Anda di halaman 1dari 49

TRIGONOMETRI

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah


“Matematika Teknik”
Dibina oleh
Puteri Ardista Nursisda Mawangi, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Dimas Dwi Prasetyo; 220511602782
Dwi Fadilatun Nisa’; 220511602789
Edwin Wardiantara; 220511601048
Fahrayza Yudhistira; 220511609390
Fauzy Ristu Ardhianzah; 220511609978
Gilang Imam Bagaskara; 220511601479
Hilmi Zakaria Fatoni; 22051160353

S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI MALANG
OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kelompok kami panjatkan kehadirat allah subhanahuwataala atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulisan bahan presentasi yang berjudul trigonometri (ilmu
ukur sudut) dapat di selesaikan sesuai dengan jadwal yang telah di rencanakan sebelumnya.
namun demikianisinya belum sepenuhnya sesuai dengan harapan pembaca terutama rekan rekan
yang sedang mengikuti pembelajaran trigonometri
Babahan pembelajaran ini berisikan kosep-konsep tentang system koordinat,perbandingan
goniometri sudut lancip,dalil dalil dalam segitiga, jumlah dan selisih sudut, grafik fungsi
trigonometri, persamaan trigonometri, dan bilangan kompleks. Konsep konsep tersebut selain
membantu rekan rekan juga diharapkan dapat memberikan bekal tambahan dalam mengikuti
pembelajaran trigonometri .

Malang, oktober 2022

DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah salah satu pelajaran yang wajib di pelajari di setiap jenjang
pendididkan di Indonesia termasuk perguruan tinggi. Matematika di pandang sebagai ilmu
yang mendasari berbagai macam ilmu. Matematika merupakan sarana yang dapat membekali
seseorang dalam berbagai kemampuan seperti berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif.

Trigonometri merupakan salah satu materi inti matematika yang harus dikuasai siswa
kelas X SMA, baik yang diprogramkan dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) maupun ilmu
pengetahuan sosial (IPS). Trigonometri adalah materi matematika yang membahas tentang
hubungan antara sisi dan sudut segitiga. Trigonometri juga merupakan dasar penting untuk
pemecahan masalah di beberapa bidang (Orhun, 2010). Menurut Maharaj (2008),
trigonometri banyak digunakan untuk penjelasan matematis dan definisi ide dan konsep baru.
Misalnya, konsep dasar trigonometri digunakan untuk menggambarkan hubungan antara
sudut dan sisi segitiga siku-siku.

Trigonometri merupakan salah satu materi yang menimbulkan kesulitan bagi siswa.
Menurut survey 60% siswa mengatakan matematika lebih kompleks atau sulit untuk
dipahami daripada mata pelajaran lain, dan 48% siswa mengatakan mereka harus menghafal
rumus dalam matematika, terutama pada mata pelajaran aljabar, trigonometri dan kalkulus.
(Singha, 2010; dkk., 2012). Krismanto (2008) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
trigonometri, siswa masih banyak mengalami kesulitan yang muncul selama kegiatan
pembelajaran. Beberapa peneliti juga menunjukkan bahwa siswa bekerja keras dengan
masalah dalam materi trigonometri. Seperti, Orhun (2004) mencatat bahwa beberapa waktu
lalu, beberapa peneliti telah menemukan kesalahpahaman dan kesalahan pada siswa yang
memahami materi trigonometri. Orhun (2004) mengidentifikasi kesulitan siswa dalam
memahami materi trigonometri dan menemukan bahwa siswa tidak mengembangkan konsep
trigonometri dengan jelas dan membuat beberapa kesalahan dalam pembelajaran materi
trigonometri. Penelitian yang di jalani oleh Rumasoneng dan Sugiman (2014) menemukan
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian pada fungsi
trigonometri, seperti membandingkan rasio trigonometri, aturan sinus, dan fungsi
trigonometri. Berdasarkan hasil wawancara, siswa kesulitan dalam menyederhanakan soal
trigonometri dan memahami perbandingan trigonometri.

Penelitian Mensah (2017) menyatakan bahwa kesalahan siswa dalam memecahkan


masalah trigonometri ini dikarenakan kelemahan mereka dalam operasi aritmatika dasar atau
materi prasyarat. Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh siswa dalam menggunakan
rumus pada segitiga siku-siku dalam memecahkan rasio trigonometri meliputi kesalahan
keterampilan proses, kesalahan transformasi dan kesalahan pemahaman. Kesalahan dalam
keterampilan proses tampak lebih jelas dalam penggunaan sudut siku-siku segitiga daripada
menggunakan rumus. Kesalahan ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa siswa gagal
memahami dan menjelaskan apa yang dituntut oleh pertanyaan. Hal ini menyebabkan
kegagalan untuk memecahkan masalah. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan temuan
Norasiah (2002) yang mana siswa gagal dalam menerjemahkan masalah matematika ke
dalam bentuk matematikanya dan juga memiliki masalah dalam memahami istilah-istilah
khusus dalam matematika khususnya pada trigonometri. Kegagalan ini mungkin disebabkan
oleh kurangnya penekanan oleh guru memahami bahasa trigonometri dan keterampilan yang
dibutuhkan oleh siswa. Hal ini pun mengindikasikan adanya hambatan epistemologi dan
didaktis pada pembelajaran trigonometri.

Peneliti Maknun (2018) menyatakan terdapat beberapa hambatan belajar sebelum


perancangan desain didaktis, yaitu hambatan didaktis berupa kurangnya penekanan pada dua
hal. Pertama, bahwa sinus, kosinus, dan perbandingan trigonometri lainnya merupakan
fungsi. Kedua, pengukuran sudut dengan satuan radian. Dalam buku teks yang digunakan,
penyajian materi hanya terfokus pada mengonversi satuan radian ke derajat dan sebaliknya.
Padahal, pemahaman mengenai konsep sudut dalam radian sangatlah penting. Selain
hambatan didaktis, terdapat pula hambatan epistemologis. Siswa umumnya memahami
perbandingan trigonometri secara baik terbatas hanya pada konteks sudut di kuadran pertama.
Setelah implementasi desain didaktis, diperoleh bahwa siswa yang mengalami implementasi
desain didaktis masih mengalami beberapa hambatan belajar, yaitu siswa masih kesulitan
menyusun segitiga untuk menganalisis perbandingan trigonometri di setiap kuadran.

