Anda di halaman 1dari 10

LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

CONTOH
STUDI KASUS
Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd

Page 1
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

Contoh Studi Kasus


A) Pengantar
Guru pembimbing di sekolah itu menerima laporan dari guru kelas enam,
bahwa seorang murid yang bernama Mardi menunjukkan gejala-gejala: sering
tidak masuk sekolah, hasil belajarnya menurun, menyendiri, mudah tersinggung,
tidak mau mencatat, tidak pernah membawa buku dan alat-alat tulis, bersikap
acuh terhadap pelajaran, dan selalu menolak kalau disuruh kedepan untuk
bernyanyi. Setelah menerima laporan, guru pemebimbing mulai mengumpulkan
keterangan mengenai diri kasus, yaitu mengenai alamat, tanggal lahir, lamanya
menunjukkan gejala tersebut, orang tua, pekerjaan orang tua, dll. Semuanya itu
ditanyakan kepada guru kelasnya. Berdasarkan keterangan pendahuluan itu guru
pembimbing menetapkan Mardi sebagai kasus yang memerlukan pemahaman
dan bantuan yang khusus.
Langkah yang pertama dilakukan ialah mengadakan studi yang mendalam
tentang diri Mardi beserta latar belakangnya (studi kasus). Hal ini dimaksudkan
untuk memperoleh pemahaman yang sebaik-baiknya agar memperoleh gambaran
mengenai kesulitan atau masalah yang sebenarnya, sehingga dapat ditetapkan
bagaimana jenis bantuan yang dapat diberikan untuk menolong Mardi. Dalam
langkah ini guru pembimbing mulai mengumpulkan dokumen-dokumen sekolah
yang mencatat tentang diri Mardi, seperti buku induk, raport sejak di kelas satu
sampai sekarang, daftar absen, catatan-catatan guru, dan lain-lain (mis: studi
dokiumen). Juga mulai mengadakan wawancara dengan guru-guru yang pernah
mengajarnya.
Langkah selanjutnya ialah memanggil Mardi untuk diajak wawancara.
Kepadanya di jelaskan bahwa guru bermaksud akan membantunya dan bukan
akan menghukumnya. Pada mulanya Mardi merasa ragu-ragu dalam menjawab
pertanyaan tetapi setelah dijelaskan segala maksudnya, Mardi dengan terbuka
memberikan jawaban-jawabanya. Ia menceritakan bahwa jika berada di sekolah
selalu merasa malu, malas. Ia merasa bodoh dan lebih tua dari rata-rata umur
murid teman sekelasnya, juga tinggi dan berat badannya. Sejak ia tidak naik
kelas, ia merasa bahwa dirinya yang paling bodoh.
Di rumah selalu diliputi oleh rasa takut karena ibunya selalu memarahinya.
Setelah sekolah ia menjadi pengantar koran, meskipun sebenarnya ia tidak mau
melakukan hal itu, tetapi ibunya memaksa untuk itu. Ia mengatakan bahwa

