Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI KAWASAN ARAB”

Disusun oleh:
1. Rizqia Erwin Salisa (21106060071)
2. Inezita Fardan A (21106060072)
3. Dhimas Fauzan D P (21106060073)
4. Much.Hafiddin Al Masum (21106060074)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI SEMESTER SATU


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Studi Islam tentang “Perkembangan Studi Islam di Kawasan Arab”.

  Adapun makalah mata kuliah PSI tentang “Perkembangan Studi Islam di Kawasan Arab”
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik sehingga kami dapat memperbaiki makalah mata kuliah PSI ini.

Yogyakarta, 26 Desember 2021

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI
SAMPUL --------------------------------------------------------------------------------------------------1

KATA PENGANTAR -----------------------------------------------------------------------------------2

DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------------------------------3

BAB I PENDAHULUAN--------------------------------------------------------------------------------4

A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------------4
B. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------------------------5
C. Tujuan dan Manfaat -----------------------------------------------------------------------------5

BAB II PEMBAHASAN---------------------------------------------------------------------------------6

A. Gambaran Singkat Perkembangan Islam di Kawasan Arab Sudi--------------------------6


B. Pola Pendidikan Islam di Saudi Arabiyah-----------------------------------------------------7
C. Gagasan Pembaruan Pendidikan Islam di Saudi Arabiyah --------------------------------- 8

BAB III PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------------13

A. Kesimpulan--------------------------------------------------------------------------------------13
B. Saran----------------------------------------------------------------------------------------------13

DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------------------14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Arab saudi adalah negeri kelahiran Islam. Dua kota suci umat Islam yang sangat
terkenal dan bersejarah yaitu Mekah dan Madinah. Mekah adalah kota kelahiran Nabi
saw dan tempat pertama menerima wahyu dan mendakwakan ajaran-ajaran Islam.
Sementara Madinah adalah kota tempat negara Islam pertama berdiri dan dari sanalah
perluasan Islam bermula. Agama yang dianut orang Arab, setelah agama Yahudi dan
Kristen merupakan agama monoteis terakhir. Secara historis Islam merupakan penerus
kedua agama sebelumnya dan dari semua agama lain di dunia, yang merupakan jalan
hidup jutaan umat manusia.

Di Arab Saudi, hubungan agama dengan negara terbina mesra saat bangkitnya
gerakan keagamaan yang didirikan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab, gerakan ini
dikenal dengan gerakan Wahabi. Ketika mencapai kekuatan politik dan militer gerakan
ini secara sistematis menghancurkan segala sesuatu yang dipandang penyebab
berkembangnya ajaran-ajaran bid’ah dalam Islam. Arab Saudi akhirnya menganut paham
dan konsep agama-negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu. Paham ini memberikan penegasan
negara merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama. Konsep ini
menegaskan kembali bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan politik
atau negara.

Dalam pergulatan Islam dengan negara modern, pola hubungan integratif ini
kemudian melahirkan konsep tentang agama-negara, yang berarti bahwa kehidupan
kenegaraan diatur dengan menggunakan hukum dan prinsip keagamaan. Dari sinilah
kemudian Paradigma integralistik identik dengan paham Islam al-Din wa al-Dawlah yang
sumber hukumnya adalah hukum Islam (syariat Islam). Paradigma ini antara lain dianut
oleh kerajaan Saudi Arabia yang menjadikan Islam sebagai agama resmi sekaligus
sebagai sistem politik, hukum, ekonomi dan budaya.
Satu hal yang menarik ketika berbicara tentang Arab saudi adalah hubungan Arab
saudi dengan Wahhabiah yang membentuk simbiotik, Wahhabiah membutuhkan institusi

4
untuk menyebarkan ajaran-ajarannya dan di sisi lain Arab Saudi juga membutuhkan
Wahhabiah sebagai legetimasi agama untuk menjalankan pemerintahannya. Dan
tampaknya kedua kekuatan inilah yang mewarnai Arab saudi dalam perjalanan
sejarahnya hingga saat ini.

