KISTA BARTHOLIN
Disusun Oleh :
BELLATANIA YUDA
1965050080
Pembimbing :
dr. Bayu Agus Widianto, SpOG
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi pada era globalisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan
dan kemajuan disegala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan dan
kebersihan dimana masyarakat khususnya wanita dituntut untuk selalu menjaga kebersihan
fisik dan organ tubuhnya. Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitif serta
memerlukan perawatan khusus adalah organ reproduksi. Penyakit sistem reproduksi wanita
sejenis kista adalah masalah yang cukup sering dilaporkan, salah satunya adalah kista
Bartolini.1,2,4
Kista bartholin adalah kista yang disebabkan akibat tersumbatnya saluran lubrikasi
pada vagina. Kista kelenjar barhtolini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli anatomi
Belanda pada tahun 1677 bernama Casper Bartholin. Kelenjar bartholin merupakan kelenjar
vestibuler terbesar yang terletak di labia mayora atau bibir vagina yang berfungsi untuk
mensekresikan cairan pelumas saat berhubungan seksual. Kelenjar ini homogen dengan
kelenjar cowper (kelenjar bulbouretral) pada laki-laki yang letaknya tertutup dan
berpasangan.3 Insiden Kista Bartholini dapat terjadi pada semua kelompok usia, lebih
sering pada
wanita muda umumnya terjadi pada wanita usia reproduksi 20-35 tahun terutama pada
mereka yang belum pernah hamil atau baru hamil sekali. Remaja dapat terkena kista yang
biasanya terjadi karena faktor genetik. Kista pada wanita menopause biasanya mengarah pada
kanker dan perlu dilakukan tindakan operatif secepatnya. Data World Health Organization
(WHO) menunjukan lebih dari 400.000 wanita di dunia terdiagnosa menderita Kista
Kista bartholini terbentuk akibat tersumbatnya bagian distal dari duktus kelenjar yang
menyebabkan retensi dari sekresi cairan lubrikasi, sehingga terjadi pelebaran duktus dan
pembentukan kista, namun etiologi dari kista belum diketahui. Selama kista ini tidak
terinfeksi oleh virus, bakteri atau jamur kista ini tidak akan menimbulkan masalah. Pasien
tidak akan merasa sakit dan hanya mengeluhkan rasa benjolon di labia mayora vagina (bibir
bagian luar vagina). Namun kista tersebut dapat terinfeksi, dan selanjutnya dapat berkembang
menjadi abses. Dalam penanganan kista dan abses Bartolini, ada beberapa pengobatan yang
dapat dilakukan berupa intervensi bedah, pemberian obat antibiotik, dan analgesik.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 ANATOMI
Kelenjar Bartolini atau glandula vestibularis mayor merupakan kelenjar yang memiliki
struktur sangat kecil terletak dalam lapisan diafragma urogenital dan berbentuk bentuk oval.
Kelenjar ini terletak bilateral dengan masing-masing berukuran sekitar 0,5 cm pada labia
minora dengan posisi pada arah jam 4 dan 8 posisi jam. (Gambar 1)
Kelenjar bartolini biasanya tidak dapat di palpasi. Kelenjar ini mengeluarkan lendir
yang berfungsi untuk mensekresikan cairan pelumas saat berhubungan seksual ke dalam
saluran sepanjang 2,5 cm yang bermuara ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen.
Selain berfungsi sebagai pelumas saat berhubungan seksual, cairan yang disekresikan oleh
mukosa vagina.
jaringan fibrosa padat yang mencegahnya membesar atau menjadi kista ketika titik obstruksi
terjadi dibagian proksimal duktus. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis
pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu koitus dan mengeluarkan sekresinya untuk
oleh arteri bulbi vestibuli dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervus hemoroidal
inferior.
II.1.2 HISTOLOGI
Kelenjar Bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose yang dibatasi oleh epitel kolumnar
atau kuboid. Ductus dari kelenjar Bartolini merupakan epitel transisional yang secara
embriologi merupakan daerah transisi antara traktus urinarius dengan traktus genital.
(Gambar 2)
(https://webpath.med.utah.edu/HISTHTML/NORMAL/NORM185.html)
II.2 KISTA BARTOLIN
II.2.1 DEFINISI
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah
kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista bartolin adalah kista yang terbentuk akibat
penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di vagina sehingga menyebabkan cairan
lubrikasi pada vagina tidak keluar. Kista Bartolini sering dijumpai berukuran relatif besar.