Page 2
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

sesungguhnya iapun ingin seperti kawan-kawannya yang lain. Pelajaran yang


paling disenanginya ialah menggambar, sedangkan yang paling tidak
disenanginya ialah sejarah. Cita-citanya menjadi ahli mesin atau montir mobil,
tetapi ayahnya melarang untuk itu. Wawancara pertama yang dilakukan waktu itu
oleh guru pembimbing dimaksudkan untuk memperoleh keterangan yang lebih
banyak dari diri kasus, disamping mulai menanamkan kepercayaan pada dirinya
serta mulai membina hubungan yang baik dan disertai saling mempercayai. Pada
akhir wawancara, dan ia berjanji akan datang lagi kepada guru pembimbing.
Pada hari yang telah ditentukan guru pembimbing mengunjungi rumah
orang tua Mardi. Ia diterima oleh kedua orang tuanya dengan ramah tamah.
Kedua orang tuanya meminta bantuan guru atau sekolah untuk membimbingnya.
Dalam kunjungan itu kepada kedua orang tuanya dijelaskan maksud guru
pembimbing datang, dan kedua orang tuanya memahami dengan baik dan
memberikan keterangan dengan sejujur-jujurnya. Dari kunjungan ini guru
pembimbing memperoleh keterangan sebagai berikut. Ayah Mardi (pak Kardi)
bekerja sebagai supir truk, dan ibunya sebagai pedagang sayur. Anaknya
semuanya 6 orang. Mardi sendiri adalah anak yang ketiga, yang paling besar
perempuan dan sudah kawin. Kakak Mardi yang kedua ialah laki-laki dan sering
sakit, tiga orang adiknya semuanya perempuan, yang paling kecil berumur 5
tahun. Jadi Mardilah anak laki-laki yang dijadikan sebagai harapan orang tuanya.
Ibunya bersikap keras kepada anaknya, terutama kepada Mardi. Ayahnya
menghendaki agar Mardi dapat meneruskan sekolahnya. Sedangkan ibunya
menghendaki tidak melanjutkan sekolah, tetapi bekerja. Keadaan ekonomi
keluarga pak Kardi boleh dikatakan kurang, karena penghasilan pak Kardi sebagai
supir dan ibunya hanya cukup untuk makan saja. Suasana di rumah kurang begitu
baik, karena pak Kardi sering tidak ada di rumah. Ibunya sejak pagi-pagi sudah
pergi ke pasar, dan baru pulang sore hari. Sehingga kesempatan untuk berkumpul
dengan seluruh keluarga boleh dikatakan jarang sama sekali. Pada wawancara itu
guru tidak memberikan saran apa-apa karena maksudnya hanya untuk
memperoleh keterangan tentang latar belakang keluarga Mardi. Pada akhir
wawancara dijanjikan bahwa guru pembimbing akan datang lagi dan hal itu
diterima baik oleh kedua orang tuanya.
Atas persetujuan guru dan juga Mardi sendiri kemudian guru pembimbing
membawa Mardi untuk diperiksa kesehatannya kepada klinik yang terdekat. Hasil
pemeriksaan tersebut menunjukkan fisik dan kesehatan Mardi termasuk baik,
tidak terdapat kelainan-kelainan. Hanya tinggi dan berat badan lebih tinggi

Page 3
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

dibandingkan dengan kawan-kawan sekelasnya. Maka diisimpulkan bahwa dari


segi jasmani dan kesehatan sesungguhnya tidak terdapat gangguan dan kelainan.
Hanya diperoleh keterangan bahwa Mardi pernah sakit typhus ketika di kelas lima
dan ketika berumur 6 tahun.
Kemudian atas persetujuan guru kelas dan kepala sekolah diadakan
psychotest kepada seluruh murid kelas enam. Hasil psychotest menunjukkan
bahwa dalam inteligensi Mardi menunjukkan tingkat kecerdasan yang tergolong
normal (rata-rata). Ia memiliki bakat mekanis yang tinggi, mudah tersinggung dan
memerlukan dorongan.
Untuk mengetahui keadaan tingkah laku sosialnya, guru mencoba
melakukan teknik sosiometri, dan dari sosiogramnya ternyata Mardi tergolong
anak yang terisolir (tidak ada yang memilih). Ia sendiri memilih Amir, seorang
murid yang pandai di kelas itu. Selanjutnya guru pembimbing mengamati
beberapa situasi, seperti ketika mengikuti pelajaran, sedang olah raga, sedang
istirahat, sedang bekerja, dan sebagainya. Dari observasi ini diperoleh data
bahwa memang Mardi kurang populer dalam kelompokknya.
Dalam suatu pelajaran mengarang guru kelas menyuruh murid-murid untuk
membuat dua buah karangan yang masing-masing berjudul: “Keadaan di
rumahku” dan “Cita-citaku setelah tamat sekolah”. Dari kedua judul karangan itu
Mardi menceritakan keadaan keluarganya dan lebih banyak menyalahkan
keadaan keluarganya, terutama kepada ayahnya yang sering tidak ada di rumah,
dan ibunya yang sering memarahinya. Ia menyatakan kerinduan kepada ayahnya.
Dari karangan mengenai cita-citanya, diketahui bahwa ia menginginkan menjadi
seorang montir mobil yang cakap.

