Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

D. PERANAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Menurut Hamzah B. Uno (2012:24) Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa
peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan
hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai,
(c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.

1. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan
pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan
hal-hal yang pernah dilaluinya, Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi Bab 2
Motivasi Belajar matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut
anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu anak berusaha mencari
buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang
dapat menimbulkan

Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat menjadi penguatan belajar. penguat
belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar
sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang
dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar
dia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam
lingkungan siswa sebagai bahan penguat belaj ar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan
sumber-sumber yang harus dipelajali, melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi
pelajaran dengan perangkat apa pun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya.

2. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar


Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar.
Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat
diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar
elektronik karena tujuan belaj ar elektronik itu dapat melahirkan kemam- puan anak dalam
bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya, anak tersebut diminta membetulkan radio
yang rusak, dan berkat penga- lamannya dari bidang elektronik, maka radio tersebut menj adi
baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk
belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu. 1

3. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar


Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya
dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak
bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, apabila
seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar.
Dia mudah tergoda untuk mengerj akan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi
sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

E. FAKTOR-FAKTOR PRIBADI DALAM MOTIVASI


Di atas telah diuraikan bahwa terdapat perbedaan antara motifasali dan motif yang
dipelajari. Sekarang kita perhatikan dua orang siswa kelas lima SD yang sedang menggambar
pemandangan alam di belakang sekolahnya, namakanlah mereka Mutiara dan Intan. Pada
umumnya, kedua siswa itu memiliki kepandaian dan ketekunan belajar yang sama. Keduanya
kebetulan berasal dari lingkungan yang sama, mereka berte- tangga dan bertempat tinggal dalam
pemukiman yang sama. Namun, dalam pelajaran menggambar mereka berbeda. Mutiara sangat
bergairah melukis dan dalam waktu yang tidak terlalu lama, dia telah menghasilkan lukisan
pemandangan alam yang "hidup" dengan perspektifyang padan dan tata warna yang serasi.
Bagaimana dengan Intan ?
Meskipun kedua siswa itu duduk berdekatan, Intan tidak menghasilkan gambar yang
diharapkan. Pada saat pelajaran akan selesai, Intan baru menghasilkan suatu sketsa yang sangat
kasar dan hampir tidak berbentuk. Anehnya, meskipun melihat hasil lukisan Mutiara yang bagus,
Intan sama sekali tidak berhasrat untuk ber-usaha menyamai, apalagi bersaing untuk menghasilkan
lukisan yang lebih bagus dari Mutiara. Dia seolah-olah pasrah dengan pendapat, bahwa memang dia
tidak mampu menggambar. Benarkah dia tidak mampu menggambar? Mengapa dia tidak berusaha
untuk menggambar? Mengapa dia tidak terangsang oleh hasil lukisan temannya yang bagus itu?
Apakah benar dia tidak akan mampu menggam- bar meskipun gurunya mendorong dan terus
mengaj amya menggambar? Dapatkah dikatakan bahwa Intan tidak berbakat menggambar? Bagai-
mana pendapat Anda tentang kegagalan Intan dalam menggambar? MungkinAnda pun tidak dapat
menggambar dengan baik, atau sebaliknya, mungkinjuga Anda adalah pelukis yang berhasil. 2

1
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
2
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
Kalau Anda tergolong orang yang tidak pandai menggambar, coba renungkan, mengapa Anda
demikian? Apabila Anda tergolong orang yang berhasil dalam menggam- bar, renungkan pula
"riwayat Anda" dalam lukis-melukis itu. Dengan demikian, mungkin Anda (lapat mejnahami
keberhasilan Mutiara dan "kegagalan" Intan dalam pelajaran menggambar. 3
Kehendak atau keinginan untuk berhasil sebagaimana ilustrasi kegiatan menggambar antara
Mutiara dan Intan, tidak hanya terdapat dalam gambar atau melukis. Hal itu terj adi pula dalam
kehendak untuk berhasil dalam belajar pada umumnya, bahkan keinginan untuk berhasil dalam
kehidupan pada umumnya. Oleh karena itu, motif semacam itu disebut motif berprestasi, yaitu motif
untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan, motif untuk memperoleh
kesempurnaan. Moti semacam itu merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu
yang berasal dari "dalam" diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang
dipelajari, sehingga motifitu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Motif
berprestasi sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja (performance) seseorang, termasuk
dalam belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha
menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerj aannya. Penyelesaian tugas
semacam itu bukanlah karena dorongan dari luar, melainkan upaya pribadi. Dia berani mengambil
risiko untuk penyelesaian tugasnya itu. Kalau terpaksa menunda peker- jaannya, maka dalam
kesempatan berikutnya dia segera menyelesaikan pekerjaan itu, dengan usaha yang sama dari usaha
sebelumnya. Orang yang motifberprestasinya tinggi cenderung memilih rekan kerja dengan
kemampuan kerja yang tinggi, dia tidak memerlukan teman kerja yang ramah. Dalam hal itu perlu
diperhatikan bahwa tidak selamanya penyelesai suatu tugas dilatarbelakangi oleh motifberprestasi
atau keinginan untuk berhasil. Kadang-kadang, seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan
sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindarkan
kegagalan yang bersumber pada ketakutan karena kalau dia tidak dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik maka dia akan mendapat malu dari gurunya, atau diolok-olok oleh temannya' atau
bahkan akan dihukum oleh orang tuanya. Di sini tampak, bahwa "keberhasilan" siswa tersebut
disebabkan oleh dorongan atau rangsangall dari luar dirinya. Di dalam belajar dan pembelajaran,
dengan sendirinya keberhasilan yang dilatarbclakangi oleh motif berprestasi lebih baik, dalam arti
lebih lestari pada diri individu daripada yang diperoleh karena ketakutan akan kegagalan. Dalam
kasus keberhasilan karena motif berprestasi, maka hasil dari kepuasan kerja itu adalah untuk
individu yang bekerja, sedangkan dalam kebevhasilan karena takut gagal, itu adalah untuk orang
lain. Di dalam kehidupan siswa di sekolah atau di kalangan kelompok sebaya anak-anak, sering
3
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
terjadi seorang anak mengatakan sesuatu yang tidak benar untuk melindungi kesalahan teman
sekelompoknya. Dalam kasus lain, apabila sekelompok siswa diberi tugas bersama, maka hasil apa
pun yang diperoleh dari pekerj aan kelompok itu, meskipun sesungguh- nya pekerjaan itu adalah
hasil salah seorang saja dari kelompok itu, maka baik atau buruk hasil pekerjaan itu biasanya diakui
sebagai hasil kelompok.
Dalam kasus lain lagi, seorang anak dapat terkucil dari kelompoknya hanya karena anak itu
tidak dapat mendukung perbuatan kelompok; dan seringkali sebagai akibat dari keadaan itu, semua
anggota bersedia berkorban demi dapatnya diterima sebagai anggota kelompok tersebut. Kasus-
kasus itu menunjukkan contoh adanya kebutuhan atau dorongan untuk berafiliasi dari individu itu.
Pada hakikatnya, kebutuhan untuk berafiliasi itu dimiliki oleh semua orang, dan karena kebutuhan
itu maka timbul berbagai perilaku sosial.

F. FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN MOTIVASI


Di atas telah dikemukakan bahwa perbuatan atau perilaku individu manusia ditentukan oleh faktor-
faktor di dalam diri, yaitu faktor pribadi, dan faktor lingkungan individu yang bersangkutan.
Sesungguhnya, faktor pribadi dan faktor lingkungan sering berbaur, sehingga sulit menentukan
apakah sesuatu benar-benar faktor pHbadi. Misalnya, kebutuhan beraflliasi met-upakan faktor
pribadi. Kalau dilacak terus, tidakkah mungkin bahwa kebutuhan berafiliasi justlll sebagai hasil dari
interaksi individu yang ber- sangkutan dengan lingkungannya, dalam hal ini interaksi dengan orang
lain? Tidakkah kebutuhan itu muncul karena adanya persetujuan atau tidak setujunya orang lain
terhadap perbuatan tertentu? Pada umumnya, motifdasar yang bersifat pribadi muncul dalam
tindakan individu setelah "dibentuk" oleh pengalllh lingkungan. Oleh karena itu, motif individu untuk
melakukan sesuatu, misalnya motif untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau
diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain, melalui pengaruh lingkungan.

Motif Intrinsik dan Ekstrinsik


Di atas telah dibicarakan, bahwa perbuatan individu muncul karena motif yang asali yang
telah dibentuk oleh pengalllh faktor lingkungan. Namun demikian, masih dijumpai perbuatan
individu yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan yang tidak diketahui secara jelas, tetapi
bukan karena insting, aninya bersumber pada suatu motif yang tidak dipengaruhi dari lingkungan itu.
Pefilaku yang disebabkan oleh motif semacam itu muncul tanpa perlu adanya ganjaran atas
perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukannya. Motif yang demikian biasanya 4

4
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
disebut motif instrinsik. Sebaliknya, ada pula petilaku individu yang hanya muncul karena adanya
hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan perilaku itu, seakan-
akan dari luar (ganjaran atau hukuman), Motif semacam itu disebut motif ekstrinsik. 5
Ganjaran
atas suatu perbuatan, menguatkan motif yang melatarbelakangi perbuatan itu, sedangkan hukuman
memperlemahnya.

5
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
Seorang anak, yang sedang belajar bernyanyi akan tents belajar bernyanyi clan cepat pandai
bernyanyi, apabila orang tuanya memuji dan mcnghargainya. Dalam hal ini, motif belajar bernyanyi
anak itu diperkuat.

MOTIVASI DAN PENGHARGAAN

A. APA ITU MOTIVASI DAN MENGAPA PENTING?


Motivasi menjelaskan mengapa ada orang berperilaku tertentu untuk mencapai serangkaian
tujuan. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, teori motivasi secara khusus berupaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang menyebabkan pegawai bekerja lebih keras?
2. Bagaimana kinerja pegawai dapat diperbaiki?
3. Bagaimana kehadiran kerja (absensi) dapat diperbaiki?
4. Jenis pembayaran dan bonus kinerja bagaimana yang paling efektif
5. Rencana pengaturan kerja bagaimana yang menghasilkan tingkat kinerja terbaik?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, dan banyak lagi pertanyaan seperti itu, pada umumnya
merupakan pertanyaan yang akan ditanyakan oleh para manajer pada diri mereka sendiri, ketika
mencoba memutuskan bagaimana mencapai kinerja sebaik mungkin dari pegawai mereka. Kunci
keberhasilan organisasi terletak pada kinerja pegawai-pegawainya. Dan pada umumnya dapat
diterima, bahwa mutu kinerja tersebut tergantung pada sikap para pegawai terhadap majikan
mereka.
Setiap pegawai memiliki suatu kontrak penempatan yang menyatakan atau menjelaskan
bahwa ia hams berusaha keras melakukan tugas-tugas dan tanggungjawab tertentu. Sebagai
imbalannya, majikan memberikan penghargaan tertentu, biasanya terdiri atas gaji dan tunjangan. Isi
kontrak semacam itu biasanya jelas bagi kedua belah pihak. Namun, terdapat tambahan yang dapat
dianggap sebagai kontrak psikologis. Kontrak itu terdiri atas harapan masing-masing pihak (pegawai
dan organisasi), yang tidak tenulis. Umpamanya, orang mengharapkan organisasi menyediakan
keamanan dan kesehatan lingkungan kerj a yang layak dan memperlakukan orang secara adil.
Sebaliknya, organisasi mengharapkan hasil kerja sepadan untuk gaji yang sesuai, kesetiaan pegawai,
dan sebagainya.
Apa yang penting dari titik pandang organisasi adalah mencoba meyakinkan bahwa harapan
asing-masing pegawai dapat dipenuhi. Kalau tidak, pegawai menjadi terasing dan tidak bekerja
sesuai kemampuannya.6

6
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
Teori motivasi berupaya merumuskan apa yang membuat orang menyajikan kinerja yang baik. Teofi
motivasi membantu para majikan memusatkan perhatian pada faktor-faktor.yang agaknya membuat
perbedaan pengaruh paling penting, tetapi sayangnya, tidak ada kesepakatan nyata tentang hal itu.
Teori inti secara ringkas seperti di bawah ini.

B. TEORI MOTIVASI MENURUT PARA AHLI


Secara umum, teori motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu teori kandungan (content),
yang memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses, yang banyak
berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku dan mengapa mereka berperilaku dengan cara
tertentu. Hal paling penting dari kedua teori itu seperti terurai di bawah ini.
1. F.W. Taylor dan Manajemen Ilmiah
F.W. Taylor36 adalah seorang tokoh angkatan "manajemen ilmiah", manajemen
berdasarkan ilmu pengetahuan. Pendekatan itu memusatkan perhatian membuat pekerj aan
seefektifmungkin dengan merampingkan metode kerja, pembagian tenaga kerja, dan penilaian
pekerj aan. Pekerjaan dibagi-bagi ke dalam berbagai komponen, diukur dengan menggunakan
teknik-teknik penelitian pekerjaan dan diberi imbalan sesuai dengan produktivitas. Dengan
pendekatan itu, motivasi yang disebabkan imbalan kcuangan dapat dicapai dengan memenuhi
sasaran-sasaran keluaran. Pemikiran inilah yang melatarbelakangi sebagian besar penelitian
pekerjaan yang didasarkan pada skema imbalan (insentif).
Masalah pokok dengan pendekatan adalah pendekatan itu menganggap uang merllpakan
motivasi utama. Namun, perkembangannya memang berbeda pada setiap orang dan setiap
pekerjaan. Orang yang bekerja pada lajur produksi atau melakukan pekerjaan yang tidak
menyenangkan dan pekerjaan tangan yang sulit, biasanya tidak teotivasi oleh pekerjaan itu sendifi.
Dalam keadaan sepefli itu, uang merupakan pendorong mangat utama. Upaya yang lebih besar
hanya dilakukan apabila pekerjaan itu menjanj ikan peningkatan pendapatan.
Pada Sisi lain, pekerjaan yang lebih mempakan pekerjaan profesional atau bersifat
manajerial, imbalan atau penghargaan agaknya lebih beragam Pembayaran bonus, dengan
sendirinya, mungkin tidak menyebabkan peningkatan produktivitas atau eflsiensi yang sebanding.
Soal lain yang perlu dipikirkan adalah uang itu sendiri hanyalah sebuah cara untuk menuju
titik akhir. Uang hanya bernilai karena uang itu menyebabkan mutu kehidupan yang lebih baik atau
kedudukan yang meningkat di dalam maupun di luar organisasi. 7

