Anda di halaman 1dari 166

MENINGKATKAN KREATIVITAS SENI ANAK USIA 5-6

TAHUN MELALUI KOLASE DAUN PISANG


DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI
PEMBINA SINGKEP
KEPULAUAN RIAU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh


Gelar Megister dalam Ilmu Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh:
SUMARNI
NIM: MPU.182876

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: pasca@uinjambi.ac.id

Pembimbing I : Dr. H.M.Syahran Jailani,M.Pd Jambi, 1 Maret 2021202


Pembimbing II : Dr. Mahmud MY,M.Pd.

Alamat: Program Pascasarjana UIN Kepada Yth:


Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Bapak Direktur Program
Jln. Arief Rahman Hakim Pascasarjana UIN Sulthan Thaha
Telanaipura Jambi Saifuddin Jambi
Di_JAMBI

NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku di Program Pascasarjana UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, maka kami berpendapat bahwa tesis saudara: Sumarni
dengan judul “Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Kolase Daun Pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau” telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Dua
(S2) Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini pada Program
Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga bermafaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. M Syahran Jailani,M.Pd Dr. Mahmud MY,M.Pd.


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: pasca@uinjambi.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING UNTUK UJIAN TESIS

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. M. Syahran Jailani, M.Pd Dr. Mahmud MY, M.Pd

Mengetahui
Wakil Direktur

Dr. Badarussyamsi, S.Ag., MA

Nama : Sumarni
Nim : MPU182876
Judul : Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Kolase Daun Pisang Di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: pasca@uinjambi.ac.id
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: pasca@uinjambi.ac.id

PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS

Tesis dengan judul “Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Kolase Daun Pisang di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau.”, yang di seminarkan pada:

Hari : Jum’at
Tanggal : 5 Februari 2021
Jam : 11.00 – 12.00 WIB
Tempat : (Aplikasi Zoom) Online
Nama : Sumarni
Nim : MPU.182876

Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang diatas dan telah diterima sebagai
bagian dari persyaratan tahap akhir tesis dalam kosentrasi Manajemen Pendidikan
Islam pada Pascasarjana UIN Sultan Thaha Saifudin Jambi.
PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS
No Nama Tanda tangan Tanggal

Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, SS.,


1 04-03-2021
M.Ag. ( Ketua Sidang)

Dr. Dewi Hasanah, M.Pd.I


2 04-03-2021
(Penguji)

Dr. H. M. Syahran Jailani, M.Pd


3 04-03-2021
(Pembimbing I)

Dr. Mahmud MY, M.Pd


4 04-03-2021
( Pembimbing II)
PERSEMBAHAN

Seiring doa AL-Fatihah dan tetesan air mata kerinduan dan


kebahagiaan
Ananda persembahkan tesis ini dengan rasa kasih sayang dan
kehormatann
Yang setinggi-tingginya kepangkuan ayahanda Munziri bin
Zahari (almarhum) dan ibunda Damnah binti Lasih
(almarhumah) yang tercinta
yang selalu tabah dan sepenuh hati dalam
mengasuh,Membimbing, dan membesarkan ananda dengan
Penuh kasih sayang semata-mata
Mengharapkan ridhoNya, agar ananda menjadi anak shaleh
berbakti kepada kedua orang tua berguna bagi agama,nusa
dan bangsa.
Yang terkasih Suami Naslian Dahlan ,ananda M.Ragil Arighi
Shunas, M.Rafi Akbar Nasuha, Suci Adha Nasthalia dan Syifa
Salsabila Syuhada yang dengan sabar dan suport tuk
keberhasilan ini
Hanya ini yang bisa ku persembahkan sebagai hasil keringat
dan doa keluarga
tak ada yang dapat aku berikan selain ucapan terima kasih
yang tulus dan
ikhlas dan hanya kepada Allah SWT saja yang dapat
membalasnya.
Alhamdulillah tercapai sudah cita-citaku selama ini tiada kata
yang
Terindah kecuali rasa syukur kepadamu Ya Allah.
Terimakasih.
Alhamdulillah.
ABSTRAK

Kreativitas anak di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep


Kepulauan Riau belum berkembang dengan optimal. Dari 15 anak di kelas
ada 10 anak yang kreativitasnya belum berkembang sangat baik.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak melalui
kegiatan kolase daun pisang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas (PTK) menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subyek
penelitian ini adalah anak di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau yang berjumlah 15 anak. Obyek yang diteliti
adalah kreativitas anak. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi
dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas anak mengalami
peningkatan setelah diberikan tindakan melalui kegiatan kolase
menggunakan bahan dari alam, yaitu: daun pisang sehingga memberikan
kebebasan bagi anak untuk berkreasi. Peningkatan kreativitas anak
tersebut dapat dilihat dari kondisi awal kreativitas anak sebesar 31,25%,
kemudian pada siklus I meningkat menjadi 56,25% dengan menggunakan
bahan kertas, dan meningkat pada silkus II menjadi 81,25% dengan
ditambah bahan alam; daun pisang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan kolase daun pisang dapat meningkatkan kreativitas anak di
Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau tahun
ajaran 2019/2020.

Kata kunci: kreativitas, kegiatan kolase.


ABSTRACT

Children's creativity at TK Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau has


not yet developed optimally. Of the 15 children in the class there are 10
children whose creativity has not developed very well. This study aims to
improve children's creativity through banana leaf collage activities. This
research is a classroom action research (CAR) using the Kemmis and Mc
Taggart models. The subjects of this study were 15 children in the State
Kindergarten Pembina Singkep Kepulauan Riau. The object under study is
children's creativity. Data collection is done through observation and
interviews. Data analysis techniques using quantitative descriptive. The
results showed that children's creativity has increased after being given
action through collage activities using materials from nature, namely:
banana leaves so as to provide freedom for children to be creative. The
increase in children's creativity can be seen from the initial conditions of
children's creativity by 31.25%, then in the first cycle increased to 56.25%
using paper material, and increased in Silkus II to 81.25% with natural
ingredients added; banana leaf. The results showed that the activity of
banana leaf collage can improve children's creativity in TK Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau in 2019/2020 school year.

Keywords: creativity, collage activities.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
yang berjudul: “Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Kolase Daun Pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau” Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
Dalam penyususnan tesis ini, penulis senantiasa menerima
bantuan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, ucapan terima kasih
dan segenap penghargaan penulis khususkan kepada kedua orang
tua,suami dan anak-anak atas cinta, keikhlasan dan perjuangannya yang
telah mendidik, membimbing dan membesarkan penulis, yang selalu
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
Namun penulis juga sangat berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idi Asyari, MA., Ph. D selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
2. Bapak Prof. Dr. H. Husein Ritonga, M.A., selaku Direktur Pascasarjana
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
3. Bapak Dr.H.M Syahran Jailani,M.Pd selaku dosen pembimbing I yang
telah banyak memberikan pengarahan guna penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Dr.Mahmud MY,M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan pengarahan guna penyempurnaan tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen di lingkup Pascasarjana UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi;
6. Kedua orang tua ,suami dan anak-anak peneliti yang telah
memberikan kontribusi secara materil dan moril sehingga membantu
proses penyelesaian tesis ini.
7. Rekan-rekan Mahasiswa/I di lingkup Jurusan MPI yang telah menjadi
teman diskusi sehingga peneliti mendapatkan masukan yang
konstruktif guna penyempurnan tesis ini.
- -----··-----

Dengan selesainya penyusunan tesis ini, penuls memohon maaf


atas segala ketert>atasan dan kekurangan yang ada dan berharap klranya
tes s ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat serta bemflaiibadah
dlsislAllah swr.
Jambi
,20 Junl2020

Penulls,

2t::-
a

MPA. 182 876

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................


LEMBAR LOGO ............................................................................................. i
NOTA DINAS .................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ...............................iv
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................v
MOTTO .................................................................................................vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
ABSTRAK............................................................................................................. viii
ABSTRACT ..........................................................................................ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................. x-xi
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xii-xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah .............................................................18
C. Fokus Penelitian .................................................................18
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................18
E. Pembatasan Masalah ........................................................12

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN.. 20


A. Landasan Teori ..........................................................................20
B. Penelitian yang Relevan ....................................................63
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................72
A. Jenis Penelitian ..................................................................72
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................75
C. Subjek Penelitian ................................................................75
D. Prosedur Penelitian ............................................................75
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................80
F. Istrumen Penelitian ............................................................83
G. Teknik Analisis Data ...........................................................88
H. Indikator Keberhasilan ........................................................90
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ...................91
A. Temuan Umum ..........................................................................91
B. Temuan Khusus .........................................................................92
C. Analisis Penelitian ......................................................................123

BAB V PENUTUP ................................................................................133


A. Kesimpulan ................................................................................133
B. Implikasi .....................................................................................133
C. Saran-saran ................................................................................134
D. Kata Penutup ..............................................................................135

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................136
RIWAYAT HIDUP PENELITI ...............................................................142
LAMPIRAN ...........................................................................................143
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Literatur dalam bidang pendidikan telah banyak memberikan
penjelasan yakni: bahwasanya pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki karakter yang ideal yang berupa:
“Kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negera.”1

Guna mewujudkan karakter yang ideal sebagaimana tergambar


dalam paragraf di atas, tentunya dibutuhkan kebijakan dan aksi nyata
dalam prosesnya di lapangan. Perwujudan pembangunan Nasional di
bidang pendidikan di perlukan peningkatan dan penyempurnaan
penyelenggaraan satu sistem pendidikan nasional yang di sesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan
masyarakat serta kebutuhan pembangunan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang
dan dengan giatnya melaksanakan pembangunan, baik pembangunan di
bidang fisik berupa gedung (sarana dan–prasarana sekolah) maupun di
bidang mental spiritual (karakter).
Hal ini dapat di lihat dari dasar dan tujuan pendidikan Nasional yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Undang-undang Dasar Republik
Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pembelajaran Nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan partisipasi dari peserta didik
supaya jadi manusia yang beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

1
Depdiknas, Pengembangan Model Pembelajaran di Taman Kanak-kanak (Jakarta:
Depdiknas, 2007), hlm. 2
2

mandiri serta jadi masyarakat yang demokratis dan yang bertanggung


jawab.
Perwujudan pembangunan Nasional di bidang pendidikan di
perlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan satu sistem
pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat serta kebutuhan
pembangunan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang
dan dengan giatnya melaksanakan pembangunan, baik pembangunan di
bidang fisik maupun di bidang mental spritual hal ini dapat di lihat dari
dasar dan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945.
Undang- undang Dasar Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
tentang sistem pembelajaran Nasional merupakan meningkatkan
kemampuan partisipan didik supaya jadi manusia yang beriman serta
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri serta jadi masyarakat yang demokratis dan yang
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan aktivitas atau kegiatan yang selalu
menyertai kehidupan manusia, mulai bangsa yang sederhana
peradabannya sampai kepada bangsa yang tinggi peradabannya.
Persoalan itu sendiri muncul bersamaan dengan keberadaan manusia di
dalam lingkungannya hal ini di karenakan manusia merupakan makhluk
yang selalu mendapat bimbingan atau bantuan dalam hidupnya lebih jauh
dari itu manusia harus pula dapat mendidik baik dirinya sendiri, keluarga
dan masyrakat pada umumnya adalah di lingkungan sekitarnya.
“Dijelaskan bahwa di dalamnya (anak usia tersebut) terdapat “masa
peka” yang hanya datang sekali.2 Masa peka adalah suatu masa
yang menuntut perkembangan anak untuk dikembangkan secara
optimal. Hal ini juga ditegaskan Bloom dalam Departemen

2Ibid., hlm. 1
3

Pendidikan Nasional, bahwa 80% perkembangan mental dan


kecerdasan anak berlangsung pada kurun waktu usia ini.”3

Pernyataan diatas senada dengan apa yang dikemukakan oleh


Jailani, bahwa antara anak dan keluarga memiliki keterhubungan yang
erat dalam membentuk dunia dan karakteristik anak. Hal ini sebagaimana
pernyataan beliau:
“Anak tidak bisa dipisahkan dari keluarga, dengan keluarga orang
dapat berkumpul, bertemu dan bersilaturahmi. Dapat dibayangkan
jika manusia hidup tanpa keluarga. Tanpa disadari secara tidak
langsung, telah menghilangkan fitrah seseorang sebagai makhluk
sosial.”4

Pendidkan merupakan hal penting yang sangat diperhatikan dalam


agama Islam. Hal ini disebabkan karena dengan pendidikan dan keimanan
seseorang, maka ia akan mendapatkan derajat yang mulia di sisi Allah
Yang Maha Pencipta, sebagaimana Firman-Nya:

Artinya: “… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Mujadilah : 11).

Dalam masyarakat kontemporer, pendidikan sejak dini udah


menjadi perhatian di tengah masyarakat. Hal ini pun telah diakui oleh
seorang ahli yang bernama Sulistiyo dengan pernyataannya:
“Perkembangan masyarakat dewasa ini, telah merasakan akan
pentingnya suatu pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dalam
membantu perkembangan seluruh aspek kepribadian anak.
Dijelaskan oleh Sulistyo bahwa perkembangan fisikis maupun fisik

3
Ibid.
4
M. Sahran Jailani, “Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua
dalam Pendidikan Anak Usia Dini.” Jurnal Pendidikan Islam Nadwa. Vol. 8. Nomor. 2
(Oktober, 2014), hlm. 246
4

pada diri anak, masing-masing mengalami fase-fase yang


berbeda.”5

Tidak dapat dipungkiri, bahwa lembaga Taman Kanak-kanak


memang telah memberikan kontribusi di dalam pertumbuham pola piker
dan kreativitas sang anak:
“Hal ini berlaku pula pada diri anak pra-sekolah. Perkembangan
yang dimaksud antara lain, perkembangan pola pikir dan
kreativitas. Untuk mengisi masa tersebut banyak cara yang
dilakukan oleh orang tua, play group, dan pihak sekolah.
Disebutkan bahwa, salah satu usaha untuk menumbuhkan potensi
anak, adalah melalui Taman Kanak-kanak (TK) sebagai
wadahnya.”6
Pada masa kanak-kanak, sang anak telah memasuki fase golden
age yang mana pada usia tersebut ia akan menyimpan memori atas
interaksi yang ia peroleh dari lingkungan disekitar nya, sebagimana
keterangan ahli:
“Masa anak usia dini merupakan masa yang paling potensial,
dimana anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari
pengalaman berbagai aktivitas yang menyebabkan perubahan
pada dirinya. Anak cenderung banyak belajar melalui interaksi
dengan benda atau orang lain dari pada belajar dari simbol, maka
dari itu guru dituntut untuk kreatif dalam menyajikan pembelajaran
pada anak usia dini.”7

Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak hanya sebagai
pengajar, tetapi sekaligus ia adalah seorang pendidik. Hal ini dikarenakan
sosok seorang guru sangat urgen dalam sebuah intitusi pendidikan:
“Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi peluang untuk
munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang
kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu
menggunakan berbagai pendekatan dalam proses kegiatan belajar
dan membimbing siswanya. Ia juga figur yang senang melakukan
kegiatan kreatif dalam hidupnya.”8

5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Yeni Rachmawati, Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 31
5

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional disebutkan sebuah keterangan mengenai anak usia
dini sebgai berikut:
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.”9

Dalam hal ini, anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak harus
dibiasakan untuk berada secara nyaman dengan lingkungan pendidikan
karena hal ini mengoptimalkan perkembangan sang anak. Berikut
keterangan ahli:
“Anak memang harus dibiasakan untuk mendapatkan rangsangan
pendidikan dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan.
Perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi anak
secara optimal pada setiap tahap perkembangannya. Tingkat
pencapaian perkembangan anak meliputi aspek nilai moral agama,
kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial-emosional dan seni. Semua
aspek perkembangan tersebut sangat penting untuk dikembangkan
secara seimbang antara aspek yang satu dengan aspek yang
lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan
potensi anak salah satunya kreativitas seni yang ikut serta
menentukan keberhasilan anak dikemudian hari.”10

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa anak-anak yang mendapat pendidikan Taman Kanak-Kanak
memiliki keunggulan daripada merka yang tidak.
“Anak anak yang mendapatkan pendidikan di TK jauh lebih mudah
menerima pendidikan lanjutan bila dibandingkan dengan anak-anak
yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Ini berarti
bahwa pendidikan. Taman Kanak-Kanak sangat penting dan perlu
diselenggarakan dengan sebaik-baiknya sesuai tujuan pendidikan
nasional.”11

9
Anonim, Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
Nomor: 3489 Tahun 2016. (t.tt: Kurikulum RA Landasan Hukum, t.th), hlm. 2
10
Ibid.
11
Ibid.
6

Dalam UU Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang


Sisdiknas Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1), dijelaskan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”12

Mengenai Pendidikan anak usia dini disebutkan pada pasal 1 ayat


14, dijelaskan bahwasanya:
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.”13

Secara khusus disebutkan pada Bagian Ketujuh Pendidikan Anak


Usia Dini Pasal 28, sebagai berikut:
“(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul
Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok
bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang
sederajat, (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan, (6) Ketentuan mengenai
pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.”14

Disebutkan dalam Kurikulum 2004 tentang Standar Kompetensi di


bidang seni antara lain adalah: “Bahwa bidang seni memiliki kompetensi
dasar, yaitu anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan

12Ibid.
13Ibid.
14Ibid.
berbagai gagasan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan
menjadi suatu karya seni.” Adapun beberapa bidang seni yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
“(1) Anak dapat menggambar sederhana, dengan indikator sebagai
berikut: menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis,
pensil warna, krayon, arang, dan bahan-bahan alam) dengan rapi;
menggambar bebas dari bentuk dasar titik. lingkaran, segitiga, dan
segi empat; menggambar orang dengan lengkap dan proporsional;
stempel/mencetak dengan berbagai media (jari/finger painting,
kuas, pelepah pisang, daun, bulu ayam) dengan lebih rapi. (2) Anak
dapat mewarnai sederhana.”15

Ada beberapa hal yang menjadi contoh sebuah cara yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan daya kreativitas pada seorang anak yaitu
sebagai berikut:
Kesatu, Anak dapat menciptakan sesuatu atau benda dari sesuatu
atau benda lainnya. Misalnya: “Anak bisa memanfaatkan bahan-bahan
dengan berbagai media, dengan indikator seperti meronce dengan manik-
manik sesuai pola (pola); meronce dengan berbagai media. Misal bagian
tanaman, bahan bekas, karton, kain perca, dan lain-lain; menciptakan 3
bentuk bangunan dari balok; menciptakan 3 bentuk bangunan dari balok;
menciptakan 3 bentuk dari kepingan geometri; menciptakan bentuk dari
lidi.”16
Kedua, mengenalkan anak dengan kegiatan menganyam melalui
berbagai media, beberapa model yang bisa dilakukan misalkan: “Kain
perca, daun, sedotan, kertas, dan lain-lain; membatik dan jumputan;
membuat gambar dengan teknik kolase dengan memakai berbagai media
(kertas, ampas kelapa, biji-bijian, kain perca, batu-batuan dan lain-lain);
membuat gambar dengan menggunakan teknik mozaik dengan memakai

berbagai bentuk/bahan (segiempat, segitiga, lingkaran dan lain-lain).”17

15
Ibid.
16
Ibid. Lihat pula: Ismatul Khasanah dkk, “Pemanfaatan Lingkungan dan Barang
Belas Sebagai Alat Permainan Edukatif (APE) Bagi Kader Pos PAUD Kelurahan Tambak
Rejo Semarang.” Makalah. (t,th), hlm. 28 dalam http://medianeliti.co .id diakses pada 05
Maret 2020
17
Ibid.
Ketiga, Sang anak juga bisa meningkatkan kreativtiasnya melalui
kegiatan seperti: “Membuat mainan dengan teknik menggunting, melipat,
dan menempel; mencocok dengan pola buatan guru atau ciptaan anak
sendiri; permainan warna dengan berbagai media, misal: krayon, cat air
dan lain-lain; melukis dengan jari (finger painting); melukis dengan
berbagai media (kuas, bulu ayam, daun-daunan dan lain-lain); membuat
berbagai bunyi dari berbagai alat membentuk irama; membuat berbagai
bentuk dari kertas, daun-daunan, dan lain-lain; menciptakan alat perkusi
sederhana dan mengekspresikan dalam bunyi yang berirama; bertepuk

tangan dengan 3 pola; dan bertepuk tangan membentuk irama.”18


Keempat, anak dapat mengekspresikan diri dalam bentuk gerakan
sederhana, dengan indikator: “Mengekspresikan berbagai gerakan kepala,
tangan atau kaki sesuai dengan irama musik/ritmik dengan lentur;
bergerak bebas dengan irama musik; menari menurut musik yang
didengar; dan mengekspresikan diri dalam gerak bervariasi dengan lentur
dan lincah.”19
Kelima, Sang anak bisa ditingkatkan kreativitasnya dengan cara
memperkenlakna anak-anak dengan menyanyi. Caranya bisa dengan:
“Melakukan sesuatu Anak dapat menyanyi dan memainkan alat musik
sederhana, dengan indikator: menyanyi lebih dari 20 lagu anak-anak, dan
menyanyi lagu anak sambil bermain musik.”20
Keenam, Sang anak juga bisa meningkatkan kreativitasnya dengan
jalan memperkenlakan anak dengan puisi. Misalnya dengan jalan: “Dapat
menampilkan sajak sederhana dengan gaya, dengan indikator:
mengucapkan sajak dengan ekspresi yang bervariasi, misalnya perubahan
intonasi, perubahan gerak dan penghayatan; dan membuat sajak

sederhana.”21

18
Ibid.
19
Ibid. Lihat pula: Retno Tri Wulandari, “Pembelajaran Olah Gerak dan Tari sebagai
Sarana Ekspresi dan Apresiasi Seni Bagi Anak Usia dini.” Makalah. (t.th), hlm. 5. Dalam
http://www.lib.um.ac.id diakses pada 05 Maret 2021
20
Ibid.
21
Ibid.
9

Ketujuh, kreativitas sang anak juga bisa dipacu dengan jalan: “Anak
dapat mengekspresikan gerakan berdasarkan cerita dan lagu, dengan
indikator: mengekspresikan gerakan sesuai dengan syair lagu atau cerita;
dan mengucapkan syair lagu sambil diiringi senandung lagunya.”22
Kedelapan, Kreativitas anak dapat pula dengan memperkenalkna
anak dengan kegiatan pantomime. “Anak dapat melakukan gerakan
pantomin, dengan indikator: mengkomunikasikan gagasan melalui gerak
tubuh; dan menceritakan gerak pantomim ke dalam bahasa lisan.”23
Hurlock mengemukakan pendapatnya tentang kreativitas adalah
sebagai berikut:
“Bahwa kreativitas merupakan proses mental yang unik, suatu
proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu
yang baru berbeda dan orisinil. Kreativitas akan muncul pada
individu yang memiliki motivasi tinggi, rasa ingin tahu, dan imajinasi.
Individu yang kreatif akan selalu mencari dan menemukan jawaban
dalam memecahkan masalah, selalu bersikap terbuka terhadap
sesuatu yang baru dan tidak diketahui sebelumnya serta memiliki
sikap yang lentur (fleksibel), suka mengekpsresikan diri dan
bersikap natural (asli).”24

Utami Munandar mengemukakan bahwa kreativitas sangat penting


untuk dikembangkan pada anak usia dini dengan alasan sebagai berikut:
“Dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya, sebagai
kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah meningkatkan kualitas
hidupnya.”25

Dari keterangan Utami di atas, dapat diketahui betapa posisi


kreativitas sangatlah penting untuk dikembangkan sebgaimana
pernyataan beliau:
“Oleh karena itu, kreativitas sangatlah penting dikembangkan pada
anak sejak dini untuk persiapan kehidupan dimasa dewasanya,
karena banyak permasalahan serta tantangan hidup yang menuntut

22
Ibid.
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid. Lihat pula: Purwanto, “Bermain dan Berkreasi untuk Melatih Perkembangan
Anak Usia Dini Menggunakan Puzzle Edukatif Menggunakan Bambu.” Jurnal Strategi
Desain dan Inovasi Sosial Vol. 1 No. 1 (2019), hlm. 28
10

kemampuan adaptasi secara kreatif dan kepiawaian dalam mencari


pemecahan masalah yang imajinatif.”26

Anak memiliki potensi kreativitas alami, akan tetapi jangan sampai


dipaksakan. Kreativitas anak hendaknya tumbuh dengan alamiah bukan
karena dikondisikan dengan paksaan:
“Maka akan senantiasa menumbuhkan aktivitas yang sarat dengan
ide-ide kreatif. Secara natural anak memiliki kemampuan untuk
mempelajari sesuatu menurut carannya sendiri. Untuk
mempertahankan daya kreatif dan keterampilan pada anak, guru
harus memperhatikan sifat natural anak-anak yang sangat
menunjang tumbuhnya kreativitas.”27

Konsep penumbuhan kreativtas secara alamiah ini perlu diketahui


oleh guru agar ketika mengamban amanah untuk mendidik peserta didik
dalam rangkan menumbuhkan kreatifitas sang anak, tidak terjadi
pemaksaan melainkan guru bertindak sebagai fasilitator yang mendukung
percepatan pertumbuhan krativitas pada diri anak tersebut.
“Sifat-sifat natural yang mendasar inilah yang harus senantiasa
dipupuk dan dikembangkan oleh guru sehingga sifat kreatif mereka
tidak hilang. Dalam pengembangan kreativitas sejak usia dini peran
pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah
guru bertugas merangsang dan membina perkembangangan
kreativitas pada anak.”28

Dari ketarangan di atas, diketahui bahwsanya peranan seorang


guru adalah penting dalam rangka mengembangkan kreativitas pada sang
anak.
“Guru berperan penting dalam pengembangan kreativitas anak,
guru harus dapat memlilih dan memanfaatkan setiap kesempatan
belajar untuk mengembangkan kreativitas anak. Guru dapat
mengajak anak untuk mengembangkan kreativitasnya dalam
kesempatan apa saja baik di dalam ruangan maupun di luar
ruangan.”29

26
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: RIneka
Cipta, 1999), hlm. 67
27
Ibid.
28
Ibid.
29
Ibid.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau pada saat pembelajaran
menunjukan bahwa, kreativitas anak kelompok belajar masih belum
berkembang optimal.
“Hal ini dapat terlihat ketika mengerjakan tugas yang berhubungan
dengan keterampilan khususnya membuat bentuk secara bebas
dari kolase daun pisang. Dari 15 anak yang ada di kelas, ada 10
anak yang belum berani mencoba dan menambah bentuk lain dari
contoh yang sudah ada, anak lebih dulu mengatakan “tidak bisa”
saat diminta membuat bentuk, misalnya buah yang tidak
dicontohkan guru.”30

Bahan yang sering digunakan dalam teknik seni kolase sangat


variatif seperti: “Kertas, kain perca, kaca, logam, kayu, tumbuhan kering,
biji-bijian atau bahan-bahan lain yang sesuai dengan kebutuhan
pembuatnya.”31 Pemanfaatan seni kolase dapat diaplikasikan untuk
menghias atau mendekorasi barang yang biasa kita gunakan sehari-hari.
Berikut pendapat Solichah dalam hal ini:
“Pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan dalam
membuat kolase dibutuhkan oleh orang tua maupun seorang guru
untuk anak Taman Kanak-Kanak. Hal ini diperlukan karena seni
kolase merupakan kegiatan bermain sekaligus berseni yang dapat
mengembangkan potensi anak. Apabila orang tua atau guru
menerapkan keterampilan ini pada anak, maka dapat memicu
kreativitas anak sekaligus mengembangkan psikologi anak secara
positif.”32

Menurut Hajar dan Evan Sukardi mengatakan bahwa: “Kolase


merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan
bermacam-macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan
bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh
dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang

membuatnya.”33

30
Observasi tanggal 12 Januari 2020
31Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, Seni Keterampilan Anak (Bandung: ROsdakarya,
2010), hlm. 4-5
32
Silvia Solicah, Keterampilan Kolase (Yogyakarta: Indo Publika, 2017), hlm. 1
33Ibid.
12

Kolase sebagai media yang mampu untuk meningkatkan kreativitas


anak-anak karena memang bahannya mudah didapat dan bisa memakai
media apa saja, dan tentu saja ada pengaruhnya dengan daur ulang dan
ramah lingkungan.
“Anak Taman Kanak-Kanak latihan membuat kolase bisa
menggunakan bahan sobekan kertas, sobekan majalah, koran,
ketas lipat dan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Ini
adalah alasan untuk para guru tidak membuang barang bekas serta
memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai (sampah)
dan mendukung gerakan daur-ulang yang apabila diaplikasikan ke
medium datar maupun tiga dimensi dapat menghasilkan karya seni
yang unik dan menarik dan dapat digunakan mengembangkan
kreativitasnya.”34

Peneliti memilih kegiatan kolase untuk meningkatkan kreativitas


anak dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang, diantaranya:
“Karena pada kegiatan kolase anak dapat berkreasi sesuai dengan
kreativitas anak masing-masing dan merupakan kegiatan menarik
bagi anak. Anak dapat menempel, menyusun dan merekatkan
bahan-bahan yang tersedia sesuai dengan kreativitas masing-
masing, serta dalam memperoleh bahan-bahan tidak diperlukan
banyak biaya, dapat menggunakan barang-barang bekas serta
bahan alam yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar.”35

Di samping ramah lingkungan, ternyata kegiatan kolase ini juga


dapat membantu sang anak di dalam berkomunikasi. Soalnya, ketika anak
selesai membuat kolasenya, sang anak ternyata sangat ingin untuk
menunjukkan dan menceritakan hasil karya tersebut kepada orang lain.
“Kegiatan kolase membantu kemampuan berbahasa anak, anak
terlatih untuk menjelaskan atau bercerita tentang hasil karyanya
kepada guru, selain itu kegiatan kolase yang merupakan kegiatan
berseni rupa yang diwujudkan dengan teknik menempel dan
menyusun bahan yang di sediakan dapat membantu anak dalam
mengembangkan aspek motorik halus, dengan menempel dan
merekatkan bahan motorik halus anak akan terlatih dan dapat
berkembang dengan optimal.”36

34Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, Seni Keterampilan Anak (Bandung: ROsdakarya,
2010), hlm. 4-5
35
Ibid.
36
Ibid.
13

Kelebihan lainnya dari kegiatan kolase adalah dimana sang anak


merasa lebih mudah belajar tentang sesuatu bila melalui kegitan kolase.
DIsebabkan dalam bermain kolase itu, anak-anak melakukannya denan
rasa gembira.
“Kegiatan kolase anak lebih mudah belajar tentang sesuatu bila
melalui kegiatan yang menyenangkan seperti kolase. Pada saat
kegiatan kolase sama halnya anak sedang bermain, sehingga
dalam proses pembelajarannya berlangsung dengan
37
menyenangkan dan dapat meningkatkan kreativitas anak.”

