Digitalisasi: Nanash
Diterbitkan oleh
Penerbit Kaifa
Anggota Ikapi
www.mizanpublishing.com
ISBN 978-602-0851-31-0
E-book ini didistribusikan oleh
Mizan Digital Publishing
Jln. Jagakarsa Raya No. 40, Jakarta Selatan 12620
Telp. +6221-78864547 (Hunting); Faks. +62-21-788-64272
website: www.mizan.com
e-mail: mizandigitalpublishing@mizan.com
twitter: @mizandotcom
facebook: mizan digital publishing
idak sedikit masyarakat yang masih memiliki pandangan negatif
terhadap keberadaan industri pertambangan. Beberapa anggapan
mengenai konflik dengan masyarakat setempat dan kemiskinan yang
masih melanda masyarakat sekitar tambang, misalnya. Atau, kontribusinya
terhadap negara yang sering kali masih dipertanyakan, meski dalam
realitanya tidak dapat dimungkiri bahwa sumbangan sektor penambangan
untuk penerimaan negara terbilang cukup besar. Sektor ini juga kerap
dianggap tidak dapat berdampingan dengan perlindungan lingkungan hidup.
Di lain pihak, sadar ataupun tidak, berbagai sarana yang menopang aktivitas
manusia sehari-hari merupakan produk tambang. Berawal dari bebatuan tidak
bernilai, tembaga yang merupakan penghantar listrik terbaik misalnya,
mengalami proses penambangan, pengolahan, dan pemurnian terlebih dulu
sebelum kita gunakan. Begitu pun telepon genggam, alat transportasi, alat
masak, dan peralatan elektronik lainnya memiliki komponen yang bermula
dari batuan ataupun tanah tidak bernilai, kemudian diproses menjadi sesuatu
yang bernilai dan bermanfaat bagi manusia. Di saat bersamaan, beragam
tudingan miring pun tidak luput mengarah kepada PT NNT, seperti tuduhan
pencemaran akibat penempatan tailing di laut walaupun sampai saat ini tidak
pernah dapat dibuktikan, isu nasionalisasi karena dianggap perusahaan asing,
tidak taat pada peraturan pemerintah, kurang berkontribusi bagi masyarakat
setempat, dan sederet tuduhan miring lainnya. Berbagai upaya telah PT NNT
lakukan sebagai bentuk transparansi terhadap pengelolaan tambang dan
dampaknya terhadap lingkungan masyarakat, termasuk juga melalui
pengawasan dari pemerintah dan lembagalembaga independen. Salah
satunya, PT NNT mengundang masyarakat umum untuk mengunjungi lokasi
tambang Batu Hijau dan melihat secara langsung praktik-praktik
penambangan terbaik yang telah dilakukan. Dengan melihat secara langsung,
PT NNT ingin mengajak para peserta memberi penilaian objektif apakah
persepsi yang selama ini ada di benak publik sesuai dengan realita di
lapangan atau tidak.
Program tersebut adalah Sustainable Mining Bootcamp (SMB). Telah
dilakukan empat kali sejak 2012, para pesertanya berasal dari beragam latar
belakang profesi dan memiliki semangat tinggi untuk membagikan
pengalamannya di media sosial. Rangkaian kegiatan SMB ini dibuat apa
adanya. Peserta tidak dipungut biaya dan tidak juga menerima imbalan.
Seluruh peserta bisa melihat seluruh rangkaian proses tambang, baik kegiatan
penambangan, pengolahan batuan, pemeliharaan lingkungan, hingga interaksi
dengan masyarakat setempat secara leluasa. Para peserta bebas melihat dan
bertanya, hingga memberi masukan ataupun kritik terhadap perusahaan.
Selain melihat lengkap proses tambang, para peserta juga menginap di rumah
penduduk setempat selama beberapa hari. Di sana, mereka bebas berinteraksi
dan menanyakan secara langsung mengenai manfaat ataupun keluh kesah
masyarakat terhadap keberadaan tambang Batu Hijau. Dengan demikian,
diharapkan peserta bisa memahami kehidupan di dunia tambang dan dampak
operasi tambang secara komprehensif dan objektif.
Beberapa peserta dari keempat batch juga sempat melihat lokasi bekas
lahan tambang PT Newmont Minahasa Raya (PT NMR) di Kabupaten
Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara, yang telah ditetapkan sebagai
kebun raya nasional oleh pemerintah Indonesia dan merupakan eks tambang
emas pertama di Indonesia yang ditetapkan menjadi kebun raya. Di bekas
tambang ini, para peserta melihat program penutupan tambang yang telah
dilakukan oleh perusahaan sejak 2004, termasuk melihat lokasi tambangnya
yang kini hanya menyisakan danau dan hutan dengan tumbuh-tumbuhan
bernilai ekonomi tinggi, serta habitat yang sesuai dengan serangga dan hewan
asli setempat. Menurut penilaian pemerintah, nilai keberhasilan reklamasi PT
NMR ini mencapai 93, lebih tinggi dari standar yang ditetapkan pemerintah
(80). Melalui kunjungan ke bekas tambang PT NMR ini, peserta bisa melihat
dan membuktikan secara langsung komitmen kami untuk menjalankan
operasi tambang yang ramah lingkungan dan dilaksanakan dengan standar
terbaik. Selain itu, kunjungan mereka juga untuk dapat melihat sendiri bahwa
lokasi tambang yang ditinggalkan oleh PT NMR tidak menjadi kota mati –
seperti yang selalu menjadi dugaan banyak orang, namun kehidupan ekonomi
di sana tetap berlanjut dan mandiri.
Berdasarkan pengalaman tersebut, para peserta kemudian membagikan
pengalaman yang didapat melalui akun-akun media sosial yang mereka miliki
kepada khalayak yang lebih luas lagi. Tanpa ada campur tangan perusahaan
terhadap informasi yang mereka sampaikan, pengalaman yang mereka
dapatkan telah dipublikasikan di media sosial dan telah diulas beberapa kali
di media cetak, serta dapat dibaca dalam kumpulan tulisan Buka-Bukaan
Dunia Tambang ini. Tidak sedikit pujian maupun kritik membangun telah
kami dapatkan dari para peserta, untuk kemudian kami jadikan bahan
evaluasi di internal. Semoga, pengalaman yang telah didapatkan oleh peserta
SMB di tambang Batu Hijau maupun Minahasa Raya ini dapat menambah
wawasan kita mengenai proses penambangan serta berbagai hal yang terkait
di dalamnya.
Happy reading!
A re blogs and twitter hijacking Journalism? Sebuah pertanyaan Mary
Cross (2011) mungkin terdengar sederhana, tetapi jawaban dari
pertanyaan tersebut tidak sesederhana yang dibayangkan. Media
tradisional, kini tidak lagi menjadi satu-satunya saluran dalam menggali
informasi. Juga, praktik jurnalisme dengan dukungan institusi media
mainstream yang telah berusia berabad lamanya seperti mulai mendapat
persaingan dari blogger yang hanya seorang diri dalam hal publikasi
peristiwa. Perkembangan teknologi informasi dan perangkat pintar, seperti
smartphone, tab, atau portable camera seperti menjadi kebutuhan kekinian
bagi masyarakat di era informasi. Hanya saja, di tangan blogger, perangkat
pintar tersebut menjadi “senjata” untuk merekam pengalaman mereka, ketika
berinteraksi dan menyaksikan sebuah peristiwa. Rekaman itulah yang
nantinya akan diunggah di blog masing-masing dan dalam hitungan detik
akan tersebar (share) ke seluruh dunia tanpa mengenal batasan geografis.