B) Membuat Laporan Studi Kasus berdasarkan Langkah-langkah Studi Kasus


1) IdentifikaSi Kasus
 Identitas Si Kasus
Nama : Mardi
Umur : 14 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : VI
Nama Ayah : Pak Kardi
Pekerjaan Ayah : Sopir truk
Nama Ibu : Ibu Siti
Pekerjaan Ibu : Pedagang kecil

Page 4
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

Jumlah Saudara : 6 (Mardi anak ke-3)

 Uraian Kasus
Mardi (Si Kasus) adalah siswa kelas 6 yang menunjukkan gejala
masalah sering tidak masuk sekolah, hasil belajarnya menurun, menyendiri,
mudah tersinggung, tidak mau mencatat, tidak pernah membawa buku dan alat-
alat tulis, bersikap acuh terhadap pelajaran, dan selalu menolak kalau disuruh
kedepan untuk bernyanyi.
Berdasarkan informasi wali kelas 5, perilaku Si Kasus sudah mulai
berubah sejak kelas 5. Menurut informasi Si Kasus sepertinya kecewa karena
pernah tidak naik kelas dari kelas 3 ke kelas 4. Sejak itu perilaku di Kasus
sudah mulai berubah bahkan hampir-hampir tidak naik kelas saat Si Kasus
kelas 5.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Si Kasus menceritakan bahwa
jika berada di sekolah selalu merasa malu, malas. Ia merasa bodoh dan lebih
tua dari rata-rata umur murid teman sekelasnya, juga tinggi dan berat
badannya. Sejak ia tidak naik kelas, ia merasa bahwa dirinya yang paling
bodoh. Di rumah selalu diliputi oleh rasa takut karena ibunya selalu
memarahinya. Setelah sekolah ia menjadi pengantar koran, meskipun
sebenarnya ia tidak mau melakukan hal itu, tetapi ibunya memaksa untuk itu. Ia
mengatakan bahwa sesungguhnya iapun ingin seperti kawan-kawannya yang
lain. Pelajaran yang paling disenanginya ialah menggambar, sedangkan yang
paling tidak disenanginya ialah sejarah. Cita-citanya menjadi ahli mesin atau
montir mobil, tetapi ayahnya melarang untuk itu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua saat kunjungan rumah,
diperoleh informasi tentang pekerjaan orang tua Si Kasus. Ayah Si Kasus (pak
Kardi) bekerja sebagai supir truk, dan ibunya sebagai pedagang sayur. Anaknya
semuanya 6 orang. Si Kasus sendiri adalah anak yang ketiga, yang paling besar
perempuan dan sudah kawin. Kakaknya yang kedua ialah laki-laki dan sering
sakit, tiga orang adiknya semuanya perempuan, yang paling kecil berumur 5
tahun. Jadi Si Kasuslah anak laki-laki yang dijadikan sebagai harapan orang
tuanya. Ibunya bersikap keras kepada anaknya, terutama kepada Si Kasus.
Ayahnya menghendaki agar Si Kasus dapat meneruskan sekolahnya.
Sedangkan ibunya menghendaki tidak melanjutkan sekolah, tetapi bekerja.
Keadaan ekonomi keluarga pak Kardi boleh dikatakan kurang, karena
penghasilan pak Kardi sebagai supir dan ibunya hanya cukup untuk makan

