Anda di halaman 1dari 3

ACUAN KERJA PENGAWASAN PEKERJAAN BESI, BEKISTING, BATU BATA DAN PELASTERAN

PEKERJAAN BESI
1.1 Seluruh besi untuk pekerjaan beton bertulang harus dipasang dengan ukuran sesuai seperti pada
gambar detail.
1.2 Besi tulangan yang dipergunakan dalam pekerjaan dan dibenarkan untuk dipakai oleh pengawas
adalah bersumber dari sertifikasi pabrik/ penjual yang jelas serta memenuhi standard sebagaimana
yang dimaksud SNI
1.3 Besi tulangan harus bebas dari karat, kerak, minyak, gemuk, cat dan pelapis lainnya.
1.4 Pekerjaan pembesian termasuk pengadaan seluruh alat-alat yang diperlukan (pengukur diameter,
pembengkok, pemotong) dan (pengait, kawat, angker) disediakan oleh kontraktor.
1.1 Kawat pengikat besi beton ditentukan dari jenis kawat beton pengikat No. 16 SWG (Ø 1 mm) dan tidak
bersepuh seng.

PEKERJAAN BEKISTING

1.1 Bekisting atau cetakan harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi adukan beton dan
membentuk adukan menurut garis dan permukaan yang diinginkan.
1.2 Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran batas-batas seperti
yang ditunjukkan dalam gambar konstruksi.
1.3 Semua bahan-bahan yang dipakai untuk bekisting baru bisa digunakan jika sudah mendapat
persetujuan dari Direksi Pengawas.
1.4 Semua bahan untuk bekisting harus bahan baru, dikeringkan secara baik dan bebas dari mata kayu
yang lepas, cel akotoran yang melekat dan sejenis lainnya, bila bekisting yang sama akan dibangun
lagi, harus menghasilkan permukaanyang serupa dan dengan persetujuan Direksi Pengawas.
1.5 Tiang-tiang penahan bekisting harus dipilih dari bahan yang kuat. Bambu tidak diperbolehkan dipakai
untuk tiang-tiang penyangga sekur dan klem, tetapi harus menggunakan kayu sekurang-kurangnya
sekualitas dengan kayu dolken.
1.6 Rekanan harus bertanggung jawab penuh atas perencanaan yang memadai untuk seluruh bekisting.
Namun demikian, bila pada bekisting yang menurut Direksi Pengawas membahayakan atau tidak
memadai, maka bekisting tersebut dapat ditolak oleh Direksi Pengawas : Rekanan harus segera
membongkar dan memindahkan bekisting yang ditolak itu dari pekerjaan dan menggantinya dengan
biaya Rekanan.
1.7 Kekuatan Kontruksi cetakan harus diperhitungkan terutama untuk konstruksi-konstruksi yang berat,
sehingga cetakan tersebut kuat dan memenuhi syarat untuk bisa menahan yang mereka terima.
1.8 Toleransi-toleransi yang diizinkan adalah kurang lebih 3 mm untuk garis dan permukaan setelah
penyetelan bekisting yang harus demikian kuat dan adukan beban adukan yang masih basah dan
getaran, terhadap beban konstruksi dan angin : bekisting harus tetap menurut garis dan permukaan
yang disetujui Direksi Pengawas sebelum pengecoran.
1.9 Kedap/rapat air celah antara bekisting harus ditutup rapat, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip atau
adukan keluar/kebocoran pada sambungan atau cairan dari beton.
1.10 Pelapisan bekisting untuk mempermudah pembongkaran bekisting, dapat digunakan pelapis bekisting
dengan persetujuan Direksi Pengawas. Minyak pelumas, baik yang sudah dipakai atau tidak boleh
digunakan.
1.11 Bekisting untuk membuat beton yang halus. Jika persetujuan Direksi Pengawas, Rekanan harus
mengganti cara pemakaian cetakan kasar yang diberi lapisan plesteran semen dengan beton terbuka
tanpa plesteran. Pilihan ini yang dapat diberikan jika dipenuhi syarat-syarat dibawah ini.
 Cetakan-cetakan plywood, yang bermutu baik dan boleh dipakai, yang telah disetujui Direksi
Pengawas.
 Semua sudut-sudut yang runcing yang disetujui Direksi Pengawas, harus dibulatkan (dihaluskan 1,5
cm).
 Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor harus ditambal (diplester) sedemikian rupa
hingga sesuai warna, tekstur dan rupanya dengan permukaan yang berdekatan.
 Ukuran keseluruh untuk daun pintu dan kusen-kusen jendela, harus diambil dari pekerjaan untuk
menjamin ketepatan antara pekerjaan konstruksi beton dan ukuran pintu dan jendela.

1.12 Pemeriksaan Bekisting


Bakesting yang sudah selesai dibaut dan sudah disiapkan untuk pengecoran beton, akan diperiksa oleh
Direksi Pengawas; beton tidak boleh dicor sebelum bekesting disetujui oleh Direksi Pengawas. Untuk
menghindari keterlambatan dalam mendapatkan persetujuan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya,
Rekanan harus memberitahukan Direksi Pengawas bahwa bekisting sudah siap untuk diperiksa.

1.13 Pembongkaran
 Bekisting harus dibongkar dengan tenaga statis, tanpa goncangan, getaran dan kerusakan pada
beton. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, dan jikalau ada pembetonan yang keropos,
harus cepat-cepat diperbaiki dengan persetujuan Direksi Pengawas, dan jika Direksi Pengawas
mengharuskan beton tersebut untuk dibongkar, maka Rekanan harus membongkar dan membuat
pembetonan baru lagi, dan biayanya menjadi tanggungan Rekanan.
 Saat Pembongkaran Bekisting
Bekisting tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai suatu kekuatan kubus yang cukup untuk
memikul 2 x beban sendiri.
Rekanan harus memberitahu Direksi Pengawas bilamana ia bermaksud akan membongkar cetakan
pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta persetujuan dan itu tidak berarti Rekanan
lepas dari tanggung jawabnya.
Saat untuk membongkar bekisting tergantung dari persetujuan Direksi Pengawas, akan tetapi
beerikut ini dapat digunakan sebagai pedoman yang berlaku dalam keadaan cuaca normal.
Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian-bagian konstruksi akan bekerja beban-beban
yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan
tersebut tetap berlangsung.
Perlu ditekankan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak pada
Rekanan, dan perhatian Rekanan mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke PBI 1971 dalam
pasal yang bersangkutan.

PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA


1.1 Pasangan batu bata untuk dinding keliling bangunan dipasang tembok ½ bata.
1.2 Dinding mulai dari permukaan sloof hingga peil + 1,20 cm dipasang tembok ½ bata (trasram) dengan
campuran 1 Ps : 2 Ps. Dinding bata untuk bagian sanitasi dilaksanakan hingga ketinggian + 2,15 cm
atau ditentukan lain oleh gambar di atas lantai pada dinding KM/ WC.
1.3 Untuk dinding-dinding lainnya selain yang disebutkan di atas dipasang dinding ½ batu campuran 1 Pc :
4 Ps.
1.4 Semua pasangan batu bata sebelum dilaksanakan harus terlebih dahulu direndam dengan air hingga
jenuh sebelum digunakan.
1.5 Seluruh batu bata yang dipasang harus berkualitas kelas satu, yang terbakar dengan baik (first class),
untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Bentuk harus seragam, lurus, bersiku dengan texture yang sama
b. Warna harus merah tua
c. Sempurna terbakar tanpa retak
d. Tahan terhadap air/ tidak luruh
e. Dimensi tidak boleh bervariasi dari ukuran standard lebih dari 3 mm.

PEKERJAAN PLESTERAN
1.1 Plesteran harus dilaksanakan untuk seluruh dinding dalam dan luar dari lantai sampai ke batas
Ringbalok. Plesteran harus rapi serta rata halus pada seluruh permukaan.
1.2 Trassram dipakai campuran 1 Pc : 2 Ps dilaksanakan pada seluruh pasangan bata di bawah lantai dan
di atas lantai hingga 60 cm atau pada KM/WC dipasang setinggi 150 cm , baik pada bagian luar
maupun bagian dalam. Semua dinding kecuali dinding trassram, diplester dengan campuran 1 Pc : 4
Ps.
1.3 Untuk mengeringkan dinding bata dan permukaan beton harus diberikan cukup waktu. Tidak boleh
memulai pekerjaan, sampai tembok dinding benar-benar kering.
1.4 Sebelum pemplasteran permukaan-permukaan beton harus dikasarkan dengan jalan di palu. Lemak
atau minyak yang melekat harus dibersihkan dengan sikat dengan memakai sikat yang kaku atau sikat
kawat, untuk membersihkan dari bintik-bintik, semua bahan-bahan dan tempat-tempat yang rendah
harus digosok sampai halus dan untuk menghaluskan ini harus diberikan cukup waktu sampai kering,
sebelum diberi lapisan plesteran pertama.
1.5 Untuk mencegah plesteran menjadi kering sebelum waktunya, permukaan-permukaannya harus
dibasahi dengan air sehingga tetap lembab.
1.6 Sebagai penyelesaian permukaan beton, diharuskan diberi dua lapisan adukan, tapi satu lapisan juga
bisa diterima asalkan tebal lapisannya tidak lebih dari 1,5 cm dan diberi lapisan finish yang distujui oleh
Supervisi/Pengawas Teknik.
1.7 Lapisan harus dibentuk sedemikian rupa, hingga rata. Hasil permukaan plesteran harus benar-benar
merupakan bidang yang rata dan halus.
1.8 Plesteran harus dibiarkan basah selama paling sedikit dua hari setelah dipasang. Mulailah
membasahinya, begitu plesteran telah mengeras, untuk menghindari kerusakan. Sewaktu udara kering
dan panas, plesteran harus dibasahi agar tidak terjadi penguapan terlalu banyak dan menjadi tidak rata.
1.9 Plester untuk sisipan dan finishing harus menggunakan pasir halus yang berdiameter kurang dari 1 mm
dan tidak lebih dari 10% dari berat yang lolos saringan 0,15 mm.
1.10 Memperbaiki semua pekerjaan yang cacat, harus dilaksanakan dengan membongkar bagian tersebut
sampai berbentuk bujur sangkar. Pekerjaan yang sudah selesai, tidak boleh ada yang retak, bernoda
serta cacat lainnya. Sewaktu-waktu dengan secara teratur, selama pelaksanaan dan penyelesaian
pekerjaan, semua pekerjaan-pekerjaan yang menjadi kotor dalam pelaksanaan pekerjaan, harus
dibersihkan.

Anda mungkin juga menyukai