Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Medis Kista Bartholini

Dosen Pengampu:

Magdalena, SST ., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. AEMELIANA SEPTIANI (P032114401043)


2. ARRAHMA CHANTESA (P032114401048)
3. DWI DAVA DESWINA (P032114401054)
4. ELSA DAMERIA DAMANIK (P032114401053)
5. JUNETA DAMERIA (P032114401063)

Keperawatan Tk 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

PRODI D3 KEPERAWATAN

KOTA PEKANBARU
2022/2023

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa medis Kista Basrtholini tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibuk Magdalena, SST ., M.Kes selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah
diberikan kepada tim penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan


makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat tim penulis
harapkan dari pembaca sekalian. Tim penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Pekanbaru, 17 September 2022

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista bartholini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli anatomi
Belanda pada tahun 1677 bernama Casper Bartholini. Kelenjar ini merupakan
kelenjar vestibular terbesar menyerupai kelanjar cowper ( Kelenjar
bulbouretral) pada laki-laki, yang letaknya tertutup dan berpasangan.1
Kelenjar ini berfungsi untuk mensekresi cairan pembersih, mukus yang alkalis
kedalam duktus yang bagian dalamnya tersusun atau sel kolumnar dan bagian
luar tersusun atas epitel transisional.
Kista bartholini adalah tersumbatnya saluran lubrikasi pada vagina atau
membesarnya muara saluran lubrikasi, yang berakibat tidak keluarnya cairan
lubrikasi yang mestinya keluar ( perempuan yang belum 40 tahun). Kondisi ini
disebabkan oleh adanya bakteri, yang antara lain adalah E- coli, kuman/bakteri
penyakit kelamin,dll.
Kista bartholini merupakan masalah yang sering didapatkan pada wanita
usia reproduksi, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun
dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartholini atau abses
dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk
dicermati. Hal ini berhubungan dengan aktivitas kelenjar bartolin yang
berkurang pada masa menopause. Kista bartholini terbentuk akibat
tersumbatnya kelenjar minyak dibibir kemaluan bagian dalam ( ada dua, dikiri
dan kanan) akibat adanya nfeksi. Untuk menghindari timbulnya kista dengan
menjaga kebersihan ( hygienis). Selama kista ini tidak terinfeksi oleh virus,
bakteri, jamur kista ini tidak menimbulkan masalah, si wanita tidak merasa
sakit hanya saja akan ada rasa benjolan di labia mayoravagina ( bibir bagian
luar vagina ). Tapi seandainya kista ini terinfeksi maka disebut dengan abses
bartholini. Kelenjar bartholini berkembang dari epitelium pada area posterior
dari vestibula. Kelenjar bartholin terletak bilateral pada sepertiga bawah labia
minora dan mempunyai saluran kelenjar bartholin panjangnya 2cm- 2,5 cm
dengan posisi pada jam 4 dan jam 8, bermuara pada vestibula. Kelenjar
tersebut biasanya hanya berukuran sebesar kacang polong dan jarang melebihi
ukuran 1 cm.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Kista Bartholini?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi Kista Bartholini?
3. Apa saja etiologi Kista Bartholini?
4. Bagaimana patofisiologi Kista Bartholini?
5. Bagaimana patoflowdigram Kista Bartholini?
6. Apa saja manifestasi klinik Kista Bartholini?
7. Apa komplikasi dari Kista Bartholini?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Kista Bartholini?
9. Apa saja penatalaksana medis pada Kista Bartholini?
10. Bagaimana pengkajian Asuhan Keperawatan pada Kista Bartholini?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Kista Bartholini
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Kista Bartholini
3. Untuk mengetahui etiologi Kista Bartholini
4. Untuk mengetahui patofisiologi penderita Kista Bartholini
5. Untuk mengetahui patoflowdiagram Kista Bartholini
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik penderita Kista Bartholini
7. Untuk mengetahui komplikasi penderita Kista Bartholini
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik penderita Kista Bartholini
9. Untuk mengetahui penatalaksaan medis penderita Kista Bartholini
10. Untuk mengetahui pengkajian Asuhan Keperawatan pada Kista
Bartholini
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang
terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat didalam tubuh. Kista kelenjar
bartholini terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar bartholini bisa
tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi maka
saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya
sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi,
menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses
terjadi bila kista menjadi terinfeksi

Kelenjar Bartholin terletak di setiap sisi lubang vagina. Kelenjar ini


mengeluarkan cairan yang membantu melumasi vagina. Kadang-kadang
bukaan kelenjar-kelenjar ini menjadi terhambat, menyebabkan cairan kembali
ke kelenjar. Hasilnya adalah pembengkakan yang relatif tidak nyeri yang
disebut kista Bartholin's. Jika cairan di dalam kista menjadi terinfeksi, Anda
dapat mengembangkan kumpulan nanah yang dikelilingi oleh jaringan yang
meradang (abses).

