Anda di halaman 1dari 7

KEBAKARAN HUTAN AMAZON SEBAGAI PENYEBAB

PENINGKATAN PEMANASAN GLOBAL

Disusun Oleh :

Nama : Marshella Wijaya


NIM : 21.E1.0090

Dosen Pengampu:
Team Dosen

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2022
I. PENDAHULUAN

A. Permasalahan Pemanasan Global

Pemanasan global merupakan salah satu fenomena alam yang sampai


kini masih menjadi topik pembahasan di dunia. Kegiatan industri, produksi
listrik, gas buang kendaraan bermotor merupakan kegiatan-kegiatan yang
menjadi penyebab terjadinya suatu proses pemanasan global. Hal lainnya yaitu
kebakaran hutan, kebakaran hutan mampu membuat bumi mengalami
perubahan iklim serta membuat banyak gas emisi dan gas buang di udara,
sehingga udara panas yang terdapat di dalamnya kesulitan untuk memantul
kembali ke angkasa luar.

Sejak revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida, metana, dan


gas rumah kaca di dalam atmosfer meningkat. Sejak akhir abad ke-19, rata-
rata temperatur permukaan bumi meningkat 0,6 derajat Celsius,

B. Identifikasi Masalah

Pemanasan global disebabkan oleh bahan bakar fosil seperti minyak


bumi, batu bara, dan gas alam yang melepas karbon dioksida (CO2) dan gas-
gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Pemanasan
global ini pun meningkat saat hutan Amazon yang dikenal sebagai paru-paru
dunia mengalami kebakaran

Kebakaran hutan Amazon ini berdampak pada kenaikan suhu dan


menyumbang banyak gas pembakaran ke atmosfer. Selain produksi oksigen
yang berkurang, kebakaran hutan Amazon ini juga memperparah pemanasan
global yang menyumbang karbon ke lapisan atmosfer bumi.

II. LANDASAN TEORI

A. Teori Pemanasan Global

Pemanasan global adalah ketidakseimbangan bumi akibat terjadinya


proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Hal ini
terjadi akibat dari gas rumah kaca, seperti; karbon dioksida, metana, dinitro
oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di
atmosfer. Emisi ini dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil serta
penggundulan dan pembakaran hutan. Atmosfer yang semakin penuh dengan
gas-gas rumah kaca ini menjadi insulator yang menahan lebih banyak pantulan
panas matahari dari bumi

Efek gas rumah kaca ini diibaratkan adalah kaca yang menutupi bumi
seperti halnya kaca di atas rumah kaca yang digunakan untuk pembudidayaan
dan penelitian tanaman. Terjadi kenaikan temperatur di dalam rumah kaca
dikarenakan sinar matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali
oleh benda-benda di dalam ruangan rumah. Akibatnya, sinar yang
terperangkap dan terus memantul itu menjadikan suhu di dalam ruangan
rumah kaca meningkat dan menjadi lebih tinggi dari pada di luarnya. Hal
inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca.

Di bumi sendiri, setelah melalui penyerapan berbagai sinar di atmosfer,


pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi sebagian radiasinya dipantulkan
dan sebagian diserap oleh bumi. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi oleh
bumi sebagai sinar inframerah yang bergelombang panjang. Sinar tersebut di
atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap air sehingga
menyebabkan sinar tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas
terperangkap di lapisan atmosfer terendah, yaitu troposfer. Akhirnya hal ini
meningkatkan suhu di bumi maupun di lapisan troposfer.

B. Dampak Pemanasan Global

Dampak yang disebabkan oleh pemanasan global antara lain,

 Cuaca

Selama pemanasan global, daerah bagian Utara yaitu Northern


Hemisphere akan cenderung lebih memanas dari daerah-daerah lain di Bumi.
Hal ini mengakibatkan daratan akan mengecil karena gunung-gunung es
mencair karena lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Dan
untuk daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, kemungkinan
tidak akan mengalami salju lagi. Kemudian pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang tertutup salju akan menipis karena salju yang lebih
cepat mencair. Dan Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan
cenderung untuk meningkat.
 Tinggi muka laut

Lapisan permukaan lautan juga akan menghangat ketika atmosfer


menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan ini juga akan mencairkan banyak es di kutub,
terutama sekitar Greenland, yang menjadikan lebih banyak volume air di laut.
Dan juga Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.