Kelenjar bartolini terletak pada sepertiga posterior dari setiap labium mayus dan muara dari
duktus sekretorius dari kelenjar ini, berada tepat didepan (eksternal) hymen pada posisi jam 4
dan 8. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi dan menyebabkan
kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista dan dapat menjadi abses bila kista menjadi
terinfeksi.
II.2.2 EPIDEMIOLOGI
Kista bartolini merupakan masalah yang cukup sering didapatkan pada wanita. Sekitar
2% perempuan dapat mengalami Kista atau abses Bartolini pada suatu periode kehidupannya,
dimana abses dilaporkan terjadi tiga kali lebih sering dibandingkan kista Kebanyakan kasus
terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista
bartolini atau abses dalam hidup mereka. Sekitar 72% terjadi sebelum usia 30 tahun, dan
hanya 10% terjadi pada wanita diatas 40 tahun. Kista dan abses bartolini jarang terjadi
sebelum pubertas dan hanya 2 kasus yang dilaporkan terjadi pada neonatus. Penelitian lain
menyatakan bahwa terdapat peningkatan angka kejadian kista Bartolini dari tahun 2008
Satu studi kasus kontrol menemukan bahwa wanita kulit putih dan hitam lebih
mungkin mengembangkan kista atau abses Bartholin daripada wanita Hispanik, dan bahwa
Kista Bartolini disebabkan oleh sumbatan yang terjadi pada duktus kelenjar bartolini.
Penyebab sumbatan itu sendiri masih belum sepenuhnya dimengerti, tetapi ada beberapa teori
yang menyebutkan mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan sumbatan pada duktus
kelenjar Bartolini yaitu mukus yang mengental, infeksi, trauma, inflamasi kronik atau
gangguan kongenital.
Kista bartolin yang disebabkan karena gangguan kongenital biasanya terjadi pada
perempuan usia pubertas dan belum menikah yang diakibatkan karena kelainan struktur
anatomis dari duktus kelenjar Bartolini yang menyempit dibagian distalnya sehingga dapat
Penyumbatan pada duktus kelenjar Bartolini akibat infeksi dapat disebabkan oleh
sejumlah bakteri. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah bakteri yang dapat
trachomatis, serta Eischerichia coli yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan. Bakteri
lain yang ditemukan pada kista Bartolini yaitu Pseudomonas aeruginosa, Clostridium
perfringens, dan Staphylococcus aureus. Jika terjadi infeksi pada kista Bartolini maka kista
ini dapat berubah menjadi abses, yang ukurannya dapat meningkat setiap hari dan sangat
nyeri. Namun kista tidak selalu harus ada mendahului terbentuknya abses. Selain hal yang
disebutkan diatas, faktor risiko terjadinya kista Bartolini seperti usia produktif dan tingkat
II.2.4 PATOFISIOLOGI
mulai masa pubertas, yang selain berfungsi untuk melumasi vagina pada saat koitus, juga
pada kondisi normal. Saat terjadi obstruksi di duktus kelenjar Bartolini, cairan yang
dihasilkan oleh
kelenjar kemudian dapat terakumulasi menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk
suatu kista. Sumbatan dapat disebabkan oleh mukus yang mengental, infeksi, inflamasi
kronik, trauma atau gangguan kongenital. Jika terjadi infeksi pada kista Bartolini maka kista
ini dapat berubah menjadi abses, yang ukurannya dapat meningkat setiap hari dan sangat
nyeri. Namun kista tidak selalu harus ada mendahului terbentuknya abses.3
Jika kista kelenjar Bartolini disebabkan karena adanya infeksi mikroba, maka akan
terjadi perlengketan pada dinding duktus/saluran yang kemudian terjadi obstruksi sekresi
cairan kelenjar Bartolini. Kemudian cairan tersebut akan terakumulasi sehingga membentuk
massa. Umumnya kista Bartolini tidak menimbulkan gejala, hanya berupa rasa mengganjal
pada daerah kemaluan/selangkangan dan rasa tidak nyaman saat koitus. Berbeda dengan
kista, abses Bartolini menimbulkan gejala seperti rasa nyeri, kemerahan dan demam.1,11
yang sama pada mereka yang beresiko tinggi terinfeksi penyakit menular seksual. Tercatat
wanita dengan kista kelenjar duktus bartholini bilateral akan dianggap terinfeksi Neiseria
Gonorrhoeae (GO). Akan tetapi penelitian telah membuktikan bahwa spektrum luas dari
organisme yang bertanggung jawab atas terbentuknya kista dan abses ini, oleh Tanaka dan
teman (2005) telah menguji 224 pasien dan hampir 2 spesies bakteri per kasus telah terisolasi.
