PENDAHULUAN
LANDASAN TEORETIS
A. Keterampilan Membaca
Membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia,
yaitu berbahasa. Menurut Wiryodijoyo (1989:1) membaca adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang
cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks. Termasuk di
dalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan
informasi ( bagi pembaca).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa membaca adalah melihat serta memahami apa yang tertulis
dengan melisankan atau dalam hati. Membaca dapat diartikan pula sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk
berkomunikasi dengan diri kita sendiri maupun orang lain (Depdikbud dalam Mardiyati:2003).
Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca. Bahkan menurut hasil penelitian, hubungan
antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Inilah yang mendorong para ahli menyepakati
bahwa tujuan membaca merupakan modal utama membaca (Nurhadi 1987:134).
Wiryodijoyo (1989:56-57) berpendapat bahwa tujuan membaca dipengaruhi oleh bahan bacaan yaitu sebagai
berikut, (1) membaca untuk kesenangan dengan materi bacaan : roman, novel, cerpen, komik, dan sebagainya, (2) membaca
untuk penerapan praktis dengan materi bacaan : buku-buku petunjuk teknis, buku resep masakan, modul keterampilan, dan
sebagainya, (3) membaca untuk mencari informasi khusus dengan bahan bacaan : buku petunjuk telepon, ensiklopedi,
kamus, dan sebagainya, (4) membaca untuk mendapatkan gambaran umum dengan materi bacaan : buku-buku teori, buku-
buku teks, essei, jurnal, dan sebagainya, dan (5) membaca untuk mengevaluasi secara kritis dengan bahan bacaan : roman,
novel, puisi, dan sebagainya.
Selain dipengaruhi oleh bahan bacaan, tujuan membaca menurut Wiryodijoyo (1989:57-58) juga dipengaruhi oleh
teknik membacanya, yaitu (1) membaca untuk menangkap butir-butir yang penting dan organisasi keseluruhan sebuah
tulisan melalui teknik membaca survei, (2) membaca untuk mengetahui isi meteri bahan bacaan dengan cepat melalui teknik
membaca cepat, (3) membaca untuk memperkuat pemahaman dan membaca pikiran dengan menambah kecepatan baca
melalui teknik membaca frasa, (4) membaca untuk mengerti dengan jelas untuk mengingat informasi dan menggunakannya
melalui teknik membaca teliti, (5) membaca untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi dan arti yang lebih dalam
melalui teknik menyelidiki, (6) membaca untuk mencari keputusan (judgment) dan keterlibatan yang lebih dalam dengan
analisis bunyi melalui teknik membaca kritis, dan (7) membaca untuk memperluas kesadaran dan penikmatan sastra melalui
teknik membaca indah.
Kegiatan membaca yang kedua yaitu membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara
keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran jabaran, sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan
padat) tentang isi buku tercapai. Secara garis besar tujuan membaca itu luas sifatnya karena setiap situasi membaca
mempunyai tujuan tersendiri yang bersifat spesifik.
Proses membaca menurut Buzan (dalam Hernowo 2005:19-24) ada tujuh tahapan, yaitu (1) pengenalan atas
simbol-simbol buku, (2) peleburan antara apa yang disampaikan oleh buku dengan apa yang kita miliki, (3) intra-integrasi
atau proses menghubung-hubungkan antara materi yang satu dengan materi yang lain (4) ekstra-integrasi atau pengambilan
keputusan apakah mau menerima atau menolak berkaitan dengan apa yang disampaikan buku kepada kita melalui analisis,
apresiasi, dan seleksi atau kritik, (5) penyimpanan hasil yang kita peroleh dari sebuah buku, (6) pengingatan apa-apa yang
kita baca sehingga dapat digunakan lagi suatu saat, dan (7) pengomunikasian hasil yang kita baca dengan orang lain.