Maka dari itu kurangnya pengetahuan siswa akan konsep segitiga siku-siku, yaitu
siswa kurang memahami sisi-sisi pada segitiga siku-siku. Namun ketika gambar diubah
menjadi yang biasa guru berikan kepada siswa, siswa dapat menyebutkan sisi miring secara
tepat. Hal ini dapat menjadikan hambatan pada siswa untuk menyelesaikan trigonometri.
Kesalahan yang dilakukan siswa ini tidak cukup sekali, pada pretest maupun posttest siswa
masih sering mengulang kesalahan-kesalahan dalam menyebutkan sisi pada segitiga siku-siku
tersebut. Dari jawaban tersebut peneliti menduga bahwa kesalahan itu timbul dikarenakan
adanya hambatan belajar (learning obstacle) pada siswa. Peneliti menduga demikian karena
pada jawaban siswa terlihat adanya keterbatasan konsep yang dikuasai oleh siswa pada materi
segitiga sehingga siswa belum bisa menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Hal ini juga
bisa diakibatkan karena kurangnya metode dan pendekatan yang tepat dilakukan oleh guru
pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Dalam mempelajari matematika yang didalmnya memuat trigonometri secara teori


siswa akan mengalami learning obstacle seperti yang dikemukakan Brousseau (2002)
learning obstacle terbagi dalam tiga bentuk, yaitu ontogenic obstacle (hambatan yang
disebabkan karena kurangnya kesiapan mental dalam menghadapi proses pembelajaran),
didactical obstacle (hambatan belajar yang berkaitan dengan bahan ajar ataupun hambatan
yang yang timbul sebagai hasil dari pendekatan yang digunakan dalam situasi pembelajaran
yang dilakukan guru), dan epistemological obstacle (hambatan belajar yang berkaitan dengan
keterbatasan konteks yang didapat oleh siswa). Peneliti menduga bahwa kasus di atas
termasuk pada hambatan epistemologis dan didaktis.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa di lapangan, pelaksanaan


proses pembelajaran trigonometri masih berujung pada menghafal rumus, belum sepenuhnya
memfasilitasi siswa untuk berpikir sehingga mengakibatkan pembelajaran yang kurang
bermakna padahal pembelajaran yang bermakna adalah hal penting dalam aktivitas menimba
ilmu. Menurut Turmudi (2010) pada akhirnya siswa hanya menghafal rumus tanpa
mengetahui makna dari apa yang mereka kerjakan. Adapun alur pelaksanaan pembelajaran
guru pada saat peneliti mengobservasi adalah pada awal pembelajaran guru hanya
memberikan contoh segitiga siku-siku dan menjelaskan nama sisi-sisi yang ada pada segitiga
siku-siku tersebut. Guru memberikan rumus pytagoras dan juga mengenalkan definisi
perbandingan trigonometri suatu sudut.

Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan soal yang tidak jauh berbeda dengan
contoh sebelumnya dilanjutkan dengan memberikan latihan soal. Berdasarkan alur
pembelajaran ini, sebelum guru menyimpulkan guru tidak mengarahkan siswa untuk
mengerjakan soal apabila segitiga siku-siku tersebut dibalik telah ditransformasikan.
Mungkin ada beberapa siswa yang tetap bisa mengerjakan soal tersebut ketika segitiga siku-
siku tersebut dirotasikan sehingga gambarnya seperti yang biasa guru berikan, tetapi ada juga
siswa yang dengan kemampuan kurang baik akan kesulitan untuk menyelesaikan soal
tersebut. Hal ini menunjukkan adanya hambatan didaktis dan epistemologis dari
pembelajaran trigonometri ini.

Dengan melihat adanya berbagai learning obstacle tersebut, maka diperlukan


pemikiran bagaimana cara agar learning obstacle tersebut bisa diminimalisir pada saat
pembelajaran di kelas. Selain itu, guru harus bisa menciptakan suasana yang toleran terhadap
kesalahan dan kesalahpahaman siswa di ruang kelas (Dougherty, 2017; Olivier dalam
Mahlabela, 2012). Dengan demikian, siswa akan merasa percaya diri dan terlibat aktif dalam
kelas. Situasi yang bisa mendukung siswa agar terlibat aktif dikelas ini disebut dengan situasi
didaktis (Schoenfeld dalam Wisdom, 2014). Guru harus menciptakan situasi didaktis yang
bermakna untuk memfasilitasi proses siswa belajar matematika. Dalam situasi didaktis inilah
kompleksitas dari kesulitan dalam proses belajar mengajar terjadi. Untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, kita perlu memahami dengan lebih baik
mengenai situasi didaktis pada kelas matematika (Wisdom, 2014). Situasi didaktis terdiri dari
situasi aksi, formulasi dan validasi dengan kompleksitas situasi didaktis seperti The Topaze
effect, The Jourdain effect, the metacognitive shift, the improper use of analogy dan the aging
of teaching situations (Brosseau, 2002).

Perspektif teori yang mendukung situasi didaktis ini adalah Theory of Didactical
Situation (TDS) (Brosseau, 2002). TDS membantu kita untuk memberikan alasan yang
spesifik dan tanda-tanda untuk menganalisis pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelum
pembelajaran dan pengetahuan yang dimiliki siswa setelah proses pembelajaran selain itu
melalui TDS hambatan siswa dalam belajar matematika dapat terlihat (Lalaude-Labayle, dkk,
2018). Jika ingin mengetahui bagaimana siswa membangun ide terhadap konsep matematika
maka perlunya mengeksplor lingkungan pendidikan seperti situasi pembelajaran, peran siswa
dan peran guru di dalamnya (Semeradova, 2015). Kebutuhan untuk menggali lebih dalam
aspek kualitatif dari pemikiran siswa menjadi suatu hal yang diperlukan dan studi masa depan
harus mempertimbangkan penelitian berbasis instruksional di mana guru diamati ketika
mereka terlibat dalam praktik mengajar (Ruiz & Lupianes, 2009). Dengan demikian, situasi
didaktis dalam pembelajaran menjadi hal yang perlu dikaji untuk lebih memahami fenomena
dalam proses pembelajaran dan menganalisis hambatan belajar siswa khusunya pada
pembelajaran konsep dasar trigonometri. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
penelitian ini menyajikan tentang “Situasi Didaktis pada Pembelajaran Konsep Dasar
Trigonometri”.

