuan memberikaan sumbangsih pemikiran dalam membina
rumah tangga, sebuah ikatan lahir batin antara suami istri sebagai modal untuk
menciptakan rumah tangga dan terwujudnya keluarga sakinah, mawadah wa rahmah
yaitu keluarga bahagia dan diridhai Allah SWT.
Tipe ini bisa dikatakan sebagai tipe lain peduli untuk memuaskan
pasangan yang bertengkar dan kebutuhan psikologi pihak lain.
”ngomel” tiada henti. Dalam Mereka saling berbagi dalam
kehidupannya hidup semacam ini melakukan berbagai aktifitas walau
merupakan “jalan hidup” nya. Tidak masing-masing setiap individu
heran jika mereka sering memiliki identitas kepribadian yang
menemukan ketidakpuasan, dengan kuat. Komunikasi mereka dibangun
kata lain stimulasi perbedaan dengan sikapke jujuran dan
individu dan konflik justru keterbukaan.
mendukung kebersamaan pasangan f) Total, tipe ini memiliki kesamaan
tersebut. dengan tipe vital, bedanya pasangan
b) Devitalized, tipe hubungan karakter ini menyatu seperti “sedaging”.
pasangan ini dalam sekali waktu Kebersamaan secara total meminim
dapat mengembangkan rasa cinta, pengalam pribadi dan konflik
menikmati seks, dan satu sama lain (Widiyarini 2009, 101-102).
saling menghargai. Mereka
cenderung merasakan hampa hidup
perkawinan kendati tetap bersama- Sumber dan Penyebab Terjadinya
sama. Kebersamaan mereka lebih Konflik Keluarga
didorong oleh anak atau citra dalam Menurut Ali Qoimi, sebab
sebuah komunitas atau masyarakat. terjadinya konfilik dalam keluarga
Menariknya, tipe pasangan ini mempunya beberapa faktor, yaitu:
merasa dan menganggap
perkawinannya tidak bahagia. 1) Tidak adanya pengalam hidup
c) Passive-congenal, tipe pasangan ini berumah tangga;
memili kesamaan dengan tipe 2) Suami atau istri memiliki
devitalized. Biasanya tipe kemauman yang terlalu tinggi;
perkawinan ini berangkat dari 3) Adanya perasangka buruk pada
pertimbangan ekonomi dan strata pasangan;
sosial. Tipe ini lebih sering saling 4) Adanya hasrat berkuasa dan ingin
menghindar bukan saling peduli. mendominasi;
d) Utilitarian, tipe ini lebih 5) Tidak adanya ketegaran;
menekankan perang dari pada 6) Tidak adanya saling pengertian;
hubungan. Misal peran seorang 7) Tujuan dan sebab-sebab material;
suami atau istri, peran seorang ayah 8) Mempunyai tutur kata yang buruk;
atau ibu dan lain-lain. Terdapat 9) Hilangnya kemesraan (Qaimi 2007,
perbedaan yang sangat kontras jika 39-40).
dibandingkan dengan tipe vital dan
Menurut S.J Warouw, sebab
total yang bersifat interistik, yaitu
terjadinya konflik dalam keluarga
mengutamakan relasi perkawinan.
karena perbedaan tipe istri dan tipe
e) Vital, tipe ini pasangan suami istri
suami juga berpotensi penyebab
menekankan pada relasi satu sama
ِ ِ ْۢ ِ
tidur dengan memalingkan َ ا
َ َاضا فَََل ُجن ت ِم ْن بَ ْعل َها نُ ُش ْوازا اَْو ا ْعَر ا ْ ََوا ِن ْامَراَةٌ َخاف
punggung, berpisah tempat tidur
bukan berarti tidak berbicara dan الصلْ ُحُّ صلْ احا َۗو ُ صلِ َحا بَْي نَ ُه َما ْ َُّعلَْي ِه َما اَ ْن ي
ۗ
berkomunikasi dengan istri karena ُّح َواِ ْن ُُْت ِسنُ ْوا َوتَتَّ ُق ْوا فَاِ َّن َّ س الش ِ ِ
ُ َخْي ٌر َۗواُ ْحضَرت ْاْلَنْ ُف
Islam melarang memutus
komunikasi hubungan lebih dari 3 اّللَ َكا َن ِِبَا تَ ْع َملُ ْو َن َخبِْي ارا
ّٓ
hari artinya suaminya tetap
mengajak bicara istrinya dalam Artinya Dan jika seorang perempuan
aktifitas keseharian hanya saja tidak khawatir suaminya akan nusyuz atau
bersikap tidak acuh, maka keduanya
boleh tidur bersamanya. Ulama
dapat mengadakan perdamaian yang
bersepakat waktu berpisah tempat sebenarnya, dan perdamaian itu lebih
tidur menghadapi istri nusyuz adalah baik (bagi mereka) walaupun manusia
satu bulan. itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika
c) Memukul, bila cara yang kedua istri kamu memperbaiki (pergaulan dengan
tetap nusyuz, maka suami boleh istrimu) dan memelihara dirimu (dari
memukulnya. Kebolehan memukul nusyuz dan sikap acuh tak acuh), maka
sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa
ada batasnya. Islam melarang yang kamu kerjakan.