Lalu, komentar yang datang dari pengunjung menjadikan konten blog
sebagai bahan perbincangan (trending topic) di dunia maya.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa blogger sebagai pesaing menjadi
lebih menarik untuk diuraikan. Setidaknya, saya mencatat ada beberapa
alasan untuk ini. Pertama, peristiwa yang ditulis dan dipublikasikan di blog
cenderung lebih detail dan beragam jenis. Media tradisional memiliki banyak
batasan, jumlah kolom atau durasi tayang adalah dua di antaranya, belum lagi
struktur organisasi redaksi yang akan menyeleksi laporan mana yang layak
atau tidak untuk ditayangkan. Blog bisa dikatakan hampir tidak terbatas, baik
dalam hal kapasitas konten maupun masa tayang. Peristiwa yang diunggah
oleh blogger juga cenderung beragam mulai dari teks, audio, bahkan audio
visual.
Kedua, sudut pandang personal lebih mengandalkan pengalaman pribadi
blogger itu sendiri. Meski masuknya opini tidak bisa dihindari dalam tulisan
di blog, namun salah satu kekuatan dari “naik daun”-nya blogger adalah dia
membagi pengalaman mereka kepada pembaca lain yang sebagian besar bisa
jadi adalah blogger juga. Teknik bercerita dari sudut pandang orang pertama
ini yang merupakan kekuatan dari seorang blogger.
Ketiga, ada semacam pergeseran kepercayaan terhadap sumber informasi
dari media tradisional ke media alternatif digital, seperti blog atau media
sosial pada umumnya. Khalayak tidak lagi sekadar menjadi pembaca atau
penonton semata. Khalayak telah bertransformasi dari konsumen media
menjadi sekaligus produsen konten media. Kondisi ini membawa semacam
contact comfort di mana sumber informasi itu bukan lagi tergantung pada
nama besar institusi media melainkan siapa yang memberikan informasi
tersebut (Blossom, 2009; Tuten, 2008).
Sebagai seorang akademisi media siber (cybermedia) yang kebetulan juga
blogger, buku Buka-bukaan Dunia Tambang ini menjadi salah satu buku
langka yang merekam jejak pengalaman blogger-blogger dalam agenda
Sustainable Mining Bootcamp. Program ini diselenggarakan oleh PT
Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang mengajak blogger melihat
langsung bagaimana perusahaan ini menambang, melakukan CSR dan
reklamasi lingkungan area pertambangan secara cumacuma. Kelangkaan itu
akan terlihat dari beragam cerita di seputar kegiatan tersebut yang pada
awalnya terpublikasi di blog masing-masing peserta.
Misalnya, bagaimana serunya menyantap hidangan di ruang makan,
pengalaman menaiki haul truck yang setinggi 7 meter, maupun foto narsis
bersama anak-anak SD Negeri Tongo.
Cerita dari 16 peserta bootcamp ini, seperti menyajikan 16 menu sajian
yang berbeda di buku ini. Sebuah model tulisan—yang rasa-rasanya—jarang
dijumpai di media mainstream. Sebab, ada kecenderungan blogger tidak
terikat dengan pakem-pakem tertentu selayaknya jurnalis di media
mainstream dalam laporan liputan mereka.
Tetapi, itulah sesungguhnya dari kekuatan blog. Tidak peduli kaidah tata
bahasa, jarang menggunakan kata baku, atau kalimat yang terkadang kurang
lengkap bukan lagi menjadi persoalan, ketika sebagai pembaca, kita bisa
menikmati dan seolah-olah menjadi bagian dari rangkaian kegiatan para
blogger itu.
Dan ... di buku Buka-bukaan Dunia Tambang ini, saya sangat menikmati
cerita demi cerita itu.
Natural Experience
Memperlihatkan usaha dalam pelestarian lingkungan walaupun tidak
termasuk dalam wilayah pertambangan.
Masih adanya ketakutan yang datang dan dirasakan oleh Newmont sendiri
nampaknya di sini ketika proses pembuatan program SMB. Ketakutan yang
muncul ketika bagaimana orang luar bisa bebas mengekspresikan hal-hal
yang ditemuinya selama program tersebut. Saya jumpai pada pembukaan
Program SMB 3rd Batch di Oakroom Apartemen 3 Mei 2013 Rubi W.
Purnomo sebagai Head of Corporate Communication PT NNT mengatakan
bahwa program SMB ini butuh pendekatan yang cukup intens untuk
meyakinkan para founder di Denver, Colorado, Amerika Serikat yang
tergabung dalam Newmont Gold Company untuk melakukan keterbukaan
atas segala aktivitas yang mereka lakukan di lokasi tambang. Kekhawatiran
para founder dan pemegam saham bisa terlihat ketika Rubi W. Purnomo
menyampaikan pendapatnya secara langsung untuk mengadakan SMB ini:
Why do you feel young Indonesians need to care about this issue?
Indonesia is one of the few countries that is bestowed with so much natural
resources. It is such a big loss that at this point we have to let foreign hands
handle what actually belongs to our nation because we’re barely able to do it
on our own. The awareness about mining-related issues, therefore, is by all
means important for youth as our country’s future decision-makers,
entrepreneurs, as well as engineers.
For more information, check Newmont Nusa Tenggara Sustainable
Mining Bootcamp on Twitter @NewmontID with hastag
#NewmontBootcamp and Facebook.
Raiyani Muharramah
ulisan tambang mending dibawa santai saja, ya, biar engga malesin,
hehe. So, dalam pattern pikiran, ada tiga bidang yang menurut gue
akan membuat Si Pelaku Bidang tersebut terlihat seksi. Which means,
bidangnya memang menggairahkan, ya, maksud gue (iya aja, deh). Kalau
diurut: Pertama, pertambangan. Kedua, otomotif atau manufaktur. Ketiga,
perkapalan atau penerbangan.
And lucky me! Keisengan ikut blog competition tentang UU Mineral dan
Batu Bara yang digelar PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) telah berhasil
mengantarkan gue untuk mengenal hal terseksi urutan pertama. Jadi, para
pemenang blog competition ini selanjutnya menjadi peserta Sustainable
Mining Bootcamp Batch IV. Bootcamp ini adalah kegiatan delapan hari untuk
mengenal pertambangan di PT NNT dan kesosial-masyarakatan di area
Sumbawa (Batu Hijau).
Jadi, 18-25 Januari ini, gue berada di tengah hutan, lho J. Kota di tengah
hutan lebih tepatnya, di Batu Hijau Sumbawa, Indonesia Tengah :-).
Sempat Tertunda
Kompetisi ini sudah dimenangkan sejak Februari 2014. Tapi, kok, baru
terlaksana bootcamp-nya pada Januari 2015?
Buat yang ngikutin perkembangan berita tentang nasionalisasi
pengelolaan Sumber Daya Alam, sih, pasti tahu. PT NNT ini sempat berhenti
beroperasi karena ketiadaan ruang lagi untuk menimbun ore (mineral
tambang). Kok, bisa? Ini adalah efek pemberlakuan UU Minerba. Hasil
tambang mineral dalam negeri harus diolah di dalam negeri juga, sedangkan
PT NNT biasanya selain mengolah pemurnian mineral di PT Smelting
Gresik, juga ekspor ke luar negeri untuk diolah karena limit jumlah
konsentrat yang bisa diolah di dalam negeri terbatas.
Parahnya, pemberlakuan UU ini berefek juga pada bea cukai ekspor
konsentrat ini. Kalau kemahalan dan enggak ekonomis, buat apa capek-capek
nambang? Lagian konsentrat enggak bisa ditimbun lama-lama, gudang sudah
full juga. Akhirnya, PT NNT sempat berhenti beroperasi dan gilanya ini
sampai melumpuhkan perekonomian penduduk di area sekitar Townsite.
