Anda di halaman 1dari 44

PENDUGAAN/PREDIKSI EROSI

DAN
EVALUASI ANCAMAN EROSI
Metoda prediksi erosi merupakan alat untuk menilai
apakah suatu program atau tindakan konservasi tanah
telah berhasil mengurangi erosi

Merupakan alat bantu untuk mengetahui besarnya erosi


yang akan terjadi pada suatu penggunaan lahan dengan
pengelolaan tertentu dan untuk mengambil keputusan
dalam perencanaan konservasi
LAJU EROSI
PREDIKSI EROSI PADA PENGGUNAAN LAHAN DAN
PENGELOLAAN

EROSI YANG DAPAT


DIBIARKAN

Tindakan konservasi dan KEBIJAKAN PENGGUNAAN LAHAN


penggunaan lahan yang diterapkan DAN TINDAKAN KONSERVASI
hendaknya bisa menekan laju erosi
agar sama atau lebih kecil dari erosi
yang masih dapat dibiarkan
Laju Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan.
Laju erosi tertinggi yang masih diperbolehkan berlangsung
pada suatu area tertentu agar diperoleh suatu kedalaman
tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman sehingga
memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi dan
lestari

Suatu kedalaman tanah tertentu harus dipelihara agar


didapat suatu volume tanah yang cukup, baik bagi tempat
berjangkarnya akar tanaman dan untuk menyimpan air
serta unsur hara yang diperlukan oleh tanaman
Erosi yang masih dapat dibiarkan, Hammer (1981)
• Suatu tanah mempunyai kedalam efektif 1250 mm
• Sub order: Udult.
• Nilai faktor kedalaman (Tabel) : 0.8
• Kedalaman ekuivalen : 1250 mm x 0.08 = 1000 mm
• Umur guna : 400 tahun (waktu yang cukup untuk
memelihara kelestarian tanah
• Besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan:
• 1000 mm/ 400 tahun = 2.5 mm tahun -1
• Jika berat isi tanah = 1.2 g cm -3 , T = 2.5 x1.2 x 10 = 30
ton ha -1 tahun -1
Metode Prediksi Erosi
Harus memenuhi persyaratan:
Dapat diandalkan, secara universal dapat digunakan,
mudah digunakan dengan data minimum, komprehensif
dalam hal faktor-faktor yang digunakan, dan mempunyai
kemampuan mengikuti perubahan tata guna tanah dan
tindakan konservasi.
Ward (1971)
Model Prediksi: Fisik, Analog, Digital.
Tipe Penjelasan
Model dalam bentuk miniatur dari keadaan sebenarnya,
biasanya dibuat di laboratorium dengan asumsi terdapat
Fisik
kesamaan dinamik antara model dengan keadaan
sebenarnya
Menggunakan sistem mekanikal atau listrik yang analog
Analog dengan sistem yang diselidiki, sebagai contoh aliran listrik
digunakan untuk menstimulasikan aliran air
Digital Didasarkan pada penggunaan komputer digital untuk
memproses data yang banyak dalam waktu singkat
Didasarkan pada persamaan matematik untuk menjelaskan proses
a.Deterministik yang berperan di dalam model dengan memperhitungkan hukum
kontinuitas atau konservasi massa dan energi
Didasarkan pada urutan sintetik data yang berasal dari sifat statistik
b. Stokastik data contoh yang tersedia; berguna untuk menghasilkan urutan
masukan bagi model deterministik dan parametrik jika data tersedia
hanya berasal dari pengamatan yang pendek
Didasarkan pada penggunaan hubungan yang secara statistik nyata
antara peubah-peubah yang dianggap penting dari sejumlah data
c. Parametrik yang cukup tersedia. Dikenal tiga tipe analisis: Kotak Hitam, yaitu jika
hanya masukan dan keluaran yang ditelaah; Kotak Kelabu, yaitu jika
cara kerja sistem ditelaah agak detail; dan Kotak Putih, jika semua
rincian bagaimana sistem itu bekerja di kemukakan.
Model Parametrik
Meliputi pengembangan dan analisis hubungan antara sifat
yang menyebabkan terjadinya erosi secara numerik dengan
besarnya erosi