Mayoritas disebabkan oleh bakteri aerob, dengan E Coli pada umumnya. Yang menarik
hanya 5 kasus yang terkait Neiseria Gonorrhoeae atau Chlamidyia Trachomatis. Teori lain,
obstruksi duktus termasuk perubahan konsistensi mukus, trauma mekanik dari penjahitan
episiotomi yang buruk, atau kelainan kongenital. Sejak penyimpanan mukus mudah menjadi
kista distensi. Ukuran dan kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh stimulasi seksual. Karena
Kista Bartholini yang ukurannya masih kecil dan belum terjadi inflamasi, tidak selalu
menyebabkan keluhan. Namun jika ukurannya cukup besar maka akan timbul keluhan berupa
rasa mengganjal pada saat berjalan atau duduk dan rasa tidak nyaman saat koitus. Kista
biasanya nampak sebagai massa yang menonjol secara medial dalam introitus posterior pada
Pada saat terjadi infeksi pada kelenjar bartholini maka akan timbul keluhan seperti
nyeri saat berjalan, duduk, beraktivitas atau saat koitus, kemerahan, bengkak di sekitar vulva
yang makin lama makin membesar dalam 2 sampai 4 hari, timbul sekret di vagina dan dapat
terjadi rupture spontan yang ditandai dengan adanya selulitis disekitar massa dan ukuran akan
berubah membesar dan akan pecah dan bersifat nonpurulent. Kista duktus Bartholini dan
abses glandular harus dibedakan dari massa vulva lainnya. Karena kelenjar Bartholini
biasanya mengecil saat menopause, pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya keganasan , khususnya jika massa irregular, nodular
Kista atau abses Bartholini di diagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik,
khususnya dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan posisi
litotomi dilakukan pemeriksaan inspeksi, akan ditemukan massa bulat atau lonjong pada labia
mayora posterior atau vestibula bawah yang unilateral di arah jam 4 atau jam 8. Pada palpasi
pada vulva akan teraba benjolan atau pembengkakan pada kelenjar bartolin pada salah satu
sisi.
Bartholini dan abses glandular harus dibedakan dari massa vulva lainnya. Karena kelenjar
massa irregular, nodular dan indurasi persisten. Pemeriksaan gram dari cairan vagina dapat
dilakukan untuk mengetahui penyebab abses dan ada atau tidaknya infeksi menular seksual.
Jika dari anamnesis dan pemeriksaan fisik curiga keganasan maka dapat dilakukan
Untuk melihat ada atau tidaknya leukosit (sel darah putih) yang dapat
CA 125
Dapat dilakukan jika timbul massa pada wanita menopause yang curiga keganasan.
Kista yang berukuran kecil dan tidak menimbulkan gangguan, biasanya tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa, hanya observasi saja. Namun jika kista berukuran besar yang
mengganggu aktivitas, atau terjadi pada wanita menopause perlu dilakukan pembedahan.
Tujuan penanganan kista bartholini adalah memelihara dan mengembalikan fungsi dari
kelenjar bartholini. Metode penanganan kista bartholini yaitu insersi word catheter untuk
kista dan abses kelenjar bartholini dan marsupialization untuk kista kelenjar bartholini. Terapi
antibiotik spektrum luas diberikan apabila kista atau abses kelenjar bartholini diseratai
dengan adanya selulitis. Biopsi eksisional dilakukan untuk pengangkatan adenokarsinoma
pada wanita menopause atau perimenopause yang irreguler dan massa kelenjar bartholini
yang nodular.
Penatalaksanaan dari kista duktus bartholini tergantung dari gejala pada pasien. Kista
yang asimtomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi symptomatik kista duktus
bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage, kecuali kalau terjadi rupture spontan,
abses jarang sembuh dengan sendirinya.
Cara:
Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, kateter Word akan
dilepas setelah 4-6 minggu, meskipun epithelisasi bias terbentuk pada 3-4 minggu. Bedrest
selama 2-3 hari mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat menimbulkan terjadinya
selulitis, antibiotik tidak diperlukan. Antibiotik diberikan bila terjadi selulitis ( jarang).
Marsupialisasi
Marsupialisasi atau pembentukan kantong, dipakai terutama untuk tindakan
pembedahan eksteriorisasi kista dengan melakukan reseksi pada bagian dinding anterior dan
jahitan pada bagian tepi irisan sisa kista ke tepi kulit yang terdekat, sehingga membentuk
kantong yang sebelumnya merupakan kista tertutup. Marsupialisasi adalah pilihan terapi
apabila setelah penggunaan kateter word terjadi rekurensi.