Kolase untuk anak Taman Kanak-Kanak adalah kegiatan berolah


seni rupa yang menggabungkan antara dua teknik seni, yaitu: “Teknik
melukis (lukisan tangan) dengan keterampilan menyusun dan merekatkan
bahan-bahan pada kertas gambar/bidang dasar yang digunakan, sampai
dihasilkan tatanan yang unik, menarik dan berbeda menggunakan bahan
kertas, bahan alam dan bahan buatan.”38
Melalui hasil grand tour di lapangan, diketahui bahwasanya
terdapat adanya permasalahan yang dialami oleh anak yaitu: dari segi
kreativitas seni anak didik yang masih belum optimal. Berdasarkan
pengamatan awal penulis: “Sebagai anak-anak Taman Kanak-Kanak
Singkep Kepulauan Riau dalam pembelajaran dengan teknik kolase
mendapatkan permasalahan bahwa anak sering tidak mau melaksanakan
tugas menggambar dengan alasan tidak bisa dan tidak menyelesaikan

tugasnya sampai tuntas.”39 Secara lebih detil, peneliti mencoba untuk


mengamati lebih intensif di lapangan, dan diperoleh satu fenomena yakni:
“Bahkan beberapa anak segera saja menyerah dan tidak mau
mengerjakan tugasnya menggambar teknik kolase sama sekali. Hal
ini mengindikasikan bahwa kreativitas anak didik Taman Kanak-
Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau. Penyebab dari
hal tersebut adalah model atau metode pembelajaran yang
diterapkan dalam pengembangan kemampuan dan kreativitas anak
didik kurang menarik bagi anak. Selain itu kreativitas anak rendah

37Observasi tanggal 15 Januari 2020


38Observasi tanggal 12 Januari 2020
39Observasi tanggal 13 Januari 2020
karena peralatan yang minim sehingga dirasa tidak mencukupi
kebutuhan anak.”40

Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan saat


melaksanakan grand tour, berhasil mendapatkan informasi terkait kondisi
awal kreativitas anak-anak yang berada di dalam kelas. Hasilnya
menunjukkan:
“Di Taman Kanak-kanak Negeri Pembna Singkep Kepulauan Riau
pada saat pembelajaran menunjukkan bahwa kreativitas anak
kelompok B masih belum meningkat secara optimal. Hal ini diduga
dapat dipengaruhi kurangnya kreativitas guru. Kreativitas anak
kelompok B terlihat belum meningkat ketika mengerjakan tugas
yang berhubungan dengan keterampilan maupun seni.”41

Adapun jumlah persisnya dari kondisi kreativitas anak-anak di TK


Negeri Pembina Singkep yang masih tergolong rendah tersebut dapat
dianalisis dari data observasi ini:

“Dari 15 anak yang ada di kelas, ada 10 anak yang belum berani
mencoba membuat bentuk atau gambar lain dari contoh yang
sudah ada, anak lebih dulu mengatakan “tidak bisa” saat diminta
membuat bentuk, misalnya buah yang tidak dicontohkan guru.”42

Kegiatan lain yang menunjukkan bahwa kreativitas anak di Taman


Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau masih mengalami
kelemahan, yaitu ketika peneliti mengamati kegiatan anak yang sedang
diberi tugas mewarnai dengan menggunakan pensil warna melalui
kegiatan menggambar, yang mana pada waktu itu, memang di sekolah
tersebut belum menggunakan alternative kegiatan lain seperti media
kolase.
“Dalam hasil pengamatan, Nampak jelas bahwa masih belum
meningkat pada saat kegiatan menggambar menggunakan crayon
dengan tema tanaman dan sub tema buah-buahan, masih banyak
anak yang menggambar sama persis seperti teman sebangkunya,

41Observasi tanggal 12 Januari 2020


42Observasi tanggal 11 Januari 2020
40Observasi tanggal 10 Januari 2020

43Observasi tanggal 11 Januari 2020


44Observasi tanggal 12 Januari 2020
45Observasi tanggal 12 Januari 2020
mereka belum bisa berkreasi sendiri untuk menggambar sesuai
dengan imajinasinya.”43

Masih belum meningkatnya kreativitas anak melalui kegiatan


belajar menggambar dan mewarnai dengan cyaron, dapat peneliti amati
dengan cara meninjau hal beriku, yaitu:
“Dari 15 anak di kelas, hanya 4 anak yang menggambar dengan
pemilihan warna yang berbeda dari teman–temannya. Mereka
menggambar dengan mengkombinasikan warna (gradasi warna)
untuk menghasilkan warna baru yang lebih bervariasi.”44

Dari keterangan data di lapangan yang ditunjukkan pada paragrafi


di atas menghasilkan satu informasi bahwasanya kondisi kreativitas yang
hanya dilakukan dan distimulasikan dengan cara menggambar dan
mewarnai ternyata masih belum ampuh untuk mendongkrak kreativitas
anak-anak di TK Negeri Pembina Singkep.

“Terbukti dari hasil karya keempat anak tersebut ada yang bisa
menggambar jeruk, semangka, anggur dan mangga serta
mewarnainya dengan perpaduan warna yang menarik. Sementara
anak yang lain kurang berkreasi dengan warna dan gambarnya.
Pada saat guru bertanya gambar apa yang telah dibuat, anak
belum bias mengkomunikasikan hasil karyanya. Hal ini
menunjukkan bahwa kreativitas anak di Taman Kanak- Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau belum meningkat.”45

Kemudian peneliti mengammati di lain kesempatan, saat guru


mengajak anak-anak untuk berkreasi, tetapi kali ini dengan menggunakan
kegiatan menggambar bebas. Akan tetapi, hasil yang ditunjukkan masih
sama, yaitu kreativitas anak masih saja belum meningkat dengan tajam.
Hal ini semakin menguatkan kecurigaan peneliti, bahwa harus dicarikan
solusi dengan media lainnya melalui penelitian PTK untuk meningkatkan
kreativitas anak-anak di TK Negeri Pembina Singkep tersebut.
“Kegiatan lain yang menunjukkan bahwa kreativitas anak kelompok
B di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembna Singkep Kepulauan Riau

41Observasi tanggal 12 Januari 2020


42Observasi tanggal 11 Januari 2020
masih belum berkembang dengan optimal yaitu pada saat kegiatan
menggambar bebas menggunakan pinsil warna dengan tema
tanaman dan sub tema buah-buahan, masih banyak anak yang
menggambar sama persis seperti teman sebangkunya, mereka
belum bisa berkreasi sendiri untuk menggambar bebas sesuai
dengan imajinasinya.”46

Secara konkretnya, berpa persisinya jumlah anak-anak yang masih


kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan dengan tugas-tugas
yang diberikan leh sang guru di sekolah, dapat diperlihatkan melalui data
yang ada dilapangan berikut ini:

“Dari 15 anak di kelas, hanya 5 anak yang menggambar dan


pemilihan warnanya berbeda dari teman–temannya. Mereka
menggambar dan mengkombinasikan warna untuk menghasilkan
warna baru yang lebih bervariasi. Terbukti dari hasil karya kelima
anak tersebut ada yang bisa menggambar jeruk, semangka,
anggur, mangga dan melon serta mewarnainya dengan perpaduan
warna yang menarik. Sementara anak yang lain kurang berkreasi
dengan warna dan gambarnya. Pada saat guru bertanya gambar
apa yang telah dibuat, anak belum bisa mengkomunikasikan hasil
karyanya. Dari 15 anak di kelas ada 7 anak yang ikut-ikutan
jawaban teman dan juga gambarnya hampir sama. Hal ini
menunjukkan bahwa kreativitas anak di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau belum berkembang
secara optimal.”47

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas,


tampaknya jika hanya menggunakan kegiatan menggambar, mewarnai,
dan menggambar bebas, maka kreativitas anak didik di sana masih belum
Nampak adanya perubahan kearah Berkembang Sesuai Harapan (BSH).
Oleh sebab itu, perlu dilakukan inovasi dalam hal kegiatan dan media
belajar sang anak di TK Pembina Singkep tersebut.
Di antara sekian banyaknya kegiatan dan media pendidikan yang
dapat diambil untuk diterapkan oleh guru di sekolah dalam meningkatkan
48Observasi tanggal 20 Januari 2020
49Observasi tanggal 13 Januari 2020
50Observasi tanggal 12 Januari 2020
kreativitas anak di TK Pembina Singkep, maka dalam penelitian tesis ini,
peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik kolase dengan
menggunakan bahan alami, yaitu daun pisang. Dengan harapan, semoga
teknik tersebut, dapat menarik minat belajar anak-anak dan meningkatkan
kreativitas mereka.
“Anak dapat menempel, menyusun dan merekatkan bahan-bahan
yang tersedia sesuai dengan kreativitas masing-masing serta dalam
memperoleh bahan-bahan tidak diperlukan banyak biaya, dapat
menggunakan barang-barang bekas serta bahan alam yang banyak
ditemukan di lingkungan sekitar.”48

Alasan lainnya yang menguatan peneliti dalam memilih teknik


kolase adalah karena teknik tersebut tidak hanya murah dan ramah
lingkungan, akan tetapi dengan kolase akan mampu juga meningkatkan
aspek-aspek kompetensi anak yang lainnya seperti: kemampuan anak
dalam berbahasa.
“Kegiatan kolase membantu kemampuan berbahasa anak, anak
terlatih untuk menjelaskan atau bercerita tentang hasil karyanya
kepada guru, selain itu kegiatan kolase yang merupakan kegiatan
berseni rupa yang diwujudkan dengan teknik menempel dan
menyusun bahan yang disediakan dapat membantu anak dalam
mengembangkan aspek motorik halusnya.”49

Alasan lainnya yang membuat peneliti tertarik dengan kolase daun


pisang untuk meningkatkan krativitas anak-anak di TK Pembina SIngkep
adalah karena kegiatan kolase tersebut biasanya akan menimbulkan
perasaan gembira bagi sang anak ketika belajar.

“Anak lebih mudah belajar dengan konsentrasi bila melalui kegiatan


yang menyenangkan seperti kolase. Pada saat kegiatan kolase
sama halnya anak sedang bermain, sehingga dalam proses
pembelajarannya berlangsung dengan menyenangkan diharapkan
dapat meningkatkan kreativitas anak.”50

46Observasi tanggal 12 Januari 2020


47Observasi tanggal 21 Januari 2020
Selanjutnya, masih ketika melakukan grand tour di lapanga,
pengamatan yang dilakukan pada sekolah tersebut tampak adanya anak-
anak yang mayoritas kurang termotivasi dalam proses pembelajaran yang
dipaparkan oleh guru sehingga proses pengembangan kreativitas anak
menjadi kurang terbantu dengan baik.51
Kemudian, permasalahan lainnya yang muncul yaitu tampak
adanya anak yang masih belum mampu melakukan kegiatan motoric
halus seperti: menempel, kolase, dan lain sebagainya dengan baik, artinya
keterampilan motoric dan kemampuan seni anak juga masih belum
terpenuhi dengan maksimal sampai kepada tahapan berkembang sesuai
harapan.52
Hal ini dalam pengamtan peneliti juga diperarah dengan keadaan
mental anak didik yang terlihat beum termotivasi dengan baik. Adanya
fenomena rendahnya motivasi belajar anak sehingga pada saat
pembelajaran berlangsung anak tidak fokus dan menganggap kelas
menjadi tidak menarik bagi mereka. Pembelajaran menjadi pasif yang
mana akibatnya adalah berdampak pada kemampuan kreatifitas seni anak
menurun.53
Berdasarkan keterangan permasalahan di atas, yaitu tidak
berkembang dengan baiknya kreativitas anak-anak di TK Negeri Pembina
Singkep tersebut, maka peneliti temotivasi untuk melakukan riset dalam
bentuk tesis dengan menggunakan pendekatan PTK dengan kegiatan
kolase menggunakan bahan alamiah untuk mendongkrak kreativitas anak
tersebut. Sehingga judul untuk penelitian tesis ini adalah:
“MENINGKATKAN KREATIVITAS SENI ANAK USIA 5-6 TAHUN
MELALUI KOLASE DAUN PISANG DI TAMAN KANAK-KANAK
NEGERI PEMBINA SINGKEP KEPULAUAN RIAU.”

B. Fokus Penelitian

51
48Observasi tanggal
tanggal 20
15 Januari
Januari 2020
2020
49Observasi tanggal 13 Januari 2020
50Observasi tanggal 12 Januari 2020
Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah. Permasalahan
pada tesis ini difokuskan pada peningkatan kreativitas seni anak-anak TK
Pembina Singkep melalui kolase dengan menggunakan bahan alami yaitu
daun pisang.

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
diketahui bahwa adanya masalah kreativitas menggambar anak yang
belum tumbuh dengan maksimal, hingga bisa diformulasikan
permasalahan bagaikan berikut: Bagamanakah metode buat
meningkatkan kreativitas seni anak lewat kolase daun pisang di Taman
Anak- anak Negara Pembina Singkep Kepulauan Riau?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun penjelasan mengenai tujuan dan kegunaan penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan kreativitas
anak-anak melalui kegiatan kolase di TK Negeri Pembina Singkep.

2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua
bagian, yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan penelitian secara
praktis. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
1) Dapat dijadikan sebagai acuan studi relevan bagi peneliti berikutnya
yang berminat pada tema penelitian yang sama dengan tesis ini.
2) Sebagai bahan diskusi dan evaluasi di kalangan mahasiswa,
khususnya mahasiswa PIAUD UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jamb.
b. Kegunaan Praktis
1) Untuk Siswa
52Observasi tanggal 15 Januari 2020
53Observasi tanggal 13 Januari 2020
21

a) Kreativitas menggambar yang dipunyai anak jadi tumbuh. Anak-anak


tidak menjadi bosan ketika KBM di sekolah berlangsung;
b) Kreativitas seni anak akan meningkat;
c) Menjadikan anak berprestasi.
2) Untuk Pendidik
a) Menaikkan informasi tentang metode meningkatkan serta
memaksimalkan kreativitas menggambar anak lewat kolase daun
pisang.
b) Menambah wawasan baru bagi majelis guru di TK Negeri Pembina
Singkep dalam meningkatkan kreativitas anak didik;
c) Mendorong semangat sang guru di TK Negeri Pembina Singkep dalam
mengintegrasikan pembelajaran melalui kegiatan, teknik, media dan
strategi pembelajaran yang menarik bagi anak didik;
d) Guru lebih professional dalam menjalankan tugas pembelajaran.
3) Untuk Sekolah
a) Bisa memakai kegiatan menggambar bagaikan salah satu alternative
metode buat meningkatkan kreativitas seni di Halaman Anak- anak
Negara Pembina Singkep Kepulauan Riau.
b) Dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas sekolah;
c) Dapat mengevaluasi pembelajaran di kelas.

BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN
22

YANG RELEVAN

A. LANDASAN TEORI
Menurut Malik, teori disusun adalah dengan tujuan mempertega
variabel yang akan diteliti sehingga menjadi jelas indikator-indikatornya
untuk dianalisis kemudian. Hal ini sebagaimana pernyataan beliau berikut:
“suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau
lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta merupakan
sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara
empiris. Oleh sebab itu dalam bentuk yang paling sederhana, teori
merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang telah diuji

kebenarannya..”54
1. Konsep tentang Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kajian literature menampilkan kalau ada bermacam definisi
mengaenai sebutan kreativitas. Banyak ahli yang memandang kreativitas
bagaikan sesuatu wujud pemikiran (mental), sedangkan sebagian
golongan menganggapnya bagaikan upaya menciptakan sesuatu produk.
Secara universal, The Oxford English Dictionary (1995)
menarangkan: “creativity as being imaginative and inventive, bringing into
existence, making, originating.‟
Oleh sebab itu, sebutan kreativitas berkenaan dengan pergantian
yang bisa menciptakan gagasan baru: kapasitas buat menciptakan
gagasan yang otentik, inventif serta baru.
Torrance di tahun 1984 telah mendefinisikan kreativitas adalah
ibarat “a process of becoming sensitive to problems” serta mengenali 4
komponen kreativitas, yaitu:
“1) fluency, ialah keahlian buat menciptakan banyak gagasan (large
number of ideas); 2) fleksibilitas, ialah keahlian buat menciptakan
macam gagasan (variety of ideas); 3) elaborasi, ialah keahlian buat

54Abd. Malik, Paradigman Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Pusaka, 2013), hlm. 20


22

meningkatkan gagasan; serta 4) orisinalitas, ialah keahlian


menciptakan gagasan yang tidak biasa.”55

Sedangkan itu, sebagian ahli lain mendefinisikan kreativitas


bagaikan keahlian menciptakan suatu ataupun pengetahuan baru
(Simonton, 2000) ataupun keahlian buat menciptakan suatu yang baru
serta efisien (Quigley, 1998). Apabila memandang keterkaitan antara
permasalahan maupun pengalaman dengan kreativitas, Healy (1994)
mendeskripsikan kreativitas bagaikan: “the ability to generate, to approach
problems in any field from segar perspectives.” Sedangkan Schifter pada
tahun (1999) mendefinisikan kreativitas bagaikan: “the ability to take
existing objects and combine them in different ways for new purposes.”
Ulasan menimpa definisi kreativitas tersebut menampilkan terdapatnya
keragaman perspektif menimpa kreativitas.
Keragaman tersebut membagikan tantangan terpaut pemaknaan
terhadap gimana upaya meningkatkan berpikir kreatif siswa lewat
pendidikan sains. Meski bermacam- macam definisi paling tidak bisa
disimpulkan dasar dari pendidikan berbasis kreativitas itu memiliki tanda-
tanada paling tidak sebagai berikut:
“1) tiap siswa mempunyai kemampuan buat kreatif; serta 2)
kreativitas berkenaan dengan upaya memadukan komponen yang
belum padu jadi lebih bermakna. Kreativitas dalam pendidikan
sains secara universal berkenaan dengan kreativitas akademik.”56

Bagi Torrance& Goff telah memberikan arti bahwa kreativitas


akademik adalah: “Process of thinking about, learning and producing
information in school subjects such as science, mathematics and history.”
Dalam perihal belajar sains siswa pada dasarnya lebih menggemari
belajar kreatif daripada menghafal data yang diberikan guru.
Belajar kreatif ditujukan hendak memesatkan uraian siswa sebab
bisa meningkatkan keahlian menghubungkan kegiatan imajinatif; jadi
imajinatif menampilkan keahlian buat menginterpretasi suatu secara tidak

55Ibid
56Ibid
23

biasa. Jika dilihat dari perspektif ini, maka sepertinya kreativitas ini
memang lebih dominan dimunclkan oleh sang anak itu sendiri.
Sedangkan itu, Standler pada tahun 1998 berupaya membedakan
kreativitas dengan intelegent dengan mengatakan: “Orang yang pandai
mempunyai keahlian buat belajar serta berpikir, sedangkan orang yang
kreatif melaksanakan suatu yang belum sempat dicoba tadinya.”
Tetapi demikian, pada dasarnya kedua tipe keahlian tersebut silih
menunjang serta meningkatkan. Dalam konteks pembelajaran di sekolah,
Cropley (1992) mengajukan definisi pendidikan berbasis kreativitas
bagaikan proses yang meningkatkan kapasitas buat mendapatkan
gagasan. Perihal seragam dikemukakan oleh Higgins (1994) yang
mendefinisikan kreativitas bagaikan:
"The process of generating something new that has value, yang
berkaitan dengan sebutan inovasi yang dimaksud bagaikan" a
creation that has a significant value". Oleh sebab itu, pendidikan
sains berbasis kreativitas menekankan pada fasilitasi siswa buat
menciptakan gagasan baru yang efisien serta etik( mempunyai arti
serta nilai).”

Dalam perihal ini, kreativitas tidak cuma terpaut gagasan baru,


namun gimana gagasan baru tersebut bisa membongkar permasalahan
secara efisien (bermanfaat/berguna) serta mempunyai nilai etis (pas, tidak
bermasalah secara normatif).
“Kreativitas tidaklah berpikir imajinatif secara liar, namun lebih
kepada berpikir mungkin pemecahan permasalahan yang dialami
secara pas (Craft, 2000). Meski ada bermacam definisi menimpa
kreativitas, sebagian besar ahli mempunyai kesepahaman terpaut
dengan 5 fase dari proses kreatif (Guilford, 1975; Idris, 2006). Awal,
Fase Persiapan, mendapatkan gagasan, merasakan serta
mendefinisikan permasalahan.”

Kedua, Fase Konsentrasi, memfokuskan pada permasalahan


tertentu. Ketiga, Fase Inkubasi, keluar dari kasus–hipotesis pemecahan
permasalahan. Keempat, Fase Iluminasi, kemunculan gagasan. Kelima,
Fase Elaborasi, pengujian gagasan.
24

Kelima fase tersebut mencerminkan kalau proses pendidikan yang


menekankan pada kreativitas siswa memerlukan struktur tugas yang
memfasilitasi proses menciptakan gagasan serta macam pemecahan
permasalahan, bukan drilling, uraian permukaan maupun ulasan satu
jawaban tertentu (Torrance, 1982).
Gallagher dalam Rachmawati menyatakan dalam hasil analisinya
sebagai berikut: “Bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang
perlu dilakukan oleh individu, baik berupa gagasan atau pun produk baru
new things, maupun mengkombinasikan keduanya yang akhirnya melekat
pada dirinya. Kreativitas anak-anak dapat ditandai oleh sebuah sucsesion,
discontinue, diferentiation, dan integration antara setiap tahap
perkembangan.”57
Wiyani menyatakan bahwa pengertian kreativitas itu sebagai
berikut: “Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru atau kombinasi yang baru berdasarkan kepada unsur-unsur
yang telah ada sebelumnya untuk dijadikan acuan menjadi sesuatu yang
bermakna atau bermanfaat. Bentuk-bentuk kreativitas tersebut antara lain
dapat berupa: produk seni, kesusastraan, produk ilmiah, atau mungkin
juga bersifat prosedural atau metodologis.” 58
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa kreativitas merupakan sebuah kemampuan untuk
menemukan sesuatu yang baru dan orisinal atau aseli, entah itu memang
karya yang inovatif yang muncul dari objek sebelumnya, atau memang
bahkan pure dari idea-idea yang baru, baik berupa pemikiran inovatif
maupun the real art yang tentunya dapat bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain di sekitarnya.
b. Tujuan Pengembangan Kreativitas

57
Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativits pada Anak (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 13
58
Wiyani Save Our Children From School Bullying (Yogyakarta: School Media, 2012),
hlm. 99
25

Menurut Mulyasa, tujuan kreativitas adalah agar anak didik mampu


dan memiliki kompetensi di dalam mengaktualisasikan dirinya, mencari
berbagai macam bentuk hipotesis atau kemungkinan dalam
menyelesaikan suatu masalah, serta agar anak khsusunya di level TK
dapat mengembangkan berbagai potensi dan kualitas pribadinya.59
Munandar mengemukakan bahwa ada empat tujuan dalam
mengembangkan kreativitas, yakni:60
1) dengan berkreasi anak dapat mewujudkan idenya; 2) dengan
berpikir kreatif dimungkinkan dapat melihat berbagai macam
penyelesaian suatu masalah, mengekspresikan pikiran-pikiran yang
berbeda dari oranglain tanpa dibatasi pada hakikatnya mampu
melahirkan gagasan; 3) bersibuk diri secara kreatif (kebutuhan anak
TK yang selalu sibuk dan ingintahu) akan memberikan kepuasan
kepada individu tersebut; 4) dengan kreativitas memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Bersadarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa


tujuan pengembangan kreativitas adalah mendorong anak TK khususnya
di TK Pembina untuk menemukan alternatif pemecahan masalah sehingga
memiliki prinsip dan kegigihan dan kesabaran dalam menghadapi
berbagai rintangan dan mampu menanggulanginya.
c. Ciri-ciri Kreativitas
Salah satu aspek yang penting dalam kreativitas yang digagas oleh
Mulyasa adalah sebagai berikut: “Kita perlu untuk memahami dari ciri-
cirinya, yaitu dengan mengulik pendapat Supriadi dalam Rachmawati,
mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua
kategori, kognitif, dan non kognitif. Ciri kognitif diantaranya orisinalitas,
fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi. Sedangkan cirri non kognitif

motivation, serta sikap dan kepribadian yang kreatif.” 61

59
Mulyasa, Praktek Penelitian Tindakan kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 92-93
60
Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Jakarta:
Rajawali Press, 2004), hlm. 34
61
Racmawti, Strategi pengembangan Kreatvitas Anak (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.
15
26

Sejalan dengan pendapat yang telah dikemukakan di atas, ternyata


Hurlock juga menyatakan bahwa diantara ciri dalam sindrom kreativitas
tersebut juga memiliki kekhasan tersendiri yaitu: “Karakterisktik dari
kreativitas adalah memiliki sifat keluwesan, ketidakpatuhan, needs akan
otonomy, kebutuhan akan bermain, kesenangan mengolah gagasan,
ketegasan, ketenangan, keyakinan diri, rasa humor, keterbukaan, serta
keingintahuan, dan kesenangan untuk mengambil resiko yang sudah
diperhitungkan sebelumnya, lebih menyukai aspek fantasy daripada
petualangan nyata yang real, serta ketekunan dalam minat yang dipilih

sendiri dan diambil secara bertanggung jawab.” 62


Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa character
atau ciri-ciri kreativitas antara lain orisinilitas, keluwesan, kesenangan
mengolah gagasan, keterbukaan, keingintahuan, kesenangan mengambil
resiko yang sudah diperhitungkan, serta lebih menyukai fantasi khayalan
daripada petualangan yang real nyata.
d. Manfaat Pengembangan Kreativitas
Hurlock mengemukakan bahwa kreativitas memberikan manfaat
bagi anak, yakni memberi kepuasan pribadi yang sangat besar, karena
ketika mereka dapat membuat sesuatu yang dianggap menyenangkan
(fun), mereka akan merasa bahagia dan puas.63
Sejalan dengan pendapat di atas, Mulyasa menyatakan bahwa
manfaat kreativitas antara lain sebagai berikut:64
“Beberapa hal manfaat dari kreativitas antara lain adalah: 1) Melalui
perkembangan kreativitas anak memperoleh kesempatan
sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan untuk bereksperesi
menurut caranya sendiri; 2) Pengembangan kreativitas mempunyai
nilai terapis karena dalam kegiatan bereksperesi itu, anak dapat
menyalurkan perasaan-perasaan yang dapat menyebabkan
ketegangan-ketegangan pada dirinya; 3) Kreativitas bermanfaat
terhadap pengembangan estetika.”

62
Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1978), hlm. 5
63
Ibid., hlm. 6
64Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm 93
27

Berdasarkan teori di atas dapat di simpulkan bahwa manfaat


pengembangan kreativitas anak adalah agar anak memiliki kepuasan
terhadap apa yang telah ia ekspresikan dalam menyalurkan ide-idenya,
sehingga mendorong anak untuk menyalurkan bentuk perasaan-perasaan
yang dapat menyebabkan konflik dan insecure pada anak di TK Pembina
khususnya.
e. Faktor Pendukung Kreatifitas
Adapun faktor-faktor pendukung kreativitas antara lain adalah
sebagai berikut:
“Menurut Conny Semiawan (dalam Ahmad Susanto), Meninjau
faktor pendorong kreativitas dari segi lingkungan sekolah. Ia
mengemukakan bahwa kebebasan dan keamanan psikologis
merupakan kondisi penting bagi perkembangan kreativitas.”65

Beberapa hal juga harus diperhatikan dalam mendukung


kreativitas:
“Memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun
keperibadiannya serta suasana psikologis. b. Menciptakan
lingkungan kondisi yang akan memudahkan anak untuk mengakses
apa pun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk
pengembangan kreativitasnya. c. Peran serta guru dalam
mengembangkan kreativitas, artinya ketika kita ingin anak menjadi
kreatif, maka akan dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan
mampu memberikan stimulus yang tepat pada anak. d. Peran serta
orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.”66

Menurut Hurlock (dalam Ramli) mengemukakan tentang beberapa


faktor yang dapat dijadikan sebagai bahan pendorong untuk tujuan
meningkatkan kreativitas, yaitu:
“Waktu, kesempatan menyendiri, dorongan, sarana, lingkungan
yang merangsang, cara mendidik anak, dan kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan. a. Sikap sosial yang ada dan tidak
menguntungkan kreativitas harus ditanggulangi. Alasannya karena
sikap seperti itu mempengaruhi teman sebaya, orang tua, dan guru
serta perlakuan mereka terhadap anak yang berpotensi kreatif. b.
Kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan kreativitas harus
65
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta Kencana, 2011), hlm. 124
66Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 27
28

diadakan pada awal kehidupannya ketika kreativitas mulai


berkembang dan harus dilanjutkan terus sampai berkembang
dengan baik.”67
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak yaitu
antara lain adalah:
“Adapun kondisi situasi yang dapa menunjang kreativitas adalah: a.
Waktu, b. Kesempatan menyendiri, c. semangat, d. Sarana, e.
Lingkungan, f. Hubungan orang tua-anak yang tidak posesif, g.
Cara mendidik anak, h. Kesempatan memperoleh pengetahuan.”68

Utami Munandar (dalam Muhammad Ali & Muhammad Asrori)


mengemukakan bahwa beberapa hal penting yang mempengaruhi
kreativitas adalah: “a. Usia b. Tingkat pendidikan orang tua c.
Tersediannya fasilitas d. Penggunaan waktu luang.”69
Disamping itu seorang ahli yang bernama Torancce (dalam Ahmad
Susanto) yang dapat mengembangkan kemampuan siswa yang kreatif
yaitu:
“Bagi Torrance yang menunjang kreativitas adalah: a. Menghormati
pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa b. Menghormati gagasan-
gagasan yang tidak biasa serta imajinatif dari siswa c. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar atas prakarya sendiri d.
Memberi penghargaan kepada siswa e. Meluangkan waktu bagi
siswa untuk belajar dan bersibuk diri tanpa suasana penilaian.”70

Menurut Munandar (dalam Ramli), memaparkan bahwa dari


berbagai penelitian diperoleh hasil bahwa sifat orang tua juga dapat
memupuk kemapuan kreativitas anak:71
f. Faktor Penghambat Kreativitas
Seorang ahli yang bernama Cropley mengemukakan (dalam
Ahmad Susanto) Beberapa karakteristik guru yang cenderung
menghambat keterampilan berfikir kreatif dan kesediaan dan keberanian
anak-anak TK untuk menggungkapakan kreativitas mereka:

67
Ramli,
Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak (2010), hlm. 23
68
Ibid
69
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Op.Cit., hlm. 53-54
70
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.
120
71
Ramli, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak (2010), hlm. 14
29

“Yang menghambat kreativitas adalah: a.Penekanan bahwa guru


selalu benar b.Penekanan berlebihan pada hapalan c.Penekanan
pada belajar secara mekanis teknik pemecahan masalah
d.Penekanan pada evaluasi eksternal.”72

Sedangkan menurut Utami Munandar (dalam Ahmad Susanto)


yang dapat menggangu dan menghambat perkembagan kreativitas anak
yaitu:
“Bagi Utami, yang menghambat kreativitas adalah: a. Mengatakan
pada anak bahwa ia akan dihukum jika berbuat salah b. Tidak
memperbolehkan anak menjadi marah terhadap orang tua c. Tidak
memperbolehkan anak mempertanyakan keputusan orang tua d.
Tidak memperbolehkan anak bermain dengan yang berbeda dari
keluarga e. Anak mempunyai pandangan dan nilai yang berbeda
dari keluarga anak f. Anak tidak boleh berisik g. Orang tua ketat
mengawasi kegiatan anak h. Orang tau member saran-saran
spesifik tentang penyelesian tugas i. Orang tua kritis terhadap anak
dan menolak gagasan anak j. Orang tua tidak sabar dengan anak k.
Orang tua dan anak adu kekuasaan l. Orang tua menekan dan
memaksa anak untuk menyelesaikan tugas.”73

Menurut Renzulli (dalam Ahmad Susanto) dalam mengembangkan


kreativitas hal yang menjadi poin pening adalah:
“Seorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau
rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat mematikan
kretivitas anak jika orang tua melarang anak untuk mencoret-coret,
beraktivitas gerak, melakukan eksperimen dan sebagainya.
Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan contoh dari
sekian banyak factor yang menghambat kreativitas seorang
anak.”74

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penghambat


kreativitas anak karena adanya lingkungan sekitar anak itu sendirilah yang
membatasi minat dan motivasi anak dalam kehidupan sehari-hari.
g. Strategi Pengembangan Kreativitas
Berkenaan dengan pengembangan kreativitas di sekolah, kurikulum
berbasis kompetensi menegaskan bahwa anak memiliki potensi yang

72
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Press, 2011),
hlm. 125
73
Ibid., hlm. 126
74
Ibid., hlm. 127
30

berbeda. “Perbedaan anak terlihat pada pola berpikir, daya imajinasi,


fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Akibatnya kegiatan belajar
mengajar perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan
kebebasan berkreasi secara berkesinabungan untuk mengembangkan
dan mengoptimalkan kreativitas anak.”75
Menurut Treffinger sebagimana diungkapkan dalam buku yang
disusun oleh Ahmad Susanto mengungkapkan bahwa:
“Tak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas, seperti
halnya tidak ada seorang pun yang intelegensinya nol, potensi
kreativitas berbeda-beda secara luas diantara orang yang satu
dengan yang lainnya.”76

Menurut Rachmawati dan Kurniati, menjelaskan bahwa strategi


yang bisa diambil dalam meningkatkan kreaticitas adalah:
“Pengembangan kreativitas pada anak melalui kegiatan menciptakan
produk memiliki posisi penting dalam berbagai aspek perkembangan
anak. Tidak hanya kreativitas yang terfasilitasi untuk berkembang
dengan baik, tetapi juga aspek kemampuan lainnya.”77

Berdasarkan hal tersebut maka berikut ini akan dikemukakan


beberapa strategi pengembangan kreativitas pada anak taman kanak-
kanak:
“a. Pengembangan kreativitas melalui menciptakan produk (Hasta-
Karya) b. Pengembangan kreativitas melalui imajinasi c.
Pengembangan kreativitas mealui eksplorasi d. Pengembangan
kreativitas melalui eksprimen e. Pengembangan kreativitas melalui
proyek. f. Pengembangan kreativitas melalui musik g.
Pengembangan kreativitas melalui bahasa.”78

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai seorang pendidik


perlu memiliki etos kerja dan tanggung jawab yang holistic dan berbasis
moral:

75
Ibid.
76
Ibid., hlm. 130
77
Dewi Aisyah, Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Harapan
Kabupaten Karawang (2017), hlm. 43
78
Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 52
31

“Guru harus mengetahui bahwa setiap anak itu kreatif hanya saja
setiap anak memiliki tingkat kreativitas yang berbeda-beda, tinggal
bagaimana guru sebagai pendidik memberikan kesempatan dan
kebebasan pada anak dalam mengembangkan kreativitasnya.
Sehingga guru dapat mengoptimalkan perkembangan kreativitas
anak dengan baik dan anak juga akan mampu meningkatkan
kemapuan kreativitasnya dengan baik.”79

2. Konsep tentang Seni


a. Pengertian Seni
Di dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) seni adalah
keahlian membuat karya yang the best quality dan bermutu, baik dilihat
dari segi kehalusannya, keindahannya,dan sebagainya serta diciptakan
dengan keahlian yang sophisticated luar biasa.
Sumanto mengungkapkan bahwa seni adalah “hasil atau proses
kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif,
kepekaan indra, kepekaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya
yang memiliki kesan keindahan, keselarasan, bernilai seni dan lainnya”.80
Berdasarkan paparan pendapat beberapa expert diatas dapat
disimpulkan bahwa seni adalah suatu proses kerja yang berbentuk
keterampilan skill, keahlian dan perbuatan dan gagasan manusia yang
melibatkan kemampuan akan skill/keterampilan, creation/kreatif, dan
kepekaan sensitifitas indra, sensitivitas dan pola pikir atau mindset untuk
mencoba memproduksi suatu karya kreatif yang memiliki art value,
keselarasan yang berkelas dan bernilai tinggi.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan agar memunculkan jiwa
seni sang anak didik antara lain adalah dengan cara:
“Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk
mengungkapkannya b. Memberi waktu kepada anak untuk berpikir,
merenung, dan berkhayal c. Membiarkan anak mengambil
keputusan sendiri d. Meyakinkan anak bahwa orang tua
menghargai apa yang ingin dicoba dan apa yang dihasilkan e.