7
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
Tampaknya pendekatan manajemen ilmiah Taylor sebagian benar. Yang pasti, tingkat
pembayaran insentifyang tepat bagi orang-orang yang menangani pekerjaan-pekerjaan produksi
menyebabkan peningkatan produktivitas dan lebih banyak upaya. Namun, kewaspadaan perlu
diterapkan untuk memastikan bahwa tidak terdapat pembahan mutu.
Lebih jauh, walaupun uang mungkin dapat menjadi insentif bagi kategori orang-orang
tertentu, tampaknya tidak berlaku terhadap mereka yang pekerjaannya tidak didasarkan pada
keluarannya. Mungkin akan ditemui kesulitan-kesulitan dalam mengukur keluaran-keluaran di dalam
banyak hal. Dan kemungkinan besar llang merupakan insentif jangka pendek, bukannya memberikan
kesepakatan jangka panjang.
2. Ilierarki Rebutuhan Maslow
Setiap kali membicarakan motivasi, hierarki kebutuhan Maslow pasti disebut-sebut37.
Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat
kebutuhan tenentu kebutuhan teriihat pada ganbar di bawah ini.
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian,
udara untuk bernapas, dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan Rasa Aman
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah dipuaskan, perhatian dapat diarahkan kepada kebutuhan
akan keselamatan. Keselamatan itu, tennasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau
kehilangan, serta merasa terjamin. Pada waktu seseorang telah mempunyai pendapatan cukup
untuk memenuhi semua kebutuhan kejiwaan, seperti, membeli makanan dan perumahan, perhatian
diarahkan kepada menyediakan jaminan melalui pengambilan polis asuransi, mendaftarkan diri
masuk perserikatan pekerja, dan sebagainya.
c. Kebutuhan dan Cinta Kasih atau Kebutuhan Sosial
Ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa aman, kepentingan berikutnya
adalah hubungan antarmanusia. Cinta kasih dan kasih sayang yang diperlukan pada tingkat ini,
mungkin disadari melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam, tetapijuga yang
dicerminkan dalam kebutuhan untuk menj adi bagian berbagai kelompok sosial. Dalam kaitannya
dengan pekerjaan, sementara orang mungkin melakukan pekerjaan tertentu karena kebutuhan
mendapatkan uang untuk memelihara gaya hidup dasar. Akan tetapi, mereka juga menilai pekerj aan
dengan dasar hubungan kemitraan sosial yang ditimbulkannya. 8

8
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
d. Kebutuhan akan Penghargaan
Percaya diri dan harga diri maupun kebutuhan akan pengakuan orang lain. Dalam kaitannya dengan
pekerjaan, hal itu berarti memiliki pekerjaan yang dapat diakui sebagai bermanfaat, menyediakan
sesuatu yang dapat dicapai, serta pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan tersebut ditempatkan paling atas pada hierarki Maslow dan berkaitan dengan keinginan
pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan lain sudah dipuaskan, seseorang ingin mencapai secara
pehuh potensinya. Tahap terakhir itu mungkin tercapai hanya oleh beberapa orang.
Walaupun hierarki kebutuhan Maslow tersebut banyak dikutip danmemang masuk akal, hierarki itu
mungkin memiliki nilai terbatas dalam membantu para manajer untuk mendorong minat para
pegawai. Hal ini dikarenakan hal-hal berikut.
1. Segi-segi hierarki itu akan beragam manfaatnya bagi setiap orang, tetapi tidak setiap orang
mencari aktualisasi diri. Beberapa orang mungkin cukup puas dengan pekerjaan yang
memberikan penghi- dupan layak dan jaminan yang baik, tetapi dengan sedikit peluang
untuk pengembangan pribadi.
2. Beberapa segi penempatan tenaga kerja mungkin memuaskan sejumlah kebutuhan yang
berbeda pada waktu yang sama.
3. Guna menerapkan teori dalam sebuah organisasi, para manajer jelas tentang posisi
seseorang pada hierarki tersebut, bahkan jika tidak ada cukup keluwesan di dalam organisasi
untuk memberikan imbalan yang layak bagi kebutuhan orang itu.
4. Terdapat suatu anggapan bahwa memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan di atas
menyebabkan peningkatan motivasi dan kinerja, tetapi tidak selalu demikian. Oleh karena
itu, kendati merupakan kerangka kerja yang berguna, teori Maslow tidak terlalu banyak
membantu para manajer dalam menen- tukan kebijakan memotivasi pegawai.

3. Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERG)
Aldefer
Aldefer memmuskan kembali hierarki Maslow dalam tiga kelompok, yang dinyatakan sebagai
keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan (existence, relatedness and growth - ERG), yaitu :
1. Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan keberadaan
manusia yang dipertahankan dan berhubungan dengan kebutuhan flsiologis dan rasa aman
pada hierarki Maslow. 9

2. Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan kemitraan.


9
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
3. Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan
potensi perorangan dan dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang
dikemukakan Maslow.
Menurut teori ERG, semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama. Kalau satu tingkat
kebutuhan tertentu tidak dapat dipuaskan, seseorang kelihatannya kembali ke tingkat lain. Contoh,
kalau pekerj aan orang itu tidak menyediakan peluang untuk pengembangan diri, sebagai
imbangannya mereka memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan kemasyarakatan (sosial),
yang lebih condong kepada kebutuhan keterkaitan dari pada pertumbuhan. Pengaruhnya bagi
manajer adalah bahwa kalau pekerjaan tertentu tidak memberi peluang untuk pengembangan
pribadi, misalnya, maka ia harus memperhatikan segi-segi (lain) pekerjaan, seperti menambah
perolehan gaji dan tunj angan atau kegiatan-kegiatan sosial.

4. Teori Motivasi Kesehatan Herzberg


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Wawancara dengan para
akuntan dan para ahli teknik Amerika Serikat

TEORI MOTIVASI PRESTASI


McClelland menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil
dalam bisnis dan industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu. la menandai tiga
motivasi utama, yaitu: (1) penggabungan, (2) kekuatan, dan (3) prestasi. Tidak sepelti Maslow,
McClelland tidak mengklasifikasikan motivasi di dalam hierarki, tetapi sebagai keragaman di antara
orang dan kedudukan. la menandai sifat-sifat dasar orang awam berikut dengan kebutuhan pen-
capaian yang tinggi, yaitu :
1. selera akan keadaan yang menyebabkan seseorang dapat bertanggung jawab secara pribadi;
2. kecenderungan menentukan sasaran-sasaran yang pantas (sedang) dan memperhitungkan
risikonya;
3. keinginan untuk mendapatkan umpan balik yangjelas atas kinerja. Terhadap manaj emen
dan pengembangan para manaj er, pengaruhnya adalah motivasi prestasi dapat
dikembangkan. Orang-orang belajar cepat dan lebih baik apabila mereka sangat temotivasi
untuk mencapai sasaran mereka. 10

4. Dan karena sangat termotivasi untuk mencapai sasarannya, mereka selalu mau menerima
nasihat dan saran tentang cara meningkatkan kinerjanya.

10
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
A. TEORI HARAPAN
Teori harapan didasarkan pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi Oleh perasaan mereka
tentang gambaran hasil tindakan mereka. Contohnya, orang yang menginginkan kenaikan pangkat
akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan
dihargai dengan kenaikan pangkat. Vroom mengembangkan sebuah teori yang didasarkan pada apa
yang ia gambarkan sebagai kemampuan bersenyawa (valence), alat perantara (instrumentality), dan
harapan (expectancy). Kemampuan bersenyawa adalah pilihan lebih baik seseorang akan
tercapainya hasil tertentu. Hasil tersebut misalnya, produktivitas tinggi. Namun, itu pun hanya dinilai
pada suatu batas yang dapat membantu orang tersebut mencapai hasil-hasil lain, sepelti kenaikan
gaji atau kenaikan pangkat. Sejauh mana hasil kedua dapat dicapai, dirumuskan sebagai alat
perantara. Terakhir, harapan berhubungan dengan kekuatan kepercayaan orang itu bahwa kegiatan-
kegiatan tertentu membawa hasil tertentu.
Untuk para manajer, pengaruhnya adalah hubungan antara imbalan dan upaya harus dibuat
jelas, serta imbalan itu sejauh mungkin harus memenuhi kebutuhan masing-masing pegawai.
Masalahnya, tentu saja kebutuhan dan harapan setiap orang berbeda. Walaupun beberapa orang
mungkin terdorong semangatnya oleh imbalan keuangan, orang lain lebih tertarik pada kenaikan
pangkat dan pengembangan pribadi. Teori Vroom dikembangkan lebih jauh oleh Porter dan Lawler
Mereka menunjukkan, kenaikan upaya tidak perlu menyebabkan kinerja yang lebih tinggi, karena
terdapat sejumlah variabel lain yang diperhitungkan. Itu termasuk:

1. anggapan orang yang bersangkutan akan nilai imbalan;


2. sejauh mana orang mengharapkan hasil tertentu dan arah tindakan tertentu.
3. jumlah upaya yang dikerahkan oleh orang yang bersangkutan;
4. kemampuan, perangai, dan keahlian tertentu yang memengaruhi cara seseorang melakukan
pekerjaan dengan baik;
5. bagaimana orang memandang perannya di dalam organisasi, dan apa yang mereka anggap
sebagai perilaku yang layak;
6. perasaan tentang imbalan adil untuk upaya yang dilakukan.
7. kepuasan orang itu mengenai pekerjaan dan organisasi. 11

Semua faktor yang dicantumkan oleh Porter dan Lawler saling tumpang-tindih dan
tergantung. Walaupun mungkin semua faktor memengaruhi motivasi seseorang, sulit untuk
menetapkan penyebab dan pengaruh yang jelas. Contoh, kendati kepuasan kerja mungkin dapat

11
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
memberikan kinerja yang lebih tinggi, juga benar bahwa kinerja tinggi kelihatannya memberikan
kepuasan kerja yang tinggi.

Model Porter dan Lawler memang membantu melukiskan bahwa mendorong minat pegawai
dan mencapai kinerja yang lebih tinggi bukanlah soal yang lugas dan dipengaruhi oleh sejumlah
variabel. Yang dapat dikerjakan oleh para manajer adalah sadar tentang semua keragaman tersebut
dan memperhitungkannya waktu merancang sistem-sistem kerja dan mempertimbangkan
pemberian imbalan. 12

B. TEORI LAIN

Ada sejumlah teori lain tentang motivasi dalam pekerjaan, yaitu sebagai berikut.
1. Teori keadilan (equity) — teori ini menonjolkan kenyataan bahwa motivasi seseorang
mungkin dipengaruhi oleh perasaan seberapa baikkah mereka diperlakukan di dalam
organisasi apabila dibandingkan orang lain. Kalau orang merasa perlakuan orang-orang
terhadapnya tidak sebaik perlakuan orang-orang itu terhadap orang lain yang dianggap
sebanding, kemungkinan besar orang itu kurang terdorong untuk menyaj ikan kinerja yang
baik.
2. Teori sasaran (goal) — teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa sasaran orang
ditentukan oleh cara mereka berperilaku dalam peker- jaan dan jumlah upaya yang mereka
gunakan. Ada indikasi bahwa memiliki sasaran yang benar-benar jelas memang membantu
mendorong minat orang, dan hal itu cenderung untuk mendorong organisasi berupaya
mengembangkan rencana kinerja manajemen yang lengkap.
3. Teori perlambang (attribution) — teori ini menyatakan bahwa motivasi tergantung pada
faktor-faktor internal, seperti atribut pribadi seseorang dan faktor-faktor luar yang mungkin
berupa kebijakan organisasi, derajat kesulitan pekerjaan yang ditangani, dan sebagainya.

A. PANDANGAN TENTANG STRATEGI PEMBELAJARAN


1. Beberapa Pendapat tentang Strategi Pembelajaran
Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para
ahli pembelajaran (instructional technology), di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut.

12
Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012
a. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan
kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud
meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar peserta didik.
c. Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang atau
digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau
tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasukjuga pengaturan materi atau paket
program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
d. Groppper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas
berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
la menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik
dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.
Mengingat bahwa setiap tujuan dan metode pembelajaran berbeda satu dengan yang lainnya,
makajenis kegiatan belajar yang harus dipraktikkan Oleh peserta didik membutuhkan persyaratan
yang berbeda pula. sebagai contoh. untuk menjadi peloncat indah, seseorang harus bisa berenang
teriebih dahulu (syarat loncat indah adalah berenang) atau untuk menjadi pengaransemen
(arranger) musik dan lagu, seseorang harus belajar not balok terlebih dahulu. Pada contoh di atas
tampaklah bahwa setiap kegiatan belajar membutuhkan latihan atau praktik langsung.
Memerhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar
untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima
dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di
akhir kegiatan belajar. 13
Ada beberapa konsep yang perlu diketahui berkaitan dengan strategi pembelajaran, yaitu
menyangkut strategi, metode, dan teknik. Ketiga konsep tersebut biasanya disamakan, padahal
memiliki perbedaan secara esensial.

2. Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik


13
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
Pada berbagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya
dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah strategi, metode, atau teknik sering digunakan secara
bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang
lain.
Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik
adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik
ke arah tujuan yang ingin dicapai (Geriach dan Ely, 1980).
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalarn
menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran
lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang
digunakan' Yang bersifat
implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama,
tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.

Apabila dikaji kembali, definisi strategi pembelajaran yang dikemukakanoleh berbagai ahli
sebagaimana telah diuraikan terdahulu, makajelas disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus
mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran mengandung arti yang
lebih luas dari metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan
bagian dari strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta
didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 14

Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai
suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi
pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai
metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung. 15

