Anda di halaman 1dari 9

ETIKA PROFESI

Kode Etik Profesi

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. dr. Razak Thaha, M.Sc., SpGK

Oleh :
Ummu Kaltsum Ilyas
K021201075

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KODE ETIK PROFESI

A. Komponen Kode Etik Profesi


1. Honesty (Kejujuran)
Kejujuran merupakan komponen etika profesi, dimana profesional harus jujur
dan bersikap adil serta dapat dipercaya dalam hubungan profesionalnya. Contohnya
yaitu dengan menghindari diri dalam keikutsertaan atau membantu kegiatan yang
akan mencemarkan nama baik profesi. Dalam menjalankan tugasnya sebagai orang
yang berkecimpung di bidang profesi, seorang professional harus menjunjung tinggi
kejujuran dan tanggung jawab.
2. Integrity (Integritas)
(Integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan
organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk
melakukannya. Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”.
Mengkomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur dan langsung
sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain. Integritas yang dimaksud
berupa jujur, bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat, mematuhi etika
profesi dan memegang teguh komitmen yang diyakini kebenarannya.
3. Transparancy (Keterbukaan Informasi)
Transparansi adalah keterbukaan profesional dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil
dan relevan mengenai keprofesian. Transparansi yang dimaksud yaitu dengan
menyampaikan informasi sedetail mungkin tanpa ada yang ditutupi dari klien.
4. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau
untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan profesional kepada pihak
yang memiliki hak atau kewajiban untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban. Artinya, seorang professional wajib bertanggung jawab atas
pertanyaan ataupun kepastian yang diminta pihak lain.
5. Confidentially (Kerahasiaan)
Kerahasiaan merupakan komponen etika profesi, dimana seorang profesional
tidak boleh memberikan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dalam
proses pemberian jasanya, kecuali terdapat hak atau kewajiban hukum atau
profesional untuk mengungkapkannya. Selain itu, profesional juga tidak boleh
menggunakan informasi rahasia klien untuk kepentingan pribadinya.
6. Objectivity (Objektivitas)
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan profesional bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias serta bebas
dari benturan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain.
7. Respectfulness (Sikap Hormat)
Sikap hormat yang dimaksud, dimana seseorang yang bekerja dalam lingkup
profesi harus menghargai privasi klien serta menghormati tenaga kerja lain baik
dalam lingkup profesi maupun tidak. Selain itu, professional juga harus
menghormati keputusan yang diambil klien.
8. Obedience to the Law (Taat Hukum)
Taat hukum yang dimaksud, dimana seorang profesional dalam menjalankan
profesinya harus taat hukum. Dalam proses menjalankan profesi, pelaksana profesi
tidak  boleh  melanggar kebijakan  dan  hukum  yang  telah ditetapkan pemerintah.
9. Loyalty (Kesetiaan)
Asas etis ini adalah kesadaran seorang profesional untuk setulusnya patuh
kepada tujuan profesi, penuh tanggung jawab dan siap berkorban demi pengabdian
profesi. Dengan ini, seseorang yang bekerja di bidang profesi haruslah dengan
sepenuh hati patuh kepada tujuan, konstitusi, peraturan, badan instansi maupun
atasan demi tercapainya cita-cita bersama yang diharapkan.

B. Kode Etik Profesi (Ahli) Gizi Indonesia


Kode Etik ahli gizi merupakan tuntunan perilaku profesional seorang tenaga gizi
dalam melakukan pelayanan gizi sesuai dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
yang telah diperoleh dari pendidikan formal dan non formal. Semua ahli gizi dalam
menjalankan pekerjaannya harus mengikuti kode etik gizi. Kode etik meliputi
kewajiban yang harus ditaati oleh setiap ahli gizi yaitu:
a. Kewajiban Umum
1. Ahli gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan
dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
2. Ahli gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri
sendiri.
3. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar
profesi yang telah ditetapkan.
4. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus
dan adil.
5. Ahli gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,
informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya obyektif
tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang
benar.
6. Ahli gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya
sehingga dapat bekerja sama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila
diperlukan.
7. Ahli gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat
dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenarnya.
8. Ahli gizi dalam bekerja sama dengan para profesional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-
baiknya.

b. Kewajiban Klien
1. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan
meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau
di masyarakat umum.
2. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat
yang dilayani baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya,
bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk
keperluan kesaksian hukum.
3. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan untuk setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminalisasi dalam hal suku, agama,
ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukan pelecehan sosial.
4. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan prima, cepat, dan
akurat.
5. Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan
jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri
berdasarkan informasi tersebut.
6. Ahli gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam
memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk
kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

c. Kewajiban Masyarakat
1. Ahli gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang
penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktik yang tidak etis
berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/ diet. Ahli gizi
hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi
faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2. Ahli gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga
dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.
3. Ahli gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk
mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
4. Ahli gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan
aktivitas yang seimbang sesuai dengan nilai praktik gizi individu yang baik.
5. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli gizi
berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan,
inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi
dan kesehatan optimal di masyarakat.
6. Ahli gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah
interpretasi atau menyesatkan masyarakat.