Jenis-jenis membaca adalah sebagai berikut:
1. Membaca nyaring atau bersuara
Membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks, banyak seluk beluknya. Pertama
menuntut pengertian terhadap aksara di atas halaman kertas dan sebagainya, dan kemudian memproduksikan suara yang
tepat dan bermakna.
2. Membaca dalam hati
Membaca dalam hati adalah jenis membaca yang tujuan utamanya adalah untuk memperoleh informasi. Kegiatan
membaca dalam hati dibedakan menjadi:
a. Membaca ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Tujuannya untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat dan dengan demikian membaca
secara efisien dapat terlaksana.
b. Membaca intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas
terhadap suatu tugas yang pendek, kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, menurut Sukarman 1992 dalam Kholis (2002:12-13) terdiri dari
berbagai aspek, antara lain aspek situasi, bahana bacaan, kesehatan, dan keluasan wawasan si pembaca. Situasi sekitar
pembaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan membaca pemahaman seseorang. Sebagai kegiatan represif yang mencoba
menelaah isi suatu wacana, kegiatan membaca pemahaman memerlukan situasi yang tenang. Dalam keadaan yang tenang
itulah si pembaca dapat mengenal setiap lambang bunyi yang dibacanya. Selanjutnya, lambang-lambang tersebut akan
diberi makna dalam proses pemaknaan atau rekonstruksi lambang menjadi bunyi bermakna.
B. Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang
Kegiatan membaca memerlukan pemusatan perhatian, kecepatan, dan ketepatan. Oleh karena itu, membaca
dilakukan secara sadar dan berkemauan. Dalam psikologi asosiasi belajar adalah pembentukan hubungan stimulus respons
sebanyak-banyaknya. Siswa yang menguasai stimulus respons dari bahan yang diajarkan di sekolah adalah siswa yang
pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan stimulus dapat dibentuk melalui latihan-latihan.
David (dalam Fatmawati 2005:34) mengajukan jenis latihan yang ringan yaitu “Latihan Berjenjang”, suatu latihan
yang terkontrol bagi siswa, diperkenalkan dengan latihan yang bersifat komprehensif pada awalnya dan sampai pada
akhirnya pada latihan yang bersifat aplikatif. Latihan berjenjang ini menekankan pada pemberian latihan yang aktif dan
sederhana. Maksudnya menjadikan belajar bahasa itu bukan sebagai beban mental tetapi lebih merupakan sebagai
pengulangan dan peniruan yang relatif ringan dan sering. Sering dalam hal latihan berjenjang ini maksudnya adalah teratur
dan bertahap.
Kelebihan Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang
Kelebihan teknik pembelajaran latihan berjenjang untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan
berhuruf Jawa adalah sebagai berikut.
1. Siswa mampu membaca bacaan berhuruf Jawa secara berkesinambungan.
2. Siswa mempunyai harga diri yang lebih bila mampu membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa.
3. Penciptaan suasana lebih santai karena tidak ada penekanan.
4. Kegiatan siswa di dalam kelas lebih dominan. Para siswa sibuk berpikir, bernalar, dan bekerja sehingga kelas terlihat tertib
dan tenang.
5. Keberhasilan tiap individu dapat dipantau sedini mungkin, sehingga langsung dapat diperbaiki.
6. Siswa tidak merasa jenuh atau bosan dengan latihan yang berkesinambungan atau bertahap.
Kelemahan Teknik Pembelajaran Latihan Berjenjang
Kelemahan pada teknik pembelajaran latihan berjenjang hampir tidak ada. Ada kemungkinan timbul dalam jiwa para
siswa bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal membutuhkan waktu yang relatif lama.