Pendekatan Kotak Hitam


Penyesuaian masukan (curah hujan) dengan keluaran
(erosi) dengan suatu fungsi matematik sederhana:
Qs = a Qw b
Qs = banyaknya tanah yang terangkut
Qw= besar aliran permukaan
Model Kotak Kelabu (DAS):
log Qs = 1.1402 – 0.0524 DUR – 0.7764 log Qw + 1.3735 log
Qq + 0.9892 QQ – 0.4961 log Qap + 0.2693 DY
Qs = banyaknya tanah yang terangkut
DUR = waktu/lama hujan
Qw = puncak laju aliran sungai
Qq = laju puncak aliran di atas permukaan tanah
QQ = jumlah aliran di atas permukaan tanah
Qap = laju aliran sungan sebelum hidrograf naik
DY = jumlah hari dari satu tahun
Model Kotak Kelabu Sebidang Tanah
Universal Soil Loss Equation (USLE)
A = RKLSCP
A = jumlah erosi ton ha-1 tahun -1
R = faktor curah hujan/aliran permukaan
K = Erodibilitas Tanah
L = faktor panjang lereng
S = faktor kecuraman lereng
C = faktor vegetasi penutup tanah/pengelolaan tanaman
P = faktor tindakan konservasi tanah
Model Sedimen Stanford
Model Deterministik
CREAM :Chemical, Runoff, an Erosion from
Agricultural Management System
WEPP: Water Erosion Prediction Project
SWAT: Soil and Water Assesment Tool
Perkembangan Model Prediksi Erosi

1940 - Persamaan menghitung erosi di corn belt (Mid west)


- Zingg AW  menghubungkan erosi dengan % lereng dan panjang
lereng  X = C S m Ln
1942 - Musgrave Equation corn belt equation
E=TxSxLxPxMxR

E = erosi, T = Soil type,


S = Slope steepness, L =Slope length
P = Agronomic practise,
M =Mechanical protection, dan R = Rainfall
 Sudah banyak dipakai di DAS kecil

14
1954-1957 Smith and Wishmeier “USLE” dibangun di
National Runoff and Soil Loss Data Center (SCS)
oleh Science and Education Administration.
Dari data sebanyak lebih dari 10 000 data plot –
tahun - > masih ada gap

1978 USLE (Wischmeier & Smith) dilengkapi dan digunakan


seperti bentuk yang sekarang.

1991 RUSLE (Revised Universal Soil Loss Equation)


KG. Renard, G.R. Foster, G.A. Weesies, and DK. Mc Cool
--- sudah memasukan sedikit proses erosi
--- kekasaran
15
USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION)
A = RKLSCP
Type : sederhana, persamaan empiris yang dikembangkan
dengan analisis regressi dari 10.000 data plot 40 tahun
percobaan

Pemakaian :
Prediksi erosi di areal pertanaman
Prediksi erosi lembar dan alur (sheet, rill), rata-rata tahunan

16
USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION)

A = RKLSCP
A = Tanah yang hilang (Ton Ha-1 Thn-1)
R = Factor Hujan ( Erosivitas hujan )
K = Faktor tanah ( Erodibilitas tanah )
LS = Faktor lereng
- Panjang Lereng
- Persen Lereng (kemiringan)
C = Faktor Pengelolaan Tanaman
P = Faktor teknik Konservasi Yang Dipakai
Teras
Penanaman/ Pengolahan menurut kontur

17
USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION)

A = RKLSCP
A = Tanah yang hilang (Ton Ha-1 Thn-1)
R = Factor Hujan ( Erosivitas hujan )
K = Faktor tanah ( Erodibilitas tanah )
LS = Faktor lereng
- Panjang Lereng
- Persen Lereng (kemiringan)
C = Faktor Pengelolaan Tanaman
P = Faktor teknik Konservasi Yang Dipakai
Teras
Penanaman/ Pengolahan menurut kontur

18
USLE
Kelebihan : Sederhana, nilai-nilai parameter sudah tersedia /mudah didapat
.
Kekurangan :
1. Tidak akurat untuk prediksi per kejadian hujan (single storm event),
karena nilai R merupakan rata-rata tahunan
2. Model Erosi untuk agriculture field-scale, kurang mengakomodasi deposisi
dan produksi sedimen untuk catchment scale
3. Tidak memperhitungkan erosi dari hot spots seperti erosi parit, channel
erosion, longsor dll.
4. Model memfokuskan pada pengaruh tunggal masing-masing faktor dan
mengabaikan interaksi antar faktor
19
Variant dari Model USLE :

1) Prediksi erosi per kejadian hujan

A = Rm KLSCP
Rm = Faktor erosivitas hujan yang dimodifikasi dengan menggunakan
persamaan :
Rm = 0,5 Rst + 0, 35 Vu1/3
Rst = El30 untuk Kejadian hujan
Vu = Volume Run-off (mm)

Kekurangan : Tidak memprediksi deposisi dan produksi sedimen pada outlet catchment

20
Variant dari Model USLE :

2. Prediksi Produksi sedimen (sediment yield) per kejadian hujan

MUSLE
A = Sy = RwKLSCP
Rw = Faktor erosivitas hujan yang dimodifikasi dengan
menggunakan persamaan :

Rw = 9.05 ( V . Qp ) 0.56
V = Volume Run-off (m3/Ha)
Qp = Debit puncak Run-off (m3/s)

21
Contoh soal :
Diketahui : Sebuah DAS dengan luas : 40.5 ha
Hujan menghasilkan 15.4 mm R.O dengan Debit Puncak 50.8 m3/jam.
K-faktor = 0.23
Nilai LS = 2.0 , CP = 1

Jawab :
Rw = 9.05 (V.Qp) 0.56

V = 15.4 x 10 -3 m x 10.000 m2 = 154 m3 / Ha


Rw = 9.05 x (154 x 50.8/3600) 0.56 = 18.13

A = 18.13 x 0.23 X 2 x 1 = 8.34 Ton/ha

22
ADD A FOOTER 23
Penggunaan Data Penginderaan Jauh

- Identifikasi Lineament – yang merupakan penciri erosi Alur / parit


- Identifikasi Luas areal yang mengalami erosi
- Identifikasi luas sebaran sedimen

Keunggulan :
- Memberikan data sebaran spasial daerah yang mengalami erosi secara lebih
akurat
- Pengamatan secara time series lebih mudah dilakukan

24
Evaluasi Erosi
• Penilaian kemungkinan besarnya erosi yang dapat
terjadi pada suatu wilayah atau sebidang tanah . . . . . . .
. (1)
• Penilaian besarnya erosi yang telah terjadi pada suatu
wilayah atau sebidang tanah. . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
). Penilaian potensi erosi/ancaman erosi/bahaya erosi
(2). Pengukuran erosi
Evaluasi ancaman erosi : untuk mengetahui bagian dari suatu
daerah yang mempunyai potensi untuk mengalami erosi dan
kemungkinan tingkat erosi yang terjadi
Tingkat pengamatan:
1. Makro (1 : 1000.000)
2. Meso (1: 20.000 – 1: 50.000)
3. Mikro (suatu bidang tanah)
Bahaya erosi dinyatakan dalam “ Indeks Bahaya Erosi”

Indeks Bahaya Erosi (Hammer, 1981) = Erosi Potensial/T


Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi (Hammer, 1981)

Indeks Bahaya Erosi Harkat


<1.0 Rendah
1.01 - 4.0 Sedang
4.01 - 10.0 Tinggi
>10.01 Sangat Tinggi
PENGUKURAN EROSI
1.METODA PETAK EROSI

