PROPOSAL
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2021
i
PERSETUJUAN
Diajukan Oleh :
Menyetujui,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini dengan
judul: “ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR
18/PUU-XVII/2019 TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DI
INDONESIA”.
Banyuwangi,14 Agustus2021
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER--------------------------------------------------------------------------------------
HALAMAN PERSETUJUAN---------------------------------------------------------- i
KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------- iv
A. JUDUL---------------------------------------------------------------------------------- 1
B. PENDAHULUAN--------------------------------------------------------------------- 1
1. Latar Belakang-------------------------------------------------------------------------- 1
2. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------10
3. Batasan Masalah------------------------------------------------------------------------11
4. Tujuan Penelitian-----------------------------------------------------------------------12
4.1 Tujuan Umum----------------------------------------------------------------------12
4.2 Tujuan Khusus---------------------------------------------------------------------12
5. Manfaat Penelitian ---------------------------------------------------------------------12
5.1 Manfaat Secara Teoritis-----------------------------------------------------------12
5.2 Manfaat Secara Praktis------------------------------------------------------------12
C. TINJAUAN PUSTAKA---------------------------------------------------------------14
1. Penelitian Terdahulu-------------------------------------------------------------------14
2. Landasan Teori-------------------------------------------------------------------------15
2.1 Teori Dasar Keadilan -------------------------------------------------------------15
2.2 Terori Hukum Perjanjian----------------------------------------------------------27
3. Kerangka Pemikiran-------------------------------------------------------------------32
3.1 Tinjauan Umum Jaminan Fidusia ---------------------------------------------32
3.2 Tinjauan Umum tentang Eksekusi Jaminan-----------------------------------52
3.3 Tinjauan Umum Tentang Mahkamah Konstitusi------------------------------55
D. METODE PENELITIAN-------------------------------------------------------------62
1. Jenis, Sifat dan Pendekatan Penelitian-----------------------------------------------62
2. Waktu dan Tempat Penelitian--------------------------------------------------------64
3. Sumber Bahan Hukum-----------------------------------------------------------------64
3.1 Bahan Hukum Primer-------------------------------------------------------------64
v
A. JUDUL
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
ataupun bantuan dari pihak lain. Maka dalam keadaan demikian tidak jarang
biaya hidupnya.
Utang piutang merupakan suatu perbuatan yang tidak asing lagi bagi
masyarakat kita pada masa sekarang ini. Utang piutang tidak hanya di
lakukan oleh orang orang yang ekonominya lemah, tetapi juga di lakukan
1
2
uangnya itu bukan sekedar diikuti oleh rasa percaya saja, tetapi juga disertai,
narkotika. Sasaran dari penyebaran narkotika ini sudah tidak mengenal batas
usia lagi dari orang tua, muda, remaja bahkan sampai anak-anak. Sangat
Kita tau anak-anak dan Remaja adalah calon generasi bangsa Indonesia yang
Negara lain.
gunakan untuk tujuan yang sesuai dengan permohonan calon debitur. Oleh
sebab itu dalam perbuatan pinjam meminjam uang tersebut jika hanya di
dasarkan pada rasa percaya saja, maka tentunya akan keruigian, khususnya
pasal 1152 ayat (2) KUH Perdata, yang mengsyaratkan bahwa benda benda
jaminan berupa gadai, jika barang tersebut terdiri dari kendaraan bermotor,
hipotik, mungkin hal ini tidak dapat di penuhi oleh yang berhutang, sebab
tidak mempunyai tanah. Pasal 1338 KUH Perdata sebagai dasr hukum
undang, ketertiban umum, kesusilaan. Atas dasar itu maka suatu perjanjian
(kreditur) menjadi pemilik dari benda itu sebagai menjadi pemilik dari benda
utangnya itu, maka milik benda itu masih beralih kembali kepada pemilik
benda yang berutang dan yang berpiutang untuk mengembalikan benda itu
kepada yang berutang. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan tersebut
untuk di tagih, maka dalam peristiwa seperti ini, penerima fidusia ( kreditur )
milik debitur melalui hasil penjualan benda-benda tertentu milik debitur atau
pihak ketiga pemberi jaminan. Salah satu ciri jaminan utang kebendaan yang
baik adalah apabila dapat eksekusinya secara cepat dengan proses sederhana,
Tentu saja fidusia sebagai salah satu jenis jaminan utang juga harus
fidusia ) cindera janji, maka debitur ( penerima fidusia ) ini dapat langsung
dengan putusan keadilan. ketentuan Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3) UU , pada
telah berkekuatan hukum tetap [vide Pasal 15 ayat (2) UU Jaminan Fidusia].
