Hai! Selamat datang di modul pertama dari kelas Belajar Jaringan Komputer
untuk Pemula. Di kelas ini, kelak akan tersaji materi-materi soal jaringan
komputer yang luar biasa menarik nan atraktif, seperti halnya cara kerja
internet, beberapa contoh model jaringan, konsep subnetting, cara kerja
DNS, bagaimana cara mengamankan jaringan, hingga jaringan virtual.
Akan tetapi, sebelum menatap jauh ke depan, mari kita awali dengan materi
dasar terlebih dahulu ya supaya runut. Sekarang kita akan berkenalan
dengan jaringan komputer dan bagaimana perannya di kehidupan nyata.
Bagi Anda yang mungkin baru menapaki dunia jaringan komputer, umumnya
pasti memiliki beberapa pertanyaan yang cukup krusial, seperti:
Jika Anda memiliki pertanyaan yang serupa, selamat, Anda berada di tempat
yang tepat!
Di masa yang serba canggih seperti sekarang, jaringan komputer telah hadir
di mana-mana, terutama dalam bentuk internet (akan kita bahas lengkap
nanti). Internet sejatinya telah merevolusi tidak hanya dunia komputer,
melainkan juga kehidupan jutaan (bahkan miliaran) orang.
Percaya atau tidak, hampir semua orang di dunia ini hidupnya tergantung
oleh internet. Bagaimana tidak, kini sebagian besar hal bisa dilakukan secara
daring, mulai dari rapat kerja, mengikuti perkuliahan, hingga diskusi dengan
teman. Tak peduli seberapa jauh jaraknya, Anda tetap bisa terhubung dan
berkomunikasi secara real time, seakan-akan lawan bicara ada di hadapan
kita. Keren nggak tuh?
Dengan ketergantungan seperti itu, coba bayangkan apa yang akan terjadi
bila koneksi internet seantero dunia mati? Ah! Tentu saja kita tidak berharap
itu terjadi ya.
Tenang saja, Anda tak perlu mencemaskan soal itu. Akan menjadi hal yang
mustahil untuk mematikan koneksi internet seluruh dunia. Internet berjalan
secara independen dan terdistribusi, tidak ada yang memiliki sepenuhnya.
Satu-satunya cara yang mampu mematikan koneksi internet dunia adalah
apabila terjadi suatu bencana yang menimpa seluruh planet.
Sebagai tambahan, ada satu poin menarik soal internet. Internet kini bak
sembako yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi siapa pun. Setuju?
Membeli kuota atau membayar internet pastinya merupakan kegiatan rutin
yang selalu Anda lakukan tiap bulan, bukan? Tenang saja, tidak cuma Anda
kok, sebagian besar orang pun begitu, termasuk penulis.
Oke, sekarang kita sudah mengetahui apa itu jaringan dan perannya dalam
kehidupan. Lantas, memangnya apa sih keuntungan dari hadirnya jaringan?
Tak hanya itu, berikut beberapa keuntungan atau manfaat terkait hadirnya
jaringan komputer:
Berbagi data
Salah satu kegunaan paling penting dari jaringan komputer adalah
memungkinkan untuk berbagi data. Sebelum jaringan komputer
menjadi lumrah, seorang pegawai yang ingin menyiapkan laporan
untuk manajernya haruslah membuat laporan tersebut di komputer
pribadinya terlebih dahulu, lalu menyimpan datanya di floppy disk,
lantas menyerahkan floppy disk tersebut ke manajer, kemudian sang
manajer perlu mentransfer lagi data di floppy disk ke hard disk miliknya.
Ribet, kan?
Akses internet
Internet sendiri adalah sebuah wujud jaringan yang cakupannya sangat
besar, yakni seluruh dunia. Jadi, setiap kali mengakses internet,
sebenarnya Anda sedang menggunakan jaringan komputer.
Bayangkan, apabila jaringan komputer tidak ditemukan saat itu, maka
takkan ada istilah internet seperti sekarang.
Oh ya, tadi sempat tersebut kata server. Apa itu server? Sederhananya,
server adalah sebuah sistem yang dapat menyediakan sumber daya berupa
data, layanan, atau program untuk disajikan ke komputer lain.
Web server melayani sebuah aplikasi atau website yang dapat diakses oleh
client melalui internet maupun intranet. Sebagai contoh, Dicoding memiliki
web server yang menjalankan website dicoding.com sehingga semua orang
bisa mengaksesnya kapan saja dan di mana saja.
Sesungguhnya ada banyak tipe-tipe jaringan komputer di dunia ini, tetapi kita
hanya akan mempelajari beberapa di antaranya saja yang memang umum
dan kerap dijadikan acuan di pembelajaran jaringan. Kita akan mulai dari
Personal Area Network, Local Area Network, Metropolitan Area Network, dan
akhirnya Wide Area Network.
Coba Anda tebak, kiranya internet masuk ke tipe jaringan yang mana?
Penasaran, kan? Yuk, langsung saja kita cari tahu jawabannya!
Koneksi jaringan PAN dapat berupa kabel atau nirkabel. Metode koneksi
kabel termasuk USB dan FireWire, sedangkan metode koneksi nirkabel
termasuk Bluetooth, WiFi, IrDA, dan Zigbee.
Kendati perangkat dalam jaringan PAN dapat bertukar data satu sama lain,
biasanya PAN tak menyertakan router sehingga tidak terhubung ke internet
secara langsung.
Jumlah komputer yang terhubung dalam LAN dapat bervariasi, mulai dari
hitungan jari, belasan, atau bahkan ratusan unit–selama komputer-komputer
tersebut masih berada di satu wilayah yang bisa dijangkau oleh peralatan
jaringan Anda.
LAN terdiri dari peralatan jaringan dan perutean yang murah. Ini mungkin
berisi server lokal yang melayani penyimpanan file dan aplikasi berbagi lokal
lainnya. Ini sebagian besar beroperasi pada alamat IP pribadi dan tidak
melibatkan perutean yang berat. LAN bekerja di bawah domain lokalnya
sendiri dan dikendalikan secara terpusat. LAN dapat berupa kabel, nirkabel,
atau dalam kedua bentuk sekaligus.
Cakupan MAN lebih besar dari LAN, tetapi lebih kecil dari WAN–akan kita
bahas nanti. Meski namanya Metropolitan Area Network, tipe jaringan ini
tidaklah mesti berada di perkotaan. Istilah “metropolitan” menyiratkan ukuran
jaringan, bukan demografi wilayah yang dilayaninya.
Jika Anda telusuri di internet, beberapa ISP di Indonesia kini sudah memiliki
layanan Metro Ethernet. Dengan begitu, Anda bisa memiliki jaringan yang
mencakup satu wilayah kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya. Keren!
Lantas, sebenarnya apa sih fungsi dari memiliki jaringan MAN? Ketahuilah
bahwa jaringan MAN mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan internet
pada sebuah perusahaan atau organisasi. Jaringan MAN akan
mempermudah pembagian dan penerimaan data maupun informasi. Terlebih
lagi, pemusatan data pada MAN akan lebih mudah dilakukan.
Intinya, secara teknis setiap jaringan yang besar dan tersebar di wilayah
geografis yang luas adalah WAN. Internet itu sendiri dapat dikatakan sebagai
WAN–ini sekaligus menjawab pertanyaan di awal submodul.
Oleh karena itu, biasanya dalam jaringan WAN akan melibatkan operator
telekomunikasi. Selain bisa menjangkau area yang lebih luas, tujuan lainnya
adalah agar perangkat-perangkat dalam jaringan WAN dapat melakukan
komunikasi satu sama lain dengan lebih lancar.
Sejarah Internet
Kini Anda telah mengetahui apa itu jaringan komputer dan tipe-tipenya. Anda juga
sudah mengetahui sekilas tentang internet dan perannya di kehidupan nyata. Namun,
rasanya tak afdal ya bila kita tak mengenalnya lebih dalam dengan mengarungi kisah
di balik penemuannya.
Pasti menjadi pertanyaan besar bagi Anda juga kan, soal bagaimana sih sejarah dari
proses lahirnya tidak seperti menjentikkan jari, pun bukan dengan mantra Sim
Salabim atau Abracadabra.
Internet bermula dari jaringan kecil yang disebut ARPANET (Advanced Research
pertahanan.
tahun 1969, yakni UCLA (University of California, Los Angeles), SRI (Stanford
of Utah.
Pada tahun 1973, protokol jaringan yang dipakai dari awal, yakni NCP (Network
saja itu tidak memenuhi kebutuhan yang pada saat itu menginginkan jaringan yang
bahwa akan lebih banyak lagi jaringan lain yang segera terhubung. Faktanya, mereka
benar-benar menyiapkan ruang sebanyak puluhan ribu jaringan untuk bisa bergabung
dengan ARPANET.
Benar saja, pada tahun 1974, makin banyak jaringan yang terhubung dengan
untuk email.
Kemudian, TCP/IP distandardisasi dari tahun 1978 sampai 1981. Hingga akhirnya,
pada tanggal 1 Januari 1983 (dikenal sebagai “flag day”), NCP secara resmi dianggap
usang dan ARPANET mengubah protokol jaringan intinya dari NCP ke TCP/IP
Dalam tahun yang sama, ARPANET dipecah menjadi dua jaringan: MILNET (untuk
penggunaan militer, dilindungi oleh keamanan yang kuat seperti enkripsi dan kontrol
akses yang terbatas) dan ARPANET yang asli (untuk penggunaan nonmiliter seperti
riset dan penelitian). Istilah “Internet” mulanya diciptakan sebagai cara mudah untuk
komunitas dan organisasi dengan berbagai macam latar belakang pun ikut berperan,
Tak selang berapa lama, ARPANET mulai mencapai batas kemampuannya. Lantas,
menemukan bilangan prima baru dan menghitung orbit galaksi nan jauh di sana).
Superkomputer memang tidak banyak digunakan kala itu, tetapi jaringan yang
1984. Akan tetapi, pada tahun 1988, NSF telah memulai komersialisasi dan
pribadi ini adalah untuk membangun jaringan baru atau memelihara jaringan
lokal/regional yang sudah ada, selagi memberikan akses ke seluruh internet kepada
penggunanya.
ARPANET secara resmi dinonaktifkan pada tahun 1990. Sementara itu, pada tahun
1995, NSFNET ditutup dan internet secara efektif diprivatisasi. Kala itu, jaringan
telah menjadi “Internet”, yakni galaksi komunikasi baru yang siap untuk dieksplorasi
berselang, tahun 2000-an, terjadi ledakan pada jumlah komputer yang begitu
Sebelumnya
Namun, tahukah Anda apa yang terjadi di balik layar? Pertama, permintaan
Anda akan diproses oleh komputer, kemudian komputer Anda akan menuju
server Dicoding dan bertanya mengenai website yang Anda minta. Setelah
memproses permintaan, server akan merespons dengan mengirim hasilnya
ke komputer Anda, hingga akhirnya komputer Anda akan menyajikan laman
Dicoding Indonesia.
Gambar di atas menunjukkan komunikasi yang terjadi antara komputer Anda
(Client) dengan komputer penyedia layanan Dicoding (Server). Terlihat
sederhana, bukan?
Eits, nyatanya tak sesimpel itu lo! Perjalanan dari komputer Anda ke server
Dicoding tidaklah mudah. Ia harus menjelajahi rute yang berliku-liku dan
sangat panjang. Tergantung di mana letak servernya berada, tetapi bisa saja
permintaan Anda tadi berjalan sejauh ratusan hingga ribuan kilometer.
Ajaibnya, perjalanan panjang tersebut hanya berlangsung dalam hitungan
milidetik saja! Luar biasa, kan?
Jika Anda masih bingung, bayangkan internet itu seperti layanan pengiriman
pos.
Mari berandai-andai. Katakanlah Anda ingin mengirim paket dari Bandung ke
rumah teman yang berada di Samarinda. Alurnya mungkin seperti ini:
Nah, konsep seperti itu berlaku di internet. Namun, alih-alih boks dan
amplop, internet mengirimkan data biner.
Data yang dikirim via internet dari komputer pengirim ke komputer tujuan
akan bergerak melalui satu router ke router lainnya. Data dalam dunia
komputer berbentuk bit. Bit merujuk pada sebuah digit dalam sistem angka
biner yang ditunjukkan dengan nilai angka 1 dan 0, hanya itu. Tak penting
apakah datanya berupa gambar, video, ataupun lagu, apa pun di internet
direpresentasikan dan dikirim sebagai bit.
Dengan jumlah router dan komputer yang begitu masif, internet tidak memiliki
pusat kendali. Jangan kaget, tetapi faktanya memang begitu. Tak ada yang
bertanggung jawab untuk menguasai atau mengatur internet, entah itu
pemerintah, pemilik telekomunikasi, ataupun para kurcaci; intinya tidak ada!
Seperti yang kita ketahui, internet itu terbentuk dari jaringan independen
dengan jumlah yang luar biasa banyak. Hal yang menarik tentang sistem ini
adalah internet sepenuhnya terdistribusi. Sistem seperti ini disebut juga
sebagai Distributed Networking alias Jaringan yang Terdistribusi.
Secara definisi, distributed networking adalah sistem jaringan yang saling
berhubungan, tetapi independen, dan umumnya tersebar di beberapa lokasi
geografis. Seperti itulah internet. Dengan kata lain, internet tidak bergantung
pada mesin individu mana pun. Semua komputer atau perangkat yang dapat
mengirim dan menerima data dengan cara yang benar (misal menggunakan
protokol jaringan yang benar) bisa menjadi bagian dari internet.