C. Kerangka Berpikir
Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca
adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca
dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-
simbol bahasa yang tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan menggunakan teknik latihan berjenjang bertujuan
agar siswa memiliki keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Pembelajaran membaca pemahaman bacaan
berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan memahami bacaan berhuruf
Jawa, karena teknik latihan berjenjang ini dimulai dari hal yang mudah lalu meningkat ke yang sukar. Jadi, pemikiran siswa
dimulai dari yang sederhana terlebih dahulu. Dari pemikiran yang sederhana ini siswa mulai tertarik membaca dan
selanjutnya dilatih terus sehingga kemampuan membacanya dapat meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Dengan digunakannya teknik pembelajaran latihan berjenjang, diharapkan keterampilan siswa dalam membaca
pemahaman bacaan berhuruf Jawa dapat meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian
yang berbasis kelas, maka masalah-masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah-masalah yang muncul di kelas. PTK
juga mengupayakan perbaikan kondisi pembelajaran dan menyelesaikan bermacam-macam permasalahan yang muncul di
kelas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses pengkajian berdaur. Proses pengkajian ini terdiri
atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap atau siklus dalam sebuah penelitian
tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut.
Keterangan:
refleksi.
3.1.1.1 Perencanaan
Tahap perencanaan dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah untuk memecahkan
masalah dan sebagai upaya memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf
Jawa selama ini. Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran membaca pemahaman
bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang, (2) membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar
observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara untuk memperoleh data nontes, (3) menyiapkan teks atau bacaan berhuruf
Jawa dan menyusun sepuluh soal jawaban singkat untuk menguji tingkat pemahaman siswa, dan (4) berkolaborasi dengan
guru bahasa Jawa sekolah yang bersangkutan.
Dalam siklus I ini indikator pencapaian yang akan dicapai adalah sebesar 65%. Setelah mencapai indikator
pencapaian tersebut maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.
3.1.1.2 Tindakan
Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Tindakan yang akan dilakukan dalam
penelitian ini secara garis besar adalah melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan
teknik latihan berjenjang. Pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab seputar perangkat huruf Jawa,
mengenai aksara Jawa, bentuk-bentuk pasangan, fungsi sandhangan, bentuk-bentuk angka Jawa, jenis-jenis pada,
fungsi aksara murda, jenis-jenis aksara swara, dan fungsi aksara rekan. Setelah kegiatan tanya jawab seputar perangkat
huruf Jawa selesai, siswa kemudian menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa
sebagai berikut:
a. aksara Jawa mulai dari a(ha) sampaiz (nga),
b. pasangan yang terletak di atas yaitu ha, sa, pa ,
c. sandhangan wyanjan yang terdiri dari cakra, cakra keret, pengkal
d. angka Jawa 5 dan 6,
e. pada, yang terdiri dari ?(pada adeg-adeg), ,(pada lingsa), .(pada lungsi), dan ;(pada pangkat),
f. aksara murda sa dan pa,
g. aksara swara E, dan O
h. aksara rekan Dza.
Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan beberapa perangkat huruf Jawa
tersebut, siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf
Jawa tadi. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.
Pada pertemuan kedua guru memberikan apersepsi pentingnya kemampuan membaca bagi siswa, khususnya
membaca huruf Jawa.Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:
a. pasangan yang berbentuk huruf utuh, yaitu R(ra), Y(ya), G(ga), nga
b. sandhangan panyigeg yang terdiri dari layar, cecak, wignya, pangkon
c. angka 3(3) dan 4(4),
d. aksara murda# (Ta) dan $(Sa),
e. aksara swara I(I), dan
f. aksara rekan p+(f/v).
Setelah siswa dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa tadi,
siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang
dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada pertemuan pertama.
3.1.1.3 Observasi atau Pengamatan
Tahap observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data perilaku dan sikap siswa yaitu dengan
mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa selama penelitian berlangsung. Agar hasil penelitian bisa objektif,
dalam pelaksanaannya pengamatan juga dibantu oleh guru bahasa Jawa sekolah yang bersangkutan. Pengamat mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir pembelajaran. Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku dan sikap siswa selama mengikuti
proses pembelajaran.
3.1.1.4 Refleksi atau Evaluasi
Setelah pelaksanaan tindakan, maka hasil observasi, hasil jurnal, dan hasil wawancara kemudian dianalisis.
