Anda di halaman 1dari 16

IMPULSE BUYING PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS ISLAM DALAM MARKETPLACE SHOPEE MENURUT


PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Mursal1, Suci Nurhanifah2


Perbankan Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci

Abstrak
Impulse buying behavior is characterized by spontaneous, unplanned, and less risky buying
patterns. The buying impulse level of students of the Faculty of Economics and Islamic Business is
in the semi-planned purchase category because they remember the previous plan when they saw
advertisements on social media. Detailed information from the product is not considered, so the
quality of information is lower than planned purchases. Advertisements and product offerings on
social media remind you of the desire to buy a product, thus encouraging faster buying decisions.
Students of the Faculty of Islamic Economics and Business IAIN Kerinci Pay more attention to and
be careful about advertising and product offerings on the internet or social media. Caution needs
to be done by seeking accurate information about the seller, and the details of the products offered

Kata Kunci: Impulse Buying, Marketplace Shopee, Students,FEI IAIN Kerinci


Email: mursalbesty@gmail.com

Pendahuluan
Islam memberikan pedoman hidup mengatur segenap perilaku manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam masalah konsumsi.
Islam mengatur bagaimana cara manusia bisa melakukan kegiatan-kegiatan
konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya.
Umat Islam secara umum masih terpuruk dalam bidang perekonomian
termasuk dunia bisnis (Mutia, 2017:12). Dalam suatu persoalan ekonomi dan
bisnis yang dipandang dari aspek legal formal yang menghasilkan kehalalan
dan keharaman suatu aktivitas atau entitas ekonomi dan bisnis. Kepuasan
dari sebuah perilaku konsumsi menurut perspektif Islam harus berlandaskan
pada tuntunan ajaran Islam itu sendiri.
Dalam perilaku bisnis syariah terdapat sifat yang harus ada dalam
bisnis yaitu sikap kerelaan diantara yang bersangkutan dan dilakukan
dengan keterbukaan atau transpirasi agar bisnis yang dijalankan mendapat
manfaat serta keuntungan. Bisnis tidak hanya sekedar berorientasi mencari
keuntungan, tetapi ia bergerak dan berpegang pada prinsip yang mendasari
kegiatan bisnis. Al-Qur’an dalam mengajak manusia untuk mempercayai dan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 1


mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek kehidupan Kotler
Philip, 2008:56)
Perilaku pembelian impulse memiliki beberapa karakteristik yaitu:
spontanitas, kekuatan pembelian, kebahagiaan dan stimulasi dan ketidak
pedulian akan akibat. Faktor karakteristik produk yang mempengaruhi
perilaku pembelian impulsif yaitu memiliki harga yang murah, adanya
sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut, siklus kehidupan produknya
pendek, ukurannya kecil atau ringan, mudah disimpan. Seperti yang
sebagian besar orang alami mereka seringkali berbelanja melebihi apa yang
direncanakan semula. Bahkan kadang tak sedikit membeli barang-barang
yang tidak masuk dalam daftar belanja yang sudah dipersiapkan. (Pujiono.
2006:244). Menurut Lee dan Johnson proses keputusan pembelian
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, faktor internal ini meliputi
faktor psikologis, pribadi, dan sosial. Menurut Hirschman dan Stern
mendefinisikan impulsive buying yaitu: “Kecenderungan konsumen untuk
melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, terburu-buru, dan
didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk serta
tergoda oleh persuasi dari pemasar” (Faulidi, 2004:12)
Kita sebagai umat Islam harus menjauhi perbuatan yang boros dan tidak
berlebihan, juga menghindari perbuatan kikir. Di mana kita berada di antara
keduanya. Sehingga perilaku pembelian impulsif yang berlebihan harus
dihindari karena pembelian impulsif ini merupakan suatu pembelian yang
tidak direncanakan dan tidak memandang konsekuensi kedepannya berpengaruh
dalam proses pengambilan keputusan tersebut, perlu dipahami melalui suatu
penelitian yang teratur. Strategi yang tepat dan trik khusus perlu dimiliki,
tentunya faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan
impulse buying perlu diketahui oleh pemasar supaya pengorbanan yang
besar terutama untuk biaya promosi bisa terbayar dan tidak menjadi sia-sia.
(Pujiono. 2006:248).
Peningkatan jumlah pengguna internet yang cukup signifikan dari
tahun ke tahun kemudian mendukung terlaksananya perdagangan atau