Oleh karena itu, dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata kata
kreditur. Debitur merasa tidak terima jika pihak debitur mengambil paksa
barang pribadi hanya karena cidera janji tanpa melihat itikad baik debitur
dan di anggap telah menciderai Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 berbunyi
6
Pasal 15 Ayat (2) dan Ayat (3) 1 UU No. 42/19991 ini diajukan dua orang
pemohon yaitu: Apriliani Dewi dan Suri Agung Prabowo (suami dari
untuk mengambil barang yang dikuasai tanpa melalui prosedur hukum yang
permohonan uji materiil, adalah tindakan dari kreditur yang pada tanggal 11
hukum tetap dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 15 Ayat (2) dan
terhadap Pemberi Fidusia (Debitur). Hal mana sangat dimaklumi oleh karena
lebih kepada kreditur, khususnya dalam hal eksekusi objek jaminan fidusia.
uji materi Pasal 15 Ayat (2) dan Ayat (3) UU No. 42/1999 yang menyatakan
berupa penyitaan maupun lelang sita, tanpa perantaraan hakim yang bersifat
final dan mengikat para pihak dan pemberi fidusia tidak dapat menolak dan
Pandangan pemerintah ini tentu sangat terkait dengan Pasal 29 Ayat (1) UU
para pihak.
Dengan adanya ketentuan tentang penentuan tata cara eksekusi pada Pasal
atas, dan tidak dimungkinkan adanya cara lain. Akhirnya pada tanggal 6
terkait dengan gugatan uji materiil terhadap Pasal 15 Ayat (2) dan Ayat (3)
sukarela objek yang menjadi jaminan fidusia, maka segala mekanisme dan
“adanya cidera janji tidak ditentukan secara sepihak oleh kreditur melainkan
atas dasar kesepakatan antara kreditur dengan debitur atau atas dasar upaya
sukarela objek yang menjadi jaminan fidusia, maka segala mekanisme dan
untuk eksekusi jaminan lewat pengadilan itu membutuhkan waktu dan biaya
yang cukup besar dan memberatkan pihak kreditur yang sudah mengalami
2. Rumusan Masalah
10
rumusan masalah ini memberikan arahan yang penting dalam membahas masalah
yang di teliti, sehingga penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan terarah
sesuai dengan sasaran yg di tentukan. Dari uraian yang dikemukakan dalam latar
3. Batasan Masalah
janji dari kasus ini yang saya amati sebenarnya dari putusan pengadilan
sudah bisa menemukan titik terang namun pihak kreditur masih merasa tidak
terima karna pihak kreditur tidak mendapatkan keadilan atau tidak bisa
tahun 1999 khusunya di pasal 15 ayat 1 dan ayat 2 dan melahirkan putusan
4. Tujuan Penelitian
Banyuwangi.
wanprestasi.
5. Manfaat Penelitian
pustaka dalam kajian di bidang ilmu hukum terutama yang berkaitan dengan
Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang
berkaitan, yaitu:
12
1) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan
pihak.
3) Masyarakat, diharapkan agar masyarakat dalam hal ini sebagai pihak yang
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
13
karya asli penulis. Karya ini merupakan hasil buah pemikiran penulis sendiri
sebagai berikut:
bagiannya).