Sebab itu, alokasi waktu bootcamp ini diposisikan pada masa operasi
sudah berjalan normal kembali. Kan, biar ada mining experience-nya.
Ruang Makan
Karena sesampainya di Newmont sudah sore dan belum makan siang, maka
setelah dijejali safety induction dan diberikan badge yang sudah kayak
nyawa sendiri, makan sianglah kami di ruang makan yang kayak restoran
hotel.
Tempat makan ini tidak bebas dimasuki, hanya mereka yang punya badge
yang boleh masuk dan harus pada jam-jam tertentu. Belum lagi, pada setiap
masakan, ada penjelasan bahwa makanan tersebut “Sehat”, “Cukup Sehat”,
ataupun “Kurang Sehat”. Sebagai proletar yang jarang makan enak, tentulah
kami, eh, maksudnya saya, menggila di sini. Kapan lagi makan kentang-
kentangan pakai gravy, salad dengan variasi saus, dan ditutup dengan
brownies es krim? *nangis terharu*
Green House
Bawaannya sudah mau bobok saja, namun kami harus makan malam di
Green House. Menu makanan yang disediakan di sini juga juara kelas. Udang
segede gaban yang gampang dikupas, buah-buah segar, dan tom yam soup.
Gyaaah ....
Sambil makan, kami juga mendengarkan speech dari Bapak Djarot
sebagai Senior Manager Social Responsibility Newmont Nusa Tenggara.
Dari obrolan Pak Djarot, saya baru tahu kalau Newmont sudah
mengalokasikan 60% tenaga kerjanya khusus untuk penduduk lokal.
Bayangkan anak desa yang jauh dari kota sudah mengenal parkour. Tidak
lain dan tidak bukan, internet sudah memperkenalkan olahraga tersebut
kepada mereka. Teknologi internet sudah menyebar ke mana-mana
menembus batas.
Para siswa senang, ketika pada akhir acara, kami membuatkan video
tentang kegiatan yang berlangsung saat itu. Saat kelas akan berakhir, mereka
meminta beberapa alamat kontak kami, bahkan ada yang meminta PIN BB
dan akun jejaring sosial. Luar biasa, ya, perkembangan anak-anak zaman
sekarang, pun di sebuah desa.
Tepat pukul 12.00, dengan berat hati, kami harus meninggalkan sekolah.
Masih ada acara lain menanti. Untuk mengisi makan siang, kami menuju
Pantai Maluk yang beberapa hari lalu kami singgahi saat makan ma-lam.
Sungguh berbeda pemandangan siang hari. Pantai Maluk indah sekali.
Pasirnya cukup unik, tidak halus seperti biasanya. Butirannya agak besar
seperti merica. Airnya juga jernih dan hijau. Pantai Maluk berada di sebuah
teluk sehingga ombaknya tidak terlalu besar dan aman untuk kegiatan
berenang. Di bagian kiri dan kanan terdapat bukit. Bahkan, beberapa teman
kami tidak tahan melihat panorama dan langsung berenang.
Dua jam, kami habiskan di tempat ini. Kemudian, dilanjutkan
mengunjungi Bank Sampah Lakmus. Wah, apa lagi, nih, Bank Sampah.
Tempat ini menampung sampah yang sudah ditentukan jenis dan harganya.
Jika nasabah ingin mendapatkan uang tunai, hasil penjualan bisa langsung
dibawa pulang. Selain itu, dapat juga disimpan sebagai tabungan. Nasabah
akan diberi buku tabungan seperti menabung di bank umum.
Sampai saat ini, sudah ada sekitar 300 nasabah dan saldo terbesar senilai
Rp2.000.000,00. Ada nasabah se-orang pelajar yang rajin menabung dengan
mengumpulkan sampah di sekitar rumahnya. Uangnya ditabung dan ketika
akan ujian sekolah atau ketika memerlukan uang, dia cairkan sesuai
kebutuhan.
ndonesia memiliki ribuan pulau dan garis pantai yang begitu panjang.
Pantainya yang elok dengan jajaran pohon kelapa bak lukisan mahakarya
Sang Pencipta. Selalu menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja yang
melihatnya.
idak banyak orang yang mengetahui desa ini. Berita tambang ilegal
pasir besi di sana pun kurang terdengar. Sungguh beruntung bagi saya
dan grup 1 dari kegiatan Sustainable Mining Bootcamp (SMB) batch 3
bisa mengunjungi desa tersebut.
Ketika masuk ke gudang baru itu, saya melihat puluhan tumpukan karung
kompos hasil produksi usaha yang baru berjalan sekitar dua bulan. Saat
melihat keluar, selain ada lahan, terdapat pekerja yang sedang
mengoperasikan mesin. Mesin itu mencacah campuran dari sampah tanaman
dan kotoran hewan setelah ditimbun dengan penambahan bakteri untuk
prosesnya.
Para warga desa turut dilibatkan dalam pengangkutan bahan baku ke
gudang. Rencananya, unit usaha ini mampu memproduksi 250 juta ton pupuk
kompos per tahun yang akan dibeli oleh PT NNT, serta dapat dijual ke
berbagai sektor lainnya.
Menjadi sebuah inspirasi yang dapat diambil oleh warga sekitar untuk
meningkatkan taraf ekonomi, serta bagi perkembangan agraris Indonesia
dalam memperbesar jenis pupuk alternatif. Sungguh senang dapat melihat
usaha di tempat ini. Semoga, warga di sana dapat terus mengembangkan
potensi desa yang dimiliki.
Farchan Noor r.
Solusi Kedepannya
Kita sepakat, pembangunan adalah tugas pemerintah, bukan tugas
perusahaan. Maka pemerintah daerah memainkan fungsi utama, bukankah itu
inti dari otonomi daerah?
Tapi, kemudian kita juga mengenal konsep Triple Helix, konsep
kolaborasi antara industri, pemerintah dan kampus. Dalam hal Kabupaten
Sumbawa Barat, atau tiga desa lingkar tambang: Sekongkang, Maluk, dan
Jereweh, tentu Newmont memiliki kewajiban untuk memanfaatkan fungsi
Corporate Sosial Responsibility. Melakukan kegiatan sosial di daerah ini.
ase kedua dari Program Batu Hijau BC adalah homestay di warga desa
lingkar tambang. Ini dilakukan sebagai pembuktian terbalik fase
pertama, untuk menemukan titik temu dari objektifitas informasi yang
diperoleh sebelumnya di dalam tambang. Ada beberapa desa yang berada di
area lingkar tambang, di antaranya Desa Maluk, Sekongkang, dan Tongo.
Maluk
Desa Maluk adalah salah satu desa lingkar tambang yang pertumbuhan
ekonominya relatif lebih tinggi daripada desa lainnya. Namun, dari sisi social
capital masih cukup rendah. Sejumlah budaya asli di sini mulai terkikis dan
bahkan hilang, salah satu penyebabnya karena keberadaan PT NNT yang
memicu intervensi “pendatang”.
Suasana pagi di desa ini akrab dengan tontonan gosip dan berita masalah-
masalah, mulai dari masalah artis, rakyat kecil, hingga penguasanya. Hal ini
semakin membuat pesimisme nyaman bersarang di desa ini. Maka, menurut
saya, sungguh sebaiknya hindarilah tontonan seperti itu. Para penontonnya
mayoritas ibu-ibu yang anak-anaknya tengah sekolah.