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 2


transaksi jual beli di dunia maya yang terhubung antara penjual dan
pembeli. Transaksi jual beli antara penjual dan pembeli melalui koneksi ini
dikenal dengan nama e-commerce. Pada dasarnya pembelian secara online
atau menggunakan fasilitas e-commerce memberikan manfaat yang sama
dengan bentuk pemasaran langsung lainnya. Pembelian online menawarkan
kepada konsumen beberapa keunggulan tambahan. Jasa online komersial dan
internet memberi konsumen akses ke informasi perbandingan yang
melimpah, informasi tentang perusahaan, produk, dan pesaing. (Faulidi,
2004:15). Konsumen sering dapat berinteraksi dengan situs penjual untuk
mencari informasi, produk, dan jasa yang benar-benar mereka inginkan,
kemudian memesan atau mendownload informasi itu di tempat. .
Berdasarkan observasi awal, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Kerinci angkatan 2018 dan 2019. Pada fase ini mereka
dianggap lebih berpotensi melakukan pembelian impulsif secara online.
Mereka yang masih melakukan pencarian jati diri sangat mudah terpengaruh
oleh berbagai hal di sekelilingnya salah satunya adalah perkembangan
zaman dan teknologi. Dengan hal tersebut mahasiswa mulai mengikuti
segala trend yang sedang berkembang, baik trend dalam hal penggunaan
internet sebagai ajang jual beli, fashion, dan lain sebagainya. Bagi
mahasiswa yang selalu ingin mengikuti trend yang sedang berkembang akan
cenderung lebih konsumtif dan berpotensi melakukan pembelian secara
impulsif dibandingkan dengan yang tidak. Jika dilihat secara subjektif dalam
hal fashion, mereka yang mengikuti trend akan lebih modis berpakaian dan
selalu menggunakan produk yang sedang ngetrend pada saat itu.
Metode
a. Jenis dan Lokasi Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 3


dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induksi atau kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.
(Sugiono, 2009:23)
Penelitian ini berlokasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
(FEBI) IAIN Kerinci Kampus Satu Koto Lolo, untuk memudahkan
peneliti mengambil sampel dan responden penelitian.
b. Subjek atau Informan Penelitian
Informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pelanggan
Online Shop Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
IAIN Kerinci. Informan yang diambil dari Mahasiswa FEBI angkatan
2018 dan 2019 yaitu semester II dan semester V, jumlah mahasiswa
yang berjumlah 310 orang. Informan yang di ambil sebanyak 20 orang.
Pertimbangan yang mendasari memilih mahasiswa FEBI IAIN Kerinci
adalah karena mayoritas mahasiswa di kampus tersebut adalah lahir
antara tahun 1998-2001.
c. Sumber Data
Dalam penelitian diperlukan sebuah objek untuk dianalisis, data
inilah yang mencerminkan objek penelitian (Ujang, 2011:123) Berdasarkan
cara memperoleh data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:
a) Data primer diperoleh dari lokasi secara langsung melalui observasi
dan wawancara dengan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam. Data primer primer ini data yang diperoleh peneliti dari sumber
asli. Dalam hal ini, maka proses pengumpulan datanya perlu dilakukan
dengan memperhatikan siapa sumber utama yang akan dijadikan objek
penelitian. Dengan demikian data primer merupakan bagian integral
dari proses penelitian ekonomi yang digunakan untuk pengambilan
keputusan.
b) Data sekunder diperoleh dari buku-buku, dan dokumen resmi lainnya
yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder dapat

