Anda di halaman 1dari 12

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 5 Keterampilan Berbahasa


Produktif
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterampilan Berbicara
2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara
3. Keterampilan Menulis
4. Pembelajaran Keterampilan Menulis

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Daftar peta konsep KB 1 Keterampilan Berbicara
(istilah dan definisi) di 1. Hakikat Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bertujuan
modul ini untuk mengungkapkan ide, gagasan, serta perasaan secara
lisan sebagai proses komunikasi kepada orang lain.

2. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara


Kemampuan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu penguasaan kebahasaan dan non kebahasaan.
Kedua faktor tersebut akan dijelaskan berikut ini:
1) Faktor Kebahasaan
Keefektifan berbicara seseorang sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor kebahasaan yang dikuasainya. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah: ketepatan ucapan (tata
bunyi), penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang
sesuai, pilihan kata (diksi), dan kalimat efektif.
a. Ketepatan Bunyi
Dalam hubungannya dengan olah suara atau tata
bunyi ini, Pringgawidagda (2003:9) menyampaikan hal-
hal yang harus diperhatikan berikut ini. (1) Logat baku
tidak bercampur dengan dialek tak baku. (2) Lafal
harus jelas dan tegas. (3) Nafas yang kuat agar dapat
menguraikan kalimat yang cukup panjang atau tidak
terputus dalam wicara. (4) Tempo (cepat lambat suara)
dan dinamik (intonasi, tekanan, aksen) suara.7 (5)
Penghayatan, berbicara memerlukan penjiwaan agar
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi
b. Penempatan tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi
Tekanan berhubungan dengan keras lemahnya suara,
nada berhubungan dengan tinggi-rendahnya suara,
sendi atau tempo berhubungan dengan cepatlambatnya
berbicara, dan durasi atau jeda menyangkut
perhentian.
c. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata merupakan hal yang dilakukan secara
tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran.
Pilihan kata dalam sebuah pembicaraan juga harus
disesuaikan dengan pokok pembicaraan dan dengan
siapa kita berbicara atau berkomunikasi.
 ketepatan dalam penggunaan kata-kata, pembicara
perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a)
Hindari kata-kata klise b) Gunakan bahasa
pasaran secara hati-hati c) Hati-hati dalam
penggunaan kata-kata pungut d) Hindari
vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan e)
Jangan menggunakan penjulukan f) Jangan
menggunakan eufemisme yang berlebih-lebihan.
 Kemenarikan dalam penggunaan kata-kata,
pembicara harus memperhatikan hal-hal berikut
ini. a) Pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung
diri khalayak. b) Gunakan kata berona, yaitu kata-
kata yang dapat melukiskan sikap dan perasaan,
atau keadaan. c) Gunakan bahasa yang figuratif,
yaitu bahasa yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga menimbulkan kesan yang indah (gaya
bahasa). d) Gunakan kata-kata tindak (action
words), dengan cara menggunakan kata-kata aktif.
d. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah Kalimat yang benar dan jelas
yang dapat dengan mudah dipahami pendengar sesuai
dengan maksud pembicara disebut kalimat efektif.
Kalimat efektif memiliki ciri-ciri keutuhan, perpautan,
pemusatan perhatian, dan kehematan.

2) Faktor Non Kebahasaan


Faktor-faktor yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah
(1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, (2) kontak
mata atau pandangan harus diarahkan kepada audien
atau khalayak pendengar, (3) gerak-gerik dan mimik yang
tepat, (4) kenyaringan suara, (5) kelancaran, dan (6)
relevansi atau penalaran.