Berdasarkan analisis tersebut, maka dilakukan refleksi yang meliputi (1) pengungkapan hasil pengamatan
mengenai kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman
bacaan berhuruf Jawa, (2) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar,
dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang
direfleksi tersebut didiskusikan dengan guru bahasa Jawa yang bersangkutan.Refleksi digunakan untuk mengubah srategi
pembelajaran pada siklus II.
3.1.1.5 Prosedur Tindakan pada Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan
yang telah dilaksanakan. Langkah-langkah kegiatan siklus II pada dasarnya sama dengan langkah-langkah siklus I.
Perbedaannya terletak pada sasaran kegiatan untuk melakukan perbaikan tindakan siklus sebelumnya. Langkah-langkah
siklus II sebagai berikut.
3.1.1.6 Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: (1) menyusun perbaikan
rencana pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik latihan berjenjang, (2) menyusun
perbaikan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal, dan pedoman wawancara, dan (3) menyusun
perbaikan rancangan evaluasi.
Pada siklus II ini terdiri dari dua pertemuan. Setelah dapat membaca bacaan berhuruf Jawa yang tingkat
kesulitannya tergolong mudah dan sedang, maka pada pertemuan pertama siklus II ini disajikan bacaan berhuruf Jawa yang
tingkat kesulitannya tergolong cukup sulit. Setelah dapat membaca bacaan yang tingkat kesulitannya tergolong cukup sulit
tadi, maka pada pertemuan kedua disajikan bacaan berhuruf Jawa yang tingkat kesulitannya tergolong sulit. Dalam siklus II
ini indikator pencapaian yang akan dicapai adalah 70%. Setelah mencapai indikator pencapaian tersebut, maka penelitian
tidak dilanjutkan.
3.1.1.7 Tindakan
Kegiatan tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi perbaikan-perbaikan yang didasarkan pada tindakan
yang telah dilakukan pada siklus I. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II ini secara garis besar adalah melaksanakan
pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang.
Pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam
membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang
menerapkan:
a. pasangan dengan bentuk tersendiri yaitu...C..(ca),…F..(da),…J.. (ja),…M.. (ma), dan …B..(ba),
b. sandhangan panyigeging wanda yang terdiri dari h(wignyan), / (layar), dan =(cecak),
c. angka 5(5), 6(6), dan 7(7),
d. aksara murda% (Pa) dan ^(Nya),
e. aksara swara E(E), dan
f. aksara rekan f+(dz).
Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan beberapa perangkat huruf Jawa tersebut,
siswa kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang
dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada siklus I. Selanjutnya siswa
menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.
Pada pertemuan kedua guru dan siswa bertanya jawab mengenai kegunaan huruf Jawa dan manfaat yang diperoleh
apabila mampu membaca huruf Jawa. Setelah itu siswa menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan:
a. pasangan yang berbentuk tersendiri, yaitu …W..(wa),…N.. (na), dan... V(nya),
b. penanda bunyi x(re) dan X(le),
c. angka 8(8), 9(9), dan 10 (10),
d. aksara murda& (Ga) dan *(Ba),
e. aksara swara O(O) dan U(U), dan
f. aksara rekan j+(z) dan g+(gh).
Setelah dapat menyebutkan contoh kata-kata atau kalimat yang menerapkan perangkat huruf Jawa tersebut, siswa
kemudian membaca dalam hati bacaan berhuruf Jawa yang isinya merupakan penerapan perangkat huruf Jawa yang
dipelajari sebelumnya ditambah dengan penerapan perangkat huruf Jawa yang dipelajari pada pertemuan pertama dan
seluruh pertemuan pada siklus I. Selanjutnya siswa menjawab pertanyaan seputar isi bacaan.