2. RUMUSAN MASALAH
Dari dasar inilah makalah memusatkan pembahasan dalam empat masalah yaitu:
1. Bagaimana gambaran ringkas Arab Saudi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Arab Saudi?
3. Bagaimana pola pedidikan Islam yang diterapkan di Saudi Arabiyah?

3. TUJUAN MAKALAH
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah:
1. Mengetahui gambaran ringkas tentang Arab Saudi.
2. Mengetahui bagaimana sejarah prkembangan Islam di Arab Saudi.
3. Mengetahui pola Pendidikan Islam yang diterapkan di Saudi Arabiyah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Singkat Perkembangan Islam di Kawasan Arab Sudi


Pendidikan Islam telah tumbuh dan berkembang seiring dengan gerakan dakwah
Islamiyah di Saudi Arabiyah, terlebih lagi pada masa Abbasiyah dan Umayyah dimana
peradaban Islam mencapai masa kejayaannya. Corak dan karakteristik pendidikan
Islam senantiasa mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman dari corak
tradisional ke corak yang rasional (modern) baik dari aspek kurikulum maupun
kelembagaan, metodologi dan sebagainya. Dalam konteks tersebut terdapat 5 (lima)
fase yang dijadikan acuan dalammemahami dan menjelaskan periodesasi pendidikan
Islam di Arab Saudi dan sekitarnya. Pertama; masa pembinaan, di awal masa awal
kenabian Muhammad Saw, kedua; masa pertumbuhan dan perkembangan (masa Nabi
Muhammad Saw sampai masa Khulafarrasyidin), ketiga; masa kejayaan, masa
pemerintahan Abasiyyah dan Umayyah, keempat; masa kemunduran pasca kehancuran
Baghdad dan Granada, kelima; masa pembaharuan atau modernisasi.
Studi pendidikan Islam di Arab Saudi dan sekitarnya menunjukkan dua pola
dalam mengembangkan pendidikannya. Pertama, pola pemikiran yang bersifat
tradisional, berpijak pada wahyu, kemudian berkembang menjadi pola pemikiran
sufistis dan mengembangkan pola pendidikan sufi, karenanya lebih menekankan aspek-
aspek bathiniah dan akhlak. Kedua, pola pemikiran rasional, yang mengedepankan akal
pikiran, lalu melahirkan pola pendidikan empiris rasional, pola ini sangat
memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material. Kedua pola tersebut
menghiasi dunia Islam sebagai dua pola yang berpacu, saling melengkapi dan berjalan
seiring hingga peradaban dan kebudyaan Islam mencapai masa kejayannya selama
kurang lebih tujuh abad.
Tetapi pada fase-fase selanjutnya pola pemikiran rasional diambil alih
pengembangannya oleh Barat, terutama Negaranegara Eropa, sementara pendidikan
Islam meninggalkan pola tersebut, sehingga dunia pendidikan Islam praktis tinggal
pola pemikiran sufistis. Tidak heran jika pola pendidikan yang dikembangkan tidak

6
lagi menghasilkan nilai-nilai budaya Islam yang bersifat material, sejak itulah
pendidikan dan kebudayaan Islam mulai mengalami kemadegan bahkan kemunduran.
Di sinilah arti pentingnya sejarah peradaban dan kebudayaan Islam sebagai bagian
integral dari tugas kaum intelektual muslim untuk terus melakukan kajian yang
intensif, komprehensif dan integral terhadap perkembangan peradaban di negara-negara
Islam.
Kajian tersebut terkait erat dengan persoalan sejarah, seperti diungkapkan oleh
Sayid Quthub bahwa “persoalan sejarah senantiasa akan sarat dengan pengalaman-
pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan
masyarakat. Menurutnya, sejarah bukanlah sekedar catatan peristiwa-peristiwa,
melainkan tafsiran peristiwa-perisitwa itu, dan pengertian hubunganhubungan nyata
dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam
waktu dan tempat”. Meskipun Semenanjung Arabiyah termasuk wilayah kekuaaan
Kerajaan Turki Usmany, tetapi Jazirah Arab secara resmi belum pernah tunduk kepada
Pemerintah Usmany di Turki. Secara geografis keberadaan Semenanjung Arabiyah
terpisah dari Turki, namun dari sisi historis maupun kultur budaya keduanya berbeda.
Permasalahannya bagaimana pola pedidikan Islam yangditerapkan di Saudi Arabiyah
dan dampaknya setelah jatuhnya Turki Usmani melalui pendekatan kesejarahan.

