Oleh:
Dimas Dwi Prasetyo; 220511602782
Dwi Fadilatun Nisa’; 220511602789
Edwin Wardiantara; 220511601048
Fahrayza Yudhistira; 220511609390
Fauzy Ristu Ardhianzah; 220511609978
Gilang Imam Bagaskara; 220511601479
Hilmi Zakaria Fatoni; 22051160353
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah salah satu pelajaran yang wajib di pelajari di setiap jenjang
pendididkan di Indonesia termasuk perguruan tinggi. Matematika di pandang sebagai ilmu
yang mendasari berbagai macam ilmu. Matematika merupakan sarana yang dapat membekali
seseorang dalam berbagai kemampuan seperti berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif.
Trigonometri merupakan salah satu materi inti matematika yang harus dikuasai siswa
kelas X SMA, baik yang diprogramkan dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) maupun ilmu
pengetahuan sosial (IPS). Trigonometri adalah materi matematika yang membahas tentang
hubungan antara sisi dan sudut segitiga. Trigonometri juga merupakan dasar penting untuk
pemecahan masalah di beberapa bidang (Orhun, 2010). Menurut Maharaj (2008),
trigonometri banyak digunakan untuk penjelasan matematis dan definisi ide dan konsep baru.
Misalnya, konsep dasar trigonometri digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
sudut dan sisi segitiga siku-siku.
Trigonometri merupakan salah satu materi yang menimbulkan kesulitan bagi siswa.
Menurut survey 60% siswa mengatakan matematika lebih kompleks atau sulit untuk
dipahami daripada mata pelajaran lain, dan 48% siswa mengatakan mereka harus menghafal
rumus dalam matematika, terutama pada mata pelajaran aljabar, trigonometri dan kalkulus.
(Singha, 2010; dkk., 2012). Krismanto (2008) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
trigonometri, siswa masih banyak mengalami kesulitan yang muncul selama kegiatan
pembelajaran. Beberapa peneliti juga menunjukkan bahwa siswa bekerja keras dengan
masalah dalam materi trigonometri. Seperti, Orhun (2004) mencatat bahwa beberapa waktu
lalu, beberapa peneliti telah menemukan kesalahpahaman dan kesalahan pada siswa yang
memahami materi trigonometri. Orhun (2004) mengidentifikasi kesulitan siswa dalam
memahami materi trigonometri dan menemukan bahwa siswa tidak mengembangkan konsep
trigonometri dengan jelas dan membuat beberapa kesalahan dalam pembelajaran materi
trigonometri. Penelitian yang di jalani oleh Rumasoneng dan Sugiman (2014) menemukan
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian pada fungsi
trigonometri, seperti membandingkan rasio trigonometri, aturan sinus, dan fungsi
trigonometri. Berdasarkan hasil wawancara, siswa kesulitan dalam menyederhanakan soal
trigonometri dan memahami perbandingan trigonometri.
Maka dari itu kurangnya pengetahuan siswa akan konsep segitiga siku-siku, yaitu
siswa kurang memahami sisi-sisi pada segitiga siku-siku. Namun ketika gambar diubah
menjadi yang biasa guru berikan kepada siswa, siswa dapat menyebutkan sisi miring secara
tepat. Hal ini dapat menjadikan hambatan pada siswa untuk menyelesaikan trigonometri.
Kesalahan yang dilakukan siswa ini tidak cukup sekali, pada pretest maupun posttest siswa
masih sering mengulang kesalahan-kesalahan dalam menyebutkan sisi pada segitiga siku-siku
tersebut. Dari jawaban tersebut peneliti menduga bahwa kesalahan itu timbul dikarenakan
adanya hambatan belajar (learning obstacle) pada siswa. Peneliti menduga demikian karena
pada jawaban siswa terlihat adanya keterbatasan konsep yang dikuasai oleh siswa pada materi
segitiga sehingga siswa belum bisa menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Hal ini juga
bisa diakibatkan karena kurangnya metode dan pendekatan yang tepat dilakukan oleh guru
pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan soal yang tidak jauh berbeda dengan
contoh sebelumnya dilanjutkan dengan memberikan latihan soal. Berdasarkan alur
pembelajaran ini, sebelum guru menyimpulkan guru tidak mengarahkan siswa untuk
mengerjakan soal apabila segitiga siku-siku tersebut dibalik telah ditransformasikan.