Kista atau abses Bartholin sering terjadi. Perawatan kista Bartholin


tergantung pada ukuran kista, seberapa menyakitkan kista dan apakah kista
terinfeksi. Terkadang perawatan di rumah adalah yang Anda butuhkan. Dalam
kasus lain, drainase bedah dari kista Bartholin diperlukan. Jika infeksi terjadi,
antibiotik dapat membantu mengobati kista Bartholin yang terinfeksi.

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna,


kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah
berbentuk bundar, dan berada disebelah dorsal dari bulbus vestibuli. Saluran
keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium
minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolag denganglandula
bulbouretralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan
mengeluarkan sekresinya untuk mebasahi atau melicinkan permukaan vagina
dibagian kaudal. Kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan
dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervus hemoroidal inferior. Kelenjar
bartolini tersususun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari
bulbus menjadi sensistif selama ransangan seksual dan kelenjar ini akan
mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikans. Drainase
pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2cm yang terbuka ke
arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak
teraba pada pemeriksaan palpasi, seperi pada gambar dibawah ini.

Kelenjar Bartholini berfungsi mensekresikan cairan ke permukaan


vagina. Mukosa kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus. Cairan ini mengalir
ke dalam duktus sepanjang 2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional.
Duktus ini bermuara diantara labia minor dan hymen dan dilapisi pada bagian
ini terdiri atas epitel skuamosa. Oleh karena itu, kelenjar ini dapat berkembang
menjadi karsinoma sel skuamosa atau adenokarsinoma. Kelenjar ini
mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina. Kelenjar bartholini
mengeluarkan jumlah lendir yang cukup sedikit sekitar satu atau dua tetes
cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya
menjadi begitu penting untuk pelumas vagina , tetapi penelitian dari Masters
dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian vagina
lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina,
sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita.

2.3 Etiologi

Kista bartholini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar


bartholini tersumbat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista.
Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses bartholini dapat
disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan
penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang
biasanya ditemukan disaluran pencernaan , seperti Escherichia coli. Umumnya
abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
bartholini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari
duktus dan pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat
berkembang dalam kelenjar. Kista bartholini tidak selalu harus terjadi sebelum
abses kelenjar. Kelenjar bartholini adalah abses polimikrobial. Meskipun
Neisseria gonorrhoeae adalah mikroorganisme aerobik yang dominan
mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum. Chlamydia
trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif. Namun, kista saluran
bartholini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap sebagai bagian eksklusif dari
infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal adalah penyebab
umum kista dan abses tersebut. Infeksi pada kelenjar ini disebabkan oleh
kuman gram negative, yaitu:

1. Golongan Staphylococcus

2. Golongan Gonoccus

Kista bartholini merupakan tumor kistik jinak. Ditimbulkan akibat


saluran kista bartholini yang mengalami sumbatan. Sumbatan biasanya
disebabkan oleh infeksi. Kuman yang sering menginfeksi kelenjar bartholini
adalah Neisseria gonorrhoae.

Pada laki-laki kuman ini menyebabkan penyakit kelamin yang disebut


kencing nanah atau gonore, tidak sama dengan sifilis.

Perjalanannya. Karena kelenjar terus-menerus menghasilakn cairan,


maka lama kelamaan sejalan dengan membesarnya kista, tekanan didalam kista
semakin besar. Dinding kelenjar/ kista mengalami peregangan dan meradang.
Demikian juga akibat peregangan pada dinding kista, pembuluh darah pada
dinding kista terjepit mengakibatkan bagian yang lebih dalam tidak
mendapatkan pasokan 7 7 darah sehingga jaringan menjadi mati (nekrotik).
Dibumbui dengan kuman, maka terjadilah proses pembusukan, bernanah dan
menimbulkan rasa sakit.karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan
terjepit terutama saat duduk dan berdiri menimbulkan rasa nyeri yang
terkadang disertai dengan demam. Pasien berjalan mengegang ibarat menjepit
bisul diselangkangan.
2.4 Patofisiologi

Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat,sehingga


menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan.Sumbatan ini
biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangannonspesifik atau trauma.
Kista bartholini dengan diameter 1-3 cms seringkaliasimptomatik. Sedangkan
kista yang berukuran lebih besar, kadangmenyebabkan nyeri dan dispareunia.
Abses Bartholin merupakan akibat dariinfeksi primer dari kelenjar, atau kista
yang terinfeksi.

2.5 Patoflowdiagram

2.6 Manifestasi klinik

Jika kista duktus bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi,
penyakit ini bisa menjadi asimptomatik. Kista biasanya nampak sebagai massa
yang menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang
duktusnya berakhir di dalam vestibula. Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa
terjadi abses pada kelenjar. Indurasi biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan
aktivitas seperti berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa
menyebabkan rasa nyeri pada vulva.

Kista duktus bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari massa
vulva lainny. Karena kelenjar bartholini biasanya mengecil saat menopause,
pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya keganasan, khususmya jika massa irreguler, nodular
dan indurasi persisten.

