Anda di halaman 1dari 244

Pengenalan Jaringan Komputer

Hai! Selamat datang di modul pertama dari kelas Belajar Jaringan Komputer
untuk Pemula. Di kelas ini, kelak akan tersaji materi-materi soal jaringan
komputer yang luar biasa menarik nan atraktif, seperti halnya cara kerja
internet, beberapa contoh model jaringan, konsep subnetting, cara kerja
DNS, bagaimana cara mengamankan jaringan, hingga jaringan virtual. 

Akan tetapi, sebelum menatap jauh ke depan, mari kita awali dengan materi
dasar terlebih dahulu ya supaya runut. Sekarang kita akan berkenalan
dengan jaringan komputer dan bagaimana perannya di kehidupan nyata.

Bagi Anda yang mungkin baru menapaki dunia jaringan komputer, umumnya
pasti memiliki beberapa pertanyaan yang cukup krusial, seperti:

 “Apa sih sebenarnya jaringan atau jaringan komputer itu?”


 “Apa konsep yang paling tepat untuk menggambarkan jaringan
komputer?”
 “Apa saja tipe-tipe jaringan komputer yang ada saat ini?”

Jika Anda memiliki pertanyaan yang serupa, selamat, Anda berada di tempat
yang tepat!

Di masa yang serba canggih seperti sekarang, jaringan komputer telah hadir
di mana-mana, terutama dalam bentuk internet (akan kita bahas lengkap
nanti). Internet sejatinya telah merevolusi tidak hanya dunia komputer,
melainkan juga kehidupan jutaan (bahkan miliaran) orang. 

Percaya atau tidak, hampir semua orang di dunia ini hidupnya tergantung
oleh internet. Bagaimana tidak, kini sebagian besar hal bisa dilakukan secara
daring, mulai dari rapat kerja, mengikuti perkuliahan, hingga diskusi dengan
teman. Tak peduli seberapa jauh jaraknya, Anda tetap bisa terhubung dan
berkomunikasi secara real time, seakan-akan lawan bicara ada di hadapan
kita. Keren nggak tuh?

Dengan ketergantungan seperti itu, coba bayangkan apa yang akan terjadi
bila koneksi internet seantero dunia mati? Ah! Tentu saja kita tidak berharap
itu terjadi ya.

Tenang saja, Anda tak perlu mencemaskan soal itu. Akan menjadi hal yang
mustahil untuk mematikan koneksi internet seluruh dunia. Internet berjalan
secara independen dan terdistribusi, tidak ada yang memiliki sepenuhnya.
Satu-satunya cara yang mampu mematikan koneksi internet dunia adalah
apabila terjadi suatu bencana yang menimpa seluruh planet.

Sebagai tambahan, ada satu poin menarik soal internet. Internet kini bak
sembako yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi siapa pun. Setuju?
Membeli kuota atau membayar internet pastinya merupakan kegiatan rutin
yang selalu Anda lakukan tiap bulan, bukan? Tenang saja, tidak cuma Anda
kok, sebagian besar orang pun begitu, termasuk penulis.

Oke, kembali ke topik. Ketahuilah bahwa internet adalah manifestasi dari


jaringan komputer dalam skala yang besar. Namun, pada dasarnya, jaringan
komputer–atau bisa disebut jaringan saja–adalah kumpulan (umumnya terdiri
dari dua atau lebih) komputer atau perangkat keras lain yang saling
terhubung, baik melalui kabel maupun nirkabel, sehingga memungkinkan
mereka untuk bertukar informasi [1].

Jaringan komputer mirip seperti lingkungan sosial, di mana terdiri dari


kumpulan orang yang saling mengenal, secara reguler bertukar informasi,
dan mengoordinasikan kegiatan bersama. Mudah ‘kan memahaminya?

Sejatinya, Anda bisa kok membuat jaringan komputer sendiri secara


sederhana menggunakan perangkat yang disebut switch untuk
menghubungkan semua PC (Personal Computer) alias komputer pribadi
yang Anda miliki satu sama lain. Voilà! Anda pun memiliki sebuah jaringan.
Masih terlalu rumit? Mari kita ambil contoh yang lebih mudah dan akrab
dengan kehidupan sehari-hari. Hubungkanlah perangkat jemala nirkabel
(headset wireless) dengan ponsel cerdas (smartphone) Anda. Ta-da! Anda
pun berhasil membuat sebuah jaringan. Sederhana, ‘kan?
Pada contoh pertama, itu adalah bentuk dari LAN (Local Area Network),
sedangkan yang kedua ialah PAN (Personal Area Network). Anda akan
mempelajarinya lebih dalam di submodul selanjutnya.

Oke, sekarang kita sudah mengetahui apa itu jaringan dan perannya dalam
kehidupan. Lantas, memangnya apa sih keuntungan dari hadirnya jaringan?

Percayalah, hadirnya jaringan komputer melahirkan banyak sekali manfaat,


salah satunya adalah memungkinkan komputer dan orang-orang bisa saling
terhubung sehingga kita dapat berbagi sumber daya.

Tak hanya itu, berikut beberapa keuntungan atau manfaat terkait hadirnya
jaringan komputer:

 Konektivitas dan komunikasi


Saat komputer terhubung dengan suatu jaringan, pengguna komputer
tersebut dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan teknologi
seperti surel (email), perpesanan (messaging), atau platform
komunikasi lainnya. Hal ini membuat transmisi informasi bisnis (atau
nonbisnis) lebih mudah, lebih efisien, dan lebih murah ketimbang tanpa
jaringan komputer.

 Berbagi data
Salah satu kegunaan paling penting dari jaringan komputer adalah
memungkinkan untuk berbagi data. Sebelum jaringan komputer
menjadi lumrah, seorang pegawai yang ingin menyiapkan laporan
untuk manajernya haruslah membuat laporan tersebut di komputer
pribadinya terlebih dahulu, lalu menyimpan datanya di floppy disk,
lantas menyerahkan floppy disk tersebut ke manajer, kemudian sang
manajer perlu mentransfer lagi data di floppy disk ke hard disk miliknya.
Ribet, kan?

Berkat hadirnya jaringan komputer, kini ribuan karyawan bisa berbagi


data dengan lebih mudah dan cepat. Malah lebih dari itu, jaringan
komputer juga memungkinkan sebuah aplikasi dipakai oleh banyak
orang untuk mengakses dan berbagi data yang sama, seperti database
contohnya.

 Akses internet
Internet sendiri adalah sebuah wujud jaringan yang cakupannya sangat
besar, yakni seluruh dunia. Jadi, setiap kali mengakses internet,
sebenarnya Anda sedang menggunakan jaringan komputer.
Bayangkan, apabila jaringan komputer tidak ditemukan saat itu, maka
takkan ada istilah internet seperti sekarang.

 Pengelolaan dan keamanan data


Dalam lingkup bisnis, jaringan komputer memungkinkan sang
administrator untuk mengelola data penting perusahaan dengan lebih
baik. Alih-alih menyebarkan data ke lusinan atau bahkan ratusan
komputer secara serampangan, administrator bisa memusatkan data
pada sebuah server bersama.

Dengan demikian, ini akan memudahkan semua orang di perusahaan


tersebut– tentunya yang memiliki akses–untuk menemukan data
sekaligus memungkinkan sang administrator untuk memastikan bahwa
data dicadangkan secara teratur. Administrator juga dapat menerapkan
langkah-langkah keamanan untuk mengontrol siapa saja yang dapat
membaca atau mengubah berbagai informasi penting.
Tentunya masih amat banyak manfaat jaringan komputer yang lain. Namun,
di submodul ini cukup itu saja yang perlu Anda ketahui. Bila masih penasaran
apa saja manfaat-manfaat yang lain, Anda bisa mencarinya lebih lanjut di
internet.

Oh ya, tadi sempat tersebut kata server. Apa itu server? Sederhananya,
server adalah sebuah sistem yang dapat menyediakan sumber daya berupa
data, layanan, atau program untuk disajikan ke komputer lain. 

Server bertugas untuk melayani sebuah layanan (services). Dalam dunia


komputer, ada banyak service yang dapat dilayani oleh server. Salah satunya
(dan yang akan banyak kita sebut di kelas ini) adalah web server. 

Web server melayani sebuah aplikasi atau website yang dapat diakses oleh
client melalui internet maupun intranet. Sebagai contoh, Dicoding memiliki
web server yang menjalankan website dicoding.com sehingga semua orang
bisa mengaksesnya kapan saja dan di mana saja.

Oke, itulah segenap pembahasan kita terkait Pengenalan Jaringan


Komputer. Semoga dengan materi ini, Anda semakin mengenal jaringan
komputer dan siap menghadapi modul-modul yang akan datang ya. Tetap
semangat!

Tipe-Tipe Jaringan Komputer


Selamat, Anda sudah berhasil menyelesaikan materi pada submodul
sebelumnya dan kini memasuki submodul kedua. Materi kali ini akan
membahas tentang tipe-tipe jaringan komputer yang ada di sekitar kita.

Lazimnya, jaringan komputer dibagi berdasarkan rentang geografisnya.


Sebuah jaringan bisa sekecil jarak antara perangkat jemala nirkabel (headset
wireless) dengan ponsel cerdas (smartphone) Anda–seperti yang kita bahas
di submodul sebelumnya–hingga bahkan sebesar internet yang mencakup
seluruh dunia.

Sesungguhnya ada banyak tipe-tipe jaringan komputer di dunia ini, tetapi kita
hanya akan mempelajari beberapa di antaranya saja yang memang umum
dan kerap dijadikan acuan di pembelajaran jaringan. Kita akan mulai dari
Personal Area Network, Local Area Network, Metropolitan Area Network, dan
akhirnya Wide Area Network.

Coba Anda tebak, kiranya internet masuk ke tipe jaringan yang mana?
Penasaran, kan? Yuk, langsung saja kita cari tahu jawabannya!

Personal Area Network (PAN)


Personal Area Network alias PAN adalah tipe jaringan dengan cakupan
terkecil dan sangat pribadi bagi penggunanya. PAN menghubungkan
perangkat elektronik yang berada dalam jangkauan pengguna. Ukuran
konektivitas PAN berkisar dari sekian sentimeter hingga beberapa meter
(umumnya hingga 10 meter).

Koneksi jaringan PAN dapat berupa kabel atau nirkabel. Metode koneksi
kabel termasuk USB dan FireWire, sedangkan metode koneksi nirkabel
termasuk Bluetooth, WiFi, IrDA, dan Zigbee.
Kendati perangkat dalam jaringan PAN dapat bertukar data satu sama lain,
biasanya PAN tak menyertakan router sehingga tidak terhubung ke internet
secara langsung. 

Perangkat dalam PAN, bagaimanapun, dapat dihubungkan ke Local Area


Network (LAN)--akan kita bahas setelah ini–yang kemudian terhubung ke
internet. Misalnya, komputer desktop, tetikus nirkabel (wireless mouse), dan
penyuara jemala nirkabel (wireless headphone); semuanya dapat
dikoneksikan satu sama lain, tetapi hanya komputer desktop yang dapat
terhubung langsung ke internet.

Local Area Network (LAN)


Local Area Network, atau disingkat LAN, adalah jaringan komputer yang
memiliki cakupan area geografis yang relatif kecil. Pada tipe jaringan ini,
jarak komputer satu sama lain cukup berdekatan, seperti halnya di dalam
satu kantor atau gedung yang sama.

Jumlah komputer yang terhubung dalam LAN dapat bervariasi, mulai dari
hitungan jari, belasan, atau bahkan ratusan unit–selama komputer-komputer
tersebut masih berada di satu wilayah yang bisa dijangkau oleh peralatan
jaringan Anda.

Contoh dari jaringan LAN adalah barisan komputer di laboratorium sekolah,


kumpulan komputer pegawai di suatu perusahaan, atau warung internet
(warnet).

LAN hampir selalu menggunakan Ethernet, WiFi, atau keduanya untuk


menghubungkan perangkat dalam jaringan. Ethernet adalah protokol untuk
koneksi jaringan fisik yang memerlukan penggunaan kabel Ethernet,
sedangkan WiFi adalah protokol untuk menghubungkan ke jaringan melalui
gelombang radio. Penulis yakin, tentunya Anda sudah familier dengan dua
hal tersebut, bukan?

Ketahuilah bahwa berbagai perangkat dapat terhubung ke LAN, termasuk


server, komputer desktop, laptop, printer, perangkat IoT, atau bahkan konsol
gim sekalipun.
Seperti yang tersirat pada gambar di atas, LAN menyediakan cara yang
berguna nan efektif untuk berbagi sumber daya untuk penggunanya. Sumber
daya seperti printer, file server, dan PC bisa dengan mudah dibagikan ke
beberapa komputer sekaligus. 

LAN terdiri dari peralatan jaringan dan perutean yang murah. Ini mungkin
berisi server lokal yang melayani penyimpanan file dan aplikasi berbagi lokal
lainnya. Ini sebagian besar beroperasi pada alamat IP pribadi dan tidak
melibatkan perutean yang berat. LAN bekerja di bawah domain lokalnya
sendiri dan dikendalikan secara terpusat. LAN dapat berupa kabel, nirkabel,
atau dalam kedua bentuk sekaligus.

Metropolitan Area Network (MAN)


Metropolitan Area Network (MAN) adalah jaringan komputer yang
menghubungkan komputer dalam area metropolitan, bisa berupa satu kota
besar, beberapa kota besar dan kecil, atau area luas tertentu dengan banyak
bangunan.

Cakupan MAN lebih besar dari LAN, tetapi lebih kecil dari WAN–akan kita
bahas nanti. Meski namanya Metropolitan Area Network, tipe jaringan ini
tidaklah mesti berada di perkotaan. Istilah “metropolitan” menyiratkan ukuran
jaringan, bukan demografi wilayah yang dilayaninya.

Pada praktiknya, jaringan MAN sering kali digunakan untuk menghubungkan


dua atau lebih jaringan LAN dalam satu kota yang sama yang jaraknya cukup
jauh dan tidak dapat dihubungkan melalui kabel sederhana atau koneksi
nirkabel.
Salah satu produk atau solusi yang bisa digunakan untuk memiliki jaringan
MAN adalah Metro Ethernet. Metro Ethernet alias Metropolitan-area Ethernet
adalah layanan yang disediakan oleh ISP (Internet Service Provider) yang
memungkinkan penggunanya untuk memiliki jaringan Metropolitan Area
Network (MAN) berbasis standar Ethernet yang jangkauannya lebih luas. 

Jika Anda telusuri di internet, beberapa ISP di Indonesia kini sudah memiliki
layanan Metro Ethernet. Dengan begitu, Anda bisa memiliki jaringan yang
mencakup satu wilayah kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya. Keren!

Lantas, sebenarnya apa sih fungsi dari memiliki jaringan MAN? Ketahuilah
bahwa jaringan MAN mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan internet
pada sebuah perusahaan atau organisasi. Jaringan MAN akan
mempermudah pembagian dan penerimaan data maupun informasi. Terlebih
lagi, pemusatan data pada MAN akan lebih mudah dilakukan.

Melalui jaringan MAN, sebuah perusahaan dapat melakukan kegiatan


bertukar informasi, baik melalui video conference, email,
maupun chat  secara real time memakai koneksi lokal.

Berikut adalah beberapa perusahaan dan organisasi yang sekiranya


memerlukan jaringan MAN, antara lain [2]:

 Institusi pemerintahan yang membutuhkan koneksi tepercaya untuk


support kebutuhan data dan sistem.
 Institusi pendidikan yang membutuhkan koneksi untuk mendukung
program sekolah online.
 ISP (Internet Service Provider) atau Penyedia Layanan Internet yang
memerlukan koneksi dari atau ke IIX (Indonesia Internet Exchange).
 Perusahaan yang memerlukan koneksi berkapasitas besar dari atau ke
DC (Data Center) dan DRC (Disaster Recovery Center).
 Perusahaan yang memerlukan koneksi dari atau ke Kantor Pusat
dengan Kantor Cabang.
 Perusahaan yang memerlukan koneksi untuk sistem data cadangan
atau untuk keperluan integrasi sistem IT antar departemen.

Wide Area Network (WAN)


Laksana namanya, Wide Area Network (WAN) mencakup wilayah geografis
yang sungguh luas hingga mampu menjangkau lintas provinsi, lintas negara,
bahkan lintas benua; dan umumnya digunakan untuk menghubungkan dua
atau lebih LAN yang jaraknya relatif berjauhan.
Salah satu contoh praktik penggunaannya adalah WAN kerap dimanfaatkan
oleh perusahaan besar untuk menghubungkan semua jaringan kantor
mereka, di mana setiap kantor biasanya memiliki jaringan LAN sendiri, dan
LAN tersebut terhubung melalui WAN. Misal, perusahaan dapat
memanfaatkan jaringan WAN untuk menghubungkan kantor cabang mereka
yang berada di Jakarta dengan kantor pusat yang ada di Sydney.

Intinya, secara teknis setiap jaringan yang besar dan tersebar di wilayah
geografis yang luas adalah WAN. Internet itu sendiri dapat dikatakan sebagai
WAN–ini sekaligus menjawab pertanyaan di awal submodul.

Perlu Anda ketahui, membangun jaringan WAN itu membutuhkan peralatan


yang canggih dan rumit. Ditambah karena jangkauannya yang luas, proses
pembuatan jaringan WAN memerlukan biaya yang sangat besar.

Oleh karena itu, biasanya dalam jaringan WAN akan melibatkan operator
telekomunikasi. Selain bisa menjangkau area yang lebih luas, tujuan lainnya
adalah agar perangkat-perangkat dalam jaringan WAN dapat melakukan
komunikasi satu sama lain dengan lebih lancar.

Sejarah Internet

Kini Anda telah mengetahui apa itu jaringan komputer dan tipe-tipenya. Anda juga

sudah mengetahui sekilas tentang internet dan perannya di kehidupan nyata. Namun,

rasanya tak afdal ya bila kita tak mengenalnya lebih dalam dengan mengarungi kisah

di balik penemuannya.

Pasti menjadi pertanyaan besar bagi Anda juga kan, soal bagaimana sih sejarah dari

lahirnya internet itu? Jadi, mari kita kupas tuntas!


Sejatinya, internet memiliki sejarah yang memikat. Internet bisa semasif sekarang

proses lahirnya tidak seperti menjentikkan jari, pun bukan dengan mantra Sim

Salabim atau Abracadabra. 

Internet bermula dari jaringan kecil yang disebut ARPANET (Advanced Research

Project Agency Network), dibangun oleh Departemen Pertahanan (Department of

Defense) Amerika Serikat pada tahun 1969 untuk menghubungkan instalasi

pertahanan. 

ARPANET kemudian segera diperluas untuk mencakup tidak hanya instalasi

pertahanan, melainkan juga universitas. Di bawah ini adalah gambar yang

menunjukkan lokasi ARPANET pertama yang terhubung pada bulan Desember di

tahun 1969, yakni UCLA (University of California, Los Angeles), SRI (Stanford

Research Institute), UCSB (University of California, Santa Barbara), dan University

of Utah.
Pada tahun 1973, protokol jaringan yang dipakai dari awal, yakni NCP (Network

Control Protocol), digadang-gadang akan digantikan oleh TCP/IP (Transmission

Control Protocol/Internet Protocol). NCP hendak diganti karena ia hanya mendukung

komunikasi host-to-host (perangkat ke perangkat) dalam jaringan yang sama. Tentu

saja itu tidak memenuhi kebutuhan yang pada saat itu menginginkan jaringan yang

dinamis, terbuka, dan andal.

Orang-orang yang merancang IP memiliki pandangan ke depan. Mereka menyadari

bahwa akan lebih banyak lagi jaringan lain yang segera terhubung. Faktanya, mereka

benar-benar menyiapkan ruang sebanyak puluhan ribu jaringan untuk bisa bergabung

dengan ARPANET.

Benar saja, pada tahun 1974, makin banyak jaringan yang terhubung dengan

ARPANET. Beginilah rupa dari jaringan ARPANET pada tahun 1974.


Fakta menarik: Pada tahun 1974, sekitar 75% dari lalu lintas ARPANET digunakan

untuk email.

Kemudian, TCP/IP distandardisasi dari tahun 1978 sampai 1981. Hingga akhirnya,

pada tanggal 1 Januari 1983 (dikenal sebagai “flag day”), NCP secara resmi dianggap

usang dan ARPANET mengubah protokol jaringan intinya dari NCP ke TCP/IP

protocol suite yang lebih fleksibel dan kuat.

Dalam tahun yang sama, ARPANET dipecah menjadi dua jaringan: MILNET (untuk

penggunaan militer, dilindungi oleh keamanan yang kuat seperti enkripsi dan kontrol

akses yang terbatas) dan ARPANET yang asli (untuk penggunaan nonmiliter seperti

riset dan penelitian). Istilah “Internet” mulanya diciptakan sebagai cara mudah untuk

merujuk pada kombinasi kedua jaringan tersebut, yakni “internetworking”.

Selanjutnya, pada pertengahan 1980-an, ARPANET banyak digunakan oleh para

researcher (peneliti) dan developer (pengembang). Namun, tak ayal, banyak

komunitas dan organisasi dengan berbagai macam latar belakang pun ikut berperan,

berpartisipasi, dan bergabung ke ARPANET.

Tak selang berapa lama, ARPANET mulai mencapai batas kemampuannya. Lantas,

masuklah National Science Foundation (NSF) mendirikan jaringan nasional yang

dirancang untuk menyediakan akses ke superkomputer besar (digunakan untuk

menemukan bilangan prima baru dan menghitung orbit galaksi nan jauh di sana).

Superkomputer memang tidak banyak digunakan kala itu, tetapi jaringan yang

dipakai untuk mendukung superkomputer–NSFNET–aktif digunakan. NSFNET


sudah mulai menggunakan ARPANET sebagai tulang punggungnya sejak tahun

1984. Akan tetapi, pada tahun 1988, NSF telah memulai komersialisasi dan

privatisasi internet dengan mempromosikan pengembangan jaringan yang "private"

(pribadi) dan "long-haul” (jarak jauh). Peran dari private network alias jaringan

pribadi ini adalah untuk membangun jaringan baru atau memelihara jaringan

lokal/regional yang sudah ada, selagi memberikan akses ke seluruh internet kepada

penggunanya.

ARPANET secara resmi dinonaktifkan pada tahun 1990. Sementara itu, pada tahun

1995, NSFNET ditutup dan internet secara efektif diprivatisasi. Kala itu, jaringan

telah menjadi “Internet”, yakni galaksi komunikasi baru yang siap untuk dieksplorasi

dan dihuni sepenuhnya.

Internet kian berkembang, tetapi sayangnya jumlah komputer di internet tak

bertambah di awal 1990-an.


Akan tetapi, sekitar Agustus 1995, ada sekitar 10 juta host di internet. Lima tahun

berselang, tahun 2000-an, terjadi ledakan pada jumlah komputer yang begitu

fenomenal di internet, yakni lebih dari 100 juta host.

 Sebelumnya

Cara Kerja Internet


Proses lahirnya internet memiliki perjalanan yang panjang, kita sudah belajar
soal itu di submodul sebelumnya. Kini internet telah tumbuh secara
eksponensial dan merebak ke segala penjuru dunia, siapa pun bisa
mengakses internet dan bertukar informasi di sana. Faktanya, saat membaca
materi ini, Anda pun sedang mengaksesnya melalui internet!

Ketika Anda membuka browser, mengetikkan URL (Uniform Resource


Locator) “www.dicoding.com” di address bar, lantas menekan Enter di
keyboard, apa yang akan terjadi? Tentu saja browser akan menyajikan laman
Dicoding Indonesia, bukan?

Namun, tahukah Anda apa yang terjadi di balik layar? Pertama, permintaan
Anda akan diproses oleh komputer, kemudian komputer Anda akan menuju
server Dicoding dan bertanya mengenai website yang Anda minta. Setelah
memproses permintaan, server akan merespons dengan mengirim hasilnya
ke komputer Anda, hingga akhirnya komputer Anda akan menyajikan laman
Dicoding Indonesia. 
Gambar di atas menunjukkan komunikasi yang terjadi antara komputer Anda
(Client) dengan komputer penyedia layanan Dicoding (Server). Terlihat
sederhana, bukan? 

Eits, nyatanya tak sesimpel itu lo! Perjalanan dari komputer Anda ke server
Dicoding tidaklah mudah. Ia harus menjelajahi rute yang berliku-liku dan
sangat panjang. Tergantung di mana letak servernya berada, tetapi bisa saja
permintaan Anda tadi berjalan sejauh ratusan hingga ribuan kilometer.
Ajaibnya, perjalanan panjang tersebut hanya berlangsung dalam hitungan
milidetik saja! Luar biasa, kan?

Mari kita selami materi ini lebih dalam. 

Internet di Balik Layar


Seperti yang sudah Anda ketahui, internet adalah kumpulan jaringan yang
luas dan terhubung satu sama lain. Istilah "Internet" bisa dikatakan berasal
dari konsep interconnected network (jaringan yang saling berhubungan). 
Di internet, satu komputer terhubung dengan komputer yang lain dalam suatu
jaringan, begitu pula satu jaringan terhubung dengan jaringan yang lain.
Dengan demikian, sebuah komputer dapat berkomunikasi dengan komputer
lain di jaringan yang jauh jaraknya berkat internet. Ini memungkinkan
pertukaran informasi antarkomputer di seluruh dunia berlangsung dengan
cepat.
Komputer bisa saling terhubung satu sama lain melalui kabel, gelombang
radio, dan jenis infrastruktur jaringan lainnya. Semua data yang dikirim
melalui internet–baik berupa gambar, pesan teks, atau email–diterjemahkan
ke dalam kelip cahaya atau listrik (disebut juga "bit") yang kemudian
ditafsirkan oleh komputer penerima. Kabel dan gelombang radio tersebut
menghantarkan bit-bit ini dengan kecepatan cahaya. Makin banyak bit yang
dapat melewati kabel dan gelombang radio dalam satu waktu, artinya makin
cepat pula internet bekerja.