Mungkin ada beberapa siswa yang tetap bisa mengerjakan soal tersebut ketika segitiga siku-
siku tersebut dirotasikan sehingga gambarnya seperti yang biasa guru berikan, tetapi ada juga
siswa yang dengan kemampuan kurang baik akan kesulitan untuk menyelesaikan soal
tersebut. Hal ini menunjukkan adanya hambatan didaktis dan epistemologis dari
pembelajaran trigonometri ini.
Perspektif teori yang mendukung situasi didaktis ini adalah Theory of Didactical
Situation (TDS) (Brosseau, 2002). TDS membantu kita untuk memberikan alasan yang
spesifik dan tanda-tanda untuk menganalisis pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelum
pembelajaran dan pengetahuan yang dimiliki siswa setelah proses pembelajaran selain itu
melalui TDS hambatan siswa dalam belajar matematika dapat terlihat (Lalaude-Labayle, dkk,
2018). Jika ingin mengetahui bagaimana siswa membangun ide terhadap konsep matematika
maka perlunya mengeksplor lingkungan pendidikan seperti situasi pembelajaran, peran siswa
dan peran guru di dalamnya (Semeradova, 2015). Kebutuhan untuk menggali lebih dalam
aspek kualitatif dari pemikiran siswa menjadi suatu hal yang diperlukan dan studi masa depan
harus mempertimbangkan penelitian berbasis instruksional di mana guru diamati ketika
mereka terlibat dalam praktik mengajar (Ruiz & Lupianes, 2009). Dengan demikian, situasi
didaktis dalam pembelajaran menjadi hal yang perlu dikaji untuk lebih memahami fenomena
dalam proses pembelajaran dan menganalisis hambatan belajar siswa khusunya pada
pembelajaran konsep dasar trigonometri. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
penelitian ini menyajikan tentang “Situasi Didaktis pada Pembelajaran Konsep Dasar
Trigonometri”.
1. Definisi
2.1 Definisi Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigonon yang artinya tiga sudut dan retro
artinya mengukur. Oleh karena itu trigonometri adalah sebuah cabang dari ilmu matematika
yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus, dan
tangen. Sedangkan definisi dari trigonometri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah ilmu ukur mengenai sudut dan sempadan dengan segitiga (digunakan dalam
astronomi). Istilah trigonometri juga sering kali diartikan sebagai ilmu ukur yang
berhubungan dengan segitiga. Tetapi masih belum jelasyang dimaksudkan apakah itu segitiga
sama kaki (siku-siku). segniga sama sisi, atau segitiga sembarang Namun, biasanya yang
dipakai dalam perbandingan trigonometri adalah menggunakan segitiga sama kaki atau siku-
siku. Dikatakan berhubungan dengan segitiga karena sebenarnya trigonometri juga masih
berkaitan dengan geometri. Baik itu geometri bidang maupun geometri ruang.
Pada dasarnya, segitiga merupakan bentuk dasar dalam matematika terutama trigonometri.
Sebab, kata trigonometri sendiri mengandung arti ukuran tentang segitiga. Dimana
pengetahuan tentang bumi, matahari dan benda-benda langit lainnya sebenarnya juga diawali
dari pemahaman konsep tentang rasio (ratios) pada segitiga. Sebagaimana contoh pada zaman
dahulu (sebelum istilah trigonometri populer) keliling bumi sudah bisa ditentukan dengan
menggunakan konsep segitiga siku-siku, meskipun hanya sebatas masih dalam perkiraan saja.
Waktu itu keliling bumi diperkirakan mencapai 25.000 mil, sedangkan bila menggunakan
metode modern keliling bumi adalah 24.902 mil. Meskipun dalam sejarah matematika
aplikasi trigonometri berdasar pada konsep segitiga siku-siku, tetapi sebenarnya cakupan
bidangnya sangatlah luas. Dan sekarang, trigonometri juga sudah mulai merambah pada
bidang komputer, satelit komunikasi dan juga astronomi.
Konsep dasar trigonometri tidak lepas dari bangun datar yang bernama segitiga siku-siku.
Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga yang memiliki satu sudut siku-siku dan dua
sudut lancip 11 pelengkap. Selanjutnya sisi dihadapan sudut siku-siku merupakan sisi
terpanjang yang disebut dengan sisi miringnya (hypotenuse), sedangkan sisi-sisi dihadapan
sudut lancip disebut kaki (leg) segitiga itu.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini :
hypotanuse
Leg
A Leg C
Ket :
Hypotanus = Sisi miring
Leg = Sisi kaki segitiga
Pada gambar diatas terlihat jelas bahwa ∆ ABC adalah segitiga siku-siku dengan C
sebagai sudut siku-siku, AB sebagai sisi miringnya dan BC sebagai kaki-kainya. Selanjutnya
dapat dituliskan perbandingan (ratios) sebagai berikut:
BC AC BC
Sin A = AB , Cos A = BC , Tan A = AC ,
BC AC BC
Csc A = AB , Sec A = BC , Cot A = AC
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa sin θ , cos θ , dan tan θ berbanding
terbalik dengan cosec θ , sec θ , dan cot θ secara berturut-turut. Demikian dapat diketahui
bahwa:
sin A cos A
cos A = tan A dan sin A = Cot A
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep trigonometri pada
dasarnya memang mengacu pada perbandingan segitiga siku- siku. Dari perbandingan
tersebut maka diperoleh fungsi trigonometri seperti: sin (sinus), cos (cosinus), tan (tangen),
cosecan (csc), sec (secan), dan cotangen (cot). Namun karena fungsi cosecan (csc), sec
(secan), dan cotangen (cot) berbanding terbalik dengan fungsi sin (sinus), cos (cosinus), dan
tan (tangen), maka yang sering digunakan adalah fungsi sin (sinus), cos (cosinus), dan tan
(tangen).
2.3 Sejarah Dan Tokoh Trigonometri
Metode rinci untuk membangun tabel sinus untuk setiap sudut diberikan oleh
matematikawan India Bhaskara pada tahun 1150, bersama dengan beberapa rumus sinus dan
kosinus. Bhaskara juga mengembangkan trigonometri bola. Ahli matematika Persia abad
ketiga belas Nasir al-Din Tusi, bersama dengan Bhaskara, mungkin adalah orang pertama
yang memperlakukan trigonometri sebagai disiplin matematika yang berbeda. Nasir al-Din
Tusi dalam Treatise on the Quadrilateral-nya adalah orang pertama yang membuat daftar
enam kasus berbeda dari segitiga siku-siku dalam trigonometri bola.
Pelacakan lain tentang awal mula munculnya trigonometri adalah bersamaan dengan
kemunculan tokoh matematikawan yang handal pada masa itu. Diantaranya matematikawan
Yunani Hipparchus sekitar tahun 150 SM dengan tabel trigonometrinya untuk menyelesaikan
segi tiga. Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan
penghitungan trigonometri lebih lanjut. Disamping itu pula matematikawan Silesia
Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya yang berpengaruh tentang trigonometri
pada tahun 1595 dan memperkenalkan kata ini ke dalam bahasa Inggris dan Perancis. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ada banyak aplikasi trigonometri.
Terutama adalah teknik triangulasi yang digunakan dalam astronomi untuk menghitung
jarak ke bintang-bintang terdekat, dalam geografi untuk menghitung antara titik tertentu, dan
dalam sistem navigasi satelit. 9 Bidang lainnya yang menggunakan trigonometri termasuk
astronomi (dan termasuk navigasi, di laut, udara, dan angkasa), teori musik, akustik, optik,
analisis pasar finansial, elektronik, teori probabilitas, statistika, biologi, pencitraan
medis/medical imaging (CAT scan dan ultrasound), farmasi, kimia, teori angka (dan
termasuk kriptologi), seismologi, meteorologi, oseanografi, berbagai cabang dalam ilmu
fisika, survei darat dan geodesi, arsitektur, fonetika, ekonomi, teknik listrik, teknik mekanik,
teknik sipil, grafik komputer, kartografi, kristalografi. Selanjutnya, penemuan-penemuan
