954 1839 1 SM
954 1839 1 SM
Pendahuluan
Peraturan temang Perkawinan Campuran termua! dalam Penetapan Raja
tanggal 29 Desember 18 No. 23 = Sth 1896 No. 158, dir. dan dit dengan
Stb 1901 / 348, Stb 19021311, Stb 1907 / 205, Stb 1918/30, 159,160,dan 161,
Stb 1919 / 81 dan 5tb 19311168 jo. 423 Peraturan tentang Perkawinan
Campuran (PPC) disebut Regeling op de Gemengdc Huwelijkcn yang sering
disingkat GHR.
·• Komentar
Sesllai dengan niat untuk mengganti hukum tinggalan penjajah Belanda
•
dengan hukum Nasional makfl pasal66 UUP mengatur bahwa Peratliran rer-
ka,winan Campuran tidak be~lakll lagi sejauh telah diatur da1am Undang--
Undang Perkawinan. ' . .
Pasal 66 menyatakan :
"Vntllk l't'l"k:JU'illan dazrsegaJa sesuatu y<Jng berllubungan dcngan perkawinan berda:.ar-
J..;Ul .1Ia.~ undans-undang illi, maka 'dcngao berJakunya undang-undang ini ketcnluan-h~renluan
rang di3lUr cia/am Kilah Undang-Undang HuJwm Pcrdalu (Bufgcrlijke Welbo~~), ~Ordonal1si
Pcrkawinsn Indone.,ia Kristen (HlIwclijks Of(/onBntic Christen Indollcsien S. /933 No. 74),
Perawran P,'rkawillan Campuran (Rege/ing op de GcmclIgde HuwC/ijken S. 1898 No. 158), dan
peraturan-peracuran Jain yang mengatur tentang perka'winan sejauh le/ah diatur daJam Uridang-
Vlldang ini, dinyatakan tidak herJaku. n
Komentar
Pasal ini telah tidak berlaku karena telah diatur tersendiri oleh pasal 57
Undang-Undang Perkawinan yang menyatakan :
Yang dimaksud dengan Perkawinan Campuran daJam Undang·Undang ini iaJah perka",in-
an antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berJainan, karena perbedaan
kewargallt:garaan dan salah saw pihak berkewarganegaraan Indonesia.
Terlihat ada pergeseran materi ketentuan hukum antara PPC ke UUP,
ialah dari "tunduk pada hukum yang berlainan" bergeser pada "tunduk pa-
da hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu
pihak berkewarganegaraan Indonesia". UUP selain melihat adanya dua orang
yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berbeda, juga perbedaan hukum
karena perbedaan kewarganegaraan.
UUP melihat perkawinan campuran sebagai masalah antar tata hllkllm intern
dan ekstern. Perkawinan Campllran sebagai masalah HATAH INTERN
adalah perkawinan antara WNI yang berbeda hukum karena berbeda agama
yang merupakan akibat dari rumusan pasal 2(1) UUP dan adanya 5 (lima)
agama di Indonesia. Sedang HATAH EKSTERN adalah perkawinan antar
w:.rga negara yang berbeda antara WNA dengan WNI atau WNA dengan
WNA namun berbeda asal negaranya.
Scorang perempuan (ister;) yang mc/akukan pcrkawinan campUf<Jn scJ.:Jma pcmikahan ieu belum
putcs. maka si perempuan (isleri) tunduk kcpada hukum yang berlaku untuA: su.lln;nya. maupun
hukum publik alaupun hukum sipil.
Peraturan 413
Komentar
Pasal ini sepanjang berkaitan dengan soal kewarganegaraan yang ber-
akibat pada perubahan hukum yang berlaku terhadapnya, maka telah terha-
pus dengan ketentuan pasal 58 dan 59 ayat (1) UUP: Pasal 58 UUP
menyatakan :
Pasal 3.
KecuaJi dalam hal· hal yang tcrscbut pada pasaJ 4, searang perempuan yang melakuka~ perka·
winan campursn, masih pula mempunyai kedudukan hukum yang didapatnya dari scbab pcr-
kawinan campuran itu sebagai akibat dari perkawinan campuran ilU.
Pasal4.