d. Kewajiban Teman Seprofesi dan Mitra Kerja


1. Ahli gizi bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status
gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerja sama dan
menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
2. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang
harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait
dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan
rakyat.
3. Ahli gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.
e. Kewajiban Kepada Profesi dan Diri Sendiri
1. Ahli gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan
yang dicanangkan oleh profesi.
2. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan
dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai
perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan
lingkungan.
3. Ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan
berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukkan kerendahan hati
dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Ahli gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan
yang layak sesuai jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat
(tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5. Ahli gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan
memaksa orang lain untuk melawan hukum.
6. Ahli gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat
bekerja dengan baik.
7. Ahli gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perorangan atau kebesaran seseorang.
8. Ahli gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan
organisasi profesi.
C. Komponen Kode Etik pada Kode Etik Profesi (Ahli) Gizi Indonesia
1. Honesty (Kejujuran)
Komponen kode etik berupa honesty ditunjukkan pada bagian kewajiban
umum kode etik profesi ahli gizi pada poin 4, yaitu “Ahli gizi berkewajiban
senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil”.
2. Integrity (Integritas)
Komponen kode etik integrity ditunjukkan pada semua bagian kewajiban
umum poin 1-8. Salah satu poin yang tertulis jelas komponen integritas pada
kewajiban umum yaitu poin 3, yaitu “Ahli gizi berkewajiban senantiasa
menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan”.
3. Transparancy (Keterbukaan Informasi)
Komponen kode etik berupa transparency ditunjukkan pada bagian kewajiban
klien, poin 5, yaitu “Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien
dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau
memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut”.
4. Accountability (Akuntabilitas)
Komponen kode etik accountability ditunjukkan pada bagian kewajiban
masyarakat poin 1, yaitu “Ahli gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum
khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktik
yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/
diet. Ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan
informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya”.
5. Confidentially (Kerahasiaan)
Komponen kode etik confidentially ditunjukkan pada bagian kewajiban klien
poin 2, yaitu “Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau
masyarakat yang dilayani baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam
pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan
untuk keperluan kesaksian hukum”.
6. Objectivity (Objektifitas)
Komponen kode etik objectivity ditunjukkan pada bagian kewajiban umum
poin 5, yaitu “Ahli gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip
keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya
obyektif tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang
benar”. Selanjutnya, pada bagian kewajiban terhadap profesi dan diri sendiri poin 7,
yaitu “Ahli gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perorangan atau kebesaran seseorang”. Terakhir, bagian kewajiban
terhadap profesi dan diri sendiri poin 4, yaitu “Ahli gizi dalam menjalankan
profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi
termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai jasanya, meskipun
dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
7. Respectfulness (Sikap Hormat)
Kode etik berupa respectfulness ditunjukkan pada bagian kewajiban klien poin
3, yaitu “Ahli gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan
menghargai kebutuhan untuk setiap klien yang dilayani dan peka terhadap
perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminalisasi dalam hal suku, agama,
ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukan pelecehan sosial”.
8. Obedience to the Law (Taat Hukum)
Kode etik berupa obedience to the law ditunjukkan pada bagian kewajiban
kepada profesi dan diri sendiri poin 5, yaitu “Ahli gizi berkewajiban tidak
melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk
melawan hukum”.
9. Loyalty (Kesetiaan)
Kode etik berupa loyalty ditunjukkan pada bagian kewajiban kepada profesi
dan diri sendiri poin 8, yaitu “Ahli gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik
profesi dan mengharumkan organisasi profesi”.
DAFTAR PUSTAKA

Ayem., S dan Didimus, J., 2019. Pengaruh Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(Apip) dan Pengalaman Kerja Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit. Jurnal
Akuntansi dan Governance Andalas [online], 2(1), p. 1-25.
Fitriyanti., R dan Miya, D, S., 2022. Analisis Etika Profesi Akuntan dalam Standar
Internasional. Sinomika Journal [online], 1(2), p. 119-126.
Friendly., E., 2017. Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada
Perusahaan Milik Keluarga Bidang Perhotelan. Agora [online], 5(3).
Mubin., N., 2018. Integritas dan Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Keuangan
Sekolah/Madrasah. At-Taqwa [online], 14(2), p. 80-92.
Pohan., H, T., 2012. Persepsi Mahasiswa tentang Nilai-Nilai Etika dalam Penyajian
Pelaporan Keuangan Perusahaan yang Bertanggung Jawab. Media Riset Akuntansi,
Auditing & Informasi [online], 12(2), p. 13-54.
Widyanto., I dan Ali, R., 2012. Merekonstruksi Kembali Etika Aparat Birokrasi. Simposium
Nasional Asosiasi Ilmuwan Administrasi Negara (Simnas ASIAN) ke-2 di Surakarta:
Universitas Slamet Riyadi, 2012 [online].

Anda mungkin juga menyukai