Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BAHASA INDONESIA

EJAAN

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Nadir La Djamudi, M.Pd

Disusun oleh: Kelompok 1


Windi A Balami (21221005)
Wa Ode Siti Ainun (21221008)
Nasrullah Faturachmaddin (21221009)
Isra Miranda (21221012)
Hayatun Nufus (21221022)
Devianti (21221023)
Kirani Putri Mentari (21310037)
Imelvin (21310048)
Fatma Indra (21310042)
2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA & MANAJEMEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN &
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Sholat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tidak lupa
pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nadir La Djamudi, M.Pd.
Selaku dosen pembimbing yang senantiasa membantu kami dalam menyelesaikan
tugas makalah ini.
Makalah yang berjudul “Ejaan” ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Ejaan adalah seperangkat kaidah
tulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tanda baca.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Izinka
kami menghanturkan permohonan maaf. Sebab makalah ini tida sempurna dan
masih memiliki banyak kelemahan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan,
ilmu pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.

Baubau, 26 Mei 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ejaan
2.2 Fungsi Ejaan
2.3 Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
2.4 Penggunaan Kata Dalam Bahasa Indoonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak diantara kita yang masih banyak menggunakan kata dan susukan
kalimat yang masih salah dalam beberapa forum. Ada saatnya kita menggunakan
kalimat-kalimat baku, dan ada saatnya pula kita menggunakan kalimat nonbaku.

Hal ini perlu diperhatikan. Ketika penggunaan kalimat telah sesuai namun
penggunaan ejaanya masih belum benar, ini dapat mengakibatkan
kesalahpahaman, atau bahkan informasi yang hendak disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh pendengar. Ejaan sangat diperlukan untuk komunikasi
secara maupun tulisan.

Sehingga apa yang telah ada pada masyarakat umumnya, perlahan


pemahaman ejaan yang digunakan diperhatikan dan diperbaiki dari keadaan
semula yang mungkin terjadi kesalahan dalam pemakaiannya.

B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini, kami membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari ejaan?
2. Apa fungsi dari ejaan?
3. Bagaimana perkembangan ejaan Bahasa Indonesia?
4. Bagaimana penggunaan ejaan kata dalam Bahasa Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian ejaan
2. Untuk mengetahui fungsi dari ejaan
3. Untuk mengetahui perkembangan ejaan Bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui penggunaan ejaan kata dalam Bahasa Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan
Dalam buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia (2019) karya Yunus Abidin,
ejaan merupakan aturan yang melambangkan bunyi bahasa menjadi bentuk huruf,
kata, serta kalimat.
Mengutip dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020)
karya Widya Fitriantiwi, yang dimaksud ejaan adalah kaidah yang harus dipatuhi
oleh pemakai bahasa supaya keteraturan dan keseragaman dalam penulisan bahasa
dapat tercapai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ejaan ialah kaidah kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf), serta penggunaan tanda baca.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa ejaan merupakan hal-hal yang mencakup
penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka, dan
lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca.

B. Fungsi Ejaan
Ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pembakuan bahasa,
baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan.
Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
2. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
indonesia.

C. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


Di Indonesia terdapat beberapa ejaan Bahasa Indonesia, antara lain :
5
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini disusun oleh Prof. Ch. A. Van Ophuysen dengan bantuan ahli
bahasa seperti Engku Nawawi atas perintah Pemerintah Hindia Belanda. Ejaan ini
terbit pada tahun 1901, dalam kitab logat melayu. Menurut Van Ophuysen bahasa
melayu tidak mengenal gugus konsonam dalam satu kata.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain
sebagai berikut :
a. Huruf “y” ditulis dengan “j”
Misalnya :
1) Sayang menjadi Sajang
2) Saya menjadi Saja

b. Huruf “u”ditulis dengan “oe”


Misalnya :
1) Umum menjadi Oemoem
2) Sempurna menjadi Sempoerna

c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Misalnya :
1) Rakyat menjadi Ra’yat
2) Bapak menjadi Bapa’

d. Huruf j ditulis dengan dj


Misalnya :
1) Jakarta menjadi Djakarta
2) Raja menjadi Radja

e. Huruf c ditulis dengan tj


Misalnya :
1) Pacar menjadi Patjar
2) Cara menjadi Tjara

f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch


Misalnya :
1) Khawatir menjadi Chawatir
2) Akhir menjadi Achir
6
2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini di tetapkan mulai tanggal 19 Maret 1947 kemudian dikenal
dengan Ejaan Republik/ Soewandi. Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun
oleh Mr. Soewandi. Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan
ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk
menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik itu
adalah sebagai berikut :
a. Huruf “oe” diganti dengan “u”
Misalanya :
1) Goeroe menjadi Guru
2) Itoe menjadi Itu
3) Oemoer menjadi Umur

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan “k”


Misalnya :
1) Pa’ menjadi Pak
2) Ma’lum menjadi Maklum
3) Ra’yat menjadi Rakyat

c. Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan


Misalnya :
1) Anak-anak menjadi Anak2
2) Berlari-larian menjadi Ber-lari-2an
3) Berjalan-jalan menjadi Ber-jalan2

d. Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap


sebagai suku-suku kata yang terpisah
Misalnya :
1) Be-rangkat menjadi Ber-angkat
7
2) Atu-ran menjadi Atur-an

3. Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD )


Ejaan Yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan sejak
penggunaannya diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Augustus 1972.
Pedoman umum Ejaan Yang Disempurnakan ditetapkan oleh Mendikbud pada
tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku diseluruh
Indonesia dan disempurnakan lagi pada tahun 1987.
Ciri khusus ejaan yang disempurnakan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan huruf “j”, “dj”, “nj”, “ch”, “tj”, “sj” pada Ejaan Republik
menjadi “y”, “j”, “ny”, “kh”, “c”, “sy”.
Misalnya :
1) Jang menjadi Yang
2) Djadi menjadi Jadi
3) Njonja menjadi Nyonya

b. Kata ulang ditulis dengan satu cara yakni menggunakan tanda hubung
(tidak diperkenankan menggunakan tanda angka “2”.
Misalnya :
1) Besar2 menjadi Besar-besar
2) Sayur2-an menjadi Sayur-sayuran

c. Penulisan kata majemuk harus dipisahkan dan tidak perlu menggunakan


tanda hubung.
Misalnya :
1) Duta-besar menjadi Duta besar
2) Kaya-raya menjadi Kaya raya

d. Gubangan kata yang sudah dianggap senyawa (satu kata) ditulis serangkai.
Misalnya :
8
1) Assalamualaikum
2) Halubalang

e. Kata ganti ku, mu, kau,dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Misalnya :
1) Kumiliki
2) Dipukul
3) Barangmu

f. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya :
1) di surabaya bukan disurabaya
2) ke stasiun bukan kestasiun

g. Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali pun yang
menjadi kelompok kata.
1) Kapan pun aku tetap menantimu
2) Meskipun demikian aku tak akan marah (meskipun adalah kelompok
kata)

h. Penulisan kata si dan sang dipisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya :
1) Si penjual bakso bukan sipenjual bakso
2) Sang pujangga bukan sangpujangga

i. Partikel per berarti tia-tiap dipisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya :
1) Per orang bukan perorang
2) Per lembar bukan perlembar
9
D. Penggunaan Kata dalam Bahasa Indonesia

1. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang
melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud
ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan
pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan
bunyi yang melambangkan huruf tersebut. Kaidah pelafalan bunyi bahasa
Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing,
seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman.
Perhatikan contoh berikut!
a. Teknik = lafal yang salah: tehnik, lafal yang benar: teknik
b. Energi = lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji. Lafal yang benar: energy
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai
singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan
yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
Perhatikan pelafalan berikut!
a. TV = lafal yang salah: tivi. Lafal yang benar: teve
b. MTQ = Lafal yang salah:emtekyu, emtekui. Lafal yang benar: em te ki
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi (h).
Pelafalan bunyi (h) ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi (h) yang
terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada
kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi (h) yang terletak di antara dua vokal
yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada
kata tahun, lihat, pahit.

2. Pemisahan Suku Kata


Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal
itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan
10
suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian
akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan
kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir
baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus
mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata seperti berikut ini :
a. Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan
di antara vokal tersebut.
Contohnya :
1) Main menjadi ma-in
2) Taat menjadi ta-at.

b. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan


dilakukan di antara kedua konsonan tersebut.
Contohnya :
1) Ambil menjadi am-bil.
2) Undang menjadi un-dang.

c. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal


pemisahannya dilakukan sebelum konsonan.
Contohnya :
1) Bapak menjadi ba-pak.
2) Sulit menjadi su-lit.

d. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya


dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan kedua.
Contohnya :
1) Bangkrut menjadi bang-krut
2) Instumen menjadi in-stru-men

3. Penulisan Huruf
11
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Misalnya :
1) Dia membaca buku.
2) Apa maksudnya?

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya :
1) Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
2) Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan (kata ganti tuhan).
Misalnya :
1) Islam, Quran, Weda, Tuhan akan menunjukkan jalan hamba-Nya.

d. Hurufkapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
1) Mahaputra Yamin
2) Sultan Hasanuddin

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan
sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya :
1) Wakil Presiden Adam Malik
2) Perdana Menteri Nehru

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama
12
instansi yang merujuk kepada bentuk llengkapnya.
Misalnya :
1) Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
2) Sidang itu dipimpin Presiden.

g. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama
tempat tertentu.
Misalnya :
1) Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
2) Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya :
1) Amir Hamzah
2) Dewi Sartika

4. Penulisan Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,


majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
1) Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan
Prapanca.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
1) Huruf pertama kata abad adalah a.
2) Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
13
6
7

Anda mungkin juga menyukai