 Hewan dan tumbuhan

Oleh sebab sebagian besar lahan telah dikuasai manusia, hewan dan
tumbuhan menjadi sangat sulit untuk menghindar dari efek pemanasan global
ini. Hewan cenderung akan bermigrasi ke atas pegunungan atau arah kutub.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya. Akan tetapi, pembangunan
manusia menghalangi perpindahan ini. Beberapa tipe spesies yang tidak
mampu secara cepat berpindah menuju kutub memiliki kemungkinan akan
punah.

 Kesehatan manusia

Para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena


penyakit atau meninggal karena stres panas. Seperti halnya wabah penyakit
yang biasa ditemukan di daerah tropis, nyamuk dan hewan pembawa penyakit
lainnya yang akan meluas dan berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu
dingin bagi mereka. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar
seperti demam berdarah, malaria, demam kuning, dan ensefalitis.

C. Teori Hutan, Hutan Amazon, dan Kebakaran Hutan Amazon

Hutan adalah wilayah yang memiliki banyak makhluk hidup yang


berisi tumbuh-tumbuhan, semak, rumput, jamur, binatang liar, serta makhluk
hidup lainnya yang bertempat tinggal di hutan. Hutan juga terdiri dari udara,
air, dan tanah. Hutan mempunyai hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya, kandungan oksigen yang dihasilkan dari hutan
digunakan untuk bernafas bagi setiap makhluk hidup. Tetapi di tahun 2019
dan 2020 terjadi kebakaran di Hutan Amazon, yang mana merupakan hutan
terluas di dunia dan menjadi paru-paru bagi dunia.
Hutan Amazon adalah hutan hujan di Amazon, Amerika Selatan. hutan
Amazon memiliki luas yaitu sekitar 670.000.000 hektar (1,7 x 109 hektar) atau
6,7 juta kilometer persegi. Dengan terletak di sembilan negara, yaitu Brasil,
Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname,
dan Guyana Prancis. Dan 60% dari jumlah keseluruhannya terletak di Brazil.

Hutan Amazon sering disebut sebagai paru-paru dunia karena hutan


Amazon adalah hutan yang paling banyak menyerap karbon dioksida di dunia.
Tanpa kehadiran hutan Amazon sebagai penyerap karbon dioksida, maka akan
dikhawatirkan terjadinya penaikan suhu global yang sangat tinggi. Hutan
Amazon menghasilkan 30% dari seluruh oksigen di bumi dan disebut neraka
hijau karena setiap tahun sungainya meluap. 30% dari jumlah seluruh binatang
dan 50% dari seluruh spesies tanaman ada di hutan Amazon, sehingga
membuat semua terlihat sama karena lebatnya hutan dan banyak serangga dan
makhluk hidup lain yang sebagian besar belum dinamai.

III. PEMBAHASAN

Hutan Amazon adalah hutan tropis terbesar di dunia. Kawasan ini merupakan
reservoir biologis terkaya dan paling beragam di dunia. Kawasan yang dijuluki “paru-
paru dunia” ini menyumbang sekitar 30% oksigen dunia dan membantu mengatur
suhu di bumi. Dampak terjadinya kebakaran hutan Amazon ini yaitu selain adanya
pengurangan produksi oksigen, kebakaran ini juga memperparah pemanasan global
dan justru akan terus menyumbang karbon ke lapisan atmosfer bumi.

Api yang menjalar di kawasan Amazon Brasil pada tahun 2019 mencapai


18.627 kilometer persegi, dan di tahun 2020 tercatat adanya 28.892 titik yang
terbakar, Angka itu meningkat 61% dibandingkan dengan bulan yang sama pada
2019. Efek jangkauan terjauh dan berskala besar dari pembakaran hutan Amazon
adalah kontribusi terhadap pemanasan global melalui efek rumah kaca. Kontribusinya
sekitar 5-7% dari total bahan bakar fosil global. Persentase pelepasan karbon memiliki
kontribusi yang lebih sedikit jika dibandingkan dari kontribusi efek rumah kaca.
Karena bagian dari karbon dilepaskan dalam bentuk metana, dan jauh lebih kuat
dalam memprovokasi efek rumah kaca per ton karbon dari pada karbon dioksida.

