Anda di halaman 1dari 2

Bunga melati adalah melati. Yang selalu berwarna putih, suci tak ternodai.

Memiliki
makna yang amat kuat bagi negara ini. Melati adalah melati, melati yang tak pernah
berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Yang tak memiliki warna lain dibalik
warna putihnya juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai keadaannya
baik panas, hujan, terik ataupun badai yang datang melati tetap putih. Kemanapun
dan dimanapun ditemukan, melati akan tetap menjadi melati selalu putih. Melati.
Pada debu ia tak marah, meski jutaan butir menghinggapinya hingga menutup
warna kelopaknya.
Pada angin ia menyapa, berharap sepoinya membawa serta debu- debu itu agar ia
tetap putih berseri. Karenanya, melati ikut bergoyang saat embusan angin menerpa.
Ke kanan ia ikut, ke kiri ia pun ikut. Namun melati tetap teguh pada pendiriannya,
karena ke mana pun ia mengikuti arah angin, ia akan segera kembali pada
tangkainya. Yang seharusnya dapat di tiru oleh kita sebagai manusi. Dengan
mengikuti arah kemana takdir dan nasib yang membawanya. Namun, sama halnya
dengan melati yang tetap teguh pada pendirian yang akan kembali pada tangkainya
meski tertiup keasana-kemari. Begitu pun manusia harus memiliki pendirian yang
teguh selayaknya mrlati.
Melati. Pada hujan ia menangis agar tak terlihat matanya meneteskan air diantara
ribuan air yang menghujani tubuhnya. Agar siapa pun tak pernah melihatnya
bersedih, karena saat hujan berhenti menyirami, bersamaan itu pula air dari sudut
matanya yang bening itu tak lagi menetes. Sesungguhnya, ia senantiasa berharap
hujan akan selalu datang, karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air
matanya. Bersama hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya untuk mengadu, saling
menumpahkan air mata dan merasakan setiap kegetiran. Karena hanya hujan yang
selama ini berempati terhadap semua rasa dan asanya. Pada hujan pula ia
mendapati keteduhan, dengan airnya yang sejuk.
Melati. Pada tangkai ia bersandar agar tetap meneguhkan kedudukannya, memeluk
erat setiap sayapnya, memberikan kekuatan dalam menjalani kewajibannya agar
kelak, apapun cobaan yang datang, ia dengan sabar dan suka cita merasai, bahkan
menikmatinya sebagai bagian dari cinta dan kasih Sang Pencipta.
Manusia pun sama halnya dengan melati, mempunyai tempat mengadu, tempat
bersandar dari segala keluh dan kesahnya. Manusia akan menangis
memperlihatkan kelemhannya pada orang ia cintai, sama halnya dengan melati
yang akan menangis pada hujan yang ia cintai. Manusia pun memiliki tempat ia
bersandar, yaitu Tuhan sang Maha Pencipta. Tempat berkeluh kesah, atas segala
kepdihan, kesedihan dan kesukaran yang ia hadapi maupun kebahagiaan yang
Tuhan berikan padanya.
Bukankah tak ada cinta tanpa pengorbanan? Adakah kasih sayang tanpa cobaan?
Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak merubah warna hijaunya. Karena dengan
hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai melati harus tetap berwarna putih. Jika daun
itu tak lagi hijau, menguning atau luruh oleh waktu, kepada siapa ia harus meminta
koreksi atas cela dan noda yang seringkali membuatnya tak lagi putih? Maka, melati
akan terus berhati-hati membawa diri. Ia akan tetap mawas diri dan menyadari
kodratnya adalah melati. Dan haruslah tetap menjadi melati. Dan manusia
seharusnya mencontohi sifat melati yang satu ini. Meminta pendapat akan diri
sendiri pada orang lain, tidak merasa yang paling hebat. Menyadari kodrat manusia,
sebagai makhluk tuhan yang sempurna namun tidak sempurna. Karena, satu-
satunya yang sempurna adala tuhan. Selama ia tetap menjadi manusia, ia akan
tetap menjadi manusia.
Pada bunga lain ia bersahabat. Bersama bahu membahu menserikan alam, tak ada
persaingan, tak ada perlombaan menjadi yang tercantik karena masing-masing
memahami tugas dan peranannya. Melati tak pernah iri menjadi mawar, dahlia,
anggrek atau lili, begitu juga sebaliknya. Dan satu lagi dari melati yang dapat kita
tiru. Bersahabat dengan orang lain tanpa memandang siapa dia. Saling bahu
membahu dalam melestarikan alam. Tidak saling bersaing akan kehidupan fana
yang sementara. Tak seharusnya adanya saling lomba siapa yang terhebat, siapa
yang tercantik dan lain sebagainya, karena setiap manusia memiliki potensinya
masing-masing. Tidak memiliki rasa iri terhadap orang yanh lebih memiliki dari pada
yang kita miliki.
Dari makna dan filosofi melati diatas dapatlah kita menangkap isinya dan mencoba
untuk menjalani kehidupan seperti sang melati.

Anda mungkin juga menyukai