Komputer, server, dan perangkat keras jaringan bisa terhubung dan terputus
dari internet kapan saja tanpa perlu khawatir akan memengaruhi kelancaran
fungsi internet, tidak seperti komputer yang mungkin menjadi tak berfungsi
sama sekali saat salah satu komponennya hilang.
Mari kita ambil contoh. Anggaplah Anda ingin memutar lagu di music
streaming platform seperti Spotify melalui komputer. Mungkin di pandangan
kita, komputer akan terhubung langsung ke server Spotify dan lantas
mengirimkan lagu melalui jalur langsung dan khusus (direct and dedicated
line).
Akan tetapi, nyatanya bukan seperti itu cara kerja internet. Andai kata
internet punya koneksi semacam itu, tak mungkin rasanya untuk tetap
menjaga semua sistem tetap berfungsi dengan normal selagi jutaan
pengguna dalam waktu yang bersamaan menggunakan internet. Terlebih
lagi, tidak ada jaminan bahwa setiap kabel dan komputer bekerja sepanjang
waktu. Sebaliknya, data berjalan di internet secara tidak langsung (less
direct). Apa maksudnya?
Proses pengiriman data di internet cukuplah menarik. Pasalnya, jalur yang
ditempuh tak mesti tetap. Jalur data dapat berubah di tengah proses
komunikasi antarkomputer berlangsung.
Selain itu, sama halnya seperti kita bisa mengangkut segala macam barang
di dalam mobil, banyak jenis data digital juga yang dapat dikirim
menggunakan packet. Namun, tentunya ada beberapa batasan.
Truk-truk tersebut bisa saja mengambil rute yang berbeda dan mungkin
sampai ke tujuan pada waktu yang berbeda. Akan tetapi, begitu sampai di
lokasi peluncuran, semua komponen dapat dipasang kembali sehingga
pesawat ulang-alik pun lengkap dan siap diluncurkan.
Di internet, hal yang serupa pun berlaku. Katakanlah Anda memiliki gambar
yang sangat besar dan ingin dikirim ke teman atau diunggah ke media sosial.
Gambar tersebut mungkin terdiri dari 10 juta bit (1 dan 0) sehingga terlalu
banyak untuk dikirim dalam satu packet. Karena itu, data tersebut akan
dipecah menjadi ratusan atau bahkan ribuan packet.
Tak seperti mobil atau truk, packet ini tidak memiliki pengemudi dan tidak
memilih rutenya sendiri. Setiap packet memiliki alamat internet dari mana
asalnya dan ke mana tujuannya. Alamat internet tersebut dinamakan IP
(Internet Protocol) address. Kita akan bahas itu di beberapa modul
mendatang.
Lantas, bagaimana caranya packet tersebut bisa sampai ke tujuan?
Perangkat jaringan di internet bernama router-lah yang bertindak sebagai
pengelola lalu lintas untuk menjaga packet tetap bergerak melalui setiap
jaringan di internet dengan lancar. Jika satu rute macet, masing-masing
packet dapat menempuh rute yang berbeda-beda sehingga mungkin saja tiba
di tujuan pada waktu yang sedikit berbeda atau bahkan tak sampai sama
sekali.
Bagaimana, sekarang Anda sudah paham kan cara kerja dari internet?
Materi ini patut Anda cerna baik-baik guna memudahkan pembelajaran di
modul-modul berikutnya.
Sebelum materi ini berakhir, mari kita tarik kesimpulan. Intinya, internet
tercipta dari ratusan ribu jaringan dan miliaran perangkat yang saling
terhubung. Sistem yang berbeda-beda ini bisa saling berkomunikasi dan
bekerja sama berkat standar yang disepakati tentang bagaimana data dikirim
di internet–kita akan belajar tentang standar tersebut di modul yang akan
datang.
Bandwidth
Bandwidth adalah kapasitas transmisi maksimum dari sebuah perangkat.
Bandwidth diukur dengan bit rate, yakni jumlah bit yang dapat kita kirim
selama periode waktu tertentu, biasanya diukur dalam detik, seperti Kbps
(Kilobit per second), Mbps (Megabit per second), atau Gbps (Gigabit per
second).
Perlu Anda pahami bahwa bit dan byte itu berbeda ya.
8 bit adalah 1 byte.
1024 byte adalah 1 kilobyte.
1024 kilobyte adalah 1 megabyte.
1024 megabyte adalah 1 gigabyte.
Simbol ukurannya pun berbeda. Bit disimbolkan dengan huruf b kecil (misal
Kb atau Kbps), sementara byte dengan huruf b besar (misal KB atau KBps).
Meskipun hal itu mungkin membuat iklan menjadi sangat meyakinkan, tetapi
nyatanya ketersediaan bandwidth tinggi tidak selalu berarti kecepatan tinggi.
Faktanya, jika bandwidth Anda meningkat, satu-satunya perbedaan adalah
kapasitas maksimum dari jumlah data yang dapat ditransmisikan pada waktu
tertentu.
Untuk lebih jelasnya, mari kita sambung pembahasan ini dengan mengenal
throughput.
Throughput
Throughput adalah jumlah aktual data yang berhasil dikirim atau diterima
melalui jaringan. Throughput disajikan dalam satuan Kbps, Mbps, atau Gbps.
Jumlah data pada throughput dapat berbeda dari bandwidth karena berbagai
masalah teknis, termasuk packet loss, jitter, latency, dan lainnya.
Latency
Latency atau latensi adalah jumlah waktu yang dibutuhkan data untuk
berpindah dari titik asal ke titik tujuan dan kembali lagi ke titik asal (dikenal
juga sebagai round trip atau perjalanan bolak-balik). Latensi sering kali
dipakai untuk mengukur delay (penundaan) pada komunikasi client dan
server.
Kerap kali istilah latensi tertukar dengan bandwidth. Seperti yang telah kita
bahas, bandwidth mengacu pada kapasitas jaringan dan jumlah data yang
dapat ditransmisikan selama periode waktu tertentu. Di sisi lain, latensi
merujuk pada berapa lama waktu yang dibutuhkan data untuk menyelesaikan
perjalanan bolak-baliknya (dari lokasi pengguna ke server, dilanjut dari server
ke pengguna kembali).
Bandwidth bisa kita anggap sebagai lebar jalur di jalan tol. Semakin lebar
jalurnya, maka semakin banyak pula kendaraan yang bisa lewat. Bandingkan
saja, jalur di jalan tol yang memiliki lima lajur tentunya punya kapasitas mobil
lebih banyak ketimbang satu lajur saja.
Jadi, ketika jalur dengan satu lajur mengalami kemacetan, langkah yang
tepat adalah menambah lebih banyak lajur (meningkatkan bandwidth) agar
semakin banyak kendaraan (data) yang bisa melalui jalur tersebut. Namun,
tetap saja, apabila setiap kendaraan hanya bisa melaju dengan kecepatan
maksimum 50 km/j, itu tak akan berpengaruh meski ada 6, 10, atau 30 lajur
sekalipun.
Terakhir, latency bisa kita ibaratkan sebagai berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk setiap kendaraan (data) menempuh perjalanan pulang
pergi atau bolak-balik, misal dari Bandung-Jakarta-Bandung. Jika waktu
tempuh (latency) kendaraan terasa lebih lama, maka itu menandakan ada
yang tidak beres dan perlu dievaluasi.
Tentunya masih amat banyak manfaat jaringan komputer yang lain. Namun,
di submodul ini cukup itu saja yang perlu Anda ketahui. Bila masih penasaran
apa saja manfaat-manfaat yang lain, Anda bisa mencarinya lebih lanjut di
internet.
Jumlah komputer yang terhubung dalam LAN dapat bervariasi, mulai dari
hitungan jari, belasan, atau bahkan ratusan unit–selama komputer-komputer
tersebut masih berada di satu wilayah yang bisa dijangkau oleh peralatan
jaringan Anda.
Cakupan MAN lebih besar dari LAN, tetapi lebih kecil dari WAN–akan kita
bahas nanti. Meski namanya Metropolitan Area Network, tipe jaringan ini
tidaklah mesti berada di perkotaan. Istilah “metropolitan” menyiratkan ukuran
jaringan, bukan demografi wilayah yang dilayaninya.
Sejarah Internet
Internet bermula dari jaringan kecil yang disebut ARPANET (Advanced
Research Project Agency Network), dibangun oleh Departemen Pertahanan
(Department of Defense) Amerika Serikat pada tahun 1969 untuk
menghubungkan instalasi pertahanan.
Pada tahun 1973, protokol jaringan yang dipakai dari awal, yakni NCP
(Network Control Protocol), digadang-gadang akan digantikan oleh TCP/IP
(Transmission Control Protocol/Internet Protocol). NCP hendak diganti
karena ia hanya mendukung komunikasi host-to-host (perangkat ke
perangkat) dalam jaringan yang sama. Tentu saja itu tidak memenuhi
kebutuhan yang pada saat itu menginginkan jaringan yang dinamis, terbuka,
dan andal.
Pada tahun 1974, makin banyak jaringan yang terhubung dengan ARPANET.
Beginilah rupa dari jaringan ARPANET pada tahun 1974.
Kemudian, TCP/IP distandardisasi dari tahun 1978 sampai 1981. Hingga
akhirnya, pada tanggal 1 Januari 1983 (dikenal sebagai “flag day”), NCP
secara resmi dianggap usang dan ARPANET mengubah protokol jaringan
intinya dari NCP ke TCP/IP protocol suite yang lebih fleksibel dan kuat.
ARPANET secara resmi dinonaktifkan pada tahun 1990. Sementara itu, pada
tahun 1995, NSFNET ditutup dan internet secara efektif diprivatisasi. Kala itu,
jaringan telah menjadi “Internet”, yakni galaksi komunikasi baru yang siap
untuk dieksplorasi dan dihuni sepenuhnya.
Di internet, satu komputer terhubung dengan komputer yang lain dalam suatu
jaringan, begitu pula satu jaringan terhubung dengan jaringan yang lain.
Dengan demikian, sebuah komputer dapat berkomunikasi dengan komputer
lain di jaringan yang jauh jaraknya berkat internet. Ini memungkinkan
pertukaran informasi antarkomputer di seluruh dunia berlangsung dengan
cepat.
Komputer bisa saling terhubung satu sama lain melalui kabel, gelombang
radio, dan jenis infrastruktur jaringan lainnya. Semua data yang dikirim
melalui internet–baik berupa gambar, pesan teks, atau email–diterjemahkan
ke dalam kelip cahaya atau listrik (disebut juga "bit") yang kemudian
ditafsirkan oleh komputer penerima. Kabel dan gelombang radio tersebut
menghantarkan bit-bit ini dengan kecepatan cahaya. Makin banyak bit yang
dapat melewati kabel dan gelombang radio dalam satu waktu, artinya makin
cepat pula internet bekerja.
Data yang dikirim via internet dari komputer pengirim ke komputer tujuan
akan bergerak melalui satu router ke router lainnya. Data dalam dunia
komputer berbentuk bit. Bit merujuk pada sebuah digit dalam sistem angka
biner yang ditunjukkan dengan nilai angka 1 dan 0, hanya itu. Tak penting
apakah datanya berupa gambar, video, ataupun lagu, apa pun di internet
direpresentasikan dan dikirim sebagai bit.
Akan tetapi, nyatanya bukan seperti itu cara kerja internet. Andai kata
internet punya koneksi semacam itu, tak mungkin rasanya untuk tetap
menjaga semua sistem tetap berfungsi dengan normal selagi jutaan
pengguna dalam waktu yang bersamaan menggunakan internet. Terlebih
lagi, tidak ada jaminan bahwa setiap kabel dan komputer bekerja sepanjang
waktu. Sebaliknya, data berjalan di internet secara tidak langsung (less
direct). Apa maksudnya?
Proses pengiriman data di internet cukuplah menarik. Pasalnya, jalur yang
ditempuh tak mesti tetap. Jalur data dapat berubah di tengah proses
komunikasi antarkomputer berlangsung.
Data di internet berpindah dari satu komputer ke komputer lain dalam bentuk
packet dan ia bergerak layaknya kita mengendarai mobil. Tergantung pada
kemacetan lalu lintas atau kondisi jalan, kita mungkin akan memilih–atau
terpaksa–mengambil rute yang berbeda setiap kali bepergian ke tempat yang
sama.
Selain itu, sama halnya seperti kita bisa mengangkut segala macam barang
di dalam mobil, banyak jenis data digital juga yang dapat dikirim
menggunakan packet. Namun, tentunya ada beberapa batasan.
Bandwidth
Bandwidth adalah kapasitas transmisi maksimum dari sebuah perangkat.
Bandwidth diukur dengan bit rate, yakni jumlah bit yang dapat kita kirim
selama periode waktu tertentu, biasanya diukur dalam detik, seperti Kbps
(Kilobit per second), Mbps (Megabit per second), atau Gbps (Gigabit per
second).
Throughput
Throughput adalah jumlah aktual data yang berhasil dikirim atau diterima
melalui jaringan. Throughput disajikan dalam satuan Kbps, Mbps, atau Gbps.
Jumlah data pada throughput dapat berbeda dari bandwidth karena berbagai
masalah teknis, termasuk packet loss, jitter, latency, dan lainnya.
Latency
Latency atau latensi adalah jumlah waktu yang dibutuhkan data untuk
berpindah dari titik asal ke titik tujuan dan kembali lagi ke titik asal (dikenal
juga sebagai round trip atau perjalanan bolak-balik). Latensi sering kali
dipakai untuk mengukur delay (penundaan) pada komunikasi client dan
server.