2. Landasan Teori
Keadilan berasal dari kata adil, menurut Kamus Bahasa Indonesia adil
yang relatif, setiap orang tidak sama, adil menurut yang satu belum tentu
suatu keadilan, hal itu tentunya harus relevan dengan ketertiban umum
dimana suatu skala keadilan diakui. Skala keadilan sangat bervariasi dari
tersebut.
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila lima tersebut
keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara sesama bangsa
keutamaan, yaitu ketaatan terhadap hukum (hukum polis pada waktu itu,
tertulis dan tidak tertulis) adalah keadilan. Dengan kata lain keadilan
berikut :
Camat. Kepada yang sama penting diberikan yang sama, dan yang
tersebut harus memiliki epikeia, yaitu “suatu rasa tentang apa yang
pantas”.
Pendapat John Rawls ini berakar pada teori kontrak sosial Locke dan
1) Keadilan ini juga merupakan suatu hasil dari pilihan yang adil. Ini
masyarakat itu tidak tahu posisinya yang asli, tidak tahu tujuan dan
rencana hidup mereka, dan mereka juga tidak tahu mereka milik
18
yang tidak jelas. Karena itu orang lalu memilih prinsip keadilan.
ini mencakup:
Kedua, prinsip keduanya ini terdiri dari dua bagian, yaitu prinsip
diatur agar memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang
diuntungkan.
atau rasa keadilan baru dapat tercapai saat adanya kesepakatan antara
dua pihak yang berjanji. Perjanjian disini diartikan dalam wujud yang
luas tidak hanya sebatas perjanjian dua pihak yang sedang mengadakan
toleransi.
sebagai hukum, karena memang tujuan hukum itu adalah tercapainya rasa
Suatu tata hukum dan peradilan tidak bisa dibentuk begitu saja tanpa
memerhatikan keadilan, karena adil itu termasuk pengertian hakiki suatu tata
hokum dan peradilan, oleh karenanya haruslah berpedoman pada prinsip- prinsip
umum tertentu.
dan negara, yaitu merupakan keyakinan yang hidup dalam masyarakat tentang
suatu kehidupan yang adil, karena tujuan negara dan hukum adalah mencapai
kebahagiaan yang paling besar bagi setiap orang. Di dalam Pancasila kata adil
21
terdapat pada sila kedua dan sila kelima. Nilai kemanusiaan yang adil dan
makhluk yang berbudaya dan berkodrat harus berkodrat adil, yaitu adil dalam
hubungannya dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap
masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungnnya serta adil terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan
meliputi:
terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib
disetiap masyarakat. Hukum memiliki dua tugas utama yakni mencapai suatu
kepastian hukum dan mencapai keadilan bagi semua masyarakat. Diantara sekian
banyaknya pemikiran dan konsep keadilan, salah satu konsep keadilan yang cukup
kebiasaan, budaya, pola perilaku dan hubungan antar manusia dalam masyarakat.
rigidyang jauh dari moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan. Lawan dari keadilan
masyarakat.
keadilan individual. Artinya, sikap atau perilaku individu Pancasilais adalah sikap
Disamping itu individu juga menjadi tujuan dari keadilan itu. Maksudnya
juga kepada individu. Namun individu ini bukan sekedar entitas atomistik yang
terlepas sama sekali dari konteks sosial budayanya, melainkan individu dalam
Disini keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme yang tidak terlalu
terhadap individu tetap ada, namun keadilan sosial tidak tergantung dari kehendak
tercapai apabila struktur seperti proses-proses ekonomi, politik, sosial, budaya dan
adil dan menjamin bahwa setiap warga memperoleh yang menjadi haknya.
tidak adil.