14
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
15
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
B. KOMPONEN STRATEGI PEMBELAJARAN
Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu (l)
kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4)
tes, dan (5) kegiatan lanjutan.
Pada bagian berikut akan diuraikan penjelasan masing-masing komponen
disertai contoh penerapannya dalam proses pembelajaran.
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan
memegang peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik
atas materi pelajaran yang akan disampaikan.
Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapot meningkatkan
motivasi belajar peserta didik. Sebagaimana iklan yang berbunyi Kesan pertama begitu menggoda,
selanjutnya terserah Anda. Cara guru mempcrkcnalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh
ilustrasi tentang
kehidupan schari-hari atau cara guru meyakinkan apa manfaat memelajari pokok bahasan tertcntu
akan sangat memengaruhi motivasi belajar peserta didik. Persoalan motivasi ckstrinsik ini menjadi
sangat penting bagi peserta didik yang belum dcwasa, scdangkan motivasi intrinsik sangat penting
bagi peserta didik yang lebih dewasa karena kelompok ini lebih menyadaari mentingnya kewajiban
belajar serta menfaatnya bagi mereka.
Secara spesifik, kegiatan pembelajaran pendahuluan dapat dilakukan melalui
a. Jelaskan tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh semuan
pebseertka didik di akhir kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik akan
menyadari pengetahuan, keterampilan, sekaligus manfaat yang akan diperoleh setelah
memelajari pokok bahasan tersebut. Demikian pula, perlu dipahami oleh guru bahwa dalam
menyampaikan tujuan, hendaknya digunakan kata-kata dan bahasa yang mudah dimengerti
oleh peserta didik. Pada umumnya penjelasan dilakukan dengan menggunakan ilustrasi
kasus yang sering dialami oleh peserta didik dalam kehidupan seharihari. Sedangkan bagi
siswa yang lebih dewasa dapat dibacakan sesuai rumusan TPK yang telah ditetapkan
terdahulu.
b. Lakukan apersepsi, berupa kegiatan yang merupakan jembatan antara pengetahuan lama
dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Tunjukkan pada peserta didik tentang
eratnya hubungan antara pengetahuan yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang
akan dipelajari. Kegiatan ini dapat menimbulkan rasa mampu dan percaya diri sehingga
mereka terhindar dari rasa cemas dan takut menemui kesulitan atau kegagalan.
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting dalam proses
pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi
pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi
peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru
yang mampu menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan pendahuluan
dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Dalam kegiatan ini, guru juga harus memahami dengan baik situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Dengan demikian, informasi yang disampaikan dapat diserap oleh peserta didik dengan
baik. Beberapa hal yang perill diperhatikan dalam penyampaian informasi adalah urutan ruang
lingkup dan jenis materi.
a. Urutan penyampaian
Urutan penyampaian materi pelajaran harus menggunakan pola yang tepat.
Urutan materi yang diberikan berdasarkan tahapan berpikir dari hal-hal yang bersifat
konkret ke hal-hal yang bersifat abstrak atau dari hal-hal yang sederhana atau mudah
dilakukan ke hal-hal yang lebih kompleks atau sulit dilakukan. Selain itu, perlujuga
diperhatikan apakah suatu materi harus disampaikan secara berurutan atau boleh
melompat-lompat atau dibolak-balik, misalnya dari teori ke praktik atau dari praktik ke teori.
Urutan penyampaian informasi yang sistematis akan memudahkan peserta didik cepat
memahami apa yang ingin disampaikan oleh gurunya.
b. Ruang lingkup materi yang disampaikan
Besar kecilnya materi yang disampaikan atau ruang lingkup materi sangatbergantung pada
karakteristik peserta didik danjenis materi yang dipelajari. 16
Umumnya ruang lingkup materi sudah tergambar pada saat penentuan tujuan
pembelajaran. Apabila TPK berisi muatan tentang fakta maka ruang lingkupnya lebih kecil
dibandingkan dengan TPK yang berisi muatan tentang suatu prosedur. 17
Hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memperkirakan besar kecilnya materi adalah
penerapan teori Gestalt. Teori tersebut menyebutkan bahwa bagian-bagian kecil merupakan
satu kesatuan yang bermakna apabila dipelajari secara keseluruhan, dan keseluruhan
tidaklah berarti tanpa bagian-bagian kecil tadi. Atas dasar teori tersebut perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut.

16
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
17
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
Apakah materi akan disampaikan dalam bentuk bagian-bagian kecil seperti dalam
pembelajaran terprogram (programmed instruction). Apakah materi akan disampaikan
secara global/keseluruhan dulu baru ke bagian-bagian. Keseluruhan dijelaskan melalui
pembahasan isi buku, selanjutnya bagian-bagian dijelaskan melalui uraian per bab.
c. Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran umumnya merupakan gabungan antarajenis materi yang berbentuk
pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah,
prosedur, keadaan, dan syarat-syarat tertentu), dan sikap (berisi pendapat, ide, saran, atau
tanggapan) (Kemp, 1977). Merril (1977: 37) membedakan isi pelajaran menjadi 4 jenis, yaitu
fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Dalam isi pelajaran ini terlihat masing-masing jenis
pelajaran sudah pasti memerlukan strategi penyampaian yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, dalam menentukan strategi pembelajaran, guru harus terlebih dahulu memahami jenis
materi pelajaran yang akan disampaikan agar diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai.

Contoh:
 Apabila peserta didik diminta untuk mengingat nama suatu objek, simbol, atau peristiwa,
berarti matefi tersebut berbentuk fakta sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah
dalam bentuk ceramah atau tanya jawab.
 Apabila peserta didik diminta menyebutkan suatu definisi atau menulis ciri khas dari suatu
benda, berarti materi tersebut berbentuk konsep sehingga alternatif Strategi
penyampaiannya adalah dalam bentuk resitasi, penugasan.
 Apabila peserta didik diminta mengemukakan hubungan antar beberapa konsep, atau
menerangkan keadaan ataupun hasil hubungan antarberbagai konsep, berarti materi
tersebut berbentuk prinsip sehingga alternatif strategi penyampaiannya adalah berbentuk
diskusi terpimpin dan studi kasus.

3. Partisipasi Peserta Didik


Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar.
Hal ini dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari SAL (student
active training), yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila
peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tuj uan
pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978: 108). Terdapat beberapa hal penting
yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu sebagai berikut.
a) Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang
suatu pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu. Agar materi tersebut benar-benar
terinternalisesi (relatif mantap clan termantapkan dalam diri mereka) maka kegiatan selanj
utnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih atau
mempraktikkan pengetahuan, sikap, atau keterampilan tersebut. Sehingga setelah selesai
belajar mereka diharapkan benar-benar merencanakan T PK.
b) Umpan Balik
Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku sebagai hasil belajarnya, maka guru
memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut, Melalui umpan balik
yang diberikan Oleh guru, peserta didik akan segcra mengetahui apakah jawaban yang
merupakan kegiatan yang telah mereka lakukan benar/salah, tepat/tidak tepat, atau ada
sesuatu -yang dipcrbaikie Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan penguatan
negatif Melalui pcnguatan positif (bails bagus, tepat sekal i, dan sebagainya), diharapkon
perilaku terscbut akan cerus dipelihara atau (ditunjukkan oleh peserta didik. Sebaliknya,
melalui penguatan negatif (kurang tepat, salah, perlu disempurnakan, dan sebagainya),
diharapkan perilaku tersebut akan dihilangkan atau peserta didik tidak akan melakukan
kesalahan serupa.

4. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui (a) apakah tujuan pembelajaran
khusus telah tercapai atau belum, dan (b) apakah penge- tahuan sikap dan keterampilan telah
benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum.
Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik
melalui berbagai proses pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi pelajaran pelaksanaan
tes juga dilakukan setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik. 18
a) Di akhir kegiatan belajar setiap peserta didik dapat menyebutkan 4 dari 5 ciri makhluk hidup
dengan benar. Standar keberhasilannya adalah apabila minimal peserta didik dapat
menyebutkan 3 dari 5 ciri makhluk hidup atau tingkat penguasaan berkisar 80%—85%.
b) Soal tes objektif dengan 4 pilihan terdiri atas 20 nomor, peserta didik dianggap menguasai
materi apabila ia dapat mengerjakan 80%—85% soal dengan benar.

5.Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilahfollow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan
seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes
18
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata, (a)
hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat
dicapai, (b) peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari
hasil belajar yang bervariasi tersebut.

C. KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN


Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus
berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan
jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi di mana proses pembelajaran
tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru, tetapi tidak scmuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran


tersebut.
Mager (1977: 54) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih
strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Misalnya menyusun
bagan analisis pembelajaran. Berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki
oleh TPK adalah latihan atau praktik langsung.
2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat
bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik
dituntut untuk pandai memprogram data komputer (programmer). 19

3. Berarti metode yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis
kasus/pemecahan masalah (problem solving).
4. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indra
peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat
melakukan aktivitas fisik maupun psikis. Misalnya menggunakan OHP. Dalam menjelaskan
suatu bagan, lebih baik guru menggunakan OHP daripada hanya berceramah, karena
penggunaan OHP memungkinkan peserta didik sekaligus dapat melihat dan mendengar
penjelasan guru.

19
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
Selain kriteria di atas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan
memerhatikan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama
dalam satu-satuan waktu)?
2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing?
3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh denganjalan praktik langsung
dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru.
Gerlach dan Ely (1990: 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang akan
digambarkan melalui bagan berikut ini.

a. Prosedur Pembelajaran
Suatu konsep diperoleh melalui tiga tahap. Pertama adalah tahap kategorisasi, yaitu upaya
mengkategorikan sesuatu yang sama atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh. Kemudian
masuk ke tahap selanjutnya (kedua), kategori yang tidak sesuai disingkirkan, dan kategori yang
sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep (concept formation). Setelah itu, suatu
konsep tertentu baru dapat disimpulkan (tahap ketiga). Tahap terakhir inilah yang dimaksud dengan
perolehan konsep. Sebagai contoh, seorang guru ingin mengenalkan konsep mamalia kepada
siswanya. la tentu akan memperkenalkan beberapa kategori (contoh) yang sesuai dan tidak sesuai.
Misalnya, menyusui (sesuai), bertelur (tidak sesuai), mengandung (sesuai), tidak berbulu (tidak
sesuai), berbulu (sesuai). Dalam hal ini anak akan memperoleh konsep bahwa mamalia adalah
hewan yang menyusui, mangandung anaknya, dan berbulu. 20

Melalui model ini, perolehan konsep didasarkan pada kondisi reseptif siswa dan sifatnya
lebih langsung. Artinya, guru lebih banyak memimpin. Model ini terdiri dari tiga tahapan mengajar.
Pertama, guru menyajikan data kepada siswa. Setiap data merupakan contoh dan bukan contoh
yang terpisah. Data tersebut dapat berupa peristiwa, orang, objek, cerita, dan lain-lain. Siswa
diberitahu bahwa dalam daftar data yang disajikan terdapat beberapa data yang memiliki kesamaan.
Mereka diminta untuk memberi nama konsep tersebut dan menjelaskan definisi konsep berdasarkan
ciri-cirinya. Contohnya adalah seperti pembelajaran konsep mamalia di atas.
Tahap kedua, siswa menguji perolehan konsep mereka. Pertama dengan cara
mengidentifikasi contoh tambahan lain yang mengacu pada konsep tersebut. Atau kedua dengan
memunculkan contoh mereka sendiri. Setelah itu, guru mengkonfirmasi kebenaran dari dugaan
20
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
siswanya terhadap konsep tersebut, dan meminta mereka untuk merevisi konsep yang masih kurang
tepat.
Tahap ketiga, mengajak siswa untuk menganalisis/mendiskusikan strategi sampai mereka
dapat memperoleh konsep tersebut. Dalam keadaan sebenarnya, pasti penelusuran konsep yang
mereka lakukan berbeda-beda. Ada yang mulai dari umum, ada yang mulai dari khusus, dan lain-lain.
Akan tetapi, perbedaan strategi di antara siswa ini menjadi pelajaran bagi yang lainnya untuk
memilih
strategi mana yang paling tepat dalam mamahami suatu konsep tertentu.

b. Aplikasi
Model pcmbclajaran ini sangat sesuai digunakan untuk pembelajaran yang menckankan pada
perolehan suatu konsep bam atau untuk mengajar cara berpikir induktif kepada siswa. Model ini
juga relevan diterapkan untuk semua umur

1. Model perolehan konsep, tokohnya adalah Jerome Brunner.


2. Model induktif, Hilda Taba.
3. Model inquiry training, tokohnya adalah Richard Suchman.
4. Model scientific inquiry, tokohnya adalah Joseph J. Schwab.
5. Model penumbuhan kognitif, tokohnya adalah Piaget, Freud, Irving Siel.
6. Model advance organizer, tokohnya adalah David Ausubel.
7. Moll memory, tokohnya antara lain Harry Lorayne dan Jerry Lucas. 21

Dalam bagian ini, akan dibahas 3 model pembelajaran yang termasuk di dalam pendekatan
pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu
(1) model pembelajaran perolehan konsep,
(2) model pembelajaran berpikir induktif, dan
(3) model pembelajaran pelatihan inquiry.

1. Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attainment Model)


Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner, Jacqueline
Goodnow, dan George Austin Brunner. Goodnow dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar
manusia beragam, dan sebagai manusia kita harus mampu membedakan, mengkategorikan, dan
menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan
21
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep. Sebagai contoh, manusia
mengenal bahwa yang dimaksud dengan konsep "kota" adalah suatu tempat yang menjadi pusat
pemerintahan, pusat perdagangan, dan lain-lain. Begitu pula halnya dengan konsep "kursi". Kursi
adalah suatu alat untuk menyandarkan tubuh, ada yang berkaki empat dan bahkan berkaki satu.
Jadi, manusia mengkategorikan suatu konsep berdasarkan ciri-ciri (atribut) yang dimilikinya. Atas
dasar pandangan tersebut maka kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep menjadi bagian
fundamental dari sistem persekolahan. Pendekatan pembelajaran perolehan konsep adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tenentu.
Pendekatan pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang
dewasa. Untuk taman kanak-kanak, pendekatan ini dapat digunakan untuk memperkenalkan konsep
yang sederhana. Misalnya konsep binatang, urnbuhan, clan lain-lain. Pendekatan ini lebih tepat
digunakan ketika penekanan pembelajaran lebih dititikberatkan pada mengenalkan konsep baru,
melatih kemampuan berpikir induktif, clan melatih betvikir analisis.

Selanjutnya dijelaskan bahwa kriteria pemilihan strategi pembelajaran hendaknya dilandasi


prinsip efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat keterlibatan
peserta didik. Untuk itu, pengajar haruslah berpikir: strategi pembelajaran manakah yang paling
efektif dan efisien dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan?
Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat melaksanakan
kegiatan pembelajaran secara optimal.
Secara umum strategi pembelajaran terdiri atas 5 (lima) komponen yang saling berinteraksi
dengan karakter fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu : 22

a. kegiatan pembelajaran pendahuluan,


b. penyampaian informasi,
c. partisipasi peserta didik,
d. tes, dan
e. kegiatan lanjutan.
Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut:
a. orientasi strategi pada tugas pembelajaran,
b. relevan dengan isi/materi pembelajaran,
c. metode dan teknik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai, dan
d. media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra peserta didik secara simultan.

22
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
D. PENDEKATAN PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI
Ada beberapa model yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran pembelajaran sebagai
berikut.