Page 5
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

saja. Suasana di rumah kurang begitu baik, karena pak Kardi sering tidak ada di
rumah. Ibunya sejak pagi-pagi sudah pergi ke pasar, dan baru pulang sore hari.
Sehingga kesempatan untuk berkumpul dengan seluruh keluarga boleh
dikatakan jarang sama sekali.
Berdasarkan hasil psychotest menunjukkan bahwa dalam inteligensi Si
Kasus menunjukkan tingkat kecerdasan yang tergolong normal (rata-rata). Ia
memiliki bakat mekanis yang tinggi, mudah tersinggung dan memerlukan
dorongan.
Berdasarkan analisis sosiometri, dan dari sosiogramnya ternyata Si
Kasus tergolong anak yang terisolir (tidak ada yang memilih). Ia sendiri memilih
Amir, seorang murid yang pandai di kelas itu. Selanjutnya berdasarkan
observasi guru pembimbing dalam situasi, seperti ketika mengikuti pelajaran,
sedang olah raga, sedang istirahat, sedang bekerja, dan sebagainya, Si Kasus
terlihat tidak terlibat dalam aktivitas sosial dan lebih memilih menyendiri di
dalam kelas. Dari wawancara dengan teman sebaya ini diperoleh data bahwa
memang Si Kasus kurang populer dalam kelompokknya karena suka menarik
diri dari pergaulan, tidak mau bermain bersama dan dalam kerja kelompok lebih
banyak diam.
 Kesimpulan
Berdasarkan data yang dikumpulkan maka dapat disimpulkan bahwa masalah
Si Kasus adalah:
1. Masalah kesulitan dalam belajar
2. Masalah penyesuaian diri dalam kehidupan sosial
3. Masalah pribadi (ada konflik dalam dirinya dan kurang percaya pada diri
sendiri)

2) Diagnosis
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan hasil identifikasi masalah, adapun
yang melatarbelakangi permasalahan yang dialami Si Kasus antara lain:
1. Kekecewaan waktu tidak naik kelas
2. Situasi di rumah yang tidak memadai
3. Ada bakat-bakat yang tidak dapat berkembang

3) Prognosis
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan hasil identifikasi masalah dan
diagnosis masalah Si Kasus, adapun yang latar depan (prognosis) yang akan

Page 6
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

terjadi kepada Si Kasus apabila masalah tidak siselesaikan, antara lain:


1. Membenci diri sendiri dan menganggap diri tidak berguna
2. Tidak naik kelas bahkan bisa putus sekolah
3. Memberontak
4. Terkucil dan menjadi sosipat

Berdasarkan data di atas, adapun langkah atau treatment/terapi yang dapat


dilakukan untuk membantu Si Kasus antara lain:
1. Melakukan pertemuan (konferenSi Kasus) yang membahas permasalahan Si
Kasus yang dihadiri oleh guru pembimbing, wali kelas, orang tua dan Kepala
Sekolah. Adapun maksud dan tujuan pertemuan untuk membicarakan masalah
tindakan selanjutnya. Pada kesempatan itu guru pembimbing memberikan
laporan mengenai data yang telah terkumpul dan kesulitan serta latar
belakangnya. Kemudian dikemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah
selanjutnya, yaitu usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk memberikan
bantuan.
2. Merencanakan kegiatan bimbingan dalam kesulitan belajar
3. Merencanakan kegiatan bimbingan penyesuaian diri, terutama dalam kehidupan
sosial
4. Merencanakan kegiatan bimbingan pribadi dalam penyelesaian konflik pribadi

4) Terapi
Berdasarkan langkah yang telah direncakanakan maka guru pembimbing
melaksakan terapi/treatmen melalui kegiatan sebagai berikut:
1. Mengadakan wawancara khusus (konseling idividual) dengan kasus secara
teratur dan sistematis.
2. Mengadakan pendekatan dengan orang tua untuk memperoleh pengertian yang
sebaik-baiknya dari orang tua. Hal ini dilakukan dengan mengunjungi rumah
(home visit) atau pemanggilan orang tua ke sekolah.
3. Mengikutsertakan Si Kasus dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti diskusi,
kerja kelompok, dan sebagainya.
4. Mengadakan kunjungan (karyawisata atau field trip) ke objek-objek tertentu.
5. Bekerjasama dengan guru mata pelajaran untuk memberikan bimbingan belajar
bagi Si Kasus.
6. Memberikan motivasi kepada Si Kasus secara pribadi dan melalui teman
sebayanya diminta untuk tidak menjauhi Si Kasus.

Page 7
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

7. Memberikan informasi atau keterangan-keterangan baik tentang pendidikan


maupun tentang pekerjaan kepada murid secara kelompok ataupun individu.

