Aceh
1. Labi- Labi
Labi-labi adalah transportasi massal berbentuk mini bus. Penumpang akan duduk saling berhadapan di dalam
gerbong, layaknya angkot atau bentor di kota besar lain. Dan Anda jangan kaget bila sesekali melihat anak-anak
malah duduk di atap atau bergelantungan di ekor labi-labi. Anda hanya perlu keluarkan uang tak lebih dari
Rp5.000 ke satu destinasi dalam kota. Labi-labi juga merupakan angkutan khas di Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. dengan pintu masuk dari bagian belakang mobil. Terminal labi-labi ada di Jalan Cut Meutia, Keudah,
Banda Aceh.
2. Trans Kutaraja
Trans Koetaradja merupakan jenis Bus Rapid Transit (BRT) pertama yang digunakan di Kota Banda Aceh. Trans
Kutaraja sejak 2016 menjadi transportasi massal andalan bagi warga di Kota Banda Aceh. Bus ini memiliki
fasilitas antara lain ada Air Conditioner yang membuat suhu dalam bus tetap sejuk dan nyaman. Juga dilengkapi
CCTV untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan penumpang. Trans Kutaraja sendiri memiliki kapasitas
penumpang hingga 75 orang. Tempat duduk di Trans Kutaraja dipisah antara perempuan dan laki-laki, untuk
penumpang perempuan duduk di bangku antara bagian depan hingga tengah bus, sedangkan penumpang laki-laki
Bus ini memiliki skala prioritas untuk penumpang. Jika bus sedang penuh, penumpang berkebutuhan khusus
seperti wanita hamil, disabilitas, lansia, dan orang yang membawa bayi menjadi prioritas untuk mendapatkan
tempat duduk. Setiap bus Trans Kutaraja terdapat seorang supir dan asisten supir (kernet).
3. Jalo
Jalo adalah sampan tradisional yang di pakai oleh masyarakat Aceh sebagai alat transportasi air. Jalo pada
zaman dulu digunakan oleh para nelayan untuk memancing ikan di laut, Sungai atau di rawa rawa.
Ada beberapa jenis jalo yang ada di Aceh, salah satunya adalah "Jalo bruek" yaitu sampan yang di buat dari
sebatang pohon yang ringan , biasanya terbuat dari pohon kapas atau "Bak Gapeuh". atau juga daribatang
Rumbia/ sagu.
Saat ini Jalo yang masih digunakan adalah Jalo dengan layar yang di gunakan oleh nelayan untuk memancing di
laut. Seiring dengan kemajuan teknologi dan susahnya mendapatkan ikan di dekat pantai, Jalo ini sudah mulai
Mungkin Jalo tidak layak lagi menjadi transportasi untuknelayan yang hidup di era super cepat.Semoga
adagenerasi yang terus melindungi budaya asli Aceh ini agar tidak punah.