(I) Menurut hukum, si perempuan kehilangan kedudukan hukum dan dcngan ieu kehilangan
pula hak-hal dan kcwajiban-kcwajiban yang diperolchnya atau diberatkan kepadanya menurut
hukum yang betlaku baginya dari sebab perkawinan campuran ilu, jika ia sesudahnya PUIUS
perkawinan itu lalu kawin lagi dengan lelaki yang tunduk kepada hukum yang berlaina." dengan
hukum yang berlaku bagi suami yang scmula, atau apabila perempuan itu, dalam masa setahun
sesudahnya putus perkawinan ito, memberi keterangan, bahwa ia ingin kembali kepada hukum
asal.
(2) Karena keterangan ito, maka perempuan itu menurut hokum kcmbali kepada hukum asaJ
sebe/um ia melakukan perkawinan campuran.
Oklober 1990
424 Hukum dan Pembangullan
Pasal 5.
Keterangan tersebut pada pasal 4 'itu diberikan kcpada KepaJa Pemerintahan Daerah tempst
kediaman 'perempuan itu . Kelerangan flU dicat8t daJam suatu dar'ar khusus yang diadakan uncuk
keper/uan itu oleh pegawai lersebul, serta diumumkan dengan selekas mungkin dalam sural kabar
resm; (Befita Negara).
Komentar
Pasal3, 4 dan 5 ini masih berlaku, karena ketentuan pasal66 UUP; dan
karena ketentuan yang diatur dalam pasal 3, 4 dan 5 GHR ini belum diatur
oleh UUP [pasal 58 dan pasal 59 ayat (I) ). Pasal 58 UUP menyatakan :
(1) Perkawinan campuran dilangsungkan menuruC hukum yang ber/aku unwk suami, kecuali
;7..in dari kedua be/ah pihak baka! mempe/~i, yang seharusnya ada.
(2) lika men'UI'Ul hukulJJ yang ber/aku uncal si Ie/aki iru tidak ada seorang yang dicenwkan
untuk mengawasi atau diwajibkan me/angsungkan pernikahan iru, maka pernikahan iw di-
langsungkan oleh Kepala golongan si lelaki atau wakilnya, dan jika kepala itu tidak ada,
maka diawasi oleh kepala kampung aeau kepala desa dimana perkawinan itu dijaiankan.
(3) Jika hukum itu (yang berlaku untuk ~i lelaki ) tidak mengharuskan , bahwa perkawinan
itu dibuklikan dengan sural nikah , maka orang yang mengadakan perkawinan campuran
aeau dibawah pengawasan mana perkawinan campuran ita dilangsungkan, wajib membuar
surat n;kah menuru( model yang dicetapkan oleh Gubernur lenderal.
(4) lib orang (ersebut tak dapat menulis, maka surat nlkah harus ditulis seorang yang di-
lunjuk untuk itf! oJeh KepaJa Perner;ntah Daerah.
(5) lib uncuk si perempuan ber/aku hukum keluarga £ropa (Europecsch Fami/ierechr) sedang
uncuk si Ickak; tidak, maka orang yang mcngawinkan atau mengawas; perkawinan ito,
hams mengir;mkan sural alkah ito kepada Pegawai peneatatan 5ipil uawk ballgsa Eropa
dan bangsa yang disamakan dengan bangsa Eropa, didaerah dimana perkawinan ieu dija-
PerOllirun 425
lankan. da/am masa yang akan diterapkan oleh ordonansi. Surar nikah itu o/rh pegawai
rersebut dkatat daJam suatu buku pendafraran yang disedjakan khusus untul keperluan
ilU serfa disimpan oJehnya.
Komentar
• •
UUP menentukan bahwa "Perkawinan eampuran dieatat oleh pegawai
peneatat yang berwenang" ( pasal 61 (I) UUP ). Namun ketentuan dalam
pasal 6 GHR dari ayat I si d ayat 5 belum diatur dalam UUP atau peratu:aJi
pelaksanaannya. Maka dengan mengikuti ketentuan dalam pasal 66 UUP dan
pasal47 PP No.9 Tahun 1975, pasal6 GHR (S. 1898 No. 158) tersebut masih
berlaku. Sehingga perkawinan eampuran dilaksanakn menurut hukum suam].