3. Persiapan dan Strategi Keterampilan Berbicara


Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan oleh seseorang
sebelum berbicara adalah menganalisis tujuan, menemukan
kata kunci, memahami suasana teks, penggunaan bahasa
tubuh, dan pemilihan metode. Kelima hal tersebut akan
dijelaskan berikut ini.
1) Menganalisis tujuan dalam berbicara dapat dirumuskan
sebagai proses transfer pengetahuan secara akurat,
menumbuhkan minat, mendorong perubahan berperilaku
dan merangsang imajinasi/kreativitas.
2) Menentukan kata kunci artinya pembicara menentukan
kata kunci secara detail dengan cara menggarisbawahi
setiap kata penting.
3) Memahami suasana teks merupakan pemahaman suasana
teks yang dapat membantu penafsiran dengan tepat,
pemahaman suasana teks seperti riang, sopan, serius,
kagum, dan humor harus dimiliki oleh seorang pembicara.
4) Penggunaan bahasa tubuh (gesture) ketika berbicara akan
membantu penyampaian pesan secara jelas kepada
audiens. Gesture berkaitan erat dengan nilai rasa,
perasaan pikiran, dan pemaknaan sesuatu.
5) pemilihan strategi berbicara dapat dibedakan berdasarkan
ada dan tidaknya teks. Strategi-strategi tersebut adalah
sebagai berikut.
 Impromptu (spontan) Artinya pembicara tidak ada
persiapan untuk bicara, jadi sifatnya spontan.
 Hafalan Artinya sebelum bicara pembicara telah
mempersiapkan naskah pidatonya, kemudian
menghafalkannya kata demi kata.
 Naskah Artinya ketika bicara pembicara membacakan
naskah/teks yang telah disusunnya.
 Ekstemporan (tanpa teks) Artinya pembicara hanya
membawa catatan-catatan penting yang akan
disampaikan ketika dipanggung

4. Ragam Keterampilan Berbicara


Ragam keterampilan berbicara terbagi menjadi dua jenis yaitu
berbicara retorik dan dialektik. Kedua jenis berbicara tersebut
akan diurakan secara lengkap berikut ini:
1) Berbicara retorika
Berbicara retorika merupakan ilmu tentang seni berbicara
secara monolog, dimana hanya seorang yang berbicara dan
lainnya sebagai audien saja. Bentuk-bentuk yang tergolong
dalam retorika monologika adalah pidato, ceramah,
bercerita, dan deklamasi.
 Berpidato adalah jenis berbicara yang bersifat satu
arah.
 Ceramah adalah keterampilan berbicara satu arah.
 Bercerita adalah rangkaian peristiwa yang
disampaikan secara lisan, baik dari kejadian nyata
(nonfiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).
 Berdeklamasi adalah berbicara yang memiliki sifat
dan gaya yang khas.
2) Berbicara Dialektika
Berbicara dialektika adalah keterampilan menuangkan
hasil pikiran secara teratur, logis, dan teliti yang diawali
dengan tesis, antitesis, dan sintesis melalui Bahasa lisan.
Bentuk berbicara dialektika adalah diskusi, rapat,
wawancara, talkshow/percakapan dan debat.
 Diskusi adalah bertukar pikiran mengenai suatu
masalah yang sifatnya actual dan menyankut
kepentingan umumdan keputusan yang diambil
secarah musyawarah.
 Seminar adalah jenis berbicara yang berlangsung
antara seorang pembicara dengan beberapa orang
penyimak.
 Wawancara adalah suatu percakapan antara dua
atau lebih yang dilakukan oleh pewawancara dan
narasumber.
 Percakapan (talkshow) dilakukan dua orang atau
lebih oleh moderator kepada narasumber.
Percakapan bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang akurat dari narasumber terkait
bidang atau keahlian yang dimiliki narasumber.
 Debat adalah kegiatan berbicara dalam bentuk dua
arah. Masing-masing pembicara beradu argumen
(pendapat) masing-masing dengan memberikan
alasan-alasan yang logis dan dapat diterima.
KB 2 Pembelajaran Keterampilan Berbicara

1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara


Pembelajaran keterampilan berbicara di jenjang SMP dan SMA
bertujuan membina dan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi serta melatih peserta didik agar menguasai
aspek-aspek kemampuan berbahasa secara verbal atau lisan.
Keterampilan berbicara berdasarkan kurikulum 2013
menekankan pada keterampilan menyampaikan secara lisan
berbagai teks yang dipelajari.

2. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara


Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara Metode
pembelajaran merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari
proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode
pembelajaran merupakan suatu cara yang dipilih oleh seorang
guru untuk menyampaikan pelajaran agar mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
1) metode pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki
fungsi sebagai berikut.
a. Sebagai cara atau alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran atau membentuk kompetensi siswa.
b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh
siswa dan guru kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk
menentukan alat penilaian dalam pembelajaran.
d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
bimbingan dalam kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.

2) Penerapan metode pembelajaran berbicara akan diuraikan


berdasarkan sintaknya berikut ini.
a. Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik adalah suatu proses pembelajaran
yang dirancang supaya peserta didik secara aktif
mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui
kegiatan mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan
(Hosnan, 2014). Berikut ini deskripsi singkat
penerapan pendekatan saintifik dalam pelajaran
berbicara
 Mengamati (observing) - Melihat, mengamati,
membaca, mendengar, menyimak untuk bahan
berbicara
 Menanya (questioning) - Mengajukan
pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang
bersifat hipotesis untuk mendukung
kemampuan berbicara (isi, Bahasa, dan
nonbahasa)
 Mencoba (experimenting) - Menentukan data
yang akan diperlukan dari pertanyaan yang
diajukan - Menentukan sumber data (benda,
dokumen, buku, eksperimen) - Mengumpulkan
data untuk berbicara
 Menalar (associating) - Menganalisis data dalam
bentuk membuat kategori, menentukan
hubungan data/kategori - Menyusun urutan
data atau ide untuk berbicara
 Mengkomunikasikan (communicating) -
Menyampaikan hasil konseptualisasi secara
lisan.

b. Metode Two Stay Two Stray


Metode Two Stay Two Stray, memungkinkan setiap
kelompok untuk saling berbagi informasi dengan
kelompok-kelompok lain (Huda (2014: 140). Langkah-
langkah pembelajaran berdiskusi terkait isi puisi
berkenaan dengan gambaran penginderaan, prasaan,
pikiran, dan imajinasi melalui diskusi dengan
menggunakan metode Two Stay Two Stray sebagai
berikut.
 Berkelompok - Siswa membentuk kelompok
masing-masing terdiri dari 4 siswa
 Membaca - Membaca teks puisi yang telah
dipilih
 Berdiskusi - Berdiskusi teks puisi yang dibaca
untuk menemukan gambaran penginderaan,
perasaan, pikiran, dan imajinasi dalam puisi -
Dua orang siswa berkunjung ke kelompok lain
untuk mencari dan menemukan informasi baru.
- Dua siswa tinggal dalam kelompok
memaparkan hasil diskusi mereka kepada dua
tamu dari kelompok lain
 Pemaparan - Dua siswa sebagai tamu kembali
ke kelompok masing-masing untuk
memaparkan informasi yang ditemukan dari
kelompok lain kepada dua siswa yang tinggal di
dalam kelompok - Siswa dalam kelompok
berdiskusi membahas informasi yang
ditemukan, apakah terdapat persamaan atau
perbedaan
 Presentasi - Menyampaikan hasil
konseptualisasi secara lisan - Setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi dihadapan
kelompok lain untuk menyamakan pendapat
dan menyelesaikan perbedaan pendapat.

c. Metode Bermain Peran (role playing)


Metode bermain peran merupakan sebuah metode yang
digunakan dalam pembelajaran bahasa khususnya
pembelajaran keterampilan bercerita.