B. Pola Pendidikan Islam di Saudi Arabiyah


Saudi Arabiyah adalah sebuah kerajaan Islam dengan ibukotanya Riyadh. Selama
ribuan tahun Saudi dikuasai oleh badui-badui bangsa Semit. Sejak abad ke 6 M telah
dikuasai oleh Nabi Muhammad Saw. bersama pengikut-pengkutnya. Nama Saudi
Arabiyah telah digunakan sejak abad ke 18 M setelah dikuasai oleh keluarga Saud dari
golongan Wahabi. Saudi Arabiyah selalu mengaitkan sistem kenegaraannya dalam
segala aspek kehidupan warganya dengan agama Islam, termasuk bidang pendidikan.
Hal ini mutlak adanya mengingat Saudi Arabiyah merupakan pusat agama Islam, justru
eksistensi Mekkah dan Madinah sebagai titik sentral ritual ummat Islam sedunia
(khususnya ibadah haji).

7
Secara logis prinsip-prinsip agama Islam sangat dominan dalam praktek
pendidikan. Ciri-ciri terpenting pendidikan Islam di Saudi Arabiyah pada awal
perkembangannya adalah:
1. Agama Islam merupakan sendi-sendi utama bagi kepentingan pendidikan dan Al-
Qur’an merupakan sumber pengetahuan yang terutama, dengan mempelajariya
akan berkembanglah pengetahuan agama, pengetahuan hukum dan sebagainya.
2. Pendidikan agama Islam semula dilaksanakan di masjid-majid, kemudian di
berikan pula di madrasah-madrasah dan mendapat bantuan raja-raja dan
penduduk biasa.
3. Tujuan pendidikan Islam terutama adalah menanamkan kepercayaan akan adanya
satu Tuhan yang wajib disembah serta menanamkan akhlak untuk membentuk
manusia menjadi pribadi dan warga masyarakat yang berbudi luhur, sanggup
menegakkan kebenaran sesuai ajaran Islam.
Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa pola pendidikan di Kerajaan Saudi
Arabiyah masih relatif sederhana sesuai kondisi pemerintahan ketika itu sehingga
persoalan-persoalan pendidikan dapat diselesaikan dengan baik. Tetapi setelah sekian
lama bergelut dengan sistem pemerintahan kekhalifahan menyusul pecahnya Perang
Dunia pertama yang berhasil menumbangkan kekuasaan Turki Usmani, Saudi
Arabiyah mengalami beberapa perubahan mendasar pada sistem pemerintahan yang
juga berdampak pada sistem penyelenggaraan pendidikan.
Perubahan dalam sistem pendidikan ditandai dengan munculnya lembaga
pendidikan formal dalam bentuk persekolahan merupakan pengembangan dari sistem
pendidikan dan pengajaran yang telah sekian lama berlangsung di mesjidmesjid
maupun pusat-pusat pengajian lainnya. Maka sejak saat itu dimulailah pembaruan
sistem pendidikan Islam melalui 3 (tiga) pola pemikiran.
1. Pola pendidikan Islam yang mengacu kepada pola pendidikan modern di Eropa;
2. Pola yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam;
3. Pola yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing
dan yang bersifat nasionalisme.