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 4


dikelompokkan menjadi dua yaitu data sekunder internal dan data
sekunder eksternal, data sekunder internal merupakan yang berasal dan
dalam perusahaan itu sendiri seperti mengenai produksi, biaya,
penjualan, distribusi, profil pelanggan preferensi dan sebagainya,
sedangkan data sekunder eksternal merupakan data sekunder eksternal
merupakan yang dikumpulkan dari luar organisasi. Secara umum yang
menjadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu Mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kerinci.
d. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini (Suryabrata, 2014:23) adalah:
1) Observasi (Pengamatan)
Catatan lapangan atau catatan tertulis apa yang didengar, dilihat,
dialami dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data. Bagi
peneliti untuk mempertajam dan memperdalam pemahaman tentang
strategi pemasaran atau observasi lapangan kepada konsumen dalam
pembelian, peneliti akan menanyai satu per satu responden yang
pernah berbelanja secara online.
2) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara ini ditujukan kepada
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kerinci angkatan
2018 dan 2019. Data yang dicari dari wawancara tersebut adalah data
yang berkaitan dengan impulse buying dalam belanja online pada
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kerinci.
3) Dokumentasi
Teknik yang digunakan dengan mengambil data berdasarkan
dokumen atau laporan yang ada dengan penelitian seperti diberbagai
literature, uraian tugas dan penelitian terkait impulse buying dalam
belanja online menurut perspektif ekonomi islam. Dokumen yang

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 5


digunakan yaitu hasil pengamatan, foto saat proses pembelian tidak
terencana di akun media sosial atau online shop.
e. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan yang dilakukan
menjadi sistematis (Sugiono, 2009:24). Adapun dalam penelitian ini,
penulis akan menggunakan instrumen penelitian seperti, wawancara,
observasi dan dokumentasi.
f. Teknik Analisis Data
Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode deduktif, penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, untuk selanjutnya di
kemukakan kenyataan yang bersifat khusus. Muhammad, 2008:45). Metode
ini digunakan oleh penulis untuk memaparkan semua data atau bukti-
bukti khusus sesuai dengan pengertian umum sebelumnya, sehingga
penulis dapat mengkaji dan menjelaskan secara umum tentang impulse
buying pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dalam
marketplace shopee menurut perspektif ekonomi Islam.
Pembahasan
a. Perilaku Impulse Buying Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam pada Marketplace Shopee
Perkembangan teknologi ini membawa perubahan perilaku mahasiswa.
Pengguna online shop bagi mahasiswa merupakan perubahan perilaku hidup
yang semula harus berdesak-desakan di pasar dan sekarang menjadi satu hal
yang baru dan praktis. Adanya online shop tersebut, telah merubah perilaku
hidup mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kerinci.
Perilaku mahasiswa yang ditandai dengan adanya kehidupan yang
mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal dan
didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat keinginan semata-mata.
Perilaku mahasiswa yang terus menerus dilakukan lama kelamaan akan
menjadi suatu kebiasaan yang tentunya tidak baik karena didorong oleh suatu

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 6


keinginan untuk memenuhi hasrat keinginan saja bukan didorong oleh
kebutuhan. Banyak faktor pendorong yang mempengaruhi seseorang memiliki
sifat konsumtif misalnya seperti karena arus globalisasi yang saat ini dapat
dengan mudahnya masuk melalui media sosial, ingin mendapatkan pengakuan
di likungan sosialnya, ingin mencoba produk baru, dan lain sebagainya.
Karakter milineal yang lebih mudah bosan dengan barang dimilikinya, setiap
kali ada produk keluaran terbaru para milenial seperti tidak dapat mengontrol
hasrat ingin membeli produk tersebut.
Impulse Buying merupakan kecenderungan individu untuk membeli
secara spontan, kurang mempertimbangkan secara mendalam. Individu dengan
sifat pembelian secara impulsif menerima ide pembelian yang tidak
direncanakan, tetapi akibat pengaruh situasi dan dorongan emosional.
Keputusan pembelian lebih didasarkan pada stimulus yang timbul ketika
konsumen melihat produk, dan lebih kuat dorongannya ketika individu
tersebut memiliki pengalaman menyenangkan dengan produk yang dilihat
atau merasa percaya dengan penjualnya.
Perilaku impulse buying pada mahasiswa FEBI IAIN Kerinci
dalam belanja online merupakan temuan di lapangan yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan mahasiswa Perbankan Syariah dan Ekonomi
Syariah angkatan 2018 dan 2019, dan penjual yang menawarkan produknya
secara online. Pemaparan data penelitian diuraikan berdasarkan pokok-
pokok hasil wawancara sebagai berikut:
1) Produk yang dibeli dan Media sosial yang digunakan
Informasi yang sama dikatakan oleh Mahasiswa Ekonomi
Syariah ia mengatakan sering belanja online, tetapi lebih selektif
dalam memilih toko online dalam belanja. Lebih memilih Instagram,
Facebook atau WhatsApp untuk belanja online pada penjual yang
sudah ia percaya, sudah dikenal atau bahkan masih teman sendiri.
Pertimbangannya biasanya karena pernah membeli di toko online
tersebut dan hasilnya tidak mengecewakan.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 7