79
Ibid.
80
Sumanto, Pengembangan Kreativitas Sni Rupa anak (Jakarta: Depdiknas, 2005),
hlm 6
32

Menunjang dan mendorong kegiatan anak f. Memberi pujian yang


sungguh – sungguh kepada anak g. Memberikan motivasi kepada
anak.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:


“Dalam mendukung kreativitas anak di sekolah guru harus mampu
menciptakan suasana yang sangat menyenangkan, sehingga anak
bebas secara psikologis, dalam artian anak merasa guru menerima
ia apa adanya, baik kekurang maupun kelebihan yang dimilikinya
dan guru tidak menekankan apa yang harus dicapai oleh anak
terlebih pada hasil kegiatan yang dilakukan anak sehingga anak
akan mampu meningkat kreativitas nya dengan baik tanpa ada
hambatan dalam psikologinya.”81

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan


bahwa seni adalah suatu proses kerja yang berbentuk keterampilan,
keahlian dan perbuatan dan gagasan manusia yang melibatkan
kemampuan akan keterampilan, kreatif, kepekaan indra, kepekaan hati
dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan keindahan,
keselarasan, bernilai seni.
b. Macam-Macam Seni
Menurut pendapat Tedi Pada umumnya seni dapat dibagi menjadi
empat bagian yaitu: “1. Seni rupa, terdiri atas seni patung, seni pahat, seni
lukis, dan seni rias. 2. Seni suara, terdiri atas seni vocal (suara), dan seni
musik. 3. Seni sastra, terdiri atas puisi, prosa, novel, dan cerita lainnya.
4..Seni gerak atau pertunjukan, terdiri atas seni tari,drama, pantomim.”82
Menurut Sri mengungkapkan bahwa Seni musik, Seni Tari dan Seni
Rupa adalah sebagai berikut:83
“1) Seni Musik merupakan hasil karya seni dalam bentuk sebuah
lagu atau pun komposisi music yang mengungkapkan sebuah
pikiran dan ungkapan dari perasaan orang atau penciptanya melalui
unsur musik itu irama melodi harmony, bentuk atau struktur lagu
dan ekpresi. 2) Adapula yang dinamakan dengan seni Tari, adalah
gerakan tubuh dari manusia yang sama sekali terlepas daripada
unsur ruang, waktu dan tenaga sehingga menghasilkna kombinasi

81
Ibid.
82Tedy, Meningkatkan Peran Guru di Sekolah (Jakarta: Rajawali, 2005), hlm. 2
83
Sri Media Pembelajaran, (Surakarta: Dabutar, 2008), hlm. 10
33

derap gerak yang indah untuk dinikmati. 3) Kemudian, ada lagi yang
disebut dengan seni rupa yaitu seni yang diciptakan dengan
menggunakan element atau unsur rupa dan dapat diapresiasi
secara layak melalui indra mata manusia yang melihatnya.
Pengembangan kreativitas seni rupa anak TK adalah kegiatan
berekpreasi seni rupa dua dimensi dan kegiatan kreatif seni rupa
tiga dimention yang dapat dipraktekkan oleh anak usia dini.” 84

Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan macam-macam seni


terbagi atas seni rupa, seni musik/suara, seni tari, dan seni gerak.
3. Pengertian Kreativitas Seni
Seni di dalam perspektif etimologis dari bahasa san sekerta yang
berarti: “Permintaan atau pun pencarian. Sedangkan seni dalam bahasa
inggris yaitu art yang berarti suatu kemahiran. Menurut Suyadi
senimerupakan salah satustimulasi kreatif. Artinya, sebuah kreativitas itu
melibatkan seni dalam pembelajaran dapat mengaktifkan lebih banyak

area-area dalam ranah kognisi otak dari pada tanpa melibatkan seni.” 85
Selanjutnya menurut Sumanto kreativitas seni adalah bagian dari
sebuah kegiatan yang berproduksi atau berkarya dapat pula berupa hasil
karya seni yang mempunyainilai unik,indah dan kesan lainnya.86
Berdasarkan penjelasan dan argumetasi di atas dapat
dikonklusikan bahwasanya kreativitas seni adalah kegiatan stimulasi
kreatif, bermutu berupa karya seni yang mempunyai nilai unik yang
dilakukan dengan mengkreasikan benda-benda yang ada dilingkungan
sekitar dengan memadukan unsur-unsur seni yang ada agar nantinya
anak bisa menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
dihadapinya dalam menghasilkan suatu karya seni. Adapun aktor utama di
dalam pengembangan kreativitas anak tersebut membutuhkan sosok guru
yang dapat memandu anak-anak. Hal ini diungkapkan oleh Jailani sebagai
berikut: “Aktor utama dari semua yang dikemukakan di atas

84
Ibid.
85
Suyadi, Implementasi dan Inovasi Kurikulum PAUD (Bandung: Remaja Rodakarya,
2014), hlm. 171
86
Sumanto, Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak (Jkarta : Depdiknas, 2005),
hlm. 10
34

sesungguhnya adalah guru. Karena skenario yang diharapkan berjalan


tidaknya sebuah proses pendidikan/ pembelajaran sangat bertumpu pada
sosok guru.”87
Jika Sahran Jailani dalam komentarnya di atas mengatakan bahwa
guru adalah actor utama pengembangan anak, maka dalam literature lain
diperkuat bahwasanya posisi guru adalah sebagai media bagi anak. Hal
ini semakin menguatkan hubungan antara guru dan anak dimana guru
adalah tempat anak bersandar dalam mengembangkan pengetahuannya.
“Kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk menerima pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Sehingga guru atau dosen, buku ajar, serta
lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke
suatu tujuan pembelajaran dan untuk memfasilitasi prestasi siswa terhadap
pembelajaran keterampilan motorik halus serta kontekstual sehingga anak
akan lebih mudah dalam memahami sesuatu.”88
Oleh sebab itu, seorang guru diminta untuk mampu
mengembangkan inovasi didalam mengajar, sehingga kreativitas anak
dapat dibentuk sejak dini. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh: “Guru
diminta agar membuat kondisi menyenangkan sehingga peserta didiki aktif
berekplarasi serta menanyakan, menyampaikan gagasannya, hakikat
pembelajaran merupakn kegiatan aktif peserta didik didalam menumbuhkan
pengetahuannya. Peserta didik berartisipasi aktif didalam membentuk
generasi yang berkreativitas sehingga memiliki kemampuan memperoleh
sesuatu demi kebutuhan diri anak.”89

4. Konsep tentang Anak Usia


DIni a. Definisi Anak Usia Dini

87
M. Sahran. “Guru Profesional dan Tantangan Dunia Pendidikan.” Jurnal al-Talim.
Vol. 21. No. 1. (Februari, 2014), hlm. 3
88
Sujana, Ahmad Syukri dan Musa. “Melalui Kegiatan Mencoret, Merobek dan
Menempel (3M) Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Autis di Taman Kanak-
kanak Buah Hati Kota Jambi.” Tesis. (Jambi: UIN Sutha Jambi, 2019), hlm. 31
89
Fadulah Arifin, Sahran Jailani dan Minnah El Widdah. “Komepetensi Pedagogik
Guru PAUD dalam Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini 5-6 Tahun di Taman Kanak-
kanak Happy Kids Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat.” Tesis. (Jambi: UIN Sutha
Jambi, 2020), hlm. 20
35

Seorang ahli yang bernama mansur menjelaskan tentang arti dari


anak usia dini adalah sebagai berikut:
“Bahwa anak usia ini adalah sekelompok anak yang sudah berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Mereka itu telah memiliki pola pertumbuhan dan juga
perkembangan yang bersifat khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembanganya.90 Anak usia dini adalah anak
yang berada pada rentangan usia yang dimulai dari 0-6 tahun, dan
0-8 tahun sebagaimana yang telah disepakati oleh para pakar
pendidikan anak.” 91

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat diketahui bahwasanya


anak usia dini itu adalah anak yang berada dalam rentangan usia 0-6
tahun atau 0-8 tahun.
b. Karakter Anak Usia Dini
Pada masa anak usia dini merupakan masa emas dengan alasan
bahwa pada renatang usia inilah pola piker anak mengalami masa
keemasannya. Hal ini sudah dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut:
“Karena anak pada rentang usia tersebut memang telah mengalami
sebuah tumbuh kembang anak yang sangat pesat dan tidak pernah
akan tergantikan pada masa yang akan datang kelak ketika sang
anak itu akan beranjak tumbuh dan berkembang. Menurut berbagai
hasil riset ilmiah dan penelitian di bidang ahli otak manusia
(neurologi) terbukti bahwa sebesar 50% tingkat intelegensi anak
terbentuk dalam kurun waktu sekitar 4 tahun pertamanya. Setelah
anak berusia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai
akan mencapai 80% dan pada usia 18 tahun akan mencapai
100%.” 92

Selaku anak usia dini memang telah yang namnya mmiliki


karakteristik atau ciri khasnya yang sangat berbda dengan apa yang
terdapat pada orang yang tealah mencapai tingkat kematangan atau
dewasa (mature), Mengapa? karena anak usia dini terebut akan tumbuh
dan berkembang dengan banyak cara dan berbeda. Salah seorang ahli

90
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 88
91
Ibid.
92
Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat,
2005), hlm. 6
36

yang bernama Kartini Kartono telah menjelaskan bahwa anak usia dini
akan memiliki karakteristik sebagai berikut:93
1) “Sang anak biasanya akan memiliki sifat egosentris yang naif;
2) Sang anak akan mempunyai beberaa relasi sosial dengan beberapa
benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan lagi primitif
atau terbelakang/traditional;
3) Ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak
terpisahkan sebagai sati totalitas;
4) Sang anak akan memiliki suatu sikap hidup yang fisiognomis (yaitu
anak yang secara langsung akan memberikan atribut/sifat lahiriah atau
material terhadap setiap penghayatanya.”

Sementara itu, Sofia Hartati memberikan pandangan agak berbeda


tentang karakteristik anak usia dini sebagai berikut:94
“ Sang anak akan memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap
lingkungan di sekitarnya;
1) Sang anak merupakan pribadi yang unik dari sekitarnya;
2) Suka berfantasi dan berimajinasi;
3) Anak memiliki masa potensial untuk belajar secara eksploratif;
4) Anak sudah memiliki sikap egosentris;
5) Anak sudah memiiki daya konsentrasi yang pendek;
6) Anak sudah merupakan bagian dari makhluk sosial.”

Rusdinal pun telaha menambahkan keterangannya terkait dengan


karakter anak, yaitu bahwa karateristik sang anak pada usia 5 (lima) – 7
(tujuh) tahun adalah sebagai berikut:95
“Ciri khas daripada anak yang telah berusia lima sampai tujuh tahun
adalah bisa dilihat: (1) Anak yang berada pada masa pra-
operasional, dan ia akan belajar melalui pengalaman konkret dan
nyata dan dengan orientasi dan tujuan sesaat semata-mata; (2)
Anak usia dini itu akan suka menyebutkan nama-nama suatu benda
yang ada disekitarnya dan mendefinisikan kata-kata yang telah ia
ketahui tersebut; (3) Anak juga akan memiliki semangat untuk
belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang
pemikirannya dengan pesat; (4) Anak usia dini juga memerlukan
struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik agar ia
mengetahuinya.”

93
Kartini Kartono, (1990), hlm. 109
94
Sofia Hartati, Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini (Jakarta: Depdiknas,
2005), hlm. 8-9
95
Rusdinal, Pengelolaan klas di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Diknas, 2005), hlm. 16
37

Secara lebih spesifik, Mochtar telah mengungkapkan pula tentang


beberapa character yang dapat diketahui dari sosok sang anak yang
berada pada fase usia dini adalah sebagai berikut:96
“Anak tersebut berada pada rentang usia 4-5 tahun
a) Gerakan anak lebih dapat terkoordinasi;
b) Sang anak akan sangat senang bermain dengan kata;
c) Sang anak sudah dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas-
tugasnya dengan hati-hati;
d) Anak sudah dapat mengurus diri sendiri pada perkara yang sederhana
dan wajar;
e) Anak sudah dapat membedakan satu dengan banyak, artinya anak
sudah mulai berjalan logikanya;”

1) Anak yang sudah memasuki usia 5-6 tahun akan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a) “Pda diri sisi gerakan sang anak akan lebih terkontrol dengan baik dan
benar;
b) Dari sisi perkembangan bahasa anak juga sudah cukup baik berjalan
dengan sangat baik pula;
c) Sang anak juga sudah dapat bermain dengan baik dan berkawan
dengan teman-temannya secara kelompok dan akrab;
d) Peka terhadap lingkungan sekitar;
e) Mengetahui distingis antara gender dan statuta;
f) Sang anak sudah dapat menghitung angka 1 – 10.”

Berdasarkan karakteristik yang disampaikan pada keterangan di


atas maka dapat diketahui bahwasanya pada rentangan anak usia 5-6
tahun sang anak sudah dapat melakukan beberapa gerakan yang telah
terkoordinasi dengan baik dan kokoh, perkembangan bahasa sdah baik
dan mampu berinteraksi secara sosiologis karena sang anak telah
memiliki tutur bahasa yang jelas dan dapat dipahami.
Anak yang sudah memasuki usia dini ini juga merupakan masa
yang sangat sensitif bagi sang anak untuk belajar sebuah bahasa. Karena
dengan adanya koordinasi daripada gerakan yang baik tersebut maka
sang anak akan mampu menggerakkan oragan empiric yaitu panca
inderanya berupa misalnya: bentuk mata atau bentuk tangan untuk

96Syansuar Mochtar, Anak dan Dunianya (Jakarta: Kencana Media, 1987), hlm. 230
38

mewujudkan imajinasinya itu ke dalam bentuk sebuah gambar, sehingga


nantinya penggunaan gambar yang telah menjadi karya sang anak
tersebut dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan
bicara pada anak dengan baik dan maksimal.
c. Perkembangan Emosi Anak Usia Dini
Sumantri telah mengungkapkan tentang diksi emosi dengan rinci
sebagai berikut:

“Emosi adalah merupakan suatu perasaan atau pun juga dapat


dinamakan afeksi yang memang melibatkan perpaduan antara
gejolak fisiologsi dan gejala perilaku yang terihat ddengan panca
iderawi.97

Perkembangan emosi telah memainkan peranan yang sangat


urgent dan urgent dalam kehidupan sehari-hari kita terutama dalam hal
penyesuaian diri pribadi sang anak degan dunia sosial anak terhadap
lingkungan dimana tempat anak itu berada dan tumbuh dan
berkembangnya.98 Karena memang, keadaan lingkungan disekitar adalah
memang sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya kreatifitas sang
anak.
Adapun yang menjadi sebuah dampak bagi perkembangan suatu
gejolak emosi adalah sebagai berikut:99
1) Sebuah emosi terebut akan menambah rasa nikmat bagi pengalaman
sehari-hari;
2) Sebuah emosi akan menyiapkan tubuh berekasi atas atau untuk
melakukan tindakan pada masa yang akan datang;
3) Keadaan emosi juga merupakan suatu bentuk komunikasi;
4) Keadaan emosi juga mengganggu aktivitas mental;
5) Reaksi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan.

Seiring dengan bertambahnya usia pada anak, maka: “Akan

97
Mansur, Penddkan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 56
98
Soemantri, Perkebangan Peserta Didik (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 142-
143
99
Soemantri, Perkebangan Peserta Didik (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 142-
143
39

muncul berbagai ekspresi emosi yang dapat diekspresikan secara lebih


terbentuk serta terpola karena sang anak sudah dapat mempelajari reaksi
dari orang lain disekitarnya.” 100
Reaksi emosi yang dapat ditimbulkan dengan adanya reaksi emosi
yang berkembang pada anak adalah bahwa sang anak akan mengalami
gerakan sebuah emosi yang berubah lebih proporsional seperti sikap tidak
menerima dengan cemberut dan sikap tidak patuh atau nakal. 101 Yudha
kemudian menambahkan tentang beberapa ciri emosi pada anak antara
lain ialah:102
1) “Emosi anak berlangsung singkat dan sementara;
2) Terlihat lebih kuat dan hebat;
3) Bersifat sementara;
4) Sering terjadi;
5) Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya;”

Menurut Erikson, anak yang berasada pada fase usia usia dini
seperti halnya anak anak di TK Pembina sebenarnya berada pada tahap
innitive vs guilt yang sedang berjembang ke arah industry vs inferiority.103
Ismail sebagaimana dikutip oleh Harun menyatakan bahwa: “Pada
tahapan ini, sang anak akan mengalami suatu perkembangan yang
bersifat lebih positif dalam suatu kreativitas, banyak ide, imajinasi lebih
berkembang, berani mencoba untuk hal-hal yang positif, kemudian sang
anak juga akan berani mengambil resiko dan mudah bergaul dengan
teman-temannya di kelas dan lingkungan luar.” 104
Pada tahap perkembangan emosi ini, maka anak menunjukkan
sikap inisiatif yang artinya, yaitu sang anak mulai lepas dari pada ikatan
dan kekangan orang tua mereka, sang anak lebih cenderung ingin
bergerak bebas, dan mulai ingin memulai berinteraksi dengan lingkungan.

100
Yudha M. Saputra dan Rudyanto, Pengertian Motorik Halus Anak (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 26
101
Ibid.
102
Ibid., hlm. 145
103
Slamet Suyanto, dsar-Dasar pndidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta; Hikyat
Publishing, 2005), hlm. 72
104
Harun Rasyid da Mansur, Penilaian Hasil Belajar (Bandung: Wacana Ilmu, 2009),
hlm. 120
40

Inilah beberapa hal yang menjadi indikator perkembangan pada diri sang
anak tersebut.
Situasi lainnya saat anak telah memiliki semacam perkembangan
emosi yang baik adalah yaitu dimana sang anak dituntut dalam rangka
untuk mengembangkan perilaku ideal yang ingin diharapkan dalam
lingkungan sosialnya, serta bertanggungjawab atas apa yang dilakukanya.
Hal ini ditunjang pula dengan adanya perkembangan motorik anak
dan bahasanya yang sudah dapat menjelaskan perasaan dan pikirannya
dan mencoba menggapai apa yang dia inginkan dalam hatinya.
Menurut Caroll dan Barbara ada beberapa ciri-ciri tertentu tentang
perkembangan sosial anak usia PAUD khususnya pada usia lima tahun
antara lain yaitu adalah sebagai berikut:105
“Adapun beberapa karakteristik perkembangan social anak antara
lain adalah sebagai berikut: (1) Sang anak dapat mengatur emosi
dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang bisa diteria
secara sosial; (2) Sang anak telah mampu untuk memisahkan
perasaan dengan tindakan mereka; (3) Sang anak telah mampu
untuk menghayati perilaku yang pantas; (4) Kekerasan emosi dan
ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah mampu
mengungkapkan perasaan melalui kata-kata; dan (5) Sang anak
tealah dapat membuat joke melucu dan membuat lelucon kepada
teman-teman lain.”

d. Sistem (Metode) Pembelajaran Anak Usia Dini


Moleong juga menyebutkan dalam pemaparannya bahwasanya ada
banyak sekali ragam model dari pendidikan untuk anak pada usia dini jalur
non-formal yang mana terbagi atas tiga kelompok, yaitu: “Kelompok taman
penitipan anak (TPA) yang biasanya ada pada rentangan usia 0-6 tahun;
kemudian ada pula bentuk kelompok bermain (KB) yang biasanya berada
pada rentangan usia 2-6 tahun; ada pula yang disebut sebagai kelompok

satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun.” 106 Demikianlah beberapa hal
yang termasuk dalam lembaga-lembaga pendidikan pada anak yang telah

105
Caroll Seefelt dan Barbara A. Wasik, Media Pembeljaran (Surakarta: UNS Pres,
2008), hm. 71-72
106
Harun Rasyid da Mansur, Penilaian Hasil Belajar (Bandung: Wacana Ilmu, 2009),
hlm. 43
41

memasuki usia dini.


Metode dalam education dan pembelajaran yaitu satu cara atau
sistem yang telah digunakan dalam system pembelajaran kita yang
bertujuan agar anak didik dapat mengetahui atau berkompeten, dan
memahami dengan utuh holistik, serta mempergunakan dan bahkan
menguasai bahan pelajaran tertentu dengan baik.107
Berikut ini ada beberapa metode pebelajaran yang diterapkan
kepada anak-anak usia dini untuk pengebangan pemahaman ajaran
agama Islam yaitu:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah salah satu bentuk metode dimana guru
memberikan uraian materi pembelajarannya dan atau penjelasan kepada
sejumlah murid-muridnya secara satu arah. Karena biasanya ceramah itu,
biasanya hanya monoton untuk mendengar dari satu sumber saja yaitu
dari sang guru yang menerangkan materi di depan kelas pada waktu
tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu seperti di dalam kelas
dan atau ketika belajar di luar kelas out door.
Metode ceramah ini juga biasanya dilaksanakan dengan bahasa
lisan yang sistematis biasanya dituntut kemampuan komunikasi yang baik
dari sang guru untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah
tertentu atau konsep-konsep kepada siswa ataupun peserta didiknya.108
2) Metode Diskusi
Di samping metode ceramah di atas, ada pula metode yang disebut
dengan metode diskusi. Adapun pengertian metode diskusi adalah:
“Merupakan kegiatan tukar menukar konsep ataupun informasi, atau bisa
juga semacam pendapat-pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur. Sedangkan menurut ahli yang lainnya, yaitu menurut Gulo yang
dikutip dari Ahmad M. Nasih bahwa sesungguhnya metode diskusi

107
Ahmad M. Nasih dan Lilik N. Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 29
108
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini Kelas
AwalSD/MI (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 195-196
42

merupakan metode pembelajaran yang tepat terutama dalam hal untuk


meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik dengan pendidik di
dalam kelas.” 109

3) Metode Demonstrasi
Kemudian ada pula yang disebut dengan metode demosntrasi,
yang tentunya bukanlah yang dimaksud demo atau unjuk rasa. Adapun
makna dari metode demonstrasi yaitu: “Metode yang menggunakan
peragaan atau alat bantu penjelasan materi dengan tujuan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu kepada anak didik sehingga anak didik menjadi
paham karena telah di berikan demo-nya di dalam kelas dalam system
pembelajaran.” Dengan media demonstrasi, maka ini adalah merupakan
metode yang sangat efektif, karena akan dapat membantu sang anak didik
untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta-fakta di

luar dengan caranya sendiri secara eksploraitif.” 110


4) Metode Pemberian Tugas
Di samping metode demonstrasi, ada pula metode yang disebut
dengan pemberian tugas, adapun makna dari metode tersebut
sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Darajad adalah: “Metode pemberian
tugas dapat didefinisikan merupakancara dalam proses belajar mengajar
di sekolah dengan cara guru memberikan tugas tertentu dan kemudian
dikerjakan oleh sang murid yang mengerjakanya dengan baik, kemudian
tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Lalu guru akan
memberikan penilaian biasanya atas hasil kerja atau jawaban dari siswa.
Dengan cara demikian, agar supaya murid diharapkan dapat belajar
secara bebas tapi bertanggungjawab, dan anak tentunya sang murid juga
akan berpengalaman secara eksploratif untuk mengetahui berbagai
kesulitan kemudian berusaha mengatasi kesulitan itu dengan caranya
109
Ahmad M. Nasih dan Lilik Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2010), hlm. 57
110
Ibid., hlm. 63
43

sendiri.” 111

5) Metode Keteladanan
Lalu ada pula yang dinamakan dengan metode keteladanan, yang
dimaksudkan adalah: “Metode keteladanan ini adalah cara belajar dengan
cara seseorang meniru atau meneladani perilaku maupun sikap tokoh
seseorang, misalnya meniru perilaku Nabi Muhammad SAW. Dalam
konteks di sekolah misanya, maka guru dapat menjadi model bagi sang
anak. Semua nilai luhur yang mau dibangun di anak tersebut, nantinya
akan dapat dimodelkan oleh guru utama di dalam kelas atau diluar kelas
dan kemudian menginspirasi para siswanya untuk melakukan apa yang
telah dicontohkan oleh sang guru.” 112
6) Metode Tanya Jawab
Kemudian ada pula metode Tanya jawab, yaitu satu metode yang
mana diartikan sebagai berkiut: “Tanya jawab merupakan salah satu cara
pembelajaran yang mana ia menekankan pada cara penyampaian
pebelajaran oleh guru dengan jalan sang guru mengajukan pertanyaandi
kelas dan anak didik langsung memberikan jawaban dari pertanyaan
tersebut. Bahkan bisa mengalir kemudian ada timbal balik siswa bertanya
kepada guru dan siswa bertanya kepada siswa lainnya.” 113
7) Metode Pembiasaan
Adapun pengertian daripada metode pembiasaan adalah: “Metode
pengajaran ini akan mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang juga
mengarah pada sesuatu seperti potongan teka-teki puzzle yang
digabungkan satu persatu.” 114

111
Zakiah Darajad, Op.Cit, hlm. 298
112
Mukhtar Latif dkk, Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi (Jakarta:
Kencana, 2013), hlm. 253
113
Ahmad M. Nasih dan Lilik Kholidah, Op.Cit., hlm. 53
114
Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Edukasia, 2009), hlm. 131
44

e. Pola Pendidikan Anak Usia Dini


Kemudian ada pula yang memberika satu design mengneai pola
pendidikan anak di usia dini. Salah satunya adalah Menurut Mansur yang
memberikan pengertian sebagai berikut:

“Anak usia dini merupakan sekelompok anak yang telah berada


dalam proses pertumbuhan perkembangan mental dan fisik dan
perkembanganya yang bersifat unik dan unggul, dalam pengertian
ini, sang anak itu dilihat sudah mampu memiliki pola pertumbuhan
dan perkembangan (sang anak sudah bisa berkoordinasi dengan
mortorik halus dan kasar), memiliki daya intelegensi (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, sosial
emosional, sikap dan prilaku serta agama yang baik).”115

Kemudian adapula penjelasan yang didapat dari UU RI yang


menyatakan seabgai berikut: “Menurut UU Sisdiknas pasal ke-1 butir ke-
14 yang menyatakan bahwasanya pendidikan anak usia dini (PAUD)
adalah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan dalam pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan daam

memasuki pendidikan yang lebih lanjut di masa yang akan datang.” 116
Dari apa yang telah dipaparkan di atas maka dapat kita simpulkan
bahwasanya:
“Pendidikan anak usia dini adalah upaya pemvinaan dan suatu
pengajaran kepada sekelimpok anak yang telah berusia 0-6 tahun
yang berada dakam proses pertumbuhan dan perkembangan, yang
merupakan maasa yang sangat penting bagi sang anak untuk
mengembangkan sikap, dna minat, serta potensi yang ada pada diri
anak. Masa kiini merupakan masa yang sangat berharga untuk
menanmkan nilai-nlai agama, moral/spiritualitas, etika, dan sosial
yang berguna untuk kehidupan selanjutnya.”117

Pendidikan di fase PAUD dapat pula diselenggarakan melalui jalur


pendidikan formal (resmi), informal (tidak formal), dan non-formal. PAUD
115
Mansur, Op.Cit., hlm. vii
116Anonim, Undang-undang Sisdiknas (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), hlm. 11

117
Ibid.
(Pendidikan anak usia dini) pada jalur pendidikan yang formal berbentuk
Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain
yang menggunakan program pendidikan dengan kurikulum yang sangat
disesuaikan untuk kebutuhan anak-anak di usia 4-6 tahun.
Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan non formal
biasanya itu akan mengambil beragam berbentuk, yang anatara lain
adalah sebagai berikut: “Kelompok bermain (KB) dan ini biasanya akan
menerima jumlah anak KB di Provinsi Jambi biasanya samai berjumlah
20-40 anak dalam satu instansi dan bentuk lainnya yang sederajat yang
juga menggunakan program untuk anak usia diantara rentangan 2-4 tahun
dan rentangan usia 4-6 tahun.”118
Adapula beragam bentuk TPA yang memiliki konsep non-formal
dengan beragam format ada yang muali khusus untuk 0-2 tahun, 2-4
tahun da nada pula pendidikan yang murni diselenggarakan oleh
masyarakat umum, Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut yaitu:
“Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat yang
menggunakan program untuk anak usia 0-2 tahun, 2-4 tahun, dan
4-6 tahun, dan program pengasuhan untuk anak usia 0-6 tahun.
PAUD pada jaur informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat disekiat
lingkungan sang anak, yaitu sang anak menjadi dapat bermain
bersama-sama dengan lingkungan di sekitar anak tersebut
berada.”119

4. Konsep tentang Media Kolase Daun Pisang


a. Media Pembelajaran
Menurut sumber yang penulis dapatkan dari Association of
Education and Comunication Technology (AECT, pada tahun 1977)
dijelaskan bahwa: “Alat media adalah segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.” Sedangkan

118
Ibid.
119
Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain (t.tt: t.p,
t.th), hlm. 2
46

menurut komentar yang disampaikan oleh Briggs (pada tahun 1970)


mendefinisikan bahwa media adalah:
“Media adalah segala sesuatu yang bersifat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta dapat merangsang si anak untuk dapat
belajar, buku, film, serta kaset, atau juga bingkai adalah contoh-
contohnya yang lain. Bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak
maupun audio visual serta peralatannya media hendaknya dapat
dimanipulasi dapat dilihat didengar dan dibaca oleh halayak.”120

Dari pendapat di atas media dapatlah disimpulkan bahwasanya:


“Medium adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada penerima informasi (komunikan), segala sesuatu
yang juga dapat digunakan oleh orang untuk menerima pesan tersebut,
sedangkan media juga dapat diartikan sebagai jenis komponen yang
terdapat di dalam lingkungan anak yang dapat memotivasi dan
merangsang mereka untuk belajar lebih giat lagi.”121
Dan yang tidak dapat dinafikan juga adalah bahwa media juga
sebagai alat untuk memberikan motivasi dan perangsang bagi anak
khususnya anak TK Pembina agar terjadi proses belajar dan sebagai
perantara untuk menyampaikan informasi.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum dapat dijelaskan bahwasanya ada beragam manfaat
dari media pembelajaran adalah: “mempelancar interaksi antara guru
dengan anak, sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.”
Secara khusus manfaat media pembelajaran adalah:
“Adapun manfaat dari media pembelaaran antara lain adalah
sebagai berikut: (1) Penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan. (2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
menarik. (3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. (4)
Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa. (5) Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja.”