Tujuan metode bermain peran seperti yang


diungkapkan oleh Soeparno (2008: 101) antara lain: (1)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan berbicara menggunakan kalimat yang
sesuai dengan pola yang telah diajarkan; (2)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
memahami kalimat- kalimat yang diucapkan orang lain
secara tepat sesuai dengan apa yang dimaksudkan; (3)
melatih siswa untuk menghadapi situasi yang terjadi di
dalam masyarakat yang sebenarnya; (4)
mengembangkan dan menanamkan sikap serta 31
tingkah laku yang baik serta dapat mengoreksi sikap
serta tingkah laku yang kurang baik. Langkah-langkah
metode bermain peran adalah sebagai berikut.
a) Persiapan - Guru membagi siswa ke dalam
kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
lima orang. - Guru membagikan skenario yang
akan diperankan oleh masing-masing
kelompok. Setiap kelompok mendapatkan
skenario dengan judul yang berbeda. - Guru
membagikan lembar kerja dan bintang untuk
membahas/menilai penampilan masing-masing
kelompok. - Guru mengundi setiap kelompok
untuk menentukan urutan praktik bercerita di
depan kelas. - Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya mengenai hal- hal
yang belum paham mengenai metode bermain
peran.
b) Pelaksanaan - Guru mengatur jalannya
bermain peran. - Setiap kelompok maju sesuai
nomor undian, setiap kelompok akan bercerita
sesuai perannya masingmasing - Kelompok
yang belum mendapatkan giliran akan
memperhatikan dan menilai penampilan dari
kelompok yang sudah tampil. - Guru
memberikan bantuan kepada siswa jika ada
yang mendapatkan kesulitan dalam
memainkan peran. - Masing-masing kelompok
akan mendapatkan bintang setelah praktik
bercerita sebagai penghargaan dari kelompok
lain. - Kelompok dengan bintang terbanyak
menunjukkan bahwa penampilannya terbaik. -
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulan penilaian setelah selesai praktik
bercerita.
c) Penutup - Guru dan siswa melakukan diskusi
tentang jalannya proses pembelajaran
keterampilan bercerita menggunakan metode
bermain peran. - Siswa memberikan kritik dan
saran terhadap jalannya proses pembelajaran
keterampilan bercerita menggunakan metode
bermain peran. - Guru dan siswa membuat
kesimpulan sebagai penutup pembelajaran.

d. Media Kartu Bergambar (Flash card)


Kartu merupakan sebuah media yang terbuat dari
kertas dengan ukuran tertentu yang digunakan sebagai
alat peraga untuk keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah. Kartu gambar termasuk ke dalam jenis media
visual atau media yang dapat dilihat.. Flash card
adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-
kata. Maka, kartu gambar atau flash card adalah kartu
yang mempunyai ukuran tertentu yang berisikan
gambar

a) Membaca - Peserta didik mendengarkan


penjelasan dari guru mengenai materi bercerita
dan cara bercerita yang baik. - Peserta didik
mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
maksud pembelajaran yang akan dilakukan
dengan menggunakan media kartu bergambar
serta contoh pembuatan dan penggunaan
media kartu bergambar.
b) Menggambar - Peserta didik secara
berkelompok mempersiapkan cerita tokoh idola.
- Peserta didik membuat kartu bergambar
sesuai tokoh idola masing-masing. - Peserta
didik berdiskusi dengan temannya tentang
kesesuaian media kartu gambar dan karakter
tokoh idola
c) Bercerita - Peserta didik maju bercerita tokoh
idola menggunakan media kartu bergambar
yang telah dibuatnya. - Guru memberikan
apresiasi kepada siswa yang bercerita

3. Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara


Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu
penilaian, pengukuran, dan tes., pengukuran adalah penilaian
yang berupa data-data kuantitatif, dan tes adalah cara untuk
mendapatkan informasi tentang peserta didik (Nurgiyantoro,
2009:5)
1) Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui
apakah keluaran suatu program telah sesuai dengan
tujuan atau kriteria yang sudah ditentukan. Ada dua jenis
penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbicara,
yaitu penilaian proses dan penilaian hasil.
a. Penilaian proses dilakukan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung untuk menilai sikap siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam
penilaian proses digunakan lembar penilaian sikap
(afektif) yang terdiri dari aspek: (1) kedisiplinan; (2)
minat; (3) kerja sama; (4) keaktifan; dan (5) tanggung
jawab.

b. Penilaian hasil dilakukan berdasarkan unjuk kerja


yang dilakukan siswa ketika menyajikan kompetensi
berbicara yang dituntut kurikulum atau
mempresentasikan secara individual. Dalam penilaian
hasil digunakan rubrik dengan aspek yang dinilai,
yaitu (1) kelancaran menyampaikan
pendapat/tanggapan; (2) kejelasan vokal; (3) ketepatan
intonasi; (4) ketepatan pilihan kata (diksi); (5) struktur
kalimat (tuturan); (6) kontak mata dengan pendengar;
(7) ketepatan mengungkapkan gagasan disertai data
tekstual.