Adapun mahasiswa jurusan Perbankan Syariah IAIN Kerinci
juga mengatakan sering belanja online, melalui shopee, WhatsApp,
Instagram dan Facebook. Produk yang sering dibeli saat belanja online
seperti pakaian jilbab dan lain-lain. Dalam sebulan mahasiswa tersebut
biasa belanja online dua atau tiga kali.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kerinci mengatakan dari kalangan
mahasiswa yang sering belanja online biasanya perempuan, melalui
media sosial dan toko online. Media sosial yang sering digunakan
seperti Instagram, WhatsApp, dan Facebook. Sedangkan toko online
yang sering dipilih adalah Shopee. Bagi mahasiswa yang sudah sering
belanja online, rata-rata pembelian dalam satu bulan biasa dua sampai
tiga kali pembelian. Adapun produk yang sering dibeli seperti baju,
sepatu, rok dan jilbab.
2) Kemudahan dan Kendala
Salah satu mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah IAIN Kerinci
mengatakan kemudahan belanja online karena produk yang dibeli
mudah dipilih dan tidak harus pergi ke pasar. Kendala yang dihadapi
dalam belanja online barang yang dipesan datangnya tidak selalu tepat
waktu. Selain itu terkadang barang yang dikirim tidak sesuai dengan
pesanan yang dipilih sesuai gambar.
Menurut salah satu mahasiswa Ekonomi Syariah kalau membeli
produk secara langsung di pasar membutuhkan waktu dan terkadang
sulit membagi waktunya dengan kuliah. Sedangkan jika belanja online
lebih mudah karena dapat melihat produk yang ditawarkan secara
online. Selain itu terdapat beragam pilihan dan spesifikasi barang
dengan berbagai macam tingkatan harga sehingga kita dapat memilih
jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan dan harga.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa
konsumen merasa puas berbelanja di Online Shopee, secara umum
kemudahan yang dirasakan mahasiswa yang terbiasa belanja online

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 8


adalah sifatnya yang praktis, lebih efisien dari segi waktu dan biaya,
dan tersedianya berbagai produk yang dapat dipilih. Hendaknya pihak
Online Shopee bisa mempertahankan hal ini dan bisa lebih
memuaskan lagi konsumennya. Selain itu, dapat juga diketahui bahwa
konsumen sangat tertarik di saat ada diskon atau harga spesial. Adapun
kekurangan yang dirasakan adalah keterlambatan waktu pengiriman,
respon yang kurang cepat dari penjual dan resiko barang yang
diterima tidak sesuai. Belanja online memiliki kekurangan dari tingkat
akurasi barang yang diterima dengan yang barang dipilih saat
transaksi, seperti ukuran, warna dan fitur lainnya. Hal ini karena
belanja online bersifat virtual dengan mencitrakan produk melalui
proses digital dan editing agar produk terlihat menarik.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulse Buying
Pembelian impulsive, ditandai dengan tidak adanya perencanaan
terlebih dahulu dan tidak mencari informasi tentang barang yang akan
dibeli. Pembelian impulsif terjadi akibat faktor situasi dan kondisi yang
secara spontan mempengaruhi minat beli konsumen. Keputusan pembelian
lebih didasarkan pada stimulus yang timbul ketika konsumen melihat
produk.
Berkaitan dengan pembelian impulsif di kalangan mahasiswa FEBI
IAIN Kerinci, mahasiswa mengatakan minat beli sering tidak terencana.
Pada awalnya hanya membuka instagram, WhatsApp atau Facebook,
kemudian ada tawaran atau iklan produk, lalu chatting sama penjualnya.
Jika harganya cocok kemudian ia membeli. Faktor yang mempengaruhi
belanja online antara lain teman, terkadang teman memberitahu ada
produk menarik yang ditawarkan secara online. Menurut Mahasiswa
Jurusan Ekonomi Syariah, tampilan produk juga mempengaruhi keputusan
untuk belanja online karena daya tarik dan desain yang ditampilkan
menarik. Terutama ketika kita memang punya keinginan untuk membeli
produk seperti yang ditampilkan.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 9