Di dalam Teknik Mesin, Trigonometri merupakan pelajaran yang sangat penting


untuk dipelajari. Trigonometri banyak kegunaanya didalam kehidupan seperti, mengukur
tinggi gelombang air laut, mengukur ketinggian pohon, mencari ketinggian Menara atau
gunung, dan trigonometri juga dipakai pada bidang astronomi.

1.2 Rumusan Masalah


2. Pengertian trigonometri
3. Rumus – rumus trigonometri
4. Fungsi – fungsi trigonometri
1.3 Tujuan Penulisan
2. Menjelaskan tentang trigonometri
3. Menjelaskan fungsi – fungsi trigonometri
4. Mengetahui rumus – rumus trigonometri
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Definisi
2.1 Definisi Trigonometri

Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu trigonon yang artinya tiga sudut dan retro
artinya mengukur. Oleh karena itu trigonometri adalah sebuah cabang dari ilmu matematika
yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonometri seperti sinus, cosinus, dan
tangen. Sedangkan definisi dari trigonometri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah ilmu ukur mengenai sudut dan sempadan dengan segitiga (digunakan dalam
astronomi). Istilah trigonometri juga sering kali diartikan sebagai ilmu ukur yang
berhubungan dengan segitiga. Tetapi masih belum jelasyang dimaksudkan apakah itu segitiga
sama kaki (siku-siku). segniga sama sisi, atau segitiga sembarang Namun, biasanya yang
dipakai dalam perbandingan trigonometri adalah menggunakan segitiga sama kaki atau siku-
siku. Dikatakan berhubungan dengan segitiga karena sebenarnya trigonometri juga masih
berkaitan dengan geometri. Baik itu geometri bidang maupun geometri ruang.

Trigonometri sebagai suatu metode dalam perhitungan untuk menyelesaikan masalah


yang berkaitan dengan perbandinganperharudingan pada bangun geometri khususnya dalam
bangun yang berbentuk segitiga. Pada prinsipnya geometri adalah salah satu ilmu yang
berhubungan dengan besar sadut, dimana bermanfaat untuk menghitung ketinggian suatu
tempat tanpa mengukur secara langsung sehingga bersifat lebih praktis dan efisien.
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas bahwa trigonometri adalah cabang dari ilmu
matematika yang mengkan masalah sudut, terutamm sudut segitiga yang masih ada
hubungannya dengan geometri. Sedangkan. dalam aplikasinya, trigonometri dapat
diaplikasikan dalam bidang astronomi Dalam hal ini adalah ilmu falak, yaitu dalam praktik
perhitungan arah kiblat
2.2 Konsep Dasar Trigonometri

Pada dasarnya, segitiga merupakan bentuk dasar dalam matematika terutama trigonometri.
Sebab, kata trigonometri sendiri mengandung arti ukuran tentang segitiga. Dimana
pengetahuan tentang bumi, matahari dan benda-benda langit lainnya sebenarnya juga diawali
dari pemahaman konsep tentang rasio (ratios) pada segitiga. Sebagaimana contoh pada zaman
dahulu (sebelum istilah trigonometri populer) keliling bumi sudah bisa ditentukan dengan
menggunakan konsep segitiga siku-siku, meskipun hanya sebatas masih dalam perkiraan saja.
Waktu itu keliling bumi diperkirakan mencapai 25.000 mil, sedangkan bila menggunakan
metode modern keliling bumi adalah 24.902 mil. Meskipun dalam sejarah matematika
aplikasi trigonometri berdasar pada konsep segitiga siku-siku, tetapi sebenarnya cakupan
bidangnya sangatlah luas. Dan sekarang, trigonometri juga sudah mulai merambah pada
bidang komputer, satelit komunikasi dan juga astronomi.

Konsep dasar trigonometri tidak lepas dari bangun datar yang bernama segitiga siku-siku.
Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga yang memiliki satu sudut siku-siku dan dua
sudut lancip 11 pelengkap. Selanjutnya sisi dihadapan sudut siku-siku merupakan sisi
terpanjang yang disebut dengan sisi miringnya (hypotenuse), sedangkan sisi-sisi dihadapan
sudut lancip disebut kaki (leg) segitiga itu.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini :

hypotanuse

Leg

A Leg C
Ket :
Hypotanus = Sisi miring
Leg = Sisi kaki segitiga

Pada gambar diatas terlihat jelas bahwa ∆ ABC adalah segitiga siku-siku dengan C
sebagai sudut siku-siku, AB sebagai sisi miringnya dan BC sebagai kaki-kainya. Selanjutnya
dapat dituliskan perbandingan (ratios) sebagai berikut:

BC AC BC
Sin A = AB , Cos A = BC , Tan A = AC ,

BC AC BC
Csc A = AB , Sec A = BC , Cot A = AC

Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa sin θ , cos θ , dan tan θ berbanding
terbalik dengan cosec θ , sec θ , dan cot θ secara berturut-turut. Demikian dapat diketahui
bahwa:

sin A cos A
cos A = tan A dan sin A = Cot A

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep trigonometri pada
dasarnya memang mengacu pada perbandingan segitiga siku- siku. Dari perbandingan
tersebut maka diperoleh fungsi trigonometri seperti: sin (sinus), cos (cosinus), tan (tangen),
cosecan (csc), sec (secan), dan cotangen (cot). Namun karena fungsi cosecan (csc), sec
(secan), dan cotangen (cot) berbanding terbalik dengan fungsi sin (sinus), cos (cosinus), dan
tan (tangen), maka yang sering digunakan adalah fungsi sin (sinus), cos (cosinus), dan tan
(tangen).
2.3 Sejarah Dan Tokoh Trigonometri

Trigonometri dikembangkan untuk digunakan dalam berlayar sebagai metode


navigasi yang digunakan dengan astronomi. Asal-usul trigonometri dapat ditelusuri ke
peradaban Mesir kuno, Mesopotamia dan Lembah Indus (India), lebih dari 4000 tahun yang
lalu. Praktik umum mengukur sudut dalam derajat, menit dan detik berasal dari sistem
bilangan dasar enam puluh Babilonia. Penggunaan trigonometri pertama yang tercatat berasal
dari matematikawan Helenistik Hipparchus pada tahun 150 SM, yang menyusun tabel
trigonometri menggunakan sinus untuk menyelesaikan segitiga. Ptolemy mengembangkan
lebih lanjut perhitungan trigonometri tahun 100 M.

