TESIS
Oleh:
SUMARNI
NIM: MPU.182876
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: pasca@uinjambi.ac.id
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku di Program Pascasarjana UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, maka kami berpendapat bahwa tesis saudara: Sumarni
dengan judul “Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Kolase Daun Pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau” telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Dua
(S2) Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini pada Program
Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga bermafaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Mengetahui
Wakil Direktur
Nama : Sumarni
Nim : MPU182876
Judul : Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Kolase Daun Pisang Di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: pasca@uinjambi.ac.id
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
PASCASARJANA
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731
e-mail: pasca@uinjambi.ac.id
Tesis dengan judul “Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Kolase Daun Pisang di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau.”, yang di seminarkan pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 5 Februari 2021
Jam : 11.00 – 12.00 WIB
Tempat : (Aplikasi Zoom) Online
Nama : Sumarni
Nim : MPU.182876
Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang diatas dan telah diterima sebagai
bagian dari persyaratan tahap akhir tesis dalam kosentrasi Manajemen Pendidikan
Islam pada Pascasarjana UIN Sultan Thaha Saifudin Jambi.
PENGESAHAN PERBAIKAN TESIS
No Nama Tanda tangan Tanggal
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis
yang berjudul: “Meningkatkan Kreativitas Seni Anak Usia 5-6 Tahun
Melalui Kolase Daun Pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau” Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya.
Dalam penyususnan tesis ini, penulis senantiasa menerima
bantuan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, ucapan terima kasih
dan segenap penghargaan penulis khususkan kepada kedua orang
tua,suami dan anak-anak atas cinta, keikhlasan dan perjuangannya yang
telah mendidik, membimbing dan membesarkan penulis, yang selalu
memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
Namun penulis juga sangat berterima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idi Asyari, MA., Ph. D selaku Rektor UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
2. Bapak Prof. Dr. H. Husein Ritonga, M.A., selaku Direktur Pascasarjana
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
3. Bapak Dr.H.M Syahran Jailani,M.Pd selaku dosen pembimbing I yang
telah banyak memberikan pengarahan guna penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Dr.Mahmud MY,M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan pengarahan guna penyempurnaan tesis ini.
5. Bapak/Ibu Dosen di lingkup Pascasarjana UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi;
6. Kedua orang tua ,suami dan anak-anak peneliti yang telah
memberikan kontribusi secara materil dan moril sehingga membantu
proses penyelesaian tesis ini.
7. Rekan-rekan Mahasiswa/I di lingkup Jurusan MPI yang telah menjadi
teman diskusi sehingga peneliti mendapatkan masukan yang
konstruktif guna penyempurnan tesis ini.
- -----··-----
Penulls,
2t::-
a
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................136
RIWAYAT HIDUP PENELITI ...............................................................142
LAMPIRAN ...........................................................................................143
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Depdiknas, Pengembangan Model Pembelajaran di Taman Kanak-kanak (Jakarta:
Depdiknas, 2007), hlm. 2
2
2Ibid., hlm. 1
3
3
Ibid.
4
M. Sahran Jailani, “Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang Tua
dalam Pendidikan Anak Usia Dini.” Jurnal Pendidikan Islam Nadwa. Vol. 8. Nomor. 2
(Oktober, 2014), hlm. 246
4
Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak hanya sebagai
pengajar, tetapi sekaligus ia adalah seorang pendidik. Hal ini dikarenakan
sosok seorang guru sangat urgen dalam sebuah intitusi pendidikan:
“Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi peluang untuk
munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang
kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu
menggunakan berbagai pendekatan dalam proses kegiatan belajar
dan membimbing siswanya. Ia juga figur yang senang melakukan
kegiatan kreatif dalam hidupnya.”8
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Yeni Rachmawati, Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 31
5
Dalam hal ini, anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak harus
dibiasakan untuk berada secara nyaman dengan lingkungan pendidikan
karena hal ini mengoptimalkan perkembangan sang anak. Berikut
keterangan ahli:
“Anak memang harus dibiasakan untuk mendapatkan rangsangan
pendidikan dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan.
Perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi anak
secara optimal pada setiap tahap perkembangannya. Tingkat
pencapaian perkembangan anak meliputi aspek nilai moral agama,
kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial-emosional dan seni. Semua
aspek perkembangan tersebut sangat penting untuk dikembangkan
secara seimbang antara aspek yang satu dengan aspek yang
lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan
potensi anak salah satunya kreativitas seni yang ikut serta
menentukan keberhasilan anak dikemudian hari.”10
9
Anonim, Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
Nomor: 3489 Tahun 2016. (t.tt: Kurikulum RA Landasan Hukum, t.th), hlm. 2
10
Ibid.
11
Ibid.
6
12Ibid.
13Ibid.
14Ibid.
berbagai gagasan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan
menjadi suatu karya seni.” Adapun beberapa bidang seni yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
“(1) Anak dapat menggambar sederhana, dengan indikator sebagai
berikut: menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis,
pensil warna, krayon, arang, dan bahan-bahan alam) dengan rapi;
menggambar bebas dari bentuk dasar titik. lingkaran, segitiga, dan
segi empat; menggambar orang dengan lengkap dan proporsional;
stempel/mencetak dengan berbagai media (jari/finger painting,
kuas, pelepah pisang, daun, bulu ayam) dengan lebih rapi. (2) Anak
dapat mewarnai sederhana.”15
Ada beberapa hal yang menjadi contoh sebuah cara yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan daya kreativitas pada seorang anak yaitu
sebagai berikut:
Kesatu, Anak dapat menciptakan sesuatu atau benda dari sesuatu
atau benda lainnya. Misalnya: “Anak bisa memanfaatkan bahan-bahan
dengan berbagai media, dengan indikator seperti meronce dengan manik-
manik sesuai pola (pola); meronce dengan berbagai media. Misal bagian
tanaman, bahan bekas, karton, kain perca, dan lain-lain; menciptakan 3
bentuk bangunan dari balok; menciptakan 3 bentuk bangunan dari balok;
menciptakan 3 bentuk dari kepingan geometri; menciptakan bentuk dari
lidi.”16
Kedua, mengenalkan anak dengan kegiatan menganyam melalui
berbagai media, beberapa model yang bisa dilakukan misalkan: “Kain
perca, daun, sedotan, kertas, dan lain-lain; membatik dan jumputan;
membuat gambar dengan teknik kolase dengan memakai berbagai media
(kertas, ampas kelapa, biji-bijian, kain perca, batu-batuan dan lain-lain);
membuat gambar dengan menggunakan teknik mozaik dengan memakai
15
Ibid.
16
Ibid. Lihat pula: Ismatul Khasanah dkk, “Pemanfaatan Lingkungan dan Barang
Belas Sebagai Alat Permainan Edukatif (APE) Bagi Kader Pos PAUD Kelurahan Tambak
Rejo Semarang.” Makalah. (t,th), hlm. 28 dalam http://medianeliti.co .id diakses pada 05
Maret 2020
17
Ibid.
Ketiga, Sang anak juga bisa meningkatkan kreativtiasnya melalui
kegiatan seperti: “Membuat mainan dengan teknik menggunting, melipat,
dan menempel; mencocok dengan pola buatan guru atau ciptaan anak
sendiri; permainan warna dengan berbagai media, misal: krayon, cat air
dan lain-lain; melukis dengan jari (finger painting); melukis dengan
berbagai media (kuas, bulu ayam, daun-daunan dan lain-lain); membuat
berbagai bunyi dari berbagai alat membentuk irama; membuat berbagai
bentuk dari kertas, daun-daunan, dan lain-lain; menciptakan alat perkusi
sederhana dan mengekspresikan dalam bunyi yang berirama; bertepuk
sederhana.”21
18
Ibid.
19
Ibid. Lihat pula: Retno Tri Wulandari, “Pembelajaran Olah Gerak dan Tari sebagai
Sarana Ekspresi dan Apresiasi Seni Bagi Anak Usia dini.” Makalah. (t.th), hlm. 5. Dalam
http://www.lib.um.ac.id diakses pada 05 Maret 2021
20
Ibid.
21
Ibid.
9
Ketujuh, kreativitas sang anak juga bisa dipacu dengan jalan: “Anak
dapat mengekspresikan gerakan berdasarkan cerita dan lagu, dengan
indikator: mengekspresikan gerakan sesuai dengan syair lagu atau cerita;
dan mengucapkan syair lagu sambil diiringi senandung lagunya.”22
Kedelapan, Kreativitas anak dapat pula dengan memperkenalkna
anak dengan kegiatan pantomime. “Anak dapat melakukan gerakan
pantomin, dengan indikator: mengkomunikasikan gagasan melalui gerak
tubuh; dan menceritakan gerak pantomim ke dalam bahasa lisan.”23
Hurlock mengemukakan pendapatnya tentang kreativitas adalah
sebagai berikut:
“Bahwa kreativitas merupakan proses mental yang unik, suatu
proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu
yang baru berbeda dan orisinil. Kreativitas akan muncul pada
individu yang memiliki motivasi tinggi, rasa ingin tahu, dan imajinasi.
Individu yang kreatif akan selalu mencari dan menemukan jawaban
dalam memecahkan masalah, selalu bersikap terbuka terhadap
sesuatu yang baru dan tidak diketahui sebelumnya serta memiliki
sikap yang lentur (fleksibel), suka mengekpsresikan diri dan
bersikap natural (asli).”24
22
Ibid.
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid. Lihat pula: Purwanto, “Bermain dan Berkreasi untuk Melatih Perkembangan
Anak Usia Dini Menggunakan Puzzle Edukatif Menggunakan Bambu.” Jurnal Strategi
Desain dan Inovasi Sosial Vol. 1 No. 1 (2019), hlm. 28
10
26
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: RIneka
Cipta, 1999), hlm. 67
27
Ibid.
28
Ibid.