3.1.1.8 Observasi atau pengamatan
Sasaran observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan siswa selama penelitian
berlangsung. Agar hasilnya bisa objektif, dalam pelaksanaannya observasi ini dibantu oleh guru bahasa Jawa yang
bersangkutan. Kegiatan observasi atau pengamatan ini dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengamatan
dilakukan secara cermat sehingga dihasilkan beberapa temuan. Aspek-aspek yang dinilai dalam pengamatan yaitu (1)
perubahan perilaku siswa selama mengikuti proses pembelajaran membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa melalui teknik
latihan berjenjang menjadi lebih baik atau justru berkurang, (2) kesungguhan siswa memperhatikan penjelasan guru, serta
pada saat siswa membaca bacaan berhuruf Jawa mengalami perubahan lebih baik atau tidak, dan (3) perubahan motivasi
untuk membaca bacaan berhuruf Jawa.
3.1.1.9 Refleksi
Pada akhir kegiatan siklus II, hasil observasi, jurnal, dan wawancara kemudian dianalisis.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: (1) pengungkapan hasil pengamatan mengenai
kelebihan dan kekurangan teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman bacaan
berhuruf Jawa, (2) pengungkapan tindakan-tindakan yang telah dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung,
dan (3) pengungkapan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang direfleksi
tersebut didiskusikan dengan guru bahasa Jawa yang bersangkutan.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa
kelas ..................SMP ................... Kelas ini adalah salah satu dari tujuh kelas yang ada yaitu kelas ………………….. Siswa
kelas ..................berjumlah 44 siswa, terdiri dari 22 siswa dan 22 siswi. Dipilihnya kelas ..................dengan alasan:
(1). Berdasarkan pengamatan, kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa kelas ..................masih
kurang maksimal dibandingkan dengan kelas VIII yang lainnya.
(2). Keadaan kelas sering pasif, sebab guru menerangkan teori-teori mengenai huruf Jawa dengan metode ceramah,
sementara itu siswa sekadar mendengarkan guru.
(3). Siswa kelas ..................yang kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa sering memperlihatkan kebiasaan yang tidak
wajar. Misalnya ketika sedang membaca, para siswa yang mengalami kesulitan membaca bacaan berhuruf Jawa ini biasanya
meletakkan buku dengan cara yang aneh, jarak mata yang terlalu dekat, dan sebagainya.
(4). Upaya khusus untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas ..................dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf
Jawa belum banyak dilakukan oleh guru. Hal ini dapat diketahui dari tidak adanya upaya guru untuk mengubah metode
mengajarnya. Para guru masih tetap mengajar dengan metode ceramah dalam pembelajaran membaca bacaan berhuruf Jawa.
3.3 Variabel
Variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel input-output dan variabel proses.
3.3.1 Variabel input-output
Variabel input-output pada penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa, yaitu
keterampilan membaca bacaan berbahasa Jawa yang disajikan dengan tulisan atau aksara Jawa dengan tujuan untuk
memahami isi bacaan yang dibaca. Kondisi awal keterampilan siswa dalam membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa
cenderung rendah sehingga dapat berubah ke arah yang lebih baik setelah mengikuti pembelajaran membaca pemahaman
bacaan berhuruf Jawa dengan teknik latihan berjenjang. Target keterampilan yang diharapkan adalah siswa terampil
membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa sesuai aspek penilaian, yaitu: (1) pemahaman isi bacaan, dan (2) menceritakan
kembali isi bacaan.
3.3.2 Variabel proses
Variabel proses dalam penelitian ini adalah teknik pembelajaran latihan berjenjang yang merupakan cara atau tindakan yang
dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa terutama dalam hal membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa. Dalam hal
ini teknik latihan berjenjang merupakan suatu teknik yang berisi pemberian latihan secara terkontrol bagi siswa. Latihan
berjenjang ini pada awalnya bersifat komprehensif dan pada akhirnya bersifat aplikatif. Satu hal yang ditekankan di sini
bahwa latihan diberikan secara aktif, namun bersifat sederhana. Teknik ini diharapkan mampu mengubah kondisi awal siswa
dari yang tidak terampil membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa menjadi terampil.