Orang Sinhala kuno di Sri Lanka, ketika membangun waduk di kerajaan


Anuradhapura menggunakan trigonometri untuk menghitung gradien aliran air. Penelitian
arkeologi juga memberikan bukti trigonometri yang digunakan dalam struktur hidrologi unik
lainnya sejak 4 SM. Matematikawan India Aryabhata pada tahun 499, memberikan tabel
setengah akord yang sekarang dikenal sebagai tabel sinus, bersama dengan tabel cosinus. Dia
menggunakan zya untuk sinus, kotizya untuk cosinus, dan otkram zya untuk sinus terbalik,
dan juga memperkenalkan versine. Matematikawan India lainnya, Brahmagupta pada tahun
628, menggunakan rumus interpolasi untuk menghitung nilai sinus, hingga rumus interpolasi
Newton -Stirling orde kedua .

Metode rinci untuk membangun tabel sinus untuk setiap sudut diberikan oleh
matematikawan India Bhaskara pada tahun 1150, bersama dengan beberapa rumus sinus dan
kosinus. Bhaskara juga mengembangkan trigonometri bola. Ahli matematika Persia abad
ketiga belas Nasir al-Din Tusi, bersama dengan Bhaskara, mungkin adalah orang pertama
yang memperlakukan trigonometri sebagai disiplin matematika yang berbeda. Nasir al-Din
Tusi dalam Treatise on the Quadrilateral-nya adalah orang pertama yang membuat daftar
enam kasus berbeda dari segitiga siku-siku dalam trigonometri bola.

Pada abad keempat belas, matematikawan Persia al-Kashi dan matematikawan


Timurid Ulugh Beg (cucu dari Timur ) membuat tabel fungsi trigonometri sebagai bagian
dari studi astronomi mereka. Matematikawan Bartholemaeus Pitiscus menerbitkan sebuah
karya berpengaruh tentang trigonometri pada tahun 1595 yang mungkin telah menciptakan
kata “trigonometri” itu sendiri.

Pelacakan lain tentang awal mula munculnya trigonometri adalah bersamaan dengan
kemunculan tokoh matematikawan yang handal pada masa itu. Diantaranya matematikawan
Yunani Hipparchus sekitar tahun 150 SM dengan tabel trigonometrinya untuk menyelesaikan
segi tiga. Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan
penghitungan trigonometri lebih lanjut. Disamping itu pula matematikawan Silesia
Bartholemaeus Pitiskus menerbitkan sebuah karya yang berpengaruh tentang trigonometri
pada tahun 1595 dan memperkenalkan kata ini ke dalam bahasa Inggris dan Perancis. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ada banyak aplikasi trigonometri.

Terutama adalah teknik triangulasi yang digunakan dalam astronomi untuk menghitung
jarak ke bintang-bintang terdekat, dalam geografi untuk menghitung antara titik tertentu, dan
dalam sistem navigasi satelit. 9 Bidang lainnya yang menggunakan trigonometri termasuk
astronomi (dan termasuk navigasi, di laut, udara, dan angkasa), teori musik, akustik, optik,
analisis pasar finansial, elektronik, teori probabilitas, statistika, biologi, pencitraan
medis/medical imaging (CAT scan dan ultrasound), farmasi, kimia, teori angka (dan
termasuk kriptologi), seismologi, meteorologi, oseanografi, berbagai cabang dalam ilmu
fisika, survei darat dan geodesi, arsitektur, fonetika, ekonomi, teknik listrik, teknik mekanik,
teknik sipil, grafik komputer, kartografi, kristalografi. Selanjutnya, penemuan-penemuan
tentang rumus dasar trigonometri oleh para tokoh ilmuwan muslim adalah sebagai berikut :

a. Al-Buzjani
Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al Buzjani, merupakan
satu di antara sekian banyak ilmuwan Muslim yang turut mewarnai khazanah pengetahuan
masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu matematika dan astronomi. Kota
kecil bernama Buzjan, Nishapur, adalah tempat kelahiran ilmuwan besar ini, tepatnya tahun
940 M. Sejak masih kecil, kecerdasannya sudah mulai nampak dan hal tersebut ditunjang
dengan minatnya yang besar di bidang ilmu alam. Masa sekolahnya dihabiskan di kota
kelahirannya itu. Konstruksi bangunan trigonometri versi Abul Wafa hingga kini diakui
sangat besar kemanfaatannya. Dia adalah yang pertama menunjukkan adanya teori relatif
segitiga parabola. Tak hanya itu, dia juga mengembangkan metode baru tentang konstruksi
segi empat serta perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal. Abul Wafa pun
a a
mengembangkan hubungan sinus dan formula 2 sin 2 ( ) = 1 - cos a dan juga sin a = 2 sin (
2 2
a
) cos ( ). 10
2

b. Abu Nasr
Mansur Nama lengkap dari Abu Nasr Mansur adalah Abu Nasr Mansur ibnu Ali ibnu
Iraq atau akrab disapa Abu Nasr Mansur (960 M – 1036 M). Abu Nasr Mansur terlahir di
kawasan Gilan, Persia pada tahun 960 M. Hal itu tercatat dalam The Regions of the World,
sebuah buku geografi Persia bertarikh 982M. Pada karya trigonometrinya, Abu Nasr Mansur
menemukan hukum sinus sebagai berikut:

a
sin A = b
sin B = c
sin C

2.4 Rumus – rumus trigonometri

Secara umum rumus-rumus trigonometri diperoleh dari hubungan atau relasi antara
rumus yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini maka dapat juga dikatakan rumus
trigonometri diperoleh dari perpaduan rumus yang lain. Misalnya sinus, cosinus, tangen,
secan, cosecan dan cotangen antara yang satu dengan yang lain sebenarnya masih ada
hubungannya. Dalam beberapa referensi yang penulis peroleh dari beberapa buku terutama
yang menggunakan bahasa Indonesia rumus-rumus trigonometri dibedakan menjadi beberapa
kategori. Diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Rumus trigonometri untuk jumlah dua sudut dan selisih dua sudut
1) Rumus untuk cos (α ± β)
Pada gambar diatas diperlihatkan sebuah lingkaran satuan, sehingga koordinat titik A
adalah (1,0). Misalkan < AOB = ∝ dn < BOC = β , maka <AOC = < AOB + < BOC = ∝+ β . Dengan
mengambil sudut pertolongan < AOD = - β , maka ∆ AOC kongruen dengan ∆ BOD, akibatnya
AC = BD atau AC2 = BD2
Kita ingat bahwa koordinat kartesius sebuah titik dapat dinyatakan sebagai (r cos α, r
sin α), sehingga koordinat titik B adalah (cos α, sin α), titik C adalah (cos (α+ β), sin (α+ β))
dan titik D (cos β, -sin β). Dengan menggunakan rumus jarak antara dua titik diperoleh:
 Jarak titik A (0,1) dan C (cos (α+ β), sin (α+ β)) adalah
AC2 = {cos (∝+ β ) – 1}2 + {sin (∝+ β ) – 0}2
= cos2 (∝+ β ) – 2 cos (∝+ β ) + 1 + sin2 (∝+ β )
= cos2 (∝+ β ) + sin2 (∝+ β ) + 1 – 2 cos (∝+ β )
= 1 + 1 – 2 cos (∝+ β )
= 2 – 2 cos (∝+ β )
 Titik B (cos ∝ ,sin ∝ ,) dan D (cos β ,−sin β ) adalah
BD2 = (cos β−cos ∝ )2 + ( - sin β – sin ∝ )2
= cos2 β – 2 cos ∝ cos β + cos2 ∝ + sin2 β + 2 sin ∝ sin β + sin2 ∝
= (cos2 β + sin2 β ) + (cos2 ∝ + sin2 ∝) – 2 cos ∝cos β + 2 sin ∝ sin β
= 2-2 cos ∝ cos β + 2 sin ∝ sin β

Karena A = BD2 , maka diperoleh hubungan 2 – 2 cos (∝+ β ) = 2 – 2 cos∝


cos β jadi rumus untuk cos (∝ + β ) = cos∝cos β – sin∝ sin β
Sedangkan rumus untuk cos (∝- β ) diperoleh dari rumus cos (∝+ β ) dengan
cara mengganti sudut β menjadi – β .
Cos (∝ - β ) = cos (∝+¿ ( - β ))
= cos∝cos (- β ) - sin∝ sin (- β ¿
= cos∝cos (- β ¿ – sin∝ (-sin β )
= cos∝cos β + sin∝sin β
2) Rumus untuk sin (∝ ± β )
Rumus sinus jumlah dua sudut dapat dicari dengan menggunakan rumus
kosinus selisih dua sudut, yaitu sebagai berikut :
π
Sin (∝ + β ) = cos ( – (∝ + β ))
2
π
= cos (( – ∝)- β )
2
π π
= cos ( –∝) cos β + sin ( –∝) sin β
2 2
= sin ∝ cos β + cos ∝ sin β
Jadi, sin (∝ + β ) = sin ∝ cos β + cos ∝ sin β selanjutnya, untuk mencari rumus
sin(∝ - β ) dapat dicari dengan mengubah β menjadi – β (cara seperti diatas),
maka akan diperoleh sin(∝ - β ) = sin ∝ cos β – cos ∝ sin β )
Dari kedua rumus diatas diperoleh : sin (∝ ± β ) =
sin∝cos β

3) Rumus untuk tan (∝ ± β )


Rumus tangen jumlah dan selisih dua sudut dapat diturunkan dari rumus
jumlah dan selisih dua sudut sinus dan konsinus. Penjelasannya adalah sebagai
berikut :

tan ∝+ tan β
= 1−tan∝ tan β

Dengan menggunakan cara yang sama, diperoleh:


tan ∝+ tan β
Tan (∝ - β ) =
1−tan∝ tan β
b) Rumus trigonometri sudut rangkap dan tengahan
1) Sinus sudut rangkap
Sinus sudut rangkap dinyatakan dengan sin 2∝. Rumus ini diperoleh dari
rumus sinus jumlah dua sudut. Penjelasannya sebagai berikut:
sin 2∝= sin (∝ + ∝) = sin∝cos∝+ cos β sin ∝ =2 sin∝ cos∝
2) Kosinus sudut rangkap
Seperti pada sin 2∝, rumus cos 2∝dapat diperoleh dari rumus kosinus jumlah
dua sudut. Penjelasannya sebagai berikut :

c) Rumus rumus penjumlahan dua sudut trigonometri:

d) Rumus tentang 2 kali sudut Trigonometri


e) Rumus rumus perkalian trigonometri
2.5 Fungsi Trigonometri

Untuk sudut-sudut lancip


(sudut yang lebih kecil dari 90⁰)
berlaku fungsi-fungsi trigonometri
berikut :
Identitas Trigonometri

Antara fungsi-fungsi trigonometri tersebut berlaku identitas yang dapat diturunkan dari
perbandingan antara x, y dan r tersebut, serta Dalil Pythagoras. Identitas trigonometri yang
diturunkan dari perbandingan antara x, y dan r adalah sebagai berikut :
Identitas trigonometri adalah suatu persamaan dari fungsi trigonometri yang bernilai
benar untuk setiap sudutnya dengan kedua sisi ruasnya terdefinisi. Identitas trigonometri
terbagi 3, yaitu Identitas Kebalikan, Identitas Perbandingan dan Identitas Phytagoras yang
masing-masing memiliki fungsi dasar, yaitu:

Identitas kebalikan Identitas Perbandingan

Cosec A = 1/ sin A Tan A = Sin A/ Cos A 1 + tan2 A = Sec2 A

Sec A = 1/cos A Cot A = Cos A / Sin A Cot A = Cos A / Sin


A
Cot A = 1/ tan A Cot A = Cos A / Sin A

Identitas trigonometri yang diturunkan dari Dalil Pythagoras adalah sebagai berikut :

sin2 α + cos2 α = 1
tan2 α + 1 = sec2 α
cot2 α + 1 = cosec2 α

2 Menentukan nilai Sin, Cos, dan Tan

3 Kuadran

Kuadran adalah pembagian daerah pada sistem koordinat kartesius → dibagi dalam 4
daerah Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut di berbagai kuadran memenuhi
aturan seperti pada gambar:
Untuk sudut b > 360° → b = (k . 360 + a) → b = a
(k = bilangan bulat > 0)
o Mengubah fungsi trigonometri suatu sudut ke sudut lancip Jika menggunakan 90 ± a
atau 270 ± a maka fungsi berubah:
sin ↔ cos
tan ↔ cot
sec ↔ csc
o Jika menggunakan 180 ± a atau 360 ± a maka fungsi tetap