29
Ibid.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau pada saat pembelajaran
menunjukan bahwa, kreativitas anak kelompok belajar masih belum
berkembang optimal.
“Hal ini dapat terlihat ketika mengerjakan tugas yang berhubungan
dengan keterampilan khususnya membuat bentuk secara bebas
dari kolase daun pisang. Dari 15 anak yang ada di kelas, ada 10
anak yang belum berani mencoba dan menambah bentuk lain dari
contoh yang sudah ada, anak lebih dulu mengatakan “tidak bisa”
saat diminta membuat bentuk, misalnya buah yang tidak
dicontohkan guru.”30
membuatnya.”33
30
Observasi tanggal 12 Januari 2020
31Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, Seni Keterampilan Anak (Bandung: ROsdakarya,
2010), hlm. 4-5
32
Silvia Solicah, Keterampilan Kolase (Yogyakarta: Indo Publika, 2017), hlm. 1
33Ibid.
12
34Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi, Seni Keterampilan Anak (Bandung: ROsdakarya,
2010), hlm. 4-5
35
Ibid.
36
Ibid.
13
“Dari 15 anak yang ada di kelas, ada 10 anak yang belum berani
mencoba membuat bentuk atau gambar lain dari contoh yang
sudah ada, anak lebih dulu mengatakan “tidak bisa” saat diminta
membuat bentuk, misalnya buah yang tidak dicontohkan guru.”42
“Terbukti dari hasil karya keempat anak tersebut ada yang bisa
menggambar jeruk, semangka, anggur dan mangga serta
mewarnainya dengan perpaduan warna yang menarik. Sementara
anak yang lain kurang berkreasi dengan warna dan gambarnya.
Pada saat guru bertanya gambar apa yang telah dibuat, anak
belum bias mengkomunikasikan hasil karyanya. Hal ini
menunjukkan bahwa kreativitas anak di Taman Kanak- Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau belum meningkat.”45
B. Fokus Penelitian
51
48Observasi tanggal
tanggal 20
15 Januari
Januari 2020
2020
49Observasi tanggal 13 Januari 2020
50Observasi tanggal 12 Januari 2020
Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah. Permasalahan
pada tesis ini difokuskan pada peningkatan kreativitas seni anak-anak TK
Pembina Singkep melalui kolase dengan menggunakan bahan alami yaitu
daun pisang.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
diketahui bahwa adanya masalah kreativitas menggambar anak yang
belum tumbuh dengan maksimal, hingga bisa diformulasikan
permasalahan bagaikan berikut: Bagamanakah metode buat
meningkatkan kreativitas seni anak lewat kolase daun pisang di Taman
Anak- anak Negara Pembina Singkep Kepulauan Riau?
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua
bagian, yaitu kegunaan secara teoritis dan kegunaan penelitian secara
praktis. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan Teoritis
1) Dapat dijadikan sebagai acuan studi relevan bagi peneliti berikutnya
yang berminat pada tema penelitian yang sama dengan tesis ini.
2) Sebagai bahan diskusi dan evaluasi di kalangan mahasiswa,
khususnya mahasiswa PIAUD UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jamb.
b. Kegunaan Praktis
1) Untuk Siswa
52Observasi tanggal 15 Januari 2020
53Observasi tanggal 13 Januari 2020
21
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN
22
YANG RELEVAN
A. LANDASAN TEORI
Menurut Malik, teori disusun adalah dengan tujuan mempertega
variabel yang akan diteliti sehingga menjadi jelas indikator-indikatornya
untuk dianalisis kemudian. Hal ini sebagaimana pernyataan beliau berikut:
“suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau
lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta merupakan
sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara
empiris. Oleh sebab itu dalam bentuk yang paling sederhana, teori
merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang telah diuji
kebenarannya..”54
1. Konsep tentang Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kajian literature menampilkan kalau ada bermacam definisi
mengaenai sebutan kreativitas. Banyak ahli yang memandang kreativitas
bagaikan sesuatu wujud pemikiran (mental), sedangkan sebagian
golongan menganggapnya bagaikan upaya menciptakan sesuatu produk.
Secara universal, The Oxford English Dictionary (1995)
menarangkan: “creativity as being imaginative and inventive, bringing into
existence, making, originating.‟
Oleh sebab itu, sebutan kreativitas berkenaan dengan pergantian
yang bisa menciptakan gagasan baru: kapasitas buat menciptakan
gagasan yang otentik, inventif serta baru.
Torrance di tahun 1984 telah mendefinisikan kreativitas adalah
ibarat “a process of becoming sensitive to problems” serta mengenali 4
komponen kreativitas, yaitu:
“1) fluency, ialah keahlian buat menciptakan banyak gagasan (large
number of ideas); 2) fleksibilitas, ialah keahlian buat menciptakan
macam gagasan (variety of ideas); 3) elaborasi, ialah keahlian buat
55Ibid
56Ibid
23
biasa. Jika dilihat dari perspektif ini, maka sepertinya kreativitas ini
memang lebih dominan dimunclkan oleh sang anak itu sendiri.
Sedangkan itu, Standler pada tahun 1998 berupaya membedakan
kreativitas dengan intelegent dengan mengatakan: “Orang yang pandai
mempunyai keahlian buat belajar serta berpikir, sedangkan orang yang
kreatif melaksanakan suatu yang belum sempat dicoba tadinya.”
Tetapi demikian, pada dasarnya kedua tipe keahlian tersebut silih
menunjang serta meningkatkan. Dalam konteks pembelajaran di sekolah,
Cropley (1992) mengajukan definisi pendidikan berbasis kreativitas
bagaikan proses yang meningkatkan kapasitas buat mendapatkan
gagasan. Perihal seragam dikemukakan oleh Higgins (1994) yang
mendefinisikan kreativitas bagaikan:
"The process of generating something new that has value, yang
berkaitan dengan sebutan inovasi yang dimaksud bagaikan" a
creation that has a significant value". Oleh sebab itu, pendidikan
sains berbasis kreativitas menekankan pada fasilitasi siswa buat
menciptakan gagasan baru yang efisien serta etik( mempunyai arti
serta nilai).”
57
Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativits pada Anak (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 13
58
Wiyani Save Our Children From School Bullying (Yogyakarta: School Media, 2012),
hlm. 99
25
59
Mulyasa, Praktek Penelitian Tindakan kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 92-93
60
Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Jakarta:
Rajawali Press, 2004), hlm. 34
61
Racmawti, Strategi pengembangan Kreatvitas Anak (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.
15
26
62
Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 1978), hlm. 5
63
Ibid., hlm. 6
64Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: Rosdakarya, 2012), hlm 93
27
67
Ramli,
Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak (2010), hlm. 23
68
Ibid
69
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Op.Cit., hlm. 53-54
70
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.
120
71
Ramli, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak (2010), hlm. 14
29
72
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Press, 2011),
hlm. 125
73
Ibid., hlm. 126
74
Ibid., hlm. 127
30
75
Ibid.
76
Ibid., hlm. 130
77
Dewi Aisyah, Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Harapan
Kabupaten Karawang (2017), hlm. 43
78
Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-kanak (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 52
31
“Guru harus mengetahui bahwa setiap anak itu kreatif hanya saja
setiap anak memiliki tingkat kreativitas yang berbeda-beda, tinggal
bagaimana guru sebagai pendidik memberikan kesempatan dan
kebebasan pada anak dalam mengembangkan kreativitasnya.
Sehingga guru dapat mengoptimalkan perkembangan kreativitas
anak dengan baik dan anak juga akan mampu meningkatkan
kemapuan kreativitasnya dengan baik.”79
79
Ibid.
80
Sumanto, Pengembangan Kreativitas Sni Rupa anak (Jakarta: Depdiknas, 2005),
hlm 6
32
81
Ibid.
82Tedy, Meningkatkan Peran Guru di Sekolah (Jakarta: Rajawali, 2005), hlm. 2
83
Sri Media Pembelajaran, (Surakarta: Dabutar, 2008), hlm. 10
33
derap gerak yang indah untuk dinikmati. 3) Kemudian, ada lagi yang
disebut dengan seni rupa yaitu seni yang diciptakan dengan
menggunakan element atau unsur rupa dan dapat diapresiasi
secara layak melalui indra mata manusia yang melihatnya.
Pengembangan kreativitas seni rupa anak TK adalah kegiatan
berekpreasi seni rupa dua dimensi dan kegiatan kreatif seni rupa
tiga dimention yang dapat dipraktekkan oleh anak usia dini.” 84
area-area dalam ranah kognisi otak dari pada tanpa melibatkan seni.” 85
Selanjutnya menurut Sumanto kreativitas seni adalah bagian dari
sebuah kegiatan yang berproduksi atau berkarya dapat pula berupa hasil
karya seni yang mempunyainilai unik,indah dan kesan lainnya.86
Berdasarkan penjelasan dan argumetasi di atas dapat
dikonklusikan bahwasanya kreativitas seni adalah kegiatan stimulasi
kreatif, bermutu berupa karya seni yang mempunyai nilai unik yang
dilakukan dengan mengkreasikan benda-benda yang ada dilingkungan
sekitar dengan memadukan unsur-unsur seni yang ada agar nantinya
anak bisa menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
dihadapinya dalam menghasilkan suatu karya seni. Adapun aktor utama di
dalam pengembangan kreativitas anak tersebut membutuhkan sosok guru
yang dapat memandu anak-anak. Hal ini diungkapkan oleh Jailani sebagai
berikut: “Aktor utama dari semua yang dikemukakan di atas
84
Ibid.