Gejala Klinis Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan


tetapi kadang dirasakan sebagai benda padat dan menimbulkan kesulitan pada
waktu koitus. Jika kista bartholini masih kecil dan terinfeksi, umumnya
asimtomatik. Tetapi bila berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang
nyaman saat berjalan atau duduk. Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi
berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva disertai
kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva.

Keluhan pasien pada umumnya adalah benjolan, nyeri, dan dispareunia.


Penyakit ini cukup sering recurens. Bartholinitis sering kali timbul pada
gonorrea, akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus.
Pada bartholinitis akuta kelenjarmembesar, merah, nyeri, dam lebih panas dari
daerah sekitarny. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui
duktusnya, atau jika duktusnya tersumbat, mengumpulkan di dalamnya dan
menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika
belum menjadi abses, keadaan bisa diatasi dengan antibiotik, jika sudah
bernanah harus dikeluarkan dengan sayatan.

Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkembang menjadi abses


bartholini dengan gejala klinik berupa:

-Nyeri saat berjalan, duduk, beraktivitas fisik, atau berhubungan seksual


-Umumnya tidak disertai demam, kecuali jika terinfeksi dengan
mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan seksual atau ditandai
dengan adanya perabaan kelenjar limfe pada inguinal.

-Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari

-Biasanya ada sekret di vagina, kira-kira 4 sampai 5 hari pasca


pembengkakan,terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
ditularkan melalui hubungan seksual

-Dapat terjadi ruptur spontan

-Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut dan
berfluktuasi, atau terkadang tegang dan keras

Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan


akhirnyan dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartholini. Kista tidak
selalu menyebabkan keluhan, tapi dapat terasa berat dan mengganggu koitus.
Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa; dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan.

2.7 Komplikasi

Komplikasi kista Bartholin adalah terbentuknya abses, jika proses infeksi


terus berlangsung. Jika abses telah terbentuk, proses infeksi bisa menyebar
secara sistemik hingga menyebabkan sepsis.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Jika pasien dalam kondisi sehat, dan tidak demam, tes laboratorium darah
tidak diperlukan untuk menge$aluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur
bakteri dapat dilakukan untuk menentukan kuman dan pengobatan yang tepat
bagi abses Bartholin tersebut.
Untuk mendiagnosis kista Bartholin, tim medis ataupun perawat mungkin:
1. Ajukan pertanyaan tentang riwayat medis Anda
2. Lakukan pemeriksaan panggul
3. Ambil sampel sekresi dari vagina atau leher rahim untuk menguji
infeksi menular seksual
4. Sarankan tes massa (biopsi) untuk memeriksa sel kanker jika Anda
pascamenopause atau lebih dari 40
Jika kanker menjadi perhatian, dokter Anda mungkin merujuk Anda ke
dokter kandungan yang berspesialisasi dalam kanker sistem reproduksi wanita.
2.9 Penatalaksanaan Medis
a) Apabila kista tanpa gejala (asimptomatik) tidak memerlukan tatalaksana
(pengobatan).
b) Kecuali terjadi pecah spontan, abses jarang sembuh dengan sendirinya.
Pada abses dan kista yang simptomatik, membutuhkan tatalaksana
(pengobatan) berupa :
 Insisi drainase + kultur
 Kateter “word”
 Marsupialisasi
 Eksisi gld. Bartholini → pada kasus rekurensi tinggi
c) Inisisi drainase adalah prosedur yang cepat dan mudah, yang akan
meredakan gejala dengan cepat. Namun tingkat kekambuhanya tinggi.
d) Pemasangan word catheter adalah penanganan yang umum
untuk drainase pada kista dan abses bartholini. Word catheter adalah
sebuah kateter berukuran panjang 1 inch dan diameter sebesar
kateter foley nomor 10. Setelah insisi dilakukan pada kista / abses, word
catheter dimasukan dan balon yang ada di ujung kateter digembungkan
dengan 2-3 ml cairan saline untuk fiksasi. Kateter dibiarkan 4-6 minggu
untuk proses epitelialisasi.
e) Marsupialisasi adalah insisi yang dilakukan pada kista sepanjang 1.5-3
cm tergantung ukuran kista. Dilakukan insisi vertikal pada bagian
tengah kista, dinding kista dieversikan dan diarahkan ke ujung dari
mukosa vestibular, jahit dengan interrupted suturing. Komplikasi yang
berhubungan dengan prosedur ini adalah dyspareunia, hematoma dan
infeksi.
f) Pada kasus kekambuhan (rekurensi) tinggi atau pada pasien yang tidak
respon dengan pembuatan jalur drainase dapat dilakukan eksisi.
g) Beberapa ahli merekomendasikan eksisi dari glandula bartholini
dilakukan untuk mengeksklusi adenocarcinoma pada pasien yang
mengalami kista atau abses bartholini pada usia diatas 40 tahun.
h) Walaupun adenocarcinoma jarang, pada pasien di atas 40 tahun
disarankan dirujuk ke spesialis obstetric gynecology

Anda mungkin juga menyukai