Jika Anda masih bingung, bayangkan internet itu seperti layanan pengiriman
pos.
Mari berandai-andai. Katakanlah Anda ingin mengirim paket dari Bandung ke
rumah teman yang berada di Samarinda. Alurnya mungkin seperti ini:

1. Anda memberikan paket ke kantor pos terdekat (atau petugas pos


datang ke rumah Anda untuk mengambil paket).
2. Kemudian, petugas pos akan mengirimkan paket ke lokasi sortir di kota
Bandung.
3. Selanjutnya, paket akan dikirim ke kota tujuan–yakni Samarinda–
menggunakan pesawat kargo.
4. Sesampainya di lokasi sortir kota Samarinda, paket pun akan dikirim ke
rumah teman Anda.

Nah, konsep seperti itu berlaku di internet. Namun, alih-alih boks dan
amplop, internet mengirimkan data biner.
Data yang dikirim via internet dari komputer pengirim ke komputer tujuan
akan bergerak melalui satu router ke router lainnya. Data dalam dunia
komputer berbentuk bit. Bit merujuk pada sebuah digit dalam sistem angka
biner yang ditunjukkan dengan nilai angka 1 dan 0, hanya itu. Tak penting
apakah datanya berupa gambar, video, ataupun lagu, apa pun di internet
direpresentasikan dan dikirim sebagai bit.

Konsep Distributed Networking


Kita sudah mengetahui bahwa data yang dikirim via internet dari komputer
pengirim ke komputer tujuan akan bergerak melalui satu router ke router
lainnya. Tahukah Anda berapa jumlah router yang perlu ditempuh untuk
memproses satu permintaan? Sangat banyak!

Dengan jumlah router dan komputer yang begitu masif, internet tidak memiliki
pusat kendali. Jangan kaget, tetapi faktanya memang begitu. Tak ada yang
bertanggung jawab untuk menguasai atau mengatur internet, entah itu
pemerintah, pemilik telekomunikasi, ataupun para kurcaci; intinya tidak ada!

“Jadi, bagaimana internet bisa bekerja seperti sekarang?”

Seperti yang kita ketahui, internet itu terbentuk dari jaringan independen
dengan jumlah yang luar biasa banyak. Hal yang menarik tentang sistem ini
adalah internet sepenuhnya terdistribusi. Sistem seperti ini disebut juga
sebagai Distributed Networking alias Jaringan yang Terdistribusi.
Secara definisi, distributed networking adalah sistem jaringan yang saling
berhubungan, tetapi independen, dan umumnya tersebar di beberapa lokasi
geografis. Seperti itulah internet. Dengan kata lain, internet tidak bergantung
pada mesin individu mana pun. Semua komputer atau perangkat yang dapat
mengirim dan menerima data dengan cara yang benar (misal menggunakan
protokol jaringan yang benar) bisa menjadi bagian dari internet.

Komputer, server, dan perangkat keras jaringan bisa terhubung dan terputus
dari internet kapan saja tanpa perlu khawatir akan memengaruhi kelancaran
fungsi internet, tidak seperti komputer yang mungkin menjadi tak berfungsi
sama sekali saat salah satu komponennya hilang.

Proses Pengiriman Data


Oke, sekarang kita tahu bahwa internet memiliki bentuk jaringan yang
terdistribusi. Namun, kini muncul pertanyaan lain, bagaimana sih proses yang
terjadi agar setiap data bisa terkirim dan sampai ke pengguna melalui
internet?

Mari kita ambil contoh. Anggaplah Anda ingin memutar lagu di music
streaming platform seperti Spotify melalui komputer. Mungkin di pandangan
kita, komputer akan terhubung langsung ke server Spotify dan lantas
mengirimkan lagu melalui jalur langsung dan khusus (direct and dedicated
line). 
Akan tetapi, nyatanya bukan seperti itu cara kerja internet. Andai kata
internet punya koneksi semacam itu, tak mungkin rasanya untuk tetap
menjaga semua sistem tetap berfungsi dengan normal selagi jutaan
pengguna dalam waktu yang bersamaan menggunakan internet. Terlebih
lagi, tidak ada jaminan bahwa setiap kabel dan komputer bekerja sepanjang
waktu. Sebaliknya, data berjalan di internet secara tidak langsung (less
direct). Apa maksudnya?
Proses pengiriman data di internet cukuplah menarik. Pasalnya, jalur yang
ditempuh tak mesti tetap. Jalur data dapat berubah di tengah proses
komunikasi antarkomputer berlangsung.

Data di internet berpindah dari satu komputer ke komputer lain dalam


bentuk packet dan ia bergerak layaknya kita mengendarai mobil. Tergantung
pada kemacetan lalu lintas atau kondisi jalan, kita mungkin akan memilih–
atau terpaksa–mengambil rute yang berbeda setiap kali bepergian ke tempat
yang sama.

Selain itu, sama halnya seperti kita bisa mengangkut segala macam barang
di dalam mobil, banyak jenis data digital juga yang dapat dikirim
menggunakan packet. Namun, tentunya ada beberapa batasan. 

Sebagai contoh, bagaimana jika kita ingin memindahkan pesawat ulang-alik


dari tempat di mana ia dibuat ke lokasi peluncuran? Tentu saja pesawat
ulang-alik takkan muat dalam satu truk sehingga perlu dipecah-pecah dan
diangkut menggunakan armada truk.

Truk-truk tersebut bisa saja mengambil rute yang berbeda dan mungkin
sampai ke tujuan pada waktu yang berbeda. Akan tetapi, begitu sampai di
lokasi peluncuran, semua komponen dapat dipasang kembali sehingga
pesawat ulang-alik pun lengkap dan siap diluncurkan.

Di internet, hal yang serupa pun berlaku. Katakanlah Anda memiliki gambar
yang sangat besar dan ingin dikirim ke teman atau diunggah ke media sosial.
Gambar tersebut mungkin terdiri dari 10 juta bit (1 dan 0) sehingga terlalu
banyak untuk dikirim dalam satu packet. Karena itu, data tersebut akan
dipecah menjadi ratusan atau bahkan ribuan packet.

Tak seperti mobil atau truk, packet ini tidak memiliki pengemudi dan tidak
memilih rutenya sendiri. Setiap packet memiliki alamat internet dari mana
asalnya dan ke mana tujuannya. Alamat internet tersebut dinamakan IP
(Internet Protocol) address. Kita akan bahas itu di beberapa modul
mendatang.
Lantas, bagaimana caranya packet tersebut bisa sampai ke tujuan?
Perangkat jaringan di internet bernama router-lah yang bertindak sebagai
pengelola lalu lintas untuk menjaga packet tetap bergerak melalui setiap
jaringan di internet dengan lancar. Jika satu rute macet, masing-masing
packet dapat menempuh rute yang berbeda-beda sehingga mungkin saja tiba
di tujuan pada waktu yang sedikit berbeda atau bahkan tak sampai sama
sekali.
Bagaimana, sekarang Anda sudah paham kan cara kerja dari internet?
Materi ini patut Anda cerna baik-baik guna memudahkan pembelajaran di
modul-modul berikutnya.

Sebelum materi ini berakhir, mari kita tarik kesimpulan. Intinya, internet
tercipta dari ratusan ribu jaringan dan miliaran perangkat yang saling
terhubung. Sistem yang berbeda-beda ini bisa saling berkomunikasi dan
bekerja sama berkat standar yang disepakati tentang bagaimana data dikirim
di internet–kita akan belajar tentang standar tersebut di modul yang akan
datang.

Perangkat komputasi atau router di sepanjang internet membantu semua


packet agar mampu mencapai tujuan. Ini terjadi miliaran kali setiap harinya,
misal saat Anda atau orang lain mengirim email, mengunjungi halaman web,
melakukan video call, menggunakan aplikasi seluler, atau ketika perangkat di
internet berkomunikasi satu sama lain.

Bandwidth, Throughput, dan Latency


Saat kita belajar mengenai jaringan komputer dan internet, ada beberapa
istilah yang kerap muncul dan mesti Anda pahami. Istilah-istilah tersebut
adalah bandwidth, throughput, dan latency. Sebenarnya, masih ada banyak
istilah jaringan lainnya, tetapi di kelas ini Anda cukup mengenal tiga itu saja.

Bandwidth, throughput, dan latency adalah istilah yang saling berkaitan,


tetapi masing-masing merujuk pada hal yang berbeda. Ketiganya kerap
menimbulkan kebingungan bagi banyak orang, malah sering kali tertukar.
Maka dari itu, simak dengan saksama ya!

Bandwidth
Bandwidth adalah kapasitas transmisi maksimum dari sebuah perangkat.
Bandwidth diukur dengan bit rate, yakni jumlah bit yang dapat kita kirim
selama periode waktu tertentu, biasanya diukur dalam detik, seperti Kbps
(Kilobit per second), Mbps (Megabit per second), atau Gbps (Gigabit per
second).

Perlu Anda pahami bahwa bit dan byte itu berbeda ya. 
 8 bit adalah 1 byte.
 1024 byte adalah 1 kilobyte.
 1024 kilobyte adalah 1 megabyte.
 1024 megabyte adalah 1 gigabyte.

Simbol ukurannya pun berbeda. Bit disimbolkan dengan huruf b kecil (misal
Kb atau Kbps), sementara byte dengan huruf b besar (misal KB atau KBps). 

Oke, kembali ke pembahasan bandwidth. Apabila sebuah jaringan memiliki


bandwidth tinggi, itu berarti jumlah data yang dapat dikirim dan diterima bisa
lebih banyak. Namun, bandwidth tinggi tidak selalu menjamin kinerja jaringan
yang optimal. Misalnya, bila jaringan Anda dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti packet loss, jitter, dan latency (kita bahas nanti); maka jaringan Anda
kemungkinan akan mengalami perlambatan meskipun memiliki ketersediaan
bandwidth yang tinggi.

Terkadang bandwidth disalahartikan dengan kecepatan jaringan, padahal


keduanya jelas hal yang berbeda. Bandwidth sejatinya mengukur kapasitas,
bukan kecepatan. Kesalahpahaman ini sering dimanfaatkan oleh penyedia
layanan internet yang menjajakan gagasan bahwa layanan berkecepatan
tinggi difasilitasi oleh ketersediaan bandwidth yang maksimum. 

Meskipun hal itu mungkin membuat iklan menjadi sangat meyakinkan, tetapi
nyatanya ketersediaan bandwidth tinggi tidak selalu berarti kecepatan tinggi.
Faktanya, jika bandwidth Anda meningkat, satu-satunya perbedaan adalah
kapasitas maksimum dari jumlah data yang dapat ditransmisikan pada waktu
tertentu.

Meskipun kemampuan untuk mengirimkan data menjadi lebih banyak dan


mungkin saja meningkatkan kecepatan jaringan, tetapi peningkatan
bandwidth tidak selalu berarti meningkatkan kecepatan transmisi data. Pada
kenyataannya, bandwidth hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang
berkontribusi pada kecepatan jaringan.

Untuk lebih jelasnya, mari kita sambung pembahasan ini dengan mengenal
throughput.

Throughput
Throughput adalah jumlah aktual data yang berhasil dikirim atau diterima
melalui jaringan. Throughput disajikan dalam satuan Kbps, Mbps, atau Gbps.
Jumlah data pada throughput dapat berbeda dari bandwidth karena berbagai
masalah teknis, termasuk packet loss, jitter, latency, dan lainnya. 

Meskipun throughput dan bandwidth mungkin tampak serupa, ada beberapa


perbedaan mencolok di antara keduanya. Jika bandwidth diibaratkan sebagai
pipa, maka throughput adalah air yang mengalir melalui pipa. Semakin besar
pipa (bandwidth), semakin banyak air yang dapat mengalir pada waktu
tertentu (throughput).

Dalam jaringan, bandwidth menentukan jumlah maksimum data yang dapat


dikirim dan diterima selama periode waktu tertentu, sementara throughput
memberi tahu Anda jumlah data yang sebenarnya dikirim dan diterima.
Karena itu, throughput jauh lebih penting daripada bandwidth dalam hal
mengukur kinerja jaringan.

Sangat penting bagi bisnis atau perusahaan untuk senantiasa memantau


throughput pada jaringan mereka. Pasalnya, hal itu akan membantu mereka
untuk mendapatkan visibilitas kinerja jaringan secara real-time dan
meningkatkan wawasan mengenai kecepatan pengiriman data.

Latency
Latency atau latensi adalah jumlah waktu yang dibutuhkan data untuk
berpindah dari titik asal ke titik tujuan dan kembali lagi ke titik asal (dikenal
juga sebagai round trip atau perjalanan bolak-balik). Latensi sering kali
dipakai untuk mengukur delay (penundaan) pada komunikasi client dan
server.

Mari kita ambil contoh.

Katakanlah seorang pengguna di Ambon melakukan suatu permintaan ke


server Dicoding (misal membuka laman www.dicoding.com) yang berada di
Jakarta. Dalam kasus ini, waktu yang perlu ditempuh oleh permintaan
(request) pengguna untuk sampai di server Dicoding adalah 748 milidetik,
sedangkan waktu yang ditempuh oleh server Dicoding untuk mengirimkan
respons ke pengguna adalah 653 milidetik. Itu berarti, besarnya latensi pada
proses komunikasi tersebut ialah 1401 milidetik atau 1,4 detik. Ketahuilah,
makin besar latensi pada jaringan Anda, makin lama pula waktu yang
dibutuhkan menyelesaikan suatu permintaan.

Kerap kali istilah latensi tertukar dengan bandwidth. Seperti yang telah kita
bahas, bandwidth mengacu pada kapasitas jaringan dan jumlah data yang
dapat ditransmisikan selama periode waktu tertentu. Di sisi lain, latensi
merujuk pada berapa lama waktu yang dibutuhkan data untuk menyelesaikan
perjalanan bolak-baliknya (dari lokasi pengguna ke server, dilanjut dari server
ke pengguna kembali).

Yuk, kita gunakan metafora untuk memperjelas pemahaman. Anggaplah


bandwidth sebagai pipa. Semakin besar kapasitas pipa, maka semakin tinggi
bandwidth. Sementara itu, latensi mengukur berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk air di dalam pipa (diibaratkan throughput) mencapai
tujuannya.
Dengan demikian, berlakulah konsep sebab akibat. Semakin rendah
throughput (walau bandwidth Anda besar), semakin banyak waktu yang
dibutuhkan data untuk mencapai tujuan–sehingga dapat menyebabkan
latensi yang lebih tinggi. Demikian pula, semakin tinggi throughput (didukung
dengan bandwidth yang besar), semakin cepat data akan melakukan
perjalanannya–sehingga dapat menghasilkan latensi yang lebih rendah.

Analogi Jalan Tol


Jika Anda masing bingung membedakan antara bandwidth, throughput, dan
latency; tenang saja, mari kita pakai analogi. Pikirkanlah jalur di jalan tol. 

Bandwidth bisa kita anggap sebagai lebar jalur di jalan tol. Semakin lebar
jalurnya, maka semakin banyak pula kendaraan yang bisa lewat. Bandingkan
saja, jalur di jalan tol yang memiliki lima lajur tentunya punya kapasitas mobil
lebih banyak ketimbang satu lajur saja.
Jadi, ketika jalur dengan satu lajur mengalami kemacetan, langkah yang
tepat adalah menambah lebih banyak lajur (meningkatkan bandwidth) agar
semakin banyak kendaraan (data) yang bisa melalui jalur tersebut. Namun,
tetap saja, apabila setiap kendaraan hanya bisa melaju dengan kecepatan
maksimum 50 km/j, itu tak akan berpengaruh meski ada 6, 10, atau 30 lajur
sekalipun. 

Maka dari itu, kecepatan masing-masing kendaraan (throughput) lah yang


perlu ditingkatkan. Ingat! Meski jalur sudah lebar dan laju kendaraan (data)
kencang, perlambatan akan selalu ada. Entah itu karena kemacetan di jam
sibuk, batas kecepatan, lubang, dan kendaraan yang ugal-ugalan; semua
faktor tersebut dapat mencegah Anda untuk sampai ke tujuan dengan cepat.

Terakhir, latency bisa kita ibaratkan sebagai berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk setiap kendaraan (data) menempuh perjalanan pulang
pergi atau bolak-balik, misal dari Bandung-Jakarta-Bandung. Jika waktu
tempuh (latency) kendaraan terasa lebih lama, maka itu menandakan ada
yang tidak beres dan perlu dievaluasi.

Rangkuman Dasar-Dasar Jaringan Komputer

Pengenalan Jaringan Komputer


Pada dasarnya, jaringan komputer–atau bisa disebut jaringan saja–adalah
kumpulan (umumnya terdiri dari dua atau lebih) komputer atau perangkat
keras lain yang saling terhubung, baik melalui kabel maupun nirkabel,
sehingga memungkinkan mereka untuk bertukar informasi.

Jaringan komputer mirip seperti lingkungan sosial, di mana terdiri dari


kumpulan orang yang saling mengenal, secara reguler bertukar informasi,
dan mengoordinasikan kegiatan bersama. Mudah ‘kan memahaminya?

Sejatinya, Anda bisa kok membuat jaringan komputer sendiri secara


sederhana menggunakan perangkat yang disebut switch untuk
menghubungkan semua PC (Personal Computer) alias komputer pribadi
yang Anda miliki satu sama lain. Voilà! Anda pun memiliki sebuah jaringan.
Masih terlalu rumit? Mari kita ambil contoh yang lebih mudah dan akrab
dengan kehidupan sehari-hari. Hubungkanlah perangkat jemala nirkabel
(headset wireless) dengan ponsel cerdas (smartphone) Anda. Ta-da! Anda
pun berhasil membuat sebuah jaringan. Sederhana, ‘kan?
Pada contoh pertama, itu adalah bentuk dari LAN (Local Area Network),
sedangkan yang kedua ialah PAN (Personal Area Network). Anda akan
mempelajarinya lebih dalam di submodul selanjutnya.

Berikut adalah beberapa keuntungan atau manfaat terkait hadirnya jaringan


komputer:

 Konektivitas dan komunikasi 


 Berbagi data
 Akses internet
 Pengelolaan dan keamanan data

Tentunya masih amat banyak manfaat jaringan komputer yang lain. Namun,
di submodul ini cukup itu saja yang perlu Anda ketahui. Bila masih penasaran
apa saja manfaat-manfaat yang lain, Anda bisa mencarinya lebih lanjut di
internet.

Tipe-Tipe Jaringan Komputer


Sesungguhnya ada banyak tipe-tipe jaringan komputer di dunia ini, tetapi kita
hanya akan mempelajari beberapa di antaranya saja yang memang umum
dan kerap dijadikan acuan di pembelajaran jaringan. Kita akan mulai dari
Personal Area Network, Local Area Network, Metropolitan Area Network, dan
akhirnya Wide Area Network.

Personal Area Network (PAN)


Personal Area Network alias PAN adalah tipe jaringan dengan cakupan
terkecil dan sangat pribadi bagi penggunanya. PAN menghubungkan
perangkat elektronik yang berada dalam jangkauan pengguna. Ukuran
konektivitas PAN berkisar dari sekian sentimeter hingga beberapa meter
(umumnya hingga 10 meter).

Local Area Network (LAN)


Local Area Network, atau disingkat LAN, adalah jaringan komputer yang
memiliki cakupan area geografis yang relatif kecil. Pada tipe jaringan ini,
jarak komputer satu sama lain cukup berdekatan, seperti halnya di dalam
satu kantor atau gedung yang sama.

Jumlah komputer yang terhubung dalam LAN dapat bervariasi, mulai dari
hitungan jari, belasan, atau bahkan ratusan unit–selama komputer-komputer
tersebut masih berada di satu wilayah yang bisa dijangkau oleh peralatan
jaringan Anda.

Metropolitan Area Network (MAN)


Metropolitan Area Network (MAN) adalah jaringan komputer yang
menghubungkan komputer dalam area metropolitan, bisa berupa satu kota
besar, beberapa kota besar dan kecil, atau area luas tertentu dengan banyak
bangunan.

Cakupan MAN lebih besar dari LAN, tetapi lebih kecil dari WAN–akan kita
bahas nanti. Meski namanya Metropolitan Area Network, tipe jaringan ini
tidaklah mesti berada di perkotaan. Istilah “metropolitan” menyiratkan ukuran
jaringan, bukan demografi wilayah yang dilayaninya.

Pada praktiknya, jaringan MAN sering kali digunakan untuk menghubungkan


dua atau lebih jaringan LAN dalam satu kota yang sama yang jaraknya cukup
jauh dan tidak dapat dihubungkan melalui kabel sederhana atau koneksi
nirkabel.

Berikut adalah beberapa perusahaan dan organisasi yang sekiranya


memerlukan jaringan MAN, antara lain:

 Institusi pemerintahan yang membutuhkan koneksi tepercaya untuk


support kebutuhan data dan sistem.
 Institusi pendidikan yang membutuhkan koneksi untuk mendukung
program sekolah online.
 ISP (Internet Service Provider) atau Penyedia Layanan Internet yang
memerlukan koneksi dari atau ke IIX (Indonesia Internet Exchange).
 Perusahaan yang memerlukan koneksi berkapasitas besar dari atau ke
DC (Data Center) dan DRC (Disaster Recovery Center).
 Perusahaan yang memerlukan koneksi dari atau ke Kantor Pusat
dengan Kantor Cabang.
 Perusahaan yang memerlukan koneksi untuk sistem data cadangan
atau untuk keperluan integrasi sistem IT antar departemen.

Wide Area Network (WAN)


Laksana namanya, Wide Area Network (WAN) mencakup wilayah geografis
yang sungguh luas hingga mampu menjangkau lintas provinsi, lintas negara,
bahkan lintas benua; dan umumnya digunakan untuk menghubungkan dua
atau lebih LAN yang jaraknya relatif berjauhan.
Salah satu contoh praktik penggunaannya adalah WAN kerap dimanfaatkan
oleh perusahaan besar untuk menghubungkan semua jaringan kantor
mereka, di mana setiap kantor biasanya memiliki jaringan LAN sendiri, dan
LAN tersebut terhubung melalui WAN. Misal, perusahaan dapat
memanfaatkan jaringan WAN untuk menghubungkan kantor cabang mereka
yang berada di Jakarta dengan kantor pusat yang ada di Sydney.

Sejarah Internet
Internet bermula dari jaringan kecil yang disebut ARPANET (Advanced
Research Project Agency Network), dibangun oleh Departemen Pertahanan
(Department of Defense) Amerika Serikat pada tahun 1969 untuk
menghubungkan instalasi pertahanan. 

Pada tahun 1973, protokol jaringan yang dipakai dari awal, yakni NCP
(Network Control Protocol), digadang-gadang akan digantikan oleh TCP/IP
(Transmission Control Protocol/Internet Protocol). NCP hendak diganti
karena ia hanya mendukung komunikasi host-to-host (perangkat ke
perangkat) dalam jaringan yang sama. Tentu saja itu tidak memenuhi
kebutuhan yang pada saat itu menginginkan jaringan yang dinamis, terbuka,
dan andal.

Pada tahun 1974, makin banyak jaringan yang terhubung dengan ARPANET.
Beginilah rupa dari jaringan ARPANET pada tahun 1974.
Kemudian, TCP/IP distandardisasi dari tahun 1978 sampai 1981. Hingga
akhirnya, pada tanggal 1 Januari 1983 (dikenal sebagai “flag day”), NCP
secara resmi dianggap usang dan ARPANET mengubah protokol jaringan
intinya dari NCP ke TCP/IP protocol suite yang lebih fleksibel dan kuat.

Selanjutnya, pada pertengahan 1980-an, ARPANET banyak digunakan oleh


para researcher (peneliti) dan developer (pengembang). Namun, tak ayal,
banyak komunitas dan organisasi dengan berbagai macam latar belakang
pun ikut berperan, berpartisipasi, dan bergabung ke ARPANET.

Tak selang berapa lama, ARPANET mulai mencapai batas kemampuannya.


Lantas, masuklah National Science Foundation (NSF) mendirikan jaringan
nasional yang dirancang untuk menyediakan akses ke superkomputer besar
(digunakan untuk menemukan bilangan prima baru dan menghitung orbit
galaksi nan jauh di sana).

ARPANET secara resmi dinonaktifkan pada tahun 1990. Sementara itu, pada
tahun 1995, NSFNET ditutup dan internet secara efektif diprivatisasi. Kala itu,
jaringan telah menjadi “Internet”, yakni galaksi komunikasi baru yang siap
untuk dieksplorasi dan dihuni sepenuhnya.

Internet kian berkembang, tetapi sayangnya jumlah komputer di internet tak


bertambah di awal 1990-an. 
Akan tetapi, sekitar Agustus 1995, ada sekitar 10 juta host di internet. Lima
tahun berselang, tahun 2000-an, terjadi ledakan pada jumlah komputer yang
begitu fenomenal di internet, yakni lebih dari 100 juta host.

Cara Kerja Internet


Internet di Balik Layar
Seperti yang sudah Anda ketahui, internet adalah kumpulan jaringan yang
luas dan terhubung satu sama lain. Istilah "Internet" bisa dikatakan berasal
dari konsep interconnected network (jaringan yang saling berhubungan).  

Di internet, satu komputer terhubung dengan komputer yang lain dalam suatu
jaringan, begitu pula satu jaringan terhubung dengan jaringan yang lain.
Dengan demikian, sebuah komputer dapat berkomunikasi dengan komputer
lain di jaringan yang jauh jaraknya berkat internet. Ini memungkinkan
pertukaran informasi antarkomputer di seluruh dunia berlangsung dengan
cepat.
Komputer bisa saling terhubung satu sama lain melalui kabel, gelombang
radio, dan jenis infrastruktur jaringan lainnya. Semua data yang dikirim
melalui internet–baik berupa gambar, pesan teks, atau email–diterjemahkan
ke dalam kelip cahaya atau listrik (disebut juga "bit") yang kemudian
ditafsirkan oleh komputer penerima. Kabel dan gelombang radio tersebut
menghantarkan bit-bit ini dengan kecepatan cahaya. Makin banyak bit yang
dapat melewati kabel dan gelombang radio dalam satu waktu, artinya makin
cepat pula internet bekerja.

Data yang dikirim via internet dari komputer pengirim ke komputer tujuan
akan bergerak melalui satu router ke router lainnya. Data dalam dunia
komputer berbentuk bit. Bit merujuk pada sebuah digit dalam sistem angka
biner yang ditunjukkan dengan nilai angka 1 dan 0, hanya itu. Tak penting
apakah datanya berupa gambar, video, ataupun lagu, apa pun di internet
direpresentasikan dan dikirim sebagai bit.