85
Suyadi, Implementasi dan Inovasi Kurikulum PAUD (Bandung: Remaja Rodakarya,
2014), hlm. 171
86
Sumanto, Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak (Jkarta : Depdiknas, 2005),
hlm. 10
34
87
M. Sahran. “Guru Profesional dan Tantangan Dunia Pendidikan.” Jurnal al-Talim.
Vol. 21. No. 1. (Februari, 2014), hlm. 3
88
Sujana, Ahmad Syukri dan Musa. “Melalui Kegiatan Mencoret, Merobek dan
Menempel (3M) Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Autis di Taman Kanak-
kanak Buah Hati Kota Jambi.” Tesis. (Jambi: UIN Sutha Jambi, 2019), hlm. 31
89
Fadulah Arifin, Sahran Jailani dan Minnah El Widdah. “Komepetensi Pedagogik
Guru PAUD dalam Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini 5-6 Tahun di Taman Kanak-
kanak Happy Kids Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat.” Tesis. (Jambi: UIN Sutha
Jambi, 2020), hlm. 20
35
90
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 88
91
Ibid.
92
Slamet Suyanto, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat,
2005), hlm. 6
36
yang bernama Kartini Kartono telah menjelaskan bahwa anak usia dini
akan memiliki karakteristik sebagai berikut:93
1) “Sang anak biasanya akan memiliki sifat egosentris yang naif;
2) Sang anak akan mempunyai beberaa relasi sosial dengan beberapa
benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan lagi primitif
atau terbelakang/traditional;
3) Ada kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak
terpisahkan sebagai sati totalitas;
4) Sang anak akan memiliki suatu sikap hidup yang fisiognomis (yaitu
anak yang secara langsung akan memberikan atribut/sifat lahiriah atau
material terhadap setiap penghayatanya.”
93
Kartini Kartono, (1990), hlm. 109
94
Sofia Hartati, Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini (Jakarta: Depdiknas,
2005), hlm. 8-9
95
Rusdinal, Pengelolaan klas di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Diknas, 2005), hlm. 16
37
1) Anak yang sudah memasuki usia 5-6 tahun akan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a) “Pda diri sisi gerakan sang anak akan lebih terkontrol dengan baik dan
benar;
b) Dari sisi perkembangan bahasa anak juga sudah cukup baik berjalan
dengan sangat baik pula;
c) Sang anak juga sudah dapat bermain dengan baik dan berkawan
dengan teman-temannya secara kelompok dan akrab;
d) Peka terhadap lingkungan sekitar;
e) Mengetahui distingis antara gender dan statuta;
f) Sang anak sudah dapat menghitung angka 1 – 10.”
96Syansuar Mochtar, Anak dan Dunianya (Jakarta: Kencana Media, 1987), hlm. 230
38
97
Mansur, Penddkan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 56
98
Soemantri, Perkebangan Peserta Didik (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 142-
143
99
Soemantri, Perkebangan Peserta Didik (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 142-
143
39
Menurut Erikson, anak yang berasada pada fase usia usia dini
seperti halnya anak anak di TK Pembina sebenarnya berada pada tahap
innitive vs guilt yang sedang berjembang ke arah industry vs inferiority.103
Ismail sebagaimana dikutip oleh Harun menyatakan bahwa: “Pada
tahapan ini, sang anak akan mengalami suatu perkembangan yang
bersifat lebih positif dalam suatu kreativitas, banyak ide, imajinasi lebih
berkembang, berani mencoba untuk hal-hal yang positif, kemudian sang
anak juga akan berani mengambil resiko dan mudah bergaul dengan
teman-temannya di kelas dan lingkungan luar.” 104
Pada tahap perkembangan emosi ini, maka anak menunjukkan
sikap inisiatif yang artinya, yaitu sang anak mulai lepas dari pada ikatan
dan kekangan orang tua mereka, sang anak lebih cenderung ingin
bergerak bebas, dan mulai ingin memulai berinteraksi dengan lingkungan.
100
Yudha M. Saputra dan Rudyanto, Pengertian Motorik Halus Anak (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 26
101
Ibid.
102
Ibid., hlm. 145
103
Slamet Suyanto, dsar-Dasar pndidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta; Hikyat
Publishing, 2005), hlm. 72
104
Harun Rasyid da Mansur, Penilaian Hasil Belajar (Bandung: Wacana Ilmu, 2009),
hlm. 120
40
Inilah beberapa hal yang menjadi indikator perkembangan pada diri sang
anak tersebut.
Situasi lainnya saat anak telah memiliki semacam perkembangan
emosi yang baik adalah yaitu dimana sang anak dituntut dalam rangka
untuk mengembangkan perilaku ideal yang ingin diharapkan dalam
lingkungan sosialnya, serta bertanggungjawab atas apa yang dilakukanya.
Hal ini ditunjang pula dengan adanya perkembangan motorik anak
dan bahasanya yang sudah dapat menjelaskan perasaan dan pikirannya
dan mencoba menggapai apa yang dia inginkan dalam hatinya.
Menurut Caroll dan Barbara ada beberapa ciri-ciri tertentu tentang
perkembangan sosial anak usia PAUD khususnya pada usia lima tahun
antara lain yaitu adalah sebagai berikut:105
“Adapun beberapa karakteristik perkembangan social anak antara
lain adalah sebagai berikut: (1) Sang anak dapat mengatur emosi
dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang bisa diteria
secara sosial; (2) Sang anak telah mampu untuk memisahkan
perasaan dengan tindakan mereka; (3) Sang anak telah mampu
untuk menghayati perilaku yang pantas; (4) Kekerasan emosi dan
ledakan fisik mulai berkurang karena anak telah mampu
mengungkapkan perasaan melalui kata-kata; dan (5) Sang anak
tealah dapat membuat joke melucu dan membuat lelucon kepada
teman-teman lain.”
satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun.” 106 Demikianlah beberapa hal
yang termasuk dalam lembaga-lembaga pendidikan pada anak yang telah
105
Caroll Seefelt dan Barbara A. Wasik, Media Pembeljaran (Surakarta: UNS Pres,
2008), hm. 71-72
106
Harun Rasyid da Mansur, Penilaian Hasil Belajar (Bandung: Wacana Ilmu, 2009),
hlm. 43
41
107
Ahmad M. Nasih dan Lilik N. Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 29
108
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini Kelas
AwalSD/MI (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 195-196
42
3) Metode Demonstrasi
Kemudian ada pula yang disebut dengan metode demosntrasi,
yang tentunya bukanlah yang dimaksud demo atau unjuk rasa. Adapun
makna dari metode demonstrasi yaitu: “Metode yang menggunakan
peragaan atau alat bantu penjelasan materi dengan tujuan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu kepada anak didik sehingga anak didik menjadi
paham karena telah di berikan demo-nya di dalam kelas dalam system
pembelajaran.” Dengan media demonstrasi, maka ini adalah merupakan
metode yang sangat efektif, karena akan dapat membantu sang anak didik
untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta-fakta di
sendiri.” 111
5) Metode Keteladanan
Lalu ada pula yang dinamakan dengan metode keteladanan, yang
dimaksudkan adalah: “Metode keteladanan ini adalah cara belajar dengan
cara seseorang meniru atau meneladani perilaku maupun sikap tokoh
seseorang, misalnya meniru perilaku Nabi Muhammad SAW. Dalam
konteks di sekolah misanya, maka guru dapat menjadi model bagi sang
anak. Semua nilai luhur yang mau dibangun di anak tersebut, nantinya
akan dapat dimodelkan oleh guru utama di dalam kelas atau diluar kelas
dan kemudian menginspirasi para siswanya untuk melakukan apa yang
telah dicontohkan oleh sang guru.” 112
6) Metode Tanya Jawab
Kemudian ada pula metode Tanya jawab, yaitu satu metode yang
mana diartikan sebagai berkiut: “Tanya jawab merupakan salah satu cara
pembelajaran yang mana ia menekankan pada cara penyampaian
pebelajaran oleh guru dengan jalan sang guru mengajukan pertanyaandi
kelas dan anak didik langsung memberikan jawaban dari pertanyaan
tersebut. Bahkan bisa mengalir kemudian ada timbal balik siswa bertanya
kepada guru dan siswa bertanya kepada siswa lainnya.” 113
7) Metode Pembiasaan
Adapun pengertian daripada metode pembiasaan adalah: “Metode
pengajaran ini akan mengaitkan sebagian-sebagian petunjuk yang juga
mengarah pada sesuatu seperti potongan teka-teki puzzle yang
digabungkan satu persatu.” 114
111
Zakiah Darajad, Op.Cit, hlm. 298
112
Mukhtar Latif dkk, Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi (Jakarta:
Kencana, 2013), hlm. 253
113
Ahmad M. Nasih dan Lilik Kholidah, Op.Cit., hlm. 53
114
Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Edukasia, 2009), hlm. 131
44
memasuki pendidikan yang lebih lanjut di masa yang akan datang.” 116
Dari apa yang telah dipaparkan di atas maka dapat kita simpulkan
bahwasanya:
“Pendidikan anak usia dini adalah upaya pemvinaan dan suatu
pengajaran kepada sekelimpok anak yang telah berusia 0-6 tahun
yang berada dakam proses pertumbuhan dan perkembangan, yang
merupakan maasa yang sangat penting bagi sang anak untuk
mengembangkan sikap, dna minat, serta potensi yang ada pada diri
anak. Masa kiini merupakan masa yang sangat berharga untuk
menanmkan nilai-nlai agama, moral/spiritualitas, etika, dan sosial
yang berguna untuk kehidupan selanjutnya.”117
117
Ibid.
(Pendidikan anak usia dini) pada jalur pendidikan yang formal berbentuk
Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain
yang menggunakan program pendidikan dengan kurikulum yang sangat
disesuaikan untuk kebutuhan anak-anak di usia 4-6 tahun.
Pendidkan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur pendidikan non formal
biasanya itu akan mengambil beragam berbentuk, yang anatara lain
adalah sebagai berikut: “Kelompok bermain (KB) dan ini biasanya akan
menerima jumlah anak KB di Provinsi Jambi biasanya samai berjumlah
20-40 anak dalam satu instansi dan bentuk lainnya yang sederajat yang
juga menggunakan program untuk anak usia diantara rentangan 2-4 tahun
dan rentangan usia 4-6 tahun.”118
Adapula beragam bentuk TPA yang memiliki konsep non-formal
dengan beragam format ada yang muali khusus untuk 0-2 tahun, 2-4
tahun da nada pula pendidikan yang murni diselenggarakan oleh
masyarakat umum, Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut yaitu:
“Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat yang
menggunakan program untuk anak usia 0-2 tahun, 2-4 tahun, dan
4-6 tahun, dan program pengasuhan untuk anak usia 0-6 tahun.
PAUD pada jaur informal berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat disekiat
lingkungan sang anak, yaitu sang anak menjadi dapat bermain
bersama-sama dengan lingkungan di sekitar anak tersebut
berada.”119
118
Ibid.
119
Tim Bina Potensi, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain (t.tt: t.p,
t.th), hlm. 2
46
120
Ibid.
121Ibid.
Dari penjelasan di atas setidaknya ada lima buah manfaat yang
dapat dirasakan dari adanya media pembelajaran. Demikianlah dijelaskan
setidaknya terdapat enam buah manfaat dari adanya media pembelajaran.
Selanjutnya akan dipaparkan pula tentang tujuan media pembelajaran.
d. Pengertian Kolase
The American Heritage Dictionary defines collage as “an artistic
composition of materials and objects pasted over a surface, often with
unifying lines and color”.122
122Nita Leland, Creative Collage Techniques (New York: Reinhard and Winston,
2006), hlm. 4
48
127
Jim Supangkat, Ikatan Silang Budaya Seni Serat Biranul Anas (t.tt: Art Fabrics,
2006), hlm. 64
128
Ibid.
129
Sumnto, Pengembangan kreativitas Seni Rupa Anak Sekoah Dasar (Jakarta:
Depdiknas, 2006), hlm. 94
130
Ibid.
131
Ibid
50
menjadi satu. Tidak hanya asal jadi, tapi objek–objek itu harus mampu
bercerita untuk menciptakan kesan tertentu.
132
Muslihatun, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), hlm. 50
133
Sue Nicholson, Membuat Kolase (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2005),
hlm. 4
134
Ibid.
51
135
Ibid.
136Ibid.
52
1) Biji-bijian
Biji-bijian ini banyak jenisnya, bentuk, ukuran, warna, dan tekstur.
Biji-bijian (jagung, kacang hijau, kacang merah, kedelai) ini hendaknya
dikeringkan terlebih dahulu supaya teksturnya tidak berubah.
2) Daun
137Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Jilid II (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), hlm.
74-75
138
Ibid.
53
3) Kapas
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi beberapa jenis biji,
sebelum kapas digunakan untuk pembelajaran kapas-kapas tersebut
dibentuk menjadi lingkaran supaya anak mudah untuk menempelkan.
4) Ampas Kelapa
Ampas kelap adalah sisa dari kelapa yang sudah diampil
santannya, menggunakan ampas kelapa ini sebelumya di keringkan
terlebih dahulu supaya tidak berbau dan mudah untuk ditempel.
“Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di Taman kanak-
kanak tentu akan berbeda dengan bahan pembuatan kolase pada
umumnya. Tetapi dalam prinsip pembuatannya dan prinsip
kerjanya, baik untuk kolase pada Taman kanak-kanak maupun
pada umumnya adalah sama.”139
139Ibid.
dalam pembuatan kolase untuk anak Taman kanak-kanak adalah
berupa bahan alam, bahan buatan dan bahan kertas.”140
140
Evan Sukardi Media Pembelajaran Taman Kanak-kanak (Jakarta: Persada Press,
141
Ibid.
2010), hlm. 539
139Ibid.
anak. f) Selama kegiatan berlangsung guru sebagai peneliti dan
kolaborator berkeliling mengamati kerja anak. Apakah anak mampu
membuat, mencipta karya sendiri atau meniru temannya. Guru juga
memberi pengertian bahwa hasil karya asli adalah hasil karya yang
terbaik daripada hasil karya mencontoh. Selain itu guru juga
memberi motivasi kepada anak agar mampu membuat hasil karya
sesuai keinginannya. Serta mendampingi, memberi semangat dan
memotivasi anak sampai bisa menciptakan karya yang sesuai
dengan imajinasinya. Guru mewawancarai hasil karya anak yang
dibuat. g) Guru menghargai ide anak dengan memberikan
penguatan dan reward, berupa acungan jempol, tanda bintang dan
sebagainya kepada anak saat kegiatan berlangsung sehingga anak
lebih termotivasi.”142
142
Silvana Solichah, Keterampilan Keterampilan Kolase (Yogyakarta: Jakarta:
Gramedia, 2014), hlm. 7-8
143
Nidaul Manafiah, Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini Berbasis Multiple
Intelegence (Jawa Tengah: Mangku Bumi, 2018), hlm. 252
144
141
Sumanto,
Ibid. (2005), hlm. 96
56
145Ibid.
Banyak manfaat yang bisa ditimbulkan dalam kegiatan kolase bagi
anak-anak, yaitu:
“Melatih motorik halus anak yaitu melatih keterampilan jari-jemari
anak, melatih konsentrasi anak, anak dapat mengenal warna dan
memadukannya sesuai selera, anak dapat mengenal bentuk dari
pola-pola yang ia tempel atau ia gunting, anak dapat mengenal
aneka jenis bahan dalam melakukan teknik kolase, mengenal sifat
bahan yang disediakan, dan melatih ketekunan serta kesabaran
dalam melakukan teknik kolase sehingga menghasilakan suatu
karya yang menarik.”146
146
Ammy Ramadhan, Triyuni, Asyik Bermain Sambil Berkreasi (Yogyakarta: Pustaka
Grathama, 2012), hlm. 4
147
Ibid.
148
Ika Nur Subekti, Peningkatan Motorik Halus Anak Kelompok B Melalui Metode
Demonstrasi Proses Kreasi Kolase Kulit Bawang di TK Dharma Indra II Sumbersari
Kabupaten Jember tahun Ajaran 2016/2017 (Jember: Universitas Jember, 2007), hlm. 30
149
Yani Mulyani, Kemampuan Fisik, Seni dan Manajemen Diri (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2007), hlm. 30
58
kolase.150
3) Dengan kolase, anak-anak juga bisa mengenali bermacammacam
seperti bentuk geometri, hewan, tumbuhan, kendaraan dan lain
sebagainya.151
150
Meta Hanindita, Play and Learn (Yogyakarta: CV. Paramitra media, 2015), hlm.
154
151
Nur Halimah, Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Kegiatan Kolase dengan Berbagai Media pada Anak Kelompok B3 di TK ABA Ngoro-
ngoro Patuk Gunung Kidul (Yogyakarta: UIN Yogyakarta, 2016), hlm. 20
152
Ibid
153
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka,
1990), hlm. 456
154
Hurlock, Psiologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 4
59
155
Ibid.
156
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 9
157
Anik Pamilu, Mengembngkan Kreativitas dan Kecerdsan Anak (Jakarta: Buku Kita,
2007), hlm. 9
158
Ibid
60
159
Ibid.
160Ibid.
61
161
Ibid.
162
Ibid.
163Departemen Pendidikan Nasional, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 9
62
166
Sumanto, Pengembangan Kreativitas seni Rupa (Jakarta: Dirjen dikti, 2006), hlm.
10
64
kegiatan seni.”169
167
Ibid.
168
Ahem Kasta, “Peningkatan Kreativitas Seni Anak Melalu iKolase dengan
Menggunakan Daun Pisang di TK Aisyiyah Talaok.” Jurnal JRTI. Vol III.No. 2 (2018), hlm.
126
169
Ibid.
Hasil yang diperoleh dari temuan penelitian Kasta adalah: “Anak
dapat mengenal teknik kolase dengan berbagai media, menempel dengan
berbagai media sesuai dengan pola guru, dan menempel dengan berbagai
media dengan rapi.Kegiatan ini dapat melatih imajinasi, melatih membuat
irama, melatih rasa kebersamaan melalui kerja kelompok, dan
meningkatkan untuk mengutarakan pendapat, meningkatkan apresiasi ide-
170
Ahem Kasta, “Peningkatan Kreativitas Seni Anak Melalu iKolase dengan
Menggunakan Daun Pisang di TK Aisyiyah Talaok.” Jurnal JRTI. Vol III.No. 2 (2018), hlm.
126
171
Miky Chiang, M. Syukri, dan Halida. Peningkatan Kreativitas Melalui Pembelajaran
Kolase dengan Menggunakan Bahan Alam pada Anak Usia 5-6 Tahun (Pontianak: FKIP
Untan, t.th), hlm. 1
66
lingkungan sekitar.”175
172
Miky Chiang, M. Syukri, dan Halida. Peningkatan Kreativitas Melalui Pembelajaran
Kolase dengan Menggunakan Bahan Alam pada Anak Usia 5-6 Tahun (Pontianak: FKIP
Untan, t.th), hlm. 1
173
Citra Rosalyn Anwar, Karta Jayadi, Arifin Manggu. “Kolase Barang Bekas untuk
Kreativitas Anak (Taman Kanak-kanak Nurul Taqwa Makassar).” Jurnal Ilmu Pendidikan,
Keguruan, dan Pembelajaran, Vol. I, No. 1. (2018), hlm. 53
174
Ibid.
175
Ibid.
67
kualitatif.”176
176
Citra Rosalyn Anwar, Karta Jayadi, Arifin Manggu. “Kolase Barang Bekas untuk
Kreativitas Anak (Taman Kanak-kanak Nurul Taqwa Makassar).” Jurnal Ilmu Pendidikan,
Keguruan, dan Pembelajaran, Vol. I, No. 1. (2018), hlm. 53
177
Azuratul Husnah, “Peningkatan Kreativitas Melalui Teknik Kolase pada Anak
Kelompok B di TK Islam Terpadu Insan Madani Tahun Ajaran 2017/2018.” Karya Ilmiah
(Medan: UIN Sumatera Utara, 2018), hlm. 4
178
Ibid.
Adapun temuan penelitian beliau adalah: “Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan kreativitas anak meningkat setelah
adanya tindakan melalui teknik kolase. Pada saat dilakukan observasi
pratindakan, persentase kreativitas sebesar 50%, kemudian mengalami
peningkatan pada Siklus I sebesar 62% dan pada pelaksanaan Siklus II
juga mengalami peningkatan sebesar 80,78%. Langkah-langkah yang
ditempuh sehingga kreativitas anak meningkat adalah: kegiatan pra-
pengembangan, kegiatan pengembangan, dan kegiatan penutup.
Pemberian pengarahan aktif dilakukan pada saat kegiatan pengembangan
179
Azuratul Husnah, “Peningkatan Kreativitas Melalui Teknik Kolase pada Anak
Kelompok B di TK Islam Terpadu Insan Madani Tahun Ajaran 2017/2018.” Karya Ilmiah
(Medan: UIN Sumatera Utara, 2018), hlm. 4
180
Frantya Puspita Dewi, “Peningkatan Kreativitas Melalui Kegiatan Kolase pada
Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.” Karya
Ilmiah. (Yogyakarta: UNY, 2014), hlm. 7
181
Ibid.
peningkatan setelah diberikan tindakan melalui kegiatan kolase
menggunakan bahan kertas, bahan alam dan bahan buatan yang
memberikan kebebasan anak untuk bereksplorasi, memilih bahan dan
warna yang cocok, bebas menggunting, menyobek, memotong dan
menggulung bahan sesuai dengan keinginannya serta menggunakan alat
yang disediakan sesuai dengan kebutuhan anak. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dari kondisi awal kreativitas anak kelompok B2 sebesar
31,25%, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 56,25% dengan
menggunakan bahan kertas dan bahan alam, dan meningkat pada silkus II
menjadi 81,25% dengan ditambah bahan menggunakan bahan kertas,
bahan alam dan bahan buatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan kolase dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B2 TK
dengan usianya.”183
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian beliau antara lain:
“Hasil observasi yang dilaukan di TK PKK Mulyojati 16 C Metro Barat Kota
Metro, menunjukan bahwa perkembangan motorik halus peserta didik
pada kegiatan menulis, mewarnai, menggunting, menempel terdapat
beberapa anak yang masih kesulitan dalam kegiatan. Dalam penetian ini
182
Frantya Puspita Dewi, “Peningkatan Kreativitas Melalui Kegiatan Kolase pada
Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.” Karya
Ilmiah. (Yogyakarta: UNY, 2014), hlm. 7
183
Ibid.
70
184
Ibid.
185
Ibid.
186
Neti Familiani, “Penerapan Media Kolase Dalam Meningkatkan Motorik Halus
Kelompok A di TK PKK Mulyojati 16 C Metro Barat Kota Metro.” Karya Ilmiah (Lampung:
IAIN Metro, 2019), hlm. 3-4
71
sebesar 75%.”189
187
Ni Made Rusmawati, “Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain
dengan Teknik Kolase pada Anak Didik Kelompok B TK 01 Ngemplak Tahun Pelajaran
2012/2013.” Karya Ilmiah (Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2013), hlm. 3
188
Ibid.
189
Ni Made Rusmawati, “Pengembangan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain
dengan Teknik Kolase pada Anak Didik Kelompok B TK 01 Ngemplak Tahun Pelajaran
2012/2013.” Karya Ilmiah (Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2013), hlm. 3
72
tahun penelitian dan dari sisi lokasi penelitiannya juga berbeda. Anwar
melaksanakan risetnya di Makasar sedangkan penelitian ini di Singkep
Riau. Lalu perbedaan juga tampak pada segi pelaporan, penelitian Anwar
dilaporkan dalam bentuk jurnal sedangkan riset ini dalam bentuk tesis.
Selanjutnya yang kelima adalah penelitian Dewi yang mana juga
terdapat persamaan dan perbedaan dengan riset ini, yaitu: dari segi objek
yang dibahas adalah sama sama mengkaji tentang kreativitas anak. Akan
tetapi terdapat perbedaan yaitu dari segi metode yang dipakai berbeda:
penelitian Dewi menggunakan pendekatan deskriptif kulitatif sedngakan
penelitian ini PTK. Perbedaan juga tampak pada segi pelaporannya dalam
bentuk karya ilmiah sedangkan dalam penelitian ini dalam bentuk tesis,
Kemudian yang keenam adalah penelitian Familiani, yang mana
dalam mengkaji anak-anak di TK dengan menggunakan berbagai kegiatan
motoric. Pendekatan yang dipakaipun juga sama yaitu PTK. Akan tetapi
tetap terdapat sisi perbedaannya yaitu dari segi pelaporannya dalam
bentuk karya ilmiah, sednkan penelitian ini dalam bentuk tesis.
Terakhir yang ketujuh adalah penelitian yang dilakukan oleh
Rusmawati yang juga memiliki kesamaan yaitu dari segi pendekatannya
sama sama menggunakan PTK kemudian persamaan lainnya adalah dari
segi objek materinya yanitu sama sama mengkaji tentang kolase dalam
meningkatkan kreativitas anak. Namun demkian perbedaan di antara
keduanya adlah dari sisi tahun penelitiannya beliau meneliti di tahun 2019
sedangkan tesis ini pada tahun 2020. Terkahir, perbedaan dari segi
pelaporannya, yaitu melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk karya
ilmiah sedangkan penelitian ini dalam bentuk tesis.
74
75
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model (PTK)
yaitu: “Penelitian Tindakan Kelas classroom action research yang mana
tujuan dari PTK itu sendiri adalah dilakukan untuk memperbaiki mutu
pembelajaran di kelas.”190 Penelitian tindakan kelas menurut salah
seorang ahli yang bernama Wina Sanjaya adalah didefinisikan sebagai
berikut:
“PTK adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut.”
197
Ibid.
198Ibid.
78
D. Prosedur Penelitian
Prosedur atau data pula disebut dengan desain penelitian tindakan
kelas ini peneliti ambil dengan mengacu kepada teori yang dikemukakan
oleh Kemmis & Mc Taggart. Setiap siklus dalam penelitian ini akan
terdapat tiga tahapan utma yaitu: perencanaan (pembuatan rencana,
kegiatan harian. Yang amana pada tahapan ini sang peneliti akan
menyususn perlengkapan untuk di bawa kepada tahapan siklus I dan
siklus II nanti. Biasanya yang dibawa adalah RPH dan instrument
pengumpulan data di lapangan; kemudian menyiapkan alat dan bahan,
dan lembar observasi). Pada level atau setep ini ,peneliti akan mencatata
apa saja hasil-hasil penelitian yang menampakkan diri di lapangan, hal itu
199Ibid.
79
200
Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 67
80
Plann
Observation
Plann
Pengamatan
berhasil Laporan
2. Siklus
Sebagaimana telah diketahui bahwasanya dalam penelitian
tindakan kelas ini yang menjadi ciri khasnya adalah siklus. Menurut ahli
yang bernama Suharsini Arikunto ada 4 (Empat) tahapan di dalam ketika
kita kamelakukan penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) tersebut
antara lain:201
a. Yaitu tahapan Perencanaan (plan); dimana peneliti akan merencanaka
apa saja tindakan yang akan dilakukan saat melaksanakan PTK
nantinya.
b. Tahapan Tindakan (action); adalah tahapan dimana pelaksanaan
tindakan yaitu peneliti sudah menggunakan media yang dipakai untuk
melihat apakah ada peningkatan atau belum.
c. Tahapan Pengamatan (observation); yaitu tahapan dimana peneliti
mengamatai secara cermat apa yang terjadi ketika tindakan telah
diterapkan saat proses bahkan pasca tindakan.
d. Tahapan Perenungan (reflection). Adalah suatu tahapan dimana dalam
konteks ini telah terjadi suatu analisa reflektif dari masing-masing
siklus yang dilakukan oleh peneliti yang kemudian dilakukan analisis.
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dilakukan dengan dua siklus,
Sebagaimana mengacu kepada ketentuan dari Airkunto yang
mengatakan:
“Yang mana setiap siklus harus berbeda dari siklus sebelumnya.
Hasil dari siklus berdasarkan hasil dari siklus sebelumnya. Siklus ini
akan terus berlanjut sampai permasalahan terpecahkan yaitu saat
sudah ada peningkatan yang siginifikan dan konsisten dari siklus
satu dan kedua dari tindkan yang dilakukan.”202
201
Arikunto, Proseur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), hlm. 16
202
Ibid.
Berdasarkan keterangan di atas dijelaskan tentang siklus-siklus
yang menjadi syarat dalam sebuah penelitian tindakan kelas (PTK).
b. Tindakan (Action)
Adapun pada saat kegiatan (tindakan/action) yang dilaksanakan
pada tahap ini adalah menerapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian) yang
mana telah di susun.
Disamping menerapkan RKH yang telah dikonsep tersebut, peneliti
juga melakukan pengamatan dan atau observasi yang mendalam sesuai
dengan pedoman observasi yang telah disusun sebelumnya. Fungsi dari
pedoman observasri itu sendri adalah: “Sebagai suatu sarana
pengumpulan data di lapangan dalam waktu yang bersamaan dengan
203
Ibid.
204Ibid.
205Ibid.
83
c. Pengamatan (Observation)
Observasi atau pengamatan biasanya dilaksanakan secara
bersama-sama dengan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Detil kegiatan dalam proses pengamatan PTK tersebut adalah sebagai
berikut:
“Proses pengamatan atau observasi dilakuakan oleh peneliti mulai
dari proses kegiatan pembelajaran di kelas sampai hasil yang
dicapai nantinya pada saat pelaksanaan tindakan yang akan
digunakan sebagai bahan refleksi (pendalaman) pada fase-fase
yang dilalui untuk penyusunan rencana tindakan selanjutnya di
siklus ke-2 atau bisa juga dilanjutkan ke sikus ke-3 sesuai dengan
kebutuhan.”206
d. Perenungan (Reflection)
Setelah melalui fase pegamatan, selanjutnya adalah dafe
pemberian refleksi. Adapun detil mengenai fase perenungan antara lain
adalah sebagai berikut:
“Proses kegiatan refleksi yang dilaksanakan pada tahap ini adalah
kegiatan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan yang ada
dalam penerapan pembelajaran baik itu pada saat pembukaan,
proses KBM (kegiatan belajar mengajar) hingga penutupan kelas.
Refleksi berguna untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
keberhasilan dari penelitian yang dilakukan. Adapun fase Refleksi
pertama ini sangat urgen karena berfungsi untuk merencanakan
apa yang akan dilakukan next pada siklus berikutnya. Apabila
dilihat bahwa siklus pertama belum memenuhi kriteria yang
dibutuhkan maka penilaian akan dapat diulang seperti siklus yang
telah dilakukan pada awlnya.”207
206
Ibid.
207Ibid.
Adapun secara spesifik jika ingin menjelaskan tentang metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut: 208
1. Observasi
Observasi jika diartikan maka definisinya adalah:
“Merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi atau data
melalui media pengamatan.209 Observasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah observasi sistematis artinya dilakukan oleh
peneliti dengan menggunakan pedoman instrumen penelitian/IPD.”
210
208
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 150
209
Sukardi, Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 50
210
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 157
211
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 158
212
Ibid.
213
Ibid., hlm. 154
85
Wawancara dalam tesis ini dilakukan oleh peneliti untuk tujuan: “Menilai
keadaan seseorang, misal nya untuk mencari data tentang variabel-
variabbel latar belakang anak didik, kehidupan social orangtua, tingkat
pendidikan, perhatian, dan sikap sesoerang terhadap sesuatu.
Wawancara menurut ahli bisa atau dapat dilakukan melalui berbagai
214
Ibid.
215Ibid.
216Ibid.
Dalam hal ini peneliti melakukan suatu wawancara dengan
terstruktur yaitu dimana; peneliti sudah menyiapkan pertanyaan-
pertanyaan dengan rinci sebeumnya untuk kemudian akan diajukan
kepada orang yang akan ditanyakan. Tujuan dari pertanyaan yang sudah
disiapkan adalah agar memudahkan peneliti nantinya dalam melakukan
wawancara dengan responden dan juga proses wawancara bisa menjadi
terarah, teratur, dan tidak ada hal yang terlewatkan. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan wawancara dengan guru Kelompok B, orang tua, dan
anak.
F. Instrumen Penelitian
Adapun definisi daripada instrumen penelitian itu sendiri adalah
sebgai berikut:
217
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hlm. 160
218
Ibid.
87
mengajar). Format observasi terbagi dua yaitu format observasi guru dan
format observasi anak.
Penelitian dalam tesis ini ini akan menggunakan dokumen sebagai
berikut: “Instrumen lembar observasi. Instrumen observasi pada penelitian
ini akan menggunakan check list.”219 Adapun yang dimaksudkandengan
daftar cek atau check list adalah:
“Pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang
akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda ada
atau tidak adanya dengan tanda cek (√) tentang aspek yang
diobservasi.”220
219
Ibid.
220
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011), hlm. 93
221
Ibid.
222
Ibid.
Tabel: Lembar observasi Keterampilan kolase daun pisang
Aspek Penilaian Kreativias
N melalui Kolase daun Pisang Total Kriteria
Nama Anak
o Ketelitian Kerapian Kecepatan Skor Penilaian
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
Keterangan:
4 = BSB (Berkembang sangat baik)
3 = BSH (Berkembang sesuai harapan)
2 = MB (Mulai berkembang)
1 = BB (Belum berkembang).
Berikut ini adalah tabel mengenai rubrik penilaian keterampilan dan
kreatifitas melalui kolase daun pisang pada aspek ketelitian yang berisi
aspek yang diamati yaitu: ketelitian, skor nilai, kriteria penilaian, dan
deskripsi.
Aspek yang Kriteria
Skor Deskripsi
diamati Penilaian
Ketelitian 4 BSB Anak di TK Pembina Singkep dapat
menempel dengan benar 1-6 daun,
lurus, sesuai garis dan sesuai
dengan contoh.
3 BSH Anak TK Pembina Singkep dapat
membuat kolase dengan benar 1-5
daun, sesuai garis, dan selesai
89
223
Ibid.
224
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 73
225
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada, 2011), hlm.
106
226
Ibid.
“Datadiperoleh peneliti melalui trianggulasi sumber data yaitu
wawancara yang dilakukan dengan anak, orangtua/wali siswa, dan
guru Kelompok A. Analisis ini menggunakan model Miles &
Huberman (1984) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.227
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh anak murid
227
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 91
228
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada, 2011), hlm.
106
229
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 102
93
H. Indikator Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah: “Merupakan
uraian tentang tanda-tanda yang diharapkan muncul sebagai wujud
keberhasilan dalam melakukan tindakan. Penelitian yang dimaksudkan
dalam tesis ini akan dikatakan berhasil apabila keterampilan anak di TK
trsebut telah berada pada kriteria baik dengan persentase 75% (tujuh
puluh lima persen).”
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Umum
1. Profil Sekolah
Nama :Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Status : Negeri
Penyelenggara : Pemerintah
NPSN : 69895362
Alamat : Jl. Pagoda, Kec. Singkep, Kab. Lingga
Akreditasi :B
SK Penegrian :-
Jumlah Guru : 10 Orang
Jumlah Karyawan : 6 (PNS)
: 1 (GTT)
: 3 (Honor Komite)
: 2 (Juru Layan)
Jumlah Kelas :5
Jumlah Siswa : 72 Orang
Kurikulum : Kurikulum 2013
KBM : 07:30-11.00 WIB. Kegiatan Ekstra 10.00-11.00 WIB
Kegiatan ekstra : Iqra’, Praktek Shalat, Seni Tari, Pramuka.
Luas Tanah : 4.002 Meter Persegi
Status Tanah : Milik Sendiri
Status Gedung : Milik Sendiri
Mulai Berdiri : 01 Februari 1971
Perubahan Nama : TK. Ruwati, TK. Belaian Kasih. TK. Handayani. TK.
Negeri Pembina SIngkep
95
B. Temuan Khusus
1. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus untuk meningkatakan
kreativitas anak melalui kolase daun pisang dengan menggunakan media
daun pisang. Hasil dari penelitian selama dua siklus menunjukkan
semakin meningkatnya kemampuan dan minat anak serta adanya
peningkatan hasil belajar yang dicapai oleh anak dalam kegiatan kolase
dengan menggunakan daun pisang. Adapun langkah awal dari perbaikan
kegiatan pembelajaran dimulai dari RPPH I hingga RPPH 6. Dengan
melampirkan RPPH awal sebelum melakukan perbaikan pembelajaran.
Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan yaitu bulan
Februari 2020 yang diteliti adalah anak yang berusia 5-6 tahun, diperoleh
daa sebagai berikut: “Kemampuan kreativitas seni anak dalam kegiatan
kolase daun pisang pada kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina Singkep masih rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil
observasi penelitian pada kreativitas seni anak yang masih masih belum
berkembang dengan baik, serta meminta bantuan dan bertanya untuk
Nilai
No
Aspek yang diamati BB MB BSH BSB
sesuai kreativitasnya
80
70
60
BB
50
MB
40 BSH
30 BSB
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
97
Riau.”238
236
Observasi tanggal 19 September 2020
237Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
238
Diolah dari data primer di lapagan tahun 2020
99
❖
Anak didik dibuat menjadi 3 kelompok.
❖
Guru mengevaluasi kembali kegiatan sebelum pulang sekolah.
dengan benar.
Skenario ke-2
Tujuan Perbaikan: “Meningkatkan kemampuan menggambar
dengan kegiatan menggambar pada anak di Taman kanak-kanak Negeri
Pembina Singkep Kepulauan Riau.”241 Hal yang diperbaiki/ditingkatkan.
Beberapa hal yang dilakukan dalam scenario ini adalah:
i. Kegiatan pengembangan I (Pembukaan)
a) “Judul kegiatan: Tanya jawab menebak suara Ayam
b) Pengelolan kelas: sama pada keadaan sebelumnya.
c) Penataan ruang:. kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk
membentuk lingkaran dengan meja bulat yang rendah.
d) Pengorganisasian anak: posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran
e) Langkah-langkah perbaikan:”242
❖
Anak didik berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran .
❖
Tanya jawab guru dengan anak tentang waktu shalat
❖
Guru menyiapkan alat peraga gambar jam
Skenario ke-3
1) Kegiatan pengembangan I (Pembukaan)
a) Judul kegiatan: Bercakap–cakap mengenal sedikit banyaknya gambar
ikan;
b) Pengelolan kelas. Penataan ruang dengan langkah sebagai berikut:
“(1) Kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk membentuk
lingkaran dengan meja bulat yang rendah, (2) Pengorganisasian anak :
posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran.”
c) Langkah-langkah perbaikan dilaksanakan dengan cara: (1) Anak didik
berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran, (2) Guru
bercakap cakap tentang manfaat Ikan; (3) Guru meminta anak
mengulangi apa saja manfaat Ikan.
c. Perencanaan Siklus I
Siklus pertama dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilakukan tanggal 10 Maret 2020, pertemuan kedua dilakukan
tanggal 17 Maret 2020, dan pertemuan ketiga tanggal 24 Maret 2020.
1) Siklus I Pertemuan ke-1
Nilai
No
Aspek yang diamati BB MB BSH BSB
dibuat.
70
60
50
BB
40
MB
30 BSH
BSB
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
tempatnya
70
60
50
BB
40
MB
30 BSH
BSB
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
3 Anak TK Pembina 5 30 5 30 4 20 2 20
Singkep
mampu berkreasi dengan
kolase daun pisang yang
dibuat.
60
50
BB
40
MB
30 BSH
BSB
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
109
254
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
107
99
F % f % F % f % F % f % f % f % f % f % f % F %
1 ak mampu
membuat pola 8 60 5 30 2 10 0 0 8 60 4 20 3 20 0 0 8 60 4 20 2 10 1 10
kolase sesuai
kreativitasnya
2 Anak mampu
menempel
kolase daun 7 50 6 40 3 10 0 0 7 50 5 30 3 20 0 0 7 50 5 20 2 10 1 10
pisang sesuai
pada tempatnya
3 Anak mampu
berkreasi
5
dengan kolase 30 7 50 3 30 0 0 5 30 5 30 4 30 1 10 7 30 5 30 2 20 1 20
daun pisang
yang dibuat.
Hasil rata-rata 46,7 40 16,7 0 46,7 26,7 23,3 3,3 46,7 32,3 13,3 13.3
dalam %
108
4) Refleksi Siklus I
Pelaksanaan kegiatan dalam peningkatan kemampuan kreativitas
seni anak melalui kolase daun pisang dengan menggunakan kolase daun
pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau
pada siklus I memberikan informasi sebagai berikut: “Sudah sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Program Harian (RPPH), namun
peningkatan kemampuan kreativitas seni anak melalui kolase daun pisang
masih belum sesuai dengan yang diharapkan.”255
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan sudah ada
perkembangan kemampuan kreativitas seni anak melalui kolase daun
pisang dan mengalami peningkatan pada kategori Berkembang Sangat
Baik (BSB) yaitu sebagai berikut:
1) Anak dapat membuat pola kolase daun pisang sesuai dengan
kreasinya sendiri dari 0 % menjadi 10 %
2) Anak dapat menempel kolase daun pisang dengan baik sesuai
tepatnya dari 0 % menjadi 10 %
3) Anak dapat berkreasi sesuai dengan pola kolase daun pisang yang
dibuat berkembang dari 0 % menjadi 20 %.
Dilihat dari perkembangan kemampuan pembejaran pada siklus I
sudah berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan hal
sebagai berikut:
1) Memotivasi dan memberikan bimbingan kepada anak yang masih
rendah kreativitas seninya melalui kegiatan kolase dengan
menggunakan daun pisang;
2) Memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak untuk melakukan
kegiatan kolase daun pisang, terutama dalam kegiatan kolase;
3) Mendampingi anak secara individual terutama bagi anak yang
mengalami kesulitan dengan alat dan bahan yang digunakan untuk
membuat kolase dengan baik, khususnya dengan menggunakan daun
pisang;
13,3 %.”256
Tabel di atas menunjukkan kemampuan anak dalam kegiatan
kolase daun pisang pada setiap pertemuan tidak mengalami peningkatan
pada nilai belum berkembang. Karena pada setiap pertemuan persentase
tetap 46,6%.
Selanjutnya nilai rata-rata anak yang mendapat nilai mulai
berkembang dengan data yang menunjukkan keterangan: “Pada
pertemuan pertama adalah 40%, pertemuan kedua 33,2%, pertemuan
ketiga 23,7%. Nilai rata-rata anak yang mendapat nilai berkembang sesuai
harapan pada pertemuan pertama adalah 16,7%, pertemuan kedua
23,3%, sedangkan pertemuan ketiga sebanyak 13,3% kemudian Nilai
rata-rata anak yang mendapat nilai berkembang sangat baik pada
pertemuan pertama adalah 0%, pertemuan kedua 3,3%, sedangkan
3. Deskripsi Siklus II
Dari hasil pelaksanaan pembelajaran ditemukan masih rendahnya
minat menggambar anak. Hal ini berdasarkan temuan di lapangan: “Hal
tersebut dikarenakan situasi ruangan yang kurang menyenangkan bagi
anak. Media pembelajaran yang kurang memadai sehingga tidak
mencukupi untuk semua anak, serta kurangnya motivasi dari guru
terhadap minat anak tidak diperhatikan. Untuk itu penulis dan atas saran
dari teman sejawat mengambil tindakan akan memperbaiki pembelajaran
ke siklus selanjutnya yaitu siklus II, dengan harapan pembelajaran pada
siklus ke II agar lebih baik, menyenangkan dan bermakna.”258
Hasil yang dicapai pada siklus II sangat baik dinadingkan dengan
siklus I itu disebabkan oleh banyak hal yang dilakukan penulis untuk
mewujudakan pembelajaran yang berhasil dalam perbaikan ini. Seperti
pada siklus I penulis akan membuat (RKH) awal atau Rencana Kegiatan
Harian yang bermasalah.
Untuk itu penulis dan atas saran teman sejawat akan memperbaiki
pembelajaran pada siklus I. Penulis akan menggunakan media kertas
bergambar. Selama peneliti melakukan tindakan perbaikan, peneliti
berpedoman pada RKH yang dibuat pada siklus I dan melihat kekurangan
- kekurangan yang ada pada siklus dengan diawali dengan membuat
rancangan satu siklus (siklus II), rencana kegiatan siklus II, RKH siklus II,
skenario perbaikan siklus II dan lembar refleksi siklus II.
Skenario ke-2
Skenario ke-3
Tujuan Perbaikan: Meningkatkan kemampuan kreativitas melalui
kegiatan menggambar pada anak di Taman kanak-kanak Negeri Pembina
Singkep Kepulauan Riau. Hal yang diperbaiki/ditingkatkan yaitu sebagai
berikut:
1) Kegiatan pengembangan I (Pembukaan):
c) “Judul kegiatan bercakap–cakap tentang manfaat Bebek.
d) Pengelolan kelas: sama seperti dengan sebelumnya.
e) Penataan ruang: kelas diubah sehingga terdapat ruang kosong untuk
membentuk lingkaran dengan meja bulat yang rendah.
f) Pengorganisasian anak: posisi anak diubah menjadi bentuk lingkaran
g) Langkah-langkah perbaikan:”265
❖
Anak didik berbaris lalu masuk kelas duduk membentuk lingkaran .
❖
Tanya jawab guru dengan anak tentang manfaat bebek
❖
Guru menyiapkan alat atau model macam – macam bebek
c) Langkah–langkah perbaikan :
❖
Guru meminta anak mengucapkan bait puisi
❖
Guru memberikan contoh cara mengucapkan bait demi bait
❖
Guru meminta anak maju kedepan satu - satu
40
35
30
BB
25
MB
20
BSH
15 BSB
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
persentase 20%.”267
Pada Indikator II, yaitu kemampuan anak menempel kolase daun
pisang pada tempatnya dari 15 anak, yang mendapatkan nilai Belum
Berkembang (BB) ada 4 orang dengan persentase 20 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 6 orang dengan
persentase 40 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 0 orang dengan persentase 0 %, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 5 orang dengan
persentase 40 %.
Pada Indikator III, yaitu kemampuan anak berkreasi dengan kolase
daun pisang yang mereka buat dari 15 anak yang mendapatkan nilai
Belum Berkembang (BB) ada 4 orang dengan persentase 20 %, yang
mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 5 orang dengan
persentase 30 %, yang mendapatkan nilai Berkembang Sesuai Harapan
(BSH) ada 3 orang dengan persentase 10%, sedangkan yang
mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 3 orang dengan
persentase 40 %
2) Siklus II Pertemuan ke-2
Tabel. Hasil observasi kemampuan kreativitas seni anak melalui kolase
daun pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Singkep
Kepulauan Riau.
Nilai
sesuai kreativitasnya
2 Anak TK Pembina Singkep 2 10 3 10 6 40 4 40
50
45
40
35
BB
30
MB
25
BSH
20
BSB
15
10
5
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
1 Anak TK PembinaSingkep 0 0 0 0 2 10 13 90
mampu membuat pola kolase
100
90
80
70
BB
60
MB
50
BSH
40
BSB
30
20
10
0
Instrumen 1 Instrumen 2 Instrumen 3
121
persentase 90%.”271
Pada Indikator II, yaitu: “Kemampuan anak dalam kreativitas seni
dalam menempel sesuai pada pola kolase kertas sesuai keinginannya dari
15 anak, yang mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 0 orang
dengan persentase 0 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB)
ada 3 orang dengan persentase 20 %, yang mendapatkan nilai
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) ada 0 orang dengan persentase 0 %,
sedangkan yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada
12 orang dengan persentase 80 %.”272
Pada Indikator III, yaitu: “Kemampuan anak berkreasi dengan
menggunakan kolase daun pisang yang dibuat dari 15 anak yang
mendapatkan nilai Belum Berkembang (BB) ada 0 orang dengan
persentase 0 %, yang mendapatkan nilai Mulai Berkembang (MB) ada 0
orang dengan persentase 0 %, yang mendapatkan nilai Berkembang
Sesuai Harapan (BSH) ada 0 orang dengan persentase 0%, sedangkan
yang mendapatkan nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 15 orang
Tabel. Rekapitulasi hasil observasi peningkatan kreativitas seni anak melalui kolase daun pisang di Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Singkep Kepulauan Riau
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
Aspek yang diamati
No BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
f % f % f % f % f % f % f % f % f % f % f % f
Anak mampu membuat
1 pola kolase sesuai 4 27 5 33 5 33 1 7 1 7 3 20 6 40 5 33 0 0 0 0 2 13
kreativitasnya
Anak mampu
menempel kolase daun
2 4 27 6 40 0 0 5 33 2 13 3 20 6 40 4 27 0 0 3 20 2 13
pisang sesuai pada
tempatnya
4) Refleksi Siklus II
Pelaksanaan kegiatan dalam peningkatan kemampuan kreativitas
seni anak melalui kolase daun pisang di Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina Singkep Kepulauan Riau pada siklus II menunjukkan hasil:
“Sudah sesuai dengan yang direncanakan dan hasilnya telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.”274 Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilaksanakan sudah ada perkembangan
kemampuan kreativitas seni anak mengalami peningkatan pada kategori
Berkembang Sangat Baik (BSB) yaitu sebagai berikut:
1) Anak dapat membuat pola kolase sesuai kreasinya meningkat sendiri
dari 20 % menjadi 90%
2) Anak dapat menampel olase seusuai pada tempatnya sesuai dengan
keinginannya meningkat dari 40 % menjadi 80 %
3) Anak dapat berkerasi denan kolase daun pisang yang ada meningkat
dari 40 % menjadi 100 %
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa kegiatan kolase daun
pisang dapat meningkatkan kemampuan kreativitas seni anak. Nilai rata-
rata yang diperoleh sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 75 %. Dengan tercapainya nilai Kreteria Ketuntasan Minimal ini,
maka penelitian ini pun diakhiri.
C. Analisis Penelitian
1. Analisis tahap Pra-Siklus
Sebagian besar anak berada dalam kriteria belum berhasil atau
tuntas dalam pembelajaran. Hasil analisa yang dilakukan terungkap
bahwa masalah yang terjadi dalam kegitan pembelajaran tersebut
adalah:275
a. Anak kurang aktif dalam proses pembelajaran.
b. Guru kurang memberikan motivasi kepada anak
274
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
275
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
124
276
Observasi tanggal 09 Agustus 2020
277
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
278
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
125
279
Ibid.
126
280
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
281
Observasi tanggal 01 Oktober 2020
282
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
283
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
127
284
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
285
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
286
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
Kreativitas yang merupakan hasil dari pemikirannya sendiri yang
berbeda dengan anak lain dan merupakan keunikan yang khas dari
masing-masing anak.
“Melalui kegiatan menggambar anak memperoleh kebebasan
dalam memilih dan menggunakan bahan sesuai dengan
keinginanya, kebebasan, baik pemilihan bahan untuk media
mereka menggambar, dan warna yang dirasakan seuia dengan
objek yang cocok untuk gambar mereka, serta mengembangkan
idenya melalui hasil karya untuk mengembangkan aspek
elaborasinya.”287
Menurut ahli, media saja tidak cukup karean media yang baik harus
disokog oleh metode pembelajaran yang baik dan tepat pula. Dalam hal
ini, Metode permainan dapat meningkatkan kreativitas anak dengan
menyelesaikan kegiatan. Hal ini didukung pendapat Martini Jamaris
menyatakan bahwa:
“Proses yang terjadi secara internal yang berkembang secara
bertahap. Difinisi ini sangat berkaitan dengan kreativitas anak
dimana peneliti melakukan kegiatan anak dengan cara berulang-
ulang yang menggunakan bahan yang berbeda-beda.”
287
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
288
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
130
292
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
293
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
294
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
131
295
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
296
Diolah dari data primer di lapangan tahun 2020
132
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada Bab I sampai Bab IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada awal penelitian melakukan kegiatan kolase dengan
menggunakan media daun pisang tampak anak sudah langsung
merasa tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan yang
dicontohkan oleh guru. Meskipun demikian, masih tampak juga adanya
sebagian anak yang ragu-ragu, malu, dalam memulai kegiatan kolase
tersebut. Hal ini dikarena kegiatan kolase merupakan kegiatan yang
baru bagi anak.
2. Kemampuan kreativitas anak dapat meningkat melalui kegiatan kolase
dengan menggunakan media daun pisang pada anak Taman Kanak-
Kanak Negeri Pembina Singkep Kepulaaun Riau. Kolase daun pisang
sangat cocok digunakan umtuk anak usia dini, karena medianya
menarik dan baru bagi anak dan sesuai dengan prinsip pemilihan
media yaitu mampu menumbuhkan minat dan menarik bagi anak
sesuai dengan kapasitas kemampuan fisik anak dan lain-lain. Hal ini
dapat dibuktikan dengan berkembangnya kemampuan anak dalam
keterampilan kreativitas seni dari mulai kondisi pra siklus, siklus I dan
siklus II. Pada kondisi awal pra siklus, perubahan positif kreativitas
anak sudah tampak pada tingkat BSH hingga BSB dengan indikator
skor pada masing-masing siklus adalah sebagai berikut: pada pra-
siklus (pertemuan I) masih berada diangka 37.66 %. Namun kemudian
meningkat pada siklus I (pertemuan 2) sebesar 64.33%. Dan kemudian
meningkat kembali pada siklus II (pertemuan 3) sebesar 93.33%.
3. Melalui kegiatan kolase dengan menggunakan daun pisang dapat
meningkatkan hasil belajar anak, dengan adanya peningkatan pada
setiap Siklus. Pada siklus I terjadi peningkatan kemampuan anak
134
dalam kreasi kolase daun pisang pada setiap pertemuan, tetapi belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan pada siklus II
terjadi peningkatan dan hasilnya telah memenuhi KKM yang telah
ditetapkan.
B. Implikasi
Dalam rangka meningkatkan kemampuan kreativitas seni anak,
dapat dilakukan melalui kegiatan kolase daun pisang. Adapun kegiatan ini
sangat cocok diberikan kepada anak usia dini. Aplikasi daun pisang untuk
kegiatan kolase bagi anak dapat memudahkan pembelajaran kepada
anak, karena menyenangkan, menarik dan baru serta pembelajaran dapat
berjalan dengan baik.
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang ingin
peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Hendaknya guru dapat menerapkan kegiatan kolase daun pisang,
karena dengan media ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
berkreativitas;
2. Dalam menggunakan media pembelajaran sebaiknya guru lebih kreatif
dalam merancang media yang akan disajikan kepada anak sehingga
anak menjadi bersemangat dan tertarik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran;
3. Untuk merangsang dan meningkatkan minat anak dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya guru terlebih dahulu menciptakan suasana
yang kondusif;
4. Bagi peneliti yang lain diharapkan dapat melakukan dan
mengungkapkan lebih jauh tentang perkembangan kemampuan
kreativitas anak melalui metode dan media lainnya.
135
D, Kata Penutup
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam karena atas petunjuk
dan Ridha-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan segala
usaha yang maksimal, walaupun terdapat beberapa rintangan dan
hambatan yang dihadapi tetapi kesemuanya itu penulis anggap sebagai
tantangan dalam meraih ilmu dan kesuksesan.
Dalam hal ini, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnan dan mungkin terdapat beberapa kekeliruan yang penulis
tidak sadari sewaktu dalam penulisan. Oleh karena itu peneliti
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari seluruh pembaca
guna penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
Semoga apa yang dihasilkan oleh peneliti pada hari ini dalam
bentuk penelitian tesis ini dapat menjadi suatu ibadah dalam mensyukuri
nikmat Allah SWT dan mendapatkan ridha disisi Allah SWT. Akhir kata,
peneliti tutup dengan ucapan shalawat dan salam serta pujian bagi
Rasulullah SAW. Wasalamu’alaikum, wr wb.
SUMARNI
NIM: 182876
136
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Jilid II. Beirut: Dar al-Fikr,
t.th
Caroll Seefelt dan Barbara A. Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Indeks, 2008
Hanindita, Meta. Play and Learn. Yogyakarta: CV. Paramitra media, 2015
Harun Rasyid da Mansur, Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Ilmu,
2009
Jim Supangkat, Ikatan Silang Budaya Seni Serat Biranul Anas. t.tt: Art
Fabrics, 2006
Mukhtar Latif dkk, Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana, 2013
138
Mulyani, Yani Kemampuan Fisik, Seni dan Manajemen Diri Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2007
JURNAL
Anwar, Citra Rosalyn Karta Jayadi, Arifin Manggu. “Kolase Barang Bekas
untuk Kreativitas Anak (Taman Kanak-kanak Nurul Taqwa
Makassar).” Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran,
Vol. I, No. 1. (2018)
PUBLIKASI ILMIAH
141
Isma Yunita Sari, Pengaruh Alat Permainan Edukatif (Ape) Bahan ALam
terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Lampung: UIN
Raden Intan, 2017
INTERNET
Nama : SUMARNI
Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Temapat/Tgl Lahir : SERASAN, 14 AGUSTUS 1970
Alamat : Jalan Tiram Dabo Singkep Lingga Kepulauan Riau
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : sumarnimunziri11@gmail.com
No Kontak : 0822-8358-7748
Pengalaman-pengalaman
Pendidikan formal
1. SD/MI, Tahun Tamat : 1983
2. SMP/MTS, Tahun Tamat : 1986
3. SMA/MA, Tahun Tamat : 1989
4. S1 Jurusan MPI FTK UIN STS Jambi, Tahun Tamat : 2020
Motto Hidup:
“Semakin banyak belajar semakin kita sadar bahwa masih
banyak yang belum kita ketahui.”
Sumarni
ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
II eprints.uny.ac.id
Internet Source 5%
repository.uinsu .ac.id
Internet Source
repository.radenintan .ac.id
El Internet Source
II docplayer.info
Internet Source
repositori.umsu.ac.id
Internet Source
www.scribd.com
Internet Source
II core.ac.uk
Internet Source
file.upi.edu
El Internet Source
es.scribd.com
Im Internet Source <1 %
m mafiadoc .com
Internet Source <1 %
II aksayalfathsaparuddin
Internet Source
.blogspot.com
<1 %
m repo.iain-tulungagung .ac.id
Internet Source <1 %
m jurnal .untan.ac.id
Internet Source <1 %