4. Gagasan Pembaruan Pendidikan di Saudi Arabiyah

8
Pembaruan pendidikan Islam di Saudi Arabiyah dan sekitarnya tidak dapat
dipisahkan dengan kebangkitan gerakan pembaruan pemikiran Islam, justru kerangka
dasar dari 143 pembaruan pemikiran dan kelembagaan Islam merupakan prasyarat bagi
kebangkitan kaum muslimin di masa modern. Tanpa adanya perombakan pemikiran
Islam melalui gerakangerakan pembaruan pemikiran Islam, tidak dapat diwujudkan
pembaruan yang gemilang, termasuk pembaruan pendidikan Islam.9 Beberapa gerakan
pembaruan dimaksud antara lain adalah:
1. Gerakan Salafiyah
Pada pertengahan abad ke 18 di negara-negara Arab muncul suatu gerakan yang
berusaha menentang kebekuan, kelemahan dan keterbelakangan yang menimpa
dunia Islam di bawah Pemerintahan Turki Usmani yang dikenal dengan gerakan
salafiyah. Gerakan ini bersifat pendidikan, pembaruan dan konservatif. Dikatakan
konservatif, karena mengajak umat Islam untuk kembali kepada sumber-sumber
pokok ajaran Islam Al-Qur’an dan Hadits.
2. Gerakan Wahabiyah
Gerakan ini dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab berasal dari Nejad (Arab
Tengah) Saudi Arabiyah dan Hijaz pada tahun 1758. Gerakan ini merupakan
gerakan reformasi di dunia Islam seperti gerakan Sanusiyah di Libiya, gerakan
Mahdiyah Sudan, gerakan Pan Islamisme yang dipimpin oleh Jamaluddin al-
Afghani dan murid-muridnya Muhammad Abdul, Mohammad Rasyid Ridha, dan
Perang Paderi (di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat) yang
langsung mengambil dari gerakan Muhammad Abdul Wahab di Semenanjung
Arabiyah.
3. Gerakan Sanusiyah
Gerakan ini muncul di Libiya dipimpin oleh Muhammad Sanusi, aktivitasnya lebih
fokus di bidang pendidikan khusus pesantren-pesantren (Zawiyah) yang telah
didirikannya terutama di Barqah. Zawiyah dianggap sebagai institut ilmu, pusat
reformis, mahkamah untuk menyelesaikan perselisihan, sekolah menghafal Al-
Qur’an serta mendidik murid-murid dan da’i-da’i mengenal tariqat, dan mengawasi
negeri dari serangan musuh. Proses belajar mengajar dilakukan di semua masjid,
juga untuk shalat, sekolah Al-Qur’an dan sebagainya.

9
4. Gerakan pembaruan pendidikan di Mesir
Dalam upaya pembaruan pendidikan di Mesir terkenal dua tokoh utama,
Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh. Muhammad Ali Pasya adalah
pelopor pembaruan dan bapak pembangunan Mesir Modern. Meskipun tidak pandai
menulis dan membaca, Muhammad Ali Pasya sangat menyadari pentingnya arti
pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi kemajuan suatu bangsa. Di masa
pemeritahannya, ia mendirikan Kementerian Pendidikan dan lembaga-lembaga
pendidikan, seperti Sekolah Teknik, Kedokteran, Apoteker, Pertambangan,
Pertanian dan Penerjemahan. Disamping itu ia mengirim siswa-siswa ke Eropa
seperti Prancis, Italia, Inggris dan Austria untuk belajar berbagai disiplin ilmu yang
dibutuhkan.
5. Jatuhnya Turki Usmani
Turki Usmani sebagai salah satu kerajaan besar yang pernah berjaya di masanya
memiliki wilayah kekuasaan yang amat luas, termasuk Semenanjung Arabiyah.
Demikian luas wilayah kekuasaannya sehingga Sultan yang berkuasa menjelang
jatuhnya Turki Usmani tidak mampu mengurus seluruh akses kerajaan dan
mempertahankannya dari serangan musuhmusuhnya. Munir Ajlani dalam bukunya
“Tarikh Mamlakah fi Sirah Za’im Faishal” yang dikutip oleh H.Abu Bakar Bintang,
menegaskan bahwa secara resmi Jazirah Arab belum pernah tunduk kepada
Pemerintah Usmani di Turki.
6. Pendidikan Islam di Saudi Arabiyah
Pasca Jatuhnya Turki Usmani Saudi Arabiyah sebagai negara kerajaan (Kingdom of
Saudi) setelah jatuhnya Kesultanan Turki Usmani 1918, berada di bawah
pemerintahan Raja Abdul Aziz bin Abd. Rahman. Sebagai orang yang dibesarkan di
Istana Kerajaan, perhatiannya terhadap masalah pendidikan Islam tidak diragukan
lagi. Ia memandang perlunya pemuka-pemuka Islam berkaca pada aspek sejarah,
tidak hanya fokus pada pengalaman sejarah yang mengantarkan umat Islam
mencapai kejayaannya di masa lalu karena komitmen terhadap kebenaran Islam
secara kaffah, tetapi juga harus mampu melihat faktor-faktor penyebab
kemundurannya, karena meremehkan norma-norma ajaran Islam, mengakibatkan
jatuhnya Turki Usmani.