persoalan baru dalam hukum dan ilmu hukum, namun bagaimana hal tersebut
melakukan penelitian empirik, seperti dilakukan oleh “The Chicago Study” dan
sekalian sisi yang terlibat dalam bekerjanya hukum tersebut. Di sisi lain, sosiologi
juga mempertanyakan mengapa rakyat harus patuh, dari mana negara mempunyai
kekuasaan untuk memaksa, apakah rakyat tidak boleh menolak serta faktor-faktor
teratur. Untuk adanya hal tersebut dibutuhkan paksaan menuju terciptanya suatu
melibatkan dua variabel, yaitu hukum dan manusia yang menjadi objek
hanya dilihat sebagai fungsi peraturan hukum, melainkan juga fungsi manusia
yang menjadi sasaran pengaturan. Kepatuhan hukum tidak hanya dijelaskan dari
semata, melainkan juga dari mereka yang menjadi sasaran pengaturan hukum
tersebut. Oleh sebab itu, kepatuhan kepada hukum memerlukan penjelasan atas
perilaku tidak dapat dipastikan, bahwa hubungan itu bersifat kausal. Pada
dan kepatuhan. Masyarakat tidak dapat dilihat sebagai suatu kesatuan yang
25
homogen, melainkan terdiri dari berbagai golongan dan kelompok yang berbeda-
sosiologis, seperti kelompok jahat dan tidak jahat, umur, kedudukan sosial
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan
hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang di dalamya
dari perikatan.
hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang terletak dalam
lapangan harta kekayaan, di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak
yang lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Perjanjian merupakan suatu peristiwa
dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan suatu perbuatan atau
suatu persetujuan, dimana masingmasing pihak sepakat akan menaati apa yang
1. Unsur Essesialia adalah sesuatu yang harus ada yang merupakan hal
definisi dan pengertian dari suatu perjanjian. Jadi essensi atau isi
oleh suatu perjanjian yang menyangkut suatu keadaan yang pasti ada
Accidentalia artinya bisa ada atau diatur, bisa juga tidak ada,
prestasi dilakukan.
subjek perjanjian, artinya suatu perjanjian dapat diminta untuk dibatalkan apabila
salah satu syarat tidak terpenuhi. Sedangkan syarat ketiga dan keempat merupakan
syarat objektif berkaitan dengan objek perjanjian, artinya suatu perjanjian batal
28
demi hukum jika tidak terpenuhi salah satu syarat. Secara etimologis istilah kredit
berasal dari bahasa latin, yaitu Cadere yang berarti kepercayaan. Misalkan,
seorang nasabah Debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu
seseorang yang mendapatkan kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukan bahwa
apa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada nasabah Debitur
adalah kepercayaan.
dirugikan oleh orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar
dapat masyarakat dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Salah satu
11 ayat (1) bahwa :“Benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib
yaitu kekuatan eksekutorial yang mengikat bagi para pihak yang mana kekuatan
dilakukan tidak menurut selayaknya atau tidak dilaksanakan sama sekali. Dengan
mestinya;
dilakukannya.
1. Pemenuhan perjanjian;
3. Ganti rugi;
seketika terjadi kelalaian, melainkan baru efektif setelah debitor dinyatakan lalai
(ingebrekestelling) dan tetap tidak melaksanakan prestasinya. Hal ini diatur dalam
lain yang sejenis, yaitu suatu salinan daripada tulisan yang telah
dibuat lebih dahulu oleh juru sita dan diberikan kepada yang
bersangkutan.
wanprestasi harus ada hubungan sebab akibat. Dalam hal ini kreditor harus dapat
membuktikan :
3. Kerangka Pemikiran
Kata Fidusia asal kata latin fiducia yang menurut Kamus Hukum berarti
kepercayaan. Istilah Fidusia dalam bahasa Indonesia adalah penyerahan hak milik
istilah fiduciare eigendom overdracht. Fidusia berasal dari kata fieds yang berarti
menjadikan kreditur pemilik atas benda dan jika perjanjian pokok fidusia dilunasi,
katakata Fiduciair Eigendom Overdracht atau disingkat dengan f.e.o, yang juga
terutama dalam dunia perbankan, yang mana seorang nasabah meminta kredit
pada bank, dan yang dijadikan sebagai jaminan berupa barang bergerak tetapi
31
barang jaminan barang bergerak itu tidak diserahkan oleh pemilik barang itu
kepada yang meminjamkan uang (bank) tetapi tetap dikuasai dan digunakan oleh
si pemilik. Jadi fiduciair eigendom overdracht ada dua unsur gadai karena barang
jaminan berupa barang bergerak sedangkan disamping itu ada unsur hipotik
siberpiutang.
itu kepada siberpiutang dan seolah-olah hak milik barang itu dipegang oleh
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
benda.
(2) Menyatakan bahwa Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda
Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap dalam penguasaan pemberi
fidusia, sebagai guna bagi pelunasan uang tertentu, yang memberikan kedudukan
bahwa Jaminan Fidusia merupakan perjanjian assesoir dari suatu perjanjian pokok
yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi
yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu,
yang dapat dinilai dengan uang. Sifat jaminan fidusia menurut Gunawan Wijaya
adalah :
pokok.
Selain sifat dari jaminan fidusia yang tersebut di atas, jaminan fidusia mempunyai
atau dilik uidasi, hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak
hapus karena benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak termasuk
2) Sifat Droit de Suite Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi
fidusia. Pengecualian terhadap sifat ini terdapat dalam hal benda yang
jaminan fidusia dengan cara dan prosedur yang lazim dilakukan dalam
usaha..
yang lain. Lembaga jaminan fidusia makin lama makin popular di hati
industri. Lembaga jaminan demikian lazim dipakai sebagai jaminan dalam praktek
tertentu dari bank. sedang untuk kredit-kredit besar lazim dituangkan dalam akta
34
kepastian hukum yang lebih kuat daripada fidusia. Kemudian disusul dengan
lebih mudah, lebih luwes, biayanya musrah, selesainya cepat dan meliputi baik
atas tanah hak sewa, hak pakai, hak pengelolaan, di mana menurut ketentuan
dicredietverbandkan.
dan HAM;
Dari definisi Fidusia UU Jaminan Fidusia dapat kita katakan bahwa dalam
jaminan Fidusia terjadi pengalihan hak kepemilikan. Pengalihan itu terjadi atas
dasar kepercayaan dengan janji benda yang hak kepemilikan nya di alihkan tetap
bukan untuk seterusnya di miliki oleh penerima fidusia . ini merupakan inti dari
Benda yang menjadi ojek Jaminan Fidusia apabila debitur cidera janji, akan batal
demi hukum.
perjanjian yang bertujuan untuk membebani Benda dengan Jaminan Fidusia, yang
- Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 (dua
- Gadai
dapat dikatakan bahwa yang menjadi objek Jaminan Fidusia adalah bend apa pun
yang dapat dimiliki dan dialihkan hak kepemilikanya. Benda itu dapat berubah
berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, dengan syarat
bahwa benda tersebut tidak dapat di bebani dengan hak tanggungan sebagaimana
dalam pasal 314 KUHD. Pengertian Debitur adalah pihak yang berhutang kepada
pihak lain atau pihak yang memiliki tanggungan kepada pihak lain dan
menjanjikan sebuah pengembalian barang atau uang kembali pada masa yang
akan datang. Pihak lain yang memberi hutang ini biasa di sebut Kreditur. Kreditur
adalah pihak yang memiliki piutang atau yang memberikan kredit kepada pihak
- Benda bergerak
- Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan
- Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan
- Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap bendayang akan di
- Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda
- Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek
jaminan fidusia
jika tidak dimaknai bahwa kesepakatan tentang jaminan fidusia itu lahir
pokoknya”
39
perikatan pokoknya”
jika perjanjian pokok yang pada umumnya adalah perjanjian utang-piutang atau
kredit dinyatakan batal atau hapus, maka perjanjian jaminanya demi hukum juga
dimaksud hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak mutlak atas suatu benda dan
dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Hak kebendaan itu bersifat absolut
karena selain bisa dipertahankan kepada siapa saja pemegang hak tersebut dapat
dan berda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat hak
pengukuran-pengukuran resmi”.
2015 :105-117)
dalam pasal 11 UUJF, ayat (1) menyatakan bahwa benda yang dibebani dengan
diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
tertulis dalam bahasa Indonesia oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya,
formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan dengan Lampiran I Keputusan Menteri
Jaminan Fidusia yang merupakan salinan Buku Daftar Fidusia lahir pada tanggal
yang sama dengan tanggal dicatanya jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia.
Isi dari sertifikat Jaminan Fidusia sesuai pasal 15 UUJF tercantum katakata
dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Apabila
debitor cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang
adalah langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat final
serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Salah satu ciri
pihak Pemberi Fidusia cidera janji. Oleh karena itu, dalam Undang-undang ini
dipandang perlu diatur secara khusus tentang eksekusi Jaminan Fidusia melalui
kepada para pihak. Perubahan ini tidak perlu dilakukan dengan akta
oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya kepada Menteri Hukum dan
bersangkutan.
beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban penerima Fidusia kepada
kriditor baru. Selanjutnya beralihnya jaminan fidusia termaksud sesuai ayat (2)
Dengan “pengalihan hak atas piutang” dalam ketentuan ini dikenal dengan
istilah “Cessie” yakni pengalihan piutang yang dilakukan dengan akta otentik atau
akta di bawah tangan. Dengan adanya cessie ini, maka segala hak dan kewajiban
45
Penerima Fisudia lama beralih kepada Penerima Fidusia baru dan pengalihan hak
menurut pasal 20 akan tetap mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan
Fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas
benda persediaan yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Hal tersebut sesuai
dengan prinsp “Droit De Suite” yang telah merupakan bagian dari peraturan
kebendaan.
menyatakan:
- Pengalihan tidak berlaku apabila telah terjadi cidra janji oleh debitur
Dalam hal Pemberi Fidusia cidera janji, maka hasil pengalihan dan atau
tagihan yang timbul karena pengalihan dedmi hukum menjadi obyek Jaminan
Namun demikian untuk menjaga kepentingan Penerima fidusia, maka benda yang
dialihkan tersebut wajib diganti dengan obyek yang setara. Yang dimaksud
nilainya tetapi juga jenisnya. Yang dimaksud dengan “cidera janji” adalah tidak
Jaminan Fidusia yang merupakan benda persediaan menurut pasa 22 UUJF, bebas
Fidusia itu, dengan ketentuan bahwa pembeli telah membayar lunas harga
penjualan benda tersebuyt sesuai dengan harga pasar. Yang dimaksud dengan
“harga pasar” adalah harga yang wajar yang berlaku di pasar pada saat penjualan
benda tersebut, sehingga tidak mengesankan adanya penipuan darei pihak pemberi
hapus.
47
yang asli.
berlaku lagi dan sertifikat dicoret dan disimpan dalam arsip Kantor
Pendaftaran Fidusia.
ayat (2) tidak akan menghapuskan klaim asuransinya. Dengan hapusnya jaminan
Fidusia Penerima Fidusia sesuai ayat (3) pasal 25 UUJF harus memberitahukan
musnahnya benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Bahwa sesuai dengan
sifat ikutan dari Jaminan Fidusia, maka adanya Jaminan Fidusia tergantung pada
karena hapusnya utang atau karena pelepasan, maka dengan sendirinya Jaminan
utang” antara lain karena pelunasan dan bukti hapusnya utang berupa keterangan
yang dibuat kreditor. Selanjutnya dalam hal benda yang menjadi obyek Jaminan
Fidusia musnah dan benda tersebut diansuransikan, maka klaim asuransi akan
Dengan hapusnya Jaminan Fidusia, maka sesuai pasal 26 ayat (1) Kantor
Fidusia. Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia seuai ayat (2) menerbitkan surat
berlaku lagi.
Hak Mendahului
penerima Fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditor, Bahwa hak
yang didahulukan sesuai ayat (2) adalah hak Penerima Fidusia untuk mengambil
pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi obyek jaminan
Fidusia. Hak yang didahulukan dari Penerima Fidusia tidak hapus karena adanya
kepailitan dan atau likuidasi Pemberi Fidusia. Hak yang didahulukan dihitung
sejak tanggal pendaftaran benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia pada
menentukan bahwa benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia berada diluar
kepailitan. Selanjutnya pasal 28 UUJF menjelaskan apabila atas benda yang sama
menjadi obyek Jaminan Fidusia yang lebih dari satu perjanjian Jaminan Fidusia,
maka hak yang didahulukan, diberikan kepada pihak yang lebih dahuklu
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Yang dimaksud dengan eksekusi
jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek
adalah karena debitur atau pemberi fidusia cidera janji atau tidak memenuhi
prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima fidusia, walaupun mereka telah
diberikan somasi. Eksekusi jaminan fidusia dapat dilakukan dalam hal pemberi
fidusia (debitur) berada dalam keadaan cidera janji (wanprestasi). Pemberi fidusia
wajib menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka
benda yang menjadi obyek jaminan fidusia pada waktu eksekusi dilaksanakan,
penerima fidusia berhak mengambil benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
dan apabila perlu dapat meminta bantuan pihak yang berwenang. Pelaksanaan
yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
kredit atau biasa disebut dengan utang piutang. Sementara itu utang piutang tidak
bisa hanya didasarkan pada kepercayaan semata, sehingga harus disertai dengan
jaminan. Salah satu jaminan yang dikenal di dalam sistem hukum jaminan
pasal 3 UUJF) dan benda tidak bergerak atas bangunan di atas tanah
11 dan 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia (UUJF), lalu akta fidusia terbit pada
Penulis tertarik untuk mengambil judul ini dikarenakan, pada masa sekarang ini
kepada notaris,sehingga hal itu dapat merugikan konsumen atau debitor dan dapat
ini pun penulis akan membahasnya dengan ditinjau dari Undang-Undang Nomor
42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Penulis akan membahasnya apa yang
konsumen.
merupakan konsepsi yang dapat ditelusuri jauh sebelum negara kebangsaan yang
52
hukum yang lebih rendah dengan norma hukum yang lebih tinggi.
dari dua sisi, yaitu dari sisi politik dan dari sisi Indonesia merupakan negara ke-78
sendiri merupakan fenomena negara modern abad ke-20,12 tatkala hukum. Dari
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden. Hal itu diperlukan agar undang-undang
tidak menjadi legitimasi bagi tirani mayoritas wakil rakyat di DPR dan Presiden
yang dipilih langsung oleh mayoritas rakyat. Dari sisi hukum, keberadaan
negara kesatuan, prinsip demokrasi, dan prinsip negara hukum. Pasal 1 ayat (1)
bersifat pluralistik, tetapi keragaman itu memiliki sumber validitas yang sama,
hukum pertama bagi Mahkamah Konstitusi dan sekaligus pada tanggal tersebut
53
berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Tahun 1945 juncto Pasal 24C UndangUndang Dasar
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang terjadi dalam era reformasi tersebut
sebagai lembaga tertinggi negara dan supremasi, tetapi beralih dari supremasi
negara yang kini telah menjadi sederajat serta saling mengimbangi dan saling
Peralihan Pasal bahwa Mahkamah Konstitusi paling lambat sudah harus terbentuk
konstitusi oleh tiga lembaga negara, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat, presiden,
dan Mahkamah Agung. Setelah melalui tahapan seleksi sesuai mekanisme yang
oleh tafsir ganda terhadap konstitusi. Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu
55
batas kewenangan yang dimiliki oleh Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu
kehakiman yang merdeka yang dapat dipercaya dalam menegakkan hukum dan
adalah keadilan substantif dan prinsip-prinsip good governance. Selain itu, teori-
al qist atau bagian yang wajar dan patut, tidak mengarahkan kepada persamaan,
melainkan bagian yang patut, berpihak kepada yang benar. Dalam penerappan
keadilan substantif ini, pihak yang benar akan mendapat kemenangan sesuai
negara, teori konstitusi, teori negara hukum demokrasi, teori kesejahteraan, teori
Konstitusi berasal dari Undang-Undang Dasar 1945 yang diatur dalam Pasal 7A,
Pasal 78, dan Pasal 24C dan dijabarkan dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun
badan hukum publik atau privat, lembaga negara, partai politik, ataupun
negara terutama pada masa orde baru, yang ditandai dengan maraknya korupsi,
kolusi, dan nepotisme, markus (makelar kasus) sampai saat ini, dan
negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang
D. METODE PENELITIAN
58
(2009:6) Metode Penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
dalam penelitian ini adalah metode penelitian normative yang menekankan pada
sedang dihadapi.