o Hubungan Sinus, Cosinus, dan tengen di kuadran

Kuadran
Sudut Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4

Sinus + + - -
Cosinus + - - +
Tangen + - + -

 Kuadran 1
 Kuadran 2

 Kuadran 3
 Kuadran 4

4 Ukuran Sudut Trigonometri


Sudut adalah ukuran jumlah rotasi antar dua potongan garis. Kedua potongan garis
(sinar) ini dinamakan sisi awal dan sisi terminal.Bila rotasinya bersifat berlawanan arah
jarum jam, sudutnya positif. Jika searah jarum jam, sudutnya negatif.Sudut sering diukur
dalam derajat atau radian. Ada satuan ukur sudut lain yang disebut gradian. Sudut siku-siku
dibagi menjadi 100 gradian. Gradian digunakan oleh surveyor, namun tidak umum dipakai
dalam matematika. Kamu bisa menemukan tombolnya, grad, di kalkulator ilmiah.Ukuran
Sudut 1 putaran = 360 derajat (360°) = 2π radian

Berikut adalah tabel sudut istimewa Trigonometri


5 Sudut dengan nilai negatif
Sudut dengan nilai negatif
Nilai negatif diperoleh karena sudut dibuat dari sumbu x, diputar searah
jarum jam Untuk sudut dengan nilai negatif, sama artinya dengan sudut
yang berada di kuadran IV
Contoh:
Cos 120° =cos⁡(0 – 60)°= –cos= –1/2 (120º ada di kuadran II
sehingga nilai cos-nya negatif)
Cos 120º = cos (90 + 30)º = – sin 30º = –1/2
Tan 1305º = tan (3.360 + 225)º = tan 225º = tan (180 + 45)º = tan
45º = 1 (225º ada di kuadran III sehingga nilai tan-nya positif)
Sin –315º = – sin 315º = – sin (360 – 45)º = –(– sin 45)º = sin 45º
=1/2√2
6 Grafik Fungsi Trigonometri
 y = sin x

 y = cos x
 y = tan x

7 Menggambar Grafik fungsi y = A sin/cos/tan/cot/sec/csc (kx ± b) ± c


1. Periode fungsi untuk sin/cos/sec/csc = 2π/k → artinya: grafik akan berulang setiap
kelipatan 2π/k
Periode fungsi untuk tan/cot = π/k → artinya: grafik akan berulang setiap
kelipatan π/k
2. Nilai maksimum = c + |A|, nilai minimum = c – |A|
3. Amplitudo = ½ (ymax – ymin)
4. Cara menggambar:
 Gambar grafik fungsi dasarnya seperti pada gambar di atas
 Hitung periode fungsi, dan gambarkan grafik sesuai dengan periode fungsinya
 Jika A ≠ 1, kalikan semua nilai y pada grafik fungsi dasar dengan A
 Untuk kx + b → grafik digeser ke kiri sejauh b/k
Untuk kx – b → grafik digeser ke kanan sejauh b/k
5. Untuk + c → grafik digeser ke atas sejauh c
Untuk – c → grafik digeser ke bawah sejauh c

8 Persamaan Trigonometri

Persamaan trigonometri adalah persamaan yang memuat fungsi trigonometri

dari sudut yang belum diketahui nilainya. Pada prinsipnya, persamaan

trigonometri sama dengan persamaan linear atau kuadrat. Hal yang

membedakan adalah himpunan penyelesaian pada persamaan trigonometri

berupa besaran sudut.

A. Persamaan Sinus

Untuk menyelesaikan permasalahan trigonometri yang nilai sudutnya lebih dari satu.
Contohnya persamaan y = sin x, untuk -360o ≤ x ≤ 360o. Jika digambarkan dalam
bentuk grafik, persamaan y = sin x, untuk -360o ≤ x ≤ 360o, akan menjadi seperti
berikut.
Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai x untuk sin x = 1 ada dua, yaitu -

270o dan 90o. Nilai utama yang harus dilihat adalah nilai sin x. tepatnya di

interval -90o ≤ x ≤ 90o. Sedangkan nilai lainnya bisa kamu tentukan berdasarkan

gambar. Nilai x yang lebih dari 360o atau kurang dari -360o, dapat diketahui

dengan persamaan berikut.

Sin x = Sin a
x = a + k . 360°
x= (180°- a ) + k . 360°

Untuk k merupakan konstanta bilangan bulat


Contoh soal

Pembahasan
1
sin x=
2
sin x = sin 30°

Ini berarti:
x=30 ° +k . 360°
x=150 ° +k .360 °

Untuk x=30 °+ k .360°


k =0 → x =30°+ ( 0 ) .360=30 °
k =1→ x=30 °+ ( 1 ) .360=390 °
k =2 → x=30 °+ ( 2 ) .360=750 ° (tidak memnuhi syarat−540 ° ≤ 720 °)
k =−1 → x=30 ° + (−1 ) .360=−330 °
k =−2 → x=30 ° + (−2 ) .360 °=−690 ° ( tidak memenuhi syarat −540° ≤ 720° )

Untuk x=150 °+ k .360°


k =0 → x =150°+ ( 0 ) .360=150°
k =1→ x=150 ° + ( 1 ) .360=510 °
k =2 → x=150+ ( 2 ) . 360=870 ° ¿
k =−1 → x=150 ° + (−1 ) .360=−210 °
k =−2 → x=150 °+ (−2 ) .360=−570 ° ( tidak memenuhi syarat−540 ≤−720 ° )

Jadi, nilai x yang memenuhi adalah x = {-330o, -210o, 30o, 150o, 390o, 510o}.


B. Persamaan Cosinus

Persamaan trigonometri pada cosinus dapat diliat di grafik berikut

Nilai utamanya yaitu tepatnya pada interval 0o ≤ x ≤ 180o. Untuk nilai cosinus yang

lain, bisa Quipperian lihat di gambar lainnya. Nilai x yang lebih besar dari 360o atau

kurang dari 360o, bisa kamu tentukan dengan persamaan berikut.