10
Arab Saudi adalah produser minyak mentah terbesar di dunia, namun masih jauh
tertinggal di bidang Pendidikan sebelum ditemukannya ladang minyak di negara tersebut.
Pendidikan dengan sistem modern di negara tersebut belum begitu lama. Departemen pendidikan
baru diresmikan 1953, sejak itulah mulai dimasukkan ilmu-ilmu modern. Sebelumnya hanyalah
dilakukan dalam bentuk pengajian agama Islam dengan sistem “halaqah” di mana murid duduk
di sekitar guru bertempat di Masjidil Haram atau masjid Nabawi. Sistem pendidikan di Arab
Saudi adalah tanggung jawab utama Departemen Pendidikan, Departemen Pendidikan Tinggi
dan Organisasi Umum Teknis Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan. Kemajuan yang diraih
Pemerintah Arab Saudi di bidang pendidikan dalam waktu menjelang 4 dasawarsa ini tentu saja
ditopang oleh kemapanan ekonomi terutama dari sektor pertambangan minyak dan akses atau
jasa haji. Sebagian penghasilan dari kedua sektor tersebut digunakan oleh Pemerintah untuk
mengontrak dosen-dosen berbobot dari luar negeri terutama dari Barat dalam rangka alih iptek.
Dalam masalah ilmu-ilmu keislaman, Pemerintah Saudi mendatangkan guru-guru / dosen-dosen
dari berbagai negara Arab terutama Mesir. Setelah masyarakat Saudi merasa bisa mandiri,
guruguru / para dosen kontrakan itu dipulangkan ke negerinya.

Hingga saat ini terdapat 14 universitas negeri dan sejumlah universitas swasta yang
tersebar di seluruh Saudi Arabiyah. Jumlah tersebut terus bertambah seiring dengan
meningkatnya jumlah lulusan SMTA tiap tahunnya. Beberapa universitas tertentu terdapat
mahasiswa asal Indonesia, seperti King Saud Iniversity, Al-Imam Muhammad ibn Saud
University di Riyadh, Ummul Qura University di Mekkah, Islamic University of Madinah di
Madinah, dan King Fahd University of Petrum and Mineral di Dahran, kesemuanya
menggunakan pengantar Bahasa Arab. Keberadaan beberapa universitas di Arab Saudi dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1 King Saud University (KSU)


Perguruan tinggi pertama di Arab Saudi, didirikan tahun 1377 H./ 1957 M di Riyadh,
memiliki 21 fakultas, yakni Sastra, Sains, Ilmu Administrasi, Pangan dan Pertanian,
Pendidikan, Teknik, Kedokteran Gigi, Ilmu Kedokteran Terapan, Farmasi, Komputer dan
Informatika, Pelayanan Masyarakat, Keperawatan, Parawisata dan Arkeologi, Lembaga
Bahasa Arab, Sains di Kharaj, Sosial di Riyadh, Huraimala dan Majmaah. KSU
memberikan beasiswa kepada mahasiswa Saudi dan non Saudi, sejak tahun 2007