tentang rumus dasar trigonometri oleh para tokoh ilmuwan muslim adalah sebagai berikut :
a. Al-Buzjani
Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al Buzjani, merupakan
satu di antara sekian banyak ilmuwan Muslim yang turut mewarnai khazanah pengetahuan
masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu matematika dan astronomi. Kota
kecil bernama Buzjan, Nishapur, adalah tempat kelahiran ilmuwan besar ini, tepatnya tahun
940 M. Sejak masih kecil, kecerdasannya sudah mulai nampak dan hal tersebut ditunjang
dengan minatnya yang besar di bidang ilmu alam. Masa sekolahnya dihabiskan di kota
kelahirannya itu. Konstruksi bangunan trigonometri versi Abul Wafa hingga kini diakui
sangat besar kemanfaatannya. Dia adalah yang pertama menunjukkan adanya teori relatif
segitiga parabola. Tak hanya itu, dia juga mengembangkan metode baru tentang konstruksi
segi empat serta perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal. Abul Wafa pun
a a
mengembangkan hubungan sinus dan formula 2 sin 2 ( ) = 1 - cos a dan juga sin a = 2 sin (
2 2
a
) cos ( ). 10
2
b. Abu Nasr
Mansur Nama lengkap dari Abu Nasr Mansur adalah Abu Nasr Mansur ibnu Ali ibnu
Iraq atau akrab disapa Abu Nasr Mansur (960 M – 1036 M). Abu Nasr Mansur terlahir di
kawasan Gilan, Persia pada tahun 960 M. Hal itu tercatat dalam The Regions of the World,
sebuah buku geografi Persia bertarikh 982M. Pada karya trigonometrinya, Abu Nasr Mansur
menemukan hukum sinus sebagai berikut:
a
sin A = b
sin B = c
sin C
Secara umum rumus-rumus trigonometri diperoleh dari hubungan atau relasi antara
rumus yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini maka dapat juga dikatakan rumus
trigonometri diperoleh dari perpaduan rumus yang lain. Misalnya sinus, cosinus, tangen,
secan, cosecan dan cotangen antara yang satu dengan yang lain sebenarnya masih ada
hubungannya. Dalam beberapa referensi yang penulis peroleh dari beberapa buku terutama
yang menggunakan bahasa Indonesia rumus-rumus trigonometri dibedakan menjadi beberapa
kategori. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Rumus trigonometri untuk jumlah dua sudut dan selisih dua sudut
1) Rumus untuk cos (α ± β)
Pada gambar diatas diperlihatkan sebuah lingkaran satuan, sehingga koordinat titik A
adalah (1,0). Misalkan < AOB = ∝ dn < BOC = β , maka <AOC = < AOB + < BOC = ∝+ β . Dengan
mengambil sudut pertolongan < AOD = - β , maka ∆ AOC kongruen dengan ∆ BOD, akibatnya
AC = BD atau AC2 = BD2
Kita ingat bahwa koordinat kartesius sebuah titik dapat dinyatakan sebagai (r cos α, r
sin α), sehingga koordinat titik B adalah (cos α, sin α), titik C adalah (cos (α+ β), sin (α+ β))
dan titik D (cos β, -sin β). Dengan menggunakan rumus jarak antara dua titik diperoleh:
Jarak titik A (0,1) dan C (cos (α+ β), sin (α+ β)) adalah
AC2 = {cos (∝+ β ) – 1}2 + {sin (∝+ β ) – 0}2
= cos2 (∝+ β ) – 2 cos (∝+ β ) + 1 + sin2 (∝+ β )
= cos2 (∝+ β ) + sin2 (∝+ β ) + 1 – 2 cos (∝+ β )
= 1 + 1 – 2 cos (∝+ β )
= 2 – 2 cos (∝+ β )
Titik B (cos ∝ ,sin ∝ ,) dan D (cos β ,−sin β ) adalah
BD2 = (cos β−cos ∝ )2 + ( - sin β – sin ∝ )2
= cos2 β – 2 cos ∝ cos β + cos2 ∝ + sin2 β + 2 sin ∝ sin β + sin2 ∝
= (cos2 β + sin2 β ) + (cos2 ∝ + sin2 ∝) – 2 cos ∝cos β + 2 sin ∝ sin β
= 2-2 cos ∝ cos β + 2 sin ∝ sin β
tan ∝+ tan β
= 1−tan∝ tan β
Antara fungsi-fungsi trigonometri tersebut berlaku identitas yang dapat diturunkan dari
perbandingan antara x, y dan r tersebut, serta Dalil Pythagoras. Identitas trigonometri yang
diturunkan dari perbandingan antara x, y dan r adalah sebagai berikut :
Identitas trigonometri adalah suatu persamaan dari fungsi trigonometri yang bernilai
benar untuk setiap sudutnya dengan kedua sisi ruasnya terdefinisi. Identitas trigonometri