Ketentuan tersebut berlaku untuk perkawinan eampuran yang merupakan
HATAH INTERN (perkawinan eampuran antar pemeluk agama yang ber-
lainan) dan perkawinan yang merupakao HAT AH EKSTERN (perkawinan
antara warganegara). Dalam perkawinan HATAH EKSTERN yang dilaksa-
oakan di Indonesia, pasal 59 ayat (2) menyatakan : 'Perkawinan eampuran
yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan meourut Undang-Undang Per-
kawinan ini." Sedang perkawinan HATAH EKSTERN yamg dilakukan di
luar negeri, ditentukan dalam pasal 56 yang menyatakan :
(1) Perkawinan yang diJangsungkan di luar Indonesiaanrara dua oTang waTganegara Indonesia
atau seorang warganegara Indonesia dengan warganegara asing adaJah sah bilamana diJa-
kukan menurut hukum yang berlaku di negara dimana perkawinan ito diJangsungkan dan
bagi warganegara Indonesia tidak melanggsT ketentuan-ketentuan Undang-Undang in;.
(2) Dalam waktu J(satu) rahun sete1ah suami isteri itu kembali di wilayah Indonesia, surat bukti
perkawinan mereka harus didaftarkan di kanror Peneatalan Perkawinan tempst linggal
mereka.
(1) Perkawinan eampuran tak dapar dilakukan , sebe/um 'eTbukci bahwa hal-hal yang menge-
nai diri si perempuan iru (elah dipenuhi yakni aluran-aturan atau syarat-syarat yang diten-
tukan oleh hukum yang berlaku untuk si perempuan iiU , yang bersangkul paut dengan
.<;ifat-sifat dan syarat-syarat yang diperlukan unluk melangsungkan perkawinan dan begitu
juga formaljfeil·formalieeit yang harus dijaJankan sebe1um.perkawjnan itu dilakukan.
(2) Perbedaan agama, bangsa atau asaJ iru sama sekali bukanlah menjadi haJangan uncuk per-
kawinan itu.
(3) Uncuk membuktikan bahwa aturan-aturan atau syarat-syarat tersebut dalam ayat satu dati
passl ini sudah clipenuhi dan oleh karena itu sudah tidak ada rintangan lagi untuk melang-
sungkan perkawinan campuran, maka oleh mereka yang menurut hukum yang berlaku untuk
si perempuan diwajibkan mengadakan nikah atau yang kuasa mengadakan nikah dati tempat
kediaman si perempuan, diberikan surat keterangan dengan pereuma serfa tidal memakai
materai, kecuali jika perkawinan itu akan terjacli anlara dua pihak yang takluk pada hukum
Ok/ObeT 1990
426 ' Hukum dan Pem,bangunon
ke1uarga Eropa . Jika orang tersebut itu menurut hukum yang betlaku uotuk si perempuan
"'.
tak ada, maka kcterangan ilU diberikan oleh Kepala penduduk golongan si perempuan itu,
alau jika KepaJa sedemikian ilU tak ada, oleh orang yang ditentukan oleh KepaJa
Pemerintahan Daerah di tempat kediaman si perempuan, atau di mana si perempuan
bertempat tinggal.
(4) Jika orang tersebut itu tidak dapar menulis. maka berlaku ayae 4 pass! 6.
(5) Keterangan tersebut pada arat 3 pasal ini menurut hukum tidak mempunyai kekuaean Jag;
jika perkawinan itu tidak dijaJankan'daJam masa 'selah un se~udaJl keterangan itu diberiksn
Komentar
Pasal 7 ayat (I) GHR ini telah dihapus oleh pasal 60 (I) UUP . Kalau
kit a bandingkan pasal 7 (I) GHR dengan pasal 60 (I) UUP, maka terlihat
dengan jelas bahwa pasal 60 (I) UUP berasal (rumusannya sarna dengan) dari
pasal 7 ayat (I) GHR. Pasal 60 ayat (l) UUP menyatakan :
Perk~wjnan 'campuran tidal dapat di/angsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-syarat perka-
winan yang ditentukan oleh hukum yang ber/aku bagi pihak masing-masing telah dipenuhi.
Pasal 7 ayat (2) GHR ini telah dihapus oleh UUP. UUP secara fundamental
menghapus pandangan hukum dan ajaran hukum sebagai dituangkan dalam
pasal 7 ayat (2) UUP. Pasal 11 RUUP merumuskan sarna seperti rumusan
pasal 7 (2) GHR, namun karena tidak sesuai dengan jiwanya, maka pasal
II RUUP didrop dari UUP. Bunyi pasal 11 Rancangan UUP adalah :
Perbedaan karena kebangsaan , suku bangsa, negara asaJ, cempat asal, agama/ kepercayaan dan
kecurunan, tidak merupakan penghalang perkawinan.
Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat lersebut daJam ayat (1) telah dipenuhi dan karen3 ilU
lidak ada rintangan uncuk meJangsungkan perkawinan campuran, maka oleh mereka yang menurul
hukum yang ber/aku bagi masing-masing berwenang mencalat perkawinan, diberikan su,.at
keterangan bahwa syarat-syarat teJah dipenuhi.
Pasal7 ayat (5) GHR telah dihapus oleb pasal 60 ayat (5) UUP. Seperti
komentar lain, pasal60 ayat (5) ini berasal dari pasal 7 ayat (5) GHR, hanya
masa berlakunya keterangan dirubah dari satu tahun menjadi 6 (enam) bulan.
Peruturan 427
(1) lila surar kctcrangan itu tidak dibcrikan, maka atas perminraan yang berkepentingan alau
rnt'rcka yang berkepenringan, PengadiJan biasa dari si perempuan member; keputusan dengan
tidal beracara serta dengan tidak bolell dimimakan banding (appel) lagi tentang peno/akan·
pemberian sural keterangan iru beralassn alau tidal.
(!) lika Pengadi/an itu memutuskan, bahwa pena/akan itu tidak beralasan. maka keputusan
itu menjadi pengganti keterangan yang tersebut pada pasal yang bam lalu ini.
(fjhUl pasal 7 ayat (3)).
Terhadap kepulUSan ini berlaku pula apa yang lersebul pada alinea
penghabisan dari pasal 7.
Komentar
Pasal 8 (I) GHR ini telah dihapus oleh pasal 60 (3) UUP. Bahkan
rumusan pasal60 (3) UUP tersebut berasal dari pasal 8 (I) GHR. Pasal
8 (2) GHR ini lelah dihapus karena telah digantil disalurkan isinya pada
dan dihapus oleh pasal 60 ayat (4). Pasal 60 ayat (3) dan ayat (4) UUP
menyatakan :
(3) Jib pejabat yang bersangkutan menalak untuk memberikan surat kererangan itu, maka
alas perminraan yang berkepentingan. Pengadilan memberikan keputusan dengan tidak
beracara serla tidak baleh dimintakan banding /agi tentang soal apakah pena/akan pembe-
rian sural keterangan itu beralasan alau tidak.
(4) Jika Pengadilan memutuskan bahwa penoJakan tidak beraJasan, maka kepurusan iru menjadi
pengganri keterangan yang tersebut ayar 3.
Komentar
Pasal ini telah dihapus oleh pasal 61 ayat (2) UUP. Terlihat dengan jelas
rumusan pasal 9 ini memberikan inspirasi dan isi rumusan pasal 61 ayat (2)
UUP.
Pasal 61 ayat (2) UUP menyatakan :
Ok/ober 1990
428 Hukum dan Pel1ibangunan
pt'gaw<lj pencatat yang berwcnang sural keter.1lJg.ln acau kCPUlUS.111 pengganei kelcrangan yang
discbur dalam pasaJ60 ayat (4) Undang-Undang in; dihukum dengan hukuman kurungan selama-
lamanya I (saru) bulan.
Perkawinan t:ampurall yang dilangsungkan di luar Indonesia atau dibagian Indonesia yang masih
mempullp; pell1crinrahan .w :ndiri Ondoncsiscll Z elfbestuur) adalah s<lh • jika perkawin</n im
dilakllkim mCl111[1I1 afuralhlturan yang ber/at" di neger; lcncbul. dimana perkaninan itu di-
langsungkan. asal saja kedua beJah pihak tipak mdanggar aluran··aturan alau syaral-syarar dar;
IwkllnJ yang ber/aku ut/fuk mereka ma.~jng-masing, ialah temang sifat-sifat dan SF<lmf-syara.1
yang diperiuk.111 untuk metangsungkan pernikallan.