11
membuka kesempatan beasiswa internasional untuk bidang umum (teknik, ilmu komputer,
ilmu kesehatan, pertanian dan ilmu pangan).
2 Al Imam Muhammad ibn Saud University
Perguruan tinggi khusus Studi Islam, memiliki fasilitas modern serta memiliki cabang di
berbagai negara termasuk di Indonesia. D Indonesia dikenal sebagai Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia dan Arab (LIPIA) di Jakarta. Mahasiswa S-1 di LIPIA diberi
kesempatan melanjutkan program S-2 dan S-3 ke Saud University di Riyadh.
3 King Fahd University of Petroleum and Mineral (KFUPM)
Sesuai namanya memfokuskan pada kuliah teknik perminyakan, teknik dan mineral .
Sebanyak 60 % tenaga pengajarnya berasal dari luar negeri, termasuk dari Indonesia, dan
hanya menerima mahasiswa asing untuk program S-2 dan S-3.
4 Islamic University of Madinah,
Selain membuka studi Islam jenjang Diploma, juga Program Strata Satu ( S-1), S-2 dan S-
3. Univeritas ini terletak dekat dengan makan Rasulullah 160 Saw dan Masjid Nabawi,
memiliki lima fakultas, yakni Fakultas Syari’ah, Da’wah dan Ushuluddin, Al-Qur’an dan
Dirasah Islamiyh, Bahasa Arab, Hadits dan Dirasah Islamiyah.
5 Abdul Aziz University, memiliki berbagai fakultas dan jurusan, cukup terkenal dengan
fakultas kedokterannya, dan sebagainya.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perkembangan Studi Islam di Kawasan Arab Saudi sejak diproklamasikan sebuah


negara dengan sistem kerajaan, ditandai dengan berkembangnya paham Islam Wahabiah
yang dipelopori oleh Muammad ibn abd al-Wahhab ini meluas dan semakin eksis di Arab
Saudi. Pendidikan Islam di Saudi Arabiyah telah mengalami perkembangan pesat seiring
dengan gerakan pembaruan pemikiran di bidang pendidikan Islam oleh sejumlah tokoh
reformis. Keberhasilan pendidikan Islam serta penerapan teknologi di Saudi Arabiyah
karena ditopang dengan adanya sumber daya alam (SDA) berupa kekayaan minyak dan
gas yang luar biasa. Tidak heran jika eksistensi Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta
dan penerapan riset tekonologi modern telah membawa perubahan besar dalam
kehidupan masyarakat Arab Saudi dalam upaya pemerintah Kerajaan Saudi Arabiyah
mensejahterakan masyarakatnya.

B. SARAN

Dengan melihat kesimpulan tersebut, maka implikasinya bahwa kajian tentang


perkembangan Studi Islam di Arab Saudi, sangat memungkinkan untuk dikaji dan
dikembangkan lebih lanjut. Dan harus disadari bahwa tantangan yang harus diwaspadai
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabiyah adalah faham-faham keagamaan yang bertentangan

13
dengan nilai-nilai ajaran Islam sesuai tuntutan Al-Qur’an dan Hadits yang tidak mustahil
dihembuskan dari negara-negara tetangganya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz, Sulaiman. (2016). Pendidikan Islam di Saudi Arabiyah dan Sekitarnya Pasca
Jatuhnya Turki Usmani. Tarbiyah Assultaniya, 8(1), 31.
2. Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta :
Bulan Bintang, 2003.
3. Suwito – Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Cet. Kedua, Jakarta : Fajar
Interpratama Offset, 2008.
4. Thohir, Ajid, Perkembangan Islam di Kawasan Dunia Islam Cet I; Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.

14

Anda mungkin juga menyukai