Cos x = Cos a
K merupakan x =± a +bilangan
konstanta k . 360°
bulat

Contoh soal
Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut untuk interval -120 o ≤ x ≤ 450o.

Pembahasan
1
cos x=
√2
1 √2 1
cos x= . = √2
√ 2 √2 2
cos x=cos 45 °

Ini berarti
x=45° + k .360 °

Untuk x=± 45 °+ k . 360° :


k =0 → x =45 ° + ( 0 ) .360=45°
k =1→ x=45° + ( 1 ) .360=405 °
k =2 → x=45°+ ( 2 ) .360=765 ° (tidak memenuhi syarat −120° ≤ x ≤ 450 °)
k =−1 → x=45 °+ (−1 ) .360=−315(tidak memenuhi syatat −120° ≤ x ≤ 450)

Untuk x=−45 ° +k . 360 ° :


k =0 → x =−45 ° + ( 0 ) .360=−45 °
k =1→ x=−45 °+ (1 ) .360=315°
k =2 → x=−45 °+ ( 2 ) .360=675°(tidak memenuhi syarat −120 ° ≤ x ≤ 450 °)
k =−1 → x=−45 °+ (−1 ) .360=−405 ( tidak memenuhi syatat −120° ≤ x ≤ 450 )

Jadi, penyelesaian dari persamaan tersebut adalah x = {-45o, 45o, 315o, 405o}.

C. Persamaan Tangen

Persamaan tangen adalah persamaan trigonometri yang memuat fungsi tangen.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan grafik y = tan x untuk -360o ≤ x ≤ 360o berikut.


Nilai utama yang harus dilihat adalah nilai tan x  bergaris biru, tepatnya pada

interval -90o ≤ x ≤ 90o. Jika diperhatikan, nilai tersebut akan berulang untuk x positif

dan negatif. Untuk nilai lainnya bisa kamu tentukan dengan persamaan berikut.

tan x =tan a
x= a+ k. 360

Untuk k merupakan konstanta bilangan bulat


Contoh soal

Pembahasan
3 sin x=√ 3 cos x
sinx √ 3
=
cos x 3
1
tan x= √3
3
tan x=tan 30 °
Ini berarti
x=30+ k .360

Untuk k= -1, diperoleh:


x=30 ° + (−1 ) .180 ° =−150°

1 1
Dengan demikian, nilai cos ( 2 x )=cos (−2,−150° )=cos 300 °= . Jadi , nilai cos (−2 x )=
2 2

9. Contoh penerapan dalam sehari hari

1. Penerapan Trigonometri Pada Ilmu Astronomi


Trigonometri sangat besar manfaatnya dalam ilmu astronomi, karena ukuran benda-benda
langit tidak mungkin diukur pakai penggaris, pasti dihitung dengan bermain skala-skala dan
sudut-sudut, sehingga dapat dilakukan estimasi ukurannya secara akurat.

Rumus trigonometri sudut ganda digunakan untuk nilai-nilai ukuran sisi akibat sudut-sudut
yang tidak istimewa. Meskipun penggunaan kalkulator diijinkan dalam penelitian, namun
kalkulator umumnya tidak mampu menanganani kasus numeris yang membutuhkan ketelitian
tinggi.

Karena dalam beberapa kasus numeris, perlakuan tanpa pembulatan adalah metode terbaik

2. Penerapan Trigonometri pada Ilmu Teknik Sipil 


Pengukuran tanah adalah suatu cabang ilmu alam untuk menentukan posisi ruang dimensi
tiga dari suatu tempat pada permukaan bumi Hasil pengukuran tanah yang diperoleh antara
lain digunakan untuk membuat peta topografi dari bumi untuk menentukan luas wilayah
suatu daerah. Dalam sistem undang-undang agraria zaman sekarang, koordinat eksak batas
negara adalah suatu hal yang sangat penting agar batas negara tidak bergeser, seperti yang
sering diangkat di media.

Para engineer, khusunya ahli sipil, lebih khususnya lagi ahli geodesi, sangat bergantung
pada seorang surveyor. Ketika seorang insinyur membuat perencanaan pembangunan suatu
proyek, seperti pembangunan jalan raya, jembatan, bendungan, gedung bertingkat, dll peran
surveyor sangat diperlukan. Mirip kaitannya dengan ahli  dosimetri dengan dokter spesialis
penyakit onkologi. Seorang suveyor juga harus mempersiapkan untuk input data mengenai
permukaan bumi dan tanah, setelah itu data diinput pada suatu sistem informasi yang diberi
naman GIS (Geographical Information System). Tidak jarang pengamatan untuk menghitung
kemingan jalan raya, rel kereta api, dan jembatan, Keahlian trigonometri seorang surveyor
sangat mempermudah pekerjaannya sehingga beliau tak perlu terjun langsung ke medan-
medan sulit.

3. Penerapan Trigonometri pada Geografi dan Navigasi


Tabel trigonometri diciptakan lebih dari dua ribu tahun yang lalu untuk perhitungan
dalam astronomi. Bintang-bintang dianggap tetap pada bola kristal dengan ukuran besar, dan
model yang sempurna untuk tujuan praktis. Hanya planet berpindah bola. (Pada saat itu ada
tujuh planet yang diakui: Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, bulan, dan matahari
Mereka adalah planet-planet yang kita beri nama hari-hari kami dalam seminggu sesudah
Bumi tersebut belum dianggap sebagai. sebuah planet karena itu adalah pusat alam semesta,
dan planet-planet luar tidak ditemukan kemudian) jenis trigonometri yang diperlukan untuk
memahami posisi pada bola disebut trigonometri bola.

Trigonometri bola jarang diajarkan sekarang karena tugasnya telah diambil alih oleh aljabar
linear. Meskipun demikian, satu aplikasi dari trigonometri adalah astronomi. Seperti bumi
juga bola, trigonometri digunakan dalam geografi dan navigasi.

