Anda di halaman 1dari 8

STUDI KASUS

Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd


Contoh Pengumpulan Data Studi Kasus dan
Langkah-Langkah Studi Kasus
DAFTAR ISI

Daftar Isi

Data-data dalam Studi Kasus___________________________________________________________________________1


Contoh Data Studi Kasus________________________________________________________________________________2
Proses dan Langkah-Langkah dalam Studi Kasus___________________________________________________5
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

Data-data dalam Studi Kasus

1. Identifikasi diri, seperti nama, kelamin, tanggal lahir, alamat nomor pokok dan
sebagainya.
2. Latar belakang keluarga, yang meliputi data mengenai: besarnya keluarga, status
sosial keluarga, pekerjaan orang tua, keadaan saudara-saudaranya, situasi di
rumah, bantuan orang tua dan sebagainya.
3. Keadaan kesehatan dan perkembangan jasmani, yang meliputi keterangan
tentang ciri-ciri jasmani, penyakit yang di derita dan sebagainya.
4. Latar belakang pendidikan, seperti hasil belajar, pengalaman pendidikan,
kegagalan dalam pendidikan, minat belajar, cita-cita pendidikan dan sebagainya.
5. Kemampuan dasar, seperti kecerdasan, bakat, minat, sikap dan sebagainya.
6. Tingkah laku sosial, meliputi latar belakang pergaulan, kelompoknya, sikapnya
terhadap orang lain, peranan dalam kelompoknya dan sebagainya.

Page 1
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

Contoh Data Studi Kasus


Nama kasus : Mardi
Umur/ kelamin : 14 tahun/ laki-laki
Kelas : VI

1. Masalah:
Guru kelasnya melaporkan bahwa Mardi sebagai anak yang kurang
dikelasnya. Tidak pernah mau mencatat pelajaran, tidak mau membawa pensil,
buku, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah. Sering tidak masuk kelas.
Selalu murung, tidak mau bermain dengan kawan-kawannya. Mudah
tersinggung. Angka raportnya menurun dibandingkan angka-angka yang di
capai sebelumnya. Jika di suruh menyanyi di depan kelas ia selalu
menolaknya.

2. Kemajuan akademis:
Dengan mempelajari raportnya sejak kelas 1, Mardi tergolong hanya anak-
anak yang rata-rata saja. Menurut guru kelas 1 dan kelas 2, ia lambat bisa
membaca dan berhitung. Nilai yang selalu baik, yaitu 7 dan 8, diperolehnya
dari menggambar. Pernah tidak naik kelas dari kelas 3 ke kelas 4. Gejala
prestasi belajar menurun mulai nampak ketika di kelas 5, bahkan hampir-
hampir tidak naik kelas 6.

3. Fisik dan kesehatan:


Menurut hasil pemeriksaan kesehatan, ternyata Mardi tergolong baik
pertumbuhan fisiknya. Mata dan pendengarannya normal. Ia memiliki tinggi 2
cm lebih dari kawan-kawan sekelasnya (jadi ia anak yang tertinggi). Juga berat
badannya. Pernah sakit thypus ketika di kelas empat selama tiga minggu.
Tidak menunjukkan adanya kelainan dalam jasmaninya.

4. Keadaan keluarga:
Mardi anak ketiga dari enam orang anak putra pak Kardi. Kakaknya yang
tertua (perempuan) telah menikah ketika telah tamat dari kelas 6. Tiga orang
adiknya perempuan semua. Pekerjaan pak Kardi ialah supir truk yang biasa
mengangkat sayur-mayur ke Jakarta. Ibunya juga sebagai pedagang kecil.

Page 2
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

Situasi ekonomi keluarga pak Kardi boleh dikata kurang. Penghasilan pak
Kardi hanya cukup untuk makan saja. Untuk itu anak-anaknya di suruh
membantu ibunya bekerja mencari nafkah. Pulang sekolah Mardi bekerja
sebagai pengantar koran. Kakaknya yang kedua sering sakit, sehingga ia tidak
tamat sekolah karena keluar dari kelas lima tahun yang lalu.
Ayah dan ibunya tidak pernah memberikan bantuan dalam bimbingan
pelajaran. Sangat jarang kesempatan untuk berkumpul bersama seluruh
keluarga, karena semuanya selalu sibuk. Ketika guru pembimbing datang
mengunjungi keluarga pak Kardi, mereka menyambut dengan gembira dan
berterima kasih atas usaha untuk membimbing Mardi. Ayahnya menyambut
baik rencana untuk memberikan bimbingan kepada Mardi, dan mengakui
segala kekeliruan dalam mendidik anaknya. Harapan pak Kardi, andaikan
Mardi ada kemungkinan, ingin agar sekolahnya di terusklan karena sebagai
harapan dalam keluarga. Kalaupun tidak bisa, ingin agar Mardi dapat bekerja
dengan baik. Perlu di jelaskan bahwa ibunya bersifat keras kepada anak-
anaknya.