Mengapa demikian? Karena pada dasarnya secara intuitif setiap individu cenderung melakukan
kegiatan ilmiah (mencari tahu/memecahkan masalah). Kemampuan tersebut dapat dilatih sehingga
setiap individu kelak dapat melakukan kegiatan ilmiahnya secara sadar (tidak intuitif lagi) dan
dengan prosedur yang benar. Melalui model ini, Suchman juga ingin meyakinkan kepada siswa
bahwa ilmu bersifat tentatif dan dinamis, karena ilmu berkembang terus-menerus, Sesuatu yang
saat ini diyakini benar, kelak suatu saat belum tentu benar atau berubah. Di samping itu, siswa
dilatih untuk dapat menghargai alternatif-alternatif Iain yang mungkin berbeda dengan yang telah
ada sebelumnya dan telah diyakini
sebagai suatu kebenaran.
a. Prosedur Pembelajaran
Tujuan utama dari model ini adalah membuat siswa menjalani suatu proses tentang bagaimana
pengetahuan diciptakan. Untuk mencapai tujuan ini, siswa dihadapkan pada sesuatu (masalah) yang
misterius, belum diketahui, tetapi menarik. Namun, perlu diingat bahwa masalah tersebut harus
didasarkan pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan (discoverable ideas), bukan
mengada-ada.
Terdapat lima langkah prosedur mengajarkan inquiry training. Tahap pertama adalah siswa
dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan (teka-teki). 23
Tahap kedua dan ketiga adalah pengumpulan data untuk verifikasi dan eksperimentasi. Pada
tahap kedua dan ketiga ini siswa menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru
dengan jawaban "Ya" atau "Tidak", sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan
yang dihadapkan kepada mereka. Namun, perlu dicatat bahwa pada tahap pertama, guru hendaknya
menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. Untuk itu, disarankan agar
mendasarkan permasalahan yang dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling sederhana.
Verifikasi (ada pada tahap kedua), merupakan proses di mana siswa menggali informasi
tentang peristiwa yang mereka alami. Sedangkan eksperimen (percobaan) pada tahap ketiga
merupakan proses di mana guru memperkenalkan kepada siswa suatu unsur baru pada suatu situasi
tertentu untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi secara berbeda. Mengapa tahap
kedua dan ketiga ini dijelaskan secara bersamaan? Karena peristiwa verifikasi dan eksperimentasi
terjadi secara bersamaan, walaupun keduanya dapat dijelaskan secara terpisah. Tahap keempat
adalah tahap merumuskan penjelasan atas peristiwa yang telah dialami siswa. Pada praktiknya,
23
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
mungkin siswa tidak dapat menjelaskan permasalahan baru. Pada bagian ini guru dapat mengajukan
pertanyaan, yang akan terjadi jika Pak Dudung tidak memiliki seperangkat komputer di kasir toko
swalayannya?" Langkah berikutnya adalah meminta siswa untuk menjelaskan prediksi atau
hipotesisnya. Pertanyaan yang dapat diajukan
"Menurut Anda mengapa hal tersebut dapat terjadi?" Langkah terakhir meminta siswa untuk
menjelaskan dasar teori/argumen yang memperkuat hipotesisnya. Pada bagian ini, siswa diminta
untuk menggunakan logika dengan memanfaatkan data dan informasi pendukung yang cukup dan
akurat. Untuk kebutuhan ini, pertanyaan yang dapat diajukan guru adalah, "Apa alasan yang dapat
memperkuat hal tersebut terjadi?'
b. Aplikasi
Model pembelajaran ini ditujukan untuk membangun mental kognitif. Karenanya sangat sesuai
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Namun demikian, strategi ini sangat membutuhkan
banyak informasi yang harus digali oleh siswa. Kelebihan lain dari model ini, selain sangat sesuai
untuk social study, juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, seperti sains, bahasa, dan
lain-lain. Satu hal lagi yang tidak kalah penting, model ini juga secara tidak langsung dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
3. Model Pembelajaran Inquiry Training
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman
meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu.
Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka. 24
Berikut ini adalah postulat yang diajukan oleh Suchman untuk mendukung teori yang mendasari
model pembelajaran ini.
1. cara alami manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu mencari tahu akan segala
sesuatu yang menarik perhatiannya.
2. Mereka akan menyadari keingintahuan akan segala Sesuatu tersebut dan akan belajar untuk
menganalisis strategi berpikirnya.
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan/digabungkan
4. Penelitiankooperatif(cooperative inquiry) berpikir dan membantu siswa belajar tentang
suatu ilmu yang bersifat tentatif dan belajar menghargai penjelasan atau solusi alternatif.
ecara singkat, model ini bertujuan untuk melatih siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan
memecahkan masalah secara ilmiah.

Stategi 1 : Pembentukan Konsep


Tahapan pertama dalam strategi pembentukan konsep ini terdiri dari tiga langkah, yaitu :
24
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
1. mengidentifikasi data yang relevan dengan permasalahan,
2. mengelompokkan data atas dasar kesamaan karakteristik, dan
3. membuat kategori serta memberi label pada kelompok-kelompok data yang memiliki kesamaan
karakteristik.

Strategi 2: Interpretasi Data


Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan
data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Sebagai langkah pertama, guru dapat mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa
agar dapat mengidentifikasi aspek-aspek tertentu dari suatu data. Sebagai contoh, setelah siswa
membaca bahasan tentang sistem ekonomi Afrika Selatan, Inggris, dan Jerman, guru mengajukan
pertanyaan, "Aspek-aspek apa saja yang menjadi tulang punggung sistem ekonomi ketiga negara
tersebut?"
Berikutnya guru meminta siswa untuk menjelaskan berbagai informasi yang diperolehnya
dan menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pertanyaan yang diajukan kali ini
menekankan pada pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan sebab akibat. Sebagai contoh,
"Apakah menurut kalian sistem ekonomi ketiga negara tersebut sama atau berbeda? Mengapa?"
atau "Apakah sistem ekonomi ketiga negara tersebut didasarkan atas hal yang sama? Jika ya, apa 25
yang membuat sistem ekonomi antara ketiga negara tersebut sama dan apa yang membuatnya
berbeda?'
Langkah ketiga adalah membuat kesimpulan. Pada bagian ini, guru dapat mengajukan
pertanyaan "Jika demikian, aspek apa saja yang dapat menjadi dasar sistem ekonomi suatu negara?"

Strategi 3: Pembelgiaran Prinsip


Strategi ketiga merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat
merumuskan suatu konsep, menginterpretasi, dan menyimpulkan data, seJanjutnya mereka
diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam situasi permasalahan yang berbeda.
Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
Langkah pertama yang harus diajukan guru adalah mengajukan suatu
dan semua tingkatan kelas. Bagi anak-anak, konsep dan contohnya harus lebih sederhana
dibandingkan untuk anak tingkatan kelas yang lebih tinggi. Terakhir, model inijuga dapat menjadi
alat evaluasi yang efektif bagi guru untuk mengukur apakah ide atau konsep penting yang baru saja
diajarkan telah dikuasai oleh siswa atau tidak.
25
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
2. Model Pembelajaran Berpikir Induktif
Model pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi mengajar
yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi. Secara
singkat model ini merupakan strategi mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut.
1. Kemampuan berpikir dapat diajarkan.
2. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam setting
kelas, bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif
tertentu. Dalam setting tersebut, siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu
sistem konsep, yaitu (a) menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta
membuat kesimpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut, (b) menarik kesimpulan
berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis, dan
(c) memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini dapat
membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut.
3. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar
dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih
dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. 26 Oleh karena itu, konsep tahapan
beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-
tahapan tersebut.27

a. Prosedur Pembelajaran
Postulat yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus diajarkan
dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir induktif melibatkan tiga tahapan dan
karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara mengajarkannya. Strategi pertama adalah
pembentukan konsep (concept formation) sebagai strategi dasar; kedua, interpretasi data (data
interpretation), dan ketiga adalah penerapan prinsip (application of principles).
Strategi 1: Pembentukan konsep, meliputi langkah-langkah:
a) membuat daftar konsep;
b) pengelompokan konsep berdasarkan karakteristik yang sama;
c) pemberian label atau kategorisasi.
Strategi 2: Interpretasi data, meliputi langkah-langkah:
a) mengidentifikasi dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya;
b) menjelaskan dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya;

