Achmad Dhany Fachruddin 215-228
Achmad Dhany Fachruddin 215-228
2, Oktober 2015
ISSN. 2443-0455
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji secara teoritis bagaimana pendekatan
geometri dapat membantu pemahaman siswa dalam memahami konsep
menyelesaikan persamaan kuadrat. Penelitian ini merupakan kajian teoritis
untuk menghasilkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan
oleh praktisi pendidikan dalam mengajarkan konsep penyelesaikan
persamaan kuadrat. Dari hasil kajian teori yang dilakukan, peneliti
berkesimpulan bahwa untuk memahamkan konsep penyelesaian persamaan
kuadrat dapat dilakukan dengan cara melengkapkan kuadrat sempurna
melalui metode sejarah yang dikenal dengan naïve geometry, yang
diinterpretasikan sebagai manipulasi bentuk persegipanjang menjadi bentuk
persegi. Dimana hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa langkah,
yaitu 1) Melakukan manipulasi geometris untuk menyelesaikan masalah, 2)
Menggunakan metode naïve geometry untuk menyelesaikan masalah, 3)
Mengaitkan masalah geometri dengan aljabar dan 4) menemukan rumus
umum menyelesaikan persamaan kuadrat.
Kata Kunci: pendekatan geometri, penyelesaian persamaan
kuadrat, naïve geometry.
Abstract
The purpose of this research is to study theoretically how geometry method
can help students’ understanding about the concept of solving quadratic
equations. This research was a theoretical study to produce an learning
approach that can be used by the teachers to teach the concept of quadratic
equation. The results of the study, researchers concluded that in order to
understand the concept of quadratic equation can be acquired by
manipulating and reshaping the rectangle into square through historical
method known as naïve geometry. This can be achieved through several
activities, namely 1) manipulating geometric form to solve the problem , 2)
Using the naïve geometry method to solve the problem, 3) Linking
geometric problems with algebra ,4) Finding common formulas solving
quadratic equations.
Keywords: geometric approach, solving quadratic
equation, naïve geometry.
215
Fachrudin, Pendekatan Geometri
yang sangat penting. Hal tesebut pada penggunaan algoritma atau rumus
langsung pada bidang lain seperti sains, persamaan kuadrat (Zakaria, Ibrahim, &
teknik, dan tentunya pada cabang lain Maat, 2010). Oleh karena itu, penguasaan
dalam matematika itu sendiri (French, siswa terhadap konsep yang diajarkan
2002). Pada masa sebelum dikenal sistem masih kurang. Persamaan kuadrat
penggunaan simbol yang merupakan salah merupakan salah satu cabang dalam
satu elemen dalam argumentasi aljabar, aljabar. Secara umum persamaan kuadrat
verbal sehingga pencarian solusi masalah koefisien dan c adalah konstanta. Dalam
tesebut menjadi kurang efektif. Di sisilain, persamaan ini terdapat dua akar yang
penyempurnaan dari aritmatika (Wheeler, dapat mencari dua akar dari setiap
1996). Dikatakan seperti itu karena dalam persamaan kuadrat yang diberikan, dimana
algebra may make simple things hard, but Berkaitan dengan hal tersebut, French
not teaching algebra will soon render it (2002) memberikan contoh umum
impossible to make hard things simple” kesalahan dasar yang sering dilakukan
(French, 2002). Dengan kata lain, oleh siswa adalah menganggap bahwa
permasalahan yang rumit menjadi lebih Beberapa peneliti juga telah melakukan
216
Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015
ISSN. 2443-0455
kuadrat (Lian & Yew, 2012; Olteanu, C., bermakna karena dalam PMRI,
& Olteanu, L., 2012; Radford, 2002; permasalahan realistik atau konteks
Radford & Guerette, 2000; Zakaria et al, digunakan sebagai langkah awal untuk
2010). Beberapa hasill dari kajian tersebut membangun konsep matematika
menunjukkan masih banyaknya kesalahan (Gravemeijer, & Doorman, 1999;
siswa dalam menyelesaikan persamaan Sembiring, 2010; Van Den Heuvel-
kuadrat yang disebabkan oleh pemahaman Panhuizen, 2003; Zulkardi, 2002). Salah
sifat dan konsep aljabar yang masih satu prinsip dalam PMRI juga
rendah. mengisyaratkan untuk memberi
Dalam menyikapi hal ini, peneliti kesempatan pada siswa mengalami proses
melihat dua hal utama yang dapat dijadikan yang sama sebagaimana konsep-konsep
landasan mendukung pemahaman siswa matematika ditemukan (Gravemeijer,
terhadap konsep persamaan kuadrat untuk 1994). Senada dengan hal tersebut, dalam
selanjutnya dapat digunakan praktisi dalam Kurikulum 2013, pembelajaran
merancang pembelajaran di kelas. Hal diamanatkan menggunakan pendekatan
pertama adalah berkenaan dengan aspek ilmiah, dimana salah satu kriteria
pembelajaran, bahwa proses belajar hanya pembelajaran ilmiah adalah berbasis fakta
akan terjadi ketika pengetahuan yang atau permasalahan realistik (Kemdikbud,
dipelajari bermakna bagi siswa 2013).