120
Ibid.
121Ibid.
Dari penjelasan di atas setidaknya ada lima buah manfaat yang
dapat dirasakan dari adanya media pembelajaran. Demikianlah dijelaskan
setidaknya terdapat enam buah manfaat dari adanya media pembelajaran.
Selanjutnya akan dipaparkan pula tentang tujuan media pembelajaran.

c. Tujuan Media Pembelajaran


Adapun tujuan media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. “Dengan bantuan media pembelajaran, maka potensi untuk timbulnya
penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat
mengurangi terjadinya kesengajaan informasi dan miss komunikasi
dalam kegiatan belajar mengajar.”
2. Media pembelajaran juga dapat menampilkan informasi melalui pesan
suara, pola gambar, serta gerakan dan bahkan warna baik secara
alami maupun manipulasi, yang amana dlam kelas, bisanya guru TK
akan menggunakan media yang mudah ditangkap atau dimengerti oleh
anak-anak, misanya puzzle, alat peraga, dalan lain sebagainya.
sehingga semua itu dapat membantu guru untuk menciptakan suasana
belajar lebih hidup dan menarik perhatian bagi anak selaku peserta
didik.
3. Dengan media akan terjadi sebuah pola komunikasi dua arah yang
mana secara aktif bisa dilaksanakan. Sedangkan tanpa media guru
cenderung bicara satu arah dan pembelajaran menjadi monoton dan
tidak menarik. Sehingga menghasilkan kontak social di antara anak
dan guru yang dapat diharapkan terjadinya interaksi dalam kegiatan
belajar sambil bermain.
4. Dengan media pembelajaran tersebut juga bertujuan untuk belajar
akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga
seminimal mungkin dan seefisien mungkin.
5. Media pembelajaran juga bertujuan untuk dapat membantu siswa
dalam menyerap materi belajar agar lebih mendalam dan utuh
sehingga pemahaman belajar menjadi lebih baik.”

d. Pengertian Kolase
The American Heritage Dictionary defines collage as “an artistic
composition of materials and objects pasted over a surface, often with
unifying lines and color”.122

122Nita Leland, Creative Collage Techniques (New York: Reinhard and Winston,
2006), hlm. 4
48

Kata-kata kolase acapkali diartikan sebagai komposisi seni. Hal


yang sama dijelaskan di dalam kamus berikut: “Kamus Budaya Amerika
mendefinisikan kolase sebagai komposisi artistik dari bahan dan benda
yang disisipkan di atas permukaan, seringkali dengan garis dan warna
pemersatu.”123
Media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan
untuk membawa informasi dari suatu sumber kepada penerima. Jika
dikaitkan dengan pembelajaran maka kata media tersebut jadi bermakna
demikian:
“Media diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam
proses pembelajaran untuk membawa informasi berupa materi ajar
dapi pendidik kepada peserta didik, sehingga peserta didik tertarik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.”124

Kolase berasal dari Bahasa Perancis (collage): “Yang berarti


merekat. Kolase adalah aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan
teknik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan
tertentu.”125 Pamadhi pun juga memberikan keterangannya terkait dengan
kolase sebagai berikut ini:
“Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang
menggunakan bahan yang bermacam-macam selama bahan dasar
tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya
dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili
ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya.”126

Secara konsepsional, adapun definisi dari kolase adalah kegiatan


penjajaran. Hal ini sebagaimana dinyatakan sebgai berikut:
“Dalam pengertiannya yang konsepsional, kolase bermakna
sebagai penjajaran beberapa entitas (keadaan) obyek atau material
yang asing bagi masing-masing obyek. Dengan demikian,
permasalahan dalam menjalankan kolase adalah mengupayakan
munculnya simpul-simpul pertemuan dari penjajaran atau
123
Ibid.
124
Usep Kustiawan, Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini (Malang:
Gunung Samudra, 2016), hlm. 6-7
125
Ibid.
126
Hajar Pamadhi dan Evan Sukadi, Seni Keterampilan Anak. (Yogyakarta:
Universitas Terbuka, 2010), hlm. 5
49

keberadaan beberapa unsur yang asing satu sama lainnya.”127


Jika menarik pengertian dari perspektif seni rupa, maka kata kolase
dapat diartikan menjadi:

“Kolase merupakan salah satu karya dalam seni rupa. Kolase


adalah teknik menempel berbagai macam unsur kedalam satu
frame sehingga menghasilkan karya seni yang baru. Sumanto
mengungkapkan bahwa kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat
dengan menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan
menempelkan bahan-bahan tertentu.”128

Dari keterangan yang ada di atas, maka dapat pula ditegaskan


makna diksi kolase dari pandangan seni rupa sebagai berikut:

“Kolase juga dapat merupakan teknik dalam sebuah gambar.


Kolase merupakan penggunaan media-media yang dapat dipakai
sebagai unsur seni rupa.”129

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa: “Kolase


merupakan teknik yang kaya akan aktivitas berfikir kreatif dalam
menyusun benda-benda pada pola atau gambar yang menghasilkan
keindahan. Tentunya hal ini memungkinkan untuk mengembangkan
kreativitas anak. Dalam kolase yang paling menonjol adalah unsur
menghiasnya.”130
Kolase berasal dari bahasa Perancis, yaitu: "Coller yang berarti lem
/tempel, jadi bisa dikatakan Kolase adalah sebuah teknik menempel
unsur-unsur yang berbeda (bisa berupa kain, kertas, kayu, dan lain-lain)
ke dalam sebuah frame sehingga menghasilkan sebuah karya seni yang
baru.”131
Secara umum kolase adalah teknik menggabung beberapa objek

127
Jim Supangkat, Ikatan Silang Budaya Seni Serat Biranul Anas (t.tt: Art Fabrics,
2006), hlm. 64
128
Ibid.
129
Sumnto, Pengembangan kreativitas Seni Rupa Anak Sekoah Dasar (Jakarta:
Depdiknas, 2006), hlm. 94
130
Ibid.
131
Ibid
50

menjadi satu. Tidak hanya asal jadi, tapi objek–objek itu harus mampu
bercerita untuk menciptakan kesan tertentu.

“Kolase merupakan perkembangan lebih lanjut dari seni lukis. Di


mana pada awal abad ke-20 para perupa sering menambahkan
(menempelkan) unsur-unsur yang berbeda ke dalam lukisan
mereka seperti potongan-potongan kain, kayu ataupun kertas
koran, namun memang ada perbedaan yang sangat signifikan
antara seni kolase dan seni lukis.132 Kolase ialah gambar yang
dibuat dari potongan kertas atau material lain yang ditempel.”133

Banyak inspirasi terkait apa saja bahan-bahan yang bisa dijadikan


sebagai sarana untuk kegiatan kolase. Beberapa bahan atau media yang
bisa digunakan antara lain misalnya:
“Anak Taman Knak-Kanak latihan membuat kolase bisa
menggunakan bahan sobekan kertas, sobekan majalah, koran,
ketas lipat dan bahan bahan yang ada dilingkungan sekitar. Ini
adalah alasan para guru untuk tidak membuang barang bekas
disekitar mereka. Barang-barang bekas dapat digunakan sebagai
media anak didik untuk mengembangkan kreativitasnya.”134

Dari beberapa uraian di atas, maka dapatlah dipahami bahwasanya


kolase masuk dalam ketogori kegiatan seni yang mampu meningkatkan
daya kreasi sang anak apabila dilakukan dengan cara yang baik dan
benar.
“Berkarya kreatif sebagai upaya pengembangan kemampuan dasar
bagi anak Taman Kanak-Kanak berkarya melalui kegiatan kolase
dengan mengenali sifat bahan/alat tersebut dapat melatih
keterampilan kreatif anak dalam berekspresi membuat bentuk
karya. Hasil pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa
media kolase adalah alat untuk menyampaikan pembelajaran
melalui kegiatan menempel supaya lebih mudah untuk dipahami

132
Muslihatun, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hlm. 50
133
Sue Nicholson, Membuat Kolase (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2005),
hlm. 4
134
Ibid.
51

oleh peserta didik.”135

e. Peralatan untuk Teknik Kolase


Kolase cukup sering menjadi bagian kegiatan di dalam dunia
pendidikan pada level taman kanak-kanak. Kegiatan kolase ini kemudian
dapat membuat anak-anak didik aktif menggerakan tangan dan menempel
bahan-bahan dengan perasaan senang.
“Teknik kolase dalam kelas biasanya adalah teknik berolah seni
rupa yang akan menggabungkan teknik melukis (menggambar
dengan tangan) dengan keterampilan menyusun dan merekatkan
bahan-bahan pada kertas gambar/bidang dasar yang digunakan,
sampai dihasilkan tatanan yang unik, menarik dan berbeda
menggunakan bahan kertas, bahan alam dan bahan bekas.”136

Dalam melakukan teknik kolase anak usia dini dapat memanfaatkan


apa yang ada di bumi (bahan alam) seperti dedaunan, biji-bijian,
bebatuan, ranting dan sebagainya. Pemahaman ini diambil dari penjelasan
Al-Maraghi dalam qur’an surah Al-Baqarah: 30 sebagai berikut:

Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-
Baqarah : 30).

Potongan ayat diatas memberikan pelajaran kepada manusia agar


dengan arif menggunakan kekayaan alam semsta yang telah
dianugerahkan oleh Allah SWT kepadanya. Dimana Allah telah

135
Ibid.
136Ibid.
52

memberikan keleluasaan kepada manusia sebagai soerang khlaifah yang


dapat menggunakan kemampuan itu atau posisi itu sebagai caranya untuk
memlihara alam dan menggunakan alam ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun bentuk cara manusia dalam memanfaatkan alam dengan dua
cara, yaitu:

“1) dengan cara memanfaatkan materi yang ada di bumi untuk


mendukung kelangsungan hidup jasmaniah, seperti penggunaanya
sebagai bahan makanan atau perhiasan dalam kehidupan duniawi;
2) dengan cara merenungkan dan mengambil pelajaran terhadap
sesuatu yang tak dapat digapai oleh tangan secara fisik yang
dengan cara demikian akan dapat mengetahui kekuasaan Allah
yang menciptakannya dan yang demikian bermanfaat sebagai
santapan jiwa.”137

Berdasarkan uraian dari kedua pendapat di atas untuk


memfokuskan bahan yang aman dan menarik serta mudah didapatkan
dalam pembuatan kolase untuk anak di Taman Kanak-Kanak antara lain
adalah:
“Menggunakan alat bidang dataran berupa kertas HVS, kertas
gambar, lem fox, lem kertas, gunting dan pensil, serta
menggunakan bahan alam dan kertas seperti kertas lipat, kertas
bungkus kado, koran bekas, majalah bekas, daun kering, kulit buah
salak, kulit kuaci, biji kedelai hitam, biji kedelai kuning, beras hitam
dan biji kacang hijau, daun pisang danlain sebagainya. Adapun
bahan-bahan yang perlu digunakan dalam pembuatan kolase
seperti: biji-bijian, daun, kapas, ampas kelapa.”138

1) Biji-bijian
Biji-bijian ini banyak jenisnya, bentuk, ukuran, warna, dan tekstur.
Biji-bijian (jagung, kacang hijau, kacang merah, kedelai) ini hendaknya
dikeringkan terlebih dahulu supaya teksturnya tidak berubah.

2) Daun

137Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Jilid II (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), hlm.
74-75
138
Ibid.
53

Daun meimiliki banyak jenis dalam penelitian ini peneliti


menggunakan daun pisang, sebelum digunakan daun pisang dikeringkan
terlebih dahulu supaya mudah untuk di tempel ke pola yang sudah
disiapkan.

3) Kapas
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi beberapa jenis biji,
sebelum kapas digunakan untuk pembelajaran kapas-kapas tersebut
dibentuk menjadi lingkaran supaya anak mudah untuk menempelkan.
4) Ampas Kelapa
Ampas kelap adalah sisa dari kelapa yang sudah diampil
santannya, menggunakan ampas kelapa ini sebelumya di keringkan
terlebih dahulu supaya tidak berbau dan mudah untuk ditempel.
“Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di Taman kanak-
kanak tentu akan berbeda dengan bahan pembuatan kolase pada
umumnya. Tetapi dalam prinsip pembuatannya dan prinsip
kerjanya, baik untuk kolase pada Taman kanak-kanak maupun
pada umumnya adalah sama.”139

Salah seorang ahli yang bernama Sumanto beliau memberikan


keterangan tambahan yakni:
“Bahan pembuatan kolase di Taman kanak-kanak dengan
menggunakan bahan sobekan/potongan kertas koran, kertas
majalah, kalender kertas lipat kertas berwarna atau bahan-bahan
yang tersedia di lingkungan sekitar. Hajar Pamadhi dan Evan
Sukardi menambahkan bahan pembuatan kolase yaitu kertas, kain,
gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua, potongan
kayu dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet, benang, manik-
manik, atau masih banyak media lain. Dari kedua pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan yang dapat digunakan

139Ibid.
dalam pembuatan kolase untuk anak Taman kanak-kanak adalah
berupa bahan alam, bahan buatan dan bahan kertas.”140

Berdasarkan uraian dari kedua pendapat di atas diperoleh informasi


bahwa ada banyak sekali bahan-bahan di alam yang bisa dijadikan
sebagai kegiatan kolase bagi anak-anak di sekolah. Akan tetapi tetap
harus berhati-hati dan mempertimbangkan aspek-aspek kesehatan dan
keamanan dari bahan-bahan tersebut. Jangan sampai atas nama
kreativitas, maka dapat membahayakan keselamatan dari anak-anak didik.

“Untuk memfokuskan bahan yang aman dan menarik serta mudah


didapatkan dalam pembuatan kolase untuk anak di Taman kanak-
kanak menggunakan alat bidang dasaran berupa kertas HVS,
kertas gambar, lem kayu, lem kertas, gunting dan pensil, serta
menggunakan bahan alam dan kertas seperti kertas lipat, kertas
bungkus kado, koran bekas, majalah bekas, kertas krep, daun
mangga, daun pakis, daun cemara, daun nangka, kulit bawang
merah, kulit bawang putih, biji kedelai hitam, biji kedelai kuning, biji
jagung dan biji kacang hijau.”141

f. Tahapan Teknik Kolase


Dalam penelitian ini langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan
kolase adalah:
“a) Guru menyiapkan alat untuk membuat kolase, guru menjelaskan
kepada anak-anak tentang alat dan bahan yang akan digunakan
untuk membuat kolase. b) Guru membagi anak dalam kelompok
kecil yang dalam satu kelompok berisi 3-5 anak. Guru membagikan
alat dan bahan kepada anak-anak serta memberi pengarahan untuk
melakukan kegiatan dengan tertib dan teratur. d) Guru merangsang
kreativitas anak dengan melakukan tanya jawab tentang hasil karya
yang pernah anak lihat berkaitan dengan kolase sehingga anak
mempunyai gambaran atau konsep tertentu dan mampu
mengembangkan ide-idenya untuk diwujudkan dalam bentuk hasil
karya. e) Guru memberi kesempatan pada anak untuk membuat
kolase dengan alat dan bahan yang disediakan sesuai dengan ide
atau gagasan yang dimiliki. Kegiatan yang dilakukan adalah anak
diminta untuk menggambar dan menempel bahan-bahan yang
tersedia sesuai dengan kreativitas masing-masing

140
Evan Sukardi Media Pembelajaran Taman Kanak-kanak (Jakarta: Persada Press,
141
Ibid.
2010), hlm. 539

139Ibid.
anak. f) Selama kegiatan berlangsung guru sebagai peneliti dan
kolaborator berkeliling mengamati kerja anak. Apakah anak mampu
membuat, mencipta karya sendiri atau meniru temannya. Guru juga
memberi pengertian bahwa hasil karya asli adalah hasil karya yang
terbaik daripada hasil karya mencontoh. Selain itu guru juga
memberi motivasi kepada anak agar mampu membuat hasil karya
sesuai keinginannya. Serta mendampingi, memberi semangat dan
memotivasi anak sampai bisa menciptakan karya yang sesuai
dengan imajinasinya. Guru mewawancarai hasil karya anak yang
dibuat. g) Guru menghargai ide anak dengan memberikan
penguatan dan reward, berupa acungan jempol, tanda bintang dan
sebagainya kepada anak saat kegiatan berlangsung sehingga anak
lebih termotivasi.”142

Adapun tahapan pembuatan kolase diantaranya sebagai berikut : a.


Siapkan pola bergambar b. Siapkan beberapa bahan yang ingin di
tempelkan kepola tersebut seperti kapas, biji-bijian, ampas kelapa dan
lain-lain. c. Berikan lem pada pola yang yang telah disediakan kemudian
rekatkan bahan yang telah disiapkan ke pola tersebut.143 Tahapan
pembuatan media kolase sangatlah sederhana dan mudah untuk
dilakukan dengan tahapan seperti di atas maka kegiatan ini dapat
diandalkna bagi anak-anak yang masih erada pada fase pra sekolah.
Menurut Sumanto langkah langkah guru dalam mengajarkan
pembuatan karya kolase di Taman kanak-kanak adalah sebagai berikut:
144

“1. Guru menyiapkan kertas gambar/karton sesuai ukuran yang


diinginkan, menyiapkan bahan yang akan ditempelkan, lem dan
peralatan lainnya. 2. Bahan membuat kolase disesuaikan dengan
kondisi lingkungan setempat, untuk lingkungan desa gunakan
bahan yang mudah ditempelkan. Misalnya daun kering, batang
pisang kering dan lainnya. Untuk lingkungan kota gunakan bahan
buatan, bahan limbah, bekas dengan pertimbangan lebih mudah di
dapatkan. 3. Guru memandu langkah kerja membuat kolase dimulai
dari, menyiapkan bahan yang akan ditempelkan, memberi lem pada
bahan yang akan ditempelkan dan cara menempelkan bahan yang

142
Silvana Solichah, Keterampilan Keterampilan Kolase (Yogyakarta: Jakarta:
Gramedia, 2014), hlm. 7-8
143
Nidaul Manafiah, Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Multiple
Intelegence (Jawa Tengah: Mangku Bumi, 2018), hlm. 252
144
141
Sumanto,
Ibid. (2005), hlm. 96
56

telah diberi lem sampai menjadi kolase. 4. Guru diharapkan juga


mengingatkan pada anak agar dapat melakukannya dengan tertib
dan setelah selesai merapikan/membersihkan tempat belajarnya.”

Dalam penelitian ini langkah yang dilakukan guru dalam kegiatan


kolase adalah:
“Sebenarnya ada enam langkah yang dapat dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan kolase dengan mudah, (1) Guru menyiapkan alat
untuk membuat kolase seperti kertas untuk bidang dasaran, gunting dan
lem, serta bahan yang akan digunakan pada hari tersebut. Guru
menjelaskan kepada anak-anak tentang alat dan bahan yang akan
digunakan untuk membuat kolase; (2) Guru membagi anak dalam
kelompok kecil yang dalam satu kelompok berisi 3-4 anak. Guru
membagikan alat dan bahan kepada anak-anak serta memberi
pengarahan untuk melakukan kegiatan dengan tertib dan tidak berebut.
(3) Guru merangsang kreativitas anak dengan melakukan tanya jawab
tentang hasil karya yang pernah anak lihat berkaitan dengan kolase
sehingga anak mempunyai gambaran atau konsep tertentu dan mampu
mengembangkan ideidenya untuk diwujudkan dalam bentuk hasil karya.
(4) Guru memberi kesempatan anak untuk membuat kolase dengan alat
dan bahan yang disediakan sesuai dengan ide atau gagasan yang dimiliki.
Kegiatan yang dilakukan adalah anak diminta untuk menggambar dan
menempel bahanbahan yang tersedia sesuai dengan kreativitas masing-
masing anak. (5) Selama kegiatan berlangsung guru sebagai peneliti dan
kolaborator berkeliling mengamati kerja anak. Apakah anak mampu
membuat, mencipta karya sendiri atau meniru temannya. Guru juga
memberi pengertian bahwa hasil karya asli adalah hasil karya yang terbaik
daripada hasil karya mencontoh. Selain itu guru juga memberi motivasi
kepada anak agar mampu membuat hasil karya sesuai keinginannya.
Serta mendampingi dan memberi semangat dan memotivasi anak sampai
bisa menciptakan karya yang sesuai dengan imajinasinya. Guru
mewawancarai hasil karya anak yang dibuat. (6) Guru menghargai ide
anak dengan memberikan penguatan dan reward , berupa acungan
jempol, tanda bintang dan sebagainya kepada anak saat kegiatn
berlangsung sehingga anak lebih termotivasi.”145
g. Manfaat Teknik Kolase

145Ibid.
Banyak manfaat yang bisa ditimbulkan dalam kegiatan kolase bagi
anak-anak, yaitu:
“Melatih motorik halus anak yaitu melatih keterampilan jari-jemari
anak, melatih konsentrasi anak, anak dapat mengenal warna dan
memadukannya sesuai selera, anak dapat mengenal bentuk dari
pola-pola yang ia tempel atau ia gunting, anak dapat mengenal
aneka jenis bahan dalam melakukan teknik kolase, mengenal sifat
bahan yang disediakan, dan melatih ketekunan serta kesabaran
dalam melakukan teknik kolase sehingga menghasilakan suatu
karya yang menarik.”146

Dapat disimpulkan bahwa: “Teknik kolase mempunyai manfaat


yang banyak bagi perkembangan anak seperti perkembangan kreativitas
anak, perkembanganmotorik halus, perkembangan otak, melatih
konsentrasi, melatih ketekunan dan kesabaran anak usia dini. Teknik
kolase merupakan aktivitas yang menstimulus perkembangan kreativitas
anak seperti menghias gambar, memadupadankan warna dan jenis
bahan, menyesuaikan bentuk atau pola sehingga dapat menjadi karya
yang indah.”147
h. Kelebihan Kolase
Adapun kelebihan melalakukan kegiatan kolase diantaranya
adalah: melatih konsentrasi, mengenal warna, mengenal bentuk.148

1) Melatih konsentrasi: kegiatan menempel ini membutuhkan konsentrasi


serta dan saling kerjasama antara tiap anggota tubuh anak dan
kegiatan ini akan sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak.149
2) Sang anak juga bisa mengenal adanya aneka warna melalui kegiatan

146
Ammy Ramadhan, Triyuni, Asyik Bermain Sambil Berkreasi (Yogyakarta: Pustaka
Grathama, 2012), hlm. 4
147
Ibid.
148
Ika Nur Subekti, Peningkatan Motorik Halus Anak Kelompok B Melalui Metode
Demonstrasi Proses Kreasi Kolase Kulit Bawang di TK Dharma Indra II Sumbersari
Kabupaten Jember tahun Ajaran 2016/2017 (Jember: Universitas Jember, 2007), hlm. 30
149
Yani Mulyani, Kemampuan Fisik, Seni dan Manajemen Diri (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2007), hlm. 30
58

kolase.150
3) Dengan kolase, anak-anak juga bisa mengenali bermacammacam
seperti bentuk geometri, hewan, tumbuhan, kendaraan dan lain
sebagainya.151

5. Kolase dan Kreativitas Anak


Adapun pengertian dari kreativitas dalam penelitian ini yaitu:
“Kemampuan dari seorang anak untuk menciptakan yang juga
diungkapkan dalam kertas yang mana perwujudannya adalah sebuah pola
gambar yang dapat berupa tiruan objek, bentuk ataupun fantasi/hasil
imajinasi anak didik yang lengkap dengan garis, bidang, warna, dan
tekstur sederhana yang merupakan hasil gagasan, ide-ide kreatif,
pemikiran, dan konsep asli buatan anak.” 152
Adapun secara umum definisi dari kata kreativitas diartikan
sebagai: “Kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.” Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dijelaskan pula bahwa: “Kreativitas adalah kemampuan untuk
mencipta.”153 Adapun ahli yang bernama Hurlock menyatakan bahwa:
“Kreativitas adalah kemampuan daripada seseorang untuk
menghasilkan sebuah komposisi, atau produk, atau gagasan apa
saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak pernah
dikenal siapa yang membuatnya atau pembuatnya, dapat berupa
kegiatan imajinatif dan sintesis pemikiran yang hasilnya bukan
hanya perangkuman semata-mata melainkan sebuah inovasi”.154

150
Meta Hanindita, Play and Learn (Yogyakarta: CV. Paramitra media, 2015), hlm.
154
151
Nur Halimah, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Kegiatan Kolase dengan Berbagai Media pada Anak Kelompok B3 di TK ABA Ngoro-
ngoro Patuk Gunung Kidul (Yogyakarta: UIN Yogyakarta, 2016), hlm. 20
152
Ibid
153
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), hlm. 456
154
Hurlock, Psiologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 4
59

Kreativitas juga haruslah mencakup suatu pembentukan pola yang


baru sehingga dengan daya kreativitas ini akan menghasilkan apa yang
disebut sebagai inovasi.
“Gabungan dari informasi yang diperoleh langsung dari
pengalaman empris yang didapat sebelumnya serta perpaduan
antara hubungan lama kepada suatu situasi baru atau new dan
mencakup pembentukan hubungan yang korelasi dan baru yang
harus mempunyai maksud serta tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.”155

Sebagai informasi tambahan, dalam Departemen Pendidikan


Nasional atau depdiknas, telah juga dijelaskan bahwa:
“Kreativitas itu diartikan sebagai sebuah proses kontinyu yang
mampu melahirkan gagasan-gagasan, ide, pemikiran, konsepsi,
dan atau langkah-langkah baru pada diri seseorang.156 Kemudian
ditambahkan pula di dalam Kamus Webster dalam Anik Pamilu
yang membei keterangan bawaha, kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk mencipta yang ditandai dengan orisinalitas dalam
berekspresi yang bersifat imajinatif.” 157

Berdasarkan keterangan di atas telah dapat kita dapati suatu


informasi awal tentang apa itu kreativitas. Namin, ada lagi informasi
tambahan yang masih berkaitan dengan kreativitas, menurut Rotherberg
(dalam Departemen Pendidikan Nasional, yang mana beliau
menerangkan:
“Kreativitas adalah merupakan suatu kemampuan yang spesifik
untuk menghasilkan ide atau gagasan dan alternative solusi yang
baru dan berguna usfefull untuk memecahkan suatu masalah dan
ataupun tantangan yang tengah dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan adapun Kintz dan Bruning dalam Departemen
Pendidikan Nasional juga menambahkan bahwa beliau menyatakan
bahwa kreativitas merupakan fungsi berbagai faktor dan ciri
kemampuan mental intelektual individual.” 158

155
Ibid.
156
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 9
157
Anik Pamilu, Mengembngkan Kreativitas dan Kecerdsan Anak (Jakarta: Buku Kita,
2007), hlm. 9
158
Ibid
60

Adapun karatterisitik atau ciri dan kemampuan mental seseorang


itu sebenarnya dapat diamati oleh seseorang guru secara langsung:
“Kreativitas anak bisa dilihat atau diobservasi melalui proses
berpikir secara mendlam dan divergen, konvergen, menghayati,
dan lalu kemudian merasakan yang terungkap melalui bahasa
(artinya melalui kata-kata yang keluar dari lisan seseorang), simbol
(sikap ataupun penampilan yang menampakkan diri), gambar, atau
perilaku motorik (bisa juga melalui sikap dan gerak-gerik yang
ditampilkan di depan public).”159

Sementara itu adapula teori (kecerdasan intelektual) yang Torrance


dan White yang juga memberikan arti kreativitas sebagai berikut:
“Kreativitas adalah suatu proses dan fungsi dari berbagai kemampuan
kognitif (intelektual), khususnya kemampuan dan kompetensi dari berpikir
kreatif out of the box dalam memecahkan masalah dan problmatika yang
membentang dalam hadapan diri seseorang.” Dari paparan di atas maka
dapatlah kita mengeri apa itu kreativitas yang sangat berkaitan erat dianya
dengan kata kognisi.
“Kreativitas adalah sebuah proses dan hasil belajar individu
seseorang terhadap lingkungan di sekitar mereka. Jadi pada
kesimpulannya dapat penulis nyatakan sebenarnya kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk mencipta yang ditandai
dengan orisinalitas keaslian dari produk yang ia buat atau rancang,
atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru atau karya
inovasi, yang mana karya itu sebelumnya tidak dikenal
pembuatnya, baik berupa kegiatan imajinatif dan sintesis pemikiran
yang hasilnya bukan hanya perangkuman semata-mata melain
memang benar-benar something new.”160

Adapun para ahli disini telah berpendapat bahwa: “Kreativitas


ternyata memiliki beberapa ciri-ciri dan karakteristik yang mana dari ciri-ciri
tersebut biasanya dapat dilihat dari sifat dan sikap seseorang.” Hurlock
kemudian menambahkan pula bahwasanya ciri khas dari kreativitas
adalah:
“Ciri daripada kreativitas tersebut antara lain, yaitu; (1) Kreativitas
itu merupakan proses, bukan hasil, jadi di dalam sebuah kegiatan

159
Ibid.
160Ibid.
61

itulah akan memunculkan kreasi bukan setelah akhir dari suatu


pekerjaan, melainkan saat pekerjaan itu sedang berlangsung. (2)
Kreativitas itu adalah proses itu mempunyai tujuan akhir, yang
mendatangkan keuntungan bagi orang itu sendiri atau kelompok
sosialnya baik itu berupa keuntungan pribadinya, maupun
keuntungan bagi orang lain disekitarnya berupa reward atau
keuntungan finansial atas penghargaan dari kreatifitasnya tersebut.
(3) Kreativitas itu tentu saja akan mengarah kepada penciptaan
sesuatu yang baru atau something new, unik dan berbeda, dan
karenanya unik bagi orang itu, baik itu berbentuk lisan (artinya
kemampuan komunikasinya yang sangat fasih) atau tulisan
(kemampuan dalam pemilihan kata-katanya yang luar biasa),
maupun konkret atau abstrak (daya imajinasinya yang sangat
kompleks dan rumit).”161

Kreativitas timbul dari pemikiran divergen (beragam dan rumit),


sedangkan konformitas dan pemecahan masalah sehari-hari timbul dari
pemikiran konvergen maka sangat wajar jika orang yang kreatif itu selalu
menemukan solisu yang out of the box.
“Kreativitas juga adalah merupakan suatu cara berpikir; tidak
sinonim dengan kecerdasan karena memang Einstein sendiri
mengakui bahwasanya kreatifitas itu lebih tinggi nilainya dari
kecerdasan, yang mana kreativitas itu juga mencakup kemampuan
mental selain berpikir.Kreativitas juga adalah suatu kemampuan
untuk mencipta yang bergantung pada perolehan dan pengetahuan
yang dapat diterima dengan baik. Kreativitas juga adalah
merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan dan tidak
semabrangan dalam arti ia bertujuan yang menjurus ke arah
beberapa bentuk prestasi, misalnya kegiatan melukis sesuatu,
membangun dengan balok atau media seni rupa lainya, atau
melamunkan sesuatu.”162

Dijelaskan pula bahwasanya ciri –ciri yang telah disebutkan di atas


tadi, harus terjalin erat satu sama lain, tidak boleh ada poin yang hilang
diantaranya. Sementara itu seorang ahli yang bernama Guilford
mengemukakan sifat-sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif,

yaitu sebagai berikut:163

161
Ibid.
162
Ibid.
163Departemen Pendidikan Nasional, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 9
62

2) “Kelancaran (fluency), merupakan kemampuan untuk menghasilkan


banyak gagasan. Keluwesan (flexibility), merupakan kemampuan untuk
mengemukakan beragam pemecahan masalah.
2) Keaslian (originality), merupakan kemampuan untuk mencetuskan
gagasan dengan cara-cara yang asli.
3) Kerincian (elaboration), merupakan kemampuan untuk menguraikan
sesuatu secara rinci.
4) Perumusan kembali (redefinition) merupakan kemampuan untuk
meninjau suatu persoalan berdasarkan sudut pandang yang berbeda
dengan apa yang sudah diketahui oleh orang lain.”