26
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
27
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
c) membuat kesimpulan.
Strategi 3: Penerapan prinsip, meliputi langkah-langkah:
a) membuat hipotesis, memprediksi konsekuensi;
b) menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi;
c) menguji hipotesis/prediksi.
6. Model pembelajaran berpikir induktif bertujuan untuk membangun mental kognitif. Oleh karena
itu, model ini untuk mengembangkan kemampuan berpikir

Jenis Motivasi dalam belajar

Motivasi prestasi. Orang dengan tipe motivasi ini fokus pada pencapaian tujuan. Motivasi ini
membentuk dasar bagi kehidupan yang baik, memberikan motivasi kepribadian dinamis dan
menghormati diri sendiri. Orang biasanya menetapkan target yang dicapai tidak terlalu sulit dalam
pencapaian. Dengan melakukan ini, mereka memastikan melakukan tugas-tugas yang bisa mereka
capai.

Motivasi peningkatan diri. Jika Anda tidak mendapatkan motivasi dari luar, temukan motivasi dari
diri sendiri. Motivasi diri adalah kemampuan untuk memenuhi keinginan, harapan, atau tujuan tanpa
dipengaruhi oleh orang lain. Motivasi diri penting untuk mencapai kesuksesan dalam pekerjaan dan
kehidupan pribadi. Menurut hirarki kebutuhan Maslow, orang memiliki kebutuhan manusia diatur
dalam tangga lima langkah. Sebelum lebih tinggi tingkat kebutuhan diaktifkan, tingkat kebutuhan
lebih rendah harus dipenuhi. Dalam urutan, kebutuhan bersifat fisiologis, keamanan, sosial, harga
diri, dan aktualisasi diri.

Motivasi ekstrinsik. Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu
bersumber pada suatu kebutuhan kebutuhan yang harus dipenuhi.Bentuk motivasi yang
memanifestasikan dirinya positif serta negatif. Motivasi positif muncul dalam bentuk hadiah atau
mengobati, dan dapat dinyatakan dalam arti negatif dengan cara memeras atau mengancam.
Motivas ekstrinsik berlaku pada kedua kasus dan efektif.

Motivasi takut. Ketakutan juga merupakan salah satu motivasi. Kita “takut” mengemudi di sisi jalan
yang salah. Kita takut berjalan terlalu dekat dengan tepi tebing. Kita takut bahan kimia beracun.
Ketakutan ini memotivasi kita untuk membuat keputusan yang baik soal keselamatan kita. Tapi
jangan biarkan menjadi kebiasaan yang dapat mengendalikan kita. Jika kita tidak bisa melawan
dengan cara positif, lakukan secara kreatif.

Motivasi investasi. Penting untuk menginvestasikan diri secara fisik, emosional, dan finansial dalam
suatu tugas. Semakin diinvestasikan dalam suatu tugas, semakin besar kemungkinan ia akan mampu
melakukan pekerjaan dengan baik dan lengkap. Contohnya, jika mimpi menjadi seorang penyanyi, ia
harus memiliki komitmen togal dalam mencapai tujuan ini. Ia perlu bekerja keras pada apa yang
ingin dicapai.

Motivasi sosial. Banyak orang menganggap kehidupan sosial mereka sebagai motivasi terbesar
mereka. Teman-teman mereka adalah motivator terbaik mereka. Ide untuk diterima di antara
sekelompok orang adalah motivasi untuk mencapai tujuan hidup. Penelitian menunjukkan bahwa
siswa cenderung dipengaruhi motivasi sosial untuk melakukan tugas-tugas seperti itu untuk
menyenangkan orang-orang yang mereka kagumi atau hormati. 28

Motivasi sikap. Jika Anda berpikir positif, Anda bisa mencapai hal-hal yang kadang dianggap tidak
realistis oleh orang lain. Sikap positif membantu Anda membangun hubungan yang kuat dan tetap
termotivasi. Jika Anda memiliki tujuan dalam pikiran namun kurang motivasi, cobalah miliki sikap
positif. Ini akan menaikkan motivasi Anda sendiri. 29

Motivasi intrinsik adalah motif–motif (daya penggerak) yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap individu sudah terdapat dorongan untuk
melakukan sesuatu.

Menurut Mc Clelland dalam Amirullah (2002:154-155) mengemukakan tiga kebutuhan manusia


adalah kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for
affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Orang dengan kebutuhan yang tinggi
cenderung suka bertanggung jawab untuk memecahkan berbagai macam persoalan, mereka
cenderung menetapkan sasaran yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko yang
sudah diperhitungkan untuk mencapai sasaran tersebut.

28
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
29
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011
Lebih lanjut Mc Clelland dalam Handoko (1983:256) mengemukakan bahwa orang-orang yang
berorientasi prestasi mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan,
yaitu :

Menyukai pengambilan resiko yang layak (moderat) sebagai fungsi keterampilan, bukan kesempatan
; menyukai suatu tantangan ; dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai.

Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi yang layak dan menghadapi
resiko yang sudah diperhitungkan.

Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang telah dikerjakannya.

Mempunyai keterampilan dalam perencanaan jangka panjang dan mempunayi kemampuan-


kemampuan organisasional.

Menurut Maslow dalam Darsono (2000:101-102) mengemukakan bahwa manusia mempunyai


kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut :

1) Kebutuhan jasmaniah, seperti : makan, minum, istirahat, seksual dan sebagainya.

2) Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti : ingin sehat, ingin terhindar dari bahaya, ingin
menghilangkan kecemasan dan lain-lain.

3) Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti : ingin berteman, ingin berkeluarga, ingin masuk
dalam suatu kelompok dan lain – lain.

4) Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti : ingin dihargai, dipercaya, dihormati oleh
orang lain dan lain-lain.

5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri, seperti : keinginan untuk mengembangkan potensi diri, bakat
dan keterampilan, keinginan berprestasi, keinginan mencapai cita-cita dan sebagainya.

6) Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti : mencari ilmu atau menempuh pendidikan setinggi-
tingginya yang didorong rasa ingin tahu.

7) Kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan keindahan.

Sedang menurut Morgan dalam Sardiman (2005:78-80)

mengemukakan bahwa manusia memiliki berbagai kebutuhan, yaitu :

1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk suatu aktivitas

2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain


3) Kebutuhan untuk mencapai hasil atau cita-cita

4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu berasal dari diri sendiri yang menuntut
untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat memenuhi semua kebutuhannya tersebut dapat
mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian
pemenuhan kebutuhan. Hal ini dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna membekali
diri dengan hal hal yang diperlukan dalam mencapai tujuannya tersebut.

Salah satu bekal yang diperlukan adalah bekal pendidikan yang memadai sehingga pada akhirnya
seseorang akan merasa perlu untuk melanjutkan sekolahnya sampai pada jenjang yang
memungkinkan dirinya dapat memiliki bekal untuk memenuhi kebutuhan secara berkualitas. 30

Daftar Pustaka

Uno,Hamzah.Teori motivasi & pengukurannya.Bumi Aksara.2012

Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011

30
Uno,Hamzah.menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif.Bumi Aksara.2011

Anda mungkin juga menyukai