Pengenalan Model Jaringan
Kini kita memasuki gerbang modul Model Jaringan. Modul ini akan mengupas
tuntas mengenai model jaringan, protokol jaringan, dan juga komunikasi data.
Terdapat dua model jaringan yang acap dijadikan referensi oleh seluruh
dunia, yakni Model OSI dan Model TCP/IP. Jelas keduanya memiliki
perbedaan yang kentara, mulai dari fungsinya hingga susunan protokol di
dalamnya.
Belajar model jaringan adalah titik awal yang baik untuk memahami cara
kerja sistem komunikasi di suatu jaringan. Namun, sebelum melangkah lebih
jauh untuk memasuki dunia model jaringan, kita mesti kenal dahulu dengan
pengertiannya. Apa sih model jaringan itu?
Secara historis, ada banyak model jaringan yang tersebar dan digunakan
oleh beberapa perusahaan serta organisasi guna memenuhi kebutuhan
mereka, termasuk Systems Network Architecture (SNA-IBM), AppleTalk,
Novell Netware, dan Open System Interconnection (OSI).
Akan tetapi, sebagian besar model jaringan tersebut kini telah lenyap dan
usang karena popularitas model TCP/IP. TCP/IP merupakan singkatan dari
Transmission Control Protocol/Internet Protocol, ia mewakili rangkaian
protokol yang digunakan pada hampir semua sistem komunikasi modern.
TCP/IP telah menjadi model jaringan yang lazim saat ini dan merupakan
bahasa internet. Dengan kata lain, ia adalah sistem komunikasi inti dari
World Wide Web yang memungkinkan setiap perangkat yang terhubung ke
internet dapat saling berkomunikasi satu sama lain secara bersamaan.
Oleh sebab itu, di modul Model Jaringan ini kita hanya akan berfokus pada
model TCP/IP. Kendati begitu, model OSI juga akan dibedah sekilas untuk
menambah wawasan dan poin referensi.
Model OSI
Model OSI (Open Systems Interconnection) adalah model jaringan teoretis
yang diusulkan untuk menstandardisasi komunikasi antara perangkat melalui
jaringan. Yang dimaksud teoritis adalah model ini tidak ada implementasi
praktis. Ia hanyalah model konseptual yang menjelaskan bagaimana aplikasi
dapat bekerja melalui jaringan.
Itu adalah proses komunikasi data yang terjadi pada model OSI secara
sederhana. Nantinya, di beberapa modul ke depan, kita akan mempelajarinya
lebih dalam. Untuk sekarang, mari kita bedah setiap layer dari model OSI ini
agar dapat memahaminya lebih lanjut.
Application Layer (Layer 7)
Application layer adalah layer ketujuh dari Model OSI. Layer ini
merupakan satu-satunya layer yang berinteraksi langsung dengan data
dari pengguna. Sebagai contoh, saat Anda membuka situs
web www.dicoding.com, application layer-lah yang bertanggung jawab
untuk menyiapkan permintaan yang akan dikirim melalui jaringan.
Satu hal penting yang perlu Anda ingat soal application layer adalah
aplikasi bukan termasuk bagian dari application layer. Jadi, dalam hal
ini, browser yang digunakan untuk membuka sebuah website bukanlah
bagian dari application layer.
Presentation Layer (Layer 6)
Presentation layer bertanggung jawab untuk mengonversi data agar
sistem yang menggunakan format data yang berbeda dapat bertukar
informasi.
Di sisi pengirim data, layer ini bertugas untuk hal-hal seperti enkripsi
(encryption), kompresi (compression), dan pengodean (encoding) data.
Sementara itu, di sisi penerima, layer ini bertugas untuk hal-hal
semacam dekripsi (decryption), dekompres atau membalikkan
kompresi (decompression), dan dekode (decoding) data.
Session Layer (Layer 5)
Session layer bertanggung jawab untuk membuka, menjaga, dan
menutup sesi komunikasi alias session. Session adalah pertukaran
informasi sementara dan interaktif antara dua atau lebih perangkat
(atau antara komputer dan pengguna) yang saling berkomunikasi.
Layer ini juga bertanggung jawab atas checkpoint. Sebagai contoh, jika
Anda mengirim file berukuran 500 MB, session layer mungkin akan
menetapkan checkpoint setiap 10 megabyte. Apabila session tetiba
terhenti, session tersebut dapat dilanjutkan dari checkpoint terakhir.
Jadi, alih-alih mengirim seluruh file lagi dari awal, data akan dikirim dari
checkpoint terakhir, misal dari 300 MB sehingga bisa menghemat
waktu.
Transport Layer (Layer 4)
Transport layer adalah tempat di mana data dipecah menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil, disebut juga sebagai segment.
Transport layer memiliki tanggung jawab untuk memastikan keandalan
pengiriman segment data di jaringan. Data yang dikirim mestilah
terkirim tanpa corrupt (rusak). Jika tidak, data tersebut akan dikirim
ulang.
Selain itu, layer ini juga bertugas untuk menetapkan port sumber
(source port) dan port tujuan (destination port) ke setiap segment. Port
dalam kasus ini dapat dianggap sebagai beberapa input ke saluran
jaringan (network channel) yang sama.
Protokol yang beroperasi pada transport layer adalah TCP dan UDP.
Network Layer (Layer 3)
Network layer bertugas untuk memecah segment ke dalam paket
(packet).
Sebuah packet memiliki dua bagian:
Header berisi informasi tentang konten, sumber, dan tujuan dari setiap
packet (mirip seperti menstempel amplop dengan alamat pengirim dan
tujuan). Informasi-informasi tersebut antara lain: IP address tujuan,
ukuran total packet, indikasi apakah paket telah terfragmentasi (dipecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi) dalam perjalanan, dan hitungan
berapa banyak jaringan yang telah dilalui packet.
Ketika Anda ingin mengirim surat kepada kawan lama, tentu poin
penting yang perlu dicantumkan adalah alamat rumahnya, bukan?
Dengan begitu, petugas pos akan semakin mudah dalam memproses
surat Anda dan memastikan bahwa surat terkirim ke alamat yang
sesuai.
Bagi Anda yang belum familier, MAC (Media Access Control) address
adalah pengidentifikasi unik yang tertanam dalam network card atau
network interface control untuk digunakan sebagai alamat jaringan.
MAC address juga akrab dikenal sebagai alamat fisik dari perangkat
jaringan. Tentu jelas berbeda dengan IP address yang mengidentifikasi
koneksi perangkat di jaringan.
Anda bisa menganggap MAC address sebagai identitas unik dari diri
Anda, seperti nama, jenis kelamin, dll. Jika pada analogi sebelumnya
IP address adalah alamat rumah, dalam kasus ini MAC address adalah
nama lengkap Anda. Dengan begitu, petugas pos akan mengirim ke
alamat yang benar dan orang yang tepat.
Physical Layer (Layer 1)
Layer terakhir dari model OSI adalah physical layer yang melibatkan
semua perangkat keras, seperti router, kabel, dan switch. Di layer ini,
frame diubah menjadi aliran bit (1 dan 0) dan kemudian dikirim ke
penerima.
Nah, kini Anda sudah mengetahui apa itu model OSI beserta ketujuh layer-
nya. Tak masalah jika saat ini Anda masih bingung karena selanjutnya kita
akan rangkum semuanya dengan sebuah contoh yang mudah dipahami.
Katakanlah Anda mengirim pesan di sebuah aplikasi perpesanan, Slack
misalnya.
1. Ketika Anda menekan Enter atau klik tombol kirim, Slack akan
meneruskan pesan tersebut ke application layer. Kemudian, Application
layer akan memilih protokol HTTP dan menyiapkan request sesuai
yang diperlukan.
2. Selanjutnya, data tersebut akan dikirim ke presentation layer. Di layer
inilah data akan dikemas dalam format yang sesuai (misal dienkripsi
dan dikompres) untuk nantinya dikirim melintasi jaringan.
3. Kemudian, data akan diteruskan ke session layer. Session layer akan
mengatur sesi dan meneruskan data ke transport layer.
4. Transport layer kemudian akan memecah data menjadi segment yang
lebih kecil dan menetapkan port untuk masing-masing segment.
5. Segment tersebut selanjutnya akan dipecah menjadi packet di network
layer. Setiap paket juga akan diberikan source IP dan destination IP.
6. Setelah itu, data link layer akan memecah packet ke dalam frame dan
menetapkan MAC address ke masing-masing frame.
7. Akhirnya, data akan sampai ke physical layer di mana frame akan
diubah menjadi bit (1 dan 0).
Nah, pada titik ini, proses di sisi pengirim telah selesai dan data akan
diteruskan ke sisi penerima. Data tersebut kemudian akan masuk dengan
urutan sebaliknya dari physical layer.
Model TCP/IP
Model TCP/IP diusulkan pertama kali untuk menstandardisasi komunikasi
antarperangkat di jaringan. Lantas, apa bedanya dengan model OSI? Seperti
yang dibahas sebelumnya model OSI merupakan model teoretis dan tidak
memiliki implementasi praktis, sementara model TCP/IP lebih praktis dan
digunakan hingga saat ini. Perbedaan lainnya adalah model OSI memiliki 7
layer, sedangkan model TCP/IP hanya memiliki 5 layer.
Kini model tersebut telah diperbarui dengan memiliki 5 layer. Model TCP/IP
terbaru ini memecah layer paling bawah (link layer) menjadi dua, yakni data
link layer dan physical layer. Model ini juga mengubah nama internet layer
menjadi network layer. Jadi, kelima layer tersebut adalah application layer,
transport layer, network layer, data link layer, dan physical layer.
Mungkin sekarang Anda bertanya-tanya, “Kenapa model TCP/IP terbaru
memecah link layer menjadi dua layer: data link layer dan physical layer?”
Jadi, begini. Pada masa itu, kita tidak memiliki banyak opsi untuk terkoneksi
ke jaringan, mentok-mentok hanya kabel dengan spesifikasi tertentu saja. Hal
itu membuat tidak masuk akal untuk memecah koneksi fisik (physical
connection) dari pengiriman data (data delivery). Bandingkan dengan masa
kini, kita memiliki Ethernet, Wi-Fi, Fiber optic, dan masih banyak lainnya.
Oleh sebab itu, sekarang kita memecahnya menjadi 2 layer (data link layer
dan physical layer) alih-alih 1 (hanya link layer).
Sebelum lanjut, kita sepakati dulu yuk. Saat kita menyebutkan model TCP/IP,
yang dimaksud adalah model TCP terbaru dengan 5 layer, bukan yang
original. Setuju? Oke, mari kita lanjut.
Sekarang mari kita bandingkan kembali antara model OSI dengan model
TCP/IP. Jika Anda perhatikan dengan saksama, application layer,
presentation layer, dan session layer pada model OSI telah diganti dengan
application layer saja di model TCP/IP. Selain itu, setiap layer-nya masih
sama.
Di setiap lapisan model TCP/IP, terdapat serangkaian protokol tertentu yang
digunakan untuk membantu komunikasi melalui jaringan. Tabel di bawah ini
menunjukkan urutan layer, nama layer, dan protokol yang digunakan.
Mari kita bahas satu per satu.
Application layer (Layer 5)
Application layer dalam model TCP/IP menggabungkan sebagian besar
fungsi yang dilakukan oleh session layer dan presentation layer dari
model OSI.
Ada banyak protokol yang hadir di layer ini, seperti HTTP (Hypertext
Transfer Protocol) yang memungkinkan Anda menjelajahi web, SMTP
(Simple Mail Transfer Protocol) untuk mengirim dan menerima email,
FTP (File Transfer Protocol) untuk pengiriman file, SSH (Secure Shell)
untuk remote login, DNS (Domain Name System) untuk sistem
penamaan website, DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
untuk pemberian alamat IP otomatis, dan masih banyak lainnya.
Transport layer (Layer 4)
Perangkat lunak jaringan biasanya dibagi menjadi kategori client dan
server. Aplikasi client memulai request (permintaan) data dan
perangkat lunak server melakukan response (menjawab) atas
permintaan tersebut melalui jaringan.
Sebuah komputer bisa jadi menjalankan beberapa aplikasi client
secara bersamaan, misal menjalankan program email dan web browser
di satu PC yang sama. Di sisi lain, satu komputer juga bisa
menjalankan beberapa layanan server sekaligus, contohnya mungkin
menjalankan email server dan web server di komputer server yang
sama.
Network layer (Layer 3)
Network layer memungkinkan jaringan yang berbeda untuk
berkomunikasi satu sama lain melalui perangkat yang dikenal sebagai
router. Layer ini bertanggung jawab untuk mengirimkan data ke seluruh
kumpulan jaringan.
Banyak protokol yang hadir di layer ini, tetapi yang paling umum
dikenal sebagai Ethernet dan WiFi.
Physical layer (Layer 1)
Serupa dengan namanya, layer ini mewakili perangkat fisik yang
menghubungkan komputer di jaringan, termasuk spesifikasi untuk kabel
jaringan dan konektor yang menghubungkan perangkat, serta
spesifikasi yang menjelaskan bagaimana sinyal dikirim melalui koneksi
tersebut. Contohnya adalah 10 Base T (standar untuk
mengimplementasikan jaringan berbasis teknologi Ethernet) dan
802.11 (standar jaringan wireless atau Wi-Fi).
Jika Anda masih kebingungan soal layer yang ada di model TCP/IP,
anggaplah layer itu seperti aspek-aspek yang ada di proses pengiriman
paket.