4. Implementasi Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu
pada Standar Isi.
1) Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka
pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.
Silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran,
b. identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan
kelas,
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara
kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran,
d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang terkait muatan atau mata pelajaran,
e. tema (khusus SD),
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-
butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi,
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan,
h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan 38
pencapaian hasil belajar peserta didik,
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran
dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau
satu tahun, dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang
relevan

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana


kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan
atau lebih. penyusunan RPP hendaknya memperhatikan:
a. perbedaan individual
b. partisipasi aktif
c. berpusat pada peserta didik
d. pengembangan budaya membaca dan menulis
e. pemberian umpan balik (penguatan, pengayaan, dan
remedi)
f. keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
g. mengakomodasi keragaman budaya
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif.

KB 3. Keterampilan Menulis

1. Konsep Dasar Menulis


Menulis merupakan kemampuan seseorang menuangkan ide,
gagasan atau gambaran yang ada di dalam pikiran manusia
dalam bentuk karya tulis yang dapat dibaca, dipahami dan
dimengerti orang lain.

2. Ragam dan Faktor-faktor Pendukung Menulis


Ragam karya tulis dibedakan menjadi dua jenis yaitu ragam
fiksi (sastra) dan ragam nonfiksi.
1) Ragam fiksi (sastra) contohnya ragam karya fiksi misalnya
novel, cerpen, puisi, cerita rakyat dsb.
2) Ragam nonfiksi
Berdasarkan strukturnya, ragam nonfiksi dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu ragam ilmiah dan
faktual.
a. Ragam karya tulis ilmiah
Ragam karya tulis ilmiah merupakan karangan yang
ditulis dengan mengikuti kaidah-kaidah keilmiahan
baik dari segi isi, bahasa dan sistematikanya,
contohnya esai, makalah, artikel, proposal, dan laporan
penelitian.
b. Ragam karya tulis faktual
Ragam karya tulis faktual merupakan sebuah proses
komunikasi atau pemberian ide, gagasan, dan pikiran
dalam bentuk bahasa tulis berdasarkan fakta-fakta.
contohnya teks deskripsi, narasi, eksposisi, eksplanasi,
prosedur.

3. Pendekatan Proses Menulis


Pendekatan pembelajaran menulis yang dulu menekankan
pada hasil tulisan saat ini bergeser ke pendekatan proses,
yakni pendekatan pembelajaran menulis yang menekankan
bagaimana caranya menulis. Penulis perlu serangkaian
aktivitas yang melibatkan beberapa fase. Fase-fase tersebut
yaitu prapenulisan (persiapan), penulisan (pengembangan isi
karangan) dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau editing).
Ketiga fase tersebut akan dijabarkan seperti berikut ini
1) Pra menulis
Pramenulis adalah tahap persiapan untuk menulis. Hal-hal
yang dilakukan pada tahap pramenulis adalah: (1) memilih
topik, (2) mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan
pembaca, serta (3) mengidentifikasi dan menyusun ide-ide.
2) Penulisan
Kegiatan menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta,
gagasan, sikap, pikiran, argumen, perasaan dengan jelas
dan efektif kepada pembaca.
3) Pascapenulisan
Pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan
penyempurnaan tulisan kasar yang dihasilkan.

4. Penggalian Ide
Strategi paling baik untuk menggali ide adalah membaca.
Dengan membaca, kita akan memperoleh informasi seluas-
luasnya sebagai bahan untuk menulis. Dalam menulis,
terdapat beberapa cara mudah untuk memperoleh ide seperti
membaca di perpustakaan, internet, kejadian sehari-hari,
seminar, diskusi, wawancara dan pengalaman pribadi.