Ptolemy (100-178) yang digunakan trigonometri pada geografi dan menggunakan tabel
trigonometri dalam karya-karyanya. Columbus membawa salinan dari Regiomontanus
Ephemerides Astronomicae pada perjalanan ke Dunia Baru dan menggunakannya untuk
keuntungannya.
4. Penerapan Trigonometri pada Teknik Kimia dan matematika

Meskipun trigonometri yang pertama kali diterapkan pada bola, namun ia telah aplikasi


yang lebih besar untuk pesawat. Surveyor telah menggunakan trigonometri yang selama
berabad-abad. Insinyur, baikinsinyur militer dan sebaliknya, telah
menggunakan trigonometri yanghampir sepanjang.Fisika meletakkan tuntutan berat
pada trigonometri. Optik dan statika, dua bidang awal fisika yang
menggunakan trigonometri, tapi semua cabang trigonometri yang penggunaan fisika
sejak bantu trigonometri yang dalam ruang pemahaman. Bidang terkait seperti
kimia fisiksecara alami menggunakan trigonometri

 Manfaat dan kegunaan trigonometri


 Trigonometri umumnya juga digunakan dalam mencariketinggian menara
dan pegunungan.
 trigonometri juga digunakan dalam oseanografi dalam menghitung
ketinggian gelombang air laut

 Digunakan untuk mengukur ketinggian suatu pohon

 Trigonometri digunakan dalam menemukan jarak antara benda-benda


angkasa

 Fungsi sinus dan cosinus merupakan dasar bagi teori fungsi


periodik seperti pada gelombang suara dan cahaya
 Contoh soal penjumlahan trigonometri

1) Nilai dari cos 105 + cos 15 adalah

Nilai dari Cos 105 + cos 15

= 2 Cos ½ (105°+15°) Cos ½ (105°-15°)

= 2 Cos ½( 120° ) Cos ½ (90°)

= 2 Cos 60° Cos 45°

= 2.½.½√2

= ½√2

2) Nilai dari Sin 105 + Sin 15 adalah


Nilai dari Sin 105 + Sin 15

= 2 Sin ½(105°+15°) Cos ½(105°-15°)

= 2 Sin ½(120°) Cos ½(90°)

= 2 Sin 60° Cos 45°

= 2.½√3.½√2

= ½√6
3) Cos 45 + sin 75=
1
cos 45⁰ = √ 2sin 75⁰ = sin (30⁰ + 45⁰)
2
= sin 30⁰ cos 45⁰ + cos 30⁰ sin 45⁰
1 1 1 1
¿ . √2+ √ 3 . √ 2
2 2 2 2

1 1
= √2 + √6
4 4
1 1 1 3 1
= √ 2+ √2+ √ 6 = √ 2+ √ 6
2 4 4 4 4
4) cos 60⁰ + sin 15⁰=
= 2 Cos ½ (60°+30°) Cos ½ (60°-30°)

= 2 Cos ½( 90° ) Cos ½ (30°)

= 2 Cos 90° Cos 30°

1
= 2.0. √ 3
2

= 0

5) Nilai dari sin 105 + sin 15

= 2 sin ½ (105°+15°) sin ½ (105°-15°)

= 2 sin ½( 120° ) sin ½ (90°)

= 2 sin 60° sin 45°

= 2.½√ 3.½√2

=½√6

 Contoh soal pengurangan trigonometri


1. sin 75 °−sin 15 °
sin 75 = sin(45+30)
= sin 45 cos 30 + cos 45 sin 30
= ½√2 . ½√3 + ½√2 . ½
= ¼√6 + ¼√2

sin 15 = sin(45 - 30)


= sin 45 cos 30 - cos 45 sin 30
= ½√2 . ½√3 - ½√2 . ½
= ¼√6 - ¼√2

maka:

= sin 75 - sin 15
= (¼√6 + ¼√2) - (¼√6 - ¼√2)
= ¼√2 + ¼√2
= 2/4 √2
= ½√2

2.
3. sin 90 - sin 15
sin 90 = sin(45+45)
= sin 45 cos 45+ cos 45 sin 45
= ½√2 . ½√2 + ½√2 . ½√2
=1

sin 15= sin(45-30)


= sin 45 cos 30 - cos 45 sin 30
= ½√2 . ½√3 - ½√2 . ½
= ¼√6 - ¼√2

maka:

= sin 90 - sin 15
= (1)- (¼√6 - ¼√2)
= 1 + ¼√2
= 5√2

 Contoh soal trigonometri


 Apabila diketahui sin x cos y = 1/5 dan sin (x+y) = -1/5, dimana 0o ≤ x
≤ 180o dan 0o ≤ y ≤ 90o . Hitunglah nilai sin (x-y).
Jawaban
sin (x+y) = -1/5
sin x cos y + cos x sin y = -1/5
1/5 + cos x sin y = -1/5
cos x sin y = -2/5
sin (x-y) = sin x cos y – cos x sin y
sin (x-y) = 1/5 – (-2/5)
sin (x-y) = 3/5
Jadi, jawabannya adalah 3/5

 Diketahui segitiga XYZ memiliki besar sudut ZXY = 600 dan besar
sudut XYZ = 450. Diantara titik X dan Y, terdapat titik W sehingga
membentuk sudut YZW = 300. Jika panjang YW adalah √3 cm,
berapakah panjang XW?
Jawaban Pertama,
cari nilai WZ
ZW / (sin ∠WYZ) = YW / (sin ∠YZW)
ZW / (sin 450) = √3 / (sin 300)
ZW / (½ √2) = √3 / (½)
ZW = (√3 . ½ . √2) / (½)
ZW = √6
Dengan cara yang sama, kita akan mencari nilai XW
XW / (sin ∠XZW) = ZW / (sin ∠ZXW)
XW / (sin 450) = √6 / (sin 600)
XW /( ½ √2) = √6 / (½ √3)
XW = (√6 . ½ . √2) / (½ √3)
XW = (√6 . √2) / √3
XW = (√6 . √2 . √3) / √3 . √3
XW = (√6 . √6) / 3
XW = 6 / 3 = XW = 2 Jadi panjang XW adalah 2cm
 P dan Q adalah 2 titik di ujung jembatan yang jika dilihat dari titik R
akan membentuk sudut PRQ sebesar 450 . Jika jarak RQ = x meter
dan RP = 2x √2 meter, maka panjang jembatan tersebut adalah
Jawaban
Dengan menggunakan aturan cosinus, diperoleh
PQ2 = RQ2 + RP2 – 2RQ . RP Cos 450
PQ2 = x2 + 8x2 – 2.2x√2 . x . ½ √2
PQ2 = 9x2 – 2x2
PQ2 = 5x2
PQ2 = x √5
Jadi, panjang jembatan PQ adalah x √5 meter .

Anda mungkin juga menyukai