a. Superfisial (Exteroseptif)
b.Dalam (Proprioseptif)
c. Visceral (Interoseptif)
a. Sensasi Nyeri
b. Sensasi Suhu
Area 4 akan
menerima impuls yang
datang dari susunan
sensibilitas. Impuls pada
susunan sensibilitas tersebut
akan tercetus akibat
terangsangnya reseptor.
Pada otot akan
menyebabkan depolarisasi yang memicu terjadinya kontraksi otot sehingga
muncul gerakan.sehingga susunan sensibilitas, UMN dan LMN dapat dinilai
sebagai lengkung reflex.
Peta Dermatom merupakan suatu daerah di kulit yang dipersarafi oleh suatu
radiks posterior pada suatu segmen susunan saraf. Peta ini dapat digunakan untuk
menetapkan tingginya lesi pada medulla spinalis.
Gangguan perasaan (sensibilitas) dapat disebabkan oleh adanya gangguan
pada reseptor, konduksi saraf, serabut saraf, traktus atau daya persepsi. Gangguan
ini merupakan kasus paling banyak dijumpai. Gangguan ini sifatnya beragam,
mulai dari gangguan ringan sampai gangguan berat yang dapat mengganggu
aktivitas.
Tanda- tanda gangguan sensibilitas:
1. Perasa Raba
Menurun : hipestesia
Lenyap : anesthesia
Meningkat : hiperestesia
2. Perasa Nyeri
Menurun : hipalgesia
Lenyap : analgesia
3. Perasa Suhu
Menurun : termhipestesia
Lenyap : termanestesia
4. Perasa Vibrasi
Menurun : palhipestesia
Lenyap : palanestesia
Menggunakan kapas, kertas atau kain dengan ujung dibuat sekecil mungkin.
Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian yang simetris. Thigmestesia
berarti rasa raba halus, jika hilang disebut thigmanestesia.
Bila kulit ditusuk, dengan jarum kita rasakan nyeri yang bersifat tajam, cepat
timbul dan cepat hilang. Ini disebut nyeri tusuk. Rasa nyeri timbul bila testis
dipijit, ini disebut nyeri lambat. Biasanya mempergunakan jarum atau peniti.
Rasa gerak dirasakan saat tubuh atau bagian tubuh digerakkan secara aktif
atau pasif, misalnya dengan menggerakkan jari-jari pasien, apakah ia dapat
merasakan gerakan tersebut, sedangkan rasa sikap adalah seseorang tahu
bagaimana sikap tubuhnya atau bagian tubuh misalnya dengan menanyakan
apakah dia tahu posisi dari jarinya.
e. Rasa Getar
Akibat adanya suatu impuls tekan pada reseptor mekanis yang terletak agak
dalam dan dangkal, yang terjadi secara bergantian. Pemeriksaan dilakukan
dengan menempatkan garputala yang bergetar di ibujari kaki, maleolus
lateralis dan medialis, tibia, SIAS, sacrum, proc. Spinosus vertebrae, sternum,
klavikula, proc.stiloideus radius dan ulna. Pasien ditanyakan apakah merasa
ada getaran, dan diminta memberi tahu jika tidak merasakan getaran lagi.
Pemeriksaan dilakukan dengan menekan dengan jari atau benda tumpul pada
kulit, atau memencet tendon dan serabut saraf. Kemudian pasien diminta
memberi tahu apa ia merasakan tekanan tersebut.
Akibat adanya tekanan yang keras, sulit dilokalisasi dengan tepat, rinci dan
tidak mempunyai batas yang tegas. Diperiksa dengan memencet otot atau
tendon, menekan serabut saraf yang terletak dekat permukaan dan dengan
memencet testis atau bola mata.
a. Hemianesthesia
b. Hemiplegi
c. Hemianopsia
Gejala:
c. Hemiataksia
d. Hemiparesis sejenak
e. Hemiatetosis
i. Di servikal : tetraplegi
b. Lesi parsial MS
a. Neuropati
b. Neuralgia
Degenerasi dan Regenerasi Sistem Saraf.
Sel-sel saraf baik pada sistem saraf pusat ataupun sistem saraf perifer sejak sudah
dahulu dianggap tidak dapat membelah diri pada individu yang telah selesai
perkembangan sistem sarafnya. Hasil-hasil penelitian pada akhir-akhir ini
menunjukan bahwa kemungkinan besar sel-sel saraf tersebut masih dapat
membelah diri walaupun sangat lamban. Sedangkan tonjolan-tonjolan sel saraf
pada sistem saraf pusat apabila mengalami kerusakan sangat sulit dapat tumbuh
kembali. Sebaliknya pada sistem saraf perifer penggantian tonjolan saraf
berlangsung mudah selama bagian perikarion tidak mengalami kerusakan.
Apabila sebuah saraf mati bersama tonjolan-tonjolannya, maka sel-sel saraf yang
berhubungan dengan sel saraf tersebut tidak ikut mati, kecuali untuk sel neuron
yang hanya berhubungan dengan sel saraf mati tadi. Peristiwa semacam ini
dinamakan Degenerasi transneral.
Keadaan untuk sel-sel glia pada sistem saraf pusat dan sel schwann serta sel satelit
ganglion pada sistem saraf perifer berlawanan dengan sel-sel saraf, oleh karena
mereka sangat mudah melangsungkan pembelahan sel. Akibatnya kematian sel-sel
saraf akan cepat diganti oleh sel-sel glia atau sel schwann atau sel satelit.