KB 4. Pembelajaran Keterampilan Menulis

1. Pembelajaran Keterampilan Menulis


Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013
berdasarkan pendekatan genre teks. Artinya, pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 memuat Kompetensi Dasar (KD) yang
didalamnya berorientasi pada teks dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Menulis


Model pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang
digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang didalamnya terdapat strategi, teknik,
metode, bahan, media dan alat penilaian pembelajaran.
1) Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar, yaitu :
a. syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran,
b. social system, yakni suasana dan norma yang berlaku
dalam pembelajaran,
c. principles of reaction, menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan
merespons siswa,
d. support system, segala sarana, bahan, alat, atau
lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran,
dan
e. instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang
diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar
(instructional effects) dan hasil belajar di luar yang
disasar (nurturant effects)

2) Model pembelajaran digunakan dalam pembelajaran


menulis sesuai dengan tujuan dan genre teksnya. Model
pembelajaran yang direkomendasikan kemendikbud sesuai
Kurikulum 2013 sebagai berikut:
a. Model pembelajaran saintifik adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara
aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip
melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan.
b. Pembelajaran Berbasis Masalah menggunakan
pendekatan untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan siswa dalam berdiskusi dan bekerja sama
dalam kelompok juga dapat dikembangkan dengan
PBL.
c. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model
pembelajaran yang diorientasikan untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar
siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan,
melaksanakan penelitian, dan menghasilkan produk
tertentu yang dibingkai dalam suatu wadah bernama
proyek pembelajaran.
d. Discovery Learning/Inquiry.
Inquiry didefinisikan sebagai “bertanya tentang” atau
“mencari informasi dengan cara bertanya”, sedangkan
dalam kamus American Heritage, discovery disebut
sebagai “tindakan menemukan”, atau “sesuatu yang
ditemukan lewat suatu tindakan”.
e. Strategi Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC)
CIRC merupakan salah satu strategi kooperatif yang
dapat dipergunakan dalam pembelajaran menulis dan
seni berbahasa. Tujuan utama dari pembelajaran
menulis menggunakan strategi CIRC adalah untuk
merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
pendekatan proses menulis pada pembelajaran menulis
dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan
kehadiran teman satu kelas.
f. Strategi Think Pair and Share (TPS)
Model pembelajaran think pair and share atau berpikir,
berpasangan, dan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Model
pembelajaran think pair and share merupakan sebuah
kegiatan pembelajaran diskusi kelas yang dapat
memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir,
menanggapi dan saling membantu.

3. Penilaian Keterampilan Menulis


Alat penilaian kemampuan menulis dapat terdiri atas
komponen seperti penguasaan struktur teks, isi teks, dan
bahasa (mekanik). Penilaian ini disusun skala skor: 1 – 4. Skor
1 berarti sangat kurang, 2 berarti cukup, 3 berarti baik dan
skor 4 berarti sangat baik.

4. Implementasi Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran


Mencapai pengajaran yang optimal dalam
mengimplementaikan Kurikulum 2013, guru berkesempatan
menyusun sendiri Rencana Pembelajaran berdasarkan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) penentuan kompetensi
inti, (2) penentuan kompetensi dasar, (3) pengembangan
indikator, (4) pemilihan materi pembelajaran, (5) penggunaan
metode & media pembelajaran, (6) langkah-langkah
pembelajaran, dan (7) penilaian

2 Daftar materi yang sulit KETERAMPILAN BERBICARA


 Persiapan dan Strategi Keterampilan Berbicara
dipahami di modul ini PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA
 metode pembelajaran berbicara
KETERAMPILAN MENULIS
 Pendekatan Proses Menulis
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS
 Model pembelajaran

3 Daftar materi yang PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA


 metode pembelajaran berbicara
sering mengalami  Evaluasi dan penilaian
miskonsepsi KETERAMPILAN MENULIS
 Pendekatan Proses Menulis

Anda mungkin juga menyukai