5. Kepribadian:
Berdasarkan pengamatan guru-guru yang pernah mengajarnya, Mardi anak
yang pendiam, mudah tersinggung, menyisihkan diri dari kawan-kawannya.
Wawancara dengan Mardi memberikan keterangan bahwa ia selalu diliiputi
oleh rasa takut terutama oleh ibunya. Sebenarnya ia tidak mau bekerja
sebagai pengantar koran, tetapi ibunya yang memaksa untuk itu.
Ia selalu rindu kapada ayahnya. Cita-citanya ingin menjadi seorang montir
mobil. Ia ingin juga melanjutkan sekolah, tapi ibunya melarang meskipun
ayahnya mendorong. Minatnya banyak tercurah ke dalam pelajaran
menggambar, sedangkan kepada pelajaran sejarah ia menyatakan paling tidak
senang. Berdasarkan test intelegensi yang di berikan kepadanya, ternyata ia
memiliki tingkat kecerdasan yang tergolong rata-rata. Bakatnya lebih menonjol
dalam bakat mekanis.

6. Tingkah laku sosial:


Kurang banyak bermain, lebih banyak menyendiri. Kawan-kawannya banyak
yang mencemooh-kannya. Data sosiometris menunjukkan bahwa ia tidak ada
yang memilih. Ia sendiri memilih Amir, seorang murid yang cukup pandai
dalam kelasnya. Ketika dinyatakan kenapa memilih Amir, ia menyatakan

Page 3
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

karena Amir pandai dan orangnya baik, ia ingin seperti Amir. Menurut laporan
guru kelas 1, ketika di kelas 1 Mardi tidak seperti sekarang. Waktu itu ia anak
yang cukup populer diantara kawannya. Gejala semacam itu mulai mundur
ketika ia tidak naik kelas. Kawan-kawannya encemoohkan dan ibunya
memarahinya. Ia merasa malu untuk bergaul dengan kawan-kawannya, ia
merasa kurang diantara teman-temannya. Ia merasa lain diantara kawan-
kawnnya (umurnya paling tua di antara teman sekelasnya). Diluar sekolah ia
kurang mendapat kesempatan untuk bermain, karena harus bekerja sebagai
pengantar koran di sore hari.

7. Kesimpulan:
- Mardi menghadapi maslah yang memerlukan bantuan;
- Lingkungan keluarga merupakan fakta yang menimbulkan masalahnya;
- Ada bakat dan minat yang tidak berkembang
- Keluarga terutama ayahnya memberikan bantuan dan pengertian
kepada usaha bimbingan.
- Mardi tersisihkan dari pergaulannya karena merasa rendah diri
- Sesungguhnya ia tidak tergolong anak yang bodoh karena tingkat
kecerdasannya tidak tergolong rendah. Ia mengalami hambatan dalam
dirinya.
- Umur dan keadaan fisik yang melebihi kawan-kawannya,
mempengaruhi dirinya.

Page 4
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

Proses dan Langkah-Langkah dalam Studi Kasus


1. Langkah Identifikasi Kasus
Langkah ini di maksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang
nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu
mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan
terlebih dahulu.
Kemudian pembimbing mengumpulkan dan mencatat data-data yang muncul dari
Si Kasus. Dalam mengumpulkan data pembimbing dapat menggunakan berbagai
teknik misalnya wawancara langsung dengan Si Kasus, dengan orang tua Si
Kasus, teman sebaya Si Kasus, melakukan observasi, atau lain sebagainya.
Dalam kegiatan ini pembimbing menguraikan data-data yang diperoleh.

2. Langkah diagnosa
Langkah diagnosa yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus
beserta latar belakangnya.
Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar
belakangnya. Menentukan latar belakang harus berdasarkan data yang telah
teridentifikasi.

3. Langkah Prognosa
Langkah ini merupakan langkah untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa
yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah prognosa ini di
tetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah di
tetapkan masalah beserta latar belakangnya
Sebelum menentukan jenis bantuan pembimbing juga mengidentifikasi latar
depan (apa yang akan terjadi di depan) apabila masalah tidak segera
diselesaiakan.

4. Langkah Terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini
merupakan pelaksanaan apa-apa yang di tetapkan dalam langkah prognosa.
Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinu dan
sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.

Page 5
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

Langkah ini pembimbing dapat menggunakan teknik konseling dalam membantu


Si Kasus atau melakukan kerjasama dengan pihak terkait dengan permasalahan.

5. Langkah Evaluasi dan Follow Up


Langkah ini di maksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah
langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah
follow up, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau hambatan dalam
pelaksanaan terapi, apakah perlu dilanjutkan penanganannya oleh pembimbing
atau perlu dialih tangan kasuskan.

Page 6

Anda mungkin juga menyukai