Konsep Distributed Networking


Internet itu terbentuk dari jaringan independen dengan jumlah yang luar biasa
banyak. Hal yang menarik tentang sistem ini adalah internet sepenuhnya
terdistribusi. Sistem seperti ini disebut juga sebagai Distributed Networking
alias Jaringan yang Terdistribusi.
Secara definisi, distributed networking adalah sistem jaringan yang saling
berhubungan, tetapi independen, dan umumnya tersebar di beberapa lokasi
geografis. Seperti itulah internet. Dengan kata lain, internet tidak bergantung
pada mesin individu mana pun. Semua komputer atau perangkat yang dapat
mengirim dan menerima data dengan cara yang benar (misal menggunakan
protokol jaringan yang benar) bisa menjadi bagian dari internet.

Proses Pengiriman Data


Anggaplah Anda ingin memutar lagu di music streaming platform seperti
Spotify melalui komputer. Mungkin di pandangan kita, komputer akan
terhubung langsung ke server Spotify dan lantas mengirimkan lagu melalui
jalur langsung dan khusus (direct and dedicated line). 

Akan tetapi, nyatanya bukan seperti itu cara kerja internet. Andai kata
internet punya koneksi semacam itu, tak mungkin rasanya untuk tetap
menjaga semua sistem tetap berfungsi dengan normal selagi jutaan
pengguna dalam waktu yang bersamaan menggunakan internet. Terlebih
lagi, tidak ada jaminan bahwa setiap kabel dan komputer bekerja sepanjang
waktu. Sebaliknya, data berjalan di internet secara tidak langsung (less
direct). Apa maksudnya?
Proses pengiriman data di internet cukuplah menarik. Pasalnya, jalur yang
ditempuh tak mesti tetap. Jalur data dapat berubah di tengah proses
komunikasi antarkomputer berlangsung.

Data di internet berpindah dari satu komputer ke komputer lain dalam bentuk
packet dan ia bergerak layaknya kita mengendarai mobil. Tergantung pada
kemacetan lalu lintas atau kondisi jalan, kita mungkin akan memilih–atau
terpaksa–mengambil rute yang berbeda setiap kali bepergian ke tempat yang
sama.

Selain itu, sama halnya seperti kita bisa mengangkut segala macam barang
di dalam mobil, banyak jenis data digital juga yang dapat dikirim
menggunakan packet. Namun, tentunya ada beberapa batasan. 

Bandwidth, Throughput, dan Latency


Bandwidth, throughput, dan latency adalah istilah yang saling berkaitan,
tetapi masing-masing merujuk pada hal yang berbeda. Ketiganya kerap
menimbulkan kebingungan bagi banyak orang, malah sering kali tertukar.
Maka dari itu, simak dengan saksama ya!

Bandwidth
Bandwidth adalah kapasitas transmisi maksimum dari sebuah perangkat.
Bandwidth diukur dengan bit rate, yakni jumlah bit yang dapat kita kirim
selama periode waktu tertentu, biasanya diukur dalam detik, seperti Kbps
(Kilobit per second), Mbps (Megabit per second), atau Gbps (Gigabit per
second).

Throughput
Throughput adalah jumlah aktual data yang berhasil dikirim atau diterima
melalui jaringan. Throughput disajikan dalam satuan Kbps, Mbps, atau Gbps.
Jumlah data pada throughput dapat berbeda dari bandwidth karena berbagai
masalah teknis, termasuk packet loss, jitter, latency, dan lainnya.  

Latency
Latency atau latensi adalah jumlah waktu yang dibutuhkan data untuk
berpindah dari titik asal ke titik tujuan dan kembali lagi ke titik asal (dikenal
juga sebagai round trip atau perjalanan bolak-balik). Latensi sering kali
dipakai untuk mengukur delay (penundaan) pada komunikasi client dan
server.
Pengenalan Model Jaringan
Kini kita memasuki gerbang modul Model Jaringan. Modul ini akan mengupas
tuntas mengenai model jaringan, protokol jaringan, dan juga komunikasi data.
Terdapat dua model jaringan yang acap dijadikan referensi oleh seluruh
dunia, yakni Model OSI dan Model TCP/IP. Jelas keduanya memiliki
perbedaan yang kentara, mulai dari fungsinya hingga susunan protokol di
dalamnya. 

Protokol adalah seperangkat aturan yang menentukan bagaimana data


ditransmisikan antara perangkat yang berbeda dalam jaringan. Kita akan
pelajari lebih dalam soal ini nanti. Untuk saat ini, mari fokus ke model
jaringan.

Belajar model jaringan adalah titik awal yang baik untuk memahami cara
kerja sistem komunikasi di suatu jaringan. Namun, sebelum melangkah lebih
jauh untuk memasuki dunia model jaringan, kita mesti kenal dahulu dengan
pengertiannya. Apa sih model jaringan itu?

Model jaringan sejatinya menjelaskan tentang arsitektur, komponen, dan


desain yang digunakan untuk membangun komunikasi antara sistem sumber
dan tujuan. Model jaringan (networking model) juga kerap disebut sebagai
protocol stacks, protocol suites, atau network stacks.

Secara historis, ada banyak model jaringan yang tersebar dan digunakan
oleh beberapa perusahaan serta organisasi guna memenuhi kebutuhan
mereka, termasuk Systems Network Architecture (SNA-IBM), AppleTalk,
Novell Netware, dan Open System Interconnection (OSI).

Protocol Stack Vendor

Systems Network Architecture (SNA) IBM


AppleTalk Apple
Netware Novell
Open System Interconnection (OSI) ISO dan ITU
Catatan: ISO merupakan singkatan dari International Organization for
Standardization), sedangkan ITU adalah International Telecommunication
Union.

Akan tetapi, sebagian besar model jaringan tersebut kini telah lenyap dan
usang karena popularitas model TCP/IP. TCP/IP merupakan singkatan dari
Transmission Control Protocol/Internet Protocol, ia mewakili rangkaian
protokol yang digunakan pada hampir semua sistem komunikasi modern. 

TCP/IP telah menjadi model jaringan yang lazim saat ini dan merupakan
bahasa internet. Dengan kata lain, ia adalah sistem komunikasi inti dari
World Wide Web yang memungkinkan setiap perangkat yang terhubung ke
internet dapat saling berkomunikasi satu sama lain secara bersamaan.

Oleh sebab itu, di modul Model Jaringan ini kita hanya akan berfokus pada
model TCP/IP. Kendati begitu, model OSI juga akan dibedah sekilas untuk
menambah wawasan dan poin referensi.

Model OSI
Model OSI (Open Systems Interconnection) adalah model jaringan teoretis
yang diusulkan untuk menstandardisasi komunikasi antara perangkat melalui
jaringan. Yang dimaksud teoritis adalah model ini tidak ada implementasi
praktis. Ia hanyalah model konseptual yang menjelaskan bagaimana aplikasi
dapat bekerja melalui jaringan.

Meskipun merupakan model konseptual, model OSI tetap penting untuk


dipahami. Model OSI acap digunakan dan diajarkan dalam akademik atau
oleh berbagai organisasi sertifikasi jaringan. Hampir tidak ada materi
pendidikan jaringan yang lengkap tanpa memahami dasar-dasar model OSI.

Model OSI memiliki 7 layer yang menggambarkan bagaimana perangkat


berkomunikasi satu sama lain. Saat seseorang mengirim data, data tersebut
akan berjalan dari layer ketujuh (application layer) sampai layer pertama
(physical layer). Perhatikan tanda panah di sebelah kiri.
Di sisi penerima data, data yang tadi dikirim akan masuk dari lapisan pertama
(physical layer) dan berjalan sampai ke lapisan ketujuh (application layer),
hingga akhirnya diterima sang penerima. Perhatikan tanda panah di sebelah
kanan.

Itu adalah proses komunikasi data yang terjadi pada model OSI secara
sederhana. Nantinya, di beberapa modul ke depan, kita akan mempelajarinya
lebih dalam. Untuk sekarang, mari kita bedah setiap layer dari model OSI ini
agar dapat memahaminya lebih lanjut.

 Application Layer (Layer 7)
Application layer adalah layer ketujuh dari Model OSI. Layer ini
merupakan satu-satunya layer yang berinteraksi langsung dengan data
dari pengguna. Sebagai contoh, saat Anda membuka situs
web www.dicoding.com, application layer-lah yang bertanggung jawab
untuk menyiapkan permintaan yang akan dikirim melalui jaringan.

Satu hal penting yang perlu Anda ingat soal application layer adalah
aplikasi bukan termasuk bagian dari application layer. Jadi, dalam hal
ini, browser yang digunakan untuk membuka sebuah website bukanlah
bagian dari application layer.

Application layer hanyalah hal-hal yang diandalkan oleh sebuah


aplikasi untuk membuat data dapat tersaji dengan baik. Misalnya,
HTTP (akan kita pelajari nanti), header, dan cookie adalah bagian dari
application layer; sementara aplikasi bukan. Protokol yang biasanya
beroperasi pada layer ini adalah HTTP, FTP, SMTP, dll.

 Presentation Layer (Layer 6)
Presentation layer bertanggung jawab untuk mengonversi data agar
sistem yang menggunakan format data yang berbeda dapat bertukar
informasi.

Di sisi pengirim data, layer ini bertugas untuk hal-hal seperti enkripsi
(encryption), kompresi (compression), dan pengodean (encoding) data.
Sementara itu, di sisi penerima, layer ini bertugas untuk hal-hal
semacam dekripsi (decryption), dekompres atau membalikkan
kompresi (decompression), dan dekode (decoding) data.

 Session Layer (Layer 5)
Session layer bertanggung jawab untuk membuka, menjaga, dan
menutup sesi komunikasi alias session. Session adalah pertukaran
informasi sementara dan interaktif antara dua atau lebih perangkat
(atau antara komputer dan pengguna) yang saling berkomunikasi.

Layer ini membantu implementasi autentikasi, otorisasi, dan


sinkronisasi bekerja dengan baik. Misalnya, saat login ke website
Dicoding, Anda akan tetap dalam status login sampai akhirnya Anda
melakukan logout. Contoh lain, saat Anda menonton video di Youtube,
session layer memastikan timestamp dari audio dan video yang
diterima dalam urutan yang sesuai.

Layer ini juga bertanggung jawab atas checkpoint. Sebagai contoh, jika
Anda mengirim file berukuran 500 MB, session layer mungkin akan
menetapkan checkpoint setiap 10 megabyte. Apabila session tetiba
terhenti, session tersebut dapat dilanjutkan dari checkpoint terakhir.
Jadi, alih-alih mengirim seluruh file lagi dari awal, data akan dikirim dari
checkpoint terakhir, misal dari 300 MB sehingga bisa menghemat
waktu.

 Transport Layer (Layer 4)
Transport layer adalah tempat di mana data dipecah menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil, disebut juga sebagai segment.
Transport layer memiliki tanggung jawab untuk memastikan keandalan
pengiriman segment data di jaringan. Data yang dikirim mestilah
terkirim tanpa corrupt (rusak). Jika tidak, data tersebut akan dikirim
ulang.
Selain itu, layer ini juga bertugas untuk menetapkan port sumber
(source port) dan port tujuan (destination port) ke setiap segment. Port
dalam kasus ini dapat dianggap sebagai beberapa input ke saluran
jaringan (network channel) yang sama.

Protokol yang beroperasi pada transport layer adalah TCP dan UDP.
 Network Layer (Layer 3)
Network layer bertugas untuk memecah segment ke dalam paket
(packet).
Sebuah packet memiliki dua bagian:

o Header: Berisi informasi tentang paket itu sendiri.


o Body: Data aktual yang sedang dikirim.

Di network layer, perangkat lunak jaringan akan menyertakan header (IP


header) ke setiap packet saat dikirim melalui Internet. Di sisi penerima,
perangkat lunak jaringan dapat menggunakan header ini untuk
memahami bagaimana cara menangani packet tersebut.

Header berisi informasi tentang konten, sumber, dan tujuan dari setiap
packet (mirip seperti menstempel amplop dengan alamat pengirim dan
tujuan). Informasi-informasi tersebut antara lain: IP address tujuan,
ukuran total packet, indikasi apakah paket telah terfragmentasi (dipecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi) dalam perjalanan, dan hitungan
berapa banyak jaringan yang telah dilalui packet.

Sebagai informasi, IP address sederhananya adalah suatu alamat yang


digunakan untuk mengidentifikasi koneksi komputer ke jaringan secara
unik. Sederhananya, Anda bisa menganggap IP address sebagai alamat
rumah.

Ketika Anda ingin mengirim surat kepada kawan lama, tentu poin
penting yang perlu dicantumkan adalah alamat rumahnya, bukan?
Dengan begitu, petugas pos akan semakin mudah dalam memproses
surat Anda dan memastikan bahwa surat terkirim ke alamat yang
sesuai.

 Data Link Layer (Layer 2)


Data link layer bertanggung jawab untuk memecah packet ke dalam
frame.
Selain itu, data link layer juga akan menetapkan source MAC address
dan destination MAC address ke masing-masing frame.

Bagi Anda yang belum familier, MAC (Media Access Control) address
adalah pengidentifikasi unik yang tertanam dalam network card atau
network interface control untuk digunakan sebagai alamat jaringan.
MAC address juga akrab dikenal sebagai alamat fisik dari perangkat
jaringan. Tentu jelas berbeda dengan IP address yang mengidentifikasi
koneksi perangkat di jaringan.

Anda bisa menganggap MAC address sebagai identitas unik dari diri
Anda, seperti nama, jenis kelamin, dll. Jika pada analogi sebelumnya
IP address adalah alamat rumah, dalam kasus ini MAC address adalah
nama lengkap Anda. Dengan begitu, petugas pos akan mengirim ke
alamat yang benar dan orang yang tepat.
 Physical Layer (Layer 1)
Layer terakhir dari model OSI adalah physical layer yang melibatkan
semua perangkat keras, seperti router, kabel, dan switch. Di layer ini,
frame diubah menjadi aliran bit (1 dan 0) dan kemudian dikirim ke
penerima.
Nah, kini Anda sudah mengetahui apa itu model OSI beserta ketujuh layer-
nya. Tak masalah jika saat ini Anda masih bingung karena selanjutnya kita
akan rangkum semuanya dengan sebuah contoh yang mudah dipahami.
Katakanlah Anda mengirim pesan di sebuah aplikasi perpesanan, Slack
misalnya. 

1. Ketika Anda menekan Enter atau klik tombol kirim, Slack akan
meneruskan pesan tersebut ke application layer. Kemudian, Application
layer akan memilih protokol HTTP dan menyiapkan request sesuai
yang diperlukan. 
2. Selanjutnya, data tersebut akan dikirim ke presentation layer. Di layer
inilah data akan dikemas dalam format yang sesuai (misal dienkripsi
dan dikompres) untuk nantinya dikirim melintasi jaringan.
3. Kemudian, data akan diteruskan ke session layer. Session layer akan
mengatur sesi dan meneruskan data ke transport layer.
4. Transport layer kemudian akan memecah data menjadi segment yang
lebih kecil dan menetapkan port untuk masing-masing segment. 
5. Segment tersebut selanjutnya akan dipecah menjadi packet di network
layer. Setiap paket juga akan diberikan source IP dan destination IP.
6. Setelah itu, data link layer akan memecah packet ke dalam frame dan
menetapkan MAC address ke masing-masing frame.
7. Akhirnya, data akan sampai ke physical layer di mana frame akan
diubah menjadi bit (1 dan 0). 

Nah, pada titik ini, proses di sisi pengirim telah selesai dan data akan
diteruskan ke sisi penerima. Data tersebut kemudian akan masuk dengan
urutan sebaliknya dari physical layer.

1. Di physical layer, aliran bit (1 dan 0) akan dikonversi ke frame, lalu


diberikan ke data link layer.
2. Selepas itu, data link layer akan mengubah frame menjadi packet dan
memberikannya ke network layer.
3. Network layer kemudian akan mengubah packet menjadi segment dan
memberikannya ke transport layer.
4. Selanjutnya, transport layer akan merakit kembali segment untuk
dijadikan data utuh dan memberikannya ke session layer.
5. Lalu, session layer akan menutup sesi jika diperlukan dan meneruskan
data ke presentation layer.
6. Presentation layer akan melakukan dekripsi dan dekompres data,
lantas memberikannya ke application layer.
7. Terakhir, application layer akan memasukkan data ke dalam aplikasi
dan kemudian akan ditampilkan kepada pengguna.

Jika divisualisasikan, perjalanan data akan seperti ini:


Sekarang Anda sudah semakin paham bagaimana model OSI bekerja, kan?
Selanjutnya, kita akan menilik model TCP/IP yang merupakan model jaringan
paling populer dan standar dari internet saat ini.

Model TCP/IP
Model TCP/IP diusulkan pertama kali untuk menstandardisasi komunikasi
antarperangkat di jaringan. Lantas, apa bedanya dengan model OSI? Seperti
yang dibahas sebelumnya model OSI merupakan model teoretis dan tidak
memiliki implementasi praktis, sementara model TCP/IP lebih praktis dan
digunakan hingga saat ini. Perbedaan lainnya adalah model OSI memiliki 7
layer, sedangkan model TCP/IP hanya memiliki 5 layer. 

Di beberapa sumber, mungkin Anda akan menemukan adanya model TCP/IP


yang memiliki 4 layer. Model TCP/IP dengan 4 layer (kerap juga disebut
sebagai original TCP/IP model) dikembangkan oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat. Model ini memiliki 4 layer dan didefinisikan di dalam RFC
1122 yang dirilis kala itu pada tahun 1989. Layer yang dimilikinya antara lain:
application layer, transport layer, internet layer, dan link layer.

Kini model tersebut telah diperbarui dengan memiliki 5 layer. Model TCP/IP
terbaru ini memecah layer paling bawah (link layer) menjadi dua, yakni data
link layer dan physical layer. Model ini juga mengubah nama internet layer
menjadi network layer. Jadi, kelima layer tersebut adalah application layer,
transport layer, network layer, data link layer, dan physical layer.
Mungkin sekarang Anda bertanya-tanya, “Kenapa model TCP/IP terbaru
memecah link layer menjadi dua layer: data link layer dan physical layer?”

Jadi, begini. Pada masa itu, kita tidak memiliki banyak opsi untuk terkoneksi
ke jaringan, mentok-mentok hanya kabel dengan spesifikasi tertentu saja. Hal
itu membuat tidak masuk akal untuk memecah koneksi fisik (physical
connection) dari pengiriman data (data delivery). Bandingkan dengan masa
kini, kita memiliki Ethernet, Wi-Fi, Fiber optic, dan masih banyak lainnya.
Oleh sebab itu, sekarang kita memecahnya menjadi 2 layer (data link layer
dan physical layer) alih-alih 1 (hanya link layer).

Sebelum lanjut, kita sepakati dulu yuk. Saat kita menyebutkan model TCP/IP,
yang dimaksud adalah model TCP terbaru dengan 5 layer, bukan yang
original. Setuju? Oke, mari kita lanjut.

Sekarang mari kita bandingkan kembali antara model OSI dengan model
TCP/IP. Jika Anda perhatikan dengan saksama, application layer,
presentation layer, dan session layer pada model OSI telah diganti dengan
application layer saja di model TCP/IP. Selain itu, setiap layer-nya masih
sama.
Di setiap lapisan model TCP/IP, terdapat serangkaian protokol tertentu yang
digunakan untuk membantu komunikasi melalui jaringan. Tabel di bawah ini
menunjukkan urutan layer, nama layer, dan protokol yang digunakan.
Mari kita bahas satu per satu.

 Application layer (Layer 5)
Application layer dalam model TCP/IP menggabungkan sebagian besar
fungsi yang dilakukan oleh session layer dan presentation layer dari
model OSI. 

Ada banyak protokol yang hadir di layer ini, seperti HTTP (Hypertext
Transfer Protocol) yang memungkinkan Anda menjelajahi web, SMTP
(Simple Mail Transfer Protocol) untuk mengirim dan menerima email,
FTP (File Transfer Protocol) untuk pengiriman file, SSH (Secure Shell)
untuk remote login, DNS (Domain Name System) untuk sistem
penamaan website, DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
untuk pemberian alamat IP otomatis, dan masih banyak lainnya.

 Transport layer (Layer 4)
Perangkat lunak jaringan biasanya dibagi menjadi kategori client dan
server. Aplikasi client memulai request (permintaan) data dan
perangkat lunak server melakukan response (menjawab) atas
permintaan tersebut melalui jaringan.
Sebuah komputer bisa jadi menjalankan beberapa aplikasi client
secara bersamaan, misal menjalankan program email dan web browser
di satu PC yang sama. Di sisi lain, satu komputer juga bisa
menjalankan beberapa layanan server sekaligus, contohnya mungkin
menjalankan email server dan web server di komputer server yang
sama.

Kendati demikian, sebuah email akan berakhir di aplikasi email dan


halaman web akan berakhir di browser. Kalau dipikir-pikir, kenapa bisa
begitu ya? Hal ini bisa terjadi salah satunya berkat peran transport
layer.

Transport layer bertanggung jawab untuk memilah program client dan


server mana yang seharusnya mendapatkan data. Protokol yang
digunakan di layer ini adalah TCP (Transmission Control Protocol) dan
UDP (User Datagram Protocol).

Perbedaan besar antara keduanya adalah TCP menyediakan


mekanisme untuk memastikan bahwa data dikirimkan dengan andal,
sementara UDP tidak. Ini karena TCP adalah protokol berorientasi
koneksi (connection-oriented) yang oleh karenanya ia menyediakan
pengiriman data yang andal (reliable data delivery). Di sisi lain, UDP
merupakan protokol yang tidak memiliki koneksi (connectionless)
sehingga pengiriman datanya tak dapat diandalkan (unreliable data
delivery). Kita akan pelajari perbedaan keduanya lebih lanjut di
submodul berikutnya.

Intinya, baik TCP maupun UDP, keduanya bertanggung jawab untuk


memastikan bahwa data sampai ke aplikasi yang tepat yang berjalan di
komputer yang sesuai.

 Network layer (Layer 3)
Network layer memungkinkan jaringan yang berbeda untuk
berkomunikasi satu sama lain melalui perangkat yang dikenal sebagai
router. Layer ini bertanggung jawab untuk mengirimkan data ke seluruh
kumpulan jaringan.

Pikirkan ketika perangkat di jaringan rumah Anda terhubung dengan


server di internet. Layer inilah yang membantu untuk mendapatkan
data di antara dua lokasi tersebut.
Protokol yang paling umum digunakan pada lapisan ini dikenal sebagai
IP atau Internet Protocol. IP adalah jantung dari internet dan hampir
semua jaringan di seluruh dunia.
 
 Data link layer (Layer 2)
Layer kedua dalam model TCP/IP dikenal sebagai data link layer. Data
link layer bertanggung jawab untuk mendefinisikan cara umum untuk
menafsirkan sinyal sehingga perangkat jaringan dapat berkomunikasi
satu sama lain.

Banyak protokol yang hadir di layer ini, tetapi yang paling umum
dikenal sebagai Ethernet dan WiFi.

 Physical layer (Layer 1)
Serupa dengan namanya, layer ini mewakili perangkat fisik yang
menghubungkan komputer di jaringan, termasuk spesifikasi untuk kabel
jaringan dan konektor yang menghubungkan perangkat, serta
spesifikasi yang menjelaskan bagaimana sinyal dikirim melalui koneksi
tersebut. Contohnya adalah 10 Base T (standar untuk
mengimplementasikan jaringan berbasis teknologi Ethernet) dan
802.11 (standar jaringan wireless atau Wi-Fi).

Jika Anda masih kebingungan soal layer yang ada di model TCP/IP,
anggaplah layer itu seperti aspek-aspek yang ada di proses pengiriman
paket. 
Berikut uraiannya:

 Physical layer adalah truk pengiriman dan jalan raya.


 Data link layer membantu truk pengiriman berpindah dari satu
persimpangan ke persimpangan berikutnya.
 Network layer mengidentifikasi jalan mana yang perlu diambil untuk
pergi dari alamat A ke alamat B. 
 Transport layer memastikan bahwa petugas pengiriman tahu pintu
mana yang harus diketuk sehingga paket terkirim ke penerima yang
tepat.
 Application layer adalah isi dari paket itu sendiri.
Mudahkan memahaminya? Di modul selanjutnya kita akan mengenal setiap
protokol jaringan yang ada di masing-masing layer pada model TCP/IP.
Penasaran, bukan? Yuk, kita meluncur ke modul selanjutnya!

Mengenal Protokol Jaringan pada Model TCP/IP


Saat membaca ini seharusnya Anda sudah mengenal model-model jaringan
yang dijelaskan pada submodul sebelumnya ya, seperti model OSI dan
TCP/IP, mulai dari pengertian, urutan layer, hingga protokol di masing-
masing layer. Namun, pembahasan protokol di sana hanya sekilas saja, tak
begitu komplet. 

Nah, kali ini kita akan mengungkap protokol secara tuntas, antara lain:

 Apa sih protokol itu?


 Apa saja protokol yang ada di setiap layer? 
 Apa fungsi dari masing-masing protokol tersebut?

Oke, kini Anda telah siap menerima materi. Yuk, langsung kita mulai. 

Tentu Anda masih ingat kan perbedaan mendasar dari model OSI dan model
TCP/IP? Seperti yang disebutkan pada submodul sebelumnya, model OSI
bersifat teoretis, sedangkan model TCP/IP lebih praktis. 

Selain itu, TCP/IP merupakan bahasa dari internet. Jadi, bila Anda ingin
memahami bagaimana internet dan jaringan lainnya bekerja, Anda haruslah
paham model TCP/IP. Oleh karenanya pula, materi di submodul ini hanya
akan berfokus membahas protokol jaringan pada model TCP/IP, tidak lagi
membahas model OSI. Oke? Sepakat, ya? Lanjut!

Tahukah Anda bahwa komputer sejatinya berkomunikasi satu sama lain


seperti halnya manusia. Mari kita ambil contoh dua orang yang saling
berkomunikasi secara verbal. Anda pasti tahu bahwa kedua orang tersebut
haruslah berbicara dalam bahasa yang sama dan dapat saling mendengar
agar bisa berkomunikasi secara efektif. 