Jenis Penelitian
dan penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu
perundangan.
Sifat Penelitian
59
Pendekatan Penelitian
Pengajuan judul diajukan pada bulan Maret. Setelah judul disetujui, maka
Fakultas Hukum. Judul yang telah diterima kemudian peneliti melakukan Library
Adapun Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 bulan juli tahun 2021.
penelitian untuk mendapatkan data sekunder, yakni sumber bahan hukum untuk
Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang terdiri atas peraturan
Fidusia ;
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang didapat dari pencarian informasi
tentang data yang diperoleh dari hasil kajian pustaka, buku-buku, pendapat dari
kalangan pakar hukum yang relevan, kasus hukum dan juga bisa dari hasil jurnal
hukum.
Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi petujuk
dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus umum, majalah dan jurnal ilmiah. Surat kabar dan majalah mingguan juga
menjadi tambahan bahan bagi penulisan Proposal ini sepanjang memuat informasi
-bahan hukum yang relevan dengan isu hukum yang dihadapi. Penulis
mengenai isu hukum yang dihadapi yakni Studi Kasus Putusan Mahkamah
61
informasi dari kasus yang sedang diteliti dengan mengumpulkan bahan yang
Data yang diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya akan dikumpulkan dan
di analisis secara kualitatif yaitu analisis yang menguraikan isi serta akan dibahas
yang berlaku sehingga tiba pada kesimpulan yang berdasarkan dengan penelitian
ini. Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa kajian atau
telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu teori-teori yang telah
didapatkan sebelumnya. Dr. Mukti Fajar dan Yulianto Achmad (2010: 183)
hukum akan dapat dibaca dan dijelaskan bagaimana suatu penelitian hukum itu
dilakukan. Tanpa adanya metodologi yang jelas dan tepat, Mustahil penelitian
dapat mencapai hasil yang memuaskan. Oleh karena seorang peneliti harus
3) DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU:
Ali, Zainuddun. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2016.
HS, Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada. 2017.
Meliala, Djaja S. Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan
Hukum Perikatan Cet.1. Bandung: Nuansa Mulia, 2015
Mahkamah Konstitusi, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Jakarta:
Sekertaris Jemderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010),
hlm. 07
R. Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: PT. Arga
Printing, 2007. Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.
Usman, Rachmadi. Hukum kebendaan. Jakarta: Sinar Grafika, 2011
M. Agus Santoso, Hukum,Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat
Hukum, Ctk. Kedua, Kencana, Jakarta, 2014,
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum Edisi Lengkap (Dari Klasik ke
Postmodernisme), Ctk. Kelima, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta,
2015,
A. UNDANG – UNDANG:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Fidusia.
Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun
1999.
UUD RI 1945 Undang-Undang No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi
Pasal 18 huruf (a) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hapusnya
Hak Tanggungan
Pasal 29 – 34 Undang-Undang No 42 Tahun 1999
Undang-Undang Tentang Jaminan Fidusia.
63
B. JURNAL HUKUM:
Febrian Hadi , 2017 dengan judul “PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA (STUDI
TERHADAP JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN)” Jurnal
Hukum dosen Universitas Mataram.
Nanang Sri Darmadi, SH., MH, “ KEDUDUKAN DAN WEWENANG MAHKAMAH
KONSTITUSI DALAM SISTEM HUKUM KETATANEGARAAN INDONESIA ”,
C. YURISPRUDENSI :
Putusan Mahkamah Konstitusi No18/PUU-XVII/2019 EKSEKUSI
JAMINAN FIDUSIA
.