Kesulitan siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa adalah karena siswa kurang
mengenal huruf Jawa. Oleh karena itu, keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa khususnya pada siswa
kelas ..................SMP .................. perlu ditingkatkan dengan teknik latihan berjenjang.
3.4 Instrumen
Instrumen penelitian ini menggunakan tes dan nontes sebagai berikut.
(1) Tes
Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis ini dibuat berdasarkan aspek penilaian membaca
pemahaman bacaan berhuruf Jawa yang meliputi: (1) pemahaman isi bacaan, dan (2) menceritakan kembali isi bacaan.
Aspek–aspek ini seperti dalam tabel 1 berikut ini.
Tes tertulis diwujudkan dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan satu soal essay atau
uraian. Soal pilihan ganda berupa soal-soal pemahaman isi bacaan, sedangkan untuk soal essay atau uraian berupa
kemampuan siswa menulis kembali isi bacaan. Setiap satu soal pilihan ganda mempunyai bobot 5 jika jawaban benar dan 0
jika jawaban salah. Jadi jika seluruh soal pilihan ganda dijawab dengan benar, maka bobotnya adalah 50. Sedangkan untuk
soal essay atau uraian mempunyai bobot 50. Nilai untuk soal essay atau uraian ini berdasarkan rentang, kategori, dan
keterangan seperti dalam tabel 3 berikut ini.
3.6.1 Teknik Tes
Data dalam penelitian diperoleh dengan mengadakan tes setelah pembelajaran berakhir. Tes dilakukan sebanyak
lima kali, yaitu pretes, siklus I, dan siklus II. Pada siklus I, terdiri dari dua kali tes, yaitu pertemuan pertama dan pertemuan
kedua, dan pada siklus II juga dilakukan dua kali tes, yaitu pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Tes pada masing-
masing siklus berupa tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari kemampuan siswa memahami isi bacaan dan kemampuan siswa
menceritakan kembali isi bacaan. Langkah-langkah pelaksanaan tes, yaitu (1) menyiapkan bahan tes yang berupa bacaan
berhuruf Jawa, (2) melaksanakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca pemahaman
bacaan berhuruf Jawa, dan (3) memberikan penilaian berdasarkan aspek yang telah ditentukan dan kriteria skor yang telah
ditetapkan.
Setelah pretes dilaksanakan, maka hasilnya dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kelemahan-
kelemahan siswa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada pretes maka diberikan suatu pembelajaran
dengan teknik latihan berjenjang sebagai modal untuk menghadapi tes pada siklus I dan siklus II. Hasil tes pada siklus I
dianalisis untuk memperbaiki tindakan pada siklus II. Kemudian hasil tes pada siklus II dianalisis lagi. Dari hasil analisis
tersebut dapat diketahui ada atau tidaknya peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa siswa
kelas ..................SMP .................. setelah menerima pembelajaran dengan teknik latihan berjenjang.
3.6.2 Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes berupa observasi, jurnal, dan wawancara pada siklus I dan II. Teknik nontes
digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap teknik latihan berjenjang yang digunakan dalam pembelajaran
membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa serta untuk mengetahui perubahan tingkah laku siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data observasi digunakan untuk mengetahui
perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Data nontes juga diperoleh dari jurnal siswa. Jurnal digunakan
untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap materi dan cara penyampaian materi serta saran-saran untuk pembelajaran
mendatang. Selain observasi dan jurnal, data nontes juga diperoleh dari wawancara.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik deskriptif prosentase dan teknik deskriptif
kualitatif.
3.7.1 Teknik Deskriptif Prosentase
Teknik deskriptif prosentase dipakai untuk menganalisis data tes membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa
melalui teknik latihan berjenjang, yaitu pada pretes, siklus I dan siklus II. Hasil tes dihitung secara prosentase dengan
langkah-langkah yaitu, (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai komulatif dari tiap-tiap siswa, (3)
menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung prosentase.
Prosentase keterampilan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa
=
Keterangan: