Anda di halaman 1dari 10

Aspek Masalah dalam Studi Kasus

1. Data-data dalam Studi kasus

Data yang dikumpulkan dalam studi kasus ini ialah antara lain:

a) Identifikasi diri, sepert nama, kelamin, tanggal lahir, alamat nomor pokok dan
sebagainya.
b) Latar belakang keluarga, yang meliputi data mengenai: besarnya keluarga, status social
keluarga, pekerjaan orang tua, keadaan saudara-saudaranya, situasi di rumah, bantuan
orang tua dan sebagainya.
c) Keadaan kesehatan dan perkembangan jasmani, yang meliputi keterangan tentang ciri-ciri
jasmani, penyakit yang di derita dan sebagainya.
d) Latar belakang pendidikan, seperti hasil belajar, pengalaman pendidikan, kegagalan
dalam pendidikan, minat belajar, cita-cita pendidikan dan sebagainya.
e) Kemampuan dasar, seperti kecerdasan, bakat, minat,sikap dan sebagainya.
f) Tingkah laku sosial, meliputi latar belakang pergaulan, kelompoknya, sikapnya terhadap
orang lain, peranan dalam kelompoknya dan sebagainya.

Sebuah contoh data studi kasus

Nama kasus: Mardi

Umur/ kelamin : 14 tahun/ laki-laki

Kelas : VI

1. Masalah :
Guru kelasnya melaporkan bahwa Mardi sebagai anak yang kurang dikelasnya.
Tidak pernah mau mencatat pelajaran, tidak mau membawa pensil, buku, tidak pernah
mengerjakan pekerjaan rumah. Sering tidak masuk kelas. Selalu murung, tidak mau
bermain dengan kawan-kawannya. Mudah tersinggung. Angka raportnya menurun
dibandingkan angka-angka yang di capai sebelumnya. Jika di suruh menyanyi di depan
kelas ia selalu menolaknya.
2. Kemajuan akademis :
Dengan mempelajari raportnya sejak kelas 1, Mardi tergolong hanya anak-anak
yang rata-rata saja. Menurut guru kelas 1 dankelas 2, ia lambat bisa membaca dan
berhitung. Nilai yang selalu baik, yaitu 7 dan 8, diperolehnya dari menggambar. Pernah
tidak naik kelas dari kelas 2 ke kelas 3. gejala menurun milai nampak ketika di kelas 5,
bahkan hampir-hampir tidak naik kelas 6.
3. Fisik dan kesehatan :
menurut hasil pemeriksaan kesehatan, ternyata Mardi tergolong baik pertumbuhan
fisiknya. Mata dan pendengarannya normal. Ia memiliki tinggi 2 cm lebih dari kawan-
kawan sekelasnya (jadi ia anak yang tertinggi). Juga berat badannya. Pernah sakit thypus
ketika di kelas empat selama tiga minggu. Tidak menunjukkan adanya kelainan dalam
jasmaninya.
4. Keadaan keluarga :
Mardi anak ketiga dari enam orang anak putra pak Kardi. Kakaknya yang tertua
(perempuan) telah menikah ketika telah tamat dari kelas VI. Tiga orang adiknya
perempuan semua. Pekerjaan pak Kardi ialah supir truk yang biasa mengangkat sayur-
mayur ke jakarta. Ibunya juga sebagai pedagang kecil. Situasi ekonomi keluarga pak
Kardi boleh di kata kurang. Penghasilan pak Kardi hanya cukup untuk makan saja. Untuk
itu anak-anaknya di suruh membantu ibunya bekerja mencari nafkah. Pulang sekolah
Mardi bekerja sebagai pengantar koran. Kakaknya yang kedua sering sakit, sehingga ia
tidak tamat sekolah karena keluar dari kelas lima tahun yang lalu.

Ayah dan ibunya tidak pernah memberikan bantuan dalam bimbingan pelajaran.
Sangat jarang kesempatan untuk berkumpul bersama seluruh keluarga, karena semuanya
selalu sibuk. Ketika guru pembimbing datang mengunjungi keluarga pak Kardi, mereka
menyambut dengan gembira dan berterima kasih atas usaha untuk membimbing Mardi.
Ayahnya menyambut baik rencana untuk memberikan bimbingan kepada Mardi, dan
mengakui segala kekeliruan dalam mendidik anaknya. Harapan pak Kardi, andaikan
Mardi ada kemungkinan, ingin agar sekolahnya di terusklan karena sebagai harapan
dalam keluarga. Kalaupun tidak bisa, ingin agar Mardi dapat bekerja dengan baik. Perlu
di jelaskan bahwa ibunya bersifat keras kepada anak-anaknya.

5. Kepribadian :
Berdasarkan pengamatan guru-guru yang pernah mengajarnya, Mardi anak yang
pendiam, mudah tersinggung, menyisihkan diri dari kawan-kawannya. Wawancara
dengan Mardi memberikan keterangan bahwa ia selalu diliiputi oleh rasa takut terutama
oleh ibunya. Sebenarnya ia tidak mau bekerja sebagai pengantar koran, tetapi ibunya
yang memaksa untuk itu.
Ia selalu rindu kapada ayahnya. Cita-citanya ingin menjadi seorang montir mobil.
Ia ingin juga melanjutkan sekolah, tapi ibunya melarang meskipun ayahnya endorong.
Minatnya banyak tercurah ke dalam pelajaran menggambar, sedangkan kepada pelajaran
sejarah ia menyatakan paling tidak senang. Berdasarkan test intelegensi yang di berikan
kepadanya, ternyata ia memiliki tingkat kecerdasan yang tergolong rata-rata. Bakatnya
lebih menonjol dalam bakat mekanis.
6. Tingkah laku sosial :
Kurang banyak bermain, lebih banyak menyendiri. Kawankawannya banyak yang
mencemooh-kannya. Data sosiometris menunjukkan bahwa ia tidak ada yang memilih. Ia
sendiri memilih Amir, seorang murid yang cukup pandai dalam kelasnya. Ketika
dinyatakan kenapa memilih Amir, ia menyatakan karena Amir pandai dan orangnya baik,
ia ingin seperti Amir. Menurut laporan guru kelas 1, ketika di kelas 1 mardi tidak seperti
sekarang. Waktu itu ia anak yang cukup populer diantara kawannya. Gejala semacam itu
mulai mundur ketika ia tidak naik kelas. Kawankawannya encemoohkan dan ibunya
memarahinya. Ia merasa malu untuk bergaul dengan kawan-kawannya, ia merasa kurang
diantara teman-temannya. Ia merasa lain diantara kawankawnnya (umurnya paling tua di
antara teman sekelasnya). Diluar sekolah ia kurang mendapat kesempatan untuk bermain,
karena harus bekerja sebagai pengantar koran di sore hari.
7. kesimpulan :
- Mardi menghadapi maslah yang memerlukan bantuan;
- Lingkungan keluarga merupakan fakta yang menimbulkan masalahnya;
- Ada bakat dan minat yang tidak berkembang
- Keluarga terutama ayahnya memberikan bantuan dan pengertian kepada usaha
bimbingan. - Mardi tersisihkan dari pergaulannya karena merasa rendah diri
- Sesungguhnya ia tidak tergolong anak yang bodoh karena tingkat kecerdasannya
tidak tergolong rendah. Ia mengalami hambatan dalam dirinya.
- Umur dan keadaan fisik yang melebihi kawan-kawannya, mempengaruhi dirinya

PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH DALAM STUDI KASUS

1. PENGANTAR
Sebelum sampai pada uraian mengenai langkah-langkah dan teknik bimbingan,
berikut ini akan digambarkan sebuah contoh yang akan memberikan gambaran
bagaimana langkah dan teknik memberikan bimbingan kepada seorang kasus. Contoh
yang akan diberikan ialah kasus Mardi seperti telah digambarkan pada kasusu terdahulu.
Guru pembimbing di sekolah itu menerima laporan ari guru kelas enam, bahwa
seorang murid yang bernama Mardi menunjukkan gejala-gejala: sering tidak masuk
sekolah, hasil belajarnya menurun, menyendiri, mudah tersinggung, tidak mau mencatat,
tidak pernah membawa buku dan alat-alat tulis, bersikap acuh terhadap pelajaran, dan
selalu menolak kalau disuruh kedepan untuk bernyanyi. Setelah menerima laporan, guru
pemebimbing mulai mengumpulkan keterangan mengenai diri kasus, yaitu mengenai
alamat, tanggal lahir, lamanya menunjukkan gejala tersebut, orang tua, pekerjaan orang
tua, dll. Semuanya itu ditanyakan kepada guru kelasnya. Berdasarkan keterangan
pendahuluan itu guru pembimbing menetapkan Mardi sebagai kasusu yang memerlukan
pemahaman dan bantuan yang khusus.
Langkah yang pertama dilakukan ialah mengadakan studi yang mendalam tentang
diri Mardi beserta latar belakangnya(studi kasus). Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh pemahaman yang sebaik-baiknya agar memperoleh gambaran mengenai
kesulitan atau masalah yang sebenarnya, sehingga dapat di tetapkan bagaimana jenis
bantuan yang dapat diberikan untuk menolong Mardi. Dalam langkah ini guru
pembimbing mulai mengumpulkan dokumendokumen sekolah yang mencatat tentang diri
Mardi, seperti buku induk, raport sejak di kelas satu sampai sekarang, daftar absen,
catatan-catatan guru, dll.(studi dokmenter). Juga mulai mengadakan wawancara dengan
guru-guru yang pernah mengajarnya.
Langkah selanjutnya ialah memanggil Mardi untuk diajak wawancara. Kepadanya
di jelaskan bahwa guru bermaksud akan membantunya dan bukan akan menghukumnya.
Pada mulanya Mardi merasa ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan tetapi setelah
dijelaskan segala maksudnya, Mardi dengan terbuka memberikan jawaban-jawabanya. Ia
menceritakan bahwa jika berada di sekolah selalu merasa malu, malas. Ia merasa bodoh
dan lebih tua dari rata-rata umur murid teman sekelasnya, juga tinggi dan berat badannya.
Sejak ia tidak naik kelas, ia merasa bahwa dirinya yang paling bodoh.
Di rumah selalu diliputi oleh rasa takut karena ibunya selalu memarahinya.
Setelah sekolah ia menjadi pengantar koran, meskipun sebenarnya ia tidak mau
melakukan hal itu, tetapi ibunya memaksa untu itu. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya
iapun ingin seperti kawankawannya yang lain. Pelajaran yang paling disenanginya ialah
menggambar, sedangkan yang paling tidak disenanginya ialah sejarah. Cita-citanya
menjadi ahli mesin atau montir mobil, tetapi ayahnya melarang untuk itu. Wawancara
pertama yang dilakukan waktu itu oleh guru pembimbing dimaksudkan untuk
memperoleh keterangan yang lebih banyak dari diri kasus, disamping mulai menanamkan
kepercayaan pada dirinya serta mulai membina hubungan yang baik dan disertai saling
mempercayai. Pada akhir wawancara, dan ia berjanji akan datang lagi kepada guru
pembimbing.
Pada hari yang telah ditentukan guru pembimbing mengunjungi rumah orang tua
Mardi. Ia diterima oleh kedua orang tuanya dengan ramah tamah. Kedua orang tuanya
meminta bantuan guru atau sekolah untuk membimbingnya. Dalam kunjungan itu kepada
kedua orang tuanya dijelaskan maksud guru pembimbing datang, dan kedua orang tuanya
memahami dengan baik dan memberikan keterangan dengan sejujur-jujurnya. Dari