Banyak literatur menyebutkan tindakan marsupialisasi hanya digunakan pada kista
bartholin. Namun, sekarang digunakan juga untuk abses kelenjar bartholin karena memberi
hasil yang sama efektifnya. Marsupialisasi adalah suatu teknik membuat saluran kelenjar
bartholin yang baru sebagai alternatif lain dari pemasangan word kateter. Indikasi
marsupialisasi adalah kista bartolin kronik dan berulang. Prinsipnya adalah membuat insisi
elips dengan skalpel di luar atau di dalam cincin hymen (jangan di luar labium mayor karena
dapat timbul fistel). Insisi harus cukup dalam mengiris kulit dan dinding kista di bawahnya
(untuk kemudian dibuang). Apabila terdapat lokulasi, dibersihkan. Kemudian dinding kista
didekatkan dengan kulit menggunakan benang 3.0 atau 4.0 dan dijahit interrupted.
Cara :
Selain terapi obat dan pembedahan, terkadang, perendaman dalam bak berisi air
hangat (mandi sitz) beberapa kali sehari selama tiga atau empat hari membantu mengecilkan
kista dan kista terinfeksi dan pecah.
Kista Bartolini dan abses kelenjar harus dibedakan dari massa vulva lainnya. Massa
yang paling sering ditemukan adalah kistik dan padat. Karena kelenjar Bartolini biasanya
dievaluasi untuk keganasan, terutama jika massa tidak teratur, nodular, dan terus menerus.
Tabel 1. Diagnosis Banding terhadap Lesi Kistik dan Padat pada Vulva
Lesi kistik
biasanya asymptomatic
kecil)
duktus pilosebasea
Kista mucus vestibulum Labia minora, vestibulum, Lunak, diameter kurang dari
superficial, dapat
soliter/multipel, umumnyta
tanpa gejala
peritoneum terperangkap
inguinalis
Kista duktus skene Berdekatan dengan meatus Jinak, asimptimatik, jika
Lesi Padat
menjadi degenerasi
keganasan
beragam; biasanya
polipoid
polypoid, multiple,
Recklinghausen’s disease
vaskularisasi, beragam
dengan kehamilan,
disease
infeksi
Kista Bartolini merupakan tumor kistik jinak dan ditimbulkan akibat saluran Bartolini
yang mengalami sumbatan. Penyebab sumbatan itu sendiri masih belum sepenuhnya
dimengerti, tetapi ada beberapa teori yang menyebutkan mengenai faktor-faktor yang dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus kelenjar Bartolini yaitu mukus yang mengental, infeksi,
trauma, inflamasi kronik atau gangguan kongenital. Infeksi paling sering disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, serta Eischerichia coli.
Kista Bartholini seringkali bersifat asimptomatis, tidak ada tanda-tanda infeksi,
sehingga pemberian antibiotik tidak diperlukan. Jika terdapat infeksi sekunder, maka dapat
diberikan antibiotik spektrum luas. Diberikan antibiotik yang sesuai (umumnya terhadap
Klamidia, Gonokokus, dan Escherichia coli) bila belum terjadi abses. Jika sudah bernanah,
harus dikeluarkan dengan sayatan menggunakan kateter Word, teknik marsupialisasi, maupun
eksisi. Metode penanganan kista bartholini yaitu insersi word catheter untuk kista dan abses
kelenjar bartholini dan marsupialization untuk kista kelenjar bartholini. Insisi dan drainase
adalah prosedur yang paling mudah dan relatif cepat dalam kesembuhan pasien, namun
prosedur ini mempunyai kecenderungan kista berulang kembali. Marsupialisasi lebih efektif
dibandingkan dengan terapi pembedahan kista Bartholin lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hill DA, Lense JJ. Office Management of Bartholin Gland Cysts and Abscesses.
Jakarta
4. Nugroho dan Utama. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha
Medika.
6. Radhakrishna, V., Goel, R., Parashar, G., Santhanakrishnan, R., 2017. Bartholin’s gland
abscess in a prepubertal female: A case report. Ann. Med. Surg. 24, 1–2.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2017.09.01 7
8. Azzan BB. Bartholin's cyst and abscess. A review of treatment of 53 cases. Br J Clin Pract.
1978;32(4):101–2
9. Word B. Office treatment of cyst and abscess of Bartholin's gland duct. South Med J.
1968;61:514–8
10. Azikin AS, Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Wanita Usia Subur
tentang Kista Bartholini di Rsud Syekh Yusuf Tahun 2012. 2012. Makassar:
11. Fortner, Kimberly B.; Szymanski, Linda M.; Fox, Harold E.; Wallach, Edward E.