Berikut uraiannya:
Nah, kali ini kita akan mengungkap protokol secara tuntas, antara lain:
Oke, kini Anda telah siap menerima materi. Yuk, langsung kita mulai.
Tentu Anda masih ingat kan perbedaan mendasar dari model OSI dan model
TCP/IP? Seperti yang disebutkan pada submodul sebelumnya, model OSI
bersifat teoretis, sedangkan model TCP/IP lebih praktis.
Selain itu, TCP/IP merupakan bahasa dari internet. Jadi, bila Anda ingin
memahami bagaimana internet dan jaringan lainnya bekerja, Anda haruslah
paham model TCP/IP. Oleh karenanya pula, materi di submodul ini hanya
akan berfokus membahas protokol jaringan pada model TCP/IP, tidak lagi
membahas model OSI. Oke? Sepakat, ya? Lanjut!
Apabila ada suara keras yang mengganggu komunikasi mereka, satu orang
mungkin harus meminta lawan bicaranya untuk mengulangi perkataannya
kembali. Jika ia tak begitu paham dengan yang dilontarkan lawan bicaranya,
orang itu mungkin meminta klarifikasi agar tak terjadi miskonsepsi.
Proses komunikasi manusia terjadi antara satu individu ke individu lain atau
bisa juga satu individu ke sebuah kelompok. Biasanya, proses tersebut akan
diawali dengan salam/sapaan dan diakhiri dengan ungkapan
perpisahan/penutup.
Oke, kini Anda sudah mengerti soal konsep protokol. Selanjutnya, kita akan
menilik lebih lanjut protokol-protokol di setiap layer pada model TCP/IP.
Siap? Let’s go!
Application Layer
Application layer merupakan layer paling atas dalam model TCP/IP. Layer ini
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi.
Berikut ini adalah protokol utama yang digunakan pada application layer:
SMTP
SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) digunakan untuk mentransfer
surel (email) dari satu pengguna ke pengguna lainnya. Tugas ini
dilakukan melalui email client software (Mail User Agent) yang
digunakan pengguna. User Agent membantu pengguna untuk mengetik
dan memformat email serta menyimpannya sampai internet tersedia.
DNS
DNS (Domain Name System) adalah sistem penamaan yang
memetakan nama domain (misal google.com) ke IP address (misal
216.239.38.120).
FTP
FTP (File Transfer Protocol) adalah sebuah protokol internet yang
digunakan untuk mengirim file melalui jaringan dari satu komputer ke
komputer lain.
SSH
SSH atau Secure Shell adalah sebuah protokol jaringan kriptografi
untuk komunikasi data yang aman, login dan eksekusi perintah jarak
jauh, serta layanan jaringan lainnya antara dua jaringan komputer.
Transport Layer
Transport layer bertanggung jawab atas keandalan, kontrol aliran, dan
koreksi data yang dikirim melalui jaringan. Dua protokol yang digunakan pada
layer ini adalah TCP dan UDP. Mari kita tengok keduanya.
TCP
TCP (Transmission Control Protocol) adalah protokol yang connection-
oriented alias berorientasi koneksi. Artinya, TCP akan memastikan
bahwa setiap packet dikirimkan–jika memungkinkan–dengan membuat
koneksi ke perangkat penerima. Jika sebuah paket tidak tiba di tujuan,
TCP akan mengirim ulang paket tersebut. Koneksi akan ditutup hanya
setelah paket berhasil dikirim dengan sukses atau terjadi kondisi
kesalahan yang tidak dapat dipulihkan. Dengan demikian, TCP
termasuk protokol yang andal.
Salah satu aspek penting yang perlu Anda ketahui adalah bahwa TCP
selalu digunakan untuk komunikasi satu komputer ke satu komputer
lainnya. TCP tidak digunakan untuk mem-broadcast (menyiarkan)
pesan ke beberapa penerima sekaligus. Sebaliknya, UDP-lah yang
digunakan untuk tujuan tersebut–dibahas setelah ini.
UDP
UDP (User Datagram Protocol) adalah protokol yang
bersifat connectionless (tanpa koneksi). Maksudnya, UDP tidak
memverifikasi koneksi antara komputer pengirim dan komputer
penerima. Setelah UDP menerima dan memproses packet, ia
kemudian akan melupakannya. UDP juga tidak menjamin bahwa
packet tadi akan tiba di tujuannya.
UDP adalah alternatif yang lebih cepat ketimbang TCP, tetapi kurang
dapat diandalkan. Protokol ini kerap digunakan dalam layanan seperti
streaming video dan game, di mana pengiriman data yang cepat
adalah faktor terpenting.
Network Layer
Tanggung jawab utama dari network layer adalah menerima dan mengirim
packet melalui jaringan. Protokol di layer ini mencakup IP (Internet Protocol),
ARP (Address Resolution Protocol), dan Internet Control Message Protocol
(ICMP).
IP
IP (Internet Protocol) adalah protokol yang bertanggung jawab untuk
mengirimkan packet ke perangkat jaringan. Protokol ini menggunakan
IP address ketimbang alamat fisik (MAC) untuk merujuk ke perangkat
individu. ARP-lah (nanti kita bahas) yang menangani tugas mengubah
IP address ke MAC address.
ARP
ARP (Address Resolution Protocol) bertugas untuk membantu IP dalam
mengarahkan packet ke komputer penerima yang sesuai dengan
memetakan MAC address ke IP address.
Berikut beberapa contoh protokol, standar, dan implementasi pada data link
layer:
Ethernet
Ethernet merupakan keluarga teknologi jaringan komputer kabel yang
biasa digunakan di Local Area Network (LAN), Metropolitan Area
Network (MAN), dan Wide Area Network (WAN).
Frame Relay
Frame Relay adalah teknologi Wide Area Network (WAN) standar yang
menentukan physical layer dan data link layer dari saluran
telekomunikasi digital menggunakan metodologi packet switching.
Awalnya dirancang untuk transportasi melintasi Integrated Service
Digital Network (ISDN), kini dapat digunakan untuk banyak antarmuka
jaringan lainnya.
Token Ring
Token Ring adalah teknologi jaringan komputer yang pada masanya
digunakan untuk membangun Local Area Network. Token Ring
diperkenalkan oleh IBM pada tahun 1984 dan distandardisasi pada
tahun 1989 sebagai IEEE 802.5.
IEEE 802.11
IEEE 802.11 adalah bagian dari standar IEEE 802 yang menetapkan
kumpulan protokol dari MAC dan physical layer untuk
mengimplementasikan komunikasi komputer Wireless Local Area
Network (WLAN).
PPP
PPP (Point-to-Point Protocol) adalah protokol yang digunakan untuk
menghubungkan satu sistem komputer ke sistem komputer lainnya.
Komputer menggunakan PPP untuk berkomunikasi melalui jaringan
telepon atau internet.
Physical Layer
Physical layer memiliki tanggung jawab untuk menentukan karakteristik
perangkat keras yang akan digunakan untuk jaringan. Layer ini menjelaskan
standar perangkat keras seperti IEEE 802.3 (spesifikasi untuk media jaringan
Ethernet) dan RS-232 (spesifikasi untuk konektor pin standar).
Layer ini paling erat hubungannya dengan koneksi fisik antarperangkat, yakni
dengan menyediakan antarmuka listrik, mekanik, dan prosedural ke media
transmisi. Selain itu, bentuk dan sifat dari konektor listrik, frekuensi siaran,
dan kode saluran yang digunakan, ditentukan oleh physical layer.
Ada banyak standar Ethernet yang tersedia saat ini, seperti 100BASE-
TX, 10BASE-T, 1000BASE-T, 100BASE-T, dll.
Jadi, sekarang kita akan melihat bagaimana komunikasi data yang terjadi
pada model TCP/IP supaya Anda makin paham lagi tentang model ini.
Siapkan ancang-ancang, mari kita langsung mulai.
Protokol yang akan digunakan pada layer ini (pada kasus ini) adalah HTTP.
Ia adalah protokol yang digunakan untuk berkomunikasi jika browser (client)
ingin mendapatkan halaman web dari server.
Nah, untuk mulai berkomunikasi dengan server, application layer di sisi client
akan mengirimkan HTTP request (permintaan HTTP). Data yang dimuat di
dalamnya acapkali disebut sebagai message atau dalam bahasa Indonesia
artinya pesan.
GET adalah metode untuk meminta data dari server. Setelah itu, application
layer akan meneruskan permintaan ke layer selanjutnya, yakni transport
layer.
Transport Layer
Transport layer memiliki tanggung jawab untuk memecah data (message)
yang diterima menjadi potongan yang lebih kecil yang disebut segment (jika
menggunakan TCP) atau datagram (jika menggunakan UDP). Transport layer
akan membuat dan mempertahankan komunikasi antara proses aplikasi pada
komputer client maupun server. Di sinilah protokol TCP dan UDP berperan.
Sederhananya, mereka menggunakan nomor port untuk melacak sesi
komunikasi yang terbentuk (session).
Setiap aplikasi atau layanan yang ada di komputer, mereka memiliki nomor
port tertentu. Misalnya, kita memiliki 20 aplikasi yang menggunakan jaringan,
masing-masing aplikasi akan memiliki nomor port yang berbeda-beda. Port
ini digunakan untuk merutekan data ke aplikasi yang membutuhkan data
tersebut.
Jika Anda melihat gambar di atas dan berpikir apa hubungan antara IP
address dengan port, kita akan coba pahami dengan sebuah analogi.
Anggaplah IP address sebagai alamat dari sebuah apartemen, sementara
port adalah nomor kamar di dalam apartemen tersebut.
Simak ceritanya. Pada suatu senja yang temaram, Anda ingin menyinggahi
kawan lama di apartemen miliknya. Anda pun melangkah sembari
menggenggam secarik kertas bertuliskan alamat: Jalan Kenangan
No.5 (kamar 143).
Huh! Seperti itulah kisahnya. Memilukan, ya? Anda paham kan dengan inti
ceritanya? Semua itu persis seperti saat kita mengakses 10.1.1.100:80 untuk
berkomunikasi dengan web service, di mana kita menuju ke alamat (IP
address) 10.1.1.100. Kemudian, setelah tiba di komputer tersebut, kita akan
menuju pintu (port) 80 untuk mengakses layanan web. Demikian juga ketika
kita mengakses 10.1.1.100:25 untuk berkomunikasi dengan mail service, dst.
Oke, sepertinya kita sudah terlampau jauh dari skenario pengaksesan web
Dicoding. Tak apa, mari kita kembali ke skenario tersebut. Katakanlah web
server dicoding memiliki proses yang berjalan pada port 80. Ketika client
menyiapkan HTTP request, ia akan menambahkan TCP header. TCP header
berisi banyak hal, sekian di antaranya adalah source port (port sumber)
dan destination port (port tujuan). Anggap saja source port dalam skenario
kita adalah port 7268, sedangkan source destination-nya adalah port 80.
Setelah proses pada transport layer usai, data diteruskan ke layer berikutnya,
yakni network layer.
Network Layer
Di network layer, data (segment) akan dipecah menjadi potongan yang lebih
kecil yang disebut packet. Packet yang dihasilkan bisa jadi satu atau mungkin
banyak, tergantung pada berapa banyak data yang ada.
Tugas dari layer ini adalah memastikan data dari satu komputer (client) dapat
menemukan jalan ke komputer tujuan (server). Untuk melakukan itu, sebuah
IP header yang berisi source IP (IP sumber) dan destination IP (IP tujuan)
ditambahkan ke setiap packet.
Jalur dari client ke server mungkin saja melintasi banyak jaringan. Oleh
karenanya, packet membutuhkan peran dari perangkat jaringan router untuk
berpindah dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Inilah yang dinamakan
routing (perutean).
Setelah proses pada layer ini selesai, data (packet) akan diteruskan ke layer
selanjutnya, yakni data link layer.
Begitulah cara kerjanya. Nah, setelah prosesnya selesai, data (frame) akan
diteruskan ke layer selanjutnya, yaitu physical layer.
Physical Layer
Sesuai namanya, physical layer bertanggung jawab untuk mengirim dan
menerima data secara fisik. Ada banyak caranya, bisa melalui gelombang
radio (Wi-Fi), sinyal cahaya (Fiber optic), dan lain-lain.
Data (frame) yang tadi dikirim dari data link layer kemudian di-encode
(dikodekan) ke dalam bit (1 dan 0), lalu ditransmisikan melalui media fisik.
Bagaimana? Yakin deh, pastinya Anda sudah paham betul dengan materi ini.
Jika belum, jangan sungkan untuk kembali membacanya, ya. Jangan lupa
siapkan kopi atau snack untuk mencairkan kepenatan.
Ketika data tiba di komputer penerima, data tersebut akan melalui proses
pada model TCP/IP dalam urutan terbalik. Setiap protokol pada komputer
penerima akan menghapus informasi header yang terlampir di packet. Inilah
proses yang akan terjadi:
Pada submodul ini kita akan menganalisis lalu lintas jaringan menggunakan
tools bernama Wireshark.
Wireshark adalah sebuah tools jaringan yang berguna untuk menangkap dan
menganalisis packet jaringan. Tools ini dapat mengidentifikasi dan
mengekstrak muatan data (payload) dari transfer file melalui protokol seperti
SMB (Server Message Block) atau HTTP (Hypertext Transfer Protocol). Kita
bahkan bisa menggunakan filter untuk menyaring lalu lintas jaringan yang
ditangkap guna menemukan HTTP request dengan kata-kata tertentu di
suatu URL.