memukul dengan keras atau pukulan
sampai menyebabkan luka, tidak Menurut Saleh bin Ganim,
boleh meninggalkan bekas pada nusyuz suami terhadap istri dapat
tubuh, tidak boleh mematahkan berupa ucapan, perbuatan atau bisa juga
tulang, dilarang memukul bagian kedua-duanya diuraikan sebagai
wajah, dan anggota vital. Pukulan berikut:
yang diperbolehkan adalah pukulan
a) Mendiamkan istri tidak diajak bicara
yang halus tanpa menyakiti.
meski bicara namun menggunakan
d) Mengutus dua orang hakim, cara
kata-kata kasar dan menyakitkan;
terahir ini dilakukan jika tiga cara di
b) Mencela dengan menyebutkan-
atas gagal. Hakam yang diutus
nyebut aib jasmani dan jiwa istri;
adalah seorang dari pihak suami dan
c) Berburuk sangka terhadap isteri dan
seorang dari pihak istri. Tujuannya
tidak mengajak istri tidur bersama;
untuk mendamaikan keduanya
d) Menyuruh istri melakukan maksiat
(Mu'ammal Hamidy dan Imran A
dan melanggar larangan agama.
Manan 2003, 370-371).
Adapun bentuk nusyuz suami
Nusyuz Suami dan Cara
terhadap istri berupa perbuatan dapat
Mengatasinya
berupa:
Nusyuz tidak berlaku hanya
a) Tidak menggauli isterinya tanpa
kepada istri namun juga berlaku pada
uzur atau sebab-sebab yang jelas;
suami. Dalil yang menjelaskan tentang
b) Menganiaya isteri berupa pukulan,
nusyuz suami terhadap istrinya dalam
hinaan, atau celaan dengan tujuan
firman Allah SWT QS an-Nisa’:128,
hendak mencelakakan istri;
sebagai berikut:
efesiensi dan efektivitas sebuah masalah baru. Salah satu upaya untuk
keluarga. menyelesaikan konflik adalah dengan
pendekatan manajamen konflik.
Oleh karena itu untuk mencapai Menurut Thomas dan Kilmann,
tujuan mejadi keluarga yang sakinah sebagaimana dikutip oleh Wirawan
seorang manajer berupaya untuk strategi yang dapat digunakan dalam
mencapai keberhasilan akhir. Proses- manajeman konflik dalam sebuah
proses upaya tersebut sebagai berikut: keluarga, sebagai berikut:
1) Perencanaan (Planning), maksudnya 1) Kompetisi, gaya manajemen konflik
memanej merencanaan keluarga ini tingkat keaserifan tinggi dan
ialah menetapkan dan memilih tingkat kerja sama rendah, karena
tujuan-tujuan sebuah keluarga dan gaya ini berorientasi pada
menentukan strategi, kebijaksanaan, kekuasaan. Menggunakan
program, anggaran dan standar kekuasaan yang dimilikinya untuk
kebutuhan untuk mencapai keluarga memenangkan konflik yang
sakinah. Semua fungsi tergantung dimilikinya. Alasannya adalah
pada fungsi ini. Sebuah keluarga meminimalisir biaya, keputusan
tidak akan berhasil tampa perlu diambil dengan cepat, dengan
perencanaan dan pembuatan kekuasaan yang dimiliki bisa
keputusan yang tepat, cermat, dan memaksa lawan konfliknya.
berkelanjutan 2) Mengakomodasi, gaya manajemen
2) Pengorganisasian, maksudnya konflik ini tingkat keaserifan rendah
mampu mengembangkan suatu dan tingkat kerja samanya tinggi.
keluarga yang sesuai dengan tujuan, Seseoranag mengabaikan
rencana dan program yang telah di kepentingan dirinya sendiri dan
tetapkan bersama suami istri berupaya memuaskan kepentingan
3) Pengarahan, fungsi untuk membuat lawan konfliknya.
dan mendapatkan anggota keluarga
3) Kompromi, berada di tengah-tengah
keseluruhan melakukan apa yang baik asertif maupun kooperatif.
seharuisnya dilakukan dan Ketika berkompromi, seseorang
diinginkan yang menjadi memiliki tujuan untuk menemukan
kewajibannya solusi yang bijaksana dan dapat
4) Pengawasan (Controlling), diterima yang sebagian dapat
maksudnya mengawasi dan memuaskan kedua belah pihak.
menjamin bahwa rencana suatu 4) Penghindaran. Gaya ini tidak
keluarga telah dilaksanakan sesuai asertif dan tidak kooperatif.
apa yang telah disepakati. Ketika menghindari suatu masalah,
Konflik seringkali dihindari oleh seseorang tidak segera
orang, oleh karena itu konflik harus menyelesaikan urusannya maupun
dicari solusi yang terbaik, didorong dan urusan orang lain. Ia cenderung
diselesaikan agar tidak menimbulkan