Bagian sebelah distal dari kerusakan, degenerasi total dialami oleh seluruh axon
bersama selubung mielin yang di ikuti oleh pembersihan sisa-sisa degenerasi oleh
sel makrofag. Sementara proses ini berlangsung, sel-sel schwann akan membelah
diri secara aktif sehingga membentuk batang solid yang mengisi bekas yang
dilalui oleh axon. Rangkain sel-sel ini akan bertindak segai pengarah untuk
pertumbuhan axon yang bertunas dalam fase perbaikan. Serabut otot yang di
persarafi axon yang rusak tampak mengecil.
Sekitar 3 minggu setelah kerusakan serabut saraf, ujung serabut saraf sebelah
proksimal dari kerusakan akan tumbuh dan bercabang-cabang sebagai serabut-
serabut halus ke arah pertumbuhan sel-sel schwann. Diantara sekian banyak
percangan axon beberapa akan terus tumbuh, khususnya yang dapat menerobos
rangkain sel-sel schwann untuk mencapai sel efektor, misalnya otot. Apabila celah
yang memisahkan bagian proksimal dan bagian distal dari axon cukup lebar atau
pada keadaan hilangnya sama sekali bagian distal, misalnya amputasi, maka saraf-
saraf sebagian hasil pertumbuhan baru tersebut membentuk gulungan yang
menyebabkan rasa sakit. Pembentukan gulungan tersebut diberi nama yang
sebenarnya kurang benar sebagai neroma amputasi.
b. Tension-type headache
c. Cluster headache
PATOFISIOLOGI MIGRAIN
Migrain= suatu kondisi kronis yang dikarakterisir oleh sakit kepala episodik
dengan intensitas sedang – berat yang berakhir dalam waktu4 – 72jam
(International Headache Society).
Gejala
Faktor psikologis
o Stress, depresi
Faktor lingkungan
o Rokok
o Bau menyengat
o Perubahan cuaca
Faktor makanan
o Coklat,kopi
o Jeruk
Obat-obatan
o Simetidin
o Kokain
o Fluoksetin
o Indometasin
o Nikotin
o Nifedipin, dll.
Faktor hormonal
o Mens
o Hamil, menopause
Gaya hidup
Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis dan riwayat pasien -> pasien diharapkan
punya“migrain diary”(mencatat waktu, intensitas, pemicu dan durasi sakit kepala)
Tujuan terapi
„ Terapi bertujuan menghilangkan gejala/nyeri pada saat serangan (terapi
abortif)atau mencegah serangan(terapi profilaksis).
Strategi terapi
Tatalaksana
Terapi Profilaksis
Menghindari pemicu
Menggunakan obat profilaksis secara teratur
NSAIDs:
Golongan triptan
Ergotamin
„ Kortikosteroid
„ Analgesik opiat
o Contoh : butorphanol
Beta bloker
o Merupakan drug of choice untuk prevensi migrain
Antidepresan trisiklik
Metisergid
Asam/Na Valproat
o Dapat menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi pada 80%
penderita migrain
NSAIDs
Verapamil
„ Topiramat
DEFINISI
INSIDEN
PATOLOGI
PATOFISIOLOGI
Pada tahap selanjutnya, limfosit mulai lebih banyak bermigrasi, dan sel
makrofag sudah mulai muncul, begitu juga dengan fenomena demilelinasi, dan
pada tahap ini selubung myelin sudah mengalami kerusakan sedangkan akson
belun juga mengalami kerusakan.
Dan terakhir, kerusakan aksonal mulai meluas, beberapa daraf telah rusak
permanen, tetapi ada beberapa fungsi yang masih bisa dipertahankan. Pada
tahap ini respon tubuh kita terhadap suatu impuls mulai berkurang, karena
penghantaran impuls sudah terjadi gangguan.
ETIOLOGI
HIV
Infeksi mononukleosis
Viral Hepatitis
Sejumlah kecil kasus, terjadi setelah prosedur medis, seperti operasi kecil.
Dahulu, sindrom ini diduga disebabkan oleh infeksi virus. Tetapi akhir-
akhir ini terungkap bahwa ternyata virus bukan sebagai penyebab. Teori yang
dianut sekarang ialah suatu kelainan imunobiologik, baik secara primary
immune response maupun immune mediated process.
GAMBARAN KLINIK
Nervi kraniales dapat terkena. Kelemahan otot wajah terjadi pada 50%
kasus dan sering bilateral. Saraf kraniales lainnya dapat pula terkena,
khususnya yang mengurus lidah, otot-otot menelan, dan otot-otot motorik
ekstra-okular. Terlibatnya nervi kraniales dapat merupakan awal sindrom
Guillain-Barre.
DIAGNOSIS
Lumbar puncture (spinal tap). Pasien diberi obat bius lokal. Setelah
itu tusukan jarum diantara dua tulang belakang bagian bawah (lumbal) dan
sampel cairan serebrospinal diambil. Tingkat protein yang tinggi tanpa
peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) dalam cairan adalah karakteristik
GBS.
Pada cairan serebrospinal (CSS) didapatkan kadar protein yang tinggi,
kadang-kadang dapat sampai 1000 mg%; hal demikian ini tidak sesuai dengan
jumlah sel dalam CSS yang dapat dikatakan tidak mengalami perubahan.
Keadaan demikian ini disebut disosiasi sel-albumin ( albumino-cytologic
dissociation ), dan mencapai puncak-nya pada minggu ke 4-6. Peningkatan
protein ini diduga sebagai akibat inflamasi yang luas.
LABORATORIUM
TERAPI
Hidroterapi
Terapi Whirlpool (hidroterapi) dapat membantu meringankan rasa sakit dan
berguna dalam pelatihan kembali gerakan anggota badan yang terkena.
PROGNOSIS