Seorang ahli yang bernama Anik Pemilu juga mengatakan bahwa


ciri-ciri anak kreatif biasanya memiliki sifat-sifat yang antara lain dapat
diterangkan sebagai berikut: “Selalu ingin tahu, kemudian memiliki minat
yang luas dan suka melakukan aktivitas yang kreatif.”164
Selanjutnya masih juga diterangkan oleh Anik Pamilu yang
mendeskripsikan tentang ciri seseorang dikatakan kreatif itu sebenarnaya
adalah sebagai berikut:165

1) “Memiliki spontanitas dan energi yang luar biasa;


2) Memiliki sifat sebagai petualang;
3) Memiliki rasa humor yang tinggi;
4) Dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut;
5) Memiliki kemampuan untuk menciptakan suatu ide yang baru, konsep-
konsep ataupun keinginan-keinginan yang diimajinasikan yang
dituangkan menjadi berbagai penemuan, karya sastra, ataupun seni.”

Adapun yang dinyatakan oleh ahli lainnya yang bernama Sumanto


menegaskan lagi bahwasanya: “Dalam proses penciptaan sebuah karya
dari kreativitas menggambar bukan hanya berupa wujud kepandaian
secara fisik saja melainkan sejak dalam proses berkaryanya juga
dipandang, bahkan juga termasuk kemampuan mencurahkan segenap
potensi pribadi, baik berupa bakat, kepekaan, pengalaman, dan
sebagainya.”

164Anik, Mengembangkan Kreativitas dan Kecerdasan Anak (Jakarta: Buku Kita,


2007), hlm. 15
165
Ibid., hlm. 16-17
63

Salah seorang ahli yang bernama Sumanto menyebutkan bahwa


proses penciptaan sebuah karya kreatif tersebut adalah dapat dilihat dari
beberapa hal sebagai berikut: “(1) Mengolah media ungkap sesuai alat
yang digunakan sewaktu berkarya; (2) Ketepatan dalam mewujudkan
gagasan ke dalam karya; dan (3) Kecekatan atau keahlian tangan dalam

menerapkan teknik-teknik dalam berkarya.” 166

Mengacu kepada pemaparan yang telah dibentngkan sebelumnya


maka sebenarnya dapatlah dapat ditarik suatu pemahaman bahwa
sebenarnya kreativitas telah memiliki karakteristik yakni:
“Kreativitas menggambar merupakan proses yang mengarah pada
sebuah penciptaan sesuatu hal yang baru. Penciptaan tersebut
timbul dari sebuah pemikiran, dan juga merupakan suatu cara
berpikir, kemampuan untuk mencipta gambar-gambar unik yang
dihasilkan dari gagasan-gagasan dan originalitas yang benarbenar
menunjukkan keasliannya, serta merupakan bentuk imajinasi yang
luas dan kreatif.”

Adapun yang menjadi aspek-aspek kreativitas yang digunakan


fundamen untuk melakukan pembentukan instrument (alat) dalam tesis ini
adalah sebagai berikut:
“(1) Kelancaran (fluency), merupakan kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan; (2) Keaslian (originality),
merupakan kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-
cara yang asli; (3) Kerincian (elaboration), merupakan kemampuan
untuk menguraikan sesuatu secara rinci. Sementara untuk: (4)
Keluwesan (flexibility), merupakan kemampuan untuk
mengemukakan beragam pemecahan masalah, dan (5) Perumusan
kembali (redefinition) merupakan kemampuan untuk meninjau
suatu persoalan berdasarkan sudut pandang yang berbeda dengan
apa yang sudah diketahui oleh orang lain, tidak digunakan sebagai
dasar pembuatan instrument penelitian karena dirasa hal tersebut

166
Sumanto, Pengembangan Kreativitas seni Rupa (Jakarta: Dirjen dikti, 2006), hlm.
10
64

kurang sesuai jika di ukur dengan kemampuan pada tahap


perkembangan pendidikan anak usia dini.”167
B. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan hasil penelusuran peneliti terhadap beberapa literatur
terdahulu yang juga berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti
menemukan adanya beberapa referensi yang dapat menunjang penelitian
ini untuk dapat ditindaklanjuti. Kemudian dari literatur-literatur yang penulis
temukan, terdapat titik persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan. Letak persamaan dan perbedaan dari literatur-
literatur tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Ahem Kasta (Jurnal)
Fokus yang dikaji di dalam penelitian yang disusun oleh Kasta
antara lain: “Kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekpresikan
dan mengaktualisasikan indentitas individu dalam bentuk terpadu antara
hubungan diri sendiri, alam dan orang lain. Hal ini jelas bahwa kreativitas
terbentuk karena adanya rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya.
Tanpa ada rangsangan maka akan sulit tercipta sebuah kreativitas.”168
Pengamatan dalam penelitian yang dilakukan diperoleh data:
“Perkembangan kreativitas seni anak di TK Aisyiyah belum berkembang
secara optimal, strategi pembelajaran yang diterapkan guru belum mampu
mengembangkan kreativitas seni anak, teknik memupuk kreativitas seni
yang digunakan belum sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan, kurangnya media yang digunakan oleh guru, evaluasi
pembelajaran belum optimal dalam melihat hasil pembelajaran. Metode
kolase terbukti dapat meningkatkan kemampuan kreatifitas anak dalam

kegiatan seni.”169

167
Ibid.
168
Ahem Kasta, “Peningkatan Kreativitas Seni Anak Melalu iKolase dengan
Menggunakan Daun Pisang di TK Aisyiyah Talaok.” Jurnal JRTI. Vol III.No. 2 (2018), hlm.
126
169
Ibid.
Hasil yang diperoleh dari temuan penelitian Kasta adalah: “Anak
dapat mengenal teknik kolase dengan berbagai media, menempel dengan
berbagai media sesuai dengan pola guru, dan menempel dengan berbagai
media dengan rapi.Kegiatan ini dapat melatih imajinasi, melatih membuat
irama, melatih rasa kebersamaan melalui kerja kelompok, dan
meningkatkan untuk mengutarakan pendapat, meningkatkan apresiasi ide-

ide baru dan lain sebagainya.”170

2. Miky Chiang dkk (Jurnal)


Penelitian yang dilakukan oleh Chiang adalah benrbentuk jurnal.
Metode yang digunakan adalah: “Metode deskriptif dengan bentuk
Penelitian Tindakan Kelas. Siklus Tindakan Kelas terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dengan
menggunakan pedoman observasi, panduan wawancara dan
dokumentasi.”171
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan hasil analisis data
maka secara umum dapat disimpulkan temuan bahwa: “Peningkatan
kreativitas dapat dilakukan melalui pembelajaran kolase dengan
menggunakan bahan alam pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-
Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau. Secara khusus dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1). Perencanaan pembelajaran untuk
meningkatkan kreativitas melalui pembelajaran kolase dengan
menggunakan bahan alam dikategorikan baik; (2). Pelaksanaan
pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas melalui pembelajaran kolase
dengan menggunakan bahan alam dikategorikan sangat baik; (3). Hasil

170
Ahem Kasta, “Peningkatan Kreativitas Seni Anak Melalu iKolase dengan
Menggunakan Daun Pisang di TK Aisyiyah Talaok.” Jurnal JRTI. Vol III.No. 2 (2018), hlm.
126
171
Miky Chiang, M. Syukri, dan Halida. Peningkatan Kreativitas Melalui Pembelajaran
Kolase dengan Menggunakan Bahan Alam pada Anak Usia 5-6 Tahun (Pontianak: FKIP
Untan, t.th), hlm. 1
66

peningkatan kreativitas melalui pembelajaran kolase dengan menggunakan


bahan alam dikategorikan berkembang sesuai harapan.”172

3. Citra Rosalyn Anwar (Jurnal)


Jurnal yang telah disusun oleh Anwar mengamati beberapa hal
yaitu: “Kreativitas sangat dibutuhkan karena banyak permasalahan serta
tantangan hidup yang menuntut kemampuan adaptasi secara kreatif dan
kepiawaian dalam mencari pemecahan masalah yang imajinatif. Anak
kreatif dan cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu
pengarahan salah satunya dengan memberi kegiatan yang dapat
mengembangkan kreativitas anak.”173
Anwar juga menjelaskan dalam jurnalnya bahwa: “Kemampuan
kreativitas anak menjadi salah satu hal yang dikembangkan di pendidikan
anak usia dini. Salah satu kegiatan yang menarik dan dapat
mengembangkan kreativitas anak yaitu melalui pembuatan kolase dari
barang bekas. Kegiatan kolase yang merupakan kegiatan berseni rupa
yang diwujudkan dengan teknik menempel dan menyusun bahan yang
disediakan.”174
Alasan beliau menggunakan kegiatan kolase antara lain adalah
karena: “Pemilihan kegiatan kolase untuk meningkatkan kreativitas anak
karena dengan kegiatan ini anak dapat berkreasi sesuai dengan minat
masing-masing dan menarik bagi anak, selain itu murah dan mudah
karena bahan-bahan tidak membutuhkan banyak biaya, sebab
menggunakan barang-barang bekas yang banyak ditemukan di

lingkungan sekitar.”175

172
Miky Chiang, M. Syukri, dan Halida. Peningkatan Kreativitas Melalui Pembelajaran
Kolase dengan Menggunakan Bahan Alam pada Anak Usia 5-6 Tahun (Pontianak: FKIP
Untan, t.th), hlm. 1
173
Citra Rosalyn Anwar, Karta Jayadi, Arifin Manggu. “Kolase Barang Bekas untuk
Kreativitas Anak (Taman Kanak-kanak Nurul Taqwa Makassar).” Jurnal Ilmu Pendidikan,
Keguruan, dan Pembelajaran, Vol. I, No. 1. (2018), hlm. 53
174
Ibid.
175
Ibid.
67

Temuan penelitian beliau antara lain adalah: “Tulisan ini merupakan


sebuah hasil penelitian yang dilakukan di salah satu Taman Kanak-kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau juga mengacu pada kajian
terhadap berbagai literature, hasil penelitian yang berupa data-data serta
berbagai teori yang dihimpun. Data yang dihimpun dalam artikel ini berasal
dari penelitian dan berbagai sumber yang ditelusuri dengan metode ilmiah

kualitatif.”176

4. Azuratul Husnah (Karya Ilmiah)


Husnal melakukan riet dalam bentuk karya ilmiah dan memiliki
tujuan pokok dalam penelitiannya yaitu: “Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui 1) kreativitas anak kelompok B sebelum dilakukannya teknik
kolase di TK.Islam Terpadu Insan Madani, 2) pelaksanaan teknik kolase
dalam meningkatklan kreativitas anak kelompok B di TK. Islam Terpadu
Insan Madani, 3) ada peningkatan kreativitas setelah dilakukannya teknik
kolase pada anak kelompok B di TK. Islam Terpadu Insan Madani.”177
Husna melakukan risetnya dalam lingkup penelitian berikut ini:
“Teknik penelitian yang dilakukan adalah PTK (penelitian tindakan kelas).
Subjek pada penelitian ini adalah 14 anak kelompok B TK. Islam Terpadu
Insan Madani Bandar Setia yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 7 anak
perempuan. Target keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila
perhitungan persentase menunjukkan 75% anak mengalami peningkatan

kreativitas melalui teknik kolase.”178

176
Citra Rosalyn Anwar, Karta Jayadi, Arifin Manggu. “Kolase Barang Bekas untuk
Kreativitas Anak (Taman Kanak-kanak Nurul Taqwa Makassar).” Jurnal Ilmu Pendidikan,
Keguruan, dan Pembelajaran, Vol. I, No. 1. (2018), hlm. 53
177
Azuratul Husnah, “Peningkatan Kreativitas Melalui Teknik Kolase pada Anak
Kelompok B di TK Islam Terpadu Insan Madani Tahun Ajaran 2017/2018.” Karya Ilmiah
(Medan: UIN Sumatera Utara, 2018), hlm. 4
178
Ibid.
Adapun temuan penelitian beliau adalah: “Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan kreativitas anak meningkat setelah
adanya tindakan melalui teknik kolase. Pada saat dilakukan observasi
pratindakan, persentase kreativitas sebesar 50%, kemudian mengalami
peningkatan pada Siklus I sebesar 62% dan pada pelaksanaan Siklus II
juga mengalami peningkatan sebesar 80,78%. Langkah-langkah yang
ditempuh sehingga kreativitas anak meningkat adalah: kegiatan pra-
pengembangan, kegiatan pengembangan, dan kegiatan penutup.
Pemberian pengarahan aktif dilakukan pada saat kegiatan pengembangan

dan pemberian reward pada saat kegiatan penutup.”179

5. Frantya Puspita Dewi (Karya Ilmiah)


Penelitian yang dilakukan oleh Dewi fokus pada hal: “Kreativitas
anak kelompok B2 TK ABA Keringan belum berkembang dengan optimal.
Dari 16 anak di kelas ada 10 anak yang kreativitasnya belum berkembang
sangat baik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak
melalui kegiatan kolase. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas kolaboratif menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart.”180
Lingkup yang terlibat dalam penelitian Dewi antara lain diketahui:
“Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B2 yang berjumlah 16 anak
yang terdiri dari 8 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Obyek yang diteliti
adalah kreativitas anak. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi
dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan deskriptif
kuantitatif.”181
Adapun temuan yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah:
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas anak mengalami

179
Azuratul Husnah, “Peningkatan Kreativitas Melalui Teknik Kolase pada Anak
Kelompok B di TK Islam Terpadu Insan Madani Tahun Ajaran 2017/2018.” Karya Ilmiah
(Medan: UIN Sumatera Utara, 2018), hlm. 4
180
Frantya Puspita Dewi, “Peningkatan Kreativitas Melalui Kegiatan Kolase pada
Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.” Karya
Ilmiah. (Yogyakarta: UNY, 2014), hlm. 7
181
Ibid.
peningkatan setelah diberikan tindakan melalui kegiatan kolase
menggunakan bahan kertas, bahan alam dan bahan buatan yang
memberikan kebebasan anak untuk bereksplorasi, memilih bahan dan
warna yang cocok, bebas menggunting, menyobek, memotong dan
menggulung bahan sesuai dengan keinginannya serta menggunakan alat
yang disediakan sesuai dengan kebutuhan anak. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dari kondisi awal kreativitas anak kelompok B2 sebesar
31,25%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 56,25% dengan
menggunakan bahan kertas dan bahan alam, dan meningkat pada silkus II
menjadi 81,25% dengan ditambah bahan menggunakan bahan kertas,
bahan alam dan bahan buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan kolase dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B2 TK

ABA Keringan tahun ajaran 2013/2014.”182


6. Neti Familiani (Karya Ilmiah)
Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Familiani dalam
bentuk karya ilmiah yang mana berfokus kepada: “Pada hakikatnya
motorik halus adalah gerakan yang melibatkan otot-otot halus yang dapat
menggerakan jari jemari khususnya koordinasi mata dengan tangan. Oleh
karena itu motorik halus anak usia dini sagat penting untuk dikembangkan,
jika kegiatan motorik halus disajikan secara monoton maka motorik halus
anak akan lambat untuk berkembang. Adanya variasi media yang
digunakan akan membantu motorik halus cepat berkembang sesuai

dengan usianya.”183
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian beliau antara lain:
“Hasil observasi yang dilaukan di TK PKK Mulyojati 16 C Metro Barat Kota
Metro, menunjukan bahwa perkembangan motorik halus peserta didik
pada kegiatan menulis, mewarnai, menggunting, menempel terdapat
beberapa anak yang masih kesulitan dalam kegiatan. Dalam penetian ini

182
Frantya Puspita Dewi, “Peningkatan Kreativitas Melalui Kegiatan Kolase pada
Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.” Karya
Ilmiah. (Yogyakarta: UNY, 2014), hlm. 7
183
Ibid.
70

rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah “apakah penggunaan media


kolase bahan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus peserta
didik kelompok A di TK PKK Mulyojat 16 C Metro Barat Kota Metro”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
pelaksanaan pembelajaran melalui media kolase bahan alam untuk
meningkatkan motorik halus kelompok A TK PKK Mulyojati 16 C Metro
Barat Kota Metro.”184
Penelitian yang dilakukan oleh beliau menggunakan model
pendekatan yaitu: “Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
hasil karya, observasi dan dokumentasi. Hasil karya digunakan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
kolase bahan alam. Kemudia observasi digunakan untuk mengetahui
perkembangan motorik halus. Sedangkan dokumentasi membantu peneliti
dalam memperoleh informasi tertulis maupun dokumen, serta menangkap
kejadian-kejadian yang muncul pada saat proses pembelajaran
berlangsung.”185
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “dengan menerapkan
media kolase dapat meningkatkan moorikalus peserta didik kelompok A di
TK PKK Mulyojati 16 C Metro Barat Kota Metro Tahun pelajaran
2019/2020. hasil penelitian, menunjukan peningkatan kemampuan motorik
halus peserta didik TK PKK Mulyojati pada siklus I peserta didik yang
mendapatkan kriteria berkembang sesuai harapan (BSH) sejumlah 8
peserta didik pada siklus ke II meningkat menjadi 11 peserta didik.186
7. Ni Made Rusmawati (Karya Ilmiah)
Terakhir yaitu penelitian yang dilaksanakan oleh Rusmawati dalam
bentuk karya ilmiah yang mana fokusnya yaitu kepada: “Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui apakah kegiatan bermain dengan teknik

184
Ibid.
185
Ibid.
186
Neti Familiani, “Penerapan Media Kolase Dalam Meningkatkan Motorik Halus
Kelompok A di TK PKK Mulyojati 16 C Metro Barat Kota Metro.” Karya Ilmiah (Lampung:
IAIN Metro, 2019), hlm. 3-4
71

kolase dapat meningkatkan kreativitas anak TK 01 Ngemplak, Kecamatan


Karangpandan, Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan November 2012
sampai bulan Februari 2013 dengan menggunakan desain penelitian
tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus.”187
Aplikasi PTK dalam penelitian yang dilakukan oleh Rusmawati
tersebut menunjukkan hasil: “Masing-masing siklus terdiri dari
perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Subjek penelitian ini adalah anak
kelompok B TK 01 Ngemplak. Data yang dikumpulkan berupa kreativitas
anak dan proses penerapan kegiatan bermain dengan teknik kolase dalam
pembelajaran. Data dianalisis dengan metode komparatif.”188
Adapun temuan penelitian beliau yakni: “Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kreativitas anak melalui kegiatan bermain dengan
media teknik kolase mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini
dapat terbukti bahwa terjadi peningkatan rata-rata prosentase pencapaian
dari siklus I sampai dengan siklus II. Rata-rata pencapaian kreativitas
anak meningkat dari prasiklus 45% menjadi 63,33% pada siklus I, Siklus II
manjadi 83,16%. Jumlah anak yang mencapai prosentase keberhasilan
75% juga meningkat dari 6,67% di prasiklus, 20% di siklus I, dan 86,66 di
siklus II. Dengan demikian didapat kesimpulan dari penelitian ini bahwa
kegiatan bermain dengan teknik kolase dapat meningkatkan kreativitas
anak kelompok B TK 01 Ngemplak. Jumlah anak yang mencapai
prosentase pencapaian telah memenuhi indikator pencapaian yaitu
apabila sekurangnya 75% anak mampu mencapai prosentase pencapaian

sebesar 75%.”189

187
Ni Made Rusmawati, “Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain
dengan Teknik Kolase pada Anak Didik Kelompok B TK 01 Ngemplak Tahun Pelajaran
2012/2013.” Karya Ilmiah (Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2013), hlm. 3
188
Ibid.
189
Ni Made Rusmawati, “Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain
dengan Teknik Kolase pada Anak Didik Kelompok B TK 01 Ngemplak Tahun Pelajaran
2012/2013.” Karya Ilmiah (Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2013), hlm. 3
72

Dari beberapa literatur terdahulu, maka dapatlah dijelaskan disini


apa saja yang menjadi persamaan dan perbedaan di antara penelitian
yang dilakukan oleh para penelti terdahulu dengan apa yang disusun di
dalam tesis ini. Adapun hasil komparasinya dijelaskan dalam paragraph di
bawah ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Kasta, persamaan jurnal di
atas dengan tesis ini adalah dari sisi objek materinya sama sama
membahas tentang kreativitas anak menggunakan kolase daun pisang.
Kemudian dari segi pendekatan yang digunakan juga sama-sama dengan
menggunakan pendekatan PTK. Akan tetapi terdapat peredaan dari segi
lokasi penelitiannya, waktu, dan format pelaporannya. Kemudian
perbedaan selanjutnya adalah dari segi palorannya, beliau dalam bentuk
jurnal sedangkan penelitian ini dalam bentuk tesis. Terakhir, penelitian
Kasta dilakukan pada tahun 2018 sedangkan tesis ini dilaksankan pada
tahun 2020.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Miky juga memiliki kesaman
dengan tesis ini yaitu pada aspek objek materinya sama sama membahas
tentang kreativitas anak, kemudian dari segi yang lain juga terdapat
kesamaan yaitu pada aspek pendekatannya sama sama menggunakan
pendekatan PTK. akan tetapi jurnal tersebut melalui peggunaan bahan
alami sedangkan tesis ini lebih speifik kepada kolase dengan menggunka
bahan daun pisang. Kemduian perbedaan juga tampak dari segi
pelaporan penelitianya dalam bentuk jurnal sedangkan penelitian ini
dilaporkan dalam bentuk tesis.
Selanjutnya yang ketiga yaitu dari penelitian yang dilakukan Anwar,
juga terdapat persamaan. Persamaan penelitian Anwar dkk di atas
dengan tesis ini adalah dari segi objek materinya sama-sama membahas
tentang kolase untuk meningkatkan kretivitas anak. Persamaan yang
lainnya juga kelihatan pada aspek pendekatan yang digunakan adalah
PTK. Namun demikian, tetap terdapat perbedaan minsanya dari segi
73

tahun penelitian dan dari sisi lokasi penelitiannya juga berbeda. Anwar
melaksanakan risetnya di Makasar sedangkan penelitian ini di Singkep
Riau. Lalu perbedaan juga tampak pada segi pelaporan, penelitian Anwar
dilaporkan dalam bentuk jurnal sedangkan riset ini dalam bentuk tesis.
Selanjutnya yang kelima adalah penelitian Dewi yang mana juga
terdapat persamaan dan perbedaan dengan riset ini, yaitu: dari segi objek
yang dibahas adalah sama sama mengkaji tentang kreativitas anak. Akan
tetapi terdapat perbedaan yaitu dari segi metode yang dipakai berbeda:
penelitian Dewi menggunakan pendekatan deskriptif kulitatif sedngakan
penelitian ini PTK. Perbedaan juga tampak pada segi pelaporannya dalam
bentuk karya ilmiah sedangkan dalam penelitian ini dalam bentuk tesis,
Kemudian yang keenam adalah penelitian Familiani, yang mana
dalam mengkaji anak-anak di TK dengan menggunakan berbagai kegiatan
motoric. Pendekatan yang dipakaipun juga sama yaitu PTK. Akan tetapi
tetap terdapat sisi perbedaannya yaitu dari segi pelaporannya dalam
bentuk karya ilmiah, sednkan penelitian ini dalam bentuk tesis.
Terakhir yang ketujuh adalah penelitian yang dilakukan oleh
Rusmawati yang juga memiliki kesamaan yaitu dari segi pendekatannya
sama sama menggunakan PTK kemudian persamaan lainnya adalah dari
segi objek materinya yanitu sama sama mengkaji tentang kolase dalam
meningkatkan kreativitas anak. Namun demkian perbedaan di antara
keduanya adlah dari sisi tahun penelitiannya beliau meneliti di tahun 2019
sedangkan tesis ini pada tahun 2020. Terkahir, perbedaan dari segi
pelaporannya, yaitu melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk karya
ilmiah sedangkan penelitian ini dalam bentuk tesis.
74
75

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model (PTK)
yaitu: “Penelitian Tindakan Kelas classroom action research yang mana
tujuan dari PTK itu sendiri adalah dilakukan untuk memperbaiki mutu
pembelajaran di kelas.”190 Penelitian tindakan kelas menurut salah
seorang ahli yang bernama Wina Sanjaya adalah didefinisikan sebagai
berikut:
“PTK adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut.”

Penelitian tindakan kelas ini dikemas dalam bentuk: “Penelitian


tindakan kelas (PTK) kolaboratif dengan teknik bekerjasama antara
peneliti dengan guru sentra dalam melakukan penelitian baik dari segi
merencanakan, kemudian mengobservasi, dan lalu merefleksikan apa saja
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
Taman Kanak-kanakan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.”191
Sementara itu, menurut Malik, penelitian tindakan adalah penelitian
yang memiliki rasional bertujuan, dengan melibatkan tindakan revolusioner
emansipatoris sehingga pada akhirnya dapat dilihat refleksi dari tindakan
tersebut diakhir penelitian.192
Adaun akibat dengan adanya penerapan model PTK ini kemudian
akan menjadikan:
“Dengan demikian, konsekusnsi dari model PTK ini adalah sejak
masa atau fase perencanaan penelitian, peneliti akan senantiasa
terlibat dan selanjutnya peneliti juga akan memantau, kemudian
190
Ibid.
191
Ibid.
192
Abd Malik, dan Aris Dwi Nugroho. “Menuju Paradigma Penelitian SOsiologi yang
Integratif.” Jurnal Sosiologi Reflektif. Vol. 10. No. 2 (April, 2016), hlm. 74
76

mengumpulkan data-data di lapangan, serta menganalisis data-


data serta melaporkan hasil penelitian dengan dibantu oleh sang
kolaborator di lapangan.”193

Suharimi Arikunto menyatakan bahwa penelitian PTK didefinsisikan


sebagai berikut:
“Penelitiantindakan kelas atau classroom action research
merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan pembelajaran
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
didalam sebuah kelas secara bersamaan. Jadi, dapat simpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
untuk memeperbaiki dan meningkatkan proses pendidikan dengan
melakukan refleksi dan perbaikan setelah melakukan perlakuan
atau tindakan.”194

Ahli PTK yang bernama Kemmis dan Mc Taggrt menyatakan


pendapatnya tentang penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
“PTK adalah cara suatu kelompok atau seseorang di dalam
mengorganisasi mengorganize sebuah kondisi di mana mereka
dapat mempelajari sebuah pengalaman di lapangan dan kemudian
mereka membuat pengalaman mereka tersebut dapat di akses
kepada orang lain atau peneliti lain yang berminat dengan kajian
tersebut. Dalam penelitian PTK, posisi kelas merupakan tempat
seorang guru untuk melakukan suatu penelitian, yang mana dapat
dimungkinkan mereka akan tetap bekerja sebagai guru di tempat
kerjanya namun di saat yang bersamaan, mereka juga tengah
melakukan riset.”195

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan penelitian tindakan


berkolaborasi dan berpartisipasi, yaitu:
“Yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan melibatkan
masyarakat agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan
tersebut serta berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis
masyarakat.”196

Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para guru


kelas dan orangtua/wali anak-anak Kelompok TK Pembina Singkep.
193
Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Prenada Media, 2010), hlm. 26
194
Suharsimi Arikunto, Proseur peelitian suatu Pendekatan praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006:2-3)
195
Sukardi, Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 3
196
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 95
77

Menurut keterangan para ahli, sebenarnya tujuan pokok dari


diadakannya PTK adalah untuk mencapai pendidikan yang berkualitas.
Secara rinci disampaikan lewat keterangan berikut ini:
“Penelitian tindakan kelas atau disebut juga dengan classroom
action research itu sebenarnya dilaksanakan sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam proses
dan hasil belajar siswa pada level kelas. PTK (penelitian tindakan
kelas) juga sebenarnya berguna bagi guru untuk melakukan test
atau menguji suatu teori pembelajaran, untuk mengetahui apakah
situasinya sudah sesuai dengan kondisi kelas yang dihadapi atau
tidak.”197

Disamping untuk meningkatkan kualitas pendidikan, ternyata PTK


ini pun juga bertujuan agar guru tidak keliru dalam mengobati persoalan
pada anak didik untuk meningkatkan pembelajran tertenu di dalam kelas.
Berikut penejlasan lebih rincinya:
“Melalui PTK (Penelitian TIndakan Kelas) ini pula, sang guru dapat
memilih dan serta menerapkan suatu teori atau pun strategi
pembelajaran tertentu yang dirasakan paling sesuai dengan kondisi
kelasnya mengajar. Kondisi ini perlu disadari oleh karena setiap
proses pembelajaran tersebut biasanya akan dihadapkan pada
konteks tertentu yang bersifat lebih khusus.”198

Selain membantu guru dan membantu meningkatkan kualitas


pendidikan, ternyata PTK juga bertujuan untuk membantu peneliti
menganalisa apakah sebuah tindakan yang dilakukan sudah efektif atau
tidak untuk mengatasi persoalan di lapangan. Berikut kerteranganya:
“Secara lebih konkret sebenarnya dapat lah dikemukakan
bahwasanya tujuan PTK (penelitian tindakan kelas) adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan dari pembelajaran yang muncul
di dalam kelas. Setelah peneliti berhasil mengidentifikasi masalah
yang muncul, maka kemudian, peneliti akan merancang dan serta
kemudian akan memberikan perlakuan atau tindakan tertentu, lalu
mengamati, kemudian akan mengevaluasi, dan serta menganalisis
hasilnya guna menentukan apakah sebuah tindakan kelas yang
diberikan tersebut sudah benar-benar dapat berhasil untuk

197
Ibid.
198Ibid.
78

memperbaiki kondisi kelas yang diajarnya (guru) atau tidak


(belum).”199

Dari informasi tersebutlah guru akan dapat menentukan langkah-


langkah yang dipandang perlu untuk ditempuh terhadap kelas yang
diajarnya. Dalam konteks penelitian tesis ini tentunya adalah di kelompok
TK Pembina SIngkep

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di TK Pembina Singkep SIngkep di
kelompok Bermain. Penelitian ini dilakukan mengacu pada suat ijin riset,
yaitu pada bulan 09 Maret 2020 sampai dengan 09 Agustus 2020.

C. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B usia 5-6 tahun di TK
Negeri Pembina Singkep bejumlah 15 (Lima belas) anak yang memiliki
kemampuan kreativitas seni yang beragam. Adapun yang menjadi objek
penelitian adalah peningkatan kreataivitas anak melalui kegiatan kolase
dengan menggunakan media daun pisang.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur atau data pula disebut dengan desain penelitian tindakan
kelas ini peneliti ambil dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan
oleh Kemmis & Mc Taggart. Setiap siklus dalam penelitian ini akan
terdapat tiga tahapan utma yaitu: perencanaan (pembuatan rencana,
kegiatan harian. Yang amana pada tahapan ini sang peneliti akan
menyususn perlengkapan untuk di bawa kepada tahapan siklus I dan
siklus II nanti. Biasanya yang dibawa adalah RPH dan instrument
pengumpulan data di lapangan; kemudian menyiapkan alat dan bahan,
dan lembar observasi). Pada level atau setep ini ,peneliti akan mencatata
apa saja hasil-hasil penelitian yang menampakkan diri di lapangan, hal itu

199Ibid.
79

dicetat dalam dokumen observasi untuk kemian nantinya diolah dan di


analisis, lalu yang terakhir adalah action (penerapan rencana kegiatan
keseharian dan pengamatan). Pada fase tindakan ini adalah menerapkan
apa saja yang telah dipersiapkan dahulu kedalam kelas dan pertemuan
kelas untuk menguji apakah benar kreativitas anak dapat ditingkatkan
melalu kegiatan menggambar atau tidak. Hasil dari tindakan kemudian
akan dilanjutkan pada tahap yang disnamakan dengan refleksi. Lebih rinci
akan disajikan dalam figure berikut:
Gambar: Rancangan Penelitian Perencanaan
Kemmis and Mc Taggart.200

200
Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 67
80

Gambar: Alur Penelitian

Plann

Refleksi Cycle I Action

Observation

Plann

Refleksi Cycle II Action

Pengamatan

berhasil Laporan

Tidak Berhasil Lanjut siklus ke-n

Terkait dengan rancangan dan alur riset mengacu kepada gambar


di atas, sehingga penjelasannya dirinicikan sebagai berikut:
1. Kondisi Awal
Dalam kondisi awal ditemukan kompetensi anak di TK Pembina
SIngkep dalam menggunting belum berkembang mencapai target yang
diinginkan, untuk itu, menjadi urgen dilakukan penelitian di kelas TK
81

Pembina Singkep SIngep..Hasilnya dianalisa dan dijadikan pedoman


dalam perencanaan pada siklus I.

2. Siklus
Sebagaimana telah diketahui bahwasanya dalam penelitian
tindakan kelas ini yang menjadi ciri khasnya adalah siklus. Menurut ahli
yang bernama Suharsini Arikunto ada 4 (Empat) tahapan di dalam ketika
kita kamelakukan penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) tersebut
antara lain:201
a. Yaitu tahapan Perencanaan (plan); dimana peneliti akan merencanaka
apa saja tindakan yang akan dilakukan saat melaksanakan PTK
nantinya.
b. Tahapan Tindakan (action); adalah tahapan dimana pelaksanaan
tindakan yaitu peneliti sudah menggunakan media yang dipakai untuk
melihat apakah ada peningkatan atau belum.
c. Tahapan Pengamatan (observation); yaitu tahapan dimana peneliti
mengamatai secara cermat apa yang terjadi ketika tindakan telah
diterapkan saat proses bahkan pasca tindakan.
d. Tahapan Perenungan (reflection). Adalah suatu tahapan dimana dalam
konteks ini telah terjadi suatu analisa reflektif dari masing-masing
siklus yang dilakukan oleh peneliti yang kemudian dilakukan analisis.
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dilakukan dengan dua siklus,
Sebagaimana mengacu kepada ketentuan dari Airkunto yang
mengatakan:
“Yang mana setiap siklus harus berbeda dari siklus sebelumnya.
Hasil dari siklus berdasarkan hasil dari siklus sebelumnya. Siklus ini
akan terus berlanjut sampai permasalahan terpecahkan yaitu saat
sudah ada peningkatan yang siginifikan dan konsisten dari siklus
satu dan kedua dari tindkan yang dilakukan.”202

201
Arikunto, Proseur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 16
202
Ibid.
Berdasarkan keterangan di atas dijelaskan tentang siklus-siklus
yang menjadi syarat dalam sebuah penelitian tindakan kelas (PTK).

“Dalam penelitian ini, peneliti langsung menjadi peneliti yang


berwenang memperbaiki proses pembelajaran yang sudah
berlangsung dengan memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk berkarya atau berkreasi, atau berbagi dengan temannya di
ruangan. Siklus dilaksanakan didalam ruangan kelas anak (Indoor).
Siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan.”203

Secara keseluruhan, setiap tindakan siklus ini dapat dilaksanakan


sesuai dengan rencana awal yang telah dibuat secra sistematis dan
tersusu rapi sebelumnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan (Plan)
Beberapa hal yang dilaksanakan atau dikerjakan oleh peneliti pada
fase plan adalah sebagai berikut:
“Pada tahapan plan ini peneliti melakukan kegiatan yaitu membuat
Rencana Kegiatan Harian (RKH), menyiapkan alat atau bahan-
bahan keperluan mengajar nantinya yang akan digunakan dalam
penelitian, dan menyiapkan lembar observasi yang juga akan
digunakan sebagai penilaian pada saat proses pelaksanaan
pembelajaran tengah berlangsung.”204

b. Tindakan (Action)
Adapun pada saat kegiatan (tindakan/action) yang dilaksanakan
pada tahap ini adalah menerapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang
mana telah di susun.
Disamping menerapkan RKH yang telah dikonsep tersebut, peneliti
juga melakukan pengamatan dan atau observasi yang mendalam sesuai
dengan pedoman observasi yang telah disusun sebelumnya. Fungsi dari
pedoman observasri itu sendri adalah: “Sebagai suatu sarana
pengumpulan data di lapangan dalam waktu yang bersamaan dengan

pelaksanaan pembelajaran itu sendiri.”205

203
Ibid.
204Ibid.
205Ibid.
83

c. Pengamatan (Observation)
Observasi atau pengamatan biasanya dilaksanakan secara
bersama-sama dengan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Detil kegiatan dalam proses pengamatan PTK tersebut adalah sebagai
berikut:
“Proses pengamatan atau observasi dilakuakan oleh peneliti mulai
dari proses kegiatan pembelajaran di kelas sampai hasil yang
dicapai nantinya pada saat pelaksanaan tindakan yang akan
digunakan sebagai bahan refleksi (pendalaman) pada fase-fase
yang dilalui untuk penyusunan rencana tindakan selanjutnya di
siklus ke-2 atau bisa juga dilanjutkan ke sikus ke-3 sesuai dengan
kebutuhan.”206

d. Perenungan (Reflection)
Setelah melalui fase pegamatan, selanjutnya adalah dafe
pemberian refleksi. Adapun detil mengenai fase perenungan antara lain
adalah sebagai berikut:
“Proses kegiatan refleksi yang dilaksanakan pada tahap ini adalah
kegiatan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan yang ada
dalam penerapan pembelajaran baik itu pada saat pembukaan,
proses KBM (kegiatan belajar mengajar) hingga penutupan kelas.
Refleksi berguna untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
keberhasilan dari penelitian yang dilakukan. Adapun fase Refleksi
pertama ini sangat urgen karena berfungsi untuk merencanakan
apa yang akan dilakukan next pada siklus berikutnya. Apabila
dilihat bahwa siklus pertama belum memenuhi kriteria yang
dibutuhkan maka penilaian akan dapat diulang seperti siklus yang
telah dilakukan pada awlnya.”207

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun yang menjadi teknik pengumpulan data yang dimaksud
dalam tesis ini adalah “Merupakan alat untuk memantau/mengevaluasi
dan atau untuk memperoleh data-data di lapangan terkait dengan tentang
status sesuatu dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan pada
definisi operasional teori yang disusun pada bab sebelunya.”

206
Ibid.
207Ibid.
Adapun secara spesifik jika ingin menjelaskan tentang metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut: 208
1. Observasi
Observasi jika diartikan maka definisinya adalah:
“Merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi atau data
melalui media pengamatan.209 Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi sistematis artinya dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan pedoman instrumen penelitian/IPD.”
210

Lembar instrumen observasi pada pokoknya harus berisi tentang:


“”Patokan-patokan penilaian tentang hasil belajar anak. Dalam penelitian
ini yang diobservasi yaitu proses dan hasil anak dalam kegiatan belajar
menggambar.”
2. Dokumentasi
Sedangkan yang dimaksudkandengan dokumentasi itu sendiri
adalah berasal dari kata dokumen yang artinya: “barang-barang tertulis.”
211
Metode dokumentasi yang dimaksudhkan dalam penelitian tesisi ini
yaitu:
“Merupakan cara pengumpulan data / data collection yang berupa
gambar (foto), sebgaimana terlapir dalam tesisi ini nantinya, dan
catatan lapangan. Peneliti dalam melakukan penelitian akan
mendokumentasikan berupa foto kegiatan pembelajaran dan hasil
karya anak-anak di sekoah.”212
3. Wawancara
Wawancara atau interview adalah: “Sebuah dialog yang dilakukan
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.”213

208
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 150
209
Sukardi, Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 50
210
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 157
211
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 158
212
Ibid.
213
Ibid., hlm. 154
85

Wawancara dalam tesis ini dilakukan oleh peneliti untuk tujuan: “Menilai
keadaan seseorang, misal nya untuk mencari data tentang variabel-
variabbel latar belakang anak didik, kehidupan social orangtua, tingkat
pendidikan, perhatian, dan sikap sesoerang terhadap sesuatu.
Wawancara menurut ahli bisa atau dapat dilakukan melalui berbagai

macam cara yang sangat beragam.”214 Adapun salah satu caranya


adalah sebagai berikut:
“Ada beberapa model teknik wawancara yaitu: (1) wawancara
model tak terencana: Yaiu waancara yang memang tidak dimulai
dengan adanya persipan yang matang. misalnya, dalam hal ini
hanya sekedar omong-omong informal tidak resmi yang terjadi di
antara para pelaku penelitian (pewaancara) atau antara pelaku
penelitian dan subjek penelitian (orang yang diwawancarai). (2)
Wawancara model terencana tetapi tidak terstruktur. Model ini
maksudnya adalah bagian dari salah satu atau dua pertanyaan
pembukaan dari pewawancara, yang dimaksudkan untuk memncing
pembicaraan lebih mendalam, tetapi setelah itu biasanya
pewawancara akan memberikan kesempatan bagi
responden untuk memilih apa-apa saja topic yang akan dibicarakan
nantinya. (3) Wawancara konfirmasi: dalah suatu model wawancara
dengan tujuan pewawancara boleh mengajukan pertanyaan untuk
dapat menggali atau memperjelas apa-apa saja yang menjadi
konsen dari objek yang mau digali lebih jauh. (4) Wawancara model
Terstruktur, yaitu merupakan kegiatan dimana pewawancara telah
menyusun serentetan pertanyaan sejak semula yang akan diajukan
dan mengendalikan percakapan nntinya sesuai dengan arah
daripada pertanyaan-pertanyaan yang selanjutnya.”215

Dalam hal ini peneliti melakukan suatu wawancara dengan


terstruktur yaitu dengan jalan sebagai berikut:
“Peneliti sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dengan rinci
sebeumnya untuk kemudian akan diajukan kepada orang yang
akan ditanyakan. Tujuan dari pertanyaan yang sudah disiapkan
adalah agar memudahkan peneliti nantinya dalam melakukan
wawancara dengan responden dan juga proses wawancara bisa
menjadi terarah, teratur, dan tidak ada hal yang terlewatkan. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru TK
Pembina Singkep, orang tua, dan anak.”216

214
Ibid.
215Ibid.
216Ibid.
Dalam hal ini peneliti melakukan suatu wawancara dengan
terstruktur yaitu dimana; peneliti sudah menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan dengan rinci sebeumnya untuk kemudian akan diajukan
kepada orang yang akan ditanyakan. Tujuan dari pertanyaan yang sudah
disiapkan adalah agar memudahkan peneliti nantinya dalam melakukan
wawancara dengan responden dan juga proses wawancara bisa menjadi
terarah, teratur, dan tidak ada hal yang terlewatkan. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan wawancara dengan guru Kelompok B, orang tua, dan
anak.
F. Instrumen Penelitian
Adapun definisi daripada instrumen penelitian itu sendiri adalah
sebgai berikut:

“Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam


mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah.” 217

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah: “Merupakan alat


yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data sesuai
dengan variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian.” 218 Dalam
penelitian tindakan kelas ini, adapaun instrumen yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Model Lembar Observasi
Yang dimaksud dengan pedoman observasi adalah model untuk
mengecek kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan indikator
yang dilakukan sebelumnya. Yang menjadi Aspek yang diamati melalui
pedoman ini adalah yang berkaitan tentang kegiatan proses belajar
mengajar atau yang bisanya dikenal dengan KBM (kegiatan belajar

217
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 160
218
Ibid.
87

mengajar). Format observasi terbagi dua yaitu format observasi guru dan
format observasi anak.
Penelitian dalam tesis ini ini akan menggunakan dokumen sebagai
berikut: “Instrumen lembar observasi. Instrumen observasi pada penelitian
ini akan menggunakan check list.”219 Adapun yang dimaksudkandengan
daftar cek atau check list adalah:
“Pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang
akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda ada
atau tidak adanya dengan tanda cek (√) tentang aspek yang
diobservasi.”220

Check list dartiken sebagai berikut: “Ceklist merupakan observasi


yang praktis karena semua aspek yang diteliti sudah ditentukan terlebih
dahulu.”221 Adapun kisi-kisi instrumen observasi yang berisi variabel, sub
variabel, dan aspek penilaian disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel: Kisi-kisi Instrumen Keterampilan kolase
Variabel Sub Variabel Aspek Penilaian
Keterampilan Kemampuan menempel 1. Ketelitian
2. Kerapian
kreatif Daun pisang
3. Kecepatan

Berdasarkan kisi-kisi instrumen di atas, adapun langkah lanjutannya


adalah sebagai berikut: “Maka peneliti akan membuat lembar observasi
(pengmatan) yang mana nantinya akan digunakan dalam proses penelitian
yang berisi nomor, nama anak, aspek penilaian meliputi: ketelitian,
kerapian, dan kecepatan, total skor, dan kriteria penilaian.”222 Adapun
sebagai gambaran mengenai bentuk lembar observasi tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

219
Ibid.
220
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011), hlm. 93
221
Ibid.
222
Ibid.
Tabel: Lembar observasi Keterampilan kolase daun pisang
Aspek Penilaian Kreativias
N melalui Kolase daun Pisang Total Kriteria
Nama Anak
o Ketelitian Kerapian Kecepatan Skor Penilaian

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
Keterangan:
4 = BSB (Berkembang sangat baik)
3 = BSH (Berkembang sesuai harapan)
2 = MB (Mulai berkembang)
1 = BB (Belum berkembang).
Berikut ini adalah tabel mengenai rubrik penilaian keterampilan dan
kreatifitas melalui kolase daun pisang pada aspek ketelitian yang berisi
aspek yang diamati yaitu: ketelitian, skor nilai, kriteria penilaian, dan
deskripsi.
Aspek yang Kriteria
Skor Deskripsi
diamati Penilaian
Ketelitian 4 BSB Anak di TK Pembina Singkep dapat
menempel dengan benar 1-6 daun,
lurus, sesuai garis dan sesuai
dengan contoh.
3 BSH Anak TK Pembina Singkep dapat
membuat kolase dengan benar 1-5
daun, sesuai garis, dan selesai
89

sesuai dengan contoh.


2 MB Anak TK Pembina Singkep dapat
menempel dengan benar 1-4 daun,
kolase tidak lurus, tetapi masih
sesuai dengan contoh.
1 BB Anak TK Pembina Singkep dapat
menempel dengan benar 1-2 daun,
tidak lurus sesuai garis, dan kurang
sesuai dengan contoh.

Setelah kita meninjau isi tabel di atas, maka dilanjutkan pula


sebagai mana tampak pada tabel di bawah ini adalah yang berisi rubrik
penilaian keterampilan berkreasi sang anak melalui media yang telah di
sediakan oleh peneliti dalam siklus-siklus yang ada, kemudian pada aspek
kerapian yang berisi aspek yang diamati yaitu: kerapian sang anak dalam
melaksanakan tugas, skor nilainya, dan kriteria penilaian, dan serta
deskripsi.
Tabel: Rubrik Penilaian Aspek Kerapian dalam kolase
dengan Media daun pisang
Aspek yang Kriteria
Skor Deskripsi
diamati Penilaian
Kerapian Anak mampu berkreasi dengan
4 BSB hasil kolase yang rapi dan tidak asal
sesuai dengan contoh.
Anak mampu berkreasi dengan
3 BSH hasil kolase yang kurang rapi dan
tidak asal sesuai dengan contoh.
Anak mampu berkreasi dengan
hasil kolase yang kurang rapi dan
2 MB
asal-asalan serta tidak sesuai
dengan contoh.
90

Anak mampu berkreasi dengan


1 BB hasil tidak rapi dan tidak sesuai
contoh.

Pada tabel di bawah ini ditampilkan rubrik penilaian keterampilan


kreativitas anak melalui media daun pisang pada aspek kecepatan yang
berisi aspek yang diamati yaitu: kecepatan, skor nilai, kriteria penilaian,
dan deskripsi.
Tabel: Rubrik Penilaian Aspek Kecepatan dalam menempel dengan
Media Daun Pisang
Aspek yang Kriteria
Skor Deskripsi
diamati Penilaian
Kecepatan Anak mampu membuat kolase 1-6
lajur sesuai dengan contoh dalam
4 BSB
waktu yang sangat cepat yaitu
kurang dari 7 menit.
Anak mampu membuat kolase 1-5
3 BSH lajur sesuai dengan contoh dalam
waktu yaitu tepat 7 menit.
Anak mampu membuat kolase 1-4
lajur sesuai dengan contoh namun
2 MB
kurang cepat hingga melebihi waktu
7 menit.
Anak mampu membuat kolase 1-2
lajur sesuai dengan contoh dalam
1 BB
waktu belum cepat hingga melebihi
waktu kegiatan berakhir.

b. Model Lembar Pedoman Wawancara


Penelitian dalam tesis ini akan menggunakan pedoman wawancara
yang terstruktur. Hal yang dibuthkan untuk kepentingan ini antara lain
91

adalah: “Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka peneliti tentunya


telah dan harus sudah menyiapkan instrumen yaitu berupa
pertanyaanpertanyaan tertulis sedemikain rupa yang alternatif jawabannya
telah disiapkan sebelumnya.”223
Upaya teknis di dalam kegiatan wawancara terstruktur tersebut
antara lain adalah:
“Dalam kegiatan wawancara terstruktur ini, tentunya setiap
responden akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama dan
pengumpul data mencatatnya atau merekam dengan mengunakan
tape recorder mesin perekam, sehingga data-data terkait dengan
rekaman tersebut bisa dipakai dan tidak terlupa.224

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam pedoman


wawancara terstrukkur tersebut apat dilihat di lembar lampiran tesis ini.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut salah seorang ahli dapat dijelaskan sebagai
berikut:
“Adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi menafsirkan
data dengan tujuan untuk menundukkan berbagai informasi yang
telah diperoleh dan sesuai dengan fungsinya hingga memiliki arti
dan makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan dari sebuah
penelitian.”225

Analisis data dalam PTK (Penelitian TIndakan Kelas)


sesungguhnya diarahkan sebagai upaya: “Untuk mencari dan menemukan
segala upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas dan
proses dan hasil belajar anak-anak di sekolah untuk peningkatann meraka
menuju ke penilaian yang BSB (berkembang sesuai harapan). Penelitian
ini menganalisis data dengan deskriptif kualitatif dan kuantitaf.”226
Pengumpulan data kualitatif, yang mana konsep dari pengumpulan
data ini adalah:

223
Ibid.
224
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 73
225
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada, 2011), hlm.
106
226
Ibid.
“Datadiperoleh peneliti melalui trianggulasi sumber data yaitu
wawancara yang dilakukan dengan anak, orangtua/wali siswa, dan
guru Kelompok A. Analisis ini menggunakan model Miles &
Huberman (1984) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.227

Aktivitas dalam melakukan suatu analisis data yaitu dengan


menggunakan data reduction (reduksi data) yaitu mengambil data-data
primer yang sekiranya masuk dalam lingkup penelitian ini saja, kemudian
data display (yaitu data yang sudah masuk dalam kategori tersebut
kemudian ditampilkan dalam bentuk draft kasar), dan conclusion
drawing/verification (pada fase ini, data yang masih draft kasar tersebut
kemudian diperiksa ulang dan setelah benar-benar utuh dan baik,
baurulah dimasukkan sebagai drat final dalam laporan. Pengertian dari
Analisis data kuantitaf adalah sebagai berikut:
“Analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan
hasil belajar anak sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang
dilakukan guru.”228

Data kuantitatif dapat diperoleh peneliti dengan cara: “instrumen


lembar observasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Instrumen ini untuk
mendeskriptifkan hasil penelitian secara statistik. Analisis data kuantitatif
yang digunakan oleh peneliti adalah rumus penilaian.” Adapun rumus
penilaian tersebut jika mengacu dengan pendapat Ngalim Purwanto yaitu

sebagai berikut 229:

Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh anak murid
227
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 91
228
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada, 2011), hlm.
106
229
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 102
93

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan


100 = Konstanta (Bilangan tetap).
Setelah mendapatkan nilai dari rumus tersebut, langkah selanjutnya
adalah peneliti menentukan kriteria penilaian berdasarkan hasil
persentase. Kriteria berupa persentase kesesuaian dalam Suharsimi
Arikunto yaitu sebagai berikut:230
1. Kesesuaian (%) : 0-2- = Sangat kurang
2. Kesesuaian (%) : 21-40 = Kurang
3. Kesesuaian (%) : 41-60 = Cukup
4. Kesesuaian (%) : 61-80 = Baik
5. Kesesuaian (%) : 81-100 = Sangat baik.

H. Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah: “Merupakan
uraian tentang tanda-tanda yang diharapkan muncul sebagai wujud
keberhasilan dalam melakukan tindakan. Penelitian yang dimaksudkan
dalam tesis ini akan dikatakan berhasil apabila keterampilan anak di TK
trsebut telah berada pada kriteria baik dengan persentase 75% (tujuh
puluh lima persen).”

230Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 44


94

BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Profil Sekolah
Nama :Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Status : Negeri
Penyelenggara : Pemerintah
NPSN : 69895362
Alamat : Jl. Pagoda, Kec. Singkep, Kab. Lingga
Akreditasi :B
SK Penegrian :-
Jumlah Guru : 10 Orang
Jumlah Karyawan : 6 (PNS)
: 1 (GTT)
: 3 (Honor Komite)
: 2 (Juru Layan)
Jumlah Kelas :5
Jumlah Siswa : 72 Orang
Kurikulum : Kurikulum 2013
KBM : 07:30-11.00 WIB. Kegiatan Ekstra 10.00-11.00 WIB
Kegiatan ekstra : Iqra’, Praktek Shalat, Seni Tari, Pramuka.
Luas Tanah : 4.002 Meter Persegi
Status Tanah : Milik Sendiri
Status Gedung : Milik Sendiri
Mulai Berdiri : 01 Februari 1971
Perubahan Nama : TK. Ruwati, TK. Belaian Kasih. TK. Handayani. TK.
Negeri Pembina SIngkep
95

B. Temuan Khusus
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk meningkatakan
kreativitas anak melalui kolase daun pisang dengan menggunakan media
daun pisang. Hasil dari penelitian selama dua siklus menunjukkan
semakin meningkatnya kemampuan dan minat anak serta adanya
peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh anak dalam kegiatan kolase
dengan menggunakan daun pisang. Adapun langkah awal dari perbaikan
kegiatan pembelajaran dimulai dari RPPH I hingga RPPH 6. Dengan
melampirkan RPPH awal sebelum melakukan perbaikan pembelajaran.
Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan yaitu bulan
Februari 2020 yang diteliti adalah anak yang berusia 5-6 tahun, diperoleh
daa sebagai berikut: “Kemampuan kreativitas seni anak dalam kegiatan
kolase daun pisang pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina Singkep masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil
observasi penelitian pada kreativitas seni anak yang masih masih belum
berkembang dengan baik, serta meminta bantuan dan bertanya untuk

membuat kolase yang ada.”231


Hasil observasi kegiatan kreativitas seni anak melalui kolase daun
pisang adalah sebagai berikut:232
Tabel: Hasil Observasi kreativitas seni Anak melalui kolase daun pisang
pada Kondisi Awal (Pra-Tindakan).

Nilai
No
Aspek yang diamati BB MB BSH BSB

1 Anak di TK Pembina Singkep 80 3 10 3 10 0 0


mampu membuat pola kolase 10

231Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


232
Observasi tanggal 03 Maret 2020
96

sesuai kreativitasnya

2 Anak TK Pembina Singkep


mampu menempel kolase
9 70 4 20 3 10 0 0
daun pisang sesuai pada
tempatnya

3 Anak TK Pembina Singkep


mampu berkreasi dengan
7 50 4 20 5 30 0 0
kolase daun pisang yang
dibuat.

Hasil rata-rata dalam % 66,7 16,7 16,7 0

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


Grafik 1: Kondisi Awal Kreativitas Anak dalam kegiatan kolase daun
pisang di Tamann Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau.
90

80

70

60
BB
50
MB
40 BSH
30 BSB

20

10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
97

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat hasil persentase


pada Indikator I, ditemukan adanya data: “Kemampuan anak untuk
membuat pola kolase sesuai kreasinya sendiri dari 15 anak yang
mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 10 orang dengan
persentase 80 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 3
orang dengan persentase 10 %, yang mendapatkan nilai Berkembang
Sesuai Harapan (BSH) ada 2 orang dengan persentase 10 %, sedangkan
yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 0 orang

dengan persentase 0 %.”233


Pada Indikator II, terdapat beberapa fakta lapangan yaitu:
“Kemampuan anak untuk menempel kolase dengan baik seusai dengan
tempatnya, dari 15 anak mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada
9 orang dengan persentase 70 %, yang mendapatkan nilai Mulai
Berkembang (MB) ada 4 orang dengan persentase 20 %, yang
mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 2 orang
dengan persentase 10 %, sedangkan yang mendapatkan nilai

Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 0 orang dengan persentase 0 %.”234


Pada Indikator III, terdapat beberapa data yang diperoleh di lapagan,
yaitu: “Kemampuan anak untuk berkreasi dengan kolase yang
telah dibuat dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum Berkembang
(BB) ada 7 orang dengan persentase 50 %, yang mendapatkan nilai Mulai
Berkembang (MB) ada 4 orang dengan persentase 20%, yang
mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 4 orang
dengan persentase 30 %, sedangkan yang mendapatkan nilai

Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 0 orang dengan persentase 0%.”235

233Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020

234Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


235Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
2. Deskripsi Siklus I
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran ditemukan data lapangan
yaitu: “Masih rendahnya kreativitas anak. Hal tersebut dikarenakan situasi
ruangan yang kurang menyenangkan bagi anak. Media pembelajaran
yang kurang memadai sehingga tidak mencukupi untuk semua anak, serta
kurangnya motivasi dari guru terhadap minat anak tidak diperhatikan.
Untuk itu penulis dan atas saran dari teman sejawat mengambil tindakan
akan memperbaiki pembelajaran yang dimulai dengan Siklus I.”236
Siklus I
Tema : Binatang
Kelompok :B
Tujuan Perbaikan: Meningkatkan kemampuan kreativitas anak
dengan kegiatan kolase pada anak di TK Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau. Adapun hasil dari identifikasi masalahnya antara lain
adalah:
1) “Anak kurang aktif dalam proses pembelajaran;
2) Siswa tidak berani bertanya jika belum mengerti;
3) Kemampuan anak tidak sesuai dengan yang diharapkan;
4) Rendahnya kemampuan siswa dalam berkreasi.”237
Analisis masalah yang dilakukan daam hasil riset di lapangan
ditemukan data: ”Dari keempat masalah yang teridentifikasi masalah yang
paling berat adalah rendahnya kemampuan siswa dalam kreativitas. Hal
ini dikarenakan siswa kurang memahami cara menggambar dengan
benar. Sedangkan Rumusan Masalahnya adalah: Bagaimanakah
meningkatkan kemampuan kreativitas anak dengan kegiatan menggambar
pada anak di Taman kanak-kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan

Riau.”238

236
Observasi tanggal 19 September 2020
237Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
238
Diolah dari data primer di lapagan tahun 2020
99

a. Skenario Perbaikan untuk Siklus I


Tujuan perbaikan yaitu: “Untuk meningkatkan kemampuan
kreativitas anak melalui kegiatan menggambar pada anak kelompok B di
Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau.” Hal yang
diperbaiki/ditingkatkan melalui tahapan kegiatan di bawah ini:
Skenario ke-1
Tujuan Perbaikan: “Meningkatkan kreativitas anak melalui kegiatan
kolase pada anak di Taman kanak-kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau.” Hal yang diperbaiki/ditingkatkan dijelaskan sebagaimana
pragraf di bawah ini:
1) Kegiatan pengembangan I (Pembukaan)
a) “Judul kegiatan bercakap–cakap tentang Gajah;
b) Pengelolan kelas:
c) Penataan ruang: kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk
membentuk lingkaran dengan meja bulat yang rendah.
d) Pengorganisasian anak: posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran
e) Langkah-langkah perbaikan:

Anak didik berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran .

Tanya jawab guru dengan anak tentang manfaat gajah

Guru menyiapkan alat peraga gambar macam macam gajah.”239
2) Kegiatan Pengembangan II (Inti)
a. “Judul Kegiatan: menempel gambar gajah.
b. Penataan ruang: sama dengan kegiatan pembukaan, terdapat area
kosong dengan karpet/ tikar.
c. Pengorganisasian: anak – anak dan guru duduk dilantai dengan
membentuk huruf U.
d. Langkah – langkah perbaikan :”240
❖ Guru menunjukan contoh gambar yang akan dibuat pada hari ini.

Guru mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran.

239Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


240Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
100


Anak didik dibuat menjadi 3 kelompok.

Guru mengevaluasi kembali kegiatan sebelum pulang sekolah.

3) Kegiatan Pengembangan III (Penutup) a)


Judul kegiatan: Menghitung gambar gajah.
b) Pengelolaan kelas: Penataan ruang : Posisi kursi dan meja anak
seperti biasa

c) Pengorganisasian: Anak – anak duduk dikursinya masing - masing


d) Langkah – langkah perbaikan:

Guru meminta anak mengucapkan bait puisi

Guru memberikan contoh cara mengucapkan bait demi bait

Guru meminta anak maju kedepan satu - satu

Guru memberikan pujian kepada anak yang bisa mengucap syair

dengan benar.
Skenario ke-2
Tujuan Perbaikan: “Meningkatkan kemampuan menggambar
dengan kegiatan menggambar pada anak di Taman kanak-kanak Negeri
Pembina Singkep Kepulauan Riau.”241 Hal yang diperbaiki/ditingkatkan.
Beberapa hal yang dilakukan dalam scenario ini adalah:
i. Kegiatan pengembangan I (Pembukaan)
a) “Judul kegiatan: Tanya jawab menebak suara Ayam
b) Pengelolan kelas: sama pada keadaan sebelumnya.
c) Penataan ruang:. kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk
membentuk lingkaran dengan meja bulat yang rendah.
d) Pengorganisasian anak: posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran
e) Langkah-langkah perbaikan:”242

241Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020

242Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


101


Anak didik berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran .

Tanya jawab guru dengan anak tentang waktu shalat

Guru menyiapkan alat peraga gambar jam

ii. Kegiatan Pengembangan II (Inti)


a) “Judul Kegiatan: Menempel gambar ayam
b) Penataan ruang: sama dengan kegiatan pembukaan, terdapat area
kosong dengan karpet/ tikar.
c) Pengorganisasian: anak–anak dan guru duduk dilantai dengan
membentuk huruf U.
d) Langkah–langkah perbaikan:”243

Guru menunjukan contoh gambar yang akan dibuat pada hari ini.

Guru mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran.

Anak didik dibuat menjadi 3 kelompok.

iii.Kegiatan Pengembangan III (Penutup)


a) “Judul kegiatan: Menirukan suara ayam
b) Pengelolaan kelas
c) Penataan ruang: Posisi kursi dan meja anak seperti biasa
d) Pengorganisasian: Anak – anak duduk dikursinya masing - masing
e) Langkah– langkah perbaikan:”244

Guru meminta anak mengikuti kalimat yang di ucapkan guru

Guru meminta anak maju kedepan satu - satu

Guru memberikan pujian kepada anak yang bisa berbahasa dengan
tepat

Guru mengevaluasi kembali kegiatan sebelum pulang sekolah.

243Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


244Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
102

Skenario ke-3
1) Kegiatan pengembangan I (Pembukaan)
a) Judul kegiatan: Bercakap–cakap mengenal sedikit banyaknya gambar
ikan;
b) Pengelolan kelas. Penataan ruang dengan langkah sebagai berikut:
“(1) Kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk membentuk
lingkaran dengan meja bulat yang rendah, (2) Pengorganisasian anak :
posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran.”
c) Langkah-langkah perbaikan dilaksanakan dengan cara: (1) Anak didik
berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran, (2) Guru
bercakap cakap tentang manfaat Ikan; (3) Guru meminta anak
mengulangi apa saja manfaat Ikan.

2) Kegiatan Pengembangan II (Inti)


a. “Judul kegiatan: Menggambar Ikan;
b. Penataan ruang: sama dengan kegiatan pembukaan, terdapat area
kosong dengan karpet/ tikar.
c. Pengorganisasian: anak–anak dan guru duduk dilantai dengan
membentuk huruf U.
d. Langkah – langkah perbaikan dilakukan dengan cara sebagai
berikut:”245

Guru menunjukan contoh gambar yang akan dibuat pada hari ini;

Guru mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran;

Anak didik dibuat menjadi 3 kelompok;

Guru mengevaluasi kembali kegiatan sebelum pulang sekolah.

3) Kegiatan Pengembangan III (Penutup)


a) Judul kegiatan: menyanyi lagu ikan
b) Pengelolaan kelas
c) Penataan ruang: Posisi kursi dan meja anak seperti biasa

245Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


103

d) Pengorganisasian: Anak – anak berdiri disamping mejanya masing–


masing.
e) Langkah–langkah perbaikan:

Guru meminta anak untuk berdiri

Guru memberikan contoh lagu

Guru meminta anak mengucapkan bait lagu bersama – sama

Guru memberikan tepuk tangan kepada anak yang bisa.

c. Perencanaan Siklus I
Siklus pertama dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilakukan tanggal 10 Maret 2020, pertemuan kedua dilakukan
tanggal 17 Maret 2020, dan pertemuan ketiga tanggal 24 Maret 2020.
1) Siklus I Pertemuan ke-1
Nilai
No
Aspek yang diamati BB MB BSH BSB

1 Anak TK Pembina Singkep


mampu membuat pola kolase 8 60 5 30 3 10 0 0
sesuai kreativitasnya
2 Anak TK Pembina Singkep
mampu menempel kolase
7 50 6 40 3 10 0 0
daun pisang sesuai pada
tempatnya

3 Anak TK Pembina Singkep


5
mampu berkreasi dengan 30 7 50 2 20 0 0
kolase daun pisang yang
104

dibuat.

Hasil rata-rata dalam % 46.7 40 16.7 0

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


Grafik: Kemampuan kreativitas Anak melalui kolase daun pisang di Taman
Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau. (Setelah
Tindakan).

70

60

50

BB
40
MB

30 BSH
BSB
20

10

0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat hasil persentase


pada Indikator I, yaitu ditemukan faktadi lapangan: “Kemampuan anak
untuk membuat pola kolase sesuai kreasinya sendiri dari 15 anak, yang
mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 8 orang dengan
persentase 60 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 5
orang dengan persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Berkembang
Sesuai Harapan (BSH) ada 2 orang dengan persentase 10%, sedangkan
yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 0 orang

dengan persentase 0 %.”246

246Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


105

Pada Indikator II, yaitu: “Menempel kolase daun pisang pada


tempatnya dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB)
ada 7 orang dengan persentase 50 %, yang mendapatkan nilai Mulai
Berkembang (MB) ada 6 orang dengan persentase 10 %, yang
mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 2 orang
dengan persentase 10 %, sedangkan yang mendapatkan nilai
Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 0 orang dengan persentase 0 %.”247
Pada Indikator III, yaitu: “Berkerasi dengan pola kolase yang dibuat
dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 5
orang dengan persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Mulai
Berkembang (MB) ada 6 orang dengan persentase 50 %, yang
mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 4 orang
dengan persentase 20%, sedangkan yang mendapatkan nilai Berkembang

Sangat Baik (BSB) ada 0 orang dengan persentase 0 %.”248

2) Siklus I Pertemuan ke-2


Tabel: Hasil Observasi Kreativitas seni Anak Melalui Kolase dengan
Media Daun pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau.
Nilai

Aspek yang diamati BB MB BSH BSB

1 Anak TK Pembina Singkep


mampu membuat pola kolase 8 60 4 20 4 20 0 0
sesuai kreativitasnya
2 Anak TK Pembina Singkep
mampu menempel kolase 7 50 5 30 4 20 0 0
daun pisang sesuai
pad
a
247Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
248Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
106

tempatnya

3 Anak TK Pembina Singkep


mampu berkreasi dengan
5 30 5 30 5 30 1 10
kolase daun pisang yang
dibuat.

Hasil rata-rata dalam % 3,


46,7 26,7 23,3
3

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


Grafik: Kemampuan Kreativitas Seni Anak Melalui Kolase Daun Pisang di
Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau
pada Siklus I Pertemuan ke-2 (Pasca-Tindakan).

70

60

50

BB
40
MB

30 BSH
BSB
20

10

0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat hasil persentase


pada Indikator I, yaitu diperolah informasi: “Kemampuan anak untuk
membuat pola kolase sesuai kreasinya sendiri dari 15 anak, yang
mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 8 orang dengan
persentase 60 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 4
orang dengan persentase 20 %, yang mendapatkan nilai Berkembang
107

Sesuai Harapan (BSH) ada 3 orang dengan persentase 20%, sedangkan


yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 0 orang
dengan persentase 0 %.”249
Pada Indikator II, yaitu: “Menempel kolase sesuai pada tempatnya
dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 7
orang dengan persentase 50 %, yang mendapatkan nilai Mulai
Berkembang (MB) ada 5 orang dengan persentase 30 %, yang
mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 3 orang
dengan persentase 20 %, sedangkan yang mendapatkan nilai
Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 0 orang dengan persentase 0 %.”250
Pada Indikator III, yaitu: “Berkreasi melalui kolase daun pisang
yang dibuat dari 15 anak yang mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB)
ada 5 orang dengan persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Mulai
Berkembang (MB) ada 5 orang dengan persentase 30 %, yang
mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 4 orang
dengan persentase 30%, sedangkan yang mendapatkan nilai Berkembang

Sangat Baik (BSB) ada 1 orang dengan persentase 10 %.”251


3) Siklus I Pertemuan ke-3
Tabel: Hasil Observasi Kemampuan Kreativitas Seni Anak Melalui Media
Kolase Daun Pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau.
Nilai
No
Aspek yang diamati BB MB BSH BSB

1 Anak TK Pembina Singkep 8 60 4 20 2 10 1 10


mampu membuat pola kolase
sesuai kreativitasnya

249Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


250Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
251Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
2 Anak TK Pembina 7 50 5 20 2 10 1 10
mampu menempel Singkep
kolase
daun pisang sesuai pada
tempatnya

3 Anak TK Pembina 5 30 5 30 4 20 2 20
Singkep
mampu berkreasi dengan
kolase daun pisang yang
dibuat.

Hasil rata-rata dalam % 46,7 32,3 13,3 13,3

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


Grafik: Kemampuan kreativitas seni Anak dalam Melalui Kolase Daun
Pisang di Taman kanak-kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau pada Siklus I Pertemuan ke-3 (Pasca-Tindakan)
70

60

50

BB
40
MB
30 BSH
BSB
20

10

0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
109

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat hasil persentase


pada Indikator I, yaitu sebagai berikut: “Kemampuan anak untuk membuat
pola kolase sesuai dengan kreasinya sendiri dari 15 anak, yang
mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 8 orang dengan
persentase 60 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 4
orang dengan persentase 20 %, yang mendapatkan nilai Berkembang
Sesuai Harapan (BSH) ada 2 orang dengan persentase 10%, sedangkan
yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 1 orang

dengan persentase 10 %.”252


Pada Indikator II, yaitu: “Menempel pola kolase daun pisang dari 15
anak, yang mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 7 orang
dengan persentase 50 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang
(MB) ada 5 orang dengan persentase 30 %, yang mendapatkan nilai
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 2 orang dengan persentase 10
%, sedangkan yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB)
ada 1 orang dengan persentase 10 %.”253
Pada Indikator III, yaitu: “Anak berkreasi menggunakan kolase daun
pisang yang dibuat dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum
Berkembang (BB) ada 5 orang dengan persentase 30 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 5 orang dengan
persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 4 orang dengan persentase 20%, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 1 orang dengan
persentase 20 %.”254
Tabel: Rekapitulasi hasil observasi peningkatan kreativitas anak melalui
kolase daun pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau pada Pertemuan ke- 1, 2, dan 3.

252Data diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


253Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020

254
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
107
99

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3


Aspek yang
No diamati BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB

F % f % F % f % F % f % f % f % f % f % f % F %
1 ak mampu
membuat pola 8 60 5 30 2 10 0 0 8 60 4 20 3 20 0 0 8 60 4 20 2 10 1 10
kolase sesuai
kreativitasnya
2 Anak mampu
menempel
kolase daun 7 50 6 40 3 10 0 0 7 50 5 30 3 20 0 0 7 50 5 20 2 10 1 10
pisang sesuai
pada tempatnya

3 Anak mampu
berkreasi
5
dengan kolase 30 7 50 3 30 0 0 5 30 5 30 4 30 1 10 7 30 5 30 2 20 1 20
daun pisang
yang dibuat.

TOTAL 140 120 50 0 140 80 70 10 140 70 50 40

Hasil rata-rata 46,7 40 16,7 0 46,7 26,7 23,3 3,3 46,7 32,3 13,3 13.3
dalam %
108

4) Refleksi Siklus I
Pelaksanaan kegiatan dalam peningkatan kemampuan kreativitas
seni anak melalui kolase daun pisang dengan menggunakan kolase daun
pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau
pada siklus I memberikan informasi sebagai berikut: “Sudah sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Program Harian (RPPH), namun
peningkatan kemampuan kreativitas seni anak melalui kolase daun pisang
masih belum sesuai dengan yang diharapkan.”255
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan sudah ada
perkembangan kemampuan kreativitas seni anak melalui kolase daun
pisang dan mengalami peningkatan pada kategori Berkembang Sangat
Baik (BSB) yaitu sebagai berikut:
1) Anak dapat membuat pola kolase daun pisang sesuai dengan
kreasinya sendiri dari 0 % menjadi 10 %
2) Anak dapat menempel kolase daun pisang dengan baik sesuai
tepatnya dari 0 % menjadi 10 %
3) Anak dapat berkreasi sesuai dengan pola kolase daun pisang yang
dibuat berkembang dari 0 % menjadi 20 %.
Dilihat dari perkembangan kemampuan pembejaran pada siklus I
sudah berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan hal
sebagai berikut:
1) Memotivasi dan memberikan bimbingan kepada anak yang masih
rendah kreativitas seninya melalui kegiatan kolase dengan
menggunakan daun pisang;
2) Memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak untuk melakukan
kegiatan kolase daun pisang, terutama dalam kegiatan kolase;
3) Mendampingi anak secara individual terutama bagi anak yang
mengalami kesulitan dengan alat dan bahan yang digunakan untuk
membuat kolase dengan baik, khususnya dengan menggunakan daun
pisang;

255Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


4) Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih menarik lagi dengan
menggunakan alat media seperti memperbanyak media kolase daun
pisang.

Berdasarkan tahapan yang telah dilalui pada siklus I, peneliti


mengumpulkan data yaitu: “Dapat dilihat pada pertemuan pertama jumlah
nilai anak belum berkembang dengan persentase 46,7 %, mulai
berkembang dengan persentase 40 %, berkembang sesuai harapan
dengan persentase 16,7 %, berkembang sangat baik dengan persentase
10%. Pertemuan kedua anak yang mendapat nilai belum berkembang
dengan persentase 46,7 %, mulai berkembang dengan persentase 26,7
%, berkembang sesuai harapan dengan persentase 23,3%, berkembang
sangat baik dengan persentase 0 %. Sedangkan pertemuan ketiga anak
yang mendapat nilai belum berkembang dengan persentase 46,7 %, mulai
berkembang dengan persentase 32,3 %, berkembang sesuai harapan
dengan persentase 13,3 %, berkembang sangat baik dengan persentase

13,3 %.”256
Tabel di atas menunjukkan kemampuan anak dalam kegiatan
kolase daun pisang pada setiap pertemuan tidak mengalami peningkatan
pada nilai belum berkembang. Karena pada setiap pertemuan persentase
tetap 46,6%.
Selanjutnya nilai rata-rata anak yang mendapat nilai mulai
berkembang dengan data yang menunjukkan keterangan: “Pada
pertemuan pertama adalah 40%, pertemuan kedua 33,2%, pertemuan
ketiga 23,7%. Nilai rata-rata anak yang mendapat nilai berkembang sesuai
harapan pada pertemuan pertama adalah 16,7%, pertemuan kedua
23,3%, sedangkan pertemuan ketiga sebanyak 13,3% kemudian Nilai
rata-rata anak yang mendapat nilai berkembang sangat baik pada
pertemuan pertama adalah 0%, pertemuan kedua 3,3%, sedangkan

256Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


110

pertemuan ketiga sebanyak 13,3%..”257


Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I
terjadi peningkatan kemampuan motoric halus anak yaitu dalam kegiatan
kolase daun pisang pada setiap pertemuan, tetapi hasil akhir masih belum
maksimal dan memenuhi (KKM), maka penelitian dilanjutkan ke Siklus II.

3. Deskripsi Siklus II
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran ditemukan masih rendahnya
minat menggambar anak. Hal ini berdasarkan temuan di lapangan: “Hal
tersebut dikarenakan situasi ruangan yang kurang menyenangkan bagi
anak. Media pembelajaran yang kurang memadai sehingga tidak
mencukupi untuk semua anak, serta kurangnya motivasi dari guru
terhadap minat anak tidak diperhatikan. Untuk itu penulis dan atas saran
dari teman sejawat mengambil tindakan akan memperbaiki pembelajaran
ke siklus selanjutnya yaitu siklus II, dengan harapan pembelajaran pada
siklus ke II agar lebih baik, menyenangkan dan bermakna.”258
Hasil yang dicapai pada siklus II sangat baik dinadingkan dengan
siklus I itu disebabkan oleh banyak hal yang dilakukan penulis untuk
mewujudakan pembelajaran yang berhasil dalam perbaikan ini. Seperti
pada siklus I penulis akan membuat (RKH) awal atau Rencana Kegiatan
Harian yang bermasalah.
Untuk itu penulis dan atas saran teman sejawat akan memperbaiki
pembelajaran pada siklus I. Penulis akan menggunakan media kertas
bergambar. Selama peneliti melakukan tindakan perbaikan, peneliti
berpedoman pada RKH yang dibuat pada siklus I dan melihat kekurangan
- kekurangan yang ada pada siklus dengan diawali dengan membuat
rancangan satu siklus (siklus II), rencana kegiatan siklus II, RKH siklus II,
skenario perbaikan siklus II dan lembar refleksi siklus II.

257Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


258Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
a. Perencanaan Siklus II
Siklus II
Tema : Binatang
Kelompok :B
Tujuan Perbaikan: “Meningkatkan kemampuan kreativitas anak
melalui kegiatan menggambar pada anak di Taman kanak-kanak Negeri
Pembina Singkep. Kepulauan Riau.” Adapun Identifikasi Masalah yang
muncul adalah:
1) Anak kurang aktif dalam proses pembelajaran
2) Siswa tidak berani bertanya jika belum mengerti
3) Kemampuan anak tidak sesuai dengan yang diharapkan
4) Rendahnya kemampuan siswa dalam menggambar
Adapun hasil dari analisis masalah: “Dari keempat masalah yang
teridentifikasi masalah yang paling berat adalah rendahnya kemampuan
siswa dalam menggambar. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami
cara menggambar dengan benar.”
Rumusan masalahnya yaitu: “Bagaimanakah meningkatkan
kemampuan berkreativitas melalui kegiatan kolase pada anak Taman
kanak-kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau.”

b. Skenario Perbaikan untuk Siklus II


Tujuan Perbaikan: Meningkatkan kemampuan kreativitas anak
melalui kegiatan kolase pada anak di Taman kanak-kanak Negeri
Pembina Singkep Kepulauan Riau. Siklus ke: II. Adapun hal-hal yang
diperbaiki/ditingkatkan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Skenario ke-1
1) Kegiatan pengembangan I (Pembukaan)
a) “Judul kegiatan berdialog tentang manfaat ikan
b) Pengelolan kelas: sama seperti scenario sebelumnya.
c) Penataan ruang: Penataan kelas yang semula posisi duduk
berkelompok diubah menjadi bentuk lingkaran.
112

d) Pengorganisasian anak : posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran.


e) Langkah-langkah perbaikan:”259

Anak didik berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran .

Guru bercakap – cakap tentang manfaat topi

Guru meminta anak mengulangi apa saja manfaat topi.

2) Kegiatan Pengembangan II (Inti)


a) “Judul Kegiatan: Menggambar ikan
b) Penataan ruang: sama dengan kegiatan pembukaan, terdapat area
kosong dengan karpet/ tikar membentuk lingkaran.
c) Pengorganisasian: anak–anak dan guru duduk dilantai dengan
membentuk huruf U.
d) Langkah–langkah perbaikan:”260

Guru menunjukan contoh gambar yang akan dibuat pada hari ini.

Guru memberikan tugas kegiatan pembelajaran.

Anak didik dibuat menjadi 3 kelompok.

Guru mengevaluasi kembali kegiatan sebelum pulang sekolah

3) Kegiatan Pengembangan III (Penutup)


a) “Judul kegiatan: Menyanyi ikan individual
b) Penataan ruang: Posisi kursi dan meja anak seperti biasa
c) Pengorganisasian: Anak – anak berdiri disamping mejanya masing –
masing.
d) Langkah – langkah perbaikan:”261

Guru meminta anak untuk berdiri

Guru memberikan contoh lagu ikan

Guru meminta anak mengucapkan syair bersama – sama

Guru meminta anak satu persatu maju kedepan.

Guru memberikan tepuk tangan kepada anak yang bisa.

Skenario ke-2

259Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


260Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
261Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
113

Tujuan Perbaikan: Meningkatkan kemampuan kreativitas melalui


kegiatan menggambar pada anak di Taman kanak-kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau.
1) Kegiatan pengembangan I (Pembukaan):
a) “Judul kegiatan: Lomba menghitung kupu kupu
b) Penataan ruang: kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk
membentuk lingkaran dengan meja bulat yang rendah.
c) Pengorganisasian anak : posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran
d) Langkah-langkah perbaikan:”262
❖ Anak didik berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran .

Guru meminta anak untuk berlomba secara sportif

Guru menyiapkan alat peraga.

2) Kegiatan Pengembangan II (Inti)


a) “Judul Kegiatan: Menggambar kupu kupu
b) Penataan ruang: sama dengan kegiatan pembukaan, terdapat area
kosong dengan karpet/ tikar.
c) Pengorganisasian: anak–anak dan guru duduk dilantai dengan
membentuk huruf U.
d) Langkah – langkah perbaikan:”263
❖ Guru menunjukan contoh gambar yang akan dibuat pada hari ini.

Guru mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran.

Anak didik dibuat menjadi 3 kelompok.

Guru mengevaluasi kembali kegiatan sebelum pulang sekolah

3) Kegiatan Pengembangan III (Penutup)


a) “Judul kegiatan: Menyebutkan warna–warna kupu kupu
b) Pengelolaan kelas
c) Penataan ruang: Posisi kursi dan meja anak seperti biasa
d) Pengorganisasian: Anak – anak duduk dikursinya masing - masing
e) Langkah – langkah perbaikan:”264

262Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020

263Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020



Guru meminta anak menyebutkan warna kupu kupu

Guru memberikan contoh cara mengucap kalimat yang benar

Guru meminta anak maju kedepan satu - satu

Guru memberikan bintang kepada anak yang bisa.

Skenario ke-3
Tujuan Perbaikan: Meningkatkan kemampuan kreativitas melalui
kegiatan menggambar pada anak di Taman kanak-kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau. Hal yang diperbaiki/ditingkatkan yaitu sebagai
berikut:
1) Kegiatan pengembangan I (Pembukaan):
c) “Judul kegiatan bercakap–cakap tentang manfaat Bebek.
d) Pengelolan kelas: sama seperti dengan sebelumnya.
e) Penataan ruang: kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk
membentuk lingkaran dengan meja bulat yang rendah.
f) Pengorganisasian anak: posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran
g) Langkah-langkah perbaikan:”265

Anak didik berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran .

Tanya jawab guru dengan anak tentang manfaat bebek

Guru menyiapkan alat atau model macam – macam bebek

2) Kegiatan Pengembangan II (Inti)


a) “Judul Kegiatan: Kolase gambar bebek
b) Penataan ruang: sama dengan kegiatan pembukaan, terdapat area
kosong dengan karpet/ tikar.
c) Pengorganisasian: anak – anak dan guru duduk dilantai dengan
membentuk huruf U.
d) Langkah – langkah perbaikan:”266

Guru menunjukan contoh kolase yang akan dibuat pada hari ini.

Guru mendemonstrasikan kegiatan pembelajaran.

259Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


260Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
261Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020

Anak didik dibuat menjadi 3 kelompok.

Guru mengevaluasi kembali kegiatan sebelum pulang sekolah

3) Kegiatan Pengembangan III (Penutup)


a) Judul kegiatan: Mengurutkan bebek
b) Pengelolaan kelas

Penataan ruang: Posisi kursi dan meja anak seperti biasa

Pengorganisasian: Anak – anak duduk dikursinya masing – masing.

c) Langkah–langkah perbaikan :

Guru meminta anak mengucapkan bait puisi

Guru memberikan contoh cara mengucapkan bait demi bait

Guru meminta anak maju kedepan satu - satu

Guru memberikan pujian kepada anak yang bisa mengucapkan


syair dengan benar.
c. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilakukan tanggal 14 April 2020, pertemuan kedua dilakukan
tanggal 21 April 2020, dan pertemuan ketiga tanggal 28 April 2020.
1) Siklus II Pertemuan ke-1
Tabel. Hasil observasi kemampuan kreativitas anak melalui kolase daun
pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau.
Nilai
No
Aspek yang diamati BB MB BSH BSB

1 ak mampu membuat pola


4 20 6 30 4 30 1 20
kolase sesuai kreativitasnya
2 Anak mampumenempel

kolase daun pisang sesuai 4 20 6 40 0 0 5 40


pada tempatnya
264Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
265Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
266Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
116

3 Anak mampu berkreasi


dengan kolase daun pisang 4 20 5 30 3 10 3 40
yang dibuat.

Hasil rata-rata dalam % 20 33,3 13,3 33,3

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


Grafik. Kemampuan kraeativitas seni anak melalui kolase daun pisang di
Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau
pada Siklus II Pertemuan Pertama (Setelah Tindakan)

40

35

30
BB
25
MB
20
BSH
15 BSB
10

0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3

Dari tabulasi figural di atas dapat dilihat hasil persentase pada


Indikator I, yaitu: “kemampuan anak untuk membuat pola kolase sesuai
dengan kreasinya sendiri dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum
Berkembang (BB) ada 4 orang dengan persentase 20 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 5 orang dengan
persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 4 orang dengan persentase 30 %, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 2 orang dengan
117

persentase 20%.”267
Pada Indikator II, yaitu kemampuan anak menempel kolase daun
pisang pada tempatnya dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum
Berkembang (BB) ada 4 orang dengan persentase 20 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 6 orang dengan
persentase 40 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 0 orang dengan persentase 0 %, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 5 orang dengan
persentase 40 %.
Pada Indikator III, yaitu kemampuan anak berkreasi dengan kolase
daun pisang yang mereka buat dari 15 anak yang mendapatkan nilai
Belum Berkembang (BB) ada 4 orang dengan persentase 20 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 5 orang dengan
persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 3 orang dengan persentase 10%, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 3 orang dengan
persentase 40 %
2) Siklus II Pertemuan ke-2
Tabel. Hasil observasi kemampuan kreativitas seni anak melalui kolase
daun pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau.
Nilai

Aspek yang diamati BB MB BSH BSB


No
f % f % f % F %
Anak TK Pembina Singkep
1 mampu membuat pola kolase 0 0 2 10 8 50 5 40

sesuai kreativitasnya
2 Anak TK Pembina Singkep 2 10 3 10 6 40 4 40

267Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


mampu menempel kolase daun
pisang sesuai pada tempatnya

Anak TK Pembina Singkep


3 mampu berkreasi dengan kolase 2 10 5 30 3 10 5 50
daun pisang yang dibuat.

6,7 16,7 33,3 43,3


Hasil rata-rata dalam %

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:


Grafik: Kemampuan kreativitas seni anak melalui kegiatan kolase daun
pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau pada siklus II pertemuan ke-2 (Setelah tindakan)

50
45
40
35
BB
30
MB
25
BSH
20
BSB
15
10
5
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat hasil persentase


pada Indikator I, yaitu: “Kemampuan anak untuk membuat pola kolase
sesuai kreasinya sendiri dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum
Berkembang (BB) ada 0 orang dengan persentase 0 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 2 orang dengan
persentase 10 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
119

(BSH) ada 7 orang dengan persentase 50%, sedangkan yang


mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 6 orang dengan
persentase 40%.”268
Pada Indikator II, yaitu: “Kemampuan kreativitas seni anak
menemel kolase dengan tepat sesuai pola dari 15 anak, yang
mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 2 orang dengan
persentase 10 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 3
orang dengan persentase 10%, yang mendapatkan nilai Berkembang
Sesuai Harapan (BSH) ada 6 orang dengan persentase 40 %, sedangkan
yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 4 orang
dengan persentase 40 %.”269
Pada Indikator III, yaitu: “Kemampuan anak berkrasi dengan kolase
yang telah dibuat dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum
Berkembang (BB) ada 2 orang dengan persentase 10 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 5 orang dengan
persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 3 orang dengan persentase 10%, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 5 orang dengan
persentase 50 %.”270
3) Siklus II Pertemuan ke-3
Tabel: Hasil observasi kemampuan kreativitas anak melalui kolase daun
pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau pada Siklus II pertemuan ke-3.
Nilai
Aspek yang diamati
No BB MB BSH BSB

1 Anak TK PembinaSingkep 0 0 0 0 2 10 13 90
mampu membuat pola kolase

268Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


269Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
270Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
sesuai kreativitasnya
Anak TK Pembina Singkep
2 mampu menempel kolase daun 0 0 3 20 0 0 12 80
pisang sesuai pada tempatnya

Anak TK Pembina Singkep


3 mampu berkreasi dengan kolase 0 0 0 0 0 0 15 100
daun pisang yang dibuat.

Hasil rata-rata dalam % 0 6,7 3,3 90

Untuk lebih jelasnya, silakan lihat grafik di bawah ini:


Grafik: Kemampuan kreativitas anak melalui kolase daun pisang di Taman
Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau pada
Siklus II Pertemuan ke-3 (Setelah tindakan).

100
90
80
70
BB
60
MB
50
BSH
40
BSB
30
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
121

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dilihat hasil persentase


pada Indikator I, yaitu: “Anak mampu membuat pola kolase sesuai
kreasinya sendiri dari 15 anak yang mendapatkan nilai Belum
Berkembang (BB) ada 0 orang dengan persentase 0 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 0 orang dengan
persentase 0 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 3 orang dengan persentase 10%, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 13 orang dengan

persentase 90%.”271
Pada Indikator II, yaitu: “Kemampuan anak dalam kreativitas seni
dalam menempel sesuai pada pola kolase kertas sesuai keinginannya dari
15 anak, yang mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 0 orang
dengan persentase 0 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB)
ada 3 orang dengan persentase 20 %, yang mendapatkan nilai
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 0 orang dengan persentase 0 %,
sedangkan yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada
12 orang dengan persentase 80 %.”272
Pada Indikator III, yaitu: “Kemampuan anak berkreasi dengan
menggunakan kolase daun pisang yang dibuat dari 15 anak yang
mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 0 orang dengan
persentase 0 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 0
orang dengan persentase 0 %, yang mendapatkan nilai Berkembang
Sesuai Harapan (BSH) ada 0 orang dengan persentase 0%, sedangkan
yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 15 orang

dengan persentase 100 %.”273

271Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020


272Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
273Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
114
122

Tabel. Rekapitulasi hasil observasi peningkatan kreativitas seni anak melalui kolase daun pisang di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Aspek yang diamati
No BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB

f % f % f % f % f % f % f % f % f % f % f % f
Anak mampu membuat
1 pola kolase sesuai 4 27 5 33 5 33 1 7 1 7 3 20 6 40 5 33 0 0 0 0 2 13
kreativitasnya
Anak mampu
menempel kolase daun
2 4 27 6 40 0 0 5 33 2 13 3 20 6 40 4 27 0 0 3 20 2 13
pisang sesuai pada
tempatnya

Anak mampu berkreasi


1
3 dengan kolase daun 4 27 5 33 1 7 5 33 2 13 5 33 2 13 6 40 0 0 0 0 1 7 4 93
pisang yang dibuat.
24
81 106 40 73 33 73 93 100 0 20 33
TOTAL 7

27 35,33 13.33 24.33 11 24.33 31 33.33 0 6.66 11 82.33


Hasil rata-rata dalam (%)
123

4) Refleksi Siklus II
Pelaksanaan kegiatan dalam peningkatan kemampuan kreativitas
seni anak melalui kolase daun pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina Singkep Kepulauan Riau pada siklus II menunjukkan hasil:
“Sudah sesuai dengan yang direncanakan dan hasilnya telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.”274 Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilaksanakan sudah ada perkembangan
kemampuan kreativitas seni anak mengalami peningkatan pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) yaitu sebagai berikut:
1) Anak dapat membuat pola kolase sesuai kreasinya meningkat sendiri
dari 20 % menjadi 90%
2) Anak dapat menampel olase seusuai pada tempatnya sesuai dengan
keinginannya meningkat dari 40 % menjadi 80 %
3) Anak dapat berkerasi denan kolase daun pisang yang ada meningkat
dari 40 % menjadi 100 %
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa kegiatan kolase daun
pisang dapat meningkatkan kemampuan kreativitas seni anak. Nilai rata-
rata yang diperoleh sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 75 %. Dengan tercapainya nilai Kreteria Ketuntasan Minimal ini,
maka penelitian ini pun diakhiri.

C. Analisis Penelitian
1. Analisis tahap Pra-Siklus
Sebagian besar anak berada dalam kriteria belum berhasil atau
tuntas dalam pembelajaran. Hasil analisa yang dilakukan terungkap
bahwa masalah yang terjadi dalam kegitan pembelajaran tersebut
adalah:275
a. Anak kurang aktif dalam proses pembelajaran.
b. Guru kurang memberikan motivasi kepada anak

274
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
275
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
124

c. Guru kurang memperhatikan anak karena guru terlalu mendominasi


pembelajaran dan melului media klasikal
d. Rendahnya kemampuan anak dalam membuat kolase.276
2. Analisis tahap Pasca-Siklus
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran ditemukan masih rendahnya
kreativitas anak. Hal ini diketahui dari data lapangan: “Hal tersebut
dikarenakan situasi ruangan yang kurang menyenangkan bagi anak.
Media pembelajaran yang kurang memadai sehingga tidak mencukupi
untuk semua anak, serta kurangnya motivasi dari guru terhadap minat
anak tidak diperhatikan. Untuk itu penulis dan atas saran dari teman
sejawat mengambil tindakan akan memperbaiki pembelajaran yang
dimulai dengan Siklus I.”277
Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I, menunjukkan data
lapangan: “Ada beberapa hal yang menjadi catatan penelitian baik positif
maupun negatif sebagai konsekuensi yang diterapkan strategi
pembelajaran ini. Beberapa catatan negatif yang belum teratasi pada
siklus I telah dilakukan perbaikan pada siklus II agar tercapai hasil yang
lebih baik.”278
Upaya perbaikan optimalisasi yang berupa peningkatan
kemampuan anak dalam kreativitas seni melalui kolase daun pisang
terlihat semakin baik dan nyata hasilnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya
angka aspek pengembangan pembelajaran yang dicapai oleh anak pada
siklus II yang tidak hanya mampu menempel objek yang dicontohkan atau
objek yang diperlihatkan oleh guru karena anak bisa langsung melihat
objek yang ingin melihat langsung objek yang ada. Hal ini sesuai dengan
sesuai dengan pendapat Cameron dalam Vera (2012) yang telah
diterjemahkan menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan
secara eksploratif oleh anak-anak dapat mengembangkan pengetahuan,

276
Observasi tanggal 09 Agustus 2020
277
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
278
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
125

kemampuan berorganisasi, kreativitas, kerja tim dan kemampuan untuk


belajar hal baru dan menantang kontekstual.
Membuat kolase daun pisang dapat meningkatkan kreativitas seni
anak karena media yang digunakan menarik serta baru bagi anak.
Sementara itu media menurut Jhon D Latuheru adalah: “Bahan, alat, atau
teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud
agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan anak dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.”279
Anak dapat membuat pola kolase dengan kreasinya sendiri pada
siklus I dan siklus II dari 20 % menjadi 90 %. Sesuai dengan
Permendikbud No. 137 Tahun 2014 bahwa anak usia 5-6 tahun pada
Lingkup Perkembangan Seni dan Standar Tingkat Percapaian
Perkembangan Anak (STPPA) sudah mampu menempel kolase dengan
berbagai macam pola yang beragam.
Anak mampu menempel pola kolase sesuai keinginan pada siklus I
dan siklus II terjadi peningkatan dari 10% menjadi 80%. Pola warna pada
kertas yang dikolase sangat menarik bagi anak, hal ini sesuai dengan
pendapat Broson tentang kriteria media media pembelajaran salah
satunya harus menumbuhkan minat dan menarik bagi anak. Anak mampu
mengembangkan kreativitasnya melalui kolase daun pisang pada siklus I
dan II terjadi peningkatan dari 20% menjadi 100%. Hal tersebut Sesuai
dengan Permendikbud No. 137 Tahun 2014.
3. Pemabahasan Hasil
Penelitian yang telah dilakukan di atas adalah dilaksanakan di TK
Pembina Singkep yang mana pnelitiannya mengambil model penelitian
tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Yaitu Siklus I dan Siklus
II.

279
Ibid.
126

“Setiap siklus tindakan terdiri dari empat tahapan, yakni tahapan


perencanaan, tahapan pelaksanaan, tahapan observasi dan
terkahir, yaitu tahapan refleksi. Hasil observasi yang berupa data
digunakan oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan kreativitas
pada anak di TK Pembina SIngkep.”280

Pada saat sebelum dilaksanakan tindakan diperoleh data sebagai


berikut:
“Kreativitas anak berada pada kriteria belum berkembang dan mulai
berkembang. Tentunya hal ini merupaan satu masalah yang harus
dicarikan solusinya. Untuk memperbaiki permasalahan yang
berkaitan dengan kreativitas anak TK Pembina Singkep
tersebutlah, maka peneliti berinisiatif untuk memberikan inovasi
pembelajaran dengan menggunakan kegiatan pembelajaran
dengan media menggambar pada anak-anak di sana.”281

Kegiatan menggambar dengan menggunakan bidang dasaran yang


bermacam-macam yaitu:
“Kertas bisa dengan menggunakan kertas hvs, atau dengan
menggunakan kertas gambar, bahkan dengan menggunakan kertas
bufalo, atau piring kertas warna emas dan botol aqua bekas serta
menggunakan bahan kertas, bahan alam dan bahan buatan dengan
menggunakan variasi-varisi dan metode dalam pengajaran di dalam
kelas. Tidak lupa pula guru terlihat sesekali juga melakukan
kegiatan yang menyenangkan yang dapat meningkatkan pola dan
bakat kreativitasnya serta anak dapat membuat hasil karya yang
bervariasi, unik dan menarik.”282

Lewat pengamatan di lapangan, diketahui bahwa kegiatan


menggambar ini cukup efisien:
“Kegiatan menggambar ini juga ternyata dapat membantu anak TK
Pembina SIngkep di dalam mengembangkan kreativitasnya mereka
di sana baik dari aspek kelancaran berkeasi, kelenturan dalam
berkreasi, keaslian dan elaborasi dari setiap karya karya yang
dibuat oleh anak-anak disana. Dari aspek kelancaran, kegiatan
menggambar memberikan kebebasan anak untuk membuat bentuk
sesuai dengan keinginan.”283

280
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
281
Observasi tanggal 01 Oktober 2020
282
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
283
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
127

Anak-anak di TK Pembina Singkep juga telah diberikan kebebasan


dalam menggambar:
“Anak-anakdiberikan kebebasan untuk memilih dan menggunakan
bahan yang dapat membantu mereka di dalam kegiatan
menggambar tersebut. Tujuan dari pembebasan ini adalah agar
supaya anak TK Pembina Singkep dapat mengembangkan aspek
kreativitas dimana anak dapat mengkombinasikan berbagai bahan
bahan yang mereka sukai yang sudah disediakan oleh guru denga
bervariasi untuk menyesuaikan dengan kreatifitas dan daya
imajinasi sang anak itu sendiri.”284

Anak anak di TK Pembina Singkep juga tampak telah dapat


menggunakan instrument belajar dengan baik:
“Tampak anak-anak dapat menggunakan alat-alat untuk membuat
gambar sesuai dengan kebutuhan mereka dan anak anak TK
Pembina Singkep juga dapat mengkomunikasikan hasil karyanya
tersebut kepada sang guru dan teman-teman di kelasnya pada saat
anak anak TK Pembina Singkep melakukan kegiatan menggambar
di sekolah atau berupa penugasa di rumah, baik dari bahan yang
dipilih dengan berbagai macam variasi warna, bentuk dan ukuran
serta perasaan anak selama membuat gambar yang merupakan
karya mereka yang orisinil.”285

Selain itu, dalam kegiatan menggambar tersebut anak juga diberi


kebebasan dalam menggambar. Sebagaimana hasil pengamatan di
lapangan:
“Untuk membuat pola gambar sesuai dengan imajinasinya yang
dapat mengembangkan aspek keaslian dan kelenturan dalam karya
yang anak-anak susun. Ketika anak dikekang harus begini dan
begitu, maka justeru kreatifitas anak menjadi tidak berkembang.
Anak juga bebas berkreasi dalam mengkombinasikan bahan dan
warna apapun yang mereka anggap pas untuk memperindah karya
gambar yang meeka buat. sesuai dengan keinginan sehingga
menghasilkan hasil karya yang berbeda dengan yang lainnya serta
bebas menggunakan alat yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.”286

284
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
285
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
286
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
Kreativitas yang merupakan hasil dari pemikirannya sendiri yang
berbeda dengan anak lain dan merupakan keunikan yang khas dari
masing-masing anak.
“Melalui kegiatan menggambar anak memperoleh kebebasan
dalam memilih dan menggunakan bahan sesuai dengan
keinginanya, kebebasan, baik pemilihan bahan untuk media
mereka menggambar, dan warna yang dirasakan seuia dengan
objek yang cocok untuk gambar mereka, serta mengembangkan
idenya melalui hasil karya untuk mengembangkan aspek
elaborasinya.”287

Menurut ahli, media saja tidak cukup karean media yang baik harus
disokog oleh metode pembelajaran yang baik dan tepat pula. Dalam hal
ini, Metode permainan dapat meningkatkan kreativitas anak dengan
menyelesaikan kegiatan. Hal ini didukung pendapat Martini Jamaris
menyatakan bahwa:
“Proses yang terjadi secara internal yang berkembang secara
bertahap. Difinisi ini sangat berkaitan dengan kreativitas anak
dimana peneliti melakukan kegiatan anak dengan cara berulang-
ulang yang menggunakan bahan yang berbeda-beda.”

Sesuai dengan pendapat Dockert dan Feer dalam Masitoh


mengemukakan bahwa
“Bermain pada anak usia dini memiliki karakteristik simbolik,
bermakna, aktif, menyenangkan. Kegiatan menggambar
menggunakan bidang dasaran yang bermacam-macam yaitu kertas
hvs, kertas gambar, kertas bufalo, piring kertas warna emas dan
botol aqua bekas serta menggunakan bahan kertas, bahan alam
dan bahan buatan dapat meningkatkan kreativitas anak.”288

Upaya perbaikan terhadap strategi pembelajaran yang berupa


peningkatan kreativitas:
“Anak dalam kegiatan menggambar semakin baik dan semakin
nyata hasilnya Adapun kreativitas menggambar bagi anak TK yang
di kemukakan oleh Sumanto adalah kemampuan berolah seni rupa
yang diwujudkan dengan keterampilan menggambar dengan kreatif
kepada anak anak di TK Pembina Singkep bahan bekas pada
289
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
290
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
291
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
kertas gambar/bidang dasaran yang digunakan, sampai
menghasilkan karya gambar yang unik dan menarik.”289

Hal ini terlihat dari meningkatnya angka indikator, baik terhadap


hasil kreativitas yang dicapai oleh anak. Peningkatan persentase
kreativitas anak melalui kegiatan menggambar benar-benar meningkat.
“Hal ini memberikan arti bahwa perbaikan yang telah dilakukan
terhadap kelemahan yang ditemukan pada siklus I telah berhasil
mencapai sasaran dengan baik. Semakin tinggi ketertarikan anak
dalam melakukan kegiatan menggambar, maka dapat
meningkatkan persentase kreativitas anak anak tersebut di TK
Perawi Singkep.”290

Kreativitas anak yang baik akan mempengaruhi pada hasil belajar


yang baik. Kegiatan mengegambar yang dilakukan oleh anak-anak di TK
Pembinang SIngkep dari dari bahan yang bervariasi ditambah dengan
metodeguru yang mengaar juga menarik, maka itu semua adalah salah
satu dari banyak cara untuk meningkatkan kreativitas anak, upaya untuk
membuat anak lebih cepat mengetahui bermacam-macam bahan secara
sederhana.
Dalam penelitian ini telah berhasil dalam meningkatkan kreativitas
anak. Menurut Supriadi kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata
yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
“Kemampuan guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang
menyenangkan untuk kreativitas anak jauh lebih penting, artinya
tanpa strategi yang menyenangkan bagi anak dan tanpa adanya
kemampuan dari guru, maka pembelajaran tidak akan berjalan
dengan baik. Dengan demikian peningkatan kreativitas anak tidak
akan berhasil tanpa didukung oleh kemampuan guru.”291

Guru berperan penting dalam membantu mengembangkan


kreativitas anak dengan memotivasi anak. Kreativitas anak kurang
berkembang optimal jika tidak ada motivasi serta dorongan dari guru.

287
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
288
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
130

“Pada saat pelaksanaan kegiatan menggambar dengan bahan


yang bervariasi di TK Pembinan Singkep guru memotivasi semua
anak, khususnya pada anak yang belum percaya diri. Setelah
dilakukan tindakan, pada siklus I anak sudah mulai berani
mengerjakan sendiri tanpa contoh, dan juga berani
292
mengungkapkan ide dalam bentuk hasil karya.”

Pada siklus II anak-anak sudah menunjukkan peningkatan


kreativitas, hasil karya anak lebih bervariasi serta anak sudah berani
mengungkapkan dan mengkomunikasikan hasil karyanya tanpa dibantu
guru.
“Hal ini diperkuat teori Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, yang
menyatakan bahwa: “Untuk membantu mengembangkan potensi
kreatif anak, guru harus memotivator dan menghargai karya anak.”
Kreativitas anak dapat di lihat dari kreativitas anak pratindakan
berada pada kriteria mulai berkembang.”293

Setelah adanya tindakan pada siklus I yaitu melalui kegiatan


menggambar dengan penggunaan alat dan bahan yang bervariasi, terjadi
peningkatan yaitu kreativitas anak meningkat, berada pada kriteria
berkembang sesuai harapan.
“Dari hasil data yang diperoleh pada siklus I masih perlu melakukan
tindakan berikutnya karena hasil yang didapat belum optimal. Data
yang diperoleh pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan
yang lebih baik. Kreativitas anak meningkat, sebagian besar anak
sudah mampu membuat hasil karya sendiri yaitu berada pada
kriteria berkembang sangat baik.”294

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor kendala


sehingga pemberian tindakan belum mampu untuk mencapai keberhasilan
100%. Faktor tersebut diantaranya adalah terdapat seorang anak yang
belum memiliki usia cukup untuk di tempatkan di kelas.
Dari segi umur anak tersebut juga tergolong masih sangat muda.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Masitoh yang menyatakan bahwa:

292
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
293
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
294
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
131

“Belajar anak dipengaruhi oleh kematangan.” Yuliani Nurani Sujiono


menambahkan bahwa:
“Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-
masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis.
Dengan demikian usia anak tersebut, yang tergolong masih sangat
muda mempunyai kematangan yang berbeda dengan anak-anak
lain yang sudah cukup umurnya.”

Kondisi anak yang masih ditunggui oleh orangtuanya juga


menyebabkan anak tidak fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Sesuai dengan pendapat Bredecamp & Copple, Brenner dan Kellough
dalam Masitoh yang menyebutkan bahwa:
“Salah satu hakikat anak adalah anak bersifat unik. Masing-masing
anak berbeda satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat,
kapasitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing. Meskipun
terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat
diprediksi, pola perkembangan dan belajar tetap memiliki
perbedaan satu sama lain. Dari hasil penelitian yang telah diuraikan
di atas, kegiatan menggambar dapat meningkatkan kreativitas anak
TK Pembina Singkep.”295

Perkembangan kreativitas anak meningkat dan kegiatan


pembelajaran lebih menarik dan juga motivasi dari guru. Anak juga terlihat
senang dalam melakukan kegiatan menggambar baik pada siklus I
maupun siklus II.
“Kelebihan dari kegiatan yang dilaksanakan sangat bervariasi yaitu
meliputi kegiatan menggambar menggunakan bidang dasaran yang
bermacam-macam serta menggunakan bahan yang bervariasi dan
beragam. Anak dibebaskan untuk mengeksplorasi bahan-bahan
yang telah disediakan menjadi suatu hasil karya yang asli dengan
cara anak sendiri dan bebas menggunakan alat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.”296

Melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreativitas


anak dapat berkembang optimal. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan, penelitian tindakan kelas dengan menggunakan kegiatan

295
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
296
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
132

menggambar dapat meningkatkan kreativitas anak TK Pembina Singkep


pada tahun ajaran 2019/2020.
133

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada Bab I sampai Bab IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada awal penelitian melakukan kegiatan kolase dengan
menggunakan media daun pisang tampak anak sudah langsung
merasa tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan yang
dicontohkan oleh guru. Meskipun demikian, masih tampak juga adanya
sebagian anak yang ragu-ragu, malu, dalam memulai kegiatan kolase
tersebut. Hal ini dikarena kegiatan kolase merupakan kegiatan yang
baru bagi anak.
2. Kemampuan kreativitas anak dapat meningkat melalui kegiatan kolase
dengan menggunakan media daun pisang pada anak Taman Kanak-
Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulaaun Riau. Kolase daun pisang
sangat cocok digunakan umtuk anak usia dini, karena medianya
menarik dan baru bagi anak dan sesuai dengan prinsip pemilihan
media yaitu mampu menumbuhkan minat dan menarik bagi anak
sesuai dengan kapasitas kemampuan fisik anak dan lain-lain. Hal ini
dapat dibuktikan dengan berkembangnya kemampuan anak dalam
keterampilan kreativitas seni dari mulai kondisi pra siklus, siklus I dan
siklus II. Pada kondisi awal pra siklus, perubahan positif kreativitas
anak sudah tampak pada tingkat BSH hingga BSB dengan indikator
skor pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut: pada pra-
siklus (pertemuan I) masih berada diangka 37.66 %. Namun kemudian
meningkat pada siklus I (pertemuan 2) sebesar 64.33%. Dan kemudian
meningkat kembali pada siklus II (pertemuan 3) sebesar 93.33%.
3. Melalui kegiatan kolase dengan menggunakan daun pisang dapat
meningkatkan hasil belajar anak, dengan adanya peningkatan pada
setiap Siklus. Pada siklus I terjadi peningkatan kemampuan anak
134

dalam kreasi kolase daun pisang pada setiap pertemuan, tetapi belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan pada siklus II
terjadi peningkatan dan hasilnya telah memenuhi KKM yang telah
ditetapkan.
B. Implikasi
Dalam rangka meningkatkan kemampuan kreativitas seni anak,
dapat dilakukan melalui kegiatan kolase daun pisang. Adapun kegiatan ini
sangat cocok diberikan kepada anak usia dini. Aplikasi daun pisang untuk
kegiatan kolase bagi anak dapat memudahkan pembelajaran kepada
anak, karena menyenangkan, menarik dan baru serta pembelajaran dapat
berjalan dengan baik.

C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang ingin
peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Hendaknya guru dapat menerapkan kegiatan kolase daun pisang,
karena dengan media ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
berkreativitas;
2. Dalam menggunakan media pembelajaran sebaiknya guru lebih kreatif
dalam merancang media yang akan disajikan kepada anak sehingga
anak menjadi bersemangat dan tertarik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran;
3. Untuk merangsang dan meningkatkan minat anak dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya guru terlebih dahulu menciptakan suasana
yang kondusif;
4. Bagi peneliti yang lain diharapkan dapat melakukan dan
mengungkapkan lebih jauh tentang perkembangan kemampuan
kreativitas anak melalui metode dan media lainnya.
135

D, Kata Penutup
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam karena atas petunjuk
dan Ridha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan segala
usaha yang maksimal, walaupun terdapat beberapa rintangan dan
hambatan yang dihadapi tetapi kesemuanya itu penulis anggap sebagai
tantangan dalam meraih ilmu dan kesuksesan.
Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnan dan mungkin terdapat beberapa kekeliruan yang penulis
tidak sadari sewaktu dalam penulisan. Oleh karena itu peneliti
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari seluruh pembaca
guna penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
Semoga apa yang dihasilkan oleh peneliti pada hari ini dalam
bentuk penelitian tesis ini dapat menjadi suatu ibadah dalam mensyukuri
nikmat Allah SWT dan mendapatkan ridha disisi Allah SWT. Akhir kata,
peneliti tutup dengan ucapan shalawat dan salam serta pujian bagi
Rasulullah SAW. Wasalamu’alaikum, wr wb.

Jambi, Maret 2021

SUMARNI
NIM: 182876
136

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anonim, al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro, 2008

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Jilid II. Beirut: Dar al-Fikr,
t.th

Aisyah, Dewi. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD


Harapan Kabupaten Karawang 2017

Anonim, Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian


Agama RI Nomor: 3489 Tahun 2016. t.tt: Kurikulum RA Landasan
Hukum, t.th

Anonim, Undang-undang Sisdiknas. Bandung: Nuansa Aulia, 2008

Arikunto, Proseur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta, 2006

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik


Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Asmawati, Luluk Perencanaan Pembelajaran PAUD. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2014

Caroll Seefelt dan Barbara A. Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Indeks, 2008

Depdiknas. Pengembangan Model Pembelajaran di Taman Kanak-kanak


Jakarta: Depdiknas, 2007

Fadilah. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini (Menciptakan


Pembelajaran Menarik Kreatif dan Menyenangkan. Jakarta:
Prenamedia Group, 2014

Hajar Pamadhi dan Evan Sukadi, Seni Keterampilan Anak. Yogyakarta:


Universitas Terbuka, 2010

Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, Seni Keterampilan Anak. Bandung:


Rosdakarya, 2010
137

Hanindita, Meta. Play and Learn. Yogyakarta: CV. Paramitra media, 2015
Harun Rasyid da Mansur, Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Ilmu,
2009

Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana


Ilmu, 2009

Hurlock. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga,1978

Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Edukasia, 2009

Jim Supangkat, Ikatan Silang Budaya Seni Serat Biranul Anas. t.tt: Art
Fabrics, 2006

Kamtini, Damaiwaty Ray Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: EDSA


Mahkota, 2007

Kartini Kartono, Upaya Orang Tua dalam Menata Pendidikan Keluarga.


Bandung: Mandar Maju, 1990

Kustiawan, Usep. Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini


Malang: Gunung Samudra, 2016

Madya, Suwarsih. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Bandung:


Alfabeta, 2009

Malik, Abd. Ragam Paradigman Sosiologi. Yogyakarta: Pusaka, 2013.

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005

Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005

Mardianto, Psikologi Pendidikan. Meda: Perdana Publishing, 2014

Masganti, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Teori dan Praktik


Medan: Perdana Publishing, 2016

Mochtar, Syansuar. Anak dan Dunianya. Jakarta: Kencana Media


Prenada, 1987

Mukhtar Latif dkk, Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana, 2013
138

Mulyani, Novi Pengembangan Seni Anak Usia Dini (Bandung: Rosda,


2017

Mulyani, Yani Kemampuan Fisik, Seni dan Manajemen Diri Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2007

Mulyasa, Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012

Munandar, Mengebangkan Bakat dan Kreativitasa Anak Sekolah (Jakarta:


Rajawali Pres, 2004

Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta:


RIneka Cipta, 1999

Muslihatun, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Rineka


Cipta, 2004

Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana


Prenada Media, 2012

Nasih, Ahmad M. dan Lilik N. Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama, 2009

Nicholson, Sue. Membuat Kolase. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,


2005

Nidaul Manafiah, Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Multiple


Intelegence. Jawa Tengah: Mangku Bumi, 2018

Nita Leland, Creative Collage Techniques. New York: Reinhard and


Winston, 2006

Purwanto, Ngalim Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006

Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada


Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana, 2010

Rachmawati. Pengaruh Kinerja terhadap Lingkungan. Jakarta: Rajawali


Press, 2013

Rachmawati. Strategi Pngembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman


Kanak-kanak. Jakarta: Kencana, 2010

Ramadhan, Ammy Triyuni, Asyik Bermain Sambil Berkreasi. Yogyakarta:


Pustaka Grathama, 2012
139

Ramli. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak 2010

Rusdinal, Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas,


2005

Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media, 2010

Saputra, Yudha M. dan Rudyanto, Pembelajaran Kooperatif untuk


Meningkatkan Keterampilan Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Gramedia Press, 2005

Sarah Ramadhan, Pengarah Aktivitas Bermain Menggunakan Bahan


ALam terhadap Kemampuan Anak 2017

Seri. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbua, 2008

Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:


Hikayat, 2005

Soemantri, Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya,


2004

Sofia Hartati, Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta:


Depdiknas, 2005

Solichah, Silvana. Keterampilan Keterampilan Kolase. Yogyakarta:


Jakarta: Gramedia, 2014

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010

Sukardi. Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan


Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Sukardi. Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan


Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Sumanto. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas, 2005

Sumnto, Pengembangan kreativitas Seni Rupa Anak Sekoah Dasar


Jakarta: Depdiknas, 2006

Susanto, Ahmad. Peningkatan Kreativitas Seni Anak. Jakarta: Gramedia


Press, 2010

Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta Kencana, 2011


140

Suyanto, Slamet Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:


Depdiknas, 2005

Tedi. Paradigman Pndidikan Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005

Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain


t.tt: t.p, t.th

Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia


Dini Kelas AwalSD/MI. Jakarta: Kencana, 2011

Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada,


2011

Wiyani, Save Our Children From School bullying. Yogyakarta: Arruz


Media, 2011

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas


pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana, 2010

JURNAL

Anwar, Citra Rosalyn Karta Jayadi, Arifin Manggu. “Kolase Barang Bekas
untuk Kreativitas Anak (Taman Kanak-kanak Nurul Taqwa
Makassar).” Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran,
Vol. I, No. 1. (2018)

Kasta, Ahem. “Peningkatan Kreativitas Seni Anak Melalu iKolase dengan


Menggunakan Daun Pisang di TK Aisyiyah Talaok.” Jurnal JRTI.
Vol III.No. 2 (2018)

Jailani, M. Sahran. “Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab


Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini.” Jurnal Pendidikan
Islam Nadwa. Vol. 8. Nomor. 2 Oktober, 2014

Jailani, M. Sahran. “Guru Profesional dan Tantangan Dunia Pendidikan.”


Jurnal al-Talim. Vol. 21. No. 1. Februari, 2014

Malik, Abd. Aris Dwi Nugroho. “Menuju Paradigma Penelitian SOsiologi


yang Integratif.” Jurnal Sosiologi Reflektif. Vol. 10. No. 2 April, 2016

PUBLIKASI ILMIAH
141

Arifin, Fadulah, Sahran Jailani dan Minnah El Widdah. “Komepetensi


Pedagogik Guru PAUD dalam Pengembangan Kognitif Anak Usia
Dini 5-6 Tahun di Taman Kanak-kanak Happy Kids Kuala Tungkal
Tanjung Jabung Barat.” Tesis. Jambi: UIN Sutha Jambi, 2020

Azuratul Husnah, “Peningkatan Kreativitas Melalui Teknik Kolase pada


Anak Kelompok B di TK Islam Terpadu Insan Madani Tahun Ajaran
2017/2018.” Karya Ilmiah. Medan: UIN Sumatera Utara, 2018

Isma Yunita Sari, Pengaruh Alat Permainan Edukatif (Ape) Bahan ALam
terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Lampung: UIN
Raden Intan, 2017

Chiang, Miky M. Syukri, dan Halida. Peningkatan Kreativitas Melalui


Pembelajaran Kolase dengan Menggunakan Bahan Alam pada
Anak Usia 5-6 Tahun. Pontianak: FKIP Untan, t.th

Frantya Puspita Dewi, “Peningkatan Kreativitas Melalui Kegiatan Kolase


pada Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Kecamatan Turi
Kabupaten Sleman.” Karya Ilmiah. Yogyakarta: UNY, 2014

Halimah, Nur Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini


Melalui Kegiatan Kolase dengan Berbagai Media pada Anak
Kelompok B3 di TK ABA Ngoro-ngoro Patuk Gunung Kidul
Yogyakarta: UIN Yogyakarta, 2016

Neti Familiani, “Penerapan Media Kolase Dalam Meningkatkan Motorik


Halus Kelompok A di TK PKK Mulyojati 16 C Metro Barat Kota
Metro.” Karya Ilmiah. Lampung: IAIN Metro, 2019

Rusmawati, Ni Made “Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan


Bermain dengan Teknik Kolase pada Anak Didik Kelompok B TK 01
Ngemplak Tahun Pelajaran 2012/2013.” Karya Ilmiah. Surakarta:
Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2013

Subekti, Ika Nur Peningkatan Motorik Halus Anak Kelompok B Melalui


Metode Demonstrasi Proses Kreasi Kolase Kulit Bawang di TK
Dharma Indra II Sumbersari Kabupaten Jember tahun Ajaran
2016/2017. Jember: Universitas Jember, 2007

Sujana, Ahmad Syukri dan Musa. “Melalui Kegiatan Mencoret, Merobek


dan Menempel (3M) Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus
142

Anak Autis di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi.” Tesis.


Jambi: UIN Sutha Jambi, 2019

INTERNET

Hendang, Lastri. Memanfaatkan Bahan Alam Sebagai Media Bermain


http://lastriendang.blogspot.com

Ria Yukananda, Penggunaan Media Baham Alam Peningkatan


Keterampilan (jurnal.fkip.uns.id)
143

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : SUMARNI
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Temapat/Tgl Lahir : SERASAN, 14 AGUSTUS 1970
Alamat : Jalan Tiram Dabo Singkep Lingga Kepulauan Riau
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : sumarnimunziri11@gmail.com
No Kontak : 0822-8358-7748

Pengalaman-pengalaman
Pendidikan formal
1. SD/MI, Tahun Tamat : 1983
2. SMP/MTS, Tahun Tamat : 1986
3. SMA/MA, Tahun Tamat : 1989
4. S1 Jurusan MPI FTK UIN STS Jambi, Tahun Tamat : 2020

Motto Hidup:
“Semakin banyak belajar semakin kita sadar bahwa masih
banyak yang belum kita ketahui.”
Sumarni
ORIGINALITY REPORT

SIMILARITY INDEX INTERNET SOURCES PUBLICATIONS


6%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

II eprints.uny.ac.id
Internet Source 5%
repository.uinsu .ac.id
Internet Source

repository.radenintan .ac.id
El Internet Source

II docplayer.info
Internet Source

repositori.umsu.ac.id
Internet Source

www.scribd.com
Internet Source

II core.ac.uk
Internet Source

file.upi.edu
El Internet Source

Submitted to Universitas Negeri Padang


El Student Paper

es.scribd.com
Im Internet Source <1 %

m Submitted to Universitas Pendidikan Indonesia


Student Paper <1 %
dunia-blajar .blogspot.co .id
Ill Internet Source <1 %

m mafiadoc .com
Internet Source <1 %

II aksayalfathsaparuddin
Internet Source
.blogspot.com
<1 %

m repo.iain-tulungagung .ac.id
Internet Source <1 %

m Ahem Kasta. "Peningkatan kreativitas seni anak


melalui kolase dengan menggunakan dau· <1 %
pisang di TK Aisyiyah Talaok", JRTI (Jun 146/155
Riset Tindakan Indonesia), 2019
Publication

m jurnal .untan.ac.id
Internet Source <1 %

Anda mungkin juga menyukai