Berikut adalah tahapan proses yang akan kita arungi dalam latihan ini:
15. Bisa Anda lihat, ada banyak packet yang pergi bolak-balik antara
komputer Anda dan server Youtube (perhatikan kolom Source dan
Destination).
16. Lanjut, coba klik kolom Protocol untuk mengurutkan packet
berdasarkan protokol yang digunakan. Fokus pada protokol TCP.
17. Tiga baris teratas pada protokol TCP merupakan
komunikasi three-way handshake yang sudah kita pelajari sebelumnya,
di mana komputer kita mengirimkan sinyal SYN, kemudian dibalas
SYN/ACK, lalu dibalas lagi ACK (abaikan sisanya). Terbayang, bukan?
18. Mari kita tilik lebih detail salah satu packet yang ada. Fokus pada
protokol TLSv1.3, lalu klik packet yang mengirimkan
informasi Application Data seperti berikut:
19. Setelah dipilih, akan tampil detail berupa lima layer yang packet
gunakan untuk berkomunikasi. Coba buka layer keempat
(Transmission Control Protocol), kelak Anda akan melihat Source
Port yang digunakan oleh server (yakni 443 alias HTTPS)
dan Destination Port yang dipakai oleh komputer Anda (yakni 61364).
Anda masih bisa melihat banyak informasi lainnya. Silakan eksplorasi
dengan membuka setiap layer dan pelajari apa yang terkandung di
dalamnya.
Percayalah, analisis lalu lintas jaringan termasuk bagian yang krusial dari
keamanan jaringan. Sebagai contoh, jika kita mengakses web menggunakan
HTTP, maka Wireshark dapat membaca data yang terkandung di dalamnya.
Berbeda dengan HTTPS yang mengenkripsi data. Oleh karena itu, saat ini
HTTPS menjadi standar yang digunakan pada setiap website. Jika masih ada
web yang menggunakan HTTP, maka ia akan ditandai sebagai “Not Secure”
atau tidak aman.
Pada dasarnya lalu lintas jaringan adalah aliran dari banyak paket (flow of
packets). Nah, kemampuan untuk menangkap dan memeriksa packet
tersebut sangatlah berguna untuk memahami jenis lalu lintas yang keluar
masuk sehingga membuat Anda paham dan segera melindungi jaringan
dengan tepat nan tanggap.
Model OSI
Model OSI (Open Systems Interconnection) adalah model jaringan teoretis
yang diusulkan untuk menstandardisasi komunikasi antara perangkat melalui
jaringan. Yang dimaksud teoritis adalah model ini tidak ada implementasi
praktis. Ia hanyalah model konseptual yang menjelaskan bagaimana aplikasi
dapat bekerja melalui jaringan.
Application Layer (Layer 7)
Application layer adalah layer ketujuh dari Model OSI. Layer ini
merupakan satu-satunya layer yang berinteraksi langsung dengan data
dari pengguna. Sebagai contoh, saat Anda
membuka www.dicoding.com, application layer-lah bertanggung jawab
untuk menyiapkan HTTP request yang akan dikirim melalui jaringan,
misal menambahkan header dan cookie yang diperlukan.
Presentation Layer (Layer 6)
Presentation layer bertanggung jawab untuk mengonversi data agar
sistem yang menggunakan format data yang berbeda dapat bertukar
informasi.
Session Layer (Layer 5)
Session layer bertanggung jawab untuk membuka, menjaga, dan
menutup sesi komunikasi alias session. Session adalah durasi koneksi
antara pengirim dan penerima tetap terbuka.
Transport Layer (Layer 4)
Transport layer adalah tempat di mana data dipecah menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil, disebut juga sebagai segment. Transport layer
memiliki tanggung jawab untuk memastikan keandalan pengiriman
segment data di jaringan. Data yang dikirim mestilah terkirim tanpa
corrupt (rusak). Jika tidak, data tersebut akan dikirim ulang.
Network Layer (Layer 3)
Network layer bertugas untuk memecah segment ke dalam paket
(packet). Layer ini juga menetapkan alamat IP sumber (source IP
address) dan alamat IP tujuan (destination IP address) untuk masing-
masing packet.
Data Link Layer (Layer 2)
Data link layer bertanggung jawab untuk memecah packet ke dalam
frame. Selain itu, data link layer juga akan menetapkan source MAC
address dan destination MAC address ke masing-masing frame.
Physical Layer (Layer 1)
Layer terakhir dari model OSI adalah physical layer yang melibatkan
semua perangkat keras, seperti router, kabel, dan switch. Di layer ini,
frame diubah menjadi aliran bit (1 dan 0) dan kemudian dikirim ke
penerima.
Model TCP/IP
Model TCP/IP memiliki 5 layer. Mari kita bahas satu per satu.
Application layer (Layer 5)
Application layer dalam model TCP/IP menggabungkan sebagian besar
fungsi yang dilakukan oleh session layer dan presentation layer dari
model OSI.
Transport layer (Layer 4)
Transport layer bertanggung jawab untuk memilah program client dan
server mana yang seharusnya mendapatkan data. Protokol yang
digunakan di layer ini adalah TCP (Transmission Control Protocol) dan
UDP (User Datagram Protocol).
Network layer (Layer 3)
Network layer memungkinkan jaringan yang berbeda untuk
berkomunikasi satu sama lain melalui perangkat yang dikenal sebagai
router. Layer ini bertanggung jawab untuk mengirimkan data ke seluruh
kumpulan jaringan.
Data link layer (Layer 2)
Layer kedua dalam model TCP/IP dikenal sebagai data link layer. Data
link layer bertanggung jawab untuk mendefinisikan cara umum untuk
menafsirkan sinyal sehingga perangkat jaringan dapat berkomunikasi
satu sama lain.
Physical layer (Layer 1)
Serupa dengan namanya, layer ini mewakili perangkat fisik yang
menghubungkan komputer di jaringan, termasuk spesifikasi untuk kabel
jaringan dan konektor yang menghubungkan perangkat, serta
spesifikasi yang menjelaskan bagaimana sinyal dikirim melalui koneksi
tersebut.
Oke, kini Anda sudah mengerti soal konsep protokol. Selanjutnya, kita akan
menilik lebih lanjut protokol-protokol di setiap layer pada model TCP/IP.
Siap? Let’s go!
Application Layer
Application layer merupakan layer paling atas dalam model TCP/IP. Layer ini
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi.
Berikut ini adalah protokol utama yang digunakan pada application layer,
antara lain HTTP, HTTPS, SMTP, DNS, FTP, dan Telnet.
Transport Layer
Transport layer bertanggung jawab atas keandalan, kontrol aliran, dan
koreksi data yang dikirim melalui jaringan. Dua protokol yang digunakan pada
layer ini adalah TCP dan UDP. Mari kita tengok keduanya.
TCP
TCP (Transmission Control Protocol) adalah protokol yang connection-
oriented alias berorientasi koneksi. Artinya, TCP akan memastikan
bahwa setiap packet dikirimkan–jika memungkinkan–dengan membuat
koneksi ke perangkat penerima. Jika sebuah paket tidak tiba di tujuan,
TCP akan mengirim ulang paket tersebut. Koneksi akan ditutup hanya
setelah paket berhasil dikirim dengan sukses atau terjadi kondisi
kesalahan yang tidak dapat dipulihkan. Dengan demikian, TCP
termasuk protokol yang andal.
UDP
UDP (User Datagram Protocol) adalah protokol yang bersifat
connectionless (tanpa koneksi). Maksudnya, UDP tidak memverifikasi
koneksi antara komputer pengirim dan komputer penerima. Setelah
UDP menerima dan memproses packet, ia kemudian akan
melupakannya. UDP juga tidak menjamin bahwa packet tadi akan tiba
di tujuannya.
Network Layer
Tanggung jawab utama dari network layer adalah menerima dan mengirim
packet melalui jaringan. Protokol di layer ini mencakup IP (Internet Protocol),
ARP (Address Resolution Protocol), dan Internet Control Message Protocol
(ICMP).
IP
IP (Internet Protocol) adalah protokol yang bertanggung jawab untuk
mengirimkan packet ke perangkat jaringan. Protokol ini menggunakan
IP address ketimbang alamat fisik (MAC) untuk merujuk ke perangkat
individu. ARP-lah (nanti kita bahas) yang menangani tugas mengubah
IP address ke MAC address.
ARP
ARP (Address Resolution Protocol) bertugas untuk membantu IP dalam
mengarahkan packet ke komputer penerima yang sesuai dengan
memetakan MAC address ke IP address.
ICMP
ICMP (Internet Control Message Protocol) bertanggung jawab untuk
mendeteksi dan melaporkan kesalahan jaringan sekaligus
menyediakan pembaruan status. Misalnya, jika router tidak dapat
mengirimkan paket, ia akan mengirim pesan ICMP kembali ke sumber
paket.
Data Link Layer
Data link layer bertugas untuk mengidentifikasi jenis protokol jaringan pada
packet. Layer ini juga menyediakan error control (kontrol kesalahan) dan
framing (pembuatan frame).
Berikut beberapa contoh protokol, standar, dan implementasi pada data link
layer:.
Ethernet
Ethernet merupakan keluarga teknologi jaringan komputer kabel yang
biasa digunakan di Local Area Network (LAN), Metropolitan Area
Network (MAN), dan Wide Area Network (WAN).
Frame Relay
Frame Relay adalah teknologi Wide Area Network (WAN) standar yang
menentukan physical layer dan data link layer dari saluran
telekomunikasi digital menggunakan metodologi packet switching.
Awalnya dirancang untuk transportasi melintasi Integrated Service
Digital Network (ISDN), kini dapat digunakan untuk banyak antarmuka
jaringan lainnya.
Token Ring
Token Ring adalah teknologi jaringan komputer yang digunakan untuk
membangun Local Area Network. Token Ring diperkenalkan oleh IBM
pada tahun 1984 dan distandardisasi pada tahun 1989 sebagai IEEE
802.5.
IEEE 802.11
IEEE 802.11 adalah bagian dari standar IEEE 802 yang menetapkan
kumpulan protokol dari MAC dan physical layer untuk
mengimplementasikan komunikasi komputer Wireless Local Area
Network (WLAN).
PPP
PPP (Point-to-Point Protocol) adalah protokol yang digunakan untuk
menghubungkan satu sistem komputer ke sistem komputer lainnya.
Komputer menggunakan PPP untuk berkomunikasi melalui jaringan
telepon atau internet.
Physical Layer
Physical layer memiliki tanggung jawab untuk menentukan karakteristik
perangkat keras yang akan digunakan untuk jaringan. Layer ini menjelaskan
standar perangkat keras seperti IEEE 802.3 (spesifikasi untuk media jaringan
Ethernet) dan RS-232 (spesifikasi untuk konektor pin standar).
Berikut beberapa teknologi yang menyediakan layanan pada physical layer:
1. Application layer
Layer pertama yang akan berinteraksi dengan browser adalah
application layer. Layer ini mendefinisikan komunikasi antara aplikasi
yang ada di komputer pengirim (client) dan aplikasi di komputer
penerima (server).
2. Transport Layer
Transport layer memiliki tanggung jawab untuk memecah data
(message) yang diterima menjadi potongan yang lebih kecil yang
disebut segment (jika menggunakan TCP) atau datagram (jika
menggunakan UDP).
3. Network Layer
Di network layer, data (segment) akan dipecah menjadi potongan yang
lebih kecil yang disebut packet. Packet yang dihasilkan bisa jadi satu
atau mungkin banyak, tergantung pada berapa banyak data yang ada.
Tugas dari layer ini adalah untuk memastikan bahwa data dari satu
komputer (client) dapat menemukan jalan ke komputer tujuan (server).
Untuk melakukan itu, sebuah IP header yang berisi source IP (IP
sumber) dan destination IP (IP tujuan) ditambahkan ke setiap packet.
Jalur dari client ke server mungkin saja melintasi banyak jaringan. Oleh
karenanya, packet membutuhkan peran dari perangkat jaringan router
untuk berpindah dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Inilah yang
dinamakan routing (perutean).
5. Physical Layer
Sesuai namanya, physical layer bertanggung jawab untuk mengirim
dan menerima data secara fisik. Ada banyak caranya, bisa melalui
gelombang radio (Wi-Fi), sinyal cahaya (Fiber optic), dan lain-lain. Data
yang tadi dikirim dari data link layer kemudian di-encode (dikodekan) ke
dalam bit (1 dan 0), lalu ditransmisikan melalui media fisik.
Pengenalan IP Address
Setelah mengetahui model jaringan dan protokol-protokol yang menyusun
internet, sekarang kita akan spesifik fokus ke protokol yang ada di network
layer, yakni IP alias Internet Protocol.
Seperti yang kita tahu, internet adalah sebuah jaringan yang terdiri dari
banyak jaringan lain yang berbeda-beda. Internet menghubungkan miliaran
perangkat di seluruh dunia. Jadi, apabila saat ini Anda mengakses situs
Dicoding menggunakan laptop atau ponsel yang terkoneksi ke Wi-Fi,
sebenarnya router yang menyebarkan sinyal Wi-Fi tersebut terhubung ke ISP
(Internet Service Provider) alias penyedia layanan internet, kemudian ISP
tersebut menghubungkan Anda ke miliaran perangkat di seluruh dunia
melalui ratusan ribu jaringan yang semuanya saling berhubungan. Fantastis,
bukan?