Selama musim kemarau, kebakaran hutan biasa terjadi di Amazon. Peristiwa


ini dapat disebabkan oleh sambaran petir, gesekan ranting, pembukaan lahan untuk
tanaman atau penggembalaan ternak. Dampak yang langsung dirasakan adalah
pencemaran udara dari asap yang ditimbulkan, mengakibatkan gangguan pernapasan
dan alih-alih menjadi menyumbang oksigen bagi dunia, hutan Amazon yang terbakar
di wilayah Brasil itu justru menyumbang karbon dalam jumlah yang cukup besar ke
lapisan atmosfer bumi.

NASA mengatakan dengan meningkatnya kebakaran hutan karena perubahan


iklim, karbon dioksida yang terperangkap berpotensi mempercepat pemanasan.
Jumlah hutan muda yang melepaskan “karbon warisan” dipicu oleh kebakaran hutan
menjadi lebih sering. Karbon warisan adalah karbon paling tua yang terperangkap di
bawah lapisan tebal dan bahan organik di lantai hutan.

World Wide Fund for Nature atau disingkat WWF melaporkan, hasil asap dari
kebakaran lahan di hutan Amazon mengandung 90-140 miliar metrik ton karbon.
Salah satu pemicu utama di balik perubahan iklim adalah karena tingginya kandungan
karbon di lapisan atmosfer. Ketika karbon hasil bakar ini memenuhi atmosfer maka
bisa sangat menghancurkan. Karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca
yang berimplikasi pada pemanasan global, dan dapat mempengaruhi keseimbangan
siklus karbon global dan berkontribusi pada perubahan iklim.

IV. KESIMPULAN

Pemanasan global adalah ketidakseimbangan bumi akibat terjadinya proses


peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Hutan Amazon yang
sering dijuluki “paru-paru dunia” ini menyumbang sekitar 30% oksigen serta
menyerap karbon dioksida di dunia dan membantu mengatur suhu di bumi. Tanpa
kehadiran hutan Amazon sebagai penyerap karbon dioksida, maka akan
dikhawatirkan terjadinya penaikan suhu global yang sangat tinggi.

Dampak terbesar yang terjadi akibat dari kebakaran hutan Amazon yaitu
adanya pengurangan produksi oksigen dan memperparah pemanasan global karena
karbon hasil bakaran yang dilepaskan menyumbang ke lapisan atmosfer bumi, yang
menyebabkan suhu di bumi meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, R., & Luthfi, P. (2019). Penanggulangan Pemanasan Global. Jurnal Utama Teknik,
15(1), 91-95.

Cahyono, W. E. (2007). Pengaruh Pemanasan Global Terhadap Lingkungan Bumi. Jurnal


Sains Dirgantara, 8(2), 28-31.

Gusman, I. R. (2019) Kebijakan Presiden Brazil terhadap Perencanaan Pengembangan


Wilayah Pertanian di Hutan Amazon Yang Mengancam “Human Security” Masyarakat
Brazil. Journal of Diplomacy and International Studies, 2(2), 45-60.

Arif, Anggraeni. (2016). Analisis Yuridis Pengrusakan Hutan (Deforestasi) dan


Degradasi Hutan Terhadap Lingkungan. Jurnal Jurisprudentie, 3(1), 33-41.

Rahmadania, Nabhila. (2022). Pemanasan Global Penyebab Efek Rumah Kaca dan
Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Teknik, 2(3), 1-13.

Rasyid, Fachmi. (2014). Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Paper Lingkar
Widyaiswara, 1(4), 47-59.

Wikipedia. (2022). “Hutan Amazon”, https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_Amazon, diakses


pada 21 Juni 2022.

Reporter Merdeka. 2019. “Ini Dampak Kebakaran Hutan Amazon Bagi Dunia”,
https://www.merdeka.com/dunia/ini-dampak-kebakaran-hutan-amazon-bagi-
dunia.html, diakses pada 21 Juni 2022.

Saputra, E. Y. (2019). “NASA Peringkatkan Kebakaran Hutan Amazon Picu Perubahan


Iklim”, https://dunia.tempo.co/read/1239423/nasa-peringatkan-kebakaran-hutan-
amazon-picu-perubahan-iklim, diakses pada 21 Juni 2022.

Anda mungkin juga menyukai