SDN 2 Maluk merupakan salah satu SD terbaik di Sumbawa yang bekerja
sama dengan PT NNT dan Lembaga Dompet Dhuafa. Ada beragam cita-cita
anak SD di sini, mulai dari versi klasik, seperti: polisi, guru, pemain bola,
hingga dokter, sampai dengan versi baru: koki, atlet parkour, dan artis.
Ragam cita ini tentu juga punya sebab akibat.
Konon, menurut warga Desa Maluk, jumlah penduduk asli Sumbawa
berkurang drastis setelah erupsi Gunung Tambora pada 1815, dan sekarang
sejumlah daerah di Sumbawa didominasi pendatang yang mayoritas berasal
dari Sulawesi. Desa Maluk sering mengalami pemadaman listrik bergilir
diakibatkan rendahnya daya PLN di sini. Bahkan, sebuah desa lingkar
tambang lainnya, yaitu Desa Tongo belum dimasuki PLN, listrik di sana
berasal dari PLTU yang diberdayakan oleh PT NNT.
Meskipun listrik sering mati, anak-anak SD di Desa Maluk
sudah punya surel, bahkan berbagai media sosial, seperti
Twitter dan Facebook.
Ini kemudian dianggap sebagai efek domino dari keberadaan tambang PT
NNT.
Pariri lema bariri (mengatur agar teratur), inilah semboyan yang tertulis
di depan SD Desa Maluk. Semboyan ini ternyata tertulis di hampir semua
lembaga atau instansi pemerintahan di Sumbawa sebagai sebuah slogan
bersama.
Selanjutnya, di Desa Maluk terdapat LSM Lakmus yang bekerja sama
dengan PT NNT dan Dinas Kesehatan setempat, mempunyai Bank Sampah
dengan nasabah mencapai 300-an orang sejak didirikan pada September
2012. Lakmus sendiri adalah LSM buatan PT NNT yang concern di bidang
kesehatan lingkungan sejak 2000, LSM ini bergerak tidak hanya di Maluk,
tetapi juga di hampir semua desa lingkar tambang. Selain Bank Sampah,
kemudian ada lagi budi daya aneka komoditas perkebunan, peternakan sapi
dan kuda, serta rumah kompos dan biogas yang berbahan baku kotoran
ternak.
Sekongkang
Kecamatan Sekongkang adalah desa lingkar tambang berikutnya, dengan
godaan pantainya yang memicu datangnya para surfer mancanegara.
Desa ini, sekarang tengah mengembangkan sistem irigasi gravitasi dari
bukit dan diolah jadi bendungan. Hal ini merupakan kerja sama warga
dengan pemerintah dan PT NNT. Hal ini bertujuan selain untuk memenuhi
kebutuhan sanitasi warga, juga untuk mereduksi penggunaan air payau oleh
mereka.
Konon, masyarakat asli Sumbawa (termasuk di Sekongkang) punya
keramahan khusus dalam menyambut tamu mereka. Ada filosofi yang berupa
anggapan diri mereka sendiri bahwa dirinya adalah sebagai manifestasi
Tuhan, maka dari itu mereka harus melayani diri mereka dan orang lain
dengan maksimal. Lalu, ada lagi kebiasaan para orang tua yang berburu madu
di hutan yang berada di sekitar kawasan tambang. Namun, kebiasaan ini
sepertinya tidak berlanjut ke generasi muda mereka yang larut oleh pesona
tambang sehingga para orang tua ini pun berlalu tanpa penerus kebiasaan
mereka.
Namun, bukan berarti warisan kebiasaan lain juga ikut punah. Sisi lain
dari kondisi sosial yang tidak punah, yaitu poligami. Konon, di lingkungan
tambang, hal ini lumrah terjadi, termasuk di PT NNT dikarenakan faktor
pekerja yang jauh dari pasangan. Namun, ternyata bukan hanya di tambang,
banyak ditemukan di Sumbawa Barat sejumlah pria yang beristri lebih dari
satu dan mereka tinggal serumah dengan relatif akur.
Lalu, tidak jauh dari Sekongkang, ada salah satu suku asli di Sumbawa
yang terdaftar di LSM AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara), suku ini
belum akur dengan PT NNT dikarenakan persoalan sengketa tanah adat.
Tanah di sini adalah kawasan eksplorasi baru dari PT NNT yang dipersiapkan
untuk kawasan tambang baru pasca area Batu Hijau sekarang habis.
Di Sumbawa Barat, pemerintah bekerja sama dengan PT NNT sedang
mengupayakan keberadaan Puskesmas di tiap kecamatan. Hanya saja,
Puskesmas ini sekarang tidak terawat. Seperti kebanyakan kejadian di negara
berkembang, pembangunan awal beberapa Program CSR PT NNT kurang
disertai dengan kontrol perawatan dan pembinaan.
Rijal Fahmi Mohamadi
iapa sangka kalau di dekat area pertambangan aktif seperti Batu Hijau
ini ada sumber mata air yang bening dan begitu segar. Kabarnya, sih,
air di sekitar pertambangan itu lebih sering tercemar. Namun, mata air
ini malah mengalir sepanjang tahun dan ditampung untuk kebutuhan air
bersih warga sekitar Batu Hijau, terutama di Kecamatan Sekongkang.
Namun, saya tidak percaya begitu saja kalau cuma mendengar rumor atau
dari sekadar “cerita”. Sekalipun itu cerita dari peserta bootcamp sebelumnya.
Saya harus melihat langsung, baru percaya dengan keberadaan mata air ini.
rang banyak mengira kalau Sumba itu adalah Sumbawa padahal, kan,
beda daerah. Tulisannya saja sudah beda apalagi tempatnya.
Sumbawa berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pulau ini
dibatasi oleh Selat Alas di sebelah barat (memisahkan dengan Pulau
Lombok). Umumnya, orang yang sudah bosan ke Bali biasanya mengunjungi
Pulau Lombok dan destinasi yang sangat terkenal setelah Lombok adalah
Sumbawa Barat.
Sumbawa mulai populer karena banyak wisatawan yang sudah mulai
bosan dengan Bali dan Lombok. Mereka mencari suasana lain yang dekat
dengan kedua Pulau Wisata ini.
Akses menuju Sumbawa Barat masih terbatas karena belum ada bandara
di Sumbawa Barat membuat akses untuk para wisatawan terbilang sulit.
Biasanya, wisatawan yang ingin mengunjungi Sumbawa Barat harus melalui
Lombok dan melanjutkan perjalanan darat dari Bandara Internasional
Lombok di Kabupaten Lombok Tengah menuju Pelabuhan Kayangan di
Kabupaten Lombok Timur. Dari pelabuhan Kayangan ini harus memakai
speedboat atau kapal feri menuju Pelabuhan Benete di Sumbawa Barat.
Memang yang mudah adalah akses dari Lombok menuju Sumbawa Barat
ini. Untuk menuju Pelabuhan Kayangan banyak transportasi bus atau angkot
yang tersedia, baik dari Kota Mataram atau Bandara Internasional Lombok.
Setelah tiba di Pelabuhan Kayangan, ada beberapa alternatif akomodasi
menuju Sumbawa Barat.
Transportasi Laut
Dari Pelabuhan Kayangan ke Pelabuhan Benete salah satu transportasinya
bisa menggunakan speedboat Tenggara Satu. Tiket dan jadwal kapal
Tenggara Satu ini Rp100.000 sekali jalan. Speedboat Tenggara Satu ini
diprioritaskan untuk karyawan perusahaan tambang PT Newmont Nusa
Tenggara (NNT) dan kontraktor.