Adapun menurut salah satu mahasiswa Perbankan Syariah, untuk
belanja online terkadang terencana dan terkadang pula tidak terencana,
seperti ketika sedang membuka media sosial kemudian melihat iklan atau
produk yang ditawarkan merasa tertarik, kemudian ingin membelinya.
Setelah tawar menawar dengan penjual kemudian membeli produk
tersebut.
Informasi yang hampir sama dikatakan oleh Mahasiswa Ekonomi
Syariah yang mengatakan keputusan membeli produk secara online sering
terjadi secara spontan, tanpa didahului perencanaan yang matang. Tetapi
bukan berarti tidak ada rencana sama sekali. Rencana membeli sudah
ada, tetapi tidak pada detail merk dan jenis barangnya. Menurut
keduanya saat browsing atau membuka media sosial, teringat akan
rencana pembelian semula, sehingga keputusan membeli relatif cepat, jika
harganya terjangkau dan tampilannya menarik.
Menurut mahasiswa Perbankan Syariah IAIN Kerinci, faktor yang
mendorong belanja online karena malas pergi langsung ke toko atau
pasar. Selain itu karena sering menggunakan media sosial. Ketika
membuka Instagram atau Facebook ada tawaran kemudian tertarik
membelinya. Menurut mahasiswa tersebut tampilan produk yang
menarik mempengaruhi keputusan membeli. Terlebih lagi jika
produk termasuk memang sudah lama dicari. Berkaitan dengan
resiko kerugian dan penggunaan dana yang tidak terencana,
mahasiswa tersebut mengatakan jika dorongan membeli sudah kuat
dan produk yang dilihat sudah cocok, maka kurang
mempertimbangkan resiko kerugian atau sumber dana membeli,
walaupun keduanya masih mengandalkan pemberian orang tua.

Peneliti melakukan penelusuran lebih lanjut dengan melakukan


wawancara dengan mahasiswa Perbankan Syariah yang sering menjual
produk secara online. Menurut ia untuk menarik pembeli maka tampilan
produk dibuat secara menarik, disertai dengan spesifikasi dan keterangan
harga. Untuk sampai pada keputusan membeli, biasanya calon pembeli
bertanya berapa lama waktu pengiriman. Ada juga yang melakukan
penawaran harga, tetapi bagi pembeli yang sudah langganan, maka
prosesnya lebih cepat. Begitupun dengan salah satu mahasiswa yang

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 10


berprofesi sebagai penjual online mengatakan untuk menarik pembeli,
produk yang ditawarkan di foto dan di edit supaya menarik. Memang
ada perbedaan dengan barang aslinya, tetapi ada keterangan tentang
spesifikasi produk dan garansi.
Berdasarkan wawancara diatas, diketahui bahwa adanya pembelian
impulsif pada mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Perbankan Syariah yang
ditandai dengan pola pembelian spontan, tidak terencana dan keinginan
memiliki produk yang kuat, sehingga kurang mempertimbangkan akibat
di kemudian hari. Tingkat impulsif pembelian oleh mahasiswa berada
pada kategori pembelian setengah terencana karena teringatkan ketika
melihat iklan di media sosial. Dalam pembelian setengah terencana
tersebut, detail informasi dari produk kurang dipertimbangkan, sehingga
kualitas informasi lebih rendah dibandingkan pembelian terencana. Hal ini
diakibatkan keinginan memiliki produk yang dilihatnya sudah kuat, dan
secara psikologis sudah ada keinginan untuk membelinya.
Dengan hasil wawancara yang telah dilakukan, maka dapat
memberikan informasi mengenai pendapat terhadap Impulsive Buying di
Online Shop. Aktivitas belanja masyarakat di dukung oleh meningkatnya
jenis volume produk yang memudahkan masyarakat bersikap konsumtif
materialistis, dimana masyarakat dimanjakan dengan beragam jenis produk
yang ditawarkan dalam jumlah banyak dan mudah di dapatkan. Hidup
dalam pola dan arus konsumtivisme membuat orang merasa tidak puas
jika produk atau barang yang di inginkan belum di miliki. Mereka
mengutamakan gaya hidup bertolak merasa membutuhkan ketika membeli
suatu produk ditawarkan dari pada membeli kebutuhan sangat diperlukan.
c. Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Impulse Buying dalam
Marketplace Shopee.
Dalam Islam suatu kegiatan perdagangan harus adanya landasan hukum
yang memerlukan dasar hukum Islam yaitu Al- Qur’an, Hadist dan Ijtihad.
Jenis jual beli ditinjau dari beberapa segi hukum, objek maupun segi pelaku
jual beli. Ditinjau dari segi yang dijadikan objek jual beli menurut Imam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 11