terbagi 3, yaitu Identitas Kebalikan, Identitas Perbandingan dan Identitas Phytagoras yang
masing-masing memiliki fungsi dasar, yaitu:
Identitas trigonometri yang diturunkan dari Dalil Pythagoras adalah sebagai berikut :
sin2 α + cos2 α = 1
tan2 α + 1 = sec2 α
cot2 α + 1 = cosec2 α
3 Kuadran
Kuadran adalah pembagian daerah pada sistem koordinat kartesius → dibagi dalam 4
daerah Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut di berbagai kuadran memenuhi
aturan seperti pada gambar:
Untuk sudut b > 360° → b = (k . 360 + a) → b = a
(k = bilangan bulat > 0)
o Mengubah fungsi trigonometri suatu sudut ke sudut lancip Jika menggunakan 90 ± a
atau 270 ± a maka fungsi berubah:
sin ↔ cos
tan ↔ cot
sec ↔ csc
o Jika menggunakan 180 ± a atau 360 ± a maka fungsi tetap
Kuadran
Sudut Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4
Sinus + + - -
Cosinus + - - +
Tangen + - + -
Kuadran 1
Kuadran 2
Kuadran 3
Kuadran 4
y = cos x
y = tan x
8 Persamaan Trigonometri
A. Persamaan Sinus
Untuk menyelesaikan permasalahan trigonometri yang nilai sudutnya lebih dari satu.
Contohnya persamaan y = sin x, untuk -360o ≤ x ≤ 360o. Jika digambarkan dalam
bentuk grafik, persamaan y = sin x, untuk -360o ≤ x ≤ 360o, akan menjadi seperti
berikut.
Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai x untuk sin x = 1 ada dua, yaitu -
270o dan 90o. Nilai utama yang harus dilihat adalah nilai sin x. tepatnya di
gambar. Nilai x yang lebih dari 360o atau kurang dari -360o, dapat diketahui
Sin x = Sin a
x = a + k . 360°
x= (180°- a ) + k . 360°
Pembahasan
1
sin x=
2
sin x = sin 30°
Ini berarti:
x=30 ° +k . 360°
x=150 ° +k .360 °
Nilai utamanya yaitu tepatnya pada interval 0o ≤ x ≤ 180o. Untuk nilai cosinus yang
lain, bisa Quipperian lihat di gambar lainnya. Nilai x yang lebih besar dari 360o atau
Cos x = Cos a
K merupakan x =± a +bilangan
konstanta k . 360°
bulat
Contoh soal
Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut untuk interval -120 o ≤ x ≤ 450o.
Pembahasan
1
cos x=
√2
1 √2 1
cos x= . = √2
√ 2 √2 2
cos x=cos 45 °
Ini berarti
x=45° + k .360 °
Jadi, penyelesaian dari persamaan tersebut adalah x = {-45o, 45o, 315o, 405o}.
C. Persamaan Tangen
dan negatif. Untuk nilai lainnya bisa kamu tentukan dengan persamaan berikut.
tan x =tan a
x= a+ k. 360
Pembahasan
3 sin x=√ 3 cos x
sinx √ 3
=
cos x 3
1
tan x= √3
3
tan x=tan 30 °
Ini berarti
x=30+ k .360
1 1
Dengan demikian, nilai cos ( 2 x )=cos (−2,−150° )=cos 300 °= . Jadi , nilai cos (−2 x )=
2 2
Rumus trigonometri sudut ganda digunakan untuk nilai-nilai ukuran sisi akibat sudut-sudut
yang tidak istimewa. Meskipun penggunaan kalkulator diijinkan dalam penelitian, namun
kalkulator umumnya tidak mampu menanganani kasus numeris yang membutuhkan ketelitian
tinggi.
Karena dalam beberapa kasus numeris, perlakuan tanpa pembulatan adalah metode terbaik
Para engineer, khusunya ahli sipil, lebih khususnya lagi ahli geodesi, sangat bergantung
pada seorang surveyor. Ketika seorang insinyur membuat perencanaan pembangunan suatu
proyek, seperti pembangunan jalan raya, jembatan, bendungan, gedung bertingkat, dll peran
surveyor sangat diperlukan. Mirip kaitannya dengan ahli dosimetri dengan dokter spesialis
penyakit onkologi. Seorang suveyor juga harus mempersiapkan untuk input data mengenai
permukaan bumi dan tanah, setelah itu data diinput pada suatu sistem informasi yang diberi
naman GIS (Geographical Information System). Tidak jarang pengamatan untuk menghitung
kemingan jalan raya, rel kereta api, dan jembatan, Keahlian trigonometri seorang surveyor
sangat mempermudah pekerjaannya sehingga beliau tak perlu terjun langsung ke medan-
medan sulit.