Jadwal Tenggara Satu, yakni dua kali sehari. Bila ingin menggunakan
fasilitas Tenggara Satu, hindari jadwal sibuk kepulangan dan kedatangan
karyawan. Biasanya, pada saat weekend susah untuk memesan tiket kapal ini
karena umumnya karyawan yang bekerja di PT NNT pulang kampung ke
Pulau Lombok atau berlibur pada hari weekend.
Jadwal sibuk speedboat Tenggara Satu adalah setiap Minggu sore, pukul
17.00 dan Senin pukul 10.00 dari Pelabuhan Kayangan–Benete. Selanjutnya,
tiap Jumat pukul 14.30 dan Sabtu pukul 08.00 dari Pelabuhan Benete-
Kayangan. Usahakan hindari kedua hari dan jam ini.
Lantas, bagaimana kalau tidak mendapatkan speedboat Tenggara Satu
ini? Tenang, ada banyak alternatif lainnya, yaitu menggunakan transportasi
laut umum, yakni feri yang dikelola PT ASDP (Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan) dari Pelabuhan Kayangan (Lombok Timur) – Pelabuhan
Poto Tano (Sumbawa Barat).
Penyeberangan Kayangan– Tano – Kayangan beroperasi selama 24 jam.
Penyeberangan dilakukan setiap jam dengan tiket Rp20.000 per orang. Tarif
menyeberangkan mobil sebesar Rp378.500 (sudah termasuk penumpang
mobil).
Transportasi Darat
Jika kita sedang berlibur di Pulau Lombok dan ingin melanjutkan liburan ke
Sumbawa Barat, banyak terdapat angkutan umum dari Mataram, Lombok.
Dari Mataram, banyak terdapat Travel Mataram ke Pelabuhan Benete.
Berikut detailnya. Tarif per orang Rp35.000 Pelabuhan Kayangan-Mataram.
Sewa mobil dari Pelabuhan Kayangan-Bandara Internasional Lombok
sebesar Rp300.000. Saat ini, belum ada transportasi umum dari Pelabuhan
Kayangan menuju Bandara Internasional Lombok.
Untuk berkeliling Sumbawa Barat harus menyewa mobil dan Travel
Sumbawa Barat. Harga sewa satu unit mobil dari Pelabuhan Poto Tano
menuju Maluk sebesar Rp300.000. Bus umum dari Pelabuhan Poto Tano-
Maluk Rp40.000 per orang.
Memang, akomodasi ke Sumbawa Barat termasuk agak susah bagi turis
biasa yang ingin liburan karena letak Sumbawa Barat di remote area dan
susah dijangkau.
Tetapi, ketika kita sampai di sana terbayar sudah lelah
perjalanan dengan dimanjakan pantai-pantai yang
sangat indah dan hampir sebagian besarnya adalah
pantai yang masih perawan.
Sumbawa Barat memang dikenal akan keindahan pantainya. Pantai-pantai
yang terdapat di Sumbawa Barat ini ternyata banyak yang lebih indah
daripada pantai-pantai di Bali maupun Lombok.
Inilah pantai yang wajib dikunjungi di Sumbawa Barat.
Pantai Maluk
Pantai Maluk ini berada di sebuah teluk, yang berada di Desa Maluk,
Jereweh, Sumbawa Barat. Yang membuat indah karena Pantai Maluk ini
diapit oleh dua bukit, yaitu Bukit Mantun di sebelah utara dan Bukit Balas di
sebelah selatan. Panorama pantai ini sangat indah, dengan pasir putih yang
berkilauan.
Pantai Maluk bisa dibilang cukup ramai dikunjungi turis karena letaknya
berdekatan dengan Kota Maluk. Selain penduduk setempat, banyak
peselancar yang ingin belajar surfing datang ke pantai ini.
Dendeng pedas banyak dijumpai di warung pinggir Pantai Maluk. Selain
berselancar, masih banyak aktivitas lain yang bisa Anda lakukan di Pantai
Maluk. Anda bisa berenang, berjemur, bermain kano, atau sekadar
bermalasmalasan sambil bermain pasir di pinggir pantai.
Pasir pantai yang putih bersih dan laut yang dangkal sangat cocok untuk
melakukan berbagai aktivitas tersebut. Di sekitar Pantai Maluk terdapat
beberapa restoran dan warung makan yang akan memuaskan kuliner Anda.
Pantai Rantung
Pantai Rantung salah satu tempat berselancar terbaik di Indonesia, bahkan di
dunia. Ombak di pantai ini termasuk dalam daftar ombak terbaik di dunia.
Tidak heran kalau Pantai Rantung terkenal ke berbagai penjuru dunia dan
banyak kejuaraan selancar tingkat internasional digelar di sana.
Pantai ini dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai Pantai Yoyo
dikarenakan pecahan ombak ini menggulung hingga ketinggian di atas 2
meter dan mirip seperti yoyo. Ombak tersebut terus bergulung-gulung hingga
seolaholah menyedot para peselancar yang mencoba menaklukkannya.
Di sini, terdapat penginapan dan banyak turis asing yang menempatinya.
Umumnya yang menginap di sini adalah para peselancar dunia. Mereka
khusus datang ke pantai ini hanya untuk menaklukkan ganasnya ombak di
Pantai Rantung.
Pantai Tropical
Keunggulan Pantai Tropical karena memiliki pasir pantai yang mempunyai
pasir berbentuk merica dan berwarna putih. Bentuk pantainya pun
melengkung seperti danau. Apalagi, warna biru pantainya benar-benar
eksotis. Pantai ini bisa dibilang pantai yang masih perawan. Hanya sayang, di
dekat resort Tropical banyak terdapat sampah. Sementara, sepanjang
kawasan Pantai Tropical lain tampak bersih, baik area pasir pantai ataupun
pada air pantai.
Pemandangan Pantai Tropical memang indah. Kita bisa menyaksikan
bukit batu. Ketika berjalan-jalan di pasir pantai, kita juga bisa menemukan
kerang-kerang yang berwarna-warni dengan variasi bentuk yang beraneka
ragam. Sesekali, kita juga bisa menjumpai hewan-hewan kecil di sekitar
pantai, seperti kepiting dan keong.
Pantai Lawar
Pantai Lawar merupakan pantai di pesisir barat Pulau Sumbawa. Jaraknya
sekitar 3-5 km dari Pantai Rantung. Pantai Lawar sangat eksotis, dengan
bukit-bukit yang menjulang tinggi di ujung kanan pantai. Seperti pantai-
pantai lainnya di pesisir barat Sumbawa, Pantai Lawar juga berpasir putih.
Uniknya, pasir di pantai ini benarbenar putih bersih dan lembut seperti susu
bubuk.
Di sebelah kiri pantai banyak terdapat batu-batu besar yang sangat indah
kalau Anda foto. Butiran pasirnya terasa sangat lembut di kaki. Untuk
merasakan kelembutan pasir pantai ini, sebaiknya Anda berjalan tanpa alas
kaki.
Teluk Benete
Teluk Benete ini dekat dengan pelabuhan PT NNT. Yang menarik dari teluk
ini adalah diapitnya pantai ini oleh dua bukit. Di sini merupakan salah satu
spot yang bagus untuk memotret karena banyaknya kegiatan di sini dan
adanya pelabuhan. Kita bisa memotret aktivitas dan kapal-kapal yang ada di
sini. Di saat sunset, kita bisa membuat siluetsiluet kapal.
Buat yang ingin mencari suasana selain Bali dan Lombok, silakan untuk
mengeksplor Sumbawa Barat. Buat pencinta pantai sangat direkomendasikan
untuk mengunjungi semua pantai-pantai indah di Kabupaten Sumbawa Barat
ini.