Saat Anda mengunjungi sebuah situs web, proses yang terjadi sebenarnya
adalah komputer Anda meminta informasi ke komputer lain. Komputer Anda
mengirim pesan ke IP address milik komputer lain sekaligus mencantumkan
IP address dirinya sendiri agar komputer lain tahu ke mana harus
mengirimkan respons.
Sepanjang alur perjalanan kelas, kita sudah sering kali melihat bentuk dari IP
address. Sayangnya, kita tidak membahasnya terlalu detail, ya. Untuk itu,
sekarang mari kita selami lebih dalam.
Bentuk IP address yang sedari tadi kita bahas adalah IPv4. Ia memiliki
panjang 32 bit yang terdiri dari 4 oktet, di mana setiap oktet biasanya
dituliskan dalam angka desimal. 8 bit data (atau satu oktet) mewakili angka
desimal dari 0 hingga 255.
Dalam kebanyakan kasus, static IP address kerap dipakai untuk server dan
perangkat jaringan, sedangkan dynamic IP address sering kali diterapkan
untuk client
Bila dibayangkan sekilas, mungkin angka 4 miliar begitu besar ya. Akan
tetapi, seperti yang dikisahkan pada modul pertama soal sejarah internet,
internet ternyata jauh lebih populer daripada yang dibayangkan saat awal
mula diciptakan. Faktanya, 4 miliar IP address tidaklah cukup.
Coba renungkan, pada tahun 2017 saja jumlah penduduk dunia sudah
mencapai 7 miliar lebih, di mana sebagian besar di antaranya memiliki gawai.
Bahkan, ada beberapa orang yang memiliki lebih dari 1 gawai. Jadi, kita
benar-benar kehabisan IPv4 address! Percayalah, masalah ini telah menjadi
perhatian banyak peneliti dan ahli selama lebih dari satu dekade.
Nah, masalah kehabisan IPv4 address dimulai pada 31 Januari 2011. Saat
itu, IANA mengalokasikan 2 blok IPv4 address ke APNIC, yang kemudian
memicu kebijakan global untuk mengalokasikan sisa kumpulan alamat yang
dimiliki IANA di antara lima RIR secara merata.
Setelah itu, lambat laun akhirnya semua RIR pun kehabisan kumpulan IPv4
address, kecuali yang disimpan untuk transisi ke IPv6 (akan kita bahas
nanti). Peristiwa ini terjadi pada 15 April 2011 untuk APNIC, 10 Juni 2014
untuk LACNIC, 24 September 2015 untuk ARIN, 21 April 2017 untuk
AFRINIC, dan 25 November 2019 untuk RIPE NCC.
Oke, oke. Rupanya ini adalah masalah yang serius, ya. Jangan khawatir,
semesta punya solusinya. Simak di materi selanjutnya, ya!
Solusi 1: CIDR
CIDR atau Classless Inter-Domain Routing adalah metode untuk
mengalokasikan IP address dan untuk perutean IP. Sebuah organisasi
bernama Internet Engineering Task Force (IETF) memperkenalkan CIDR
pada tahun 1993, di mana salah satu tujuannya adalah untuk membantu
memperlambat masalah kehabisan IPv4, dan itu berhasil!
Supaya tidak bingung, mari kita ambil contoh IP address 9.100.100.100. Dari
contoh tersebut, oktet pertama adalah network ID; sedangkan oktet kedua,
ketiga, dan keempat adalah host ID.
Mengapa bisa begitu? Classful addressing membagi IP address menjadi 5
kelas: class A, class B, class C, class D, dan class E. Namun, hanya class A,
B, dan C saja yang digunakan untuk umum (class D digunakan
untuk multicasting dan class E untuk pengujian). Jadi, kita hanya akan
membahas ketiga kelas itu saja.
Oke, lantas apa sih perbedaan antara masing-masing kelas tersebut? Simak
baik-baik.
Anda bisa melihat tabel di bawah ini untuk memahami rincian dari masing-
masing kelas dalam metode classful addressing.
Selain itu, bisa Anda lihat pada tabel di atas, setiap kelas memiliki aturan.
Oktet pertama pada class A haruslah bernilai 0–127, pada class B haruslah
128–191, pada class C bernilai 192–223, dst.
Dengan classful addressing, network ID akan selalu tetap: 8 bit untuk class
A, 16 bit untuk class B, dan 24 bit untuk class C. Variasi ukuran network atau
jaringan yang seperti itu sayangnya terlalu kaku dan tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan sebagian besar bisnis.
Bayangkan saja, 254 host di class C tampaknya terlalu kecil untuk banyak
kasus penggunaan, tetapi 65.534 host di class B sering kali malah terlalu
besar. Di sinilah CIDR (Classless Inter-Domain Routing) berperan.
Butuh contoh? Oke, mari kita ambil contoh IP address yang sama seperti
sebelumnya, yakni 9.100.100.100. Katakanlah IP address ini memiliki subnet
mask 255.255.255.0 (soal subnet mask akan dijelaskan detail nanti). Nah,
berkat CIDR notation, IP address tersebut kini dapat ditulis sebagai
9.100.100.100/24.
Tenang, ya. Kita akan pelajari tentang ini lebih detail nanti di submodul
tersendiri bernama Subnet Mask.
Lanjut! Karena sekarang kita tidak lagi peduli dengan classful addressing,
yang kita butuhkan kini adalah network address untuk menentukan network
ID. Dalam contoh kita, berarti network ID-nya adalah 9.100.100.x, sedangkan
host ID-nya adalah x.x.x.100.
Solusi 2: NAT
NAT alias Network Address Translation adalah sebuah teknik di mana satu
IP address diterjemahkan ke IP address yang lain. NAT telah digunakan
banyak pihak untuk berbagai tujuan, mulai dari perlindungan keamanan
hingga membantu memperlambat masalah kehabisan IPv4 address. Di
modul ini, kita hanya akan fokus membahas NAT dari sisi fungsinya sebagai
solusi untuk masalah kehabisan IPv4 address.
Sebelum itu, mari kita ketahui dulu cara kerjanya. Katakanlah kita memiliki
dua jaringan. Jaringan A memiliki blok IP 10.1.1.0/24 dan di dalamnya
terdapat komputer dengan IP address 10.1.1.100. Di sisi lain, Jaringan B
memiliki blok IP 192.168.1.0/24 dan di dalamnya terdapat sebuah web server
dengan IP address 192.168.1.100. Di antara dua jaringan tersebut, terdapat
sebuah router yang memiliki dua network interface (antarmuka jaringan); satu
di jaringan A dengan IP 10.1.1.1 dan satu lagi di jaringan B dengan IP
192.168.1.1.
Misalnya, komputer 1 ingin berkomunikasi dengan web server. Begini
prosesnya. Jadi, komputer 1 akan membuat packet yang sesuai di semua
layer dan mengirimkannya ke gateway utama (router) yang berada di antara
dua jaringan tersebut. Karena router ini mendukung NAT, router akan
menulis ulang source IP address, dalam hal ini menjadi IP router di Jaringan
B alias 192.168.1.1. Ketika packet sampai ke web server, nantinya ia akan
terlihat seperti berasal dari router, bukan dari komputer 1.
Kemudian, setelah web server menyusun respons dan mengirimkannya
kembali ke router, router akan mengetahui bahwa packet ini sebenarnya
ditujukan untuk komputer 1, lalu ia akan menulis ulang destination IP
sebelum meneruskannya.
Bagaimana? Sudah paham kan konsep dasarnya? Nah, konsep yang sama
pun berlaku saat NAT digunakan sebagai solusi untuk mencegah habisnya
IPv4 address. Bedanya, NAT menerjemahkan private IP address ke public IP
address. Dengan demikian, meski kita memiliki banyak perangkat di rumah
dan semua terhubung ke internet (misal melalui Wi-Fi), mereka hanya akan
memiliki satu public IP address.
Tunggu dulu, apa itu private dan public IP address? Oke, kami bantu
jabarkan ya. Sederhananya, private IP address adalah rentang IP address
yang dimaksudkan untuk tujuan pribadi atau lokal sehingga tidak dapat
dirutekan di internet alias non-routable address space.
10.0.0.0/8
172.16.0.0/12
192.168.0.0/16
Karena ketiga rentang tersebut terpisah dari lalu lintas internet, maka semua
orang berhak memakainya untuk jaringan lokal mereka. Selain itu, karena
router di internet tak akan merutekan atau meneruskan lalu lintas dari private
IP address, maka tak akan ada overlapping atau tumpang tindih IP address
secara global, meski beberapa orang di belahan dunia lain menggunakan
rentang yang sama.
Lantas, bagaimana dengan public IP address? Nah, ini kebalikan dari private
IP address. Public IP address adalah IP address di luar non-routable address
space yang bisa dipakai untuk berkomunikasi di internet (umumnya diberikan
oleh ISP).
Nah, kembali lagi, berkat hadirnya NAT, kini kita bisa memiliki ratusan
bahkan ribuan perangkat yang menggunakan private IP address, tetapi
semuanya dapat terhubung ke internet hanya dengan satu public IP address.
Solusi 3: IPv6
Pada pertengahan 1990-an, masalah habisnya IPv4 address sudah menjadi
perhatian banyak pihak. Oleh sebab itu, IP versi baru pun dikembangkan,
yakni Internet Protocol version 6 (IPv6).
Mungkin Anda bertanya-tanya, “Apa yang terjadi pada versi 5 atau IPv5?”
Jadi, begini. IPv5 adalah protokol eksperimental yang memperkenalkan
konsep connection (koneksi). IPv5 tidak pernah benar-benar diadopsi secara
luas karena konsep “koneksi” tersebut justru ditangani lebih baik oleh
transport layer pada model TCP/IP. Ditambah lagi, saat pengembangan IPv6
dimulai, konsensusnya adalah untuk tidak menggunakan kembali nama IPv5.
Jadi, nama IPv6-lah yang diambil.
Oke, sekarang mari kita fokus ke pembahasan IPv6, dimulai dari
perbedaannya dengan IPv4. Perbedaan terbesar antara IPv4 dan IPv6
adalah jumlah bit pada alamatnya. Tentu Anda masih ingat bahwa IPv4
address memiliki total 32 bit, yang artinya mungkin ada sekitar 4 miliar IP
address yang bisa digunakan.
Lantas, bagaimana dengan IPv6? IPv6 address berukuran 128 bit. Ini
merupakan hal yang mencengangkan! Apabila kita hitung, 2128 berarti
menghasilkan angka yang sangat panjang, yaitu 39 digit. Rentang angka ini
disebut Undecillion.
Poin yang ingin penulis sampaikan adalah bahwa kita sedang membicarakan
angka yang sangat besar. Jika Anda penasaran, berikut adalah jumlah IPv6
address yang tersedia.
340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456
Whoa, mind blowing, bukan?
Kembali lagi ke topik. IPv6 address berukuran 128 bit, biasanya ditulis dalam
8 grup, masing-masing grup berukuran 16 bit, dan setiap grup tersebut terdiri
dari 4 bilangan heksadesimal.
2001:0db8:0000:0000:0000:ff00:0012:3456
Simak baik-baik. Setiap IPv6 address yang dimulai dengan 2001:0db8
merupakan alamat yang memang ditujukan untuk dokumentasi, pendidikan,
buku, atau kursus; seperti materi Dicoding ini. Coba bayangkan, alamat
seperti ini ada lebih dari 18 quintillion jumlahnya. Hanya untuk tujuan
tersebut, faktanya angka ini jauh lebih besar dari seluruh jumlah IPv4
address.
1. Pertama, Anda dapat menghapus angka nol yang ada di depan dari
setiap grup.
2. Kedua, sejumlah grup berurutan yang hanya terdiri dari angka nol
dapat diganti dengan dua tanda titik dua (::).
Kemudian, kita masih bisa menerapkan aturan kedua untuk IPv6 address
tersebut, yaitu mengganti bagian berurutan yang hanya berisi nol dengan dua
tanda titik dua (::). Seperti inilah hasilnya:
Oke, kini kita tahu bahwa jumlah IPv6 address begitu besar. Karena alasan
tersebut, IPv6 tidak memiliki konsep classful addressing seperti IPv4. Namun,
IPv6 address tetap memiliki pembagian network ID dan host ID. 64 bit
pertama dari IPv6 address adalah network ID, sedangkan 64 bit kedua
merupakan host ID.
Ini berarti setiap network atau jaringan akan memiliki IPv6 address untuk
lebih dari 9 quintillion host.
Konsep Subnetting
Selama mengikuti modul IP Address ini, mungkin sebagian dari Anda masih
kebingungan soal angka-angka IP address yang muncul dan bertanya-tanya,
“IP address yang ini maksudnya apa ya?” Anda tak perlu khawatir, setelah
mempelajari submodul Subnetting ini semua kebingungan Anda akan lenyap.
Oke, sekarang kita mulai. Dalam istilah yang paling dasar, subnetting adalah
proses membagi jaringan besar menjadi beberapa jaringan yang lebih kecil
yang disebut segmen jaringan atau subnetwork/subnet.
Nah, alih-alih memiliki satu jaringan yang besar, kita bisa membuat bagian
yang lebih kecil (subnet) dari jaringan tersebut, misal 172.16.1.0/24. Jadi,
subnet 172.16.1.0/24 merupakan bagian dari Jaringan A 172.16.0.0/16. Itulah
mengapa disebut subnet.
Seperti inilah gambar per subnet (departemen) jika dilihat lebih dekat:
Semoga sekarang Anda sudah memahami konsep subnetting. Namun,
jangan senang dulu, itu baru permukaannya saja. Selanjutnya, kita akan
fokus ke subnet mask, yang mana materinya akan lebih dalam. Bersiaplah!