Taqiyuddin bahwa jual beli di bagi menjadi tiga macam, jual beli benda yang
kelihatan, jual beli yang tidak kelihatan dan jual beli yang disebutkan sifat-
sifatnya dalam perjanjian (salam) . Konsep jual beli yang digunakan dalam
Islam yaitu sistem jual beli dropshipping atau jual beli salam. Dropshipping
merupakan penjualan produk yang memungkinkan menjual barang ke
pelanggan dengan bermodalkan foto dari supplier atau toko atau tanpa harus
menyetok barang dan menjual dengan harga yang ditentukan oleh kesepakatan
harga bersama antara supplier dengan dropshipper. Jual beli bai’ as-salam yaitu
pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayarannya dilakukan di muka atau mendahulukan pembayaran daripada
barang yang dibeli. Tujuan utama jual beli salam adalah untuk saling
membantu dan menguntungkan antara konsumen dan produsen. Hukum jual
beli salam ini dibolehkan, selama ada kejelasan ukuran, timbangan dan waktu
yang ditentukan.
Konsumsi harus selalu diniatkan hanya untuk meningkatkan
stamina kita dalam hal pengabdian dan ketaatan dalam menjalankan
segala yang diperintahkan-Nya. Dengan niat tersebut dapat menjadikan
konsumsi yang awalnya hanya sesuatu yang mubah bisa bernilai ibadah.
Etika konsumsi dalam Islam diantaranya:
1) Sederhana tetapi efisien dan efektif yaitu menggunakan harta
secukupnya tidak berlebihan
2) Memperhatikan yang halal dan yang haram baik berupa produk
maupun barang. Barang yang haram dikonsumsi ialah barang yang
sudah jelas disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadist baik menurut illat
yang jelas maupun illat yang diperselisihkan, barang yang najis, dan
barang yang beracun, juga barang-barang yang mengandung
kemusyrikan serta barang yang dihasilkan dari kejahatan.
3) Tidak menghambur-hamburkan uang, tidak boros dan tidak kikir.
4) Bersyukur atas Nikmat Allah SWT karena yang diberikan kepada kita
hanyalah sebuah titipan dari-Nya, dan Allah akan mengambilnya
kapanpun dia mau.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 12


Motif berkonsumsi dalam Islam pada dasarnya adalah maslahah atas
kebutuhan dan kewajiban. Kekayaan atau harta merupakan amanah Allah.
Oleh karena itu, ia harus dimanfaatkan secara proporsional, yakni adil dan
seimbang. Artinya, harta yang dimiliki itu tidak semata-mata di konsumsi
untuk memenuhi kebutuhan dan kegiatan sosial. Jika kekayaan atau harta
yang dimiliki sudah melebihi dari kebutuhan maka harus dikeluarkan
zakat, infaq, dan sedekahnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
kegiatan social. Islam melarang pembelian yang tidak dibutuhkan, karena
seorang muslim harus berperilaku konsumsi yang membawa manfaat dan
bukan merugikan. Dan dalam ajaran Islam perilaku impulsive buying
dipandang sebagai perilaku yang berlebih-lebihan atau boros atau
bermewah-mewahan yang bisa membawa kerugian bagi seseorang.
Namun dengan adanya perkembangan tersebut menyebabkan
konsumsi tidak hanya ditujukan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari
saja, namun juga sebagai ajang untuk memenuhi hasrat dan mengikuti
trend semata. Hal ini menyebabkan konsumsi tidak lagi sejalan dengan
tujuan yang disyariatkan Islam. Dengan adanya kemudahan yang
diciptakan karena adanya situs-situs online konsumen juga akan lebih
mudah untuk melakukan pemborosan dalam kegiatan belanjanya.
Allah SWT menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluknya agar
mereka dapat memenuhi segala kebutuhan di dunia. Tujuan utama
kehidupan manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Segala kebutuhan di dunia dipenuhi hanya sebagai sarana penolong untuk
beribadah kepada Nya, sehingga wajib baginya untuk dapat
membelanjakan harta yang telah Allah berikan. Pembelanjaan harta tidak
boleh melebihi apa yang seharusnya dipenuhi, dengan kata lain adalah
melakukan pemborosan.
Dalam konsumsi, seorang muslim diharuskan juga untuk
memperhatikan kebaikan (kehalalan) produk serta manfaat yang
didapatkan. Sebagai seorang muslim yang baik konsumen diharapkan
dapat membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 13


