Anda di halaman 1dari 5

Nama : Febrianti Nurvida

Nim : 12208193051
Kelas : Tadris Biologi 5A
Tugas Esai Evolusi

Teori Evolusi dalam Kaca Mata Tiga Agama


Evolusi merupakan perubahan tubuh makhluk hidup dari generasi ke generasi yang secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu yang sangat lama. Sebagai cabang Biologi dalam rumpun
Sains, evolusi adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan yang terjadi secara berangsur-
angsur menuju kesesuaian dengan waktu dan tempat. Sebagai ilmu pengetahuan, kajian evolusi
didasarkan atas data keanekaragaman dan keseragaman makhluk hidup dalam tingkat komunitas,
dan kemudian dalam perkembangan selanjutnya didukung oleh penemuan fosil, sehingga tidak
pernah dapat menerangkan dengan jelas apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Hal ini
menjadikan evolusi menjadi hal yang sering diperdebatkan, terlebih pada teori-teorinya. Apalagi
penentang itu berasal dari tokoh agama, yang melawan paham evolusi dengan tetap menunjukkan
apa yang telah tersurat dalam kitab suci masing-masing. Maka untuk lebih menghindari
pertentangan tidak lebih meruncing paham evolusi sering juga disebut sebagai Hipotesis Evolusi,
yang kebenarannya masih perlu diuji lebih lanjut.
Evolusi yang identic dengan seorang tokoh yang paling terkenal yaitu Charles Darwin yang
merupakan tokoh pengungkap teori-teori masuk akal untuk dipelajari dimana dalam Teori Darwin
menyatakan bahwa semua makhluk hidup bersaing di alam ini melalui seleksi alam,membuat
semua manusia terutama ras-ras tertentu merasa terancam. Sejak teori ini dihembuskan, secara
signifikan manusia semakin berlomba untuk dapat bertahan dengan berbagai cara, terutama melalui
peperangan. Proses perubahan spesies dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan agar mampu
adaptasi terhadap lingkungannya dan meneruskan perubahan tersebut kepada generasi berikutnya
(Campbell, 2003). Evolusi menjadi konsep pemersatu dalam biologi karena evolusi menjelaskan
banyak aspek dalam biologi terutama bagaimana organisme yang hidup saat ini merupakan evolusi
dari satu nenek moyang (ancestor) dan diversitas kehidupan yang besar di bumi ini. Melalui
bukunya “On The Origin of Species: by Means of Natural Selection”, Charles Darwin menyajikan
kasus-kasus yang meyakinkan mengenai evolusi dan tentu saja dapat menghubungkan fakta-fakta
membingungkan dan tidak saling berkaitan menjadi suatu pandangan kohesif mengenai kehidupan.
Kaum realis memiliki ketertarikan kuat terhadap teori ini karena realisme berpendapat bahwa alat
indera merupakan pokok utama dalam mencari sebuah kebenaran. Berdasarkan hal tersebut kaum
realis yakin akan bukti empiris mengenai teori evolusi Darwin. Ketika seorang ahli biologi
mengatakan "teori evolusi Darwin" maksudnya adalah seleksi alam sebagai penyebab evolusi,
bukan fenomena evolusi itu sendiri.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik.
Seleksi alam adalah sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan
sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan
sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak
individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah
beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus
menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sedangkan hanyutan genetik merupakan sebuah proses
bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi, hal ini dihasilkan
oleh probabilitas suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan
bereproduksi. Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil,
perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme.
Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.
Sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain
mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui
proses divergen yang terjadi secara perlahan ini. Ada lima prinsip evolusi diantaranya, spesies baru
bukan merupakan bentuk dari yang paling sempurna yang langsung hidup tetapi berasal dari bentuk
sederhana yang belum terspesialisasi, lalu evolusi tidak selalu dari yang sederhana ke kompleks,
ternyata banyak contoh ”evolusi regresif” yaitu dari bentuk kompleks menuju bentuk sederhana,
suatu saat evolusi terjadi lebih cepat dari yang lainnya, bentuk-bentuk baru muncul dan bentuk
lama punah, laju kecepatan evolusi tidak berlangsung sama pada tiap-tiap organisme yang berbeda,
evolusi mula-mula berlangsung cepat pada saat spesies baru muncul dan kemudian diperlambat
apabila kelompoknya terbentuk, evolusi terjadi dalam populasi bukan dalam individu, oleh proses
mutasi, reproduksi diferensial dan seleksi alam.
Menurut Wilson dan Eisner (1973), proses evolusi adalah fakta yang benar-benar terjadi.
Ahli biologi telah mengamati dan mengukur evolusi pada pada tingkat gen. Mereka membuat
spesies baru di laboratorium, mengoleksi peninggalan fosil, mempelajari pola-pola biogeografi,
dan lain sebagainya yang secara rasional tidak dapat diterangkan dengan hipotesis apa pun selain
evolusi. Mengenai apakah evolusi merupakan fakta atau tidak, jawaban itu dapat ditemukan apabila
telah diuji dan dibuktikan. Teori evolusi adalah teori ilmiah mengenai seleksi alam serta berbagai
proses lain menyebabkannya. Biologi evolusi sebagai sains tidak akan pernah menemukan
kebenaran final. la terus difalsifikasi, diverifikasi, dan kemajuannya dicapai dengan asumsi
(conjecture?) dan penolakan.
Kepercayaan kepada Tuhan adalah transenden, lebih ke pengalaman religius, yang unik
pada tiap individu. Kepercayaan kepada Tuhan semestinya tidak harus selalu dihubungkan dengan
menerima atau tidak terhadap teori-teori dalam ilmu alam. Keimanan dilandaskan pada
kepercayaan pada Tuhan, yang secara fitrah sesungguhnya sudah dimiliki oleh setiap manusia.
Teori ilmiah apa pun sesungguhnya tidak dapat meniadakan Tuhan. Beberapa penafskan
ateistik atas teori ilmiah merupakan bentuk dari "saintisme", yaitu keyakinan bahwa hanya sainslah
satu-satunya cara untuk mengetahui. Saintisme memandang bahwa hanya alam (material) satu-
satunya realitas yang ada, dan segala hal yang tidak dapat dijangkau sains adalah ilusi. Penafsiran
demikian keliru karena melampaui hal-hal yang dapat dijelaskan sains. Sebaliknya teori ilmiah
tidak dapat begitu saja menghasilkan simpulan-simpulan keagamaan, karena kebenaran ilmiah
adalah relative dan bersandar pada asumsi-asumsi dasar serta bergantung pada teori yang ada.
Agama (wahyu) merupakan petunjuk bagi umat manusia, kebenarannya bersifat mudak. Keyakinan
keagamaan dengan sendirinya tidak membutuhkan dukungan dari ataupun perlu mendukung teori
ilmiah apa pun.
Semacam dengan kebanyakan konsep dalam sains, ide dasar evolusi biologi dapat ditelusuri
kembali sampai ke masa Yunani kuno. Kurang lebih 2500 tahun yang lalu, Anaximander
mengajukan gagasan bahwa kehidupan muncul dalam air dan bentuk-bentuk kehidupan yang lebih
sederhana mendahului bentuk-bentuk yang lebih kompleks. Berbeda dengan pandangan tersebut,
Aristoteles, yang pemikitannya banyak mempengaruhi budaya Barat, berpendapat bahwa spesies
adalah tetap/ permanen dan tidak berubah. Ajaran Yahudi-Kristen memperkuat gagasan ini dengan
penafsiran harfiah Kitab Kejadian (Genesis). Gereja menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan
mengenai asal-usul keanekaragaman spesies dan sejarah bumi telah dijawab tuntas oleh Injil. Hal
tersebut bukan merupakan sesuatu yang boleh/perlu diteorikan atau diteliti. Alternatif Injil terhadap
proses evolusi berpusat pada dua gagasan dalam Kitab Perjanjian Lama yaitu penciptaan terpisah
(kreasionisme) dan imutabilitas/ketetapan spesies. Penciptaan terpisah adalah pandangan bahwa
Tuhan menciptakan semua makhluk hidup sekaligus seperri bentuknya sekarang. (McMullin,
1993).
Dalam faham Penciptaan Kristiani berdasarkan Kitab Suci terdapat berbagai pendapat.
Tetapi, menurut suatu pendapat tertentu, kalau pembicaraan tentang relasi antara Evolusi dan faham
Penciptaan memakai bab-bab pertama Kitab Kejadian sebagai sumber faham itu, maka tidak
relevan lagi, menurut pendapat tersebut, karena alasan yang berikut, Para penulis bab-bab pertama
dalil Kitab Kejadian, katanya, sama sekali tidak mau membicarakan asal-usul dunia (Cosmos).
Preokupasi mereka terbatas pada situasi historis dan beberapa konflik sosio-politik yang restriktif
sekali zaman itu. Yang menalik sekali dalam rangka pendapat ini adalah detil-detil konkret yang
dijelaskan dan yang merupakan bahan historis yang sangat bermanfaat. Berdasarkan data-data
historis tersebut, ditarik kesimpulan bahwa tentang teori Evolusi dan faham penciptaan seperti
digambarkan dalam Kitab Suci yang melalui artikel yang saya baca, saya kurang setuju sebab
kurang relevan, karena: Lepas dari Kitab Kejadian, Tuhan sebagai Creator omnium, visibilium et
invisibilium merupakan suatu unsur dasariah dari seluruh faham Ktistiani dan semua bentuk lain
dari Monoteisme. terlepas dari Kitab Kejadian, "konflik" semu yang mengkhawatirkan begitu
banyak orang antara faham Penciptaan dan Evolusi, apakah faham itu terikat pada Kitab Kejadian
atau bagian lain dari Kitab Suci. Bentuk permasalahannya yaitu asal dan perkembangan alam
semesta lewat Evolusi diperkirakan meniadakan perlunya kegiatan transenden ilahi Sang Pencipta
sebagai asal-usul dari seluruh alam semesta, seperti diajari oleh Kitab Suciu mat Kristiani dalam
keseluruhannya.
Ketika teori evolusi menimbulkan perdebatan yang sengit dari agama-agama besar dunia lainnya,
agama Buddha tentu juga memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi teori evolusi tersebut.
Akan tetapi, agama Buddha memiliki perbedaan mendasar dengan agamalainya yang telah
disebutkan sebelumnya dalam artian bahwa agama Buddha tidak mengenal adanya entitas yang
menciptakan alam semesta. Sebagai akibatnya, agama Buddha tidak berada dalam posisi yang
menentang maupun mendukung teori evolusi secara kuat. Hal ini dikarenakan teori evolusi tersebut
tidak relevan dengan tujuan agama Buddha dalam mencapai penerangan sempurna. Pada paham
Buddhisme evolusi berawal dari dunia yang mati, dan kemudian Sebagian makhluk terlahir
kembali dalam alam dewa, dengan seiring berjalanya waktu ketika dunia mulai berevolusi kembali,
disaat itulah makhluk yang telah turun dari alam dewa hidup kembali sebagai manusia. Dalam
sabda Sang Buddha didalam Agganna Sutta yang dapat diinterpretasikan sebagai model kosmologi
awal menurut agama Buddha, yang menjelaskan mengenai model kosmologi Buddhis dimana alam
semesta mengembang dan mengerut dalam waktu yang lama sekali. Deskripsi tersebut konsisten
dengan model alam semesta yang mengembang dan Teori Ledakan Besar (Big Bang). Selain itu
kita juga dapat menemukan pernyataan
mengenai perubahan karakteristik fisik dan evolusi yang terjadi pada makhluk yang ada di bumi
tersebut. Pernyataan inilah yang seringkali diinterpretasikan sebagai bentuk teori evolusi dalam
agama Buddha.