Trigonometri bola jarang diajarkan sekarang karena tugasnya telah diambil alih oleh aljabar
linear. Meskipun demikian, satu aplikasi dari trigonometri adalah astronomi. Seperti bumi
juga bola, trigonometri digunakan dalam geografi dan navigasi.
Ptolemy (100-178) yang digunakan trigonometri pada geografi dan menggunakan tabel
trigonometri dalam karya-karyanya. Columbus membawa salinan dari Regiomontanus
Ephemerides Astronomicae pada perjalanan ke Dunia Baru dan menggunakannya untuk
keuntungannya.
4. Penerapan Trigonometri pada Teknik Kimia dan matematika
Trigonometri umumnya juga digunakan dalam mencariketinggian menara
dan pegunungan.
trigonometri juga digunakan dalam oseanografi dalam menghitung
ketinggian gelombang air laut
= 2.½.½√2
= ½√2
= 2.½√3.½√2
= ½√6
3) Cos 45 + sin 75=
1
cos 45⁰ = √ 2sin 75⁰ = sin (30⁰ + 45⁰)
2
= sin 30⁰ cos 45⁰ + cos 30⁰ sin 45⁰
1 1 1 1
¿ . √2+ √ 3 . √ 2
2 2 2 2
1 1
= √2 + √6
4 4
1 1 1 3 1
= √ 2+ √2+ √ 6 = √ 2+ √ 6
2 4 4 4 4
4) cos 60⁰ + sin 15⁰=
= 2 Cos ½ (60°+30°) Cos ½ (60°-30°)
1
= 2.0. √ 3
2
= 0
= 2.½√ 3.½√2
=½√6
maka:
= sin 75 - sin 15
= (¼√6 + ¼√2) - (¼√6 - ¼√2)
= ¼√2 + ¼√2
= 2/4 √2
= ½√2
2.
3. sin 90 - sin 15
sin 90 = sin(45+45)
= sin 45 cos 45+ cos 45 sin 45
= ½√2 . ½√2 + ½√2 . ½√2
=1
maka:
= sin 90 - sin 15
= (1)- (¼√6 - ¼√2)
= 1 + ¼√2
= 5√2
Diketahui segitiga XYZ memiliki besar sudut ZXY = 600 dan besar
sudut XYZ = 450. Diantara titik X dan Y, terdapat titik W sehingga
membentuk sudut YZW = 300. Jika panjang YW adalah √3 cm,
berapakah panjang XW?
Jawaban Pertama,
cari nilai WZ
ZW / (sin ∠WYZ) = YW / (sin ∠YZW)
ZW / (sin 450) = √3 / (sin 300)
ZW / (½ √2) = √3 / (½)
ZW = (√3 . ½ . √2) / (½)
ZW = √6
Dengan cara yang sama, kita akan mencari nilai XW
XW / (sin ∠XZW) = ZW / (sin ∠ZXW)
XW / (sin 450) = √6 / (sin 600)
XW /( ½ √2) = √6 / (½ √3)
XW = (√6 . ½ . √2) / (½ √3)
XW = (√6 . √2) / √3
XW = (√6 . √2 . √3) / √3 . √3
XW = (√6 . √6) / 3
XW = 6 / 3 = XW = 2 Jadi panjang XW adalah 2cm
P dan Q adalah 2 titik di ujung jembatan yang jika dilihat dari titik R
akan membentuk sudut PRQ sebesar 450 . Jika jarak RQ = x meter
dan RP = 2x √2 meter, maka panjang jembatan tersebut adalah
Jawaban
Dengan menggunakan aturan cosinus, diperoleh
PQ2 = RQ2 + RP2 – 2RQ . RP Cos 450
PQ2 = x2 + 8x2 – 2.2x√2 . x . ½ √2
PQ2 = 9x2 – 2x2
PQ2 = 5x2
PQ2 = x √5
Jadi, panjang jembatan PQ adalah x √5 meter .