kunjungan ini guru pembimbing memperoleh keterangan sebagai berikut. Ayah Mardi
(pak Kardi) bekerja sebagai supir truk, dan ibunya sebagai pedagang sayur. Anaknya
semuanya 6 orang. Mardi sendiri adalah anak yang ketiga, yang paling besar perempuan
dan sudah kawin. Kakak Mardi yang kedua ialah laki-laki dan sering sakit, tiga orang
adiknya semuanya perempuan, yang paling kecil berumur 5 tahun. Jadi Mardilah anak
laki-laki yang dijadikan sebagai harapan orang tuanya. Ibunya bersikap keras kepada
anaknya, terutama kepada Mardi. Ayahnya menghendaki agar Mardi dapat meneruskan
sekolahnya. Sedangkan ibunya menghendaki tidak melanjutkan sekolah, tetapi bekerja.
Keadaan ekonomi keluarga pak Kardi boleh dikatakan kurang, karena penghasilan pak
Kardi sebagai supir dan ibunya hanya cukup untuk makan saja. Suasana di rumah kurang
begitu baik, karena pak Kardi sering tidak ada di rumah. Ibunya sejak pagi-pagi sudah
pergi ke pasar, dan baru pulang sore hari. Sehingga kesempatan untuk berkumpul dengan
seluruh keluarga boleh dikatakan jarang sama sekali. Pada wawancara itu guru tidak
memberikan saran apa-apa karena maksudnya hanya untuk memperoleh keterangan
tentang latar belakang keluarga Mardi. Pada akhir wawancara dijanjikan bahwa guru
pembimbing akan datang lagi dan hal itu diterima baik oleh kedua orang tuanya.
Atas persetujuan guru dan juga Mardi sendiri kemudian guru pembimbing
membawa Mardi untuk diperiksa kesehatannya kepada klinik yang terdekat. Hasil
pemeriksaan tersebut menunjukkan fisik dan kesehatan Mardi termasuk baik, tidak
terdapat kelainan-kelainan. Hanya tinggi dan berat badan lebih tinggi dibandingkan
dengan kawan-kawan sekelasnya.
Makadisimpulkan bahwa dari segi jasmani dan kesehatan sesungguhnya tidak
terdapat gangguan dan kelainan. Hanya diperoleh keterangan bahwa Mardi pernah sakit
typhus ketika di kelas lima dan ketika berumur 6 tahun.
2. PERSETUJUAN
Kemudian atas persetujuan guru kelas dan kepala sekolah diadakan psychotest
kepada seluruh murid kelas enam. Hasil psychotest menunjukkan bahwa dalam
inteligensi Mardi menunjukkan tingkat kecerdasan yang tergolong normal (rata-rata). Ia
memiliki bakat mekanis yang tinggi, mudah tersinggung dan memerlukan dorongan.
Untuk mengetahui keadaan tingkah laku sosialnya, guru mencoba melakukan
teknik sosiometri, dan dari sosiogramnya ternyata Mardi tergolong anak yang terisolir
(tidak ada yang memilih). Ia sendiri memilih Amir, seorang murid yang pandai di kelas
itu. Selanjutnya situasi, seperti ketika mengikuti pelajaran, sedang olah raga, sedang
istirahat, sedang bekerja, dan sebagainya. Dari observasi ini diperoleh data bahwa
memang Mardi kurang populer dalam kelompokknya.
Dalam suatu pelajaran mengarang guru kelas memuruh murid-murid untuk
membuat dua buah karangan yang masing-masing berjudul : “Keadaan di rumahku” dan
“Cita-citaku setelah tamat sekolah”. Dari kedua judul karangan itu Mardi menceritakan
keadaan keluarganya dan lebih banyak menyalahkan keadaan keluarganya, terutama
kepada ayahnya yang sering tidak ada di rumah, dan ibunya yang sering memarahinya. Ia
menyatakan kerinduan kepada ayahnya. Dari karangan mengenai cita-citanya, diketahui
bahwa ia menginginkan menjadi seorang montir mobil yang cakap.
3. CONTOH
Berdasarkan data yang telah terkumpul kemudian guru pembimbing membuat
laporan data studi kasus yang bentuknya seperti telah dicontohkan dalam bagian yang
terdahulu membuat suatu kesimpulan mengenai maslaah yang dihadapi Mardi serta latar
belakangnya, sebagai berikut :
Masalah (kesulitan) Mardi :
1. Masalah kesulitan dalam belajar
2. Masalah penyesuaian diri dalam kehidupan sosial
3. Masalah pribadi (ada konflik dalam dirinya dan kurang percaya pada diri
sendiri)

Latar belakangnya ialah :

1. Kekecewaan waktu tidak naik kelas


2. Situasi di rumah yang tidak memadai
3. Ada bakat-bakat yang tidak dapat berkembang
4. Umur yang lebih tua dari kawan-kawannya

Berdasarkan data dan kesimpulan sementara itu, kemudian bersama-sama dengan


guru kelas dan Kepala Sekolah, diadakan rapat atau pertemuan dengan semua guru di
sekolah itu, untuk membicarakan masalah tindakan selanjutnya. Pada kesempatan itu
guru pembimbing memberikan laporan mengenai data yang telah terkumpul dan kesulitan
serta latar belakangnya. Kemudian dikemukakan pula kemungkinan-kemungkinan
langkah selanjutnya, yaitu usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk memberikan bantuan.
Pada pertemuan itu semua guru memberikan sumbangan pikiran masing-masing, baik
mengenai data maupun mengenai langkah-langkah usaha memberikan bimbingan. Rapat
semacam ini disebut case conference (pertemuan kasus).

Pertemuan tersebut menyimpulkan dan menetapkan langkah-langkah sebagai


berikut : Jenis bantuan yang akan diberikan ialah :

1. Bimbingan dalam kesulitan belajar


2. Bimbingan penyesuaian diri, terutama dalam kehidupan sosial
3. Bimbingan pribadi dalam penyelesaian konflik pribadi Untuk itu,
langkah-langkah yang akan ditempuh ialah :

1. Mengadakan wawancara khusus dengan kasus secara teratur dan sistematis


2. Mengadakan pendekatan dengan orang tua untuk memperoleh pengertian
yang sebaikbaiknya dari orang tua. Hal ini dilakukan dengan mengunjungi
rumah (home visit) atau pemanggilan orang tua ke sekolah.
3. Mengikutsertakan kasus dalam kegiatan-kegiatan kelompok seperti diskusi,
kerja kelompok, dan sebagainya.
4. Mengadakan kunjungan (karyawisata atau field trip) ke objek-objek tertentu.
5. Memberikan bantuan secara khusus dan individual dalam belajar, terutama
untuk matapelajaran-matapelajaran yang kurang.
6. Memberikan informasi atau keterangan-keterangan baik tentang pendidikan
maupun tentang pekerjaan kepada murid secara kelompok ataupun individu.

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dirumuskan dalam pertemuan (case


conference) tersebut, kemudian guru pembimbing mulai mengadakan wawancara dengan
Mardi. Dalam kesempatan wawancara tersebut diusahakan agar Mardi lebih memahami
gambaran tentang dirinya. Dijelaskan bahwa ia tidak perlu merasa rendah diri.
Dalamwawancara tersebut Mardi menyatakan kepuasannya, karena ada tempat
mencurahkan perasaannya dan telah berniat untuk memperbaiki keadaannya. Iapun
melaporkan bahwa semenjak kunjungan gurunya ke rumah, ibunya bersikap lebih baik
dan ayahnya pun leih banyak memperhatikan dirinya. Hal itu telah menimbulkan gairah
untuk belajar lebih baik.

Dalam kunjungan ke rumah (home visit) yang kedua kali kepada orang tuanya
dijelaskan dan diminta pengertian dalam menghadapi Mardi. Kepada orang tuanya
dijelaskan pula mengenai data tentang diri Mardi baik mengenai kemampuan,
kecerdasan, maupun bakatnya. Ibunya berjanji untuk mengubah sikapnya dan
ayahnyapun berjanji untuk tidak terlalu lama meningglkan rumah. Pekerjaan Mardi
sebagai pengantar koran dihentikan dan lebih banyak memberikan kesempatan kepada
Mardi untuk bekerja sesuai dengan minatnya, yaitu menggambar dan mmebuat kerajinan
atau mainan. Juga sekali-kali ikut dengan ayahnya ke bengkel untuk memperbaiki mesin
mobil. Orang tuanya melaporkan bahwa sekarang Mardi mau belajar di rumah.
Pada waktu yang telah ditentukan guru membawa murid untuk mengadakan
karyawisata atau peninjauan ke suatu proyek pembuatan jalan raya. Setiap murid diminta
untuk memperhatikan mesin-mesin yang ada, seperti buldozer, mesin derek, mesin giling,
pemecah batu, dan sebagainya. Kemudian membuat laporan untuk didiskusikan di dalam
kelas. Dalam kegiatan itu guru memperhatikan tingkah laku Mardi yang nampak sangat
senang dan gembira. Ia menunjukkan sesuatu dan menjelaskan kepada teman-temannya,
ia sangat aktif mencatat dan bertanya kepada para pekerja di situ. Setelah selesai
peninjauan, Mardi diminta berdiskusi dan membuat laporan. Ternyata Mardi berhasil
membuat laporan yang paling baik, ia berhasil membuat gambar mesin-mesin yang
dilihatnya.

Semua teman-temannya merasa kagum atas prestasi Mardi, dan mulai saat itu
kawankawannyapun mulai menghargai keunggulan Mardi. Dari kenyataan itu Mardi
merasa harga dirinya kembali.

Kemudian guru merencanakan suatu proyek kerja kelompok yaitu membuat


mesinmesin dari kayu. Untuk itu Mardi ditunjuk sebagai ketua kelompok dan harus
memimpin kegiatannya. Ia sangat aktif dan ternyata ia berhasil memimpin kawan-
kawannya dalam membuat mainan dari kayu itu. Ketika diadakan pameran, hasil
kerajinan itu mendapat penilaian yang baik. Kini kawan-kawannya tidak menganggap
Mardi sebagai anak yang harus dijauhi, tetapi sebagai seorang anak yang memiliki
kemampuan tertentu. Mardipun telah merasakan bahwa dirinya dihargai dan diakui oleh
kawan-kawan sekelasnya.

Dalam hal pelajaran-pelajaran yang mundur, guru telah memberikan bantuan


secara individual, baik yang sifatnya mengulang maupun tambahan. Mardi bersedia untuk
menerima tambahan pelajaran pada waktu-waktu tertentu. Ia diberi tugas-tugas pelajaran
pada waktuwaktu tertentu. Ia diberi tugas-tugas pelajaran tambahan untuk dikerjakan
baik di sekolah maupun di rumah. Dengan bantan guru-guru, teman-temannya dan juga
orang tuanya, Mardi dapat melaksanakan tugasnya itu. Amir sebagai kawan yang
disenanginya dicoba didekatkan dan ternyata Amir dapat memberikan bantuan yang baik
dalam belajar.
Di samping itu gurupun memberikan penjelasan-penjelasan tentang cara-cara
belajar yang baik. Kemudian guru memberikan penerangan tentang sekolah-sekolah
lanjutan yang dapat dimasuki setelah taman Sekolah Dasar. Pada umumnya murid-murid
ingin melanjutkan sekolahnya termasuk Mardi, tetapi Mardi ingin melanjutkan ke
Sekolah Teknik atau memasuki kursus montri mobil.

Proses pemberian bantuan itu dilakukan secara kontiny dan dalam waktu yang
agak cukup lama. Setelah kurang lebih sebulan proses itu berjalan, mulai terlihat ada
perubahan dalam diri Mardi. Guru kelas melaporkan bahwa hasil ulangannya sudah agak
lebih baik dari sebelumnya. Ia mulai mau membuat catatan dan jarang tidak masuk.
Dalam satu bulan ini ia tercatat tidak masuk dua hari. Itupun ada berita sebelumnya.
Pergaulan dengan kawankawannya menjadi lebih baik. Ia bersedia menjadi ketua kelas
dan kawan sekelasnyapun menyenanginya sebagai ketua kelas. Dalam kegiatan kelompok
ia aktif. Orang tuanya ketika suatu hari datang ke sekolah melaporkan bahwa anaknya
sekarang lebih rajin belajar di rumah dan mejadi periang, bahkan dapat membantu adik-
adiknya. Orang tuanya lebih yakin akan keberhasilan anaknya dalam sekolah. Sedikit-
sedikit ia sudah agak mengetahui tentang mesin mobil dan ia sangat senang sekali kalau
diajak bekerja di bengkel memperbaiki mesin-mesin mobil.

Dari data sosiometri sekarang nampak ada perubahan. Ia tidak lagi tergolong
sebagai anak yang terisolir, tetapi sebagai anak yang cukup disenangi dalam pergaulan.

Dalam wawancara dengan Mardi, ia menyatakan bahwa ia sekarang merasa


senang belajar, keadaan di rumah sudah berubah, ia tidak lagi dimarahi oleh ibunya, ia
diperbolehkan ikut dengan ayahnya bekerja di bengkel. Angka-angka ulangan sudah agak
lebih baik, dan ia berjanji akan belajar lebih baik lagi. Cita-citanya ialah akan
melanjutkan ke sekolah teknik setelah taman ujian di SD.

Dari hasil pengamatan tersebut guru pembimbing menyimpulkan bahwa usaha


pemberian bimbingan kepada Mardi sampai batas tertentu nampak ada hasilnya. Dengan
kata lain : kesulitan belajar Mardi telah sebagian dapat teratasi, ia telah berhasil
memperoleh harga dirinya sehingga ia dapat menyesuaikan diri yang lebih baik dalam
kelompoknya. Pertentangan batin yang terjadi karena sikap ayah dan ibunya telah dapat
diselesaikan karena ada pengertian dari kedua orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai