Anda di halaman 1dari 10

WEALTH ADVISORY

MONTHLY
ADVISORY
QUICKGUIDE

UOB Indonesia berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan


SEPTEMBER 2022

Monthly Advisory QuickGuide


Perkembangan Global
Gambar 1. Inflasi Juli bergerak lebih rendah, Inflasi inti stabil namun tetap tinggi
Sumber: Macrobond, UOB Global Economics & Markets Research

% y/y; latest: Jul 2022 United States: Headline and Core CPI
13.9 09/1981 11.8
11.9
9.9
7.9 8.5%
5.9
5.9%
3.9
1.9
- 0.1
- 2.1

United States: Headline and Core CPI, m/m


1.5 % m/m, latest: Jul 2022
1.0
0.5
0.0 0.3%
- 0.5 0.0%
- 1.0
- 1.5
- 2.0

1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020

All Items Less Food & Energy Headline CPI, y/y Headline CPI, m/m
All Items Core CPI (ex Food & Energy), y/y Core CPI (ex Food & Energy) m/m

• Angka inflasi AS bulan Juli tercatat sebesar 8,5%, berada di bawah ekspektasi sebesar 8,7%. Selain AS,
negara-negara lain di dunia masih mengalami biaya hidup yang lebih tinggi seperti Inggris mengalami inflasi
double digit sebesar 10,1%. Selain itu inflasi zona Uni Eropa hampir mencapai 9% berada di 8,9%, sementara
Australia 6,1%; Korea Selatan 6,3% dan Selandia Baru 7,3%. Jadwal pemeliharaan untuk jalur pipa milik Rusia
Nord Stream 1 yang hanya menyisakan 1 dari 6 turbin yang tersedia mengurangi kapasitas untuk memompa
gas hingga 80% telah menyebabkan kelangkaan energi dan mendorong biaya listrik dan utilitas yang lebih
tinggi.

• Setelah rilis angka inflasi Juli yang lebih rendah dari perkiraan di AS, ekspektasi untuk Fed menaikkan suku
bunga sempat menjadi less hawkish, sebelum akhirnya The Fed mengklarifikasi pada pertemuan Jackson
Hole untuk tetap melanjutkan agenda pengetatannya demi membawa inflasi kembali ke target 2%. Pasar
mengharapkan kenaikan suku bunga untuk pertemuan September mendatang sebesar 50bps, meskipun
perlu di waspadai data pasar tenaga kerja bulan Juli yang tercatat 2 kali lebih tinggi diatas ekspektasi pada
528 ribu dari perkiraan 250 ribu, pengangguran turun menjadi 3,5% dan kenaikan upah yang melebihi dari
5%.

• Di AS, sinkronisasi pengetatan moneter global telah menyebabkan risiko terjadinya resesi dimana spread
imbal hasil obligasi 2-10 tahun mengalami inversi. Ketidakpastian resesi dan kontraksi aktivitas ekonomi juga
dirasakan di area Eropa dengan leading indicator menunjukkan kontraksi pada data PMI Composite yang
berada di level 49,2 dimana PMI Manufacturing mencatatkan pelemahan dari 49,8 ke 49,7. Walaupun tetap
berada di zona ekspansi PMI Service zona Eropa juga mengalami koreksi dari 51,2 menjadi 50,2 di bulan Juli
dimana level 50,0 memisahkan antara ekspansi dan kontraksi. Sementara negara lain berjuang melawan
yang inflasi tinggi dengan siklus pengetatan, di sisi lain PBOC berjuang melawan pertumbuhan yang lambat
dengan kebijakan yang lebih akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok kuartal II-2022 mencatat
kontraksi 2,6%, krisis energi dan kekeringan di Sichuan memaksa bank sentral untuk menurunkan LPR 1Y
sebanyak 5bps menjadi 3,65% dari 3,70% dan 5Y sebanyak 15bps menjadi 4,30% dari 4,45%.
SEPTEMBER 2022

Perkembangan di Amerika Serikat


Gambar 2. Kontribusi Terhadap Inflasi AS (Juli 2022)
Sumber: Macrobond, UOB Global Economics & Markets Research

y/y % change; percentage points


10.0
Jul 2022:
Jun 2022: 8.5%
8.0 9.1%

May 2022:
6.0 8.6%

4.0

2.0

0.0

-2.0
Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul
2019 2020 2021 2022

All Items Oth Goods & Svs Educ & Comm Recreation Medical Care Transport Apparel F&B Housing

• Inflasi harga konsumen AS pada bulan Juli mengalami kemunduran yang lebih cepat dengan penurunan
sebesar 8,5% y/y, dari 9,1% y/y di bulan Juni (Gambar 2). Penurunan inflasi terutama disumbangkan oleh
turunnya harga energi -4,6% (m/m); biaya transportasi -2,1% (m/m); harga mobil bekas -0,4% (m/m) dan juga
harga tiket pesawat yang turun signifikan sebesar -7,8% (m/m). Namun harga pangan tetap mencatatkan
kenaikan sebesar 1,1% sementara biaya tempat tinggal (perumahan) terus mencatatkan kenaikan sebesar
0,4% (m/m). Angka tersebut berada di bawah perkiraan para ekonom yang disurvey Bloomberg yang
mengharapkan inflasi menurun hingga 8,7% y/y. Sementara inflasi inti (tidak termasuk makanan dan energi)
tercatat melambat menjadi 5,9% y/y pada bulan Mei dari 6,0% y/y di bulan sebelumnya. Namun masih lebih
tinggi dari estimasi ekonom dengan kenaikan 5,7% y/y.

• Meskipun pasar mengharapkan Fed akan bersikap less hawkish pasca rilis data inflasi yang lebih rendah di
bulan Juli. Namun the Fed tetap bersikap hawkish. Hal ini tercermin pada hasil risalah pertemuan FOMC
bulan Juli yang kembali berencana untuk menaikan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) di bulan September.
Setelah pada bulan Juli dan Juli Fed menaikkan FFR sebanyak 75bps, langkah Fed ini menunjukkan bahwa
siklus kenaikan yang sedang berlangsung sejalan dengan fokus bank sentral untuk mengendalikan inflasi yang
tinggi namun mengindikasikan kenaikan berikutnya akan bergantung pada rilis data terbaru.

• Sikap hawkish juga semakin terlihat pada pidato Jerome Powell di Jackson Hole Symposium yang
menyatakan bahwa Fed akan melanjutkan perjuangan untuk melawan inflasi bahkan jika membutuhkan
waktu (pengetatan kebijakan yang berkepanjangan) dan langkah yang kuat (kenaikan suku bunga yang lebih
besar dari biasanya) dengan mengorbankan periode yang panjang untuk pertumbuhan ekonomi di bawah
standar dan adanya dampak negatif untuk masyarakat dan bisnis dalam jangka pendek.
SEPTEMBER 2022

Gambar 3. Proyeksi UOB Terhadap Tingkat Suku Bunga Fed Fund Rate Target (per 18 Agustus 2022)
Sumber: UOB Global Economics & Markets Research

US: Federal Funds Target Rate Trajectory


Liftoff started in Mar FOMC; +75bps in Jun & Jul; Now Expecting 50bps in Sep & Nov, 25bps in Dec
FFTR, %; as of 17 Aug 2022

6.00 US recession Last FOMC: Thu, 28 Jul 2022 UOB forecasts


Next FOMC: Thu, 22 Sep 2022

03/2023
5.00 12/2022 4.00%
11/2022
3.75%
3.50%

4.00 09/2022
3.00%

3.00 07/2022 12/2023


2.50% 3.75%

2.00 06/2022
1.75%

1.00 05/2022
1.00% 03/2022
0.50%
0.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

• Meskipun inflasi telah mengalami penurunan dari 9,1% menjadi 8,5%, namun risiko inflasi masih terbilang
tinggi dan berada jauh dari target bank sentral sebesar 2%. Berkat harga energi dan barang yang telah
membantu menekan inflasi, namun bagian yang lebih besar yakni jasa yang mencakup hampir 60% dari
seluruh bobot inflasi terbilang relatif stabil dan perlahan beranjak naik. Saat ini Fed diperkirakan akan
menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menjinakkan inflasi pada kecepatan yang lebih lambat. Kami
memperkirakan akan ada dua kali kenaikan 50bps pada pertemuan September & November mendatang
dengan Fed mulai mengurangi agresivitas kenaikannya di bulan Desember dengan kenaikan 25bps, dengan
demikian akan membawa suku bunga acuan ke rentang 3,50%-3,75% pada akhir tahun. Kami juga
memproyeksikan tingkat suku bunga terminal akan tercapai di sekitar kuartal I-2023 yang membawa
tingkat suku bunga netral di sekitar 3,75%-4,00% dan akan jeda setelahnya.