Subnet Mask
Sejauh ini, kita telah mempelajari tentang network ID (untuk mengidentifikasi
network atau jaringan) dan host ID (untuk mengidentifikasi perangkat tertentu
di jaringan).
Jadi, untuk mengerti bagaimana komputer bekerja, kita harus familier dengan
bilangan biner. Seperti inilah IP address dan subnet mask pada contoh kita
jika dituliskan dalam biner.
Mungkin sekarang muncul pertanyaan di benak Anda, “Bagaimana cara
mengetahui bilangan biner dari IP address dan subnet mask?” Untuk
menjawabnya, mari kita pahami sekali lagi bahwa IP address dan subnet
mask itu terdiri dari 32 bit, dibagi ke dalam 4 oktet, dan masing-masing oktet
terdiri dari 8 bit. Di setiap oktetnya, kita bisa tetapkan angka desimal dari 0–
255 (256 nilai).
Sekarang, mari kita lihat 8 Bit Octet Chart (bagan oktet 8 bit) yang mewakili 1
oktet, seperti di bawah ini:
Setiap bit pada skema tersebut merepresentasikan nilai numerik. Mulai dari
kanan, bit pertama memiliki nilai 1 dan kemudian angkanya berlipat ganda di
setiap bit-nya (ke arah kiri): 1, 2, 4, 8, dan seterusnya hingga 128.
Skema di atas bisa dijadikan acuan dalam mengonversi angka desimal pada
IP address dan subnet mask ke dalam bilangan biner. Caranya, taruh angka
1 atau 0 pada setiap bit.
Jika kita taruh “1”, angka yang tertera pada skema akan dihitung.
Jika kita taruh “0”, angka yang tertera pada skema tidak dihitung.
Jadi, dengan memanipulasi 1 dan 0 dalam skema oktet 8 bit, kita bisa
menghasilkan angka desimal 0–255.
Bingung? Oke, kita ambil contoh IP address 192.168.1.0. Oktet pertama dari
IP address ini adalah 192. Nah, bagaimana cara mendapatkan angka biner
dari 192?
Pertama, kita perlu mengacu pada skema oktet 8 bit, lalu menempatkan “1”
di bawah angka yang akan menambahkan nilai total menjadi 192.
Untuk mencapai nilai total 192, kita tempatkan “1” di slot 128 dan 64. Setelah
dihitung, ternyata 128 + 64 adalah 192. Kemudian, karena nilai total telah
tercapai, kita taruh “0” di semua bit sisanya. Jadi, angka biner dari 192
adalah 11000000.
Proses konversi biner untuk subnet mask juga bisa dilakukan dengan cara
ini.
Melalui acuan 8 Bit Octet Chart, hasil yang didapatkan dari subnet mask
255.255.255.0 ialah 11111111.11111111.11111111.0. Karena jika kita
jumlahkan keseluruhan angka pada slot, hasil dari 128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4
+ 2 + 1 adalah 255.
Oke, kini kita telah mendapatkan angka biner dari IP address dan subnet
mask. Selanjutnya, jika ingin mengetahui network ID dari IP address melalui
bilangan biner, Anda bisa sejajarkan bilangan biner IP address dan subnet
mask secara horizontal, lalu coret semua digit IP address yang sejajar
dengan angka 1 di subnet mask.
Dengan begitu, hal ini akan mengungkapkan bahwa 3 oktet pertama dari IP
address tersebut merupakan network ID; sisanya adalah host ID.
Kesimpulannya, angka 1 pada subnet mask menunjukkan network ID atau
network address dan angka 0 menunjukkan host ID atau host address.
Terakhir, subnet mask dapat ditulis menggunakan cara yang lebih pendek
yang disebut CIDR notation (sudah kita pelajari). Ini dilakukan dengan
menulis garis miring (slash) diikuti total bilangan biner “1” yang ada di subnet
mask. Misalnya, pada contoh IP address dan subnet mask sebelumnya
(192.168.1.0 dan 255.255.255.0), kita bisa tuliskan secara lebih singkat
sebagai 192.168.1.0/24.
Sekarang Anda sudah paham, kan? Tak perlu sungkan bila Anda ingin
membaca ulang materi ini berkali-kali. Mungkin, tebersit juga di benak Anda
bahwa materi kali ini tampak rumit dan bertele-tele. Namun, percayalah, jika
sudah memahami konsep ini dengan baik, niscaya Anda bisa menyelesaikan
persoalan subnetting dengan cepat.
Jadi, mari kita buat contoh. Katakanlah Anda bekerja pada perusahaan
rintisan X. Perusahaan ini memiliki sebuah private network (jaringan pribadi)
dengan blok IP 192.168.1.0/24. Dari blok IP tersebut, perusahaan meminta
Anda untuk mencari tahu beberapa hal berikut:
192.168.1.0
11111111.11111111.111111111.0000000
3. Jumlah Subnet
Untuk menghitung jumlah subnet, kita bisa menggunakan rumus 2 x (di
mana x adalah banyaknya angka 1 dalam oktet terakhir di subnet
mask). Mari kita hitung.
Coba kita pakai contoh yang berbeda. Apabila subnet mask-nya adalah
/27 atau 11111111.11111111.11111111.11100000, maka (2 5)-2 = 32-2
= 30 host per subnet.
Mungkin saat ini ada pertanyaan yang mengganjal di hati Anda,
“Kenapa harus dikurangi 2?” Jawabannya karena ada 2 IP address
yang tidak bisa dipakai oleh host, yakni network address dan broadcast
address.
Jika kita hanya punya beberapa komputer, mungkin tak masalah untuk
menetapkan static IP address satu per satu ke masing-masing komputer.
Namun, bagaimana jika ada ratusan komputer? Kita harus melakukan hal
yang sama ratusan kali. Ah! Pastinya akan sangat membosankan. Nah, di
sinilah DHCP atau Dynamic Host Configuration Protocol berperan bila Anda
ingin menerapkan dynamic IP address secara otomatis.
Akan tetapi, untuk kasus perangkat client (seperti komputer desktop, laptop,
atau ponsel), yang paling penting bagi mereka adalah memiliki IP di jaringan
yang tepat, tak peduli berapa IP address-nya. Jadi, akan lebih tepat bagi
client untuk menggunakan dynamic IP address. Nah, dengan menggunakan
DHCP, Anda dapat mengonfigurasi rentang IP address yang diperlukan
untuk perangkat client tersebut. Ini memastikan bahwa setiap perangkat
client dapat memperoleh IP address saat mereka membutuhkannya.
Ada beberapa metode bagaimana DHCP beroperasi, di antaranya adalah
dynamic allocation, automatic allocation, dan fixed allocation. Mari kita arungi
satu per satu.
Dynamic allocation
Metode yang satu ini adalah yang paling umum dan bekerja seperti
pada gambar di atas. Jadi, rentang IP address akan ditetapkan untuk
perangkat client. Nantinya, salah satu IP address tersebut akan
diberikan jika ada client yang memintanya. Dengan dynamic allocation,
IP address untuk masing-masing komputer bisa berbeda-beda setiap
kali terhubung ke jaringan.
Automatic allocation
Metode ini mirip dengan dynamic allocation, yakni rentang IP address
ditetapkan untuk nantinya diberikan ke client. Perbedaan utamanya,
dalam metode automatic allocation DHCP server diminta untuk
melacak IP address mana yang ditetapkan untuk perangkat client
tertentu di masa lalu. Dengan menggunakan informasi tersebut, DHCP
server akan menetapkan IP address yang sama ke client yang sama
setiap kali diminta.
Fixed allocation
Jika ingin menggunakan metode fixed allocation, kita perlu membuat
daftar MAC address setiap perangkat beserta IP address yang sesuai
secara manual.
Jadi, IP mana saja yang termasuk kategori reserved IPv4 address? Yuk, kita
uraikan!
Network Address
Percaya atau tidak, kita sudah sering melihat rupa dari network address di
kelas ini. Network address menunjukkan mana bagian network ID dan mana
host ID. Misalnya, pada contoh IP address 192.168.10.0/24:
Private IP Address
Jika Anda masih ingat, kita sudah pelajari private IP address pada submodul
Solusi untuk IPv4 ya. Beberapa IP address yang termasuk dalam kategori
private IP address tidak dapat dirutekan oleh router di internet. Ia hanya bisa
digunakan untuk jaringan pribadi, kampus, perusahaan, atau jaringan apa
pun yang tidak terhubung ke internet.
10.0.0.0/8 10.0.0.0–10.255.255.255
172.16.0.0/12 172.16.0.0–172.31.255.255
192.168.0.0/16 192.168.0.0–192.168.255.255
Tujuan hadirnya private IP address ini adalah untuk mengontrol jumlah IPv4
address yang sudah terbatas. Dengan menggunakan private IP address
dalam LAN, kebutuhan IPv4 address secara global telah menurun secara
signifikan, yang berarti berhasil membantu menunda habisnya IPv4 address.
Loopback IP Address
Blok IP address 127.0.0.0/8 (atau jika ditulis dalam rentang IP address berarti
127.0.0.0–127.255.255.255) ditujukan untuk loopback, yaitu alamat dirinya
sendiri. Loopback IP address juga dikenal sebagai localhost address
(mungkin sebagian dari Anda lebih familier).
Link-local Address
Submodul sebelumnya telah menerangkan tentang DHCP yang bertugas
untuk memberikan IP address ke client atau host secara dinamis. Nah,
mungkin Anda bertanya-tanya, “Bagaimana jika ternyata sebuah host tidak
memperoleh IP address dari DHCP server dan belum diberikan IP address
apa pun secara manual?” Di sinilah Anda akan menemukan jawabannya.
Mari kita buat contoh. Asumsikan terdapat sebuah segmen jaringan (subnet),
di mana semua client atau host dikonfigurasi untuk memperoleh IP address
dari DHCP server. Jika DHCP server tersebut sewaktu-waktu tidak tersedia,
sudah pasti tidak akan ada client yang dapat berkomunikasi satu sama lain.
Dengan absennya DHCP server, setiap client secara acak akan memilih IP
address dari rentang link-local address yang disebutkan di atas. Setelah
semua client menggunakan link-local address dengan rentang yang sama,
mereka dapat berkomunikasi satu sama lain.
Perlu Anda ingat juga bahwa IP address ini tidak dapat membantu client
untuk berkomunikasi jika mereka tidak berada dalam segmen jaringan
(subnet) yang sama. Terlebih lagi, IP address ini tidak bisa dirutekan oleh
router di internet.
Broadcast Address
Broadcast address adalah IP address yang memungkinkan data atau pesan
dikirim secara bersamaan ke semua host pada segmen jaringan (subnet)
tertentu daripada ke satu host saja. Ada dua jenis broadcast address pada
IPv4:
Limited broadcast
Contoh limited broadcast address adalah 255.255.255.255. Disebut
"limited” alias “terbatas" karena IP address ini tidak pernah dirutekan
atau diteruskan oleh router.
Directed broadcast
Contoh directed broadcast address dari 192.0.2.0/24 adalah
192.0.2.255 (bagian host ID diatur menjadi semua “1” dalam biner atau
semua 255 dalam desimal). Directed broadcast adalah sebuah pesan
siaran (broadcast) yang dikirim ke semua perangkat yang ada di suatu
jaringan.
Cisco Packet Tracer adalah tools milik Cisco yang memungkinkan kita untuk
menyimulasikan alat-alat jaringan. Tools ini biasa digunakan sebagai media
pembelajaran dan pelatihan terkait jaringan komputer. Saat kita belajar
tentang jaringan, mustahil rasanya jika kita lepas dari tools yang satu ini.
Oke, sebelum langsung terjun ke lapangan, mari kita awali dengan sebuah
cerita terlebih dahulu supaya Anda terbayang nantinya.
Persiapan
Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah mengunduh dan menginstal
aplikasi Cisco Packet Tracer. Ikuti langkah-langkah berikut:
2. Jika Anda belum memiliki akun, silakan buat terlebih dahulu dengan
memilih Sign up. Apabila sudah, silakan lanjutkan proses login dengan
memasukkan kredensial akun yang tadi dibuat. Opsi lain, Anda bisa
login melalui Google atau bahkan NetAcad jika punya.
3. Setelah proses login sukses, kini Anda bisa mengunduh aplikasi Cisco
Packet Tracer. Silakan pilih sesuai sistem operasi yang Anda gunakan.
2. Lakukan hal yang sama hingga Anda memiliki 3 komputer yang sejajar.
Catatan: Jika Anda ingin melihat rupa asli dari perangkat router Linksys
WRT300N, silakan kunjungi halaman Linksys Official Support.
5. Berikutnya, kita perlu menambahkan perangkat switch untuk
mengelompokkan 3 PC tersebut. Caranya, pilih Network Devices -
> Switches -> 2960.
Catatan: Jika Anda ingin melihat rupa asli dari perangkat switch Cisco
Catalyst 2960 Series, silakan kunjungi halaman Cisco Product Support.
6. Oke, semua perangkat yang dibutuhkan sudah lengkap. Selanjutnya,
kita perlu menghubungkan ketiga PC dengan switch dan kemudian
switch dengan router melalui kabel. Anda bisa melakukannya dengan
memilih Connections -> Connections -> Copper Straight-
Through (tipe kabel untuk menghubungkan jenis perangkat yang
berbeda).
7. Pertama, silakan hubungkan PC0 ke Switch0 dengan langkah-langkah
berikut:
1. PC1 (FastEthernet0) ke Switch0 (FastEthernet0/2).
2. PC2 (FastEthernet0) ke Switch0 (FastEthernet0/3).
3. Switch0 (FastEthernet0/4) ke Wireless Router0 (Ethernet 1).
Hasilnya akan seperti ini:
23. Jadi, saat pertama kali wireless router yang kita pilih ditaruh ke
kanvas pada Cisco Packet Tracer, ia akan menyala dan memiliki
konfigurasi default seperti ini:
Bagian Router IP berisi IP Address dan Subnet Mask yang dimiliki oleh
wireless router. IP address router inilah yang menjadi Default Gateway
pada konfigurasi host (laptop maupun PC). Sementara itu,
bagian DHCP Server Settings berisi konfigurasi DHCP, di mana
maksimum jumlah host adalah 50 dan IP address yang bisa digunakan
oleh host adalah mulai dari 192.168.0.100 sampai 192.168.0.149.
Inilah alasan kenapa laptop mendapatkan IP address dari rentang
tersebut. Sudah paham kan sekarang?
24. Nah, karena Laptop0 dan Laptop1 sama-sama terkoneksi
dengan Wireless Router0, keduanya bisa saling berkomunikasi.
25. Namun, bila Anda coba mengirim pesan dari PC0 ke Laptop0,
hasilnya akan Failed.
Mengapa begitu? Ini karena kita belum mengonfigurasi IP address
pada PC, baik PC1, PC2, maupun PC3.
26. Jika laptop kita konfigurasi menggunakan dynamic IP address
(DHCP), PC akan kita berikan static IP address (manual). Ini dilakukan
agar Anda mampu memahami materi dengan baik. Silakan klik PC0 -
> Desktop tab -> IP Configuration.
27. Pilih Static, lalu sesuaikan dengan konfigurasi berikut:
PC0
IPv4 Address 192.168.0.10 (IP address masih dalam rentang 192.168.0.0/24)
Subnet Mask 255.255.255.0 (/24)
Default Gateway 192.168.0.1 (IP address milik router)
DNS Server 0.0.0.0 (saat ini kita tidak menentukan DNS server, jadi isikan seperti itu saja)
28. Seperti inilah tampilannya:
PC1
IPv4 Address 192.168.0.11
Subnet Mask 255.255.255.0
Default Gateway 192.168.0.1
DNS Server 0.0.0.0
PC2
IPv4 Address 192.168.0.12
Subnet Mask 255.255.255.0
Default Gateway 192.168.0.1
DNS Server 0.0.0.0
Oke, sampai di titik ini kita sudah berhasil mengonfigurasi semua perangkat.
Waktunya pengujian!
Pengujian
Sekarang kita akan melakukan pengujian dengan cara mengirim pesan dari
PC ke PC, PC ke laptop, dan laptop ke laptop.
1. Cobalah untuk mengirim pesan dari PC0 ke PC2. Niscaya Anda akan
mendapatkan respons successful di bagian kanan bawah.
2. Kemudian, coba kirim pesan dari PC0 ke Laptop0. Pasti berhasil!
3. Selanjutnya, silakan Anda uji coba sendiri. Pastikan semua perangkat
bisa saling berkomunikasi satu sama lain.
Oke, dengan keberhasilan pengujian, itu menutup latihan kita kali ini.
Semoga kini Anda semakin paham dengan apa yang diajarkan di modul IP
Address. Good Job!
Rangkuman IP Address
Pengenalan IP Address
Semua perangkat yang terhubung ke internet masing-masing memiliki alamat
yang unik. Alamat di internet hanyalah sebuah angka, tetapi unik dan
berbeda-beda untuk setiap komputer atau perangkat jaringan. Konsepnya
mirip seperti alamat rumah. Jika Anda ingin mengirim surat ke kawan, yang
harus Anda ketahui pasti adalah alamat rumahnya, bukan? Selain itu, Anda
juga mengerti bagaimana cara menulis alamat dengan benar sehingga surat
tersebut dapat dibawa oleh petugas pos ke tujuannya dengan tepat.
Bentuk IP address yang kita bahas adalah IPv4. IPv4 address memiliki
panjang 32 bit yang terdiri dari 4 oktet, di mana setiap oktet biasanya
dituliskan dalam angka desimal. 8 bit data (atau satu oktet) mewakili angka
desimal dari 0 hingga 255.
Bila dibayangkan sekilas, mungkin angka 4 miliar begitu besar ya. Akan
tetapi, seperti yang dikisahkan pada modul pertama soal sejarah internet,
internet ternyata jauh lebih populer daripada yang dibayangkan saat awal
mula diciptakan. Faktanya, 4 miliar IP address tidaklah cukup.
Nah, masalah kehabisan IPv4 address dimulai pada 31 Januari 2011. Saat
itu, IANA mengalokasikan 2 blok IPv4 address ke APNIC, yang kemudian
memicu kebijakan global untuk mengalokasikan sisa kumpulan alamat yang
dimiliki IANA di antara lima RIR secara merata.
Setelah itu, lambat laun akhirnya semua RIR pun kehabisan kumpulan IPv4
address, kecuali yang disimpan untuk transisi ke IPv6 (akan kita bahas
nanti). Peristiwa ini terjadi pada 15 April 2011 untuk APNIC, 10 Juni 2014
untuk LACNIC, 24 September 2015 untuk ARIN, 21 April 2017 untuk
AFRINIC, dan 25 November 2019 untuk RIPE NCC.
Butuh contoh? Oke, mari kita ambil contoh IP address yang sama seperti
sebelumnya, yakni 9.100.100.100. Katakanlah IP address ini memiliki subnet
mask 255.255.255.0. Nah, berkat CIDR notation, IP address tersebut kini
dapat ditulis sebagai 9.100.100.100/24. Karena sekarang kita tidak lagi peduli
dengan classful addressing, yang kita butuhkan kini adalah network mask
untuk menentukan network ID. Dalam contoh kita, berarti network ID-nya
adalah 9.100.100.x, sedangkan host ID-nya adalah x.x.x.100.
Solusi 2: NAT
NAT alias Network Address Translation adalah sebuah teknik di mana satu
IP address diterjemahkan ke IP address yang lain. NAT telah digunakan
banyak pihak untuk berbagai tujuan, mulai dari perlindungan keamanan
hingga membantu memperlambat masalah kehabisan IPv4 address. Di
modul ini, kita hanya akan fokus membahas NAT dari sisi fungsinya sebagai
solusi untuk masalah kehabisan IPv4 address.
Berkat hadirnya NAT, kini kita bisa memiliki ratusan bahkan ribuan perangkat
yang menggunakan private IP address, tetapi semuanya dapat terhubung ke
internet hanya dengan satu public IP address.
Solusi 3: IPv6
Pada pertengahan 1990-an, masalah habisnya IPv4 address sudah menjadi
perhatian banyak pihak. Oleh sebab itu, IP versi baru pun dikembangkan,
yakni Internet Protocol version 6 (IPv6).
Perbedaan terbesar antara IPv4 dan IPv6 adalah jumlah bit pada alamatnya.
Tentu Anda masih ingat bahwa IPv4 address memiliki total 32 bit, yang
artinya mungkin ada sekitar 4 miliar IP address yang bisa digunakan.
Lantas, bagaimana dengan IPv6? IPv6 address berukuran 128 bit. Ini
merupakan hal yang mencengangkan! Apabila kita hitung, 2128 berarti
menghasilkan angka yang sangat panjang, yaitu 39 digit. Rentang angka ini
disebut Undecillion.
IPv6 address berukuran 128 bit, biasanya ditulis dalam 8 grup, masing-
masing grup berukuran 16 bit, dan setiap grup tersebut terdiri dari 4 bilangan
heksadesimal.
2001:0db8:0000:0000:0000:ff00:0012:3456
Konsep Subnetting
Dalam istilah yang paling dasar, subnetting adalah proses membagi jaringan
besar menjadi beberapa jaringan yang lebih kecil yang disebut segmen
jaringan atau subnetwork/subnet.
Nah, alih-alih memiliki satu jaringan yang besar, kita bisa membuat bagian
yang lebih kecil (subnet) dari jaringan tersebut, misal 172.16.1.0/24. Jadi,
subnet 172.16.1.0/24 merupakan bagian dari Jaringan A 172.16.0.0/16. Itulah
mengapa disebut subnet.
Subnet Mask
Subnet mask adalah angka yang menyerupai IP address, tetapi dengan
fungsi yang berbeda. Subnet mask menjelaskan berapa banyak bit dalam IP
address yang digunakan untuk network ID dengan menutupi bagian network
ID itu sendiri.
Subnet mask dapat ditulis menggunakan cara yang lebih pendek yang
disebut CIDR notation (sudah kita pelajari). Ini dilakukan dengan menulis
garis miring (slash) diikuti total bilangan biner “1” yang ada di subnet mask.
Misalnya, pada contoh IP address dan subnet mask sebelumnya
(192.168.1.0 dan 255.255.255.0), kita bisa tuliskan secara lebih singkat
sebagai 192.168.1.0/24.
1. Subnet Mask
Dengan melihat blok IP 192.168.1.0/24, kita bisa fokus pada CIDR
notation-nya, yakni /24. Itu artinya, ada 24 angka “1” dalam bilangan
biner. Jadi, subnet mask-nya adalah sebagai
berikut: 11111111.11111111.111111111.0000000.
192.168.1.0
11111111.11111111.111111111.0000000
3. Jumlah Subnet
Untuk menghitung jumlah subnet, kita bisa menggunakan rumus 2x (di
mana x adalah banyaknya angka 1 dalam oktet terakhir di subnet
mask). Mari kita hitung.
Dari subnet mask 11111111.11111111.111111111.0000000, oktet
terakhirnya adalah 0000000. Karena tidak ada angka 1 di sana, berarti
20 = 1. Jadi, dalam kasus kita, subnet yang bisa dibuat hanyalah 1.
Coba kita pakai contoh yang berbeda. Apabila subnet mask-nya adalah
/27 atau 11111111.11111111.11111111.11100000, maka (25)-2 = 32-2
= 30 host per subnet.
Dynamic allocation
Metode yang satu ini adalah yang paling umum dan bekerja seperti
pada gambar di atas. Jadi, rentang IP address akan ditetapkan untuk
perangkat client. Nantinya, salah satu IP address tersebut akan
diberikan jika ada client yang memintanya. Dengan dynamic allocation,
IP address untuk masing-masing komputer bisa berbeda-beda setiap
kali terhubung ke jaringan.
Automatic allocation
Metode ini mirip dengan dynamic allocation, yakni rentang IP address
ditetapkan untuk nantinya diberikan ke client. Perbedaan utamanya,
dalam metode automatic allocation DHCP server diminta untuk
melacak IP address mana yang ditetapkan untuk perangkat client
tertentu di masa lalu. Dengan menggunakan informasi tersebut, DHCP
server akan menetapkan IP address yang sama ke client yang sama
setiap kali diminta.
Fixed allocation
Jika ingin menggunakan metode fixed allocation, kita perlu membuat
daftar MAC address setiap perangkat beserta IP address yang sesuai
secara manual.
Private IP Address
Beberapa IP address yang termasuk dalam kategori private IP address tidak
dapat dirutekan oleh router di internet. Ia hanya bisa digunakan untuk
jaringan pribadi, kampus, perusahaan, atau jaringan apa pun yang tidak
terhubung ke internet.
10.0.0.0/8 10.0.0.0–10.255.255.255
172.16.0.0/12 172.16.0.0–172.31.255.255
192.168.0.0/16 192.168.0.0–192.168.255.255
Dengan menggunakan private IP address dalam LAN, kebutuhan IPv4
address secara global telah menurun secara signifikan, yang berarti berhasil
membantu menunda habisnya IPv4 address.
Loopback IP Address
Blok IP address 127.0.0.0/8 (atau jika ditulis dalam rentang IP address berarti
127.0.0.0–127.255.255.255) ditujukan untuk loopback, yaitu alamat dirinya
sendiri. Loopback IP address juga dikenal sebagai localhost address
(mungkin sebagian dari Anda lebih familier).
Link-local Address
Submodul sebelumnya telah menerangkan tentang DHCP yang bertugas
untuk memberikan IP address ke client atau host secara dinamis. Nah,
mungkin Anda bertanya-tanya, “Bagaimana jika ternyata sebuah host tidak
memperoleh IP address dari DHCP server dan belum diberikan IP address
apa pun secara manual?” Di sinilah Anda akan menemukan jawabannya.
Broadcast Address
Broadcast address adalah IP address yang memungkinkan data atau pesan
dikirim secara bersamaan ke semua host pada segmen jaringan (subnet)
tertentu daripada ke satu host saja. Ada dua jenis broadcast address pada
IPv4:
Limited broadcast
Contoh limited broadcast address adalah 255.255.255.255. Disebut
"limited” alias “terbatas" karena IP address ini tidak pernah dirutekan
atau diteruskan oleh router.
Directed broadcast
Contoh directed broadcast address dari 192.0.2.0/24 adalah
192.0.2.255 (bagian host ID diatur menjadi semua “1” dalam biner atau
semua 255 dalam desimal). Directed broadcast adalah sebuah pesan
siaran (broadcast) yang dikirim ke semua perangkat yang ada di suatu
jaringan.
Default Route Address
Default route adalah rute yang berlaku ketika tidak ada rute lain yang tersedia
untuk alamat tujuan IP. Default route di IPv4 dituliskan sebagai 0.0.0.0/0.
Semua angka nol pada IP address (network ID) dan CIDR notation tersebut
memiliki arti “semua jaringan” dan “semua host”.