28
- Pengukuran dilakukan dengan mengukur jumlah
tanah yang tererosi dari suatu petak erosi dengan
luas yang diketahui
- Tanah yang tererosi ditampung pada suatu bak
penampung di bawah petak erosi, di ambil dan diukur
pada setiap kejadian hujan
- Ukuran petak bervariasi, tergantung tujuan pengukuran
ukuran petak standar (Wischmeier dan Smith) panjang
22 m, lebar 2-4 m

29
PETAK EROSI
Petak Erosi DITSL

31
Contoh Petak Erosi

32
Contoh Petak Erosi

ADD A FOOTER 33
Contoh Petak Erosi

34
2. Pengukuran Penurunan Permukaan Tanah

 Kehilangan tanah untuk periode waktu tertentu diperkirakan dari


penurunan permukaan tanah
• Pengukuran dilakukan dengan menancapkan tongkat,
batas permukaan tanah diberi tanda
• Melihat singkapan akar, pedestal

Kasar – kurang/tidak akurat


 Ketebalan lapisan tanah yang hilang sangat bervariasi
 Penurunan permukaan tanah mungkin baru bisa terbaca setelah
turun sekitar 0.5 cm dan itu setara dengan kehilangan tanah sekitar
50 ton/ha
35
Singkapan akar dapat
digunakan untuk menduga
besarnya erosi yang terjadi
36
Pedestal dapat digunakan
untuk menduga besarnya
erosi yang terjadi
37
3. Metode Pengamatan Lapisan Tanah

- Dilakukan dengan/pada saat melakukan survey tanah

- Pengamatan pada profil tanah – ketebalan horizon


tertentu

 Sangat kasar – tidak akurat


- Ketebalan lapisan tanah yang hilang sangat
bervariasi
- Ketebalan horizon awal tidak diketahui secara
pasti dan nilainya pada kondisi alami bervariasi

 Dilakukan untuk membandingkan secara relatif pada jenis


tanah yang sama tapi land use berbeda
38
Profil tanah dengan Ketebalan horison
berbeda

39
4. Pengukuran pada Muatan Sedimen Air Sungai

• Pengukuran pada tingkat DAS, baik DAS besar maupun


kecil

• Pengukuran hasil sedimen dengan mengambil contoh air


dalam interval tertentu – ukur konsentrasi sedimen dalam
contoh air
• Pengukuran aliran permukaan / debit aliran sungai (dengan
memasang weir dan AWLR, mengukur kecepatan, ataupun
survei aliran sungai-perimeter basah )
• Perlu di ketahui Nisbah Pelepasan Sedimen (Sediment
Delivery Ratio , SDR) untuk menduga besarnya erosi pada
DAS yang bersangkutan

40
Pengukuran hasil sedimen dengan mengambil
contoh air dalam interval waktu tertentu –
pengukuran konsentrasi sedimen dalam contoh
air

41
Debit Sedimen

Q=VA
Q = debit aliran sungai (m3/detik)
V = kecepatan limpasan air sungai (m/detik)
A = luas penampang basah sungai (m2)

Qs = Q Cs
Qs = debit sedimen air sungai (gram/detik)
Q = debit aliran sungai (m3/detik)
Cs = konsentrasi sedimen (mg/liter)
42
5. Pengukuran Tebal Sedimen (Survei Sedimen)

• Pengukuran tebal sedimen pada beberapa titik


(penampang tebal sedimen) pada suatu
waduk/reservoir untuk menduga volume sedimen
• Pengukuran bobot isi contoh sedimen untuk
mendapatkan berat total sedimen
• Perlu data “trap effisiensi “ untuk menduga banyaknya
sedimen yang dihasilkan dan sampai ke waduk
(sediment yield)
• Perlu data “SDR “ untuk menduga besarnya erosi yang
terjadi pada DAS
43
Total sedimen didekati dengan mengukur ketebalan
sedimen dan luas sedimen (volume sedimen)

44

Anda mungkin juga menyukai