Dhanang Puspita
udah, biasa saja, kalian pasti jarang traveling, ya?” kata Mas Toro
yang biasa dipanggil Cumi. Kata-kata dia begitu menarik,
manakala saya melihat ekspresi teman-teman saat harus berpisah
setelah seminggu bersama. Ada yang merasa berat, ada juga yang biasa saja.
Bagi mereka yang sering bepergian, bertemu dan berpisah adalah hal yang
lumrah. Namun, bagi yang tidak terbiasa, berpisah adalah sesuatu yang berat.
Seminggu sudah kami di pertambangan Newmont Nusa Tenggara dan
area di luar tambang. Banyak yang bisa saya dapatkan, terutama khazanah
pengetahuan baru seputar pertambangan dari hulu hingga hilirnya. Dari
awalnya sebuah angan, mimpi, dan akhirnya menjadi sebuah kenyataan
setelah penantian panjang. Nadanada sumbang mengiringi perjalanan, bagi
mereka yang bersudut pandang negatif tentang tambang; kapitalis, perusakan
lingkungan, ketimpangan sosial, hingga unsur politis. Sebuah konsekuensi
yang harus diterima dengan orang-orang yang berseberangan pikiran.
Namun, mimpi harus jalan terus.
Sebelum pulang, ada sebuah pesan sederhana dari mereka yang ada di
tambang, “Yang baik-baik kalian bawa pulang, yang buruk berikan pada
kami untuk perbaikan. Lalu, informasikan di sini ada apa dan apa yang terjadi
tanpa harus ditutup-tutupi.”
Sebuah angin segar bagi kami untuk melihat, meraba, hingga berargumen
dengan para pakar, memunculkan sebuah diskusi yang hidup dan
mencerahkan. Saat kami diminta rekomendasi, saya hanya berpikir “Saya
masih terlalu bodoh untuk memberikan rekomendasi pada mereka yang jauh
lebih ahli, sebentar lagi akan dipulangkan setelah banyak mendapatkan
pengetahuan.”
Lantas, ada yang bertanya, dapat apa selama seminggu di sana? Terlalu
dini menyimpulkan mendapat apa, sebab belajar tambang tidak cukup
sesingkat itu. Mereka yang kuliah tentang tambang atau metalurgi butuh
waktu empat tahun. Itu pun belum sepenuhnya menguasai, terlebih kami
yang hanya lima hari efektif saja. Namun, saya pulang juga tidak ingin
dengan tangan hampa, tetapi dengan membawa beberapa buah pikiran yang
siapa tahu berguna buat saya atau mereka yang ingin tahu. Yang pasti, kami
mendapat sudut pandang tentang pertambangan yang menjadi visi dan misi
dari perusahaan. Ada tanggung jawab dari proses eksplorasi walau kadang
tidak semua terpenuhi.
Pelajaran terpenting bagi kami adalah sebuah kehidupan dan prosesnya
yang tertata rapi dengan beragam aturan, kaidah, dan norma yang harus
ditaati.
Sepertinya, belum mau pada pulang.
Di balik apa yang kami dapatkan, ternyata banyak sekali pelanggaran yang
kami lakukan. Masalah waktu, jangan tanya pasti kami orang yang sering
terlambat, terlebih bangun pagi-pagi. Urusan keamanan, kerap kami menjadi
orang yang mengabaikan peraturan. Dari lalai jalan kaki di jalur pedestrian,
hingga tidak mengenakan sabuk pengaman. Sepertinya, kebiasaan di luar
sana masih terlalu melekat kuat di dalam tindakan kami. Pelan-pelan,
kebiasaan buruk itu pun terkikis, entah jika kembali ke habitat asli nanti.
Akhirnya, waktu juga yang harus mengakhiri penantian dan perjalanan
panjang ini. Satu per satu ID Card kami ditarik dan tukar dengan tiket
pulang. Dalam perjalanan, kami masih bersama teman-teman dari darat, laut,
dan udara.
T hey will set the event so that You will see what they want you to see,”
begitulah komentar seorang teman, ketika tahu saya akan mengikuti
kegiatan Sustainable Mining Bootcamp (SMB) selama satu minggu
pada awal November 2012. Kegiatan ini diadakan oleh PT Newmont Nusa
Tenggara untuk memperlihatkan aktivitas pertambangan, perawatan alam,
serta program yang mereka jalankan di bidang pemberdayaan masyarakat.
Teman saya mengira bahwa rangkaian acara ini sengaja dibentuk sedemikian
rupa agar perusahaan Newmont terlihat bagus di mata kami. Saya hanya
menjawab, “I am going to see what I want to see.” Karena, sudah beberapa
kali mengunjungi perusahaan lain, saya berani mengatakan bahwa program
SMB ini berbeda.
Tambahan:
Program SMB juga merupakan alternatif liburan yang sangat menarik. Setiap
sore, kami menikmati keindahan matahari terbenam di pantai-pantai yang
masih perawan, seolah semua pemandangan itu sengaja disuguhkan untuk
kami. Bentang alam Sumbawa yang hijau dan sebagian mengering karena
musim kemarau pun bisa menyerap semua stres yang dibawa dari Jakarta.
Tidak ada gedung bertingkat dengan suara klakson, yang ada adalah bukit
yang mengepung lembah dengan suara berbagai macam hewan. Tidak ada
pengemis di pinggir jalan, yang ada adalah monyet-monyet dan sapi yang
berkeliaran.
Kalau mau mendapatkan keluarga baru yang seru, program ini cocok
untuk kalian. Satu minggu bersamasama menikmati perjalanan, menjadikan
kami sangat akrab. Ada yang suka bikin kehebohan dengan ceritacerita
uniknya, ada juga yang diam-diam menumbuhkan perasaan tertentu. Hahaha
... sudah tidak bisa diceritakan ini, memori ini terlalu banyak dan mungkin
akan aku tulis khusus di posting yang lain.
Unggul Sagena
etika kita bertanya dari bahan apakah mobil, motor, laptop, ponsel,
hingga ujung bolpoin yang kita miliki ini dibuat, maka satu jawaban
yang pasti adalah terbuat dari logam. Lalu, pertanyaan selanjutnya
adalah dari mana logam-logam itu didapat? Satu jawaban yang pastinya sama
adalah dari tambang. Logika tersebut menggambarkan bahwa meningkatnya
kebutuhan akan barang yang terbuat dari logam, maka sama artinya dengan
meningkatnya kebutuhan akan kapasitas produksi perusahaan tambang yang
lebih tinggi agar lebih efektif memproduksi logam supaya kebutuhan barang,
seperti mobil, motor, laptop, sampai bolpoin bisa terpenuhi.
Lantas, apa yang menjadi tantangan, ketika perusahaan tambang harus
meningkatkan produktivitas dari hasil tambangnya? Banyak hal yang menjadi
tantangan bagi perusahaan tambang salah satu di antaranya adalah isu
lingkungan. Lingkungan sepertinya menjadi sebuah hal yang bertentangan
dan menjadi lawan bagi sebuah aktivitas pertambangan. Hal ini dikarenakan
setiap tambang pasti akan mengubah bentang alam, mengganggu ekosistem,
dan menyebabkan kerusakan lingkungan. Misalnya, kehadiran tambang
menyebabkan penebangan hutan, pencemaran air sungai dan laut, hingga
pencemaran udara. Namun, ada hal yang perlu dipahami dan menjadi pola
pikir utama adalah kerusakan-kerusakan tersebut dapat diminimalkan dan
diubah menjadi bukan hal yang negatif, tetapi juga hal yang positif.
Studi lapangan yang pernah penulis laksanakan adalah ketika melihat
sebuah tambang di Sumbawa Barat, NTB, yakni PT Newmont Nusa
Tenggara (PT NNT). Perusahaan ini menambang tembaga di sebuah hutan di
pedalaman Sumbawa yang berakibat pada perambahan hutan untuk
mengambil mineral-mineral berharga yang terkandung di dalamnya.
Perambahan hutan harus juga diimbangi dengan proses reklamasi, atau
penanaman kembali, dengan target keberhasilan yang telah dibuat oleh
perusahaan tersebut, dan dimonitori pemerintah secara berkala. Hal lain yang
menarik adalah proses penghijauan yang dilakukan oleh PT NNT
menggunakan pula tanaman-tanaman produktif, seperti jati dan tanaman
buah-buahan, seperti mangga, sirsak, dan nangka. Hal ini menjadi tabungan
pada masa depan agar ketika kegiatan penambangan telah selesai, lahan dapat
tetap produktif.
Isu lingkungan juga sangat dekat dengan perusahaan ini, yakni dalam
proses penempatan sisa tambang atau yang biasa disebut dengan tailing. PT
NNT memilih untuk menempatkan tailing-nya di dasar laut alih-alih
menempatkannya di daratan. Awalnya, penulis menduga cara ini adalah cara
termudah bagi PT NNT untuk menghilangkan tailing-nya, tetapi ternyata
analisis yang terlihat di lapangan menunjukkan proses ini merupakan proses
teraman yang dapat dilakukan di wilayah tambang tersebut. Penempatan di
darat lebih banyak menghasilkan dampak negatif, seperti penambahan area
hutan yang harus ditebang dan kemungkinan meluapnya tailing seandainya
terjadi gempa di wilayah tersebut. Sementara itu, dengan penempatan di laut
yang dalam, tailing akan langsung menyentuh dasar laut dan tidak
mengganggu ekosistem di permukaan maupun di zona produktif laut. Inilah
sebuah pemikiran baru bagi kita bahwa tidak selamanya tambang adalah
perusak alam. Kalaupun tambang itu harus bersinggungan dengan ekosistem
dan terpaksa memindahkannya, maka itu adalah sebuah risiko yang dapat
diminimalkan.
Selain problematika lingkungan, satu hal lain yang sering menjadi
pertentangan dalam sebuah industri pertambangan, yakni kesejahteraan
masyarakat lingkar tambang. Masyarakat lingkar tambang adalah istilah yang
diberikan untuk orang-orang yang tinggal dan beraktivitas di dekat area
pertambangan dan biasanya merupakan bagian masyarakat yang paling
banyak mendapatkan dampak dari sebuah pertambangan, baik itu dampak
negatif maupun positif. Satu hal yang sering menjadi bayangan atau berita
yang kita dengar, sebagai orang yang jauh dari daerah lingkar tambang,
masyarakat wilayah tambang selalu mengalami banyak masalah mulai dari
kesejahteraan yang rendah, tingkat pendidikan yang kurang, hingga
kerusuhan yang acap kali terjadi di wilayah sekitar tambang. Itu adalah fakta
dan memang kerap terjadi. Namun, hal itu tidaklah bisa dipukul rata.
Mengedukasi Masyarakat
Pada hari kedua kunjungan berlanjut melihat-lihat proses pengolahan ore
atau bijih hingga menjadi pasir tembaga. Peserta dipandu Pak Wira
Darmaputra dari Divisi Metalurgi Mill PT NNT. Saya mencatat pernyataan
penting yang disampaikan Pak Wira dalam presentasinya sebelum “jalan-
jalan” melihat pabrik pengolahan.
ama Teluk Buyat bagi kita masyarakat Indonesia pasti sudah tidak
asing lagi. Di tahun 2004 lalu nama Teluk Buyat sempat menjadi
pembicaraan publik dunia ketika tuduhan pencemaran mencuat dan
menjadikan PT Newmont Minahasa Raya (NMR) dan Presiden Direktur saat
itu Richard Bruce Ness sebagai terdakwa. Namun, akhir tahun 2012 PT NMR
menerima surat pemberitahuan dari Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan
bahwa Mahkamah Agung (MA) lewat keputusannya No.2691 K/PDT/2010
menolak permohonan kasasi Wahana Lingkungan hidup (WALHI) atas
gugatan perdata tuduhan pencemaran Teluk Buyat. Keputusan MA ini
merupakan putusan atas kasus hukum terakhir dari beberapa gugatan yang
menuduh PT NMR menyebabkan terjadinya pencemaran dan penyakit pada
masyarakat Teluk Buyat. Keputusan ini membuktikan bahwa tidak terjadi
pencemaran dan penyakit yang diakibatkan oleh operasi PT NMR. Keputusan
MA ini menjadi penutup kasus buyat secara perdata, di mana pada tahun
2009, proses peradilan juga telah memenangkan PT NMR secara pidana.
Selanjutnya Kasus Buyat merupakan kemenangan bagi rasa keadilan, baik
bagi Newmont maupun masyarakat yang selama ini mengalami dampak
akibat tuduhan yang salah ini.
Melupakan kisruh yang pernah terjadi di Teluk Buyat, hal pertama yang
membuat orang terkesima ketika menginjakkan kaki di daerah Ratatotok dan
Buyat adalah pantainya. Bagaimana tidak, dari jauh saja sudah tampak laut
yang biru dengan berbagai gradasinya, dari biru muda, biru kehijauan, hingga
ke biru tua. Belum lagi pasirnya yang bersih dan menawan. Itulah
pemandangan yang tampak yang saya saksikan dari atas bukit harapan pagi
itu saat saya bersama rekan-rekan Newmont Bootcamp datang untuk melihat
bentuk tanggung jawab pascatambang yang dilakukan oleh PT Newmont
Minahasa Raya (NMR).
Seusai menikmati sang mentari terbit dari Bukit Harapan dan melihat
bentuk keharmonisan agama yang tersirat dari atas bukit harapan, kami turun
dan menyapa beberapa nelayan yang sedang mencari ikan pagi itu. Tak
tampak kekhawatiran dari raut mereka tentang kisruh dan kasus Teluk Buyat
yang pernah mencuat tahun 2004 lalu. Berdasarkan paparan dari Bapak
Caddy Maloda, karyawan PT NMR yang menemani kami pagi itu, bahwa di
hari-hari hari tertentu seperti akhir pekan atau harihari libur, Pantai Teluk
Buyat dan Pantai Lakban dipenuhi ribuan wisatawan yang datang dari
Manado, Kotamobagu, Tondano, Tomohon, Blitung, dan daerah lainnya di
Sulawesi Utara. Mereka menggunakan berbagai macam kendaraan dari
bentor (kendaraan khas yang merupakan gabungan becak dan motor), bus-
bus, hingga truk untuk bisa tiba di kawasan ini.
Di sepanjang pantai inilah pada hari Minggu dan hari libur para penjaja
makanan sudah siap menanti. Mereka menjajakan aneka jenis kue, dari yang
tradisional hingga yang modern. Tentu saja penganan ini bisa menambah
nikmat suasana ketika para pelancong berpiknik di Pantai Lakban dan
sekitarnya. Apalagi, kini meski masih sederhana, berbagai fasilitas telah ada
di kawasan pariwisata yang terkenal hingga ke propinsi tetangga ini. Sebut
saja bangku, toilet umum, jembatan penyambung hingga pondok untuk
berteduh. Dengan makin lengkapnya fasilitas, obyek wisata ini diharapkan
juga akan meninggalkan pendapatan asli pemerintah setempat dan memberi
nilai tambah bagi kehidupan masyarakat Buyat dan sekitarnya. Pada festival
Pantai Lakban yang dilaksanakan pada setiap tahun oleh Yayasan Ratatotok
Buyat (YRB) bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Minahasa
Tenggara dan PT NMR , misalnya ribuan orang memadati kawasan ini, baik
sebagai peserta, maupun penonton.
Tak hanya pantainya yang mempesona, untuk anda yang suka menyelam,
Teluk Buyat dan sekitarnya juga menjanjikan keindahan bawah laut yang
spektakuler. Dan kami peserta Newmont Bootcamp berkesempatan untuk
melihat secara langsung keindahan bawah laut. Berdasarkan penjelasan dari
Pak Jerry karyawan PT NMR yang memandu kegiatan snorkeling kami siang
itu, daerah ini tak kalah menarik jika dibandingkan dengan daerah
penyelaman lain di Sulawesi Utara. Ada 24 titik selam yang tersebar di
perairan Teluk Buyat dan sekitarnya, dengan kedalaman lima hingga lima
puluh meter. Keanekaragaman terumbu karangnya dan berbagai jenis ikan
serta biota lautnya yang memikat sungguh layak di eksplorasi para penyelam.
Potensi bawah laut ini telah banyak dipromosikan diberbagai media cetak,
tayangan televisi. hingga pameran-pameran nasional dan internasional.
Selain itu, melimpahnya ikan di Teluk Buyat dan sekitarnya tak lepas dari
adanya terumbu karang buatan (artificial reef) yang dibenamkan di perairan
Teluk Buyat sejak Agustus 1999 oleh PT NMR. Keberadaan ribuan terumbu
karang buatan yang tak kalah indah dari karang aslinya ini menjadikan Teluk
Buyat dan teluk di sekitarnya mampu menjadikan wisata bawah laut yang
menakjubkan
Nah, jika anda ingin menikmati wisata bahari yang tiada duanya ini, Teluk
Buyat bisa menjadi alternatif kunjungan wisata anda. Sekaligus bisa melihat
daerah bekas tambang PT NMR yang tetap dilakukan pemantauan dan tidak
ditinggalkan begitu saja pasca-tambang.
Unggul Sagena
A
B
C. Hutan reklamasi lahan bekas tambang PTNMR di Ratatotok, Minahasa Tenggara, yang telah ditetapkan
pemerintah menjadi kebun raya.
Adella Adiningtyas. 31 Januari 2015. Apa Kata Mereka …. https:// delladaily.wordpress.com. Peserta
SMB Batch 4. Cumi Lebay. Mei 2012. Lingkar Tambang Newmont Nusa Tenggara.
http://www.cumilebay.com. Peserta SMB Batch 1.
Alfonsius Billy J. 25 Mei 2013. Menengok Proses Produksi Pupuk Kompos di Desa Aik Kangkung.
http://green.kompasiana.com. Peserta SMB Batch 3.
Andhtya. 4 Desember 2012. Indonesia’s Mining Industry Through Young Eyes. Artikel The Jakarta
Globe.
Barry Kusuma. 22 Februari 2015. Suka Pantai? Datanglah ke Sumbawa Barat.
http://female.kompas.com. Peserta SMB Batch 4. Daniel Mashudi. 29 Januari 2015. Menjalin Asa
Serabut Kelapa. http://ekonomi.kompasiana.com. Peserta SMB Batch 3.
Denny Reza Kamarullah. 28 Februari 2015. https:// dennyrezakamarullah.wordpress.com. Peserta SMB
Batch 4. Dhanang Puspita. 10 Februari 2015. Aku Pulang dari Tambang. http://
lifestyle.kompasiana.com. Peserta SMB Batch 4.
Diah Setiawaty. 8 Maret 2013. Buyat Riwayatmu Kini. http://sosbud. kompasiana.com. . 13 November
2012. Mengintip Praktik CSR Newmont Nusa Tenggara. http://m.kompasiana.com. Peserta SMB
Batch 2.
Dzulfikar AlA’la. 12 Februari 2015. Para Pencari Tuhan di Area Tambang.
http://sosbud.kompasiana.com. Peserta SMB Batch 4.
Eko Budi W. 5 April 2013. Sustainable Mining Bootcamp sebagai Media Coverage PT. Newmont.
http://media.kompasiana.com. Peserta SMB Batch 3.
Fafa Firdausi. 17 November 2012. Bicara Tambang Bicara Lingkungan.
http://www.kompasiana.com/fafa.ferdowsi. . 1 Maret 2013. Menengok Teluk Buyat.
https://redransel. wordpress.com.
Fajri Satria Hidayat. 4 Februari 2015. http://www.kompasiana. com/fajrisatriahidayat. Peserta SMB
Batch 4.
Farchan Noor R. 17 Mei 2013. Bootcamp Batu Hijau 3: Maluk, Dari Tiga Puluh Enam Menjadi
Puluhan Ribu. http://efenerr.wordpress.com. Peserta SMB Batch 3.
Harris Maulana. 17 Mei 2015. Cita-Cita, Tabungan, dan Ombak Pantai Maluk. http://harrismaul.com.
Peserta SMB Batch 4.
Ibnu Setiawan. 5 Juni 2013. Mengenal Maluk dan Sekongkang. http:// ekonomi.kompasiana.com.
Peserta SMB Batch 3.
Ilmi Mayuni Bumi. 19 Januari 2015. Tambang Itu Seksi.https:// ilmibumi.wordpress.com. Peserta SMB
Batch 4.
Juwairiyah. 14 November 2012. Sustainable Mining Bootcamp: Kegiatan efektif mendapatkan
pemahaman komprehensif. http:// forum.detik.com. Peserta SMB Batch 2.
M. Zacky S. 6 Juni 2013. Wisata Tambang (Ndas’mu Mlocot). http:// jalanalakere.wordpress.com.
Peserta SMB Batch 3.
Murni Amalia. 5 Juni 2013. NNT Boot Camp, Sumbawa – Minding a Mine Site. http://indohoy.com.
Peserta SMB Batch 3.
Rahmasari Noor Hidayah. 27 Januari 2015. Perempuan-Perempuan Tangguh di Balik Dunia
Tambang. http://rahmasword.blogspot. com. Peserta SMB Batch 4.
Raiyani Muharramah. 13 Februari 2015. http://www.kompasiana. com/rmuharramah. Peserta SMB
Batch 4. Regy Kurniawan. 23 Mei 2015. Cerita Pak Kades. http:// regykurniawan.com. Peserta
SMB Batch 4.
Rijal Fahmi Mohamadi. 5 Februari 2015. Menembus Belantara Sumbawa, Demi Air Terjun Perpas!.
http://catperku.info. Peserta SMB Batch 4.
Roghib. 12 Desember 2012. Bersikap (Adil) Pada Perusahaan Tambang. http://m.kompasiana.com.
Peserta SMB Batch 2. Subhan Azharullah. 18 April 2015. http://www.kompasiana.com/
subhanazharullah07. Peserta SMB Batch 4.
Titiw Akmar. 29 Mei 2013. Menilik Dalaman Newmont Nusa Tenggara. http://titiw.com. Peserta SMB
Batch 3.
Unggul Sagena. 11 Februari 2015. Merenung Tambang, Memahami Harga Kehidupan dan Nilai
Penghidupan. http://www. kompasiana.com/unggulcenter. Peserta SMB Batch 4. .19 Februari
2015. http://www.unggulcenter.org. Peserta SMB Batch 4.