Komentar
Pasal 10 GHR ini t~lah dihapus oleh pasal 56 UUP , Yang menyatakan :
(l} Perkawinan yJng dilangsungkan di IliaI' !ndolle~i<l antara dua orang warganegara Ind(mesja
alau St.'Orang u'arganegara Indonesia dengan l1'arganegara asing, adaJ~h sah 'biiak;na di-
lakukan rnenurut hukum yang berlaku di negara d;mana perkalVinan ilU di/angsungkan
dan bagi warganegara Indonesia tidak me/anggar kctcnluan-ketentuan Undang-Undang jni.
(2) Da/am waktu I (.~cu) lahUl) setelah suami iSleri iTU kembali ke wi/ayah Indonesia, surat
bukri perkawinan mereka harus didaftarkan di Kantor Pcncatatan PerkaU'if}an lempal tingg<ll
men:ka.
Pasal II.
AWIt.:-dnClJ.. 1"II;r dad pcrl.a I\,;nall t.:<::mpuran ya".B dilang5ungk!JJl nlt:flUrut hukum ·JlUkum yang
JuJu mt.'mpu:lyai kc:uudukan 11Ilkum mCllllf(lt kt.·duuuk.1I1 nukuJn bapak mereka. bail "'rhad{Jp
hukum pubJjk maupun hukum sipH.
Pasal 12 .
.K,'J:,dukall <w:Jk ·anal [crscbur pada pasaJ yang bam lalu in; (pasaJ J I), o/el! kare/I.l 'iUra! nikah
~Iyah-;bll nlL'rd.:a ada kekunmg.ln syaraI ·syurainya atal! oleh l!ebab tidak ada s{:rac lIikah lidak
da/'al Jipeaii..uik:w jib an~lk-anak iru dzahirnyu melllpull,-"i kffiudukan hukum )ebagai i:lnak·
<I""k dari a}·.l1!-ibu mcrcka .; ('dallg orewg tua mcreka hidup dcngan lerang·terangan sebagai
laki·i.. tt'ri.
Komentar
Pasal II dan 12 GHR telah dihapus oleh pasaJ 62 UUP, yang
menyatakan :
PeralllFan 429
Dalam perkawinan campuran kedudukan anak diatur sesuai dengan pasal59 ayat (I) Vndang-
Vndang ini.
Masih harus dicari norma lain lagi, ialah yang lercanlum dalam pasal
58 UUP yang menyatakan :
&lgi orang-orang yang berJainan kewarganegaraan yang mdakukan perkawinan campuran. dapar
memperoleh keM'argan~araan dari suami/ isterinya dan dapat pula kehiJangan kewargancgs-
raannya, menurul cars-cara yang Iclah ditentukan dalam Undang-Undang kewarganegaraan
Republik Indonesia yang ber/aku.
Kesimpulan
I. Sesuai dengan rumusan Pasal66 UUP, pada umumnya PPC dicabut ber-
lakunya, kecuali pasal-pasal tertentu sepanjang UUP dan peraturan
pelaksanaannya belum mengaturImenentukan.
2. Pasal 2 sepanjang mengenai HATAH EKSTERN telah dihapus , namun
dibidang HATAH INTERN masih berlaku.
3. Pasal3,4,dan 5 sepanjang mengenai perkawinan campuran antar agama
(HATAH INTERN) masih berlaku.
4. Pasal 6 masih berlaku.
5. Pasal 7, 8, 9, 10, II, dan 12 telah hapus.
6. Berlakunya pasal-pasal PPC adalah karena rumusan pasal66 UUP yang
mengatur ketentuan agar tidak terjadi vakum hukum.
Oktober 1990
430 Hukum dan Pembangunan
Daftar Bacaan :
I. AI-Qur'an dan Terjemahannya: Dep . Ag~ma 'Jakarta ' 1984/ 1985
2. Segi-segi Hukum Perkawinan Campuran menurut UUP.,
H Jchtijanto SA.SH., makalah semina~ Hukum Keluarga, FH. Ul
tgl. 24 - Oktober 1989.
3. ' Hukum Perkawinan di In\!onesia Prof. A. Wasit Tulawi MA dan
Prof Arso Sosroatmodjo SH.
4. Hukum Kekeluargaan Undang-undang Perkawinan No . .1' Th 1974,
Prof. Dr. Hazairin, SH.
6. Segi-segi Hukum Perkawinan 'Campuran, Gauw Giok Siong SH .
•••
~.,~
•
..:;;f'~.. J'
• I
T••
.. ~.~ _..
;;::t"',~ ... - :
.. i -
'
l '