• Upaya Fed untuk menjinakkan inflasi tidak saja datang dari front loading front-end kurva imbal hasil saja.
The Fed juga berjanji untuk mengurangi neraca sebesar US$47,5 miliar per bulan yang mencakup treasury
(US$30 miliar) dan mortage back securities (US$17,5 miliar). Tidak memperpanjang hutang jatuh tempo
dapat memaksa Departemen Keuangan AS untuk mencari likuiditas dari sektor publik dengan
menerbitkan lebih banyak utang ke sektor publik sehingga meningkatkan suplai obligasi secara
keseluruhan, mengurangi keseluruhan likuiditas dari sektor publik. Tabel 1 menjelaskan pandangan kami
bahwa dalam jangka pendek kami mungkin melihat posisi imbal hasil obligasi 10 tahun dapat meningkat
dari (saat penulisan) 3,02% menjadi 3,20% pada akhir kuartal III-2022. Fed juga diharapkan lebih agresif
pasca September dengan menggandakan upaya Quantitative Tightening (QT) menjadi $95 miliar per
bulan yang memaksa imbal hasil kembali steepening mencapai puncaknya pada kuartal IV sebelum
berputar arah pada awal tahun depan dimana FFR diproyeksikan mencapai tingkat terminal pada kuartal
I-2023.
Tabel 1. Pandangan Kami
Sumber: UOB Global Economics & Markets Research

% As of 26 Aug 3Q22 4Q22 1Q23 2Q23


US Fed Funds Target (Upper Bound) 2.50 3.00 3.75 4.00 4.00
3M USD LIBOR 3.07 3.30 4.00 4.20 4.20
10Y UST Yield 3.04 3.20 3.60 3.40 3.20
SEPTEMBER 2022

Perkembangan di Tiongkok
• Ekspor Tiongkok rebound pada
Gambar 4. Perdagangan Luar Negeri Tiongkok
bulan Juli sementara impor
masih mempertahankan Sumber: Macrobond, UOB Global Economics & Markets Research
momentum yang lambat,
sehingga membawa surplus
perdagangan ke rekor tertinggi
baru US$101,26 miliar dari
tertinggi sebelumnya US$97,94
miliar pada bulan Juni. Rata-rata
pertumbuhan ekspor di kuartal
II sebesar 14,2% y/y
dibandingkan 15,8% y/y di
kuartal I-2022. Hal itu memberi
kesan bahwa secara perlahan
kondisi di Tiongkok kembali
normal setelah 2 bulan
lockdown. Ketidakpastian risiko
dari Covid-19, geopolitik antara
Rusia-Ukraina bersamaan dengan kebijakan moneter yang lebih ketat serta memburuknya hubungan
AS-Tiongkok perihal Taiwan dapat mengurangi perdagangan lebih lanjut, kami memperkirakan perdagangan
akan termoderasi hingga 10% -12% untuk ekspor sementara impor menjadi sekitar 5% tahun ini.

• Gambaran ekonomi Tiongkok secara keseluruhan masih suram dengan adanya Covid-19, risiko geopolitik dan
kebijakan moneter yang lebih ketat yang telah menyebabkan pertumbuhan Tiongkok melambat secara
signifikan dengan PDB kuartal II hanya tumbuh +0,4% jauh di bawah ekspektasi analis +1,0%. Walau demikian
penjualan ritel berhasil bertumbuh +3,1% sedikit lebih baik dari ekspektasi analis sebesar +3,0%. Sektor
otomotif, kosmetik serta perawatan medis memberikan kontribusi pertumbuhan utama dalam sektor ritel
tersebut. Produksi sektor industri bertumbuh +3,9% berada di bawah ekspektasi analis di +4,1%. Sementara
Fixed Asset Investment pada semester pertama membukukan kenaikan sebesar 6,1% sedikit di atas
ekspektasi analis sebesar +6,0%. Real estate dan negative equity atas harga perumahan telah memaksa
pemegang KPR untuk menghentikan pembayaran yang menyebabkan harga perumahan turun hingga 5,4%,
lebih buruk dari penurunan 4% dalam 5 bulan pertama.

• Untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang melambat pembuat kebijakan Tiongkok telah berupaya
untuk meluncurkan stimulus baik secara moneter maupun fiskal. PBOC telah memanfaatkan semua alat yang
tersedia untuk menopang pertumbuhan termasuk memangkas RRR (Reserve Requirement Ratio) melepaskan
likuiditas yang terperangkap dalam sistem perbankan ke ekonomi riil pada bulan April. Selanjutnya bank
sentral juga secara tak terduga memangkas fasilitas pinjaman jangka menengah (Medium Term Lending
Facility/MLF) 1 tahun sebesar US$400 miliar ke level terendah sepanjang masa dari 2,85% menjadi 2,75%.
Selain itu Suku Bunga Dasar Pinjaman (Loan Prime Rate/LPR) 1 tahun juga diturunkan dari 3,70% menjadi
3,65% dan LPR 5 tahun menjadi 4,45% dari 4,30% di bulan Agustus. Dari sisi fiskal pemerintah juga menopang
hingga CNY 1 triliun untuk memastikan pertumbuhan stabil tahun ini.
SEPTEMBER 2022

Perkembangan di Indonesia
Gambar 5. PDB Indonesia Berdasarkan Pengeluaran
• Tingginya angka inflasi secara
global pada akhirnya memaksa
Sumber: Badan Pusat Statistik, UOB Global Economics & Markets Research
Share to GDP % y/y -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0
Growth Contribution 8.00 bank sentral untuk menaikan
100.0% Gross Domestic Product
suku bunga secara sinkronis,
6.00
Bank Indonesia (BI) pada Rapat
51.47% Private Consumption
1.92
2.92
4.00 Dewan Gubernur (RDG) bulan
1.17% NPI Consumption
0.55

1.47
2.40

0.06 0.94
Agustus pada akhirnya
1.18
0.04
0.06 0.57
0.07
1.30
2.00
meningkatkan suku bunga
1.69 2.14
acuan Bank Indonesia 7-Days
6.94% Government Consumption
1.08 0.05 0.80
0.00
-0.50 -0.40

27.31% Investment Private Consumption Reverse Repo (BI-7DRR) Rate


Investment
Government Consumption
-2.00
dari 3,50% menjadi 3,75%. BI
juga menaikkan suku bunga
24.68% Export of Goods & Service NPI Consumption
Net Export -4.00

20.50% Import of Goods & Service


3.51% 5.02% 5.01% 5.44% Deposit Facility menjadi 3,00%
3Q21 4Q21 1Q22 2Q22 3Q21 4Q21 1Q22 2Q22
-6.00
dan suku bunga Lending
Facility menjadi 4,50%.

• BI menekankan bahwa
keputusan untuk menaikan
Gambar 6. Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia suku bunga acuan sejalan
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia , Macrobond, UOB Global Economic & Market Research dengan upaya yang
berkelanjutan untuk menjaga
stabilitas nilai tukar dan inflasi
yang terkendali, serta
mendorong pemulihan
ekonomi pasca resesi yang
terjadi akibat pandemi. Namun
ketidakpastian global yang
terjadi saat ini yang
meningkatkan risiko
perlambatan pertumbuhan
ekonomi bahkan risiko
stagflasi yang disebabkan oleh
tingkat inflasi yang tinggi juga
menjadi perhatian BI.

• Nilai tukar rupiah yang melemah sepanjang tahun ini sebesar 4,45% (hingga 29 Agustus) membuat BI
mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga secara di luar ekspektasi. Walau tingkat pertumbuhan
yang mencapai 5,44% pada kuartal II tertinggi se-tahun terakhir ini (Gambar 5). Nilai tukar dollar AS yang terus
beranjak naik memaksa BI untuk terus mengelontorkan dana intervensi yang mengurangi cadang devisa ke
pada titik terendah dalam 2 tahun hingga berada di posisi Rp 132,2 milliar (Gambar 6).

• Dari sisi inflasi, meskipun cenderung naik namun inflasi masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan
negara emerging market lain karena tertolong oleh harga bahan bakar minyak (BBM) yang sampai saat ini
belum dinaikkan oleh pemerintah, sementara di negara emerging market lainnya kenaikan harga BBM
langsung dibebankan kepada masyarakat. Meskipun dengan kenaikan harga BBM mengakibatkan subsidi
dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) melonjak namun kenaikan tersebut dapat ditopang
oleh kenaikan pendapatan negara yang berasal dari pajak, terutama pajak barang ekspor komoditas.
SEPTEMBER 2022

Perkembangan di Indonesia
Gambar 7. Inflasi & Target Bank Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik, Macrobond, UOB Global Economics & Markets Research
8

Lower Limit - Inflation Target Upper Limit - Inflation Target


7 Mid Point - Inflation Target Headline Inflation (%yoy)

Jul 22 inflation of 5% yoy


6 breaks the 4% upper -end of BI's
forecast range

5
4.94

4
4.00

3
3.00

2
2.00

J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J A J O J
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

• Kenaikan inflasi di atas batas atas 4% (Gambar 7) telah membuat pengambil kebijakan moneter untuk segera
menaikkan suku bunganya dari level terendah 3,5% ke 3,75%. Sementara Fed terus meningkatkan FFR-nya,
untuk melawan inflasi selisih antara FFR AS dan BI 7-DDR dengan cepat menyempit dari 3,25% di awal tahun
menjadi 3% (Maret) menjadi 2,5% (Mei) menjadi 1,75% (Juni) dan 1 % (Juli) hingga kembali melebar 1,25% pasca
kenaikan bunga acuan pasca pertemuan Bank Indonesia (Agustus). Risiko arus keluar modal meningkat
karena divergensi antara kebijakan moneter kedua bank sentral akan terus memutar arus carry trade seiring
terjadinya kenaikan suku bunga secara global. Walau BI diperkirakan masih akan melanjutkan kebijakan
normalisasi melalui kenaikan suku bunga lanjutan pada akhir kuartal ini, Rupiah diperkirakan dapat terus
mengalami tekanan yang diakibatkan oleh sinkronisasi kenaikan imbal hasil global yang dapat memaksa
Dewan Gubernur BI untuk kembali menaikan bunga acuan dengan pandangan kami akan ada kenaikan 25bps
dalam beberapa bulan ke depan dan menetap di 4,50% pada akhir tahun.
SEPTEMBER 2022

Pandangan Pada Kelas Aset


Kelas Aset Negatif Sedikit Netral Sedikit
Negatif Positif Positif

Obligasi Pemerintah USD


Obligasi Pemerintah IDR

Ekuitas AS
Ekuitas Asia ex Jepang
Ekuitas Domestik

Pandangan pada kelas aset Pendapatan Tetap


• Kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat pada FOMC meeting bulan Juli membuat proyeksi kami atas tingkat suku
bunga di akhir tahun 2022 juga ikut meningkat. Berdasarkan hal tersebut kami masih tetap mempertahankan
pandangan kami atas kelas aset pendapatan berdenominasi USD tetap defensif. Kami tetap merekomendasikan
nasabah untuk memiliki obligasi berdenominasi USD dengan durasi pendek.
• Bank Indonesia telah memulai proses pengetatan kebijakannya mulai bulan Agustus dengan menaikan suku bunga
acuan sebesar 25bps menjadi 3,75%. Kami melihat adanya kenaikan lanjutan dengan terbentuknya inflasi di atas batas
atas Bank Indonesia dan melihat adanya wacana kenaikan BBM bersubsidi sebagai risiko inflasi yang dapat kembali
menekan imbal hasil obligasi ke level lebih tinggi.

Pandangan pada kelas aset Ekuitas Offshore


• Pasar saham AS terutama sektor teknologi memiliki risiko yang cukup besar seiring dengan bergerak naiknya imbal hasil
obligasi serta suku bunga Fed Fund Rate. Hingga saat ini kami memperkirakan Fed akan kembali menaikan suku
bunganya sebesar 50 bps pada pertemuan FOMC bulan September mendatang dan dapat menjadi sentiment yang
dapat kembali menekan performa kelas aset ekuitas AS.
• Pasar saham kawasan APAC ex. Jepang menjadi jauh lebih atraktif jika dibandingkan dengan pasar saham AS ketika bank
sentral Tiongkok telah memangkas suku bunga LPR, MLF serta pemerintah yang berkomitmen untuk menggelontorkan
stimulus fiskal hingga CNY 1 trilliun untuk menopang pertumbuhan ekonomi serta sektor properti mereka.

Pandangan pada kelas aset Ekuitas Domestik


• Masih relatif tingginya harga komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara, CPO, baja dan logam memberikan
keuntungan bagi ekonomi Indonesia meskipun di sisi lain kenaikan harga minyak memberi tekanan pada subsidi APBN
karena belum naiknya harga BBM di dalam negeri.
• Level consumer confidence index yang telah kembali ke level sebelum pandemi yang mengindikasikan bahwa
kepercayaan diri masyarakat untuk berbelanja sudah kembali dan akan memberikan dukungan terhadap pemulihan
ekonomi Indonesia pasca pandemi, dimana kontribusi belanja rumah tangga terhadap PDB Indonesia mencapai 53%.
• Sektor keuangan, infrastruktur dan pertambangan diperkirakan akan mendapatkan keuntungan di tengah tingginya
harga komoditas dan telah dimulainya siklus kenaikan tingkat suku bunga. Kami menyukai reksadana yang berfokus
pada tema ESG serta saham berkapitalisasi besar.
SEPTEMBER 2022

Strategi Portofolio dan Produk

Konservatif Moderat Agresif

Saham Pasar Saham Pasar


20% Uang 35% Uang Pasar
30% 25% Uang
Tactical
20%
Tactical Tactical
Tactical Saham
50% Tactical
Tactical Core
Core
Core Core
Core

Pendapatan Pendapatan Pendapatan


Tetap Tetap Tetap
50% 40% 30%

Kelas Aset Pasar Uang Pendapatan Tetap Ekuitas

• FD • Obligasi berdurasi pendek • Reksadana saham


Denominasi USD • Reksadana pendapatan offshore syariah
tetap berdurasi pendek kawasan Asia Pasifik dan
bertema ESG dengan
eksposur global

• FD • Obligasi berdurasi pendek • Reksadana saham


• Reksadana pasar hingga menengah bertema ESG dan fokus
Denominasi IDR uang bertema ESG a
• Reksadana pendepatan tetap pada perusahaan
berdurasi pendek berkapitalisasi besar

Disclaimer
Publikasi ini semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak untuk ditransmisikan, diungkapkan, disalin, atau digunakan oleh siapa pun untuk tujuan apa pun, dan juga tidak untuk
didistribusikan ke, atau digunakan oleh siapa pun di negara dimana distribusi atau penggunaan publikasi seperti ini akan bertentangan dengan hukum atau peraturan di Negara
tersebut. Publikasi ini bukan merupakan penawaran, rekomendasi, ajakan atau saran untuk membeli atau menjual produk/efek/instrumen investasi apa pun. Tidak ada dalam
publikasi ini yang merupakan akuntansi, hukum, peraturan, pajak, keuangan atau nasihat lainnya. Silakan berkonsultasi dengan penasihat profesional Anda tentang kesesuaian
produk/surat berharga/instrumen investasi apa pun untuk tujuan investasi, situasi keuangan, dan kebutuhan khusus Anda. Informasi yang terkandung dalam publikasi ini didasar-
kan pada asumsi dan analisis tertentu dari informasi yang tersedia untuk umum dan mencerminkan kondisi yang berlaku pada tanggal publikasi. Setiap pendapat, proyeksi, dan
pernyataan berpandangan ke depan lainnya mengenai peristiwa atau kinerja di masa mendatang, termasuk namun tidak terbatas pada, negara, pasar, atau perusahaan tidak selalu
merupakan indikasi, dan mungkin berbeda dari peristiwa atau hasil aktual. Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini adalah sepenuhnya milik penulis dan dapat berubah.
Meskipun dalam penyusunan setiap pengawasan dan ketelitian telah dilakukan untuk memastikan keakuratan, kelengkapan dan objektivi5tas informasi yang terkandung dalam
publikasi ini, Penulis tidak membuat pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, mengenai keakuratan, kelengkapan dan objektivitas dan tidak menerima tanggung
jawab atau kewajiban berkaitan dengan kerugian atau kerusakan apapun yang diderita oleh setiap orang yang timbul dari ketergantungan pada pandangan yang diungkapkan atau
informasi dalam publikasi ini.

Anda mungkin juga menyukai