hanya berupa keinginan yang tak terbatas yang tidak seharusnya selalu
dipenuhi dengan hanya mengikuti hawa nafsu yang sesat lagi
menyesatkan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perilaku konsumsi
mahasiswa FEBI IAIN Kerinci belum sepenuhnya menjalankan kegiatan
konsumsi sesuai dengan apa yang disyariatkan Islam. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan distribusi jawaban responden yang sebagian besar
menyatakan setuju dengan pernyataan akan melakukan pembelian produk
apa saja yang benar-benar menarik perhatiannya. Dari jawaban tersebut
dapat dilihat bahwa responden masih melakukan pembelian secara
impulsif tanpa memperhatikan apakah produk tersebut memiliki manfaat
atau tidak. Hal ini semakin sering terjadi terutama dengan adanya
keterjangkauan harga yang menyebabkan konsumen membeli produk
tanpa adanya perencanaan sebelumnya (impulse buying). Walaupun
dengan adanya keterjangkauan harga atau discount yang didapatkan bisa
meminimalisirkan jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen, namun
jika pembelanjaan tersebut hanya sebagai pemuas hasrat atau dengan kata
lain produk yang dibeli bukan sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh
konsumen, pembelanjaan tersebut tetap dapat dikatakan sebagai
pemborosan walaupun jumlah uang yang dikeluarkan mungkin akan lebih
sedikit daripada biasanya.
Kesimpulan
a. Perilaku Impulse buying ditandai dengan pola pembelian spontan, kurang
terencana, dan kurang mempertimbangkan resiko. Tingkat impulsivitas
pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam berada pada
kategori pembelian setengah terencana karena ingat rencana sebelumnya
ketika melihat iklan di media sosial. Detail informasi dari produk
kurang dipertimbangkan, sehingga kualitas informasi lebih rendah
dibandingkan pembelian terencana. Iklan dan penawaran produk di
media sosial mengingatkan kembali terhadap keinginan membeli suatu
produk, sehingga mendorong keputusan pembelian yang lebih cepat.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 14


b. Preferensi dari teman, tampilan produk dan kebiasaan menggunakan
media sosial bukan untuk interaksi sosial saja, tetapi juga untuk
transaksi ekonomi.
c. Perilaku pembelian tetap harus menekankan pada pola hidup sederhana
tanpa mengesampingkan kenyamanan dan kualitas. Pembelian harus
didasarkan pada kebutuhan dan tetap dalam kerangka hidup sederhana,
walaupun tetap memperhatikan kenyamanan. Ekonomi Islam
memperhatikan perencanaan dalam pembelian sehingga terhindar dari
pemborosan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan harus sesuai
dengan prinsip tanggung jawab terhadap orang tua atas amanah
diberikan dalam penggunaan dana.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 15


Referensi

Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Armstrong dan Kotler Philip , Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid I. Jakarta:


Erlangga, 2008.

Asnawai Haris Faulidi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam,


Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004.

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada, 2008.

Mutia, Pengaruh Gaya Hidup dan Minat terhadap Kebiasaan Pembelian Barang
yang Tidak Terencana Masyarakat Kota Jambi. Iltizam, 2017.

Pujiono, A. Teori Konsumsi Islami. Jurnal Dinamika Pembangunan (JDP), 3


Nomor 2), 2006.

Purkon Arip, Bisnis – Online, Syariah Meraup Harta Berkah dan Berlimpah Via
Internet, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014.

Sugiono, Metodologi Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, kualitatif


R&D) Cet ke 7, Bandung: Alfabeta, 2009.

Sumarwa Ujang, Perilaku Konsumen, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Suryabrata, Sumadi. 2014.Metodologi Penelitian Cetakan Ke 25. Jakarta :


PTRajagrafindo Persada

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci | 16

Anda mungkin juga menyukai