Evolusi dalam perspektif Islam sendiri memunculkaan beberapa muslim yang mencoba
membenarkan teori evolusi dengan ayat-ayat Al Quran seperti "Mengapa kamu tidak percaya akan
kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkat
kejadian" (QS Nuh : 13-14). Mereka menafsirkan fase-fase tersebut adalah sesuai dengan fase-fase
yang diakui oleh penganut teori evolusi Darwin tentang proses kejadian manusia. Selain itu ayat "
Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi " (QS Ar Ra'd : 17) digunakan sebagai penguat
kebenaran teori "'struggle for life" yang menjadi salah satu landasan teori Darwin. Selain itu QS Al
An'am : 133 juga dianggap mendukung teori evolusi. Ada yang memahaminya bahwa suatu spesies
berasal dari spesies lain atau suatu makhluk yang ada berasal dari makhluk sebelumnya.
Berdasarkan tafsiran tersebut dapat saja disimpulkan bahwa ridak ada ada perbedaan antara konsep
Al Quran dengan konsep ilrnu pengetahuan tentang asal usul manusia. Akan tetapi selanjutnya
timbul pertanyaan, apakah pendapat tersebut benar ataukah dibuat/ diarahkan agar ada kesesuaian?
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ayatayat tersebut tidak dapat dipaksakan menjadi dasar
pembenar teori Darwin, tetapi bukan berarri pula bahwa teori tersebut adalah salah menurut Al
Quran. Penulis berpendapat bahwa Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci apakah penciptaan
makhluk hidup melalui proses evolusi atau penciptaan terpisah. Penolakan atau dukungan terhadap
teori evolusi seharusnya didasarkan pada bukti-bukti empiris melalui metode ilrniah. Di luar
pertanyaan di atas, sebenarnya lima abad sebelum munculnya teori evolusi Darwin (1804—1872)
telah ada seorang ilmuwan muslim yang menuliskan pendapatnya tentang evolusi. Ilmuwan muslim
tersebut adalah 'Abdurrahman Ibn Khaldun (1332—1446) yang menulis dalam kitabnya Kjtab al-
'Ibarft Daiivani al-Mubtada' al- Khabari sebagai berikut, "Alam binatang meluas sehingga
bermacam-macam golongannya dan berakhir proses kejadiannya pada masa manusia yang
mempunyai pikiran dan pandangan. Manusia meningkat dari alam kera yang hanya mempunyai
kecakapan dan dapat mengetahui tetapi belum sampai pada tingkat memiliki dan berpikir". Yang
dimaksud kera oleh 'Abdurrahman Ibn Khladun adalah sejenis makhluk yang oleh para penganut
evolusionisme disebut Anthropoides. Ketika menemukan teori tersebut Ibn Khaldun dan ilmuwan-
ilmuwan lainnya tidak merujuk pada ayat-ayat al-Qur'an, tetapi mereka mendasarkannya pada
penyelidikan dan penelitian mereka. Ada beberapa teori ilmiah yang disebutkan dalam al-Qur'an
tetapi pemaparan tersebut tidak memberikan penjelasan secara detail. Pemaparan tersebut adalah
untuk menunjukkan kebesaran Tuhan serta mendorong manusia untuk mengadakan pengamatan
dan penelitian yang lebih mendalam sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keimanan kepada
Allah SWT.
Dengan begitu Teori-teori ilmiah yang ada tidak dapat dibenarkan atau disalahkan begitu
saja. Karena pada dasarnya beberapa agama tersebut tidak menjelaskan secara detail dalam kitab
sucinya masing-masing.
Sebagai seorang muslim kita wajib mempercayai segala sesuatu yang terdapat di dalam al-
Qur'an. Namun demikian, kita tidak dapat memaksa orang untuk membenarkan atau menolak suatu
teori ilmiah berdasar Al Quran. Apabila hal ini dilakukan, konsekuensinya seseorang akan
menerima atau menolak suatu teori ilmiah sebagai bagian dari suatu aqidah Al-Quran. Hal tersebut
juga terjadi pada teori evolusi, dimana sebagian ilmuwan muslim mengingkari teori evolusi dengan
beberapa ayat Al Quran dan sebagian lagi membenarkan dengan ayat Al Quran pula. Begitu juga
dengan umat agama lain.

DAFTAR PUSTAKA
Buddhism and evolution. Dalam Wikipedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhism_and_evolution.htm
Evolution. Dalam Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Evolution.htm
Leahy, Louis. 1997. Evolusi dalam Perspektiv Faham Kristiani (dari Dongeng ke Kebenaran).
Jurnal Filsafat.
Lim, Harianto., R. Satya, dan Nora M. 2009. Evolusi dan Agama Buddha. Eka-Citta Bersatu
dalam Dharma No. XXIX/Januari/2009.
Luthfi, M. J. dan A. Khusnuryani.2005. AGAMA DAN EVOLUSI: KONFLIK ATAU
KOMPROMI?. Jurnal Kaunia, Vol. 1, No. 1
Moore, John A. 2002. From Genesis to Genetics : The Case of Evolution and Creationism.
London: University of California Press.
Sari, eka. 2020. EVOLUSI (DIKTAT KULIAH). Bandar Lampung : Progrm Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Sholichah, Aas Siti.2019. TEORI EVOLUSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN.
Jurnal AS Sholichah el-'Umdah volume 2. No (2)
Taufik, Leo Muhammad . 2019. TEORI EVOLUSI DARWIN: DULU, KINI DAN NANTI. Jurnal
Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3

Anda mungkin juga menyukai