Apabila ada suara keras yang mengganggu komunikasi mereka, satu orang
mungkin harus meminta lawan bicaranya untuk mengulangi perkataannya
kembali. Jika ia tak begitu paham dengan yang dilontarkan lawan bicaranya,
orang itu mungkin meminta klarifikasi agar tak terjadi miskonsepsi.
Proses komunikasi manusia terjadi antara satu individu ke individu lain atau
bisa juga satu individu ke sebuah kelompok. Biasanya, proses tersebut akan
diawali dengan salam/sapaan dan diakhiri dengan ungkapan
perpisahan/penutup. 

Intinya adalah bahwa manusia mengikuti serangkaian aturan ketika mereka


berkomunikasi satu sama lain. Nah, komputer pun harus melakukan hal yang
sama. Kumpulan standar atau aturan yang harus diikuti oleh komputer agar
dapat berkomunikasi dengan benar disebut protokol. 

Jaringan komputer memastikan bahwa setiap komputer dapat mendengar


satu sama lain, saling berkomunikasi melalui protokol yang komputer lain
juga mengerti, jika diperlukan mengulangi pesan yang tidak terkirim secara
utuh, dan berbagai hal lainnya. Persis layaknya manusia berkomunikasi.

Oke, kini Anda sudah mengerti soal konsep protokol. Selanjutnya, kita akan
menilik lebih lanjut protokol-protokol di setiap layer pada model TCP/IP.
Siap? Let’s go!

Application Layer
Application layer merupakan layer paling atas dalam model TCP/IP. Layer ini
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi.

Berikut ini adalah protokol utama yang digunakan pada application layer:

 HTTP dan HTTPS


Hypertext Transfer Protocol (HTTP) adalah fondasi dari World Wide
Web (WWW), yakni internet yang berinteraksi dengan pengguna di
seluruh dunia. HTTP digunakan untuk mentransfer data
antarperangkat. Protokol ini berada di application layer karena ia
menempatkan data ke dalam format yang aplikasi (misalnya browser)
gunakan secara langsung tanpa interpretasi lebih lanjut.

Namun, apa yang dimaksud dengan Hypertext? Hypertext adalah


sistem dokumentasi yang terkelola dengan baik menggunakan
hyperlink (pranala) untuk menghubungkan halaman-halaman dalam
dokumen teks.

Ketika pengguna ingin mengakses halaman HTTP apa pun di internet,


komputer client akan memulai koneksi TCP ke server pada port 80 atau
port 443 untuk HTTPS. Ketika server menerima permintaan client,
client berwenang untuk mengakses halaman web.

HTTP adalah protokol stateless, yang berarti server tidak menyimpan


informasi dari client tentang permintaan sebelumnya.

Masalah dengan HTTP adalah bahwa ia tak terenkripsi sehingga


hacker bisa saja mencegat HTTP message (pesan HTTP) dan
membacanya. Muncullah HTTPS (HTTP Secure) untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan mengenkripsi pesan HTTP.

HTTPS merupakan gabungan antara HTTP dan TLS. Transport Layer


Security (TLS) adalah protokol yang digunakan HTTPS untuk proses
enkripsi pesan HTTP. TLS dahulu disebut Secure Sockets Layer (SSL).
Jadi, jika Anda pernah melihat TLS ataupun SSL, keduanya sama kok.

 SMTP
SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) digunakan untuk mentransfer
surel (email) dari satu pengguna ke pengguna lainnya. Tugas ini
dilakukan melalui email client software (Mail User Agent) yang
digunakan pengguna. User Agent membantu pengguna untuk mengetik
dan memformat email serta menyimpannya sampai internet tersedia. 

Ketika email dikirim, proses pengiriman akan ditangani oleh Message


Transfer Agent yang biasanya disertakan dalam email client software.
Message Transfer Agent menggunakan SMTP untuk meneruskan
email ke Message Transfer Agent yang lain (sisi server).

 DNS
DNS (Domain Name System) adalah sistem penamaan yang
memetakan nama domain (misal google.com) ke IP address (misal
216.239.38.120). 

IP address memang digunakan untuk mengidentifikasi koneksi


komputer ke jaringan secara unik. Akan tetapi, ketimbang mengingat
rangkaian angka, tentu saja manusia akan lebih mudah mengingat
nama. Seperti contoh sebelumnya, Anda tentu saja akan lebih hafal
google.com ketimbang 216.239.38.120, bukan? Oleh karena itu, DNS
hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut.

 FTP
FTP (File Transfer Protocol) adalah sebuah protokol internet yang
digunakan untuk mengirim file melalui jaringan dari satu komputer ke
komputer lain.

Saat client melakukan permintaan ke server untuk meminta file, server


kemudian akan menerima permintaan tersebut, membuka koneksi
TCP, lantas mentransfer file. Setelah proses transfer selesai, server
pun menutup koneksi.

 SSH
SSH atau Secure Shell adalah sebuah protokol jaringan kriptografi
untuk komunikasi data yang aman, login dan eksekusi perintah jarak
jauh, serta layanan jaringan lainnya antara dua jaringan komputer.

SSH dapat digunakan dalam beberapa metodologi. Yang paling


sederhana, kedua komputer (client dan server) menggunakan public-
private key pairs (pasangan kunci publik-privat) yang dibuat secara
otomatis untuk mengenkripsi koneksi jaringan dan kemudian
menggunakan kata sandi untuk mengautentikasi pengguna.
 

Transport Layer
Transport layer bertanggung jawab atas keandalan, kontrol aliran, dan
koreksi data yang dikirim melalui jaringan. Dua protokol yang digunakan pada
layer ini adalah TCP dan UDP. Mari kita tengok keduanya.

 TCP
TCP (Transmission Control Protocol) adalah protokol yang connection-
oriented alias berorientasi koneksi. Artinya, TCP akan memastikan
bahwa setiap packet dikirimkan–jika memungkinkan–dengan membuat
koneksi ke perangkat penerima. Jika sebuah paket tidak tiba di tujuan,
TCP akan mengirim ulang paket tersebut. Koneksi akan ditutup hanya
setelah paket berhasil dikirim dengan sukses atau terjadi kondisi
kesalahan yang tidak dapat dipulihkan. Dengan demikian, TCP
termasuk protokol yang andal.

Salah satu aspek penting yang perlu Anda ketahui adalah bahwa TCP
selalu digunakan untuk komunikasi satu komputer ke satu komputer
lainnya. TCP tidak digunakan untuk mem-broadcast (menyiarkan)
pesan ke beberapa penerima sekaligus. Sebaliknya, UDP-lah yang
digunakan untuk tujuan tersebut–dibahas setelah ini.

Banyak protokol pada application layer yang mengandalkan TCP.


Misalnya, ketika pengguna menjalankan browser dan membuka suatu
halaman web, browser tersebut menggunakan HTTP untuk mengirim
permintaan melalui TCP ke web server.

Untuk memulai proses komunikasi antara dua komputer, TCP


menggunakan segment untuk menentukan apakah komputer penerima
siap menerima data. Ketika komputer pengirim ingin menjalin koneksi,
TCP di sisi pengirim akan mengirimkan segment yang disebut SYN
(Synchronize) ke protokol TCP di sisi penerima. Kemudian, TCP
penerima mengembalikan segment yang disebut SYN/ACK
(Synchronize/Acknowledge) untuk menyatakan kesiapannya dalam
menerima data. Lalu, TCP pengirim mengirimkan segment ACK
(Acknowledge) dan melanjutkan untuk mengirim data. Pertukaran
informasi ini disebut sebagai three-way handshake.

Gambar di bawah ini adalah contoh dari proses three-way handshake


antara komputer A dan komputer B.

 UDP
UDP (User Datagram Protocol) adalah protokol yang
bersifat connectionless (tanpa koneksi). Maksudnya, UDP tidak
memverifikasi koneksi antara komputer pengirim dan komputer
penerima. Setelah UDP menerima dan memproses packet, ia
kemudian akan melupakannya. UDP juga tidak menjamin bahwa
packet tadi akan tiba di tujuannya.

Berbeda dengan TCP, UDP tidak ada konsep three-way


handshake untuk menjalin koneksi. Saat menggunakan UDP, kita
hanya perlu mengatur port tujuan dan mengirim packet.

Sebagian besar aplikasi yang menggunakan UDP memiliki prinsip fire


and forget. Dalam artian, aplikasi hanya akan mengirim packet ke
tujuan dan tidak peduli apakah packet tersebut benar-benar sampai
atau tidak. Apabila nyatanya packet itu hilang di tengah jalan, UDP tak
akan mengirimkan ulang. UDP hanya akan fokus ke pengiriman packet
selanjutnya.

Protokol pada application layer yang menggunakan UDP


adalah Domain Name System (DNS). Saat aplikasi perlu mengakses
nama domain (seperti google.com), DNS akan mengirimkan paket UDP
ke server DNS untuk mencari domain. Ketika server menemukan
domain, ia mengembalikan jawaban sebagai IP address dari domain
yang dicari dalam bentuk UDP packet.

UDP adalah alternatif yang lebih cepat ketimbang TCP, tetapi kurang
dapat diandalkan. Protokol ini kerap digunakan dalam layanan seperti
streaming video dan game, di mana pengiriman data yang cepat
adalah faktor terpenting.

Network Layer
Tanggung jawab utama dari network layer adalah menerima dan mengirim
packet melalui jaringan. Protokol di layer ini mencakup IP (Internet Protocol),
ARP (Address Resolution Protocol), dan Internet Control Message Protocol
(ICMP).

 IP
IP (Internet Protocol) adalah protokol yang bertanggung jawab untuk
mengirimkan packet ke perangkat jaringan. Protokol ini menggunakan
IP address ketimbang alamat fisik (MAC) untuk merujuk ke perangkat
individu. ARP-lah (nanti kita bahas) yang menangani tugas mengubah
IP address ke MAC address.

IP address merupakan rangkaian angka pengidentifikasi unik yang


dinyatakan dalam bentuk 4 oktet yang masing-masing berisi angka
desimal mulai dari 0 hingga 255, setiap oktet mewakili 8 bit dan
dipisahkan oleh titik, dan total panjang seluruh alamat adalah 32 bit.
Contoh dari IP address adalah 192.168.100.1. Jika Anda bingung,
simak gambar berikut ini.
Selain itu, IP juga memiliki kemampuan untuk merutekan packet. Ketika
packet dikirim melalui jaringan yang sama, maka itu dikenal sebagai
direct delivery (pengiriman langsung). Akan tetapi, saat sumber dan
tujuan berada di jaringan yang berbeda, maka packet akan dikirim
secara tidak langsung. Ini dapat dicapai dengan merutekan packet
melalui berbagai perangkat jaringan seperti router. Nanti kita akan
bahas lebih jauh di beberapa modul mendatang.

 ARP
ARP (Address Resolution Protocol) bertugas untuk membantu IP dalam
mengarahkan packet ke komputer penerima yang sesuai dengan
memetakan MAC address ke IP address.

Untuk mengetahui MAC address komputer lain pada sebuah segmen


jaringan, komputer yang ingin memulai komunikasi akan mengirimkan
broadcast message ARP atau ARP Request dengan menanyakan,
"Siapa pemilik IP address ini?" Karena merupakan broadcast message,
semua komputer di segmen jaringan akan menerima ARP packet dan
memprosesnya (ARP packet berisi IP address komputer tujuan).
Ketika sebuah komputer menerima ARP packet yang ditujukan untuk
dirinya, ia lantas membalasnya dengan MAC address-nya sendiri (ARP
Reply). Setelah komputer pengirim sukses mendapatkan MAC address
tujuan, ia akhirnya dapat berkomunikasi dengan komputer penerima
menggunakan protokol di data link layer. Pemetaan MAC address ke IP
address ini selanjutnya disimpan ke dalam ARP cache (penyimpanan
data ARP untuk sementara) di komputer pengirim dan penerima. Lain
kali, jika perlu berkomunikasi kembali, mereka dapat langsung merujuk
ke ARP cache masing-masing.
 ICMP
ICMP (Internet Control Message Protocol) bertanggung jawab untuk
mendiagnosis dan melaporkan kondisi jaringan sekaligus menyediakan
pembaruan status. Misalnya, jika router, sebagai perantara jaringan,
tidak dapat mengirimkan paket ke suatu komputer, ia akan mengirim
pesan ICMP kembali ke sumber paket.

ICMP melaporkan hal-hal berikut:

o Dropped packet: Packet yang datang terlalu cepat untuk


diproses. 
o Connectivity failure: Sistem tujuan tidak dapat dijangkau. 
o Redirection: Mengarahkan komputer pengirim untuk
menggunakan router lain.

Data Link Layer


Data link layer bertugas untuk mengidentifikasi jenis protokol jaringan pada
packet. Layer ini juga menyediakan error control (kontrol kesalahan)
dan framing (pembuatan frame). 

Berikut beberapa contoh protokol, standar, dan implementasi pada data link
layer:

 Ethernet
Ethernet merupakan keluarga teknologi jaringan komputer kabel yang
biasa digunakan di Local Area Network (LAN), Metropolitan Area
Network (MAN), dan Wide Area Network (WAN).

Teknologi ini diperkenalkan secara komersial pada tahun 1980 dan


pertama kali distandardisasi pada tahun 1983 sebagai IEEE 802.3.
Ethernet telah disempurnakan untuk mendukung kecepatan bit yang
lebih tinggi, jumlah komputer yang lebih banyak, dan jarak tautan yang
lebih jauh.

Ethernet banyak digunakan di rumah dan industri. Terlebih lagi,


Ethernet mampu bekerja sama dengan teknologi nirkabel seperti Wi-Fi.
Bahkan, Ethernet dianggap sebagai salah satu teknologi utama yang
membentuk Internet.

 Frame Relay
Frame Relay adalah teknologi Wide Area Network (WAN) standar yang
menentukan physical layer dan data link layer dari saluran
telekomunikasi digital menggunakan metodologi packet switching.
Awalnya dirancang untuk transportasi melintasi Integrated Service
Digital Network (ISDN), kini dapat digunakan untuk banyak antarmuka
jaringan lainnya.

Dengan munculnya Ethernet melalui fiber optic, MPLS (Multiprotocol


Label Switching), VPN (Virtual Private Network), dan layanan
broadband khusus seperti modem kabel dan DSL (Digital Subscriber
Line), Frame Relay menjadi kurang populer dalam beberapa tahun
terakhir.

 Token Ring
Token Ring adalah teknologi jaringan komputer yang pada masanya
digunakan untuk membangun Local Area Network. Token Ring
diperkenalkan oleh IBM pada tahun 1984 dan distandardisasi pada
tahun 1989 sebagai IEEE 802.5.

Token Ring merupakan teknologi yang sukses, terutama di lingkungan


perusahaan. Akan tetapi, secara bertahap dikalahkan oleh versi
Ethernet yang lebih baru.

 IEEE 802.11
IEEE 802.11 adalah bagian dari standar IEEE 802 yang menetapkan
kumpulan protokol dari MAC dan physical layer untuk
mengimplementasikan komunikasi komputer Wireless Local Area
Network (WLAN).

Standar ini memberikan dasar untuk produk jaringan nirkabel yang


menggunakan merek Wi-Fi dan merupakan standar jaringan komputer
nirkabel yang paling banyak digunakan di dunia.

IEEE 802.11 digunakan di sebagian besar jaringan rumah dan kantor


untuk memungkinkan laptop, printer, smartphone, dan perangkat lain
berkomunikasi satu sama lain dan mengakses internet tanpa
menghubungkan kabel (nirkabel).

IEEE 802.11 menggunakan berbagai frekuensi, termasuk frequency


band 2,4 GHz, 5 GHz, 6 GHz, dan 60 GHz. Protokol ini biasanya
digunakan bersama dengan IEEE 802.2 (standar yang mendefinisikan
LLC atau Logical Link Control) dan dirancang untuk saling bekerja
sama dengan Ethernet.

 PPP
PPP (Point-to-Point Protocol) adalah protokol yang digunakan untuk
menghubungkan satu sistem komputer ke sistem komputer lainnya.
Komputer menggunakan PPP untuk berkomunikasi melalui jaringan
telepon atau internet.

PPP memungkinkan beberapa protokol komunikasi jaringan untuk


menggunakan jalur komunikasi fisik yang sama. PPP digunakan pada
banyak jenis jaringan fisik, termasuk kabel serial, saluran telepon,
telepon seluler, ISDN, dan tautan serat optik seperti SONET (akan kita
pelajari nanti).

Physical Layer
Physical layer memiliki tanggung jawab untuk menentukan karakteristik
perangkat keras yang akan digunakan untuk jaringan. Layer ini menjelaskan
standar perangkat keras seperti IEEE 802.3 (spesifikasi untuk media jaringan
Ethernet) dan RS-232 (spesifikasi untuk konektor pin standar).

Layer ini paling erat hubungannya dengan koneksi fisik antarperangkat, yakni
dengan menyediakan antarmuka listrik, mekanik, dan prosedural ke media
transmisi. Selain itu, bentuk dan sifat dari konektor listrik, frekuensi siaran,
dan kode saluran yang digunakan, ditentukan oleh physical layer.

Berikut beberapa teknologi yang menyediakan layanan pada physical layer:

 Bluetooth physical layer


Bluetooth adalah standar teknologi komunikasi jarak pendek yang
memungkinkan perangkat seperti ponsel, komputer, dan periferal untuk
mengirimkan data atau suara secara nirkabel melalui jarak pendek.

Tujuan diciptakannya Bluetooth ini adalah untuk mengganti kabel yang


biasanya menghubungkan perangkat, seraya tetap menjaga
komunikasi tetap aman.

 DSL physical layer


DSL (Digital Subscriber Line) merupakan teknologi yang digunakan
untuk mengirimkan data digital melalui saluran telepon. Dalam
pemasaran telekomunikasi, istilah DSL secara luas dipahami sebagai
Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL), yakni teknologi DSL yang
paling umum dipasang untuk akses Internet.

 Ethernet physical layer


Ethernet physical layer adalah fungsionalitas physical layer dari famili
Ethernet yang diterbitkan oleh Institute of Electrical and Electronics
Engineers (IEEE).

Ada banyak standar Ethernet yang tersedia saat ini, seperti 100BASE-
TX, 10BASE-T, 1000BASE-T, 100BASE-T, dll.

 SONET dan SDH physical layer


Synchronous optical networking (SONET) dan Synchronous Digital
Hierarchy adalah protokol standar untuk mentransfer beberapa aliran
bit digital secara sinkron melalui fiber optic (serat optik) menggunakan
laser atau cahaya yang sangat koheren dari LED (light-emitting diode).

 Modem physical layer


Modem (modulator-demodulator) adalah sebuah perangkat keras
komputer untuk mengubah data dari format digital ke dalam bentuk
yang sesuai untuk analog, seperti telepon atau radio.

 USB physical layer


USB atau Universal Serial Bus adalah standar industri yang
memungkinkan komputer untuk berkomunikasi dengan periferal
(printer, mouse, dan keyboard) atau perangkat lain. Ada banyak variasi
rentetan perangkat keras USB, USB-C adalah yang paling terkini.

Komunikasi Data pada Model TCP/IP


Sekarang kita sudah memahami tentang semua layer dan protokol yang
terdapat pada model TCP/IP. Sebagian dari Anda mungkin masih menerka-
nerka seperti apa cara kerja model TCP/IP ini. Apalagi sudah disebutkan
sejak awal modul bahwa model TCP/IP lebih praktis ketimbang model OSI
yang teoretis. Masih ingat, bukan?

Jadi, sekarang kita akan melihat bagaimana komunikasi data yang terjadi
pada model TCP/IP supaya Anda makin paham lagi tentang model ini.
Siapkan ancang-ancang, mari kita langsung mulai.

Katakanlah kita ingin membuka website www.dicoding.com melalui web


browser yang sudah terhubung ke jaringan (dalam hal ini adalah internet). Itu
berarti, web browser berada di sisi client, sementara web server milik
Dicoding ada di sisi server. Ini dinamakan komunikasi client-server. Oke,
lantas apa yang akan terjadi selanjutnya?
Application Layer
Layer pertama yang akan berinteraksi dengan browser adalah application
layer. Layer ini mendefinisikan komunikasi antara aplikasi yang ada di
komputer pengirim (client) dan aplikasi di komputer penerima (server).
Jangan keliru, layer ini tidak menentukan cara kerja aplikasi, melainkan
menjelaskan tentang bagaimana aplikasi menggunakan jaringan. 

Protokol yang akan digunakan pada layer ini (pada kasus ini) adalah HTTP.
Ia adalah protokol yang digunakan untuk berkomunikasi jika browser (client)
ingin mendapatkan halaman web dari server.

Application layer akan bertanggung jawab untuk hal-hal semacam


mendapatkan data dari aplikasi dan menyiapkannya dalam format yang akan
ditransfer melalui jaringan. Berlaku juga ketika data diterima, layer ini akan
mempersiapkan data dalam format yang digunakan oleh aplikasi nantinya. 

Nah, untuk mulai berkomunikasi dengan server, application layer di sisi client
akan mengirimkan HTTP request (permintaan HTTP). Data yang dimuat di
dalamnya acapkali disebut sebagai message atau dalam bahasa Indonesia
artinya pesan.
GET adalah metode untuk meminta data dari server. Setelah itu, application
layer akan meneruskan permintaan ke layer selanjutnya, yakni transport
layer.

Transport Layer
Transport layer memiliki tanggung jawab untuk memecah data (message)
yang diterima menjadi potongan yang lebih kecil yang disebut segment (jika
menggunakan TCP) atau datagram (jika menggunakan UDP). Transport layer
akan membuat dan mempertahankan komunikasi antara proses aplikasi pada
komputer client maupun server. Di sinilah protokol TCP dan UDP berperan.
Sederhananya, mereka menggunakan nomor port untuk melacak sesi
komunikasi yang terbentuk (session).

Setiap aplikasi atau layanan yang ada di komputer, mereka memiliki nomor
port tertentu. Misalnya, kita memiliki 20 aplikasi yang menggunakan jaringan,
masing-masing aplikasi akan memiliki nomor port yang berbeda-beda. Port
ini digunakan untuk merutekan data ke aplikasi yang membutuhkan data
tersebut.

Port dapat memudahkan komputer untuk membedakan antara berbagai jenis


lalu lintas jaringan. Email masuk ke port yang berbeda dari halaman web,
meskipun keduanya mencapai komputer melalui koneksi Internet yang sama.
Ini dilakukan dengan bantuan multiplexer  (sirkuit yang menerima banyak
input, tetapi hanya menghasilkan satu output) dan demultiplexer  (sirkuit yang
menerima hanya satu input, tetapi dapat menyajikan banyak output).
Gambar di atas juga menunjukkan beberapa nomor port yang terkenal (well-
known port number) yang sering digunakan di internet. Masih banyak nomor
port lainnya, bahkan terdapat 65.535 nomor port yang bisa kita pakai,
meskipun tidak semuanya digunakan secara umum.

Jika Anda melihat gambar di atas dan berpikir apa hubungan antara IP
address dengan port, kita akan coba pahami dengan sebuah analogi.
Anggaplah IP address sebagai alamat dari sebuah apartemen, sementara
port adalah nomor kamar di dalam apartemen tersebut. 
Simak ceritanya. Pada suatu senja yang temaram, Anda ingin menyinggahi
kawan lama di apartemen miliknya. Anda pun melangkah sembari
menggenggam secarik kertas bertuliskan alamat: Jalan Kenangan
No.5 (kamar 143).

Setibanya di lobi apartemen, Anda bertanya kepada penjaga, “Pak, di


manakah kamar 143?” Sang penjaga menunjuk kamar di sudut lorong. Anda
pun segera menghampiri kamar tersebut dan mengetuk pintu beberapa kali.
Tak selang lama, terbuka pintu itu dan keluarlah seorang kawan lama
dengan raut wajah menyebalkannya yang tak pernah berubah sejak terakhir
bersua di reuni SD. Saat itu juga, Anda mendekapnya, sesenggukan, seraya
memberikan buah tangan yang tadi dibeli di pasar ikan. Ia malah terkekeh.
Namun, akhirnya mempersilakan Anda masuk.

Huh! Seperti itulah kisahnya. Memilukan, ya? Anda paham kan dengan inti
ceritanya? Semua itu persis seperti saat kita mengakses 10.1.1.100:80 untuk
berkomunikasi dengan web service, di mana kita menuju ke alamat (IP
address) 10.1.1.100. Kemudian, setelah tiba di komputer tersebut, kita akan
menuju pintu (port) 80 untuk mengakses layanan web. Demikian juga ketika
kita mengakses 10.1.1.100:25 untuk berkomunikasi dengan mail service, dst.

Oke, sepertinya kita sudah terlampau jauh dari skenario pengaksesan web
Dicoding. Tak apa, mari kita kembali ke skenario tersebut. Katakanlah web
server dicoding memiliki proses yang berjalan pada port 80. Ketika client
menyiapkan HTTP request, ia akan menambahkan TCP header. TCP header
berisi banyak hal, sekian di antaranya adalah source port (port sumber)
dan destination port (port tujuan). Anggap saja source port dalam skenario
kita adalah port 7268, sedangkan source destination-nya adalah port 80.
Setelah proses pada transport layer usai, data diteruskan ke layer berikutnya,
yakni network layer.

Network Layer
Di network layer, data (segment) akan dipecah menjadi potongan yang lebih
kecil yang disebut packet. Packet yang dihasilkan bisa jadi satu atau mungkin
banyak, tergantung pada berapa banyak data yang ada. 

Tugas dari layer ini adalah memastikan data dari satu komputer (client) dapat
menemukan jalan ke komputer tujuan (server). Untuk melakukan itu, sebuah
IP header yang berisi source IP (IP sumber) dan destination IP (IP tujuan)
ditambahkan ke setiap packet. 
Jalur dari client ke server mungkin saja melintasi banyak jaringan. Oleh
karenanya, packet membutuhkan peran dari perangkat jaringan router untuk
berpindah dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Inilah yang dinamakan
routing (perutean).

Setelah proses pada layer ini selesai, data (packet) akan diteruskan ke layer
selanjutnya, yakni data link layer.

Data Link Layer


Data link layer bertanggung jawab untuk pengiriman lalu lintas pada satu
segmen jaringan atau LAN, dalam istilah TCP/IP berarti pengiriman dalam
satu subnet (materi subnet akan kita pelajari di modul yang akan datang).
Data (packet) dari layer sebelumnya akan dipecah menjadi bagian yang lebih
kecil yang disebut frame. 

Kemudian, frame tersebut akan ditambahkan sebuah header yang berisi


source MAC address (MAC address sumber) dan destination MAC address
(MAC address tujuan).
Lantas, bagaimana cara kerjanya? Begini. Apabila kedua komputer berada
dalam subnet yang sama, pengiriman datanya akan sederhana yaitu satu
komputer langsung mengirimkan data ke komputer lain.

Namun, jika kedua komputer berada di subnet yang berbeda, kita


membutuhkan perangkat router. Itu artinya, destination MAC address-nya
akan menjadi MAC address dari perangkat router (perantara jaringan) itu. 

Selanjutnya, ketika frame mencapai router, router akan melihat destination IP


di IP header, kemudian router akan mengatur sendiri MAC address sebagai
sumber dan perangkat berikutnya sebagai tujuan. Bila terdapat beberapa
router di jalur, MAC address yang ada di frame akan ditulis ulang beberapa
kali di sepanjang jalan.

Begitulah cara kerjanya. Nah, setelah prosesnya selesai, data (frame) akan
diteruskan ke layer selanjutnya, yaitu physical layer.

Physical Layer
Sesuai namanya, physical layer bertanggung jawab untuk mengirim dan
menerima data secara fisik. Ada banyak caranya, bisa melalui gelombang
radio (Wi-Fi), sinyal cahaya (Fiber optic), dan lain-lain. 

Data (frame) yang tadi dikirim dari data link layer kemudian di-encode
(dikodekan) ke dalam bit (1 dan 0), lalu ditransmisikan melalui media fisik.

Bagaimana? Yakin deh, pastinya Anda sudah paham betul dengan materi ini.
Jika belum, jangan sungkan untuk kembali membacanya, ya. Jangan lupa
siapkan kopi atau snack untuk mencairkan kepenatan.

Apabila Anda sukar membayangkan bagaimana bentuk dari message,


segment/datagram, packet, dan frame yang disebutkan pada materi di atas,
simak baik-baik gambar di bawah ini untuk memahaminya.
Oke, sekarang Anda sudah memahami bagaimana data dikirim dari komputer
pengirim ke komputer penerima. Eh, tunggu dulu! Lantas, bagaimana
komputer penerima menangani data yang tadi dikirim? Pertanyaan bagus,
yuk kita bahas secuil.

Ketika data tiba di komputer penerima, data tersebut akan melalui proses
pada model TCP/IP dalam urutan terbalik. Setiap protokol pada komputer
penerima akan menghapus informasi header yang terlampir di packet. Inilah
proses yang akan terjadi: 

1. Physical layer menerima data dalam bentuk bit, lalu


menerjemahkannya, dan meneruskannya ke data link layer.
2. Data link layer memverifikasi dan kemudian menghapus informasi pada
header frame. Usai itu, data link layer mengirimkan frame ke network
layer.
3. Network layer membaca informasi di header untuk mengidentifikasi
transmisi. Jika transmisi terfragmentasi, network layer akan menyusun
kembali ke dalam packet. Setelahnya, network layer menghapus IP
header dan meneruskannya ke transport layer. 
4. Transport layer lalu membaca header untuk menentukan protokol pada
application layer mana yang harus menerima data. Lanjut, transport
layer akan menghapus header yang terkait dan mengirim pesan atau
melakukan streaming ke aplikasi penerima. 
5. Pada akhirnya, application layer menerima pesan dan melakukan
operasi yang diminta oleh komputer pengirim.

Latihan Analisis Jaringan dengan Wireshark


Setelah memahami semua teori yang ada mengenai jaringan beserta
modelnya, kini kita tunaikan praktiknya supaya teorinya dapat melekat
sempurna di benak Anda.

Pada submodul ini kita akan menganalisis lalu lintas jaringan menggunakan
tools bernama Wireshark.

Wireshark adalah sebuah tools jaringan yang berguna untuk menangkap dan
menganalisis packet jaringan. Tools ini dapat mengidentifikasi dan
mengekstrak muatan data (payload) dari transfer file melalui protokol seperti
SMB (Server Message Block) atau HTTP (Hypertext Transfer Protocol). Kita
bahkan bisa menggunakan filter untuk menyaring lalu lintas jaringan yang
ditangkap guna menemukan HTTP request dengan kata-kata tertentu di
suatu URL.

Berikut adalah tahapan proses yang akan kita arungi dalam latihan ini:

1. Unduh dan install Wireshark.


2. Buka suatu halaman web.
3. Analisis lalu lintas jaringan yang terjadi.

Sudah penasaran? Let’s go!

1. Pertama, mulai langkah kita dengan mengunduh dan menginstal tools


Wireshark terlebih dahulu. Kunjungi halaman web berikut untuk
mengunduh Wireshark https://www.wireshark.org/download.html.
2. Pilih installer sesuai sistem operasi yang Anda gunakan. Jika Anda
menggunakan sistem operasi Windows, silakan pilih Windows
Installer (64-bit).

3. Simpan installer di lokasi yang mudah dijangkau dan tunggu proses


unduh hingga usai. 
4. Setelahnya, buka installer tersebut untuk lanjut ke proses instalasi.
5. Sebuah jendela instalasi Wireshark pun akan muncul. Silakan klik
tombol Next hingga proses pemasangan aplikasi selesai.
6. Bila semua sudah beres, bukalah aplikasi Wireshark di komputer Anda.
7. Di halaman utama aplikasi Wireshark, pilihlah antarmuka jaringan yang
Anda gunakan terkoneksi dengan internet. Apabila menggunakan Wi-
Fi, silakan klik dua kali pada bagian Wi-Fi.

8. Boom! Barisan lalu lintas jaringan akan muncul tak henti-henti di layar


Anda. Secara otomatis, Wireshark masuk ke dalam capturing
mode yang akan menangkap semua lalu lintas jaringan yang datang
dan pergi dari komputer Anda. Kenapa bisa begitu banyak? Karena
semua aplikasi di komputer Anda berjalan di latar belakang mengirim
dan menerima informasi terus-menerus. Jadi, meski Anda tidak
melakukan apa pun pada browser, komputer Anda tetap berkomunikasi
dengan internet atau router.

9. Ketahuilah bahwa antarmuka Wireshark memiliki tiga bagian utama,


antara lain: 
a. Bagian pertama yang berisi daftar packet jaringan (di bagian
atas). Bagian ini menampilkan beberapa kolom,
seperti No (nomor urutan packet), Time (waktu saat packet
ditangkap), Source (dari mana asal packet alias source IP
address), Destination (ke mana tujuan packet alias destination
IP address), Protocol (protokol yang digunakan
packet), Length (panjang packet dalam bytes),
dan Info (informasi tambahan terkait packet).

b. Bagian kedua yang merepresentasikan layer dari packet jaringan


yang dipilih (di bagian tengah).
c. Bagian ketiga yang menampilkan bilangan Hexadecimal dan
ASCII dari packet jaringan yang dipilih (di bagian bawah).

10. Oke, cukup pengenalan antarmukanya, mari lanjutkan praktik


kita. Sekarang cobalah buka browser Anda dan
kunjungi www.youtube.com.
11. Kemudian, kembali ke aplikasi Wireshark dan klik tombol Stop
capturing packet (tombol merah di kiri atas) untuk menghentikan
proses penangkapan packet jaringan.
12. Setelah itu, ketikkan “tcp contains youtube” pada kotak filter,
lalu tekan Enter.

13. Wireshark lantas akan memfilter lalu lintas jaringan sesuai


dengan string atau kalimat yang kita masukkan. Tengok, terdapat satu
packet yang menuju salah satu server milik Youtube dan menggunakan
protokol TLSv1.3.

14. Oke, sekarang bagaimana jika ingin menemukan semua packet


yang dikirim oleh komputer kita ke IP address server Youtube tersebut?
Gampang! Tuliskan string di bawah ini di kotak filter dan tekan Enter:
1. ip.addr == <destination ip>

Catatan: Sesuaikan dengan destination IP yang muncul pada aplikasi


Wireshark Anda.Ini dapat berbeda-beda.

15. Bisa Anda lihat, ada banyak packet yang pergi bolak-balik antara
komputer Anda dan server Youtube (perhatikan kolom Source dan
Destination).
16. Lanjut, coba klik kolom Protocol untuk mengurutkan packet
berdasarkan protokol yang digunakan. Fokus pada protokol TCP.
17. Tiga baris teratas pada protokol TCP merupakan
komunikasi three-way handshake yang sudah kita pelajari sebelumnya,
di mana komputer kita mengirimkan sinyal SYN, kemudian dibalas
SYN/ACK, lalu dibalas lagi ACK (abaikan sisanya). Terbayang, bukan?

18. Mari kita tilik lebih detail salah satu packet yang ada. Fokus pada
protokol TLSv1.3, lalu klik packet yang mengirimkan
informasi Application Data seperti berikut:

19. Setelah dipilih, akan tampil detail berupa lima layer yang packet
gunakan untuk berkomunikasi. Coba buka layer keempat
(Transmission Control Protocol), kelak Anda akan melihat Source
Port yang digunakan oleh server (yakni 443 alias HTTPS)
dan Destination Port yang dipakai oleh komputer Anda (yakni 61364).
Anda masih bisa melihat banyak informasi lainnya. Silakan eksplorasi
dengan membuka setiap layer dan pelajari apa yang terkandung di
dalamnya.

Sekarang mungkin Anda bertanya-tanya, “Bagaimana bisa analisis lalu lintas


jaringan berhubungan dengan keamanan jaringan?” 

Percayalah, analisis lalu lintas jaringan termasuk bagian yang krusial dari
keamanan jaringan. Sebagai contoh, jika kita mengakses web menggunakan
HTTP, maka Wireshark dapat membaca data yang terkandung di dalamnya.
Berbeda dengan HTTPS yang mengenkripsi data. Oleh karena itu, saat ini
HTTPS menjadi standar yang digunakan pada setiap website. Jika masih ada
web yang menggunakan HTTP, maka ia akan ditandai sebagai “Not Secure”
atau tidak aman.

Pada dasarnya lalu lintas jaringan adalah aliran dari banyak paket (flow of
packets). Nah, kemampuan untuk menangkap dan memeriksa packet
tersebut sangatlah berguna untuk memahami jenis lalu lintas yang keluar
masuk sehingga membuat Anda paham dan segera melindungi jaringan
dengan tepat nan tanggap.

Rangkuman Model Jaringan

Pengenalan Model Jaringan


Kita hanya akan membahas 2 model jaringan, yakni OSI dan TCP/IP. 

Model OSI
Model OSI (Open Systems Interconnection) adalah model jaringan teoretis
yang diusulkan untuk menstandardisasi komunikasi antara perangkat melalui
jaringan. Yang dimaksud teoritis adalah model ini tidak ada implementasi
praktis. Ia hanyalah model konseptual yang menjelaskan bagaimana aplikasi
dapat bekerja melalui jaringan.

Model OSI memiliki 7 layer yang menggambarkan bagaimana perangkat


berkomunikasi satu sama lain.

 Application Layer (Layer 7)
Application layer adalah layer ketujuh dari Model OSI. Layer ini
merupakan satu-satunya layer yang berinteraksi langsung dengan data
dari pengguna. Sebagai contoh, saat Anda
membuka www.dicoding.com, application layer-lah bertanggung jawab
untuk menyiapkan HTTP request yang akan dikirim melalui jaringan,
misal menambahkan header dan cookie yang diperlukan.
 Presentation Layer (Layer 6)
Presentation layer bertanggung jawab untuk mengonversi data agar
sistem yang menggunakan format data yang berbeda dapat bertukar
informasi.
 Session Layer (Layer 5)
Session layer bertanggung jawab untuk membuka, menjaga, dan
menutup sesi komunikasi alias session. Session adalah durasi koneksi
antara pengirim dan penerima tetap terbuka.
 Transport Layer (Layer 4)
Transport layer adalah tempat di mana data dipecah menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil, disebut juga sebagai segment. Transport layer
memiliki tanggung jawab untuk memastikan keandalan pengiriman
segment data di jaringan. Data yang dikirim mestilah terkirim tanpa
corrupt (rusak). Jika tidak, data tersebut akan dikirim ulang.
 Network Layer (Layer 3)
Network layer bertugas untuk memecah segment ke dalam paket
(packet). Layer ini juga menetapkan alamat IP sumber (source IP
address) dan alamat IP tujuan (destination IP address) untuk masing-
masing packet.
 Data Link Layer (Layer 2)
Data link layer bertanggung jawab untuk memecah packet ke dalam
frame. Selain itu, data link layer juga akan menetapkan source MAC
address dan destination MAC address ke masing-masing frame.
 Physical Layer (Layer 1)
Layer terakhir dari model OSI adalah physical layer yang melibatkan
semua perangkat keras, seperti router, kabel, dan switch. Di layer ini,
frame diubah menjadi aliran bit (1 dan 0) dan kemudian dikirim ke
penerima.
Model TCP/IP
Model TCP/IP memiliki 5 layer. Mari kita bahas satu per satu.

 Application layer (Layer 5)
Application layer dalam model TCP/IP menggabungkan sebagian besar
fungsi yang dilakukan oleh session layer dan presentation layer dari
model OSI.
 Transport layer (Layer 4)
Transport layer bertanggung jawab untuk memilah program client dan
server mana yang seharusnya mendapatkan data. Protokol yang
digunakan di layer ini adalah TCP (Transmission Control Protocol) dan
UDP (User Datagram Protocol).
 Network layer (Layer 3)
Network layer memungkinkan jaringan yang berbeda untuk
berkomunikasi satu sama lain melalui perangkat yang dikenal sebagai
router. Layer ini bertanggung jawab untuk mengirimkan data ke seluruh
kumpulan jaringan.
 Data link layer (Layer 2)
Layer kedua dalam model TCP/IP dikenal sebagai data link layer. Data
link layer bertanggung jawab untuk mendefinisikan cara umum untuk
menafsirkan sinyal sehingga perangkat jaringan dapat berkomunikasi
satu sama lain.
 Physical layer (Layer 1)
Serupa dengan namanya, layer ini mewakili perangkat fisik yang
menghubungkan komputer di jaringan, termasuk spesifikasi untuk kabel
jaringan dan konektor yang menghubungkan perangkat, serta
spesifikasi yang menjelaskan bagaimana sinyal dikirim melalui koneksi
tersebut.

Mengenal Protokol Jaringan pada Model TCP/IP


Kumpulan standar atau aturan yang ditetapkan dan harus diikuti oleh
komputer agar dapat berkomunikasi dengan benar disebut protokol. 

Jaringan komputer memastikan bahwa setiap komputer dapat mendengar


satu sama lain, saling berkomunikasi melalui protokol yang komputer lain
juga mengerti, mengulangi pesan yang tidak terkirim secara utuh, dan
berbagai hal lainnya. Persis layaknya manusia berkomunikasi.

Oke, kini Anda sudah mengerti soal konsep protokol. Selanjutnya, kita akan
menilik lebih lanjut protokol-protokol di setiap layer pada model TCP/IP.
Siap? Let’s go!

Application Layer
Application layer merupakan layer paling atas dalam model TCP/IP. Layer ini
memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan aplikasi.

Berikut ini adalah protokol utama yang digunakan pada application layer,
antara lain HTTP, HTTPS, SMTP, DNS, FTP, dan Telnet.
Transport Layer
Transport layer bertanggung jawab atas keandalan, kontrol aliran, dan
koreksi data yang dikirim melalui jaringan. Dua protokol yang digunakan pada
layer ini adalah TCP dan UDP. Mari kita tengok keduanya.

 TCP
TCP (Transmission Control Protocol) adalah protokol yang connection-
oriented alias berorientasi koneksi. Artinya, TCP akan memastikan
bahwa setiap packet dikirimkan–jika memungkinkan–dengan membuat
koneksi ke perangkat penerima. Jika sebuah paket tidak tiba di tujuan,
TCP akan mengirim ulang paket tersebut. Koneksi akan ditutup hanya
setelah paket berhasil dikirim dengan sukses atau terjadi kondisi
kesalahan yang tidak dapat dipulihkan. Dengan demikian, TCP
termasuk protokol yang andal.
 UDP
UDP (User Datagram Protocol) adalah protokol yang bersifat
connectionless (tanpa koneksi). Maksudnya, UDP tidak memverifikasi
koneksi antara komputer pengirim dan komputer penerima. Setelah
UDP menerima dan memproses packet, ia kemudian akan
melupakannya. UDP juga tidak menjamin bahwa packet tadi akan tiba
di tujuannya.
Network Layer
Tanggung jawab utama dari network layer adalah menerima dan mengirim
packet melalui jaringan. Protokol di layer ini mencakup IP (Internet Protocol),
ARP (Address Resolution Protocol), dan Internet Control Message Protocol
(ICMP).

 IP
IP (Internet Protocol) adalah protokol yang bertanggung jawab untuk
mengirimkan packet ke perangkat jaringan. Protokol ini menggunakan
IP address ketimbang alamat fisik (MAC) untuk merujuk ke perangkat
individu. ARP-lah (nanti kita bahas) yang menangani tugas mengubah
IP address ke MAC address.
 ARP
ARP (Address Resolution Protocol) bertugas untuk membantu IP dalam
mengarahkan packet ke komputer penerima yang sesuai dengan
memetakan MAC address ke IP address.
 ICMP
ICMP (Internet Control Message Protocol) bertanggung jawab untuk
mendeteksi dan melaporkan kesalahan jaringan sekaligus
menyediakan pembaruan status. Misalnya, jika router tidak dapat
mengirimkan paket, ia akan mengirim pesan ICMP kembali ke sumber
paket.
Data Link Layer
Data link layer bertugas untuk mengidentifikasi jenis protokol jaringan pada
packet. Layer ini juga menyediakan error control (kontrol kesalahan) dan
framing (pembuatan frame). 

Berikut beberapa contoh protokol, standar, dan implementasi pada data link
layer:.

 Ethernet
Ethernet merupakan keluarga teknologi jaringan komputer kabel yang
biasa digunakan di Local Area Network (LAN), Metropolitan Area
Network (MAN), dan Wide Area Network (WAN).
 Frame Relay
Frame Relay adalah teknologi Wide Area Network (WAN) standar yang
menentukan physical layer dan data link layer dari saluran
telekomunikasi digital menggunakan metodologi packet switching.
Awalnya dirancang untuk transportasi melintasi Integrated Service
Digital Network (ISDN), kini dapat digunakan untuk banyak antarmuka
jaringan lainnya.
 Token Ring
Token Ring adalah teknologi jaringan komputer yang digunakan untuk
membangun Local Area Network. Token Ring diperkenalkan oleh IBM
pada tahun 1984 dan distandardisasi pada tahun 1989 sebagai IEEE
802.5.
 IEEE 802.11
IEEE 802.11 adalah bagian dari standar IEEE 802 yang menetapkan
kumpulan protokol dari MAC dan physical layer untuk
mengimplementasikan komunikasi komputer Wireless Local Area
Network (WLAN).
 PPP
PPP (Point-to-Point Protocol) adalah protokol yang digunakan untuk
menghubungkan satu sistem komputer ke sistem komputer lainnya.
Komputer menggunakan PPP untuk berkomunikasi melalui jaringan
telepon atau internet.
Physical Layer
Physical layer memiliki tanggung jawab untuk menentukan karakteristik
perangkat keras yang akan digunakan untuk jaringan. Layer ini menjelaskan
standar perangkat keras seperti IEEE 802.3 (spesifikasi untuk media jaringan
Ethernet) dan RS-232 (spesifikasi untuk konektor pin standar).
Berikut beberapa teknologi yang menyediakan layanan pada physical layer:

 Bluetooth physical layer


Bluetooth adalah standar teknologi nirkabel jarak pendek yang
digunakan untuk pertukaran data antarperangkat menggunakan
gelombang radio UHF di ISM band dari 2,402 GHz hingga 2,48 GHz.
Dengan bluetooth, artinya Anda sudah bisa membangun Personal Area
Network (PAN)
 DSL physical layer
DSL (Digital Subscriber Line) merupakan teknologi yang digunakan
untuk mengirimkan data digital melalui saluran telepon. Dalam
pemasaran telekomunikasi, istilah DSL secara luas dipahami sebagai
Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL), yakni teknologi DSL yang
paling umum dipasang untuk akses Internet.
 Ethernet physical layer
Ethernet physical layer adalah fungsionalitas physical layer dari famili
Ethernet yang diterbitkan oleh Institute of Electrical and Electronics
Engineers (IEEE).
 SONET dan SDH physical layer
Synchronous optical networking (SONET) dan Synchronous Digital
Hierarchy adalah protokol standar untuk mentransfer beberapa aliran
bit digital secara sinkron melalui fiber optic (serat optik) menggunakan
laser atau cahaya yang sangat koheren dari LED (light-emitting diode).
 Modem physical layer
Modem (modulator-demodulator) adalah sebuah perangkat keras
komputer untuk mengubah data dari format digital ke dalam bentuk
yang sesuai untuk analog, seperti telepon atau radio.
 USB physical layer
USB (Universal Serial Bus) adalah standar industri yang menetapkan
spesifikasi kabel, konektor, dan protokol untuk koneksi, komunikasi,
dan catu daya antara komputer, periferal, dan komputer lain. Ada
banyak variasi rentetan perangkat keras USB, USB-C adalah yang
paling terkini.

Komunikasi Data pada Model TCP/IP


Sekarang kita akan melihat bagaimana komunikasi data yang terjadi pada
model TCP/IP supaya Anda makin paham lagi tentang model ini. Siapkan
ancang-ancang, mari kita langsung mulai.

Katakanlah kita ingin membuka website www.dicoding.com melalui web


browser yang sudah terhubung ke jaringan (dalam hal ini adalah internet). Itu
berarti, web browser berada di sisi client, sementara web server milik
Dicoding ada di sisi server. Ini dinamakan komunikasi client-server. Oke,
lantas apa yang akan terjadi selanjutnya?

1. Application layer
Layer pertama yang akan berinteraksi dengan browser adalah
application layer. Layer ini mendefinisikan komunikasi antara aplikasi
yang ada di komputer pengirim (client) dan aplikasi di komputer
penerima (server).

2. Transport Layer
Transport layer memiliki tanggung jawab untuk memecah data
(message) yang diterima menjadi potongan yang lebih kecil yang
disebut segment (jika menggunakan TCP) atau datagram (jika
menggunakan UDP).

Katakanlah web server dicoding memiliki proses yang berjalan pada


port 80. Ketika client menyiapkan HTTP request, ia akan
menambahkan TCP header. TCP header berisi banyak hal, sekian di
antaranya adalah source port (port sumber) dan destination port (port
tujuan). Anggap saja source port dalam skenario kita adalah port 7268,
sedangkan source destination-nya adalah port 80.

3. Network Layer
Di network layer, data (segment) akan dipecah menjadi potongan yang
lebih kecil yang disebut packet. Packet yang dihasilkan bisa jadi satu
atau mungkin banyak, tergantung pada berapa banyak data yang ada.

Tugas dari layer ini adalah untuk memastikan bahwa data dari satu
komputer (client) dapat menemukan jalan ke komputer tujuan (server).
Untuk melakukan itu, sebuah IP header yang berisi source IP (IP
sumber) dan destination IP (IP tujuan) ditambahkan ke setiap packet.

Jalur dari client ke server mungkin saja melintasi banyak jaringan. Oleh
karenanya, packet membutuhkan peran dari perangkat jaringan router
untuk berpindah dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Inilah yang
dinamakan routing (perutean).

4. Data Link Layer


Data link layer bertanggung jawab untuk pengiriman lalu lintas pada
satu segmen jaringan atau LAN, dalam istilah TCP/IP berarti
pengiriman dalam satu subnet. Data (packet) dari layer sebelumnya
akan dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut frame.

Kemudian, frame tersebut akan ditambahkan sebuah header yang


berisi source MAC address (MAC address sumber) dan destination
MAC address (MAC address tujuan). Bagi Anda yang belum familier,
MAC address adalah alamat yang ditetapkan dan dimiliki oleh setiap
perangkat fisik.

5. Physical Layer
Sesuai namanya, physical layer bertanggung jawab untuk mengirim
dan menerima data secara fisik. Ada banyak caranya, bisa melalui
gelombang radio (Wi-Fi), sinyal cahaya (Fiber optic), dan lain-lain. Data
yang tadi dikirim dari data link layer kemudian di-encode (dikodekan) ke
dalam bit (1 dan 0), lalu ditransmisikan melalui media fisik.

Pengenalan IP Address
Setelah mengetahui model jaringan dan protokol-protokol yang menyusun
internet, sekarang kita akan spesifik fokus ke protokol yang ada di network
layer, yakni IP alias Internet Protocol.

Seperti yang kita tahu, internet adalah sebuah jaringan yang terdiri dari
banyak jaringan lain yang berbeda-beda. Internet menghubungkan miliaran
perangkat di seluruh dunia. Jadi, apabila saat ini Anda mengakses situs
Dicoding menggunakan laptop atau ponsel yang terkoneksi ke Wi-Fi,
sebenarnya router yang menyebarkan sinyal Wi-Fi tersebut terhubung ke ISP
(Internet Service Provider) alias penyedia layanan internet, kemudian ISP
tersebut menghubungkan Anda ke miliaran perangkat di seluruh dunia
melalui ratusan ribu jaringan yang semuanya saling berhubungan. Fantastis,
bukan?

Namun, tahukah Anda bahwa semua perangkat yang terhubung ke internet


masing-masing memiliki alamat yang unik?
Alamat di internet hanyalah sebuah angka, tetapi unik dan berbeda-beda
untuk setiap komputer atau perangkat jaringan. Konsepnya mirip seperti
alamat rumah. Jika Anda ingin mengirim surat ke kawan, yang harus Anda
ketahui pasti adalah alamat rumahnya, bukan? Selain itu, Anda juga mengerti
bagaimana cara menulis alamat dengan benar sehingga surat tersebut dapat
dibawa oleh petugas pos ke tujuannya dengan tepat. 

Sistem pengalamatan untuk komputer di internet pun serupa dengan itu.


Salah satu protokol terpenting yang digunakan dalam komunikasi di internet
adalah IP (Internet Protocol) dan alamat komputer disebut IP address. IP
address digunakan untuk pengalamatan packet sehingga mereka dapat
melakukan perjalanan melintasi jaringan dan tiba di tujuan yang benar.

Saat Anda mengunjungi sebuah situs web, proses yang terjadi sebenarnya
adalah komputer Anda meminta informasi ke komputer lain. Komputer Anda
mengirim pesan ke IP address milik komputer lain sekaligus mencantumkan
IP address dirinya sendiri agar komputer lain tahu ke mana harus
mengirimkan respons.
Sepanjang alur perjalanan kelas, kita sudah sering kali melihat bentuk dari IP
address. Sayangnya, kita tidak membahasnya terlalu detail, ya. Untuk itu,
sekarang mari kita selami lebih dalam. 
Bentuk IP address yang sedari tadi kita bahas adalah IPv4. Ia memiliki
panjang 32 bit yang terdiri dari 4 oktet, di mana setiap oktet biasanya
dituliskan dalam angka desimal. 8 bit data (atau satu oktet) mewakili angka
desimal dari 0 hingga 255. 

Misalnya, 12.34.56.78 merupakan IPv4 address yang valid,


sementara 123.456.789.100 tidak. Pasalnya, 123.456.789.100 memiliki
angka yang lebih besar daripada yang dapat diwakili oleh 8 bit. 
Format ini dikenal sebagai dotted decimal notation alias notasi desimal
bertitik. Kita akan pelajari hal ini lebih jauh nanti dalam submodul konsep
subnetting.

Penting untuk Anda ketahui bahwa IP address sejatinya adalah milik


jaringan, bukan milik perangkat fisik yang terhubung ke jaringan. Jadi, laptop
atau ponsel yang Anda gunakan saat ini bisa jadi akan memiliki IP address
yang berbeda-beda setiap kali terhubung ke jaringan yang berbeda. Sebagai
contoh, saat terhubung ke Wi-Fi kafe, IP address pada laptop Anda adalah
25.65.171.9. Namun, ketika terhubung ke Wi-Fi rumah, laptop Anda mungkin
akan mendapatkan IP address yang berbeda sehingga berubah menjadi
108.53.96.33.

Proses mendapatkan IP address umumnya merupakan aktivitas yang tak


kasat mata di sisi pengguna. Dalam banyak jaringan modern, Anda dapat
dengan mudah menghubungkan perangkat baru dan langsung mendapatkan
IP address secara otomatis melalui teknologi yang dikenal sebagai Dynamic
Host Configuration Protocol alias DHCP (akan kita bahas nanti). IP address
yang ditetapkan melalui metode ini dikenal sebagai dynamic IP address.
Kebalikannya adalah static IP address, di mana kita perlu mengonfigurasi
komputer secara manual. 

Dalam kebanyakan kasus, static IP address kerap dipakai untuk server dan
perangkat jaringan, sedangkan dynamic IP address sering kali diterapkan
untuk client

Masalah pada IPv4


Saat ini internet sedang mengalami masalah yang cukup besar. Salah satu
masalah utama adalah kita kehabisan IPv4 address. Seperti yang kita
pelajari sebelumnya, IPv4 address memiliki panjang 32 bit. Artinya, ia hanya
memiliki 232 atau sekitar 4 miliar IP address.

Bila dibayangkan sekilas, mungkin angka 4 miliar begitu besar ya. Akan
tetapi, seperti yang dikisahkan pada modul pertama soal sejarah internet,
internet ternyata jauh lebih populer daripada yang dibayangkan saat awal
mula diciptakan. Faktanya, 4 miliar IP address tidaklah cukup.

Coba renungkan, pada tahun 2017 saja jumlah penduduk dunia sudah
mencapai 7 miliar lebih, di mana sebagian besar di antaranya memiliki gawai.
Bahkan, ada beberapa orang yang memiliki lebih dari 1 gawai. Jadi, kita
benar-benar kehabisan IPv4 address! Percayalah, masalah ini telah menjadi
perhatian banyak peneliti dan ahli selama lebih dari satu dekade.

IP address dikelola secara global oleh Internet Assigned Numbers Authority


(IANA) dan juga oleh lima Regional Internet Registries (RIR).

 African Network Information Center (AFRINIC) yang melayani wilayah


Afrika.
 American Registry for Internet Numbers (ARIN) yang melayani wilayah
Antarktika, Kanada, sebagian Karibia, dan Amerika Serikat.
 Asia-Pacific Network Information Centre (APNIC) yang melayani
wilayah Asia Timur, Oceania, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
 Latin America and Caribbean Network Information Centre (LACNIC)
yang melayani wilayah sebagian besar Karibia dan seluruh Amerika
Latin.
 Réseaux IP Européens Network Coordination Centre (RIPE NCC) yang
melayani wilayah Eropa, Asia Tengah, Rusia, and Asia Barat.

Nah, masalah kehabisan IPv4 address dimulai pada 31 Januari 2011. Saat
itu, IANA mengalokasikan 2 blok IPv4 address ke APNIC, yang kemudian
memicu kebijakan global untuk mengalokasikan sisa kumpulan alamat yang
dimiliki IANA di antara lima RIR secara merata. 

Tak selang lama kemudian, Number Resource Organization (NRO)


mengumumkan bahwa kumpulan IPv4 address sudah sepenuhnya habis. Ini
artinya sudah tidak ada lagi IPv4 address yang tersedia untuk pengalokasian
dari IANA ke lima RIR.

Setelah itu, lambat laun akhirnya semua RIR pun kehabisan kumpulan IPv4
address, kecuali yang disimpan untuk transisi ke IPv6 (akan kita bahas
nanti). Peristiwa ini terjadi pada 15 April 2011 untuk APNIC, 10 Juni 2014
untuk LACNIC, 24 September 2015 untuk ARIN, 21 April 2017 untuk
AFRINIC, dan 25 November 2019 untuk RIPE NCC. 

Oke, oke. Rupanya ini adalah masalah yang serius, ya. Jangan khawatir,
semesta punya solusinya. Simak di materi selanjutnya, ya!

Solusi untuk IPv4


Pada tahun 1980-an, problem kehabisan IPv4 address ini sudah diramalkan.
Pertumbuhan pesat jumlah pengguna Internet dan peningkatan perangkat
seluler makin mempercepat penipisan jumlah IPv4 address. Oleh sebab itu,
teknologi baru pun dikembangkan dan lambat laun diadopsi sebagai solusi
untuk menyelesaikan masalah ini. Beberapa solusinya antara lain: CIDR
(Classless Inter-Domain Routing), NAT (Network Address Translation), dan
IPv6 (Internet Protocol version 6). Mari kita kupas tuntas masing-masing
solusi tersebut!

Solusi 1: CIDR
CIDR atau Classless Inter-Domain Routing adalah metode untuk
mengalokasikan IP address dan untuk perutean IP. Sebuah organisasi
bernama Internet Engineering Task Force (IETF) memperkenalkan CIDR
pada tahun 1993, di mana salah satu tujuannya adalah untuk membantu
memperlambat masalah kehabisan IPv4, dan itu berhasil!

Selain itu, pengadopsian CIDR ini juga dimaksudkan untuk menggantikan


metode pengalamatan sebelumnya, yakni classful addressing. Oke, sebelum
kita lebih dalam membahas CIDR atau classless, mari kita tilik dulu sekilas
tentang pengalamatan dengan metode classful yuk agar Anda memahami
konteks materi yang disampaikan.

Sekilas tentang Classful

Metode classful addressing telah digunakan dari tahun 1981–1993 (sampai


CIDR diperkenalkan). Dari masa classful addressing, IP address terdiri dari
dua bagian, yakni: 

 Network ID: Mengidentifikasi keseluruhan jaringan atau segmen


jaringan (subnet).
 Host ID: Menentukan host (perangkat) pada jaringan tersebut.

Pembagian ini digunakan sebagai dasar perutean lalu lintas antarjaringan


dan untuk kebijakan alokasi IP address.

Supaya tidak bingung, mari kita ambil contoh IP address 9.100.100.100. Dari
contoh tersebut, oktet pertama adalah network ID; sedangkan oktet kedua,
ketiga, dan keempat adalah host ID.
Mengapa bisa begitu? Classful addressing membagi IP address menjadi 5
kelas: class A, class B, class C, class D, dan class E. Namun, hanya class A,
B, dan C saja yang digunakan untuk umum (class D digunakan
untuk multicasting dan class E untuk pengujian). Jadi, kita hanya akan
membahas ketiga kelas itu saja. 

Oke, lantas apa sih perbedaan antara masing-masing kelas tersebut? Simak
baik-baik.

 IP address disebut class A apabila oktet pertamanya digunakan untuk


network ID, sedangkan tiga oktet terakhir untuk host ID. Dengan kata
lain, dari keseluruhan 32 bit panjang IP address, 8 bit adalah network
ID dan 24 bit adalah host ID.
 IP address disebut class B apabila dua oktet pertama digunakan untuk
network ID, sedangkan dua oktet terakhir untuk host ID. Dengan kata
lain, dari keseluruhan 32 bit panjang IP address, 16 bit adalah network
ID dan 16 bit adalah host ID.
 IP address disebut class C apabila tiga oktet pertama digunakan untuk
network, sedangkan oktet keempat untuk host ID. Dengan kata lain,
dari keseluruhan 32 bit panjang IP address, 24 bit adalah network ID
dan 8 bit adalah host ID. 

Gambar di bawah ini menjelaskan poin-poin di atas.


Setiap kelas pada classful addressing sebenarnya mewakili sebuah network
atau jaringan dengan ukuran yang berbeda-beda. Misalnya, karena class A
memiliki total 24 bit untuk host ID, jadinya ia menghasilkan 2 24 atau setara
16.777.216 alamat. Bandingkan dengan class C yang hanya memiliki 8 bit
untuk host ID, artinya ia hanya menghasilkan 2 8 atau 256 alamat saja. 

Anda bisa melihat tabel di bawah ini untuk memahami rincian dari masing-
masing kelas dalam metode classful addressing.

Class IP Address Awal IP Address Akhir Jumlah Host per Network

A 0.0.0.0 127.255.255.255 16.777.216


B 128.0.0.0 191.255.255.255 65.536
C 192.0.0.0 223.255.255.255 256
D 224.0.0.0 239.255.255.255 -
E 240.0.0.0 255.255.255.255 -
Jika Anda masih bingung kenapa maksimal angka di tabel tersebut hanya
sebatas 255 saja, ingatlah kembali bahwa setiap oktet dalam IP address
adalah delapan bit, yang berarti setiap angka pada oktet harus bernilai antara
antara 0 hingga 255.

Selain itu, bisa Anda lihat pada tabel di atas, setiap kelas memiliki aturan.
Oktet pertama pada class A haruslah bernilai 0–127, pada class B haruslah
128–191, pada class C bernilai 192–223, dst.

Semoga dengan pembahasan yang singkat ini Anda dapat memahami


classful addressing dengan baik. Intinya, di metode ini Anda tidak bisa
sembarangan menetapkan IP address karena semua ada aturan dan
klasifikasinya. Memang terkesan agak rumit, tetapi untungnya sebagian
besar telah digantikan oleh sistem yang lebih baru dan fleksibel, yakni CIDR
(Classless Inter-Domain Routing). Jadi, yuk lanjutkan materi kita ke CIDR
yang sekaligus menjadi inti materi sebenarnya. 

Classless Inter-Domain Routing

Metode classful addressing bukanlah cara yang efisien untuk pengalamatan


jaringan saat ini, apalagi ditambah pengguna internet yang kian bertambah
pesat. Uh! Tentu akan sukar mengelolanya. 

Dengan classful addressing, network ID akan selalu tetap: 8 bit untuk class
A, 16 bit untuk class B, dan 24 bit untuk class C. Variasi ukuran network atau
jaringan yang seperti itu sayangnya terlalu kaku dan tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan sebagian besar bisnis. 

Bayangkan saja, 254 host di class C tampaknya terlalu kecil untuk banyak
kasus penggunaan, tetapi 65.534 host di class B sering kali malah terlalu
besar. Di sinilah CIDR (Classless Inter-Domain Routing) berperan. 

CIDR merupakan pendekatan yang lebih fleksibel untuk mendeskripsikan


rentang IP address. Saat berbicara tentang CIDR, kita akan sering
menemukan notasi garis miring yang dikenal sebagai CIDR notation. 

Butuh contoh? Oke, mari kita ambil contoh IP address yang sama seperti
sebelumnya, yakni 9.100.100.100. Katakanlah IP address ini memiliki subnet
mask 255.255.255.0 (soal subnet mask akan dijelaskan detail nanti). Nah,
berkat CIDR notation, IP address tersebut kini dapat ditulis sebagai
9.100.100.100/24. 

Angka /24 pada IP address tersebut adalah CIDR notation. Bagaimana


angka tersebut didapat? Begini. Ketika kita ubah subnet mask 255.255.255.0
ke dalam bilangan biner, maka akan ada 24 bit angka “1”.

Tenang, ya. Kita akan pelajari tentang ini lebih detail nanti di submodul
tersendiri bernama Subnet Mask.

Lanjut! Karena sekarang kita tidak lagi peduli dengan classful addressing,
yang kita butuhkan kini adalah network address untuk menentukan network
ID. Dalam contoh kita, berarti network ID-nya adalah 9.100.100.x, sedangkan
host ID-nya adalah x.x.x.100. 

Praktik semacam ini memungkinkan pengguna untuk mengatur ukuran


jaringan yang lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan. Sebelumnya, ukuran
jaringan bersifat statis karena terbatas pada sistem klasifikasi class A, class
B, atau class C.
Kita akan pelajari soal CIDR dan segala hitungannya lebih praktis di
submodul subnetting yang akan datang. Untuk saat ini, mari kita maju ke
solusi kedua dari permasalahan habisnya IPv4, yakni dengan NAT.

Solusi 2: NAT
NAT alias Network Address Translation adalah sebuah teknik di mana satu
IP address diterjemahkan ke IP address yang lain. NAT telah digunakan
banyak pihak untuk berbagai tujuan, mulai dari perlindungan keamanan
hingga membantu memperlambat masalah kehabisan IPv4 address. Di
modul ini, kita hanya akan fokus membahas NAT dari sisi fungsinya sebagai
solusi untuk masalah kehabisan IPv4 address. 

Sebelum itu, mari kita ketahui dulu cara kerjanya. Katakanlah kita memiliki
dua jaringan. Jaringan A memiliki blok IP 10.1.1.0/24 dan di dalamnya
terdapat komputer dengan IP address 10.1.1.100. Di sisi lain, Jaringan B
memiliki blok IP 192.168.1.0/24 dan di dalamnya terdapat sebuah web server
dengan IP address 192.168.1.100. Di antara dua jaringan tersebut, terdapat
sebuah router yang memiliki dua network interface (antarmuka jaringan); satu
di jaringan A dengan IP 10.1.1.1 dan satu lagi di jaringan B dengan IP
192.168.1.1. 
Misalnya, komputer 1 ingin berkomunikasi dengan web server. Begini
prosesnya. Jadi, komputer 1 akan membuat packet yang sesuai di semua
layer dan mengirimkannya ke gateway utama (router) yang berada di antara
dua jaringan tersebut. Karena router ini mendukung NAT, router akan
menulis ulang source IP address, dalam hal ini menjadi IP router di Jaringan
B alias 192.168.1.1. Ketika packet sampai ke web server, nantinya ia akan
terlihat seperti berasal dari router, bukan dari komputer 1.
Kemudian, setelah web server menyusun respons dan mengirimkannya
kembali ke router, router akan mengetahui bahwa packet ini sebenarnya
ditujukan untuk komputer 1, lalu ia akan menulis ulang destination IP
sebelum meneruskannya.

Bagaimana? Sudah paham kan konsep dasarnya? Nah, konsep yang sama
pun berlaku saat NAT digunakan sebagai solusi untuk mencegah habisnya
IPv4 address. Bedanya, NAT menerjemahkan private IP address ke public IP
address. Dengan demikian, meski kita memiliki banyak perangkat di rumah
dan semua terhubung ke internet (misal melalui Wi-Fi), mereka hanya akan
memiliki satu public IP address.
Tunggu dulu, apa itu private dan public IP address? Oke, kami bantu
jabarkan ya. Sederhananya, private IP address adalah rentang IP address
yang dimaksudkan untuk tujuan pribadi atau lokal sehingga tidak dapat
dirutekan di internet alias non-routable address space. 

Private IP address didefinisikan di dalam RFC 1918 pada tahun 1996. RFC


1918 mendefinisikan 3 rentang IP address yang merupakan private IP
address atau non-routable address space, yakni:

 10.0.0.0/8
 172.16.0.0/12
 192.168.0.0/16

Karena ketiga rentang tersebut terpisah dari lalu lintas internet, maka semua
orang berhak memakainya untuk jaringan lokal mereka. Selain itu, karena
router di internet tak akan merutekan atau meneruskan lalu lintas dari private
IP address, maka tak akan ada overlapping atau tumpang tindih IP address
secara global, meski beberapa orang di belahan dunia lain menggunakan
rentang yang sama.

Lantas, bagaimana dengan public IP address? Nah, ini kebalikan dari private
IP address. Public IP address adalah IP address di luar non-routable address
space yang bisa dipakai untuk berkomunikasi di internet (umumnya diberikan
oleh ISP).

Nah, kembali lagi, berkat hadirnya NAT, kini kita bisa memiliki ratusan
bahkan ribuan perangkat yang menggunakan private IP address, tetapi
semuanya dapat terhubung ke internet hanya dengan satu public IP address.

Solusi 3: IPv6
Pada pertengahan 1990-an, masalah habisnya IPv4 address sudah menjadi
perhatian banyak pihak. Oleh sebab itu, IP versi baru pun dikembangkan,
yakni Internet Protocol version 6 (IPv6). 

Mungkin Anda bertanya-tanya, “Apa yang terjadi pada versi 5 atau IPv5?”
Jadi, begini. IPv5 adalah protokol eksperimental yang memperkenalkan
konsep connection (koneksi). IPv5 tidak pernah benar-benar diadopsi secara
luas karena konsep “koneksi” tersebut justru ditangani lebih baik oleh
transport layer pada model TCP/IP. Ditambah lagi, saat pengembangan IPv6
dimulai, konsensusnya adalah untuk tidak menggunakan kembali nama IPv5.
Jadi, nama IPv6-lah yang diambil.
Oke, sekarang mari kita fokus ke pembahasan IPv6, dimulai dari
perbedaannya dengan IPv4. Perbedaan terbesar antara IPv4 dan IPv6
adalah jumlah bit pada alamatnya. Tentu Anda masih ingat bahwa IPv4
address memiliki total 32 bit, yang artinya mungkin ada sekitar 4 miliar IP
address yang bisa digunakan.

Lantas, bagaimana dengan IPv6? IPv6 address berukuran 128 bit. Ini
merupakan hal yang mencengangkan! Apabila kita hitung, 2128 berarti
menghasilkan angka yang sangat panjang, yaitu 39 digit. Rentang angka ini
disebut Undecillion. 

Undecillion mungkin bukanlah angka yang sering kita dengar sehari-hari


karena saking besarnya. Tahukah Anda apa hal yang setara dengan angka
sebesar itu? Jumlah total atom yang membentuk seluruh planet Bumi dan
setiap benda di dalamnya. Jadi, bila kita memberikan IPv6 address ke setiap
atom yang ada di Bumi, itu akan cukup. Wow!

Poin yang ingin penulis sampaikan adalah bahwa kita sedang membicarakan
angka yang sangat besar. Jika Anda penasaran, berikut adalah jumlah IPv6
address yang tersedia.

340.282.366.920.938.463.463.374.607.431.768.211.456
Whoa, mind blowing, bukan? 

Kembali lagi ke topik. IPv6 address berukuran 128 bit, biasanya ditulis dalam
8 grup, masing-masing grup berukuran 16 bit, dan setiap grup tersebut terdiri
dari 4 bilangan heksadesimal. 

Seperti inilah bentuk IPv6 address secara lengkap.

2001:0db8:0000:0000:0000:ff00:0012:3456
Simak baik-baik. Setiap IPv6 address yang dimulai dengan 2001:0db8
merupakan alamat yang memang ditujukan untuk dokumentasi, pendidikan,
buku, atau kursus; seperti materi Dicoding ini. Coba bayangkan, alamat
seperti ini ada lebih dari 18 quintillion jumlahnya. Hanya untuk tujuan
tersebut, faktanya angka ini jauh lebih besar dari seluruh jumlah IPv4
address. 

Kemudian, jika Anda perhatikan contoh IPv6 address di atas, ia tampak


sangat panjang ya. Tenang saja, IPv6 memiliki metode notasi yang
memungkinkan kita untuk meringkasnya.
Ada dua aturan untuk meringkas IPv6 address:

1. Pertama, Anda dapat menghapus angka nol yang ada di depan dari
setiap grup.
2. Kedua, sejumlah grup berurutan yang hanya terdiri dari angka nol
dapat diganti dengan dua tanda titik dua (::). 

Mari kita ambil contoh. Pada IPv6 address berikut:


2001:0db8:0000:0000:0000:ff00:0012:3456, kita bisa menerapkan aturan
pertama, yakni menghapus semua angka nol yang ada di depan setiap grup.
Seperti inilah jadinya:

Kemudian, kita masih bisa menerapkan aturan kedua untuk IPv6 address
tersebut, yaitu mengganti bagian berurutan yang hanya berisi nol dengan dua
tanda titik dua (::). Seperti inilah hasilnya:

Oke, kini kita tahu bahwa jumlah IPv6 address begitu besar. Karena alasan
tersebut, IPv6 tidak memiliki konsep classful addressing seperti IPv4. Namun,
IPv6 address tetap memiliki pembagian network ID dan host ID. 64 bit
pertama dari IPv6 address adalah network ID, sedangkan 64 bit kedua
merupakan host ID. 
Ini berarti setiap network atau jaringan akan memiliki IPv6 address untuk
lebih dari 9 quintillion host.

Konsep Subnetting
Selama mengikuti modul IP Address ini, mungkin sebagian dari Anda masih
kebingungan soal angka-angka IP address yang muncul dan bertanya-tanya,
“IP address yang ini maksudnya apa ya?” Anda tak perlu khawatir, setelah
mempelajari submodul Subnetting ini semua kebingungan Anda akan lenyap.

Sebelum memulai materi, kami ingin mewanti-wanti Anda terlebih dahulu.


Percayalah, jaringan komputer tidak hanya melulu soal teori, konsep, dan
analogi, tetapi juga mengandung ilmu matematika. Tenang, tenang! Ini bukan
soal kalkulus, trigonometri, atau bahkan statistika, melainkan aritmetika. Akan
tetapi, selain hanya pada bilangan desimal, Anda juga wajib menguasai
operasi aritmetika pada bilangan biner.
Apabila merasa masih belum mampu, kami sarankan Anda untuk
mempelajari dan mengakrabkan diri dengannya terlebih dahulu. Pasalnya,
Anda nanti akan sering bertemu dengan bilangan biner. Setelah merasa
yakin, silakan kembali lagi dan lanjutkan modul ini.

Catatan: Anda bisa merujuk ke laman ini.

Oke, sekarang kita mulai. Dalam istilah yang paling dasar, subnetting adalah
proses membagi jaringan besar menjadi beberapa jaringan yang lebih kecil
yang disebut segmen jaringan atau subnetwork/subnet.

Subnet adalah bagian dari suatu jaringan. Sebagai contoh, Jaringan A


memiliki blok IP 172.16.0.0/16. Itu artinya, jaringan tersebut memiliki rentang
IP address yang begitu besar, yakni dari 172.16.0.0 hingga 172.16.255.255
atau sekitar 65.536 IP address.

Nah, alih-alih memiliki satu jaringan yang besar, kita bisa membuat bagian
yang lebih kecil (subnet) dari jaringan tersebut, misal 172.16.1.0/24. Jadi,
subnet 172.16.1.0/24 merupakan bagian dari Jaringan A 172.16.0.0/16. Itulah
mengapa disebut subnet.

Mari kita ambil contoh. Misalnya, sebuah perusahaan memiliki jaringan


(bernama Jaringan A) dengan blok IP 172.16.0.0/16. Perusahaan merasa
ukuran jaringan tersebut terlalu besar untuk bisnisnya. Bayangkan saja,
jaringan tersebut mampu menampung 65.536 IP address. Padahal, mereka
tidak membutuhkan IP address sebanyak itu. Mereka ingin melakukan
efisiensi dengan membagi jaringan menjadi bagian-bagian kecil yang
merepresentasikan 4 departemen: Departemen A, B, C, dan D.

Bagaimanakah solusinya? Simak diagram jaringan di bawah ini.


Diagram di atas adalah arsitektur dari Jaringan A, di dalamnya berisi 4 router
yang merepresentasikan departemen yang berbeda. Di belakang setiap
router, terdapat perangkat switch dengan beberapa host. Ini bisa dilakukan
berkat peran subnetting.

Dengan demikian, alih-alih memiliki satu jaringan yang besar, perusahaan


bisa memiliki 4 subnet untuk setiap departemen. Misalnya, untuk
Departemen B yang memiliki blok IP 172.16.2.0/24, ia hanya memiliki total
256 IP address saja. Jauh lebih efisien, bukan? 

Catatan: Sebenarnya bisa lebih efisien lagi dengan menggunakan angka


CIDR notation yang lebih besar seperti /28 atau /29, tetapi untuk saat ini
cukup itu saja.

Seperti inilah gambar per subnet (departemen) jika dilihat lebih dekat:
Semoga sekarang Anda sudah memahami konsep subnetting. Namun,
jangan senang dulu, itu baru permukaannya saja. Selanjutnya, kita akan
fokus ke subnet mask, yang mana materinya akan lebih dalam. Bersiaplah!

Subnet Mask
Sejauh ini, kita telah mempelajari tentang network ID (untuk mengidentifikasi
network atau jaringan) dan host ID (untuk mengidentifikasi perangkat tertentu
di jaringan).

Namun, sebagian dari Anda mungkin masih bingung dan bertanya-tanya,


“Bagaimana cara untuk mengetahui bagian mana yang merupakan network
ID dan mana yang host ID?” Untuk itulah kita perlu mengenal subnet mask.

Subnet mask adalah angka yang menyerupai IP address, tetapi dengan


fungsi yang berbeda. Subnet mask menjelaskan berapa banyak bit dalam IP
address yang digunakan untuk network ID dengan menutupi bagian network
ID itu sendiri.

Contoh, IP address 192.168.1.0 dengan subnet mask 255.255.255.0


menerangkan bahwa network ID pada IP address tersebut adalah
192.168.1.x. Oh ya, tahukah Anda? Di dunia komputer dan jaringan, IP
address dan subnet mask dalam format desimal seperti ini sesungguhnya
tidak ada artinya, lo. Pasalnya, komputer dan jaringan hanya memahami
angka dalam format bilangan biner, yaitu 1 dan 0. Ini disebut juga sebagai bit.

Jadi, untuk mengerti bagaimana komputer bekerja, kita harus familier dengan
bilangan biner. Seperti inilah IP address dan subnet mask pada contoh kita
jika dituliskan dalam biner.
Mungkin sekarang muncul pertanyaan di benak Anda, “Bagaimana cara
mengetahui bilangan biner dari IP address dan subnet mask?” Untuk
menjawabnya, mari kita pahami sekali lagi bahwa IP address dan subnet
mask itu terdiri dari 32 bit, dibagi ke dalam 4 oktet, dan masing-masing oktet
terdiri dari 8 bit. Di setiap oktetnya, kita bisa tetapkan angka desimal dari 0–
255 (256 nilai).

Sekarang, mari kita lihat 8 Bit Octet Chart (bagan oktet 8 bit) yang mewakili 1
oktet, seperti di bawah ini:

Setiap bit pada skema tersebut merepresentasikan nilai numerik. Mulai dari
kanan, bit pertama memiliki nilai 1 dan kemudian angkanya berlipat ganda di
setiap bit-nya (ke arah kiri): 1, 2, 4, 8, dan seterusnya hingga 128. 

Skema di atas bisa dijadikan acuan dalam mengonversi angka desimal pada
IP address dan subnet mask ke dalam bilangan biner. Caranya, taruh angka
1 atau 0 pada setiap bit. 

 Jika kita taruh “1”, angka yang tertera pada skema akan dihitung. 
 Jika kita taruh “0”, angka yang tertera pada skema tidak dihitung.

Jadi, dengan memanipulasi 1 dan 0 dalam skema oktet 8 bit, kita bisa
menghasilkan angka desimal 0–255. 

Bingung? Oke, kita ambil contoh IP address 192.168.1.0. Oktet pertama dari
IP address ini adalah 192. Nah, bagaimana cara mendapatkan angka biner
dari 192?

Pertama, kita perlu mengacu pada skema oktet 8 bit, lalu menempatkan “1”
di bawah angka yang akan menambahkan nilai total menjadi 192.
Untuk mencapai nilai total 192, kita tempatkan “1” di slot 128 dan 64. Setelah
dihitung, ternyata 128 + 64 adalah 192. Kemudian, karena nilai total telah
tercapai, kita taruh “0” di semua bit sisanya. Jadi, angka biner dari 192
adalah 11000000.

Mari lanjutkan ke oktet berikutnya, yaitu 168.


Untuk mencapai nilai total 168, kita letakkan “1” di bawah angka 128, 32, dan
8; sisanya tinggalkan “0”. Jika angka 128, 32, dan 8 dijumlahkan, hasilnya
adalah 168. Itu artinya, nilai total sudah tercapai. Jadi, angka biner dari 168
adalah 10101000.

Lanjut ke oktet berikutnya adalah 1.


Sederhana, untuk mencapai nilai 1, kita hanya perlu menempatkan “1” di slot
1. Dengan begitu, nilai total sudah tercapai. Jadi, angka biner dari 1 adalah
00000001.

Oktet terakhir adalah 0. 


Kita hanya perlu menaruh “0” di semua slot agar nilai total menjadi 0. Jadi,
angka biner dari 0 adalah 00000000. Simpel!

Dengan demikian, bilangan biner dari 192.168.1.0 adalah sebagai berikut:

Proses konversi biner untuk subnet mask juga bisa dilakukan dengan cara
ini. 
Melalui acuan 8 Bit Octet Chart, hasil yang didapatkan dari subnet mask
255.255.255.0 ialah 11111111.11111111.11111111.0. Karena jika kita
jumlahkan keseluruhan angka pada slot, hasil dari 128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4
+ 2 + 1 adalah 255.

Oke, kini kita telah mendapatkan angka biner dari IP address dan subnet
mask. Selanjutnya, jika ingin mengetahui network ID dari IP address melalui
bilangan biner, Anda bisa sejajarkan bilangan biner IP address dan subnet
mask secara horizontal, lalu coret semua digit IP address yang sejajar
dengan angka 1 di subnet mask.
Dengan begitu, hal ini akan mengungkapkan bahwa 3 oktet pertama dari IP
address tersebut merupakan network ID; sisanya adalah host ID.
Kesimpulannya, angka 1 pada subnet mask menunjukkan network ID atau
network address dan angka 0 menunjukkan host ID atau host address. 

Terakhir, subnet mask dapat ditulis menggunakan cara yang lebih pendek
yang disebut CIDR notation (sudah kita pelajari). Ini dilakukan dengan
menulis garis miring (slash) diikuti total bilangan biner “1” yang ada di subnet
mask. Misalnya, pada contoh IP address dan subnet mask sebelumnya
(192.168.1.0 dan 255.255.255.0), kita bisa tuliskan secara lebih singkat
sebagai 192.168.1.0/24. 

Sekarang Anda sudah paham, kan? Tak perlu sungkan bila Anda ingin
membaca ulang materi ini berkali-kali. Mungkin, tebersit juga di benak Anda
bahwa materi kali ini tampak rumit dan bertele-tele. Namun, percayalah, jika
sudah memahami konsep ini dengan baik, niscaya Anda bisa menyelesaikan
persoalan subnetting dengan cepat.

Studi Kasus: Subnetting


Kita sudah mengupas tuntas soal subnetting di materi sebelumnya. Namun,
tiada artinya jika ilmu tersebut tidak kita aplikasikan pada kehidupan sehari-
hari. Karena dengannya, Anda akan semakin paham bagaimana penerapan
dan fungsi sebenarnya dari subnetting. 

Jadi, mari kita buat contoh. Katakanlah Anda bekerja pada perusahaan
rintisan X. Perusahaan ini memiliki sebuah private network (jaringan pribadi)
dengan blok IP 192.168.1.0/24. Dari blok IP tersebut, perusahaan meminta
Anda untuk mencari tahu beberapa hal berikut:

1. Berapa subnet mask-nya?


2. Mana bagian network ID dan host ID-nya?
3. Berapa subnet yang bisa dibuat?
4. Berapa jumlah host yang bisa dipakai per subnet?

Sebagian dari pertanyaan di atas mungkin sudah Anda ketahui cara


menjawabnya karena sudah dipelajari di materi sebelumnya. Akan tetapi,
sebagiannya lagi mungkin Anda merasa asing. Tak perlu cemas, kita akan
kerjakan bersama-sama. Jadi, mari kita langsung meluncur ke jawaban!
1. Subnet Mask
Dengan melihat blok IP 192.168.1.0/24, kita bisa fokus pada CIDR
notation-nya, yakni /24. Itu artinya, ada 24 angka “1” dalam bilangan
biner. Jadi, subnet mask-nya adalah sebagai
berikut: 11111111.11111111.111111111.0000000.

2. Network ID dan Host ID


Setelah mengetahui subnet mask, kini kita bisa mengidentifikasi mana
bagian network ID dan mana bagian host ID. Simpel, dalam kasus ini,
setiap oktet pada IP address yang selaras dengan angka 1 pada
subnet mask dalam biner adalah network address (network ID), sisanya
host ID.

192.168.1.0
11111111.11111111.111111111.0000000

Jadi, 192.168.1.x adalah network ID, dan x.x.x.0 adalah host ID.

3. Jumlah Subnet
Untuk menghitung jumlah subnet, kita bisa menggunakan rumus 2 x (di
mana x adalah banyaknya angka 1 dalam oktet terakhir di subnet
mask). Mari kita hitung.

Dari subnet mask 11111111.11111111.111111111.0000000, oktet


terakhirnya adalah 0000000. Karena tidak ada angka 1 di sana, berarti
20 = 1. Jadi, dalam kasus kita, subnet yang bisa dibuat hanyalah 1.

Contoh lain, apabila subnet mask-nya adalah /27 atau


11111111.11111111.11111111.11100000, maka 23 = 8 subnet.

4. Jumlah Host per Subnet


Jumlah host per subnet bisa kita ketahui melalui rumus (2 y)-2 (di mana
y adalah banyaknya angka 0 dalam oktet terakhir di subnet mask).
Begini perhitungannya.

Dari subnet mask 11111111.11111111.111111111.0000000, oktet


terakhirnya adalah 0000000. Itu artinya, (28)-2 = 256-2 = 254 host per
subnet.

Coba kita pakai contoh yang berbeda. Apabila subnet mask-nya adalah
/27 atau 11111111.11111111.11111111.11100000, maka (2 5)-2 = 32-2
= 30 host per subnet.
Mungkin saat ini ada pertanyaan yang mengganjal di hati Anda,
“Kenapa harus dikurangi 2?” Jawabannya karena ada 2 IP address
yang tidak bisa dipakai oleh host, yakni network address dan broadcast
address.

Dalam kasus 192.168.1.0/24, network address-nya adalah 192.168.1.0


dan broadcast address-nya adalah 192.168.1.255. Kita akan pelajari
keduanya di modul yang akan datang.

Jadi, rentang IP address yang valid untuk host adalah 192.168.1.1–


192.168.1.254.

Catatan: Di beberapa kasus, rumus menghitung host per subnet tidak


selalu dikurangi 2, bisa jadi dikurangi 3, 4, bahkan 5. Ini karena
beberapa IP address dari host ID digunakan untuk gateway router,
DNS server, atau bahkan disimpan untuk penggunaan di masa
mendatang. 
Itulah studi kasus kita dalam materi subnetting. Perlu Anda ingat bahwa
dunia subnetting itu luas. Masih banyak contoh-contoh lain yang mungkin
levelnya lebih rumit dan kompleks. Namun, untuk saat ini, itu saja yang perlu
Anda ketahui.

Gambaran Umum tentang DHCP


Mengelola banyak komputer di suatu jaringan bisa menjadi pekerjaan yang
ribet dan memakan waktu. Anda sudah belajar soal subnetting, kan?
Bayangkan saja, setiap komputer harus kita konfigurasi sedemikian rupa,
mulai dari IP address, subnet mask, dan lain sebagainya agar bisa saling
berkomunikasi.

Ketahuilah bahwa setiap komputer di jaringan dapat memiliki static IP


address (IP address akan selalu sama dari waktu ke waktu) atau dynamic IP
address (IP address dapat berubah sewaktu-waktu).

Jika kita hanya punya beberapa komputer, mungkin tak masalah untuk
menetapkan static IP address satu per satu ke masing-masing komputer.
Namun, bagaimana jika ada ratusan komputer? Kita harus melakukan hal
yang sama ratusan kali. Ah! Pastinya akan sangat membosankan. Nah, di
sinilah DHCP atau Dynamic Host Configuration Protocol berperan bila Anda
ingin menerapkan dynamic IP address secara otomatis. 

DHCP adalah protokol application layer yang bertugas untuk


mengotomatiskan proses konfigurasi host (perangkat) di suatu jaringan.
Dengan DHCP, host dapat meminta IP address ke DHCP server saat
terhubung ke jaringan dan kemudian menerima semua konfigurasi jaringan
yang diperlukan.
Mungkin ada pertanyaan di benak Anda, “Mana yang perlu kita pilih, static
atau dynamic IP address?” Untuk server atau peralatan jaringan seperti
router, static IP address diperlukan agar host mengetahui IP mereka setiap
saat sehingga bisa berkomunikasi tanpa gangguan.

Contoh lain, apabila sebuah server mengalami kendala atau butuh


pemeliharaan rutin, seorang administrator jaringan perlu terhubung ke server
tersebut melalui IP address-nya. Jika server tidak menggunakan static IP
address, tentunya akan sulit untuk tersambung karena IP address server
akan selalu berubah-ubah. 

Akan tetapi, untuk kasus perangkat client (seperti komputer desktop, laptop,
atau ponsel), yang paling penting bagi mereka adalah memiliki IP di jaringan
yang tepat, tak peduli berapa IP address-nya. Jadi, akan lebih tepat bagi
client untuk menggunakan dynamic IP address. Nah, dengan menggunakan
DHCP, Anda dapat mengonfigurasi rentang IP address yang diperlukan
untuk perangkat client tersebut. Ini memastikan bahwa setiap perangkat
client dapat memperoleh IP address saat mereka membutuhkannya.
Ada beberapa metode bagaimana DHCP beroperasi, di antaranya adalah
dynamic allocation, automatic allocation, dan fixed allocation. Mari kita arungi
satu per satu.

 Dynamic allocation
Metode yang satu ini adalah yang paling umum dan bekerja seperti
pada gambar di atas. Jadi, rentang IP address akan ditetapkan untuk
perangkat client. Nantinya, salah satu IP address tersebut akan
diberikan jika ada client yang memintanya. Dengan dynamic allocation,
IP address untuk masing-masing komputer bisa berbeda-beda setiap
kali terhubung ke jaringan.

 Automatic allocation
Metode ini mirip dengan dynamic allocation, yakni rentang IP address
ditetapkan untuk nantinya diberikan ke client. Perbedaan utamanya,
dalam metode automatic allocation DHCP server diminta untuk
melacak IP address mana yang ditetapkan untuk perangkat client
tertentu di masa lalu. Dengan menggunakan informasi tersebut, DHCP
server akan menetapkan IP address yang sama ke client yang sama
setiap kali diminta.
 Fixed allocation
Jika ingin menggunakan metode fixed allocation, kita perlu membuat
daftar MAC address setiap perangkat beserta IP address yang sesuai
secara manual.

Saat client meminta IP address, DHCP server akan mencari MAC


address si client di dalam tabel. Jika ketemu, DHCP server kemudian
memberikan IP address yang cocok/sesuai.
Namun, apabila MAC address tidak ditemukan, DHCP server akan
menggunakan metode dynamic atau automatic allocation. Bahkan,
mungkin saja tidak memberikan IP address sama sekali. Dengan
begitu, metode ini bisa digunakan untuk meningkatkan keamanan
dengan memastikan bahwa hanya perangkat yang memiliki MAC
address terdaftar saja yang akan memperoleh IP address dan
Sekarang Anda sudah mengerti kan soal DHCP? Perlu disebutkan bahwa
DHCP juga dapat digunakan untuk mengonfigurasi banyak hal di luar apa
yang telah kita bahas di sini, salah satunya adalah menetapkan NTP server.
NTP merupakan singkatan dari Network Time Protocol yang dirancang untuk
menyinkronkan jam komputer melalui jaringan.

Reserved IPv4 Address


Sepanjang pengelanaan materi di modul ini, kita sudah sering menengok
contoh-contoh IPv4 address. Akan tetapi, ada satu hal yang wajib Anda
ketahui. Ada beberapa IPv4 address yang disisihkan oleh IETF (Internet
Engineering Task Force) dan IANA (Internet Assigned Numbers Authority)
untuk tujuan khusus dan tidak dapat digunakan di internet. Alamat-alamat ini
disebut reserved IPv4 address.

Jadi, IP mana saja yang termasuk kategori reserved IPv4 address? Yuk, kita
uraikan!

Network Address
Percaya atau tidak, kita sudah sering melihat rupa dari network address di
kelas ini. Network address menunjukkan mana bagian network ID dan mana
host ID. Misalnya, pada contoh IP address 192.168.10.0/24:

 192.168.10.x adalah bagian network ID, dan


 x.x.x.0 adalah bagian host ID, yang merepresentasikan semua host
yang ada di jaringan. 
Network address kerap dipakai untuk menunjukkan rentang IP address pada
suatu network (jaringan) atau subnet (segmen jaringan). Sebagai contoh, jika
suatu jaringan memiliki blok IP 192.168.10.0/24, itu artinya ia bisa
menampung host mulai dari 192.168.10.1 hingga 192.168.10.254, di mana
192.168.10.0 adalah network address dan 192.168.10.255 adalah broadcast
address (akan kita bahas di submodul ini nanti). 
Perlu Anda ingat, network address tidak bisa Anda pakai untuk perangkat
jaringan karena ia merujuk pada rentang IP address pada network atau
subnet itu sendiri dan digunakan untuk tujuan routing (perutean).

Private IP Address
Jika Anda masih ingat, kita sudah pelajari private IP address pada submodul
Solusi untuk IPv4 ya. Beberapa IP address yang termasuk dalam kategori
private IP address tidak dapat dirutekan oleh router di internet. Ia hanya bisa
digunakan untuk jaringan pribadi, kampus, perusahaan, atau jaringan apa
pun yang tidak terhubung ke internet.

Untuk berkomunikasi dengan dunia luar (internet), private IP address


haruslah diterjemahkan ke public IP address menggunakan proses NAT (kita
juga sudah bahas soal ini). Berikut adalah beberapa rentang alamat yang
terdaftar sebagai private IP address:

Block IPv4 address Rentang Alamat

10.0.0.0/8 10.0.0.0–10.255.255.255
172.16.0.0/12 172.16.0.0–172.31.255.255
192.168.0.0/16 192.168.0.0–192.168.255.255
Tujuan hadirnya private IP address ini adalah untuk mengontrol jumlah IPv4
address yang sudah terbatas. Dengan menggunakan private IP address
dalam LAN, kebutuhan IPv4 address secara global telah menurun secara
signifikan, yang berarti berhasil membantu menunda habisnya IPv4 address.

Loopback IP Address
Blok IP address 127.0.0.0/8 (atau jika ditulis dalam rentang IP address berarti
127.0.0.0–127.255.255.255) ditujukan untuk loopback, yaitu alamat dirinya
sendiri. Loopback IP address juga dikenal sebagai localhost address
(mungkin sebagian dari Anda lebih familier). 

Loopback IP address dikelola sepenuhnya oleh dan di dalam sistem operasi.


Loopback address memungkinkan proses server dan client pada satu sistem
untuk berkomunikasi satu sama lain. Jadi, ketika suatu proses membuat
sebuah packet jaringan dengan alamat tujuan loopback address, sistem
operasi akan mengirimkan packet tersebut ke dirinya sendiri tanpa intervensi
NIC (Network Interface Card). Data yang dikirim pada loopback akan
diteruskan oleh sistem operasi ke antarmuka jaringan virtual (virtual network
interface) dalam sistem operasi.

Link-local Address
Submodul sebelumnya telah menerangkan tentang DHCP yang bertugas
untuk memberikan IP address ke client atau host secara dinamis. Nah,
mungkin Anda bertanya-tanya, “Bagaimana jika ternyata sebuah host tidak
memperoleh IP address dari DHCP server dan belum diberikan IP address
apa pun secara manual?” Di sinilah Anda akan menemukan jawabannya.

Jadi, host dapat menetapkan IP address sendiri dari rentang Link-local


address yang berkisar dari 169.254.0.0–169.254.255.255 (169.254.0.0/16).

Mari kita buat contoh. Asumsikan terdapat sebuah segmen jaringan (subnet),
di mana semua client atau host dikonfigurasi untuk memperoleh IP address
dari DHCP server. Jika DHCP server tersebut sewaktu-waktu tidak tersedia,
sudah pasti tidak akan ada client yang dapat berkomunikasi satu sama lain.
Dengan absennya DHCP server, setiap client secara acak akan memilih IP
address dari rentang link-local address yang disebutkan di atas. Setelah
semua client menggunakan link-local address dengan rentang yang sama,
mereka dapat berkomunikasi satu sama lain. 

Perlu Anda ingat juga bahwa IP address ini tidak dapat membantu client
untuk berkomunikasi jika mereka tidak berada dalam segmen jaringan
(subnet) yang sama. Terlebih lagi, IP address ini tidak bisa dirutekan oleh
router di internet.

Broadcast Address
Broadcast address adalah IP address yang memungkinkan data atau pesan
dikirim secara bersamaan ke semua host pada segmen jaringan (subnet)
tertentu daripada ke satu host saja. Ada dua jenis broadcast address pada
IPv4:

 Limited broadcast
Contoh limited broadcast address adalah 255.255.255.255. Disebut
"limited” alias “terbatas" karena IP address ini tidak pernah dirutekan
atau diteruskan oleh router.
 Directed broadcast
Contoh directed broadcast address dari 192.0.2.0/24 adalah
192.0.2.255 (bagian host ID diatur menjadi semua “1” dalam biner atau
semua 255 dalam desimal). Directed broadcast adalah sebuah pesan
siaran (broadcast) yang dikirim ke semua perangkat yang ada di suatu
jaringan.

Default Route Address


Default route adalah rute yang berlaku ketika tidak ada rute lain yang tersedia
untuk alamat tujuan IP. Default route di IPv4 dituliskan sebagai 0.0.0.0/0.
Semua angka nol pada IP address (network ID) dan CIDR notation tersebut
memiliki arti “semua jaringan” dan “semua host”.

Latihan Merancang Jaringan Sederhana di Cisco


Packet Tracer
Setelah mampu menerjang semua materi yang diberikan, kini Anda
memasuki area latihan. Latihan kali ini akan mengajarkan Anda cara
merancang jaringan sederhana di Cisco Packet Tracer dengan
mengimplementasikan beberapa teori yang telah dipelajari di modul IP
Address.

Cisco Packet Tracer adalah tools milik Cisco yang memungkinkan kita untuk
menyimulasikan alat-alat jaringan. Tools ini biasa digunakan sebagai media
pembelajaran dan pelatihan terkait jaringan komputer. Saat kita belajar
tentang jaringan, mustahil rasanya jika kita lepas dari tools yang satu ini.

Oke, sebelum langsung terjun ke lapangan, mari kita awali dengan sebuah
cerita terlebih dahulu supaya Anda terbayang nantinya. 

Anggap saja Anda bekerja di perusahaan rintisan bernama CashBackEnd


(perusahaan fiktif) yang bergerak di bidang finansial. Perusahaan ini baru
saja menyewa kantor baru dan ingin melakukan instalasi jaringan pribadi.
Perusahaan meminta Anda untuk membuat rancangan jaringan yang
interaktif sebelum akhirnya mereka implementasikan di kantor.

Spesifikasinya tidak terlalu rumit, mengingat ini adalah perusahaan rintisan


yang baru berkembang. Perusahaan hanya memiliki 1 router, 1 switch, 3
komputer, dan 2 laptop. Oke, pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita
mewujudkan permintaan ini?

Berikut adalah tahapan proses yang akan kita lakukan:

1. Mengunduh dan menginstal Cisco Packet Tracer.


2. Merancang jaringan sederhana di Cisco Packet Tracer.
3. Menguji konektivitas antarperangkat di jaringan tersebut.

Sudah siap? Yuk, kita langsung mulai.

Persiapan
Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah mengunduh dan menginstal
aplikasi Cisco Packet Tracer. Ikuti langkah-langkah berikut:

1. Kunjungi laman pengunduhan Cisco Packet Tracer


berikut: https://skillsforall.com/resources/lab-downloads. Oh iya, untuk
bisa mengunduh aplikasi, Anda perlu login terlebih dahulu
menggunakan akun Skills For All. Jadi, silakan klik tombol Login.

2. Jika Anda belum memiliki akun, silakan buat terlebih dahulu dengan
memilih Sign up. Apabila sudah, silakan lanjutkan proses login dengan
memasukkan kredensial akun yang tadi dibuat. Opsi lain, Anda bisa
login melalui Google atau bahkan NetAcad jika punya.
3. Setelah proses login sukses, kini Anda bisa mengunduh aplikasi Cisco
Packet Tracer. Silakan pilih sesuai sistem operasi yang Anda gunakan.

4. Tunggu hingga proses pengunduhan installer usai. Lantas,


bukalah installer tersebut.
5. Anda bisa klik tombol Next terus-menerus, lalu klik Install. Jika proses
instalasi berhasil, lanjut klik Finish. Itu akan meluncurkan aplikasi
Cisco Packet Tracer.
Catatan: Jika muncul pop-up Windows Security Alert, klik Allow
access.
6. Saat aplikasi muncul, ia akan menampilkan opsi login. Pilihlah tombol
hijau bertuliskan Skills For All.
7. Nantinya, akan terbuka browser tab baru untuk memproses login Anda.
Jika muncul tulisan “You have successfully logged in to Cisco Packet
Tracer. You may close this tab.”, artinya Anda sudah berhasil login dan
bisa menutup tab tersebut. Kemudian, akses kembali Cisco Packet
Tracer Anda.
Oke, proses persiapan berakhir di sini. Selanjutnya, kita akan praktik
merancang jaringan sederhana.

Merancang Jaringan Sederhana


Oke, sekarang semua telah siap, waktunya praktik! Di bagian ini, kita akan
menambahkan PC, laptop, router, dan juga kabel untuk menghubungkan
perangkat.

1. Pastikan aplikasi Cisco Packet Tracer sedang terbuka. Fokus ke menu


bagian bawah, tambahkan PC dengan cara berikut: End Devices -
> End Devices -> PC. Anda bisa lakukan drag & drop pada ikon PC
untuk menambahkannya ke kanvas.

2. Lakukan hal yang sama hingga Anda memiliki 3 komputer yang sejajar.

3. Setelah itu, tambahkan 2 perangkat laptop dengan cara: End Devices -


> End Devices > Laptop. Seperti inilah hasilnya:

4. Lanjut, tambahkan 1 router dengan cara: Network Devices -


> Wireless Devices -> WRT300N. Perangkat router yang satu ini
memiliki kapabilitas sebagai wireless router. Ia bisa menghubungkan
perangkat baik melalui koneksi wireless (nirkabel) maupun wired
(kabel). Di bawah ini adalah tampilan di kanvas Cisco Packet Tracer,
silakan sesuaikan.

Catatan: Jika Anda ingin melihat rupa asli dari perangkat router Linksys
WRT300N, silakan kunjungi halaman Linksys Official Support.
5. Berikutnya, kita perlu menambahkan perangkat switch untuk
mengelompokkan 3 PC tersebut. Caranya, pilih Network Devices -
> Switches -> 2960.
Catatan: Jika Anda ingin melihat rupa asli dari perangkat switch Cisco
Catalyst 2960 Series, silakan kunjungi halaman Cisco Product Support.
6. Oke, semua perangkat yang dibutuhkan sudah lengkap. Selanjutnya,
kita perlu menghubungkan ketiga PC dengan switch dan kemudian
switch dengan router melalui kabel. Anda bisa melakukannya dengan
memilih Connections -> Connections -> Copper Straight-
Through (tipe kabel untuk menghubungkan jenis perangkat yang
berbeda).
7. Pertama, silakan hubungkan PC0 ke Switch0 dengan langkah-langkah
berikut:

1. Dalam kondisi sudah memilih Copper Straight-Through,


klik PC0 -> FastEthernet0.
2. Lalu, klik Switch0 -> FastEthernet0/1.
Seperti ini eksekusinya:
8. Masih menggunakan kabel Copper Straight-Through, lanjut hubungkan
perangkat-perangkat berikut:

1. PC1 (FastEthernet0) ke Switch0 (FastEthernet0/2).
2. PC2 (FastEthernet0) ke Switch0 (FastEthernet0/3).
3. Switch0 (FastEthernet0/4) ke Wireless Router0 (Ethernet 1).
    Hasilnya akan seperti ini:

        Catatan: Tunggu hingga warna indikator pada kabel menjadi hijau.

9. Langkah selanjutnya adalah menghubungkan laptop dengan router.


Tidak seperti PC yang menggunakan kabel, laptop akan terhubung
menggunakan koneksi wireless. Sayangnya, secara default, laptop
pada Cisco Packet Tracer tidak terpasang wireless module (antarmuka
jaringan untuk koneksi nirkabel). Jadi, kita perlu memasangnya sendiri.
10. Silakan klik Laptop0, lalu masuk ke tab Physical. Setelah itu,
klik tombol Zoom In agar tampilan perangkat laptop lebih jelas dilihat.

11. Lanjut, kita perlu mengganti Ethernet copper module dan


menggantinya dengan Wireless WPC300N module. Serupa dengan
dunia nyata, Anda perlu mematikan laptop terlebih dahulu dengan
menekan tombol power.
Pastikan indikator di tombol power sudah mati, ya.
12. Lakukan drag & drop pada Ethernet module ke kolom MODULES
di sebelah kiri untuk melepasnya, kemudian drag & drop WPC300N
module ke bagian yang kosong untuk memasangnya. Terakhir,
nyalakan kembali laptop dengan menekan tombol power (pastikan
indikator di tombol power menyala, ya).
Catatan: Jika Anda ingin melihat rupa asli dari perangkat WPC300N,
silakan kunjungi halaman Linksys Official Support.
13. Lakukan hal yang sama pada laptop kedua (Laptop1).
14. Setelah semuanya terkonfigurasi, tampilan kanvas pada Cisco
Packet Tracer akan seperti berikut:

15. Meski kini semua perangkat sudah terhubung dengan router,


tetapi mereka masih belum bisa berkomunikasi satu sama lain. Ini
karena kita belum mengonfigurasi IP address pada setiap perangkat.
16. Untung saja perangkat laptop di Cisco Packet Tracer (setelah
memiliki wireless module) umumnya bisa langsung terkoneksi ke
wireless router (terutama jika hanya ada 1 wireless router) dan saat itu
juga mendapatkan IP address secara otomatis melalui mekanisme
DHCP. Mari kita pastikan!
17. Klik Laptop0 -> Desktop tab -> PC Wireless. 
18. Saat halaman PC Wireless terbuka, klik Connect tab, pilih
wireless network yang tersedia, lalu klik tombol Connect. Jika sudah,
tutup halaman dengan klik tombol x.

19. Di Desktop tab, pilih menu IP Configuration. Pastikan


opsi DHCP pada bagian IP Configuration terpilih dan Anda
mendapatkan IP address dari range (rentang) 192.168.0.x. Apabila
Anda menerima IP address selain dari range tersebut (misal
169.254.x.x alias Link-local address), coba klik Static dahulu dan klik
DHCP kembali sampai mendapatkan range IP address yang tepat.

20. Selanjutnya, lakukan hal yang sama pada laptop kedua


(Laptop1) hingga akhirnya tampilan IP Configuration menjadi seperti
berikut:

21. Mungkin Anda bertanya, “Kenapa laptop mendapatkan range IP


address 192.168.0.0/24? Memangnya seperti apa konfigurasi DHCP
server-nya?” Ketahuilah bahwa DHCP server dalam kasus latihan kita
sudah terintegrasi di dalam wireless router. Jadi, selain mengatur lalu
lintas jaringan kabel dan nirkabel, router juga memiliki kapabilitas
sebagai DHCP server. Keren, kan? 
22. Bila Anda penasaran, silakan klik Wireless Router0 -> GUI tab -
> Setup tab, fokus pada bagian Network Setup.

23. Jadi, saat pertama kali wireless router yang kita pilih ditaruh ke
kanvas pada Cisco Packet Tracer, ia akan menyala dan memiliki
konfigurasi default seperti ini:
Bagian Router IP berisi IP Address dan Subnet Mask yang dimiliki oleh
wireless router. IP address router inilah yang menjadi Default Gateway
pada konfigurasi host (laptop maupun PC). Sementara itu,
bagian DHCP Server Settings berisi konfigurasi DHCP, di mana
maksimum jumlah host adalah 50 dan IP address yang bisa digunakan
oleh host adalah mulai dari 192.168.0.100 sampai 192.168.0.149.
Inilah alasan kenapa laptop mendapatkan IP address dari rentang
tersebut. Sudah paham kan sekarang?
24. Nah, karena Laptop0 dan Laptop1 sama-sama terkoneksi
dengan Wireless Router0, keduanya bisa saling berkomunikasi.
25. Namun, bila Anda coba mengirim pesan dari PC0 ke Laptop0,
hasilnya akan Failed.
Mengapa begitu? Ini karena kita belum mengonfigurasi IP address
pada PC, baik PC1, PC2, maupun PC3.
26. Jika laptop kita konfigurasi menggunakan dynamic IP address
(DHCP), PC akan kita berikan static IP address (manual). Ini dilakukan
agar Anda mampu memahami materi dengan baik. Silakan klik PC0 -
> Desktop tab -> IP Configuration.
27. Pilih Static, lalu sesuaikan dengan konfigurasi berikut:

PC0
IPv4 Address 192.168.0.10 (IP address masih dalam rentang 192.168.0.0/24)
Subnet Mask 255.255.255.0 (/24)
Default Gateway 192.168.0.1 (IP address milik router)
DNS Server 0.0.0.0 (saat ini kita tidak menentukan DNS server, jadi isikan seperti itu saja)
28. Seperti inilah tampilannya:

Catatan: Abaikan area IPv6 Configuration.

28. Lakukan hal yang sama pada PC lain, berikut konfigurasinya.

PC1
IPv4 Address 192.168.0.11
Subnet Mask 255.255.255.0
Default Gateway 192.168.0.1
DNS Server 0.0.0.0
PC2
IPv4 Address 192.168.0.12
Subnet Mask 255.255.255.0
Default Gateway 192.168.0.1
DNS Server 0.0.0.0
Oke, sampai di titik ini kita sudah berhasil mengonfigurasi semua perangkat.
Waktunya pengujian!

Pengujian
Sekarang kita akan melakukan pengujian dengan cara mengirim pesan dari
PC ke PC, PC ke laptop, dan laptop ke laptop.

1. Cobalah untuk mengirim pesan dari PC0 ke PC2. Niscaya Anda akan
mendapatkan respons successful di bagian kanan bawah.
2. Kemudian, coba kirim pesan dari PC0 ke Laptop0. Pasti berhasil!
3. Selanjutnya, silakan Anda uji coba sendiri. Pastikan semua perangkat
bisa saling berkomunikasi satu sama lain.
Oke, dengan keberhasilan pengujian, itu menutup latihan kita kali ini.
Semoga kini Anda semakin paham dengan apa yang diajarkan di modul IP
Address. Good Job!

Rangkuman IP Address

Pengenalan IP Address
Semua perangkat yang terhubung ke internet masing-masing memiliki alamat
yang unik. Alamat di internet hanyalah sebuah angka, tetapi unik dan
berbeda-beda untuk setiap komputer atau perangkat jaringan. Konsepnya
mirip seperti alamat rumah. Jika Anda ingin mengirim surat ke kawan, yang
harus Anda ketahui pasti adalah alamat rumahnya, bukan? Selain itu, Anda
juga mengerti bagaimana cara menulis alamat dengan benar sehingga surat
tersebut dapat dibawa oleh petugas pos ke tujuannya dengan tepat. 

Sistem pengalamatan untuk komputer di internet pun serupa dengan itu.


Salah satu protokol terpenting yang digunakan dalam komunikasi di internet
adalah IP (Internet Protocol) dan alamat komputer disebut IP address. IP
address digunakan untuk pengalamatan packet sehingga mereka dapat
melakukan perjalanan melintasi jaringan dan tiba di tujuan yang benar.

Bentuk IP address yang kita bahas adalah IPv4. IPv4 address memiliki
panjang 32 bit yang terdiri dari 4 oktet, di mana setiap oktet biasanya
dituliskan dalam angka desimal. 8 bit data (atau satu oktet) mewakili angka
desimal dari 0 hingga 255. 

Misalnya, 12.34.56.78 merupakan IPv4 address yang valid,


sementara 123.456.789.100 tidak. Pasalnya, 123.456.789.100 memiliki
angka yang lebih besar daripada yang dapat diwakili oleh 8 bit. 

Format ini dikenal sebagai dotted decimal notation alias notasi desimal


bertitik. Kita akan pelajari hal ini lebih jauh nanti dalam submodul konsep
subnetting.
Masalah pada IPv4
Saat ini internet sedang mengalami masalah yang cukup besar. Salah satu
masalah utama adalah kita kehabisan IPv4 address. Seperti yang kita
pelajari sebelumnya, IPv4 address memiliki panjang 32 bit. Artinya, ia hanya
memiliki 232 atau sekitar 4 miliar IP address.

Bila dibayangkan sekilas, mungkin angka 4 miliar begitu besar ya. Akan
tetapi, seperti yang dikisahkan pada modul pertama soal sejarah internet,
internet ternyata jauh lebih populer daripada yang dibayangkan saat awal
mula diciptakan. Faktanya, 4 miliar IP address tidaklah cukup.

Nah, masalah kehabisan IPv4 address dimulai pada 31 Januari 2011. Saat
itu, IANA mengalokasikan 2 blok IPv4 address ke APNIC, yang kemudian
memicu kebijakan global untuk mengalokasikan sisa kumpulan alamat yang
dimiliki IANA di antara lima RIR secara merata. 

Tak selang lama kemudian, Number Resource Organization (NRO)


mengumumkan bahwa kumpulan IPv4 address sudah sepenuhnya habis. Ini
artinya sudah tidak ada lagi IPv4 address yang tersedia untuk pengalokasian
dari IANA ke lima RIR.

Setelah itu, lambat laun akhirnya semua RIR pun kehabisan kumpulan IPv4
address, kecuali yang disimpan untuk transisi ke IPv6 (akan kita bahas
nanti). Peristiwa ini terjadi pada 15 April 2011 untuk APNIC, 10 Juni 2014
untuk LACNIC, 24 September 2015 untuk ARIN, 21 April 2017 untuk
AFRINIC, dan 25 November 2019 untuk RIPE NCC. 

Solusi untuk IPv4


Solusi 1: CIDR
CIDR atau Classless Inter-Domain Routing adalah metode untuk
mengalokasikan IP address dan untuk perutean IP. Sebuah organisasi
bernama Internet Engineering Task Force (IETF) memperkenalkan CIDR
pada tahun 1993, di mana salah satu tujuannya adalah untuk membantu
memperlambat masalah kehabisan IPv4, dan itu berhasil!

Selain itu, pengadopsian CIDR ini juga dimaksudkan untuk menggantikan


metode pengalamatan sebelumnya, yakni classful addressing. Oke, sebelum
kita lebih dalam membahas CIDR atau classless, mari kita tilik dulu sekilas
tentang pengalamatan dengan metode classful yuk agar Anda memahami
konteks materi yang disampaikan.
CIDR merupakan pendekatan yang lebih fleksibel untuk mendeskripsikan
rentang IP address. Saat berbicara tentang CIDR, kita akan sering
menemukan notasi garis miring yang dikenal sebagai CIDR notation.

Butuh contoh? Oke, mari kita ambil contoh IP address yang sama seperti
sebelumnya, yakni 9.100.100.100. Katakanlah IP address ini memiliki subnet
mask 255.255.255.0. Nah, berkat CIDR notation, IP address tersebut kini
dapat ditulis sebagai 9.100.100.100/24. Karena sekarang kita tidak lagi peduli
dengan classful addressing, yang kita butuhkan kini adalah network mask
untuk menentukan network ID. Dalam contoh kita, berarti network ID-nya
adalah 9.100.100.x, sedangkan host ID-nya adalah x.x.x.100. 

Solusi 2: NAT
NAT alias Network Address Translation adalah sebuah teknik di mana satu
IP address diterjemahkan ke IP address yang lain. NAT telah digunakan
banyak pihak untuk berbagai tujuan, mulai dari perlindungan keamanan
hingga membantu memperlambat masalah kehabisan IPv4 address. Di
modul ini, kita hanya akan fokus membahas NAT dari sisi fungsinya sebagai
solusi untuk masalah kehabisan IPv4 address. 

NAT menerjemahkan private IP address ke public IP address. Dengan


demikian, meski kita memiliki banyak perangkat di rumah dan semua
terhubung ke internet (misal melalui Wi-Fi), mereka hanya akan memiliki satu
public IP address.

Berkat hadirnya NAT, kini kita bisa memiliki ratusan bahkan ribuan perangkat
yang menggunakan private IP address, tetapi semuanya dapat terhubung ke
internet hanya dengan satu public IP address.

Solusi 3: IPv6
Pada pertengahan 1990-an, masalah habisnya IPv4 address sudah menjadi
perhatian banyak pihak. Oleh sebab itu, IP versi baru pun dikembangkan,
yakni Internet Protocol version 6 (IPv6). 

Perbedaan terbesar antara IPv4 dan IPv6 adalah jumlah bit pada alamatnya.
Tentu Anda masih ingat bahwa IPv4 address memiliki total 32 bit, yang
artinya mungkin ada sekitar 4 miliar IP address yang bisa digunakan.

Lantas, bagaimana dengan IPv6? IPv6 address berukuran 128 bit. Ini
merupakan hal yang mencengangkan! Apabila kita hitung, 2128 berarti
menghasilkan angka yang sangat panjang, yaitu 39 digit. Rentang angka ini
disebut Undecillion. 
IPv6 address berukuran 128 bit, biasanya ditulis dalam 8 grup, masing-
masing grup berukuran 16 bit, dan setiap grup tersebut terdiri dari 4 bilangan
heksadesimal. 

Seperti inilah bentuk IPv6 address secara lengkap:

2001:0db8:0000:0000:0000:ff00:0012:3456

Konsep Subnetting
Dalam istilah yang paling dasar, subnetting adalah proses membagi jaringan
besar menjadi beberapa jaringan yang lebih kecil yang disebut segmen
jaringan atau subnetwork/subnet.

Subnet adalah bagian dari suatu jaringan. Sebagai contoh, Jaringan A


memiliki blok IP 172.16.0.0/16. Itu artinya, jaringan tersebut memiliki rentang
IP address yang begitu besar, yakni dari 172.16.0.0 hingga 172.16.255.255
atau sekitar 65.536 IP address.

Nah, alih-alih memiliki satu jaringan yang besar, kita bisa membuat bagian
yang lebih kecil (subnet) dari jaringan tersebut, misal 172.16.1.0/24. Jadi,
subnet 172.16.1.0/24 merupakan bagian dari Jaringan A 172.16.0.0/16. Itulah
mengapa disebut subnet.

Subnet Mask
Subnet mask adalah angka yang menyerupai IP address, tetapi dengan
fungsi yang berbeda. Subnet mask menjelaskan berapa banyak bit dalam IP
address yang digunakan untuk network ID dengan menutupi bagian network
ID itu sendiri.

Contoh, IP address 192.168.1.0 dengan subnet mask 255.255.255.0


menerangkan bahwa network ID pada IP address tersebut
adalah 192.168.1.x. Oh ya, tahukah Anda? Di dunia komputer dan jaringan,
IP address dan subnet mask dalam format desimal seperti ini sesungguhnya
tidak ada artinya, lo. Pasalnya, komputer dan jaringan hanya memahami
angka dalam format bilangan biner, yaitu 1 dan 0. Ini disebut juga sebagai bit.

Subnet mask dapat ditulis menggunakan cara yang lebih pendek yang
disebut CIDR notation (sudah kita pelajari). Ini dilakukan dengan menulis
garis miring (slash) diikuti total bilangan biner “1” yang ada di subnet mask.
Misalnya, pada contoh IP address dan subnet mask sebelumnya
(192.168.1.0 dan 255.255.255.0), kita bisa tuliskan secara lebih singkat
sebagai 192.168.1.0/24.

Studi Kasus: Subnetting


Katakanlah Anda bekerja pada perusahaan rintisan X. Perusahaan ini
memiliki sebuah private network (jaringan pribadi) dengan blok IP
192.168.1.0/24. Dari blok IP tersebut, perusahaan meminta Anda untuk
mencari tahu beberapa hal berikut:

1. Berapa subnet mask-nya?


2. Mana bagian network ID dan host ID-nya?
3. Berapa subnet yang bisa dibuat?
4. Berapa jumlah host yang bisa dipakai per subnet?

Yuk langsung meluncur ke jawaban!

1. Subnet Mask
Dengan melihat blok IP 192.168.1.0/24, kita bisa fokus pada CIDR
notation-nya, yakni /24. Itu artinya, ada 24 angka “1” dalam bilangan
biner. Jadi, subnet mask-nya adalah sebagai
berikut: 11111111.11111111.111111111.0000000.

2. Network ID dan Host ID


Setelah mengetahui subnet mask, kini kita bisa mengidentifikasi mana
bagian network ID dan mana bagian host ID. Simpel, dalam kasus ini,
setiap oktet pada IP address yang selaras dengan angka 1 pada
subnet mask dalam biner adalah network address (network ID), sisanya
host ID.

192.168.1.0
11111111.11111111.111111111.0000000

Jadi, 192.168.1.x adalah network ID, dan x.x.x.0 adalah host ID.

3. Jumlah Subnet
Untuk menghitung jumlah subnet, kita bisa menggunakan rumus 2x (di
mana x adalah banyaknya angka 1 dalam oktet terakhir di subnet
mask). Mari kita hitung.
Dari subnet mask 11111111.11111111.111111111.0000000, oktet
terakhirnya adalah 0000000. Karena tidak ada angka 1 di sana, berarti
20 = 1. Jadi, dalam kasus kita, subnet yang bisa dibuat hanyalah 1.

Contoh lain, apabila subnet mask-nya adalah /27 atau


11111111.11111111.11111111.11100000, maka 23 = 8 subnet.

4. Jumlah Host per Subnet


Jumlah host per subnet bisa kita ketahui melalui rumus (2y)-2 (di mana
y adalah banyaknya angka 0 dalam oktet terakhir di subnet mask).
Begini perhitungannya.

Dari subnet mask 11111111.11111111.111111111.0000000, oktet


terakhirnya adalah 0000000. Itu artinya, (28)-2 = 256-2 = 254 host per
subnet.

Coba kita pakai contoh yang berbeda. Apabila subnet mask-nya adalah
/27 atau 11111111.11111111.11111111.11100000, maka (25)-2 = 32-2
= 30 host per subnet.

Mungkin saat ini ada pertanyaan yang mengganjal di hati Anda,


“Kenapa harus dikurangi 2?” Jawabannya karena ada 2 IP address
yang tidak bisa dipakai oleh host, yakni network address dan broadcast
address.

Dalam kasus 192.168.1.0/24, network address-nya adalah 192.168.1.0


dan broadcast address-nya adalah 192.168.1.255. Kita akan pelajari
keduanya di modul yang akan datang.

Jadi, rentang IP address yang valid untuk host adalah 192.168.1.1–


192.168.1.254.

Catatan: Di beberapa kasus, rumus menghitung host per subnet tidak


selalu dikurangi 2, bisa jadi dikurangi 3, 4, bahkan 5. Ini karena
beberapa IP address dari host ID digunakan untuk gateway router,
DNS server, atau bahkan disimpan untuk penggunaan di masa
mendatang.
Itulah studi kasus kita dalam materi subnetting. Perlu Anda ingat bahwa
dunia subnetting itu luas. Masih banyak contoh-contoh lain yang mungkin
levelnya lebih rumit dan kompleks. Namun, untuk saat ini, itu saja yang perlu
Anda ketahui.
Gambaran Umum tentang DHCP
DHCP adalah protokol application layer yang bertugas untuk
mengotomatiskan proses konfigurasi host (perangkat) di suatu jaringan.
Dengan DHCP, host dapat meminta IP address ke DHCP server saat
terhubung ke jaringan dan kemudian menerima semua konfigurasi jaringan
yang diperlukan.

Ada beberapa metode bagaimana DHCP beroperasi, di antaranya adalah


dynamic allocation, automatic allocation, dan fixed allocation. Mari kita arungi
satu per satu.

 Dynamic allocation
Metode yang satu ini adalah yang paling umum dan bekerja seperti
pada gambar di atas. Jadi, rentang IP address akan ditetapkan untuk
perangkat client. Nantinya, salah satu IP address tersebut akan
diberikan jika ada client yang memintanya. Dengan dynamic allocation,
IP address untuk masing-masing komputer bisa berbeda-beda setiap
kali terhubung ke jaringan.

 Automatic allocation
Metode ini mirip dengan dynamic allocation, yakni rentang IP address
ditetapkan untuk nantinya diberikan ke client. Perbedaan utamanya,
dalam metode automatic allocation DHCP server diminta untuk
melacak IP address mana yang ditetapkan untuk perangkat client
tertentu di masa lalu. Dengan menggunakan informasi tersebut, DHCP
server akan menetapkan IP address yang sama ke client yang sama
setiap kali diminta.

 Fixed allocation
Jika ingin menggunakan metode fixed allocation, kita perlu membuat
daftar MAC address setiap perangkat beserta IP address yang sesuai
secara manual.

Saat client meminta IP address, DHCP server akan mencari MAC


address si client di dalam tabel. Jika ketemu, DHCP server kemudian
memberikan IP address yang cocok/sesuai.
Namun, apabila MAC address tidak ditemukan, DHCP server akan
menggunakan metode dynamic atau automatic allocation. Bahkan,
mungkin saja tidak memberikan IP address sama sekali. Dengan
begitu, metode ini bisa digunakan untuk meningkatkan keamanan
dengan memastikan bahwa hanya perangkat yang memiliki MAC
address terdaftar saja yang akan memperoleh IP address dan
berkomunikasi di jaringan.

Reserved IPv4 Address


Network Address
Network address menunjukkan mana bagian network ID dan mana host ID.
Misalnya, pada contoh IP address 192.168.10.0/24:

 192.168.10.x adalah bagian network ID, dan


 x.x.x.0 adalah bagian host ID, yang merepresentasikan semua host
yang ada di jaringan.

Network address kerap dipakai untuk menunjukkan rentang IP address pada


suatu network (jaringan) atau subnet (segmen jaringan). Sebagai contoh, jika
suatu jaringan memiliki blok IP 192.168.10.0/24, itu artinya ia bisa
menampung host mulai dari 192.168.10.1 hingga 192.168.10.254, di mana
192.168.10.0 adalah network address dan 192.168.10.255 adalah broadcast
address (akan kita bahas di submodul ini nanti).

Private IP Address
Beberapa IP address yang termasuk dalam kategori private IP address tidak
dapat dirutekan oleh router di internet. Ia hanya bisa digunakan untuk
jaringan pribadi, kampus, perusahaan, atau jaringan apa pun yang tidak
terhubung ke internet.

Berikut adalah beberapa rentang alamat yang terdaftar sebagai private IP


address:

Blok IPv4 Address Rentang Alamat

10.0.0.0/8 10.0.0.0–10.255.255.255
172.16.0.0/12 172.16.0.0–172.31.255.255
192.168.0.0/16 192.168.0.0–192.168.255.255
Dengan menggunakan private IP address dalam LAN, kebutuhan IPv4
address secara global telah menurun secara signifikan, yang berarti berhasil
membantu menunda habisnya IPv4 address.

Loopback IP Address
Blok IP address 127.0.0.0/8 (atau jika ditulis dalam rentang IP address berarti
127.0.0.0–127.255.255.255) ditujukan untuk loopback, yaitu alamat dirinya
sendiri. Loopback IP address juga dikenal sebagai localhost address
(mungkin sebagian dari Anda lebih familier).

Link-local Address
Submodul sebelumnya telah menerangkan tentang DHCP yang bertugas
untuk memberikan IP address ke client atau host secara dinamis. Nah,
mungkin Anda bertanya-tanya, “Bagaimana jika ternyata sebuah host tidak
memperoleh IP address dari DHCP server dan belum diberikan IP address
apa pun secara manual?” Di sinilah Anda akan menemukan jawabannya.

Jadi, host dapat menetapkan IP address sendiri dari rentang Link-local


address yang berkisar dari 169.254.0.0–169.254.255.255 (169.254.0.0/16).

Broadcast Address
Broadcast address adalah IP address yang memungkinkan data atau pesan
dikirim secara bersamaan ke semua host pada segmen jaringan (subnet)
tertentu daripada ke satu host saja. Ada dua jenis broadcast address pada
IPv4:

 Limited broadcast
Contoh limited broadcast address adalah 255.255.255.255. Disebut
"limited” alias “terbatas" karena IP address ini tidak pernah dirutekan
atau diteruskan oleh router.
 Directed broadcast
Contoh directed broadcast address dari 192.0.2.0/24 adalah
192.0.2.255 (bagian host ID diatur menjadi semua “1” dalam biner atau
semua 255 dalam desimal). Directed broadcast adalah sebuah pesan
siaran (broadcast) yang dikirim ke semua perangkat yang ada di suatu
jaringan.
Default Route Address
Default route adalah rute yang berlaku ketika tidak ada rute lain yang tersedia
untuk alamat tujuan IP. Default route di IPv4 dituliskan sebagai 0.0.0.0/0.
Semua angka nol pada IP address (network ID) dan CIDR notation tersebut
memiliki arti “semua jaringan” dan “semua host”.

Anda mungkin juga menyukai