5) Evaluasi dan Follow Up


Setelah melaksanakan kegiatan terapi seperti yang direncakan, guru pembimbing
melakukan evaluasi dan follow up terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Adapun
hasil evaluasi dan follow up dari permasalahan Si Kasus:
A) Berdasarkan hasil wawancara konseling/konseling individual, Si Kasus
diarahkan agar lebih memahami gambaran tentang dirinya dan lingkungannya
termasuk orang tua. Dijelaskan bahwa ia tidak perlu merasa rendah diri. Dari
wawancara konseling tersebut Si Kasus menyatakan kepuasannya, karena ada
tempat mencurahkan perasaannya dan telah berniat untuk memperbaiki
keadaannya. Iapun melaporkan bahwa semenjak kunjungan gurunya ke rumah,
ibunya bersikap lebih baik dan ayahnya pun leih banyak memperhatikan dirinya.
Hal itu telah menimbulkan gairah untuk belajar lebih baik.
B) Dalam kunjungan ke rumah (home visit) kepada orang tuanya dijelaskan dan
diminta pengertian dalam menghadapi Si Kasus. Kepada orang tuanya
dijelaskan pula mengenai data tentang diri Si Kasus baik mengenai
kemampuan, kecerdasan, maupun bakatnya. Ibunya berjanji untuk mengubah
sikapnya dan ayahnyapun berjanji untuk tidak terlalu lama meningglkan rumah.
Pekerjaan Si Kasus sebagai pengantar koran dihentikan dan lebih banyak
memberikan kesempatan kepada Si Kasus untuk bekerja sesuai dengan
minatnya, yaitu menggambar dan mmebuat kerajinan atau mainan. Juga sekali-
kali ikut dengan ayahnya ke bengkel untuk memperbaiki mesin mobil. Orang
tuanya melaporkan bahwa sekarang Si Kasus mau belajar di rumah.
C) Pada waktu yang telah ditentukan guru membawa murid untuk mengadakan
karyawisata atau peninjauan ke suatu proyek pembuatan jalan raya. Setiap
murid diminta untuk memperhatikan mesin-mesin yang ada, seperti buldozer,
mesin derek, mesin giling, pemecah batu, dan sebagainya. Kemudian membuat
laporan untuk didiskusikan di dalam kelas. Dalam kegiatan itu guru
memperhatikan tingkah laku Si Kasus yang nampak sangat senang dan
gembira. Ia menunjukkan sesuatu dan menjelaskan kepada teman-temannya, ia
sangat aktif mencatat dan bertanya kepada para pekerja di situ. Setelah selesai
peninjauan, Si Kasus diminta berdiskusi dan membuat laporan. Ternyata Si
Kasus berhasil membuat laporan yang paling baik, ia berhasil membuat gambar

Page 8
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

mesin-mesin yang dilihatnya.


D) Semua teman-temannya berusaha mendekati Si Kasus dan tidak
mengucilkannya, dan teman-temannya merasa kagum atas prestasi Si Kasus,
dan mulai saat itu kawan-kawannyapun mulai menghargai keunggulan Si
Kasus. Dari kenyataan itu Si Kasus merasa harga dirinya kembali.
E) Kemudian guru merencanakan suatu proyek kerja kelompok yaitu membuat
mesin-mesin dari kayu. Untuk itu Si Kasus ditunjuk sebagai ketua kelompok dan
harus memimpin kegiatannya. Ia sangat aktif dan ternyata ia berhasil memimpin
kawan-kawannya dalam membuat mainan dari kayu itu. Ketika diadakan
pameran, hasil kerajinan itu mendapat penilaian yang baik. Kini kawan-
kawannya tidak menganggap Si Kasus sebagai anak yang harus dijauhi, tetapi
sebagai seorang anak yang memiliki kemampuan tertentu. Si Kasuspun telah
merasakan bahwa dirinya dihargai dan diakui oleh kawan-kawan sekelasnya. 23
F) Dalam hal pelajaran-pelajaran yang mundur, guru telah memberikan bantuan
secara individual, baik yang sifatnya mengulang maupun tambahan. Si Kasus
bersedia untuk menerima tambahan pelajaran pada waktu-waktu tertentu. Ia
diberi tugas-tugas pelajaran pada waktu-waktu tertentu. Ia diberi tugas-tugas
pelajaran tambahan untuk dikerjakan baik di sekolah maupun di rumah. Dengan
bantan guru-guru, teman-temannya dan juga orang tuanya, Si Kasus dapat
melaksanakan tugasnya itu. Amir sebagai kawan yang disenanginya dicoba
didekatkan dan ternyata Amir dapat memberikan bantuan yang baik dalam
belajar.
G) Di samping itu gurupun memberikan penjelasan-penjelasan tentang cara-cara
belajar yang baik. Kemudian guru memberikan penerangan tentang sekolah-
sekolah lanjutan yang dapat dimasuki setelah Sekolah Dasar. Pada umumnya
murid-murid ingin melanjutkan sekolahnya termasuk Si Kasus, tetapi Si Kasus
ingin melanjutkan ke Sekolah Teknik atau memasuki kursus montri mobil.
H) Proses pemberian bantuan itu dilakukan secara kontinu dan dalam waktu yang
agak cukup lama. Setelah kurang lebih sebulan proses itu berjalan, mulai
terlihat ada perubahan dalam diri Si Kasus. Guru kelas melaporkan bahwa hasil
ulangannya sudah agak lebih baik dari sebelumnya. Ia mulai mau membuat
catatan dan jarang tidak masuk. Dalam satu bulan ini ia tercatat tidak masuk
dua hari. Itupun ada berita sebelumnya. Pergaulan dengan kawan-kawannya
menjadi lebih baik. Ia bersedia menjadi ketua kelas dan kawan sekelasnyapun
menyenanginya sebagai ketua kelas. Dalam kegiatan kelompok ia aktif. Orang
tuanya ketika suatu hari datang ke sekolah melaporkan bahwa anaknya

Page 9
LANGKAH-LANGKAH STUDI KASUS

sekarang lebih rajin belajar di rumah dan mejadi periang, bahkan dapat
membantu adik-adiknya. Orang tuanya lebih yakin akan keberhasilan anaknya
dalam sekolah. Sedikit-sedikit ia sudah agak mengetahui tentang mesin mobil
dan ia sangat senang sekali kalau diajak bekerja di bengkel memperbaiki
mesin-mesin mobil.
I) Dari data sosiometri sekarang nampak ada perubahan. Ia tidak lagi tergolong
sebagai anak yang terisolir, tetapi sebagai anak yang cukup disenangi dalam
pergaulan. Dalam wawancara dengan Si Kasus, ia menyatakan bahwa ia
sekarang merasa senang belajar, keadaan di rumah sudah berubah, ia tidak lagi
dimarahi oleh ibunya, ia diperbolehkan ikut dengan ayahnya bekerja di bengkel.
Angka-angka ulangan sudah agak lebih baik, dan ia berjanji akan belajar lebih
baik lagi. Cita-citanya ialah akan melanjutkan ke sekolah teknik setelah taman
ujian di SD. Dari hasil pengamatan tersebut guru pembimbing menyimpulkan
bahwa usaha pemberian bimbingan kepada Si Kasus sampai batas tertentu
nampak ada hasilnya. Dengan kata lain: kesulitan belajar Si Kasus telah
sebagian dapat teratasi, ia telah berhasil memperoleh harga dirinya sehingga ia
dapat menyesuaikan diri yang lebih baik dalam kelompoknya. Pertentangan
batin yang terjadi karena sikap ayah dan ibunya telah dapat diselesaikan karena
ada pengertian dari kedua orang tuanya.

Kesimpulan:
A. Evaluasi
Permasalahan si Kasus sudah teratasi; si Kasus sudah tidak mengalami
kesulitan dalam belajar, sudah mampu melakukan penyesuaian diri dalam
kehidupan sosial, dan sudah percaya diri. Semua pihak terlibat aktif dalam
penyelesaian masalah si Kasus.
B. Follow Up
o Pemeliharaan dan pengembangan, sebagai guru pembimbing
selanjutnya membantu memelihara dan mengembangakan perilaku baru
yang dimiliki oleh si Kasus.
o Kerjasama semua pihak harus tetap dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah pada si Kasus.

Page 10

Anda mungkin juga menyukai