(Freudenthal, 1991). Di samping itu, Suatu Sembiring (2010) menyatakan
pengetahuan akan menjadi bermakna bagi bahwa pembelajaran dengan pendekatan
siswa jika proses pembelajaran dilakukan PMRI akan memiliki beberapa karakter,
dengan melibatkan suatu situasi atau yaitu:
konteks (CORD, 1999). Realistic 1. Siswa lebih aktif berpikir
Mathematics Education (RME) atau di 2. Konteks dan bahan ajar terkait
Indonesia dikenal dengan Pendidikan langsung dengan lingkungan sekolah
Matematika Realistik Indonesia (PMRI), dan siswa
merupakan pendekatan pembelajaran yang 3. Peran guru lebih aktif dalam
memungkinkan terjadinya kaitan antara merancang bahan ajar dan kegiatan
konteks dengan pembelajaran sehingga kelas.
dapat tercapai pembelajaran yang
217
Fachrudin, Pendekatan Geometri
218
Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015
ISSN. 2443-0455
Pada penelitian ini, peneliti mencoba telah dikenal dan dikembangkan pada pada
melakukan kajian literatur terkait dengan masa Babilonia. Hal tersebut ditunjukkan
219
Fachrudin, Pendekatan Geometri
220
Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015
ISSN. 2443-0455
𝑥
You pose. The moiety of 1 1 1 1
𝟏 ∙1 =
you break, 𝟑𝟎’ (𝟐) and 2 2 2
𝟏 1 2 1
𝟑𝟎’ (𝟐) you make span; ( ) =
2 4
1
1 2
1
𝑥−
2
𝟏
𝟏𝟓’ ( ) to 𝟏𝟒`𝟑𝟎° (𝟖𝟕𝟎) 1 1 1
𝟒 𝑥 2 − 2 ∙ ∙ 𝑥 + = 870
you append: 𝟏𝟒`𝟑𝟎°𝟏𝟓′ 2 4 4
𝟏 1 1 1
(𝟖𝟕𝟎 𝟒) makes 𝟐𝟗°𝟑𝟎′
1 𝑥− = √870 = 29
equilateral 𝑥− 2 4 2
2
𝟏
𝟑𝟎′ (𝟐) which you have 1 1
𝑥− = 29
made span to 𝟐𝟗°𝟑𝟎′ 2 2
𝟏 𝑥 = 30
(𝟐𝟗 𝟐) you append; 30
the confrontation.
𝑥
221
Fachrudin, Pendekatan Geometri
Ide dasar dari metode yang digunakan Berikut adalah contoh dari
oleh matematikawan Babilonia pada permasalahan serupa yang muncul pada
masalah yang terdapat pada BM 13901 Arithmetica Book I Problem 27 yang ditulis
No.2 tersebut adalah dengan oleh Diophantus (sekitar tahun 250 M)
melengkapkan kuadrat sempurna (Radford, 1996): “Find two numbers such
(menyempurnakan bentuk persegi). that their sum and their product equal the
Interpretasi secara geometris juga given numbers”. Radford (1996)
membuat permasalahan tersebut menjadi menjelaskan bahwa solusi dari
lebih mudah dipahami. Matematikawan permasalahan tersebut dapat ditemukan
pada masa itu memang belum mengenal melalui interpretasi dan manipulasi
simbol aljabar, akan tetapi berdasarkan geometris. Dimana metode tersebut serupa
interpretasi secara geometris dan aljabar dengan naïve geometry. Berikut adalah
yang disajikan di atas, dapat dikatakan solusi dari permasalahan di atas apabila
mereka telah mengenal persamaan kuadrat bilangan dimaksud sudah diberikan
dan bagimana mencari solusinya, (diketahui jumlah dua bilangan 20 dan
walaupun penggunaannya masih terbatas hasil kalinya 96).
untuk bentuk persamaan kuadrat bentuk
tertentu dan solusi bilangan positif saja.
10 3
2 10
8
96 8
12
Dipindahkan
222
Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015
ISSN. 2443-0455
223
Fachrudin, Pendekatan Geometri
224
Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015
ISSN. 2443-0455
225
Fachrudin, Pendekatan Geometri
diberi LAS yang berisi permasalahan dan mempresentasikan dan berdiskusi tentang
telah mereka pelajari sebelumnya dan Pada aktivitas terakhir ini guru meminta
langkah yang mereka gunakan dan yang serupa dengan permasalahan pada
terinspirasi dari masalah yang terdapat diberikan berupa simbol aljabar. Berikut
2
226
Jurnal Edukasi, Volume 1 No.2, Oktober 2015
ISSN. 2443-0455
227
Fachrudin, Pendekatan Geometri
French, D. (2002). Teaching and Learning Radford, L. & Guerette, G. (2000). Second
Algebra. London: Continuum. degree equations in the classroom: a
Babylonian approach. In Katz, V. (Ed),
Freudenthal. (1991). Revisiting
Using history to teach mathematics: an
Mathematics Education: China
international perspective (pp. 69-75).
Lectures. Dordrecht, the Netherlands:
USA: The Mathematical Association of
Kluwer Academic Publisers.
America.
Gravemeijer, K. (1994). Developing
Sembiring, R. K. (2010). PENDIDIKAN
Realistic Mathematics Education.
MATEMATIKA REALISTIK
Utrecht: Technipress, Culemborg.
INDONESIA (PMRI):
Gravemeijer, K., & Doorman, M. (1999). PERKEMBANGAN dan
Context problems in realistic TANTANGANNYA. Journal on
mathematics education: A calculus Mathematics Education, 1, 11-16.
course as an example. Educational
Sumardyono. (2012). “Pemanfaatan
studies in mathematics, 39(1-3), 111-
Sejarah Matematika di Sekolah”.
129.
http://p4tkmatematika.org/2012/08/pe
Grugnetti, L.(2000). The History of manfaatan-sejarah-matematika-di-
Mathematics and its Influence on sekolah/ (diakses tanggal 15 Juni 2013).
Pedagogical Problems. In Katz, V.
Wheeler, D. (1996). Backwards and
(Ed), Using history to teach
forwards: Reflections on different
mathematics: an international
approaches to algebra. In Approaches
perspective (pp. 29-35). USA: The
to Algebra (pp. 317-325). Springer
Mathematical Association of America.
Netherlands.
Hǿyrup, J. (1990a). Algebra and naive
geometry. An investigation of some Zakaria, E., & Maat, S. M. (2010).
Analysis of Students’ Error in Learning
basic aspects of old babylonian
of Quadratic Equations. International
mathematical thought.
Education Studies, 3(3), P105.
Altorientalische Forschungen, 17,
27-69. Zulkardi, Z. (2002). Developing A
Learning Environment on Realistic
Hǿyrup, J. (1990b). Algebra and naive
Mathematics Education For Indonesian
geometry. An investigation of some
Student Teachers. Doctoral Thesis of
basic aspects of old babylonian
mathematical thought II. Twente University. Enschede: Twente
Univ
Altorientalische Forschungen, 17, 262-
254.
Lian, L. H., & Yew, W. T. (2012).
Assessing Algebraic Solving Ability: A
Theoretical Framework. International
Education Studies, 5(6), p177.
Olteanu, C., & Olteanu, L. (2012).
Equations, functions, critical aspects
and mathematical
communication. International
Education Studies, 5(5), p69.
228