Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH
BAHASA INDONESIA
PENERAPAN KAIDAH EJAAN

Disusun Oleh : Kelompok 1


● Aisha Mujahidah (2210814320002) ● Fathimah(2210814220017)
● Anis Ade Riyanti (2210814220007) ● Akhmad Farhat (2210814310019)
● Eka Maulida(2210814220023) ● Dhea Nandhyta (2210814220025)
● Nadia Maretha P (2210814320007) ● Zenitha Zahra R (2110814120016)
● Najma Nur Alifa (2210814320012) ● Asri Asma Wati (2210814120007)
● Nuraini Rikki(2210814220012) ● Siti Rahmah(2210814120011)
● RezaAnnafi Noor (2210814310011) ● Nanda Arisa A(2210814320001)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
TAHUN AJARAN 2022/2023
2

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penyusunan makalah ini dapat diselesaikan sesuai pada waktunya.Makalah kami
yang berjudul “Penerapan Kaidah Ejaan” ini berisikan tentang pengertian ejaan
dan perkembangan jenis-jenis ejaan. Mulai dari Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan
Soewandi, Ejaan Melindo, Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. serta
mencakup aturan-aturan dalam pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata
penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

Kami seutuhnya tidak menyangkal bahwa masih banyak ketidak akuratan


dalam penyusunan makalah ini. Sehingga kami mengharap kritik maupun saran
dengan sifat konstruktif untuk kesempurnaan makalah kami.

Tidak lupa ucapan terima kasih kepada ibu Novia Winda S.Pd M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia semester ini atas kesempatan yang
diberikan kepada kami untuk menyusun makalah yang berjudul “Penerapan
Kaidah Ejaan” ini. Serta kami ucapkan pula terima kasih kepada para penulis,
penerbit, editor, serta siapa saja yang terlibat dalam proses penulisan dan percetakan
buku serta jurnal yang hasil tulisannya kami pakai sebagai referensi.

Akhir kata, kami sangat berharap semoga dengan disusunnya makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kami dan kepada seluruh pembaca serta mendapat
keridhaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Banjarbaru, 16 September 2022

Penulis,

Kelompok 1
3

Daftar Isi

Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang Masalah 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Definisi Ejaan 6
A. Ejaan Van Ophuijsen 7
B. Ejaan Soewandi 8
C. Ejaan Melindo 8
D. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan 9
a.) Pemakaian Huruf 9
b.) Penulisan Huruf 11
c.) Penulisan kata 12
d.) Penulisan Unsur Serapan 14
e.) Pemakaian tanda baca 15
BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 19
Daftar Pustaka 20
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan ejaan dalam berbahasa merupakan hal yang sangat penting


untuk diperhatikan, sehingga mempelajarinya adalah suatu keharusan. Mengenal
kaidah ejaan akan sangat membantu, terutama bagi para mahasiswa yang tentu saja
akan sering bertemu dengan berbagai tugas yang memerlukan keahlian khusus
dalam bidang literasi dan kepenulisan. dalam pembuatan makalah, proposal, karya
ilmiah, penelitian, laporan, dan banyak hal lainnya, tentunya memerlukan skill
khusus di bidang kepenulisan terutama dalam penggunaan ejaan dan kaidah bahasa
indonesia yang benar.
Sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia memiliki tujuan. Sebagai bahasa
persatuan, bahasa Indonesia berfungsi sebagai penanda identitas nasional dan alat
pemersatu bagi semua suku yang berada di wilayah negara kesatuan Indonesia.
Bahkan penutur bahasa Indonesia dari berbagai suku memiliki sejarah yang sama
dan cara hidup yang tidak berkelanjutan. Pembelajaran bahasa Indonesia sepanjang
hayat pembicara menjadi lebih canggih dan dinamis.
Penting untuk melestarikan bahasa dalam rangka memperkuat status
Indonesia sebagai identitas nasional. Memelihara bahasa Indonesia sejati dan
mengajarkan anak budaya bahasa Indonesia adalah dua strategi untuk
melestarikannya (Widada, 2014: 484). Penulisan ejaan dan kaidah penulisan bahasa
Indonesia dalam buku yang membahas tentang keaslian bahasa merupakan upaya
untuk mempertahankan keaslian bahasa Indonesia.
5

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini sebagai batasan
dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain:
1. Apa itu definisi dari ejaan.
2. Bagaimana perkembangan dari ejaan.
3. Bagaimana isi dan contoh dari ejaan ophuijsen.
4. Bagaimana isi dan contoh dari ejaan melindo.
5. Bagaimana isi dan contoh dari ejaan soewandi.
6. Bagaimana isi dan contoh dari ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
7. Bagaimana panduan dalam pemakaian huruf.
8. Bagaimana panduan dalam penulisan huruf.
9. Bagaimana panduan dalam pemakaian kata.
10. Bagaimana panduan dalan pemakaian kata unsur serapan.
11. Bagaimana panduan dalam pemakaian tanda baca.

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah


yang kami susun disini antara lain:
1. Untuk mengetahui apa itu definisi dari ejaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dari ejaan.
3. Untuk mengetahui bagaimana isi dan contoh dari ejaan ophuijsen.
4. Untuk mengetahui bagaimana isi dan contoh dari ejaan melindo.
5. Untuk mengetahui bagaimana isi dan contoh dari ejaan soewandi.
6. Untuk mengetahui bagaimana isi dan contoh dari ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
7. Untuk mengetahui bagaimana panduan dalam pemakaian huruf.
8. Untuk mengetahui bagaimana panduan dalam penulisan huruf.
9. Untuk mengetahui bagaimana panduan dalam pemakaian kata.
10. Untuk mengetahui bagaimana panduan dalan pemakaian kata unsur serapan.
11. Untuk mengetahui bagaimana panduan dalam pemakaian tanda baca.
6

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ejaan

Ejaan merupakan cara menuliskan kata atau kalimat dengan memperhatikan


penggunaan tanda baca dan huruf (Yulianto dalam Kustomo, 2015:59). Sedangkan
menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016), “Ejaan adalah kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca”. Berdasarkan kedua pendapat di
atas, ejaan adalah cara pelafalan serta cara penulisan tanda baca, kata, dan kalimat
dalam bentuk tulis. Ejaan yang berlaku sekarang adalah Pedoman Umum Bahasa
Indonesia selanjutnya disebut dengan PUEBI.

Ejaan dalam bahasa Indonesia diubah, dikembangkan, dan disempurnakan


oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Usaha tersebut menghasilkan Peraturan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang PUEBI.
Pengubahan, pengembangan, dan penyempurnaan ejaan dalam bahasa
Indonesia dilakukan selama 114 tahun, dimulai dari 1901 sampai dengan 2015.
Selama itu, berbagai nama disematkan pada ejaan bahasa kita. Untuk
memberikan gambaran perkembangan ejaan di Indonesia berdasarkan tahun
penetapannya. Tabel berikut merupakan intisari dari pengantar yang terdapat
pada Buku Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia (Tim Pengembang
Pedoman Bahasa Indonesia, 2016) melakukan kajian dalam menciptakan ejaan
pertama bahasa Indonesia, telah berhasil membuat ejaan, walau masih banyak
dipengaruhi oleh ejaan bahasa Belanda. Hal ini dikarenakan, posisi Indonesia
pada waktu itu, masih terjajah oleh Belanda.
7

A. Ejaan Van Ophuijsen


Charles A. Van Ophuijsen atau dikenal dengan Van Ophuijsen adalah
seorang pencetus ejaan pertama di Indonesia, sebelum adanya PUEBI, yang dikenal
dengan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini yang dicetuskan oleh Van Ophuijsen yang
muncul pertama kali pada 1901. Pada tahun yang sama, tahun 1901, ia menerbitkan
buku berjudul Maleische Spraakkunst ‘Tata Bahasa Melayu’. Buku ini dimanfaatkan
sebagai acuan penggunaan tata bahasa baku bahasa Melayu. Buku tersebut
diterjemahkan oleh T.W. Kamil dan diterbitkan oleh Balai Pustaka. Atas prestasi
tersebut, Ch. A. van Ophuijsen diangkat menjadi profesor di Universitas Leiden
Belanda sebagai ahli di bidang bahasa Melayu.Buku berjudul Maleische
Spraakkunst ‘Tata Bahasa Melayu’ karya Ch. A. Van Ophuijsen menjadi acuan ejaan
pertama yang ada di Nusantara. Ejaan ini diakui sebagai acuan baku ejaan bahasa
melayu di Nusantara. Pemerintah kolonial Belanda meresmikan ejaan tersebut pada
tahun 1901. Ejaan ini menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.
Dalam ejaan Van Ophuijsen, logat yang terdapat dalam ejaan tersebut adalah
ejaan melayu, yang juga merupakan ejaan resmi untuk bahasa melayu. Pada saat itu,
pemerintah Hindia Belanda menyuruh Charles A. Van Ophuijsen untuk menyusun
ejaan bahasa melayu, yang dibantu oleh seorang bernama Muhammad Taib Said
Sutan Ibrahim dan Engku Nawawi yang diberi gelar Sutan Makmur.
Mereka bertiga setelah melakukan kajian dalam menciptakan ejaan pertama
bahasa Indonesia, telah berhasil membuat ejaan, walau masih banyak dipengaruhi
oleh ejaan bahasa Belanda. Hal ini dikarenakan, posisi Indonesia pada waktu itu,
masih terjajah oleh belanda. Maka, ejaan Van Ophuijsen dibuat dengan
menyesuaikan situasi pada saat itu. Sehingga membentuk ejaan seperti berikut ini.
Ejaan van Ophuijsen memiliki enam ciri khusus, yaitu penggunaan huruf ї,
huruf j penggunanan oe, tanda diakritis, huruf tj, dan huruf ch (Erikha, 2015).
Berikut ciri khusus tersebut ;
● Huruf ї untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran yang disuarakan
tersendiri seperti diftong, misal mulaї dan ramaї, dan untuk menulis huruf y,
misal Soerabaїa.
● Huruf j untuk menuliskan kata-kata, misalnya jang, saja, wajang.
8

● Huruf oe untuk menuliskan kata-kata, misalnya doeloe, akoe, repoeblik.


● Tanda diakritis, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, jum’at, ta’, dan pa’.
● Huruf tj dieja menjadi seperti tjikini, tcara, pertjaya.

B. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan
ejaan Van ophuijsen. Ejaan baru ini disebut juga Ejaan Republik. Adapun
penggantian ejaan ini sebagai berikut.
● Huruf oe di ganti dengan u, seperti pada suhu,umur,pilu .
● Bunyi Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak,pak, maklum, rakjat.
● Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2 ,berjalan2,
kebarat2-an.
● Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan
dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
● Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antarsuku kata
diftong, seperti, dihargai, moelai, menjadi dihargai dan mulai.
● Bunyi sengau /ny/ ditulis /n/ apabila bertemu dengan konsonan /dj/ dan /tj/
seperti mendjual, mentjuri, menjadi menjual, mencuri.
● Kata-kata yang berada di ujung baris, awalan, dan akhiran dianggap sebagai
suku kata terpisah, seperti be-rangkat menjadi ber-angkat.
● Huruf q, x, dan y tidak diatur pemakaianya dalam ejaan.

C. Ejaan Melindo
Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan
Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1959, antara lain usaha mempersamakan
ejaan bahasa kedua negara ini. Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia
Melayu (Slamet Mulyana-Syed Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan
9

bersama yang kemudian dikenal dengan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Ejaan


ini belum sempat digunakan karena perkembangan politik ketika itu tidak
memungkinkan untuk meresmikan ejaan Melindo ini. Ejaan melindo ini mengatur
beberapa hal yaitu:
1. Fonem tambah f,s,z (fikiran, sair, sarat).
2. Penulisan diftong:ay, aw, oy.
3. Ejaan kata yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan
sebagai fonem Melindo dianggap kata asing, misal: universitas,varia,vokal.

D. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan


Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan baru.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dengan surat putusannya
tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/p/1972 (diketuai oleh Amran Halim) Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Dalam Ejaan yang Disempurnakan dibahas
mengenai pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, pemakaian tanda baca.

a.) Pemakaian Huruf

Pada pemakaian huruf ini, huruf yang digunakan adalah huruf latin dari A
sampai Z. Huruf – huruf A dan X tidak digunakan untuk menuliskan kata – kata
bahasa indonesia. Kecuali, untuk menuliskan nama atau istilah. Huruf yang tidak
dapat menempati posisi akhir adalah C,NY,V,W, dan Y.
Dalam hal ini pemakaian huruf dibagi menjadi 7 bidang antara lain :
10

● Abjad ● Gabungan huruf konsonan


● Vokal ● Pemenggalan huruf
● Konsonan ● Nama diri
● Diftong

● Abjad
Antara lain terdiri dari :
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y, dan Z
● Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a, e, I, o, dan u.
● Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, h, j, k, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z
● Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au dan oi. Misalnya : pandai, saudara, dan amboi.
● Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan. Misalnya : khusus, ngilu, nyata dan syarat.
● Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut antara lain:
◦ Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, sa-at, dll.
◦ Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan,
diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya : ba-pak, ba-rang, su-lit.
◦ Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan. Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta.
11

● Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami


perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Contoh : makan-an, me- rasa-kan, mem-bantu.
● Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c
dan 1d di atas. Contoh : foto-grafi, fo-to-gr-afi, kilo-meter,ki-lo-me-ter, dan
pasca-panen,pas-ca-pa-nen.

b.) Penulisan Huruf

Dibagi menjadi 2 antara lain :


● Huruf Kapital
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh : Saya membaca buku.
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh :
Adik bertanya, “ Kenapa kita pulang ?”
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan. Contoh : Tuhan merahmati hamba- Nya.
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh : Sultan Hasanuddin, Haji Agus
Salim, Nabi Sulaiman, Dia baru saja diangkat menjadi Sultan.
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang. Contoh : Presiden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sebagai nama orang. Contoh :
Muhammad Maulana Rizki, Syarifah Masitoh.
◦ Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Contoh : bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa Arab.
◦ Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari
raya dan peristiwa sejarah. Contoh : tahun Masehi, bulan Januari, hari
Selasa, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan.
12

◦ Huruf kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi. Contoh ;
Peta Sumatra, Danau Toba, Sungai Musi.
◦ Huruf kapital sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi Contoh:
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Luar Negeri, Undang –
Undang Dasar Republik Indonesia.
◦ Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf pertama nama semua kata di dalam
nama buku,majalah,surat kabar, kecuali kata partikel, seperti
di,ke,dari,untuk,dan,yang untuk,yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh:
Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot Subroto, Gaul, Analisa.
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama
gelar,pangkat, dan sapaan. Contoh: a.di depan nama : – Dr. Doktor Prof.
Profesor b.di belakang nama: -M.A. Master of Arts.
◦ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak,ibu,saudara,kakak,adik dan paman yang dipakai
sebagai ganti sapaan. Contoh : Apakah Ibu jadi ke Belawan besok?

● Huruf Miring
◦ Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama
buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip dari karangan. Contoh : Majalah
Bahasa dan Kesusastraan.
◦ Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan huruf,bagian kata
atau kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata ajeg adalah a.
◦ Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing , kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
garis dibawahnya.
Contoh: Weltanschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan hidup.”

c.) Penulisan kata

Penulisan kata dibagi menjadi 8 bagian antara lain :


● Kata Dasar
13

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh : Pagar, Rumah, dll.
● Kata Turunan
◦ Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) di tulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berduri, diangkat.
◦ Awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikutinya atau mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata.
Contoh: bertanggung jawab, membabi buta.
● Kata Ulang
Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh :
lari-lari, sayur-mayur, dll.
● Gabungan Kata
◦ Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, kambing
hitam.
◦ Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda
hubungun untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh: alat pandang- dengar, ibu-bapak, anak pegawai-teras, buku
sejarah-lama.
◦ Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata di tulis serangkai. Contoh:
Alhamdulillah, akhirul kalam, daripada, bumiputra.
● Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
◦ Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
kau, mu¸dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Buku ini ku baca.
● Kata Depan di, ke, dan dari
◦ Kata Depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh :
Jennie Blackpink pergi ke Jakarta.
Nanda Arsyinta berasal dari Jakarta.
● Kata Sandang si dan sang
14

◦ Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh :
Rose Blackpink tidak menyukai si malas itu

d.) Penulisan Unsur Serapan

Dibagi menjadi 1 bidang menjadi 4 pengertian antara lain :


● Cara menulis unsur serapan
◦ Adaptasi
Unsur serapan satu ini terbentuk karena terjadinya proses adaptasi yang
dilakukan bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Contohnya maksimal yang merupakan kata serapan dari maximal.
Ada beberapa juga aturan kaidah dalam unsur serapan seperti,
Ae → ae, contoh : aerodynamics → aerodinamika.
◦ Kreasi
Secara garis besar, proses kreasi ini menggunakan sistem terjemahan untuk
melakukan serapannya.
Misalnya ketika terdapat dua kata asing yang terdiri dari 2 kata atau lebih,
maka unsur serapannya bisa saja berbentuk satu kata.
Contohnya adalah spare part yang berubah menjadi suku cadang.
◦ Terjemahan
Sesuai dengan namanya, penulisan unsur serapan ini menggunakan konsep
arti dari bahasa asing itu sendiri.
Contohnya adalah uji coba yang diambil dari bahasa asing try out.
◦ Adopsi
Proses adopsi akan menyerap bahasa asing untuk disusun kembali dalam
bahasa Indonesia dengan cara mengambil keseluruhan arti, namun
penulisannya seringkali berbeda.
Misalnya kata sembahyang dalam bahasa Indonesia menjadi sholat dalam
bahasa Arab.
15

e.) Pemakaian Tanda Baca

Pemakaian tanda baca yaitu digunakan untuk menunjukkan struktur sebuah


tulisan , menentukan intonasi, serta jeda pada saat pembacaan.
● Tanda Titik (.)
Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan dan seruan.
Contoh : Bayu bermain bersama Naya di taman.
● Tanda Titik Koma (;)
◦ Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.Contoh : Ayah
menyelesaikan pekerjaan ; Ibu menulis ; Adik membaca cerita pendek.
◦ Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian–bagian perincian
dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contoh : Ibu membeli buku, pensil, dan tinta ; baju, celana, dan kaus ;
pisang, apel, dan jeruk.

● Tanda Koma (,)


◦ Pemerincian lebih dari dua
Contoh : Ibu membeli motor, mobil, dan sepeda.
◦ Kalimat majemuk (setara mempertentangkan)
Contoh : Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
◦ Anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya
Contoh : Kalau diundang, saya akan dating.
◦ Konjungsi antarkalimat
Contoh : Oleh karena itu, Dengan demikian, Namun, Akan tetapi, Misalnya,
dan Jadi.
◦ Aposisi / Apositif / Keterangan tambahan
Contoh : Soekarno, Presiden RI, merupakan salah seorang Gerakan
Nonblok.
◦ Kalimat langsung
Contoh : Kata nenek saya, “ Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
● Tanda Titik Dua (:)
16

◦ Akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan


Contoh : Mereka memerlukan perabot rumah tangga : Kursi, meja, dan
lemari.
◦ Dialog
Contoh :
Ibu : “Bawa koper ini, Nak!”
Amir : “Baik, Bu.”
◦ Daftar Pustaka
Contoh : Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta : Gramedia.
● Tanda Seru (!)
◦ Akhir kalimat perintah
Contoh : Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
● Tanda Tanya (?)
◦ Akhir kalimat tanya
Contoh : Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
◦ Kalimat meragukan
Contoh : Di Indonesia terdapat 740 (?) Bahasa daerah.
● Tanda Elipsis (…)
◦ Kalimat rumpang
Contoh : Penyebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
● Tanda Apostrof (‘)
◦ Penyingkat
Contoh : Dia’kan kusurati. (‘kan = akan)
● Tanda Petik Ganda (“…”)
◦ Kalimat Langsung
Contoh : “Merdeka atau mati!” Seru Bung Tomo dalam pidatonya
◦ Judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, dll
Contoh : Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
◦ Kata yang mempunyai arti khusus dan kata tak lazim
Contoh : Saya mendengar suara “Krik-krik” di taman.
◦ Julukan
17

Contoh : Aku mendapat julukan “Si Pintar” dari bu Anna.


● Tanda Petik Tunggal (‘…’)
◦ Terjemahan
Contoh : ‘Merdeka atau mati!’ seru Bung Tomo dalam pidatonya.
◦ Dalam tanda petik ganda
Contoh : Bu Ivah, “Sajak ‘pahlawanku’ terdapat pada halaman 125 buku
itu.”
● Tanda Garis Miring (/)
◦ Nomor surat
Contoh : Nomor : 7/PK/11/2013
◦ Periode
Contoh : Tahun ajaran 2012/2013
◦ Pengganti kata atau setiap
Contoh : buku dan/atau majalah

● Tanda Kurung ( )
◦ Kepanjangan / singkatan
Contoh : DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
◦ Aposisi / Apositif / keterangan tambahan
Contoh : Sajak tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
● Tanda Kurung Siku ([…])
◦ Revisi / mengedit
Contoh : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemericik.
◦ Dalam tanda kurung
Contoh : Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan di sini.
● Tanda Hubung (-)
◦ Pemenggalan huruf / kata
Contoh : Prog-ram atau p-r-o-g-r-a-m
● Tanda Pisah (--)
18

◦ Pengganti kata sampai dengan


Contoh : Tahun 2010 – 2013 atau Jakarta -- Bandung
19

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang digunakan oleh bangsa


Indonesia. Sebagai bahasa persatuan, bahasa Indonesia memiliki tujuan. Sebagai
bahasa persatuan, bahasa Indonesia berfungsi sebagai penanda identitas nasional dan
alat pemersatu bagi semua suku yang berada di wilayah negara kesatuan Indonesia.
Bahkan penutur bahasa Indonesia dari berbagai suku memiliki sejarah yang sama
dan cara hidup yang tidak berkelanjutan. Pembelajaran bahasa Indonesia sepanjang
hayat pembicara menjadi lebih canggih dan dinamis.
Dalam pembuatan sebuah karya tulis pemerhatian terhadap ejaan sangat
penting. Baik mulai dari ejaan Charles Van Ophuijsen yang menggunakan huruf “J”
untuk mengganti huruf Y hingga ejaan melindo yang penulisan diftong:ay,aw,oy.
Bahasa indonesia dipenuhi kompleksitas yang tinggi dimana jika kita sebagai
bangsa indonesia tidak berusaha mempelajari sastra maupun ejaan bahasa indonesia,
Bahasa Indonesia dapat punah kapan saja .

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis adalah makalah ini masih
belum cukup untuk dikatakan sempurna. Mengingat tidak banyak sumber maupun
referensi yang dapat penulis dapatkan, sehingga untuk kedepannya penulis berharap
dapat mencari lebih banyak referensi sumber agar pembaca dapat menemukan lebih
banyak pengetahuan dari makalah ini. Semoga dengan disusunnya makalah kami,
banyak yang merasa terbantu dalam mencari informasi mengenai apa itu Ejaan
dalam Kaidah Bahasa Indonesia yang Benar.
20

Daftar Pustaka

1. Winda, Novia. Judul Buku : Diktat Bahasa Indonesia.


2. Mijianti, Yerry. Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia. Universitas
Muhammadiyah Malang, 2018
3. Tim Penulis. Buku Cendikia Bahasa : Pengantar Penulisan Bahasa Ilmiah.
Cetakan Pertama, Januari 2015
4. Arifin, Zaenal. Wibowo, Wahyu. Sosrohadi, Somadi. Buku Bahasa Indonesia
Akademic. PT. Pustaka Mandiri. Tangerang, 2010
5. Tim Pengembangan Pedoman Bahasa Indonesia. Buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta, 2016
6. Ahyar, Juni. Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah. CV. BieNa Edukasi,
Lhokeseumawe, Aceh, 2015
7. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (KBBI) Balai Pustaka, 1988. Buku
: Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
8. Biladi, Rifan. Judul Buku : Detektif Bahasa. Penerbit Guapedia, Jakarta,
2022
9. Sumber Buku Catatan pelajaran selama sekolah serta catatan bimbel inten.
10. Wibowo, Arifin, Zaenal. Wahyu. Sosrohadi, Somadi. Buku Bahasa Indonesia
Akademic. PT. Pustaka Mandiri